majalah detik

172
EDISI 166 | 2 - 8 FEBRUARI 2015 PERPANJANGAN KONTRAK FREEPORT TEWASNYA SATU KELUARGA MIKIR, MIKIR, MIKIR!

Upload: nayantaka-husna-hartono

Post on 18-Jul-2015

413 views

Category:

News & Politics


24 download

TRANSCRIPT

  • EDISI 166 | 2 - 8 FEBRUARI 2015

    PERPANJANGAN KONTRAK FREEPORT

    TEWASNYA

    SATU KELUARGA

    MIKIR,MIKIR, MIKIR!

  • DAFTAR ISI

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    EDISI 166 2 - 8 FEBRUARI 2015

    INSPIRING PEOPLE

    @majalah_detik majalah detik

    n MENGUJI PREROGATIF SETENGAH HATI

    n DUA VERSI DI GADING BARAT

    n AWAN GELAP SERATUS HARI JOKOWI-JK

    n SAID NURSI, PENENTANG SEKULARISME TURKI

    n LOKOMOTIF EKONOMI KREATIF KULINER-FASHION

    n MENDULANG LABA DARI MATAHARIn MENGHADANG JAMU ASINGn KETAJAMAN MATA INVESTOR

    n JIKA TALIBAN JADI ISISn VETERAN PERANG DILARANG PULANG

    INTERNASIONAL

    KRIMINAL

    HUKUM

    KOLOM

    BUKU

    INTERVIEW

    GAYA HIDUP

    TEATER

    SENI HIBURAN / FILM

    BISNIS

    EKONOMI

    n SANG KAISAR TERAKHIR PU YI

    n KOLABORASI IKAN DAN ES KRIM

    n SATU SAJIDA UNTUK GOTO DAN MOAZ

    LENSA

    RUMAH

    n KIM JIN-HYUN | DEWA BUDJANA | SHERINA MUNAF

    NASIONAL

    n TANGGA DARURAT CAPRES INDEPENDEN

    n FILM PEKAN INIn AGENDA

    n 5.050 PASANGAN NIKAH DI SENAYAN

    n RUMAH IMPIAN ISTRI

    Cover: Ilustrasi: Kiagus Auliansyah

    n DITINDIH MAKHLUK HALUS?

    n CHAPTER 2 DARI KOIKE

    n MISTERI DI KAMAR 221

    n SANG PEMBURU RUBAH

    FOKUSAWAS JATUH, PAK PRESIDEN

    MAKANYA DALAM KASUS INI JK TIDAK AKTIF. JOKOWI BETUL-BETUL SENDIRIAN."

    n TIGA TAHUN MINYAK MURAHn MENGAPA FREEPORT LAGI?n FREEPORT MENUNGGU PERPANJANGAN WAKTU

    n WAJAH BARU WWW.MAJALAH.DETIK.COM

    SURAT REDAKSI

    n IBU JANDA-JANDA PERKASA

  • Sebanyak 5.050 pasangan pengantin menikah massal di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (28/1). Acara yang digagas oleh TNI AD tersebut berlangsung lancar.

    LENSA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR

    NIKAH DI SENAYAN5.050 PASANGAN

  • Ribuan pasangan pengantin ini berasal dari Jabodetabek. Mereka belum memiliki surat nikah.

    LENSA

  • Pengantin ini naik panser milik TNI AD. Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat menggandeng kelompok masyarakat yang peduli terhadap masalah sosial di Jakarta untuk membantu kelompok marginal ini melaksanakan pernikahan massal.

    LENSA

  • Mereka mengenakan baju dan didandani sebagaimana pada pernikahan umumnya.

    LENSA

  • Sebelum menghadiri resepsi pernikahan massal ini, para pasangan dinikahkan secara resmi sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Penyelenggara menanggung seluruh biaya administrasi terkait kelengkapan kartu identitas, biaya nikah, dan surat-surat pendukung lainnya.

    LENSA

  • Pasangan pengantin ini umumnya bekerja di sektor informal, seperti pemulung, buruh cuci, dan pembantu rumah tangga. Selain itu, mereka tidak memiliki kartu identitas, seperti kartu tanda penduduk atau kartu keluarga.

    LENSA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    SURAT REDAKSI

    PEMBACA, bila Anda terbiasa men-download majalah detik dari www.majalah.detik.com, Anda pasti menyadari adanya perubahan pada perwajahan welcome

    page majalah detik tersebut. Mulai

    pekan ini, kami memang menghadirkan

    www.majalah.detik.com dengan desain

    baru yang lebih segar.

    Kami menonjolkan edisi terbaru deng-

    an memperbesar cover edisi terbaru

    dibanding edisi lain, sehingga memudah-

    kan pembaca mencari edisi terbaru untuk men-download-nya. Selain itu, kami me-nambahkan sejumlah fitur, di antaranya Hot Topic dan Tablet Experience.

    Lewat fitur Hot Topic, para pemba-ca bisa mengetahui apa isu terpanas di majalah detik sebelum pembaca men-download-nya. Fitur Tablet Experien-ce menyajikan teaser untuk pembaca mencoba experience majalah detik versi tablet via web desktop. Kami juga mempercantik fitur Top Download dan indeks Library agar lebih fresh.

    Sejumlah tanggapan terhadap wajah baru majalah detik telah kami terima, baik dikirim via e-mail ataupun rubrik komentar. Sebagian besar isinya menya-takan apresiasi dan pujian. Kami meng-ucapkan terima kasih untuk apresiasi Anda. Yang pasti, kami akan membayar kesetiaan Anda dengan terus meningkat-kan kualitas sehingga pembaca menda-patkan bacaan yang bermutu dan meng-asyikkan saat membaca majalah detik. Salam!

    WAJAH BARU www.majalah.detik.com

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    TANGGA DARURAT CAPRES INDEPENDEN

    UPAYA MEMBUKA RUANG BAGI CALON PRESIDEN INDEPENDEN DIGULIRKAN LAGI LEWAT USULAN AMENDEMEN UUD 1945. BAKAL MENDAPAT PENOLAKAN DARI DPR.

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    PERJUANGAN agar negara memberi ruang kepada calon kepala pemerin-tahan dari jalur independen tak per-nah berhenti. Jauh sebelum De wan Perwakilan Daerah memasukkan soal calon presiden independen dalam usulan amende-men kelima Undang-Undang Dasar 1945 pada Senin pekan lalu, upaya tersebut sudah digulir-kan.

    Upaya memberi ruang kepada calon kepala pemerintahan, baik kepala daerah maupun presiden, yang berasal dari jalur independen di luar partai politik, sudah dimulai sejak lebih dari sewindu lalu. Yakni pada 2007, ketika Fad-jroel Rachman dan sejumlah aktivis Koalisi Ma-syarakat Sipil mulai mengkampanyekan hal itu lewat kampus-kampus.

    Caranya dimulai dari hal sederhana. Dalam setiap diskusi yang mengundang dirinya, Fad-jroel dan kawan-kawan kerap menyelipkan gagasan soal calon independen pada pemilih-an kepala pemerintahan. Setelah masyarakat terbiasa dengan kata independen, mereka mencoba melegitimasi gagasan itu lewat uji

    Ketua DPD Irman Gusman (tengah) didampingi dua wakil ketua, Farouk Muhammad dan GKR Hemas, memimpin sidang paripurna luar biasa DPD, Rabu (28/1).

    SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    materi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ke Mahkamah Konstitusi.

    Saat upaya itu akan dilakukan, rupanya para aktivis dari sejumlah daerah juga memiliki gagasan serupa. Mereka yang memiliki gagas-an sama ini pun sepakat mengajukan judicial review ke MK, yakni pada 7 Februari 2007.

    Langkah uji materi dengan sejumlah pemo-hon, salah satunya dari Lembaga Pemantau

    Kebijakan Publik Nusa Tenggara Barat, menuai hasil. Pada 23 Juli 2007, Mahkamah mengabul-kan uji materi itu dan membatalkan sejumlah pasal yang mengatur calon kepala daerah ha-nya bisa diajukan oleh parpol atau gabungan parpol. Putusan ini membuka peluang penca-lonan kepala daerah dari jalur independen.

    Sukses mengegolkan kepala daerah inde-penden, Fa djroel lalu mengajukan uji materi UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (UU Pil-pres)saat ini diganti dengan UU Nomor 42 Tahun 2008pada 2 September 2008. Saat itu Fadjroel menggandeng Taufik Basari dan Alexander Lay sebagai kuasa hukumnya.

    Fadjroel dan kawan-kawan meminta MK menguji empat pasal dalam UU Pilpres, yakni Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 ayat (1), terkait frasa partai politik atau gabungan partai politik. Frasa itu dianggap bertentang-an dengan Pasal 27, 28-D ayat (1) dan (3), pasal 28-I ayat (2) UUD 1945 karena syarat bahwa capres dan cawapres harus diajukan melalui parpol atau gabungan parpol membatasi hak

    Deklarasi Kampanye Damai menjelang pemilu legislatif 2014 di kawasan Monas, Jakarta, tahun lalu.

    RENGGA SANCAYA/DETIKCOM

    NASIONALNASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    konstitusional warga negara.Banyak orang yang sinis saat itu. Mereka

    menduga sembi lan hakim konstitusi akan me-nolak gugatan itu, kata Fadjroel saat ditemui di Jakarta, Rabu pekan lalu.

    Mahkamah pada akhirnya memang menolak. Namun keputusannya tidak bulat. Tiga hakim konstitusi saat itu, yakni Akil Mochtar, Abdul Mukthie Fadjar, dan Maruarar Siahaan, menya-takan pendapat berbeda (dissenting opinion).

    Walaupun kalah, saya (saat itu) bisa mema-tahkan pesimisme orang, ujar Fadjroel.

    Saat ini harapan adanya capres independen kembali muncul deng-an adanya dukungan DPD. Dari 10 poin amendemen yang diusulkan DPD, soal calon presiden perseo-rangan masuk pada poin keem-pat. Poin itu berbunyi: mekanis-

    me pemilihan pemimpin bangsa sebaiknya tidak saja melalui partai

    politik, melainkan juga membuka pintu bagi calon perseorangan.

    Usulan itu bukan asal diajukan. DPD

    sebelumnya melakukan uji sahih, dan menye-rap aspirasi dari berbagai pelosok Tanah Air. Dewan juga mendapat masukan dari berbagai perguruan tinggi serta tokoh masyarakat.

    Menurut Ketua DPD Irman Gusman, calon perseorangan atau independen merupakan sa-lah satu cara memperkuat sistem presidensial. Namun, meski diberi ruang untuk melalui jalur nonpartai, pilihan utama membangun demok-rasi tetap lewat jalur parpol.

    Irman kemudian menganalogikan sebuah bangunan. Untuk mempermudah seseorang bergerak dari satu lantai ke lantai lain, disedi-akan elevator atau lift. Nah, elevator ini adalah jalur parpol. Namun, selain lift, ada pula tangga darurat yang dianalogikan sebagai jalur untuk capres independen.

    Meski begitu, Irman melihat, sampai saat ini kebanyakan orang lebih memilih lift yang diiba-ratkan parpol tersebut. Kita sudah lakukan di pemilukada dari tingkat gubernur. Tapi sampai sekarang belum ada gubernur independen, tutur pria yang menjabat Ketua DPD untuk periode kedua ini.

    Kita sudah lakukan di pemilukada dari tingkat gubernur.

    Tapi sampai sekarang belum ada gubernur

    independen.Irman Gusman

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Usulan DPD masih akan dikaji lebih dulu oleh tim kajian Majelis Permusyawaratan Rakyat. Namun gagasan capres independen seperti-nya bakal ditentang Dewan Perwakilan Rakyat. Wakil Ketua Komisi II DPR Ahmad Riza Patria menilai, jika ada klausul capres independen, yang ada semua pihak dari organisasi masya-rakat, pendidikan, bahkan agama malah meng-urusi politik.

    Akhirnya parpol tidak memiliki peran yang signifikan, ucap politikus Partai Gerindra itu.

    Setali tiga uang, anggota Komisi III DPR dari

    Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Dwi Ria Latifa, juga mengkritik usulan itu. Ia malah menyarankan, sebelum mengusulkan amendemen konstitusi, semua pihak harus berpikir jernih dan memandang jauh ke depan.

    Adapun politikus Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, punya pendapat berbeda. Menurut dia, sah-sah saja DPD memasukkan poin soal capres perseorangan di dalam amen-demen kelima. Sebab, DPD juga punya hak mengusulkan amendemen UUD 1945 sesuai Bab XVI Pasal 37 UUD 1945.

    NASIONAL

    Sidang paripurna MPR untuk mengesahkan panitia ad hoc perubahan tata tertib MPR, medio September 2014.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Pasal itu menyebutkan, untuk mengubah UUD, harus pada sidang MPR yang dihadiri sekurangnya dua pertiga dari seluruh ang-gota MPR. Nah, ia pun mengingatkan bahwa amendemen bisa dilakukan jika seluruh fraksi di MPR setuju. Kalau semua fraksi setuju, (amendemen) mudah, katanya.

    Meski itu baru sebatas usulan, pakar hukum tata negara dari Universitas Parahyangan, Ban-dung, Asep Warlan Yusuf, menggarisbawahi bahwa seorang capres independen kelak juga

    harus melewati seleksi ketat. Jika tak dibatasi, bisa sembarang orang maju dalam pilpres asalkan punya kemampuan finansial dan bisa menggali dukungan.

    Kalau di parpol kan jelas, harus kader dan sudah terlihat integritasnya. Parpol juga me-milih calon yang sekiranya layak, ujar Asep. Untuk mengantisipasinya, Asep menuturkan, harus ada undang-undang yang mengatur tata cara capres independen ini. n

    JAFFRY PRABU PRAKOSO | DEDEN G.

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Joko Widodo, saat masih menjadi calon presiden, melakukan debat terbuka dengan capres Prabowo Subianto, yang disiarkan langsung di televisi, 15 Juni 2014.

    BEAWIHARTA/REUTERS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    ANTA

    RAF

    OTO

    PASAL TENTANG PERSETUJUAN DPR DALAM PEMILIHAN KEPALA POLRI DAN PANGLIMA TNI DIMOHONKAN UJI MATERI KE MK. SOLUSI MENGATASI SENGKARUT PENUNJUKAN BUDI GUNAWAN.

    MENGUJI PREROGATIFSETENGAH HATI

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    EMPAT bundel dokumen yang ter-bungkus map berwarna merah itu diserahkan sendiri oleh Denny In-drayana kepada petugas pendaftaran permohonan di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 26 Januari lalu. Begitu dokumen berpindah tangan, mantan Wakil Menteri Hu-kum dan Hak Asasi Manusia itu pun menggan-tungkan harapan kepada MK.

    Karena ini terkait dengan situasi sekarang, kalau (uji materi) dikabulkan oleh Mahkamah,

    mudah-mudahan bisa menjadi solusi dalam sengkarut pemilihan Kapolri saat ini, begitu kata Denny.

    Berkas dokumen yang diserahkan Denny terkait dengan permohonan uji materi terha-dap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Ten-tara Nasional Indonesia. Ada lima ayat dalam UU Polri yang diujikan oleh Denny, yakni Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5). Sedangkan pada

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Denny Indrayana dkk saat mendaftarkan permohonan uji materi ke Mahkamah Konstitusi, Senin (26/1).

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    UU TNI, ada enam ayat, yakni Pasal 13 ayat (2), (3), (6), (7), (8), (9).

    Aturan yang diuji itu semuanya terkait deng-an persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat atas pengangkatan dan pemberhentian Kepala Polri dan Panglima TNI yang dilakukan presiden. Menurut pakar hukum dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu, keharusan adanya per-setujuan DPR dalam proses pemilihan Kapolri dan Panglima TNI bertentangan dengan sistem presidensial, yang diatur dalam UUD 1945, khu-susnya Pasal 4 ayat (1).

    Denny tak sendiri. Sejumlah pakar hukum dan aktivis antikorupsi menjadi pemohon uji materi tersebut, di antaranya Feri Amsari dari Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas Padang, Hifdzil Alim dari Pusat Kajian Anti-korupsi UGM, dan Ade Irawan dari Indonesia Corruption Watch. Denny dan kawan-kawan didampingi sejumlah pengacara, selain pakar hukum Universitas Andalas, Profesor Saldi Isra, sebagai ahli.

    Seperti diketahui, sengkarut pemilihan Ko-misaris Jenderal Polisi Budi Gunawan sebagai

    Komjen Budi Gunawan mengangkat tangan bersama anggota DPR seusai uji kelayakan dan kepatutan.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    Unjuk rasa menagih janji Jokowi-JK memberantas korupsi.

    RACHMAN/DETIKCOM

    Kapolri, selain menimbulkan ketegangan baru antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korup-si, menghadapkan Presiden Joko Widodo pada situasi sulit. Sejumlah kalangan, terutama dari partai-partai pendukung, serta DPR, mende-saknya segera melantik Komjen Budi.

    Alasannya, rapat paripurna DPR pada 15 Ja-nuari lalu menetapkan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Mantan ajudan presiden keempat RI,

    Megawati Soekarnoputri, itu disetujui menjadi Kapolri setelah lolos uji kelayakan dan kepatut-an yang dilakukan Komisi Hukum DPR.

    Namun Presiden Jokowi masih pikir-pikir un-tuk melantik Budi. Sebab, ia juga didesak publik dan para tokoh aktivis antikorupsi agar mem-batalkan pelantikan tersebut. Status Budi, yang ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi oleh KPK, dikhawatirkan bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadap korps baju cokelat itu.

    Tim independen yang berjumlah sembilan orang bentukan Jokowi juga telah memberi-kan rekomendasi agar Presiden membatalkan pelantikan itu. Kredibilitas Jokowi sebagai pre-siden dipertaruhkan jika ia tetap melantik Budi Gunawan.

    Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW Emerson Yuntho, yang datang ke MK mendampingi Denny, menilai hak pre-rogatif presiden dalam memilih pimpinan Polri dan TNI saat ini seperti setengah hati. Sebab, tidak hanya dalam pengangkatan, presiden harus meminta persetujuan DPR. Saat mem-

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    berhentikannya pun presiden harus mendapat lampu hijau dulu dari Dewan.

    Emerson menyinggung adanya desakan ke-pada Jokowi agar tetap melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri, lalu menonaktifkannya sehari kemudian. Menurut dia, hal itu tidak mudah, karena penonaktifan Kapolri juga harus melalui persetujuan DPR.

    Kalau DPR enggak setuju, Kapolrinya tetap BG (Budi Gunawan), ujar Emerson.

    Dengan berbagai alasan itulah para aktivis antikorupsi tersebut mengajukan permohonan uji materi ke Mahkamah Konstitusi. Menurut Denny, jika uji materi ini dikabulkan, Presiden Jokowi, yang saat ini dalam posisi sulit, bisa mengangkat nama lain untuk menjadi Kapolri baru tanpa harus melalui persetujuan DPR.

    Tentu dengan cara yang baik dan ber-sih, yaitu melibatkan KPK, PPATK,

    bahkan Ditjen Pajak. (Calon Ka-polri) ini taat pajak atau tidak, tutur Denny.

    Bukan hanya memangkas hak prerogatif presiden, keha-rusan adanya persetujuan DPR

    dalam mengangkat atau memberhentikan Ka-polri, menurut mantan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto, juga bisa menyeret seorang calon Kapolri ke pusaran kepentingan politik. Sebab, calon Kapolri setidaknya harus punya link di lingkup internal Dewan agar pencalon-annya mulus.

    Padahal nanti, kalau ada apa-apa di tengah jalan, yang tanggung jawab siapa? Ya, Presiden, ucap bekas Kepala Kepolisian Daerah Kaliman-tan Timur tersebut.

    Namun keinginan para aktivis antikorupsi agar MK membatalkan pasal persetujuan DPR dalam proses pemilihan Kapolri dan Panglima TNI sepertinya bakal menemui jalan terjal. Niat itu mendapat tentangan dari kalangan DPR, yang notabene pembentuk undang-undang.

    Menurut anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Nasir Djamil, sistem ketatanegaraan di Indonesia tidak mengenal kekuasaan prerogatif, melainkan kekuasaan konstitusional. Di Amerika Serikat saja, menu-rut Nasir, yang disebut sebagai pusat sistem presidensial, saat menetapkan menteri-mente-rinya, presiden juga harus melewati kesepakat-

    Mantan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto

    RACHMAN/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NASIONAL

    an atau persetujuan senator.Jadi, menurut saya, gugatan itu keliru. Sebab,

    kekuasaan prerogatif itu harus dibatasi karena sangat rawan diselewengkan, kata Nasir, sera-ya menyebut pihaknya juga akan memberikan pendapat di dalam sidang MK terkait uji materi tersebut.

    Hanafi Rais, Wakil Ketua Komisi I DPR yang membidangi pertahanan dan keamanan, juga tak setuju jika pemilihan Kapolri dan Pang-lima TNI tanpa melalui persetujuan De wan. Alasannya, TNI dan Polri adalah alat negara,

    sehingga pemilihan pucuk pimpinannya harus melibatkan lembaga lain, yakni DPR.

    Kalau presiden diberi hak penuh soal TNI/Polri tanpa melalui persetujuan DPR, ini baha-ya. Bisa kembali seperti zaman Orde Baru, ujar politikus Partai Amanat Nasional ini.

    Menurut putra sulung pendiri PAN, Amien Rais, itu, hak prerogatif presiden berlaku untuk segala alat pemerintah, seperti menteri dan Jaksa Agung. Kalau (memilih) alat pemerintah, silakan, tidak usah melibatkan DPR, ucap Ha-nafi. n DEDEN GUNAWAN, ADITYA MARDIASTUTI | DIM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Tim independen yang dibentuk Presiden Jokowi untuk memberi masukan terkait konflik Polri-KPK. Mereka antara lain mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif (duduk), mantan Wakil Ketua KPK Tumpak Hatorangan (kanan), dan pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana (kiri).

    WIDODO S/ANTARA FOTO

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    PENGADILAN MEMENANGKAN TNI AL DALAM SENGKETA LAHAN DENGAN TUJUH PIHAK. NAMUN DIKALAHKAN DALAM PERKARA DENGAN AHLI

    WARIS SOEMARDJO. MENOLAK EKSEKUSI.

    ZAB

    UR

    KAR

    UR

    U/A

    NTA

    RA

    FOTO

    DUA VERSI DI GADING BARAT

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    LAHAN seluas 20,5 hektare di Kelu-rahan Kelapa Gading Barat, Keca-matan Kelapa Gading, Jakarta Utara, itu sebagian kini nyaris dipenuhi bangunan. Di atas tanah yang dikuasai TNI Angkatan Laut itu, tak hanya berdiri asrama prajurit dan perumahan perwira, tapi juga sejumlah kantor milik kesatuan tersebut. Kantor itu antara lain Markas Komando Pu-sat Polisi Militer TNI AL, Dinas Pembinaan Potensi Maritim AL, dan Dinas Kesehatan

    Pangkalan Utama AL III. Sejumlah bangunan ibadah juga berdiri tegak di sana.

    TNI AL menduduki lahan yang secara administratif terbagi dalam tiga rukun warga ituRW 02, 03, dan 05sejak puluhan tahun lalu. Namun lokasi yang dibatasi Kali Sunter di tepi Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, tersebut sampai saat ini tak pernah sepi dirundung sengketa. Sejak belasan tahun lalu, sejumlah pihak memperkarakan tanah itu dan mengklaim sebagai pemilik sah, termasuk ahli waris Soemardjo.

    Ahli waris yang terdiri atas 13 orang anak dari Soemardjo (almarhum), warga Jakarta, itu memperkarakan kepemilikan tanah ter-sebut sejak 1996. Tidak tanggung-tanggung, ke-13 ahli waris menggugat pemerintah RI, Menteri Pertahanan dan Keamanan, serta Kepala Staf TNI AL.

    Kasus sengketa tanah itu bergulir hingga ke Mahkamah Agung. Hasilnya, putusan peninjauan kembali MA yang dijatuhkan pada 15 tahun lalu, dengan nomor: 541/PK/Pdt/2000, memenangkan ahli waris Soe-

    Seorang pria yang diduga petugas Pengadilan Negeri Jakarta Utara diamankan dari serangan warga saat puluhan anggota Marinir dan warga menghadang proses eksekusi vonis atas lahan di Jalan Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (14/1).

    ZABUR KARURU/ANTARA FOTO

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    mardjo. Namun masalah belum selesai kare-na TNI AL mempertahankan tanah itu. Ahli waris Soemardjo lalu kembali melayangkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakar-ta Utara pada 2004.

    Putusan kali ini pun senada. Pada 6 Okto-ber 2004, PN Jakarta Utara menerima gugat-an penggugat seluruhnya dan menyatakan

    putusan PK MK Nomor 541 Tahun 2000 telah berkekuatan hukum tetap atau in kracht. Ahli waris Soemardjo dinyatakan sebagai satu-satunya pemegang hak yang sah atas tanah bekas Hak Barat Ex Eigendom Verponding bernomor 6525, 11201, 11202, 11203, dan 11204 tersebut.

    Pengadilan juga memerintahkan tergugat menyerahkan tanah itu kepada ahli waris Soemardjo serta menghukum tergugat I (pe-merintah) untuk mengganti rugi atas pengu-asaan tanah sejak gugatan diajukan. Ganti rugi sebesar Rp 2.050.000.000 (dua miliar lima puluh juta rupiah) per tahun sampai tanah diserahkan kepada penggugat.

    Para tergugat kemudian mengajukan per-mohonan banding. Namun putusan Peng-adilan Tinggi DKI Jakarta pada 21 November 2005 malah menguatkan putusan pengadilan negeri. Pemerintah lalu mengajukan kasasi, tapi hasilnya sama. MA menolaknya, dan dituangkan dalam putusan bernomor 1470 K/Pdt/2006 tanggal 16 Maret 2007.

    Puluhan anggota Marinir bersama warga menutup jalan saat lahan di kompleks TNI AL akan dieksekusi PN Jakarta Utara, Rabu (14/1).

    ZABUR KARURU/ANTARA FOTO

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Masih tak puas, tergugat mengajukan per-mohonan peninjauan kembali ke MA. Lagi-lagi peninjauan kembali ditolak dan Mahka-mah mengabulkan permohonan eksekusi vonis atas lahan dari tangan tergugat seperti tertuang dalam Putusan PK bernomor 332/PK/Pdt/2008 pada 13 Januari 2009.

    Namun hingga kini TNI AL tak pernah me-nyerahkan lahan itu. Upaya eksekusi pada April 2011 gagal karena dihalangi sejumlah prajurit TNI AL. Eksekusi akhirnya ditunda karena situasi tidak kondusif. Pihak TNI AL juga beralasan Menteri Keuangan sebagai pengelola barang milik negara sedang meng-

    Apel petugas keamanan gabungan sebelum eksekusi dilakukan PN Jakarta Utara.

    DOK.DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    ajukan gugatan kepemilikan di Pengadilan Negeri Klaten, Jawa Tengah, dan gugatan perlawanan di PN Jakarta Utara.

    Belakangan, gugatan kepemilikan itu pun kandas karena, hingga tingkat kasasi di MA

    pada 2012, gugatan tersebut ditolak. Demikian halnya dengan gugatan

    perlawanan yang diajukan lewat PN Jakarta Utara, juga dito-

    lak, dan kini telah in kracht berdasarkan keputusan MA bernomor 2636 K/Pdt/2013 pada 27 Januari 2014.

    Dengan adanya putusan itu, PN Jakarta Utara pada

    14 Januari 2015 kembali be-rupaya melakukan eksekusi.

    Namun lagi-lagi mendapat per-lawanan dari tentara berseragam

    dan sebagian bersenjata lengkap, yang dibantu puluhan warga. Mereka

    mengusir tim juru sita PN Jakarta Utara di Jalan Bou levard, Kelapa Gading.

    Situasi memanas, tapi ratusan aparat

    gabungan dari kepolisian, Komando Distrik Militer 0502/JU, Garnisun, dan Satuan Polisi Pamong Praja tak berbuat banyak lantaran tak ingin terjadi bentrokan di antara aparat. Para juru sita terpaksa diamankan di kantor Polres Jakarta Utara. Pembacaan berita acara eksekusi tetap dilakukan, tapi dari Jalan Pe-rintis Kemerdekaan di seberang Kali Sunter.

    Juru biara PN Jakarta Utara, Wisnu Wicakso-no, mengatakan, dengan adanya pembacaan berita acara, eksekusi vonis telah dijalankan. Tapi, soal pengosongan (lahan), nanti bagai-mana persetujuan antara pemohon dan ter-mohon eksekusi, kata Wisnu di kantornya, Senin dua pekan lalu.

    Kuasa hukum penggugat, Ngatino, menga-takan Soemardjo membebaskan lahan seluas 20,5 hektare itu pada 1960-an dari sejumlah penggarap. Pada 1980, Soemardjo meng-ajukan permohonan hak ke negara. Namun TNI AL juga menyatakan memiliki hak yang sama. Saling klaim terjadi hingga perkara itu digugat ke pengadilan pada 1996.

    Saat itu pengadilan sudah menetapkan sita

    Soal pengosongan (lahan), nanti bagaimana

    persetujuan antara pemohon dan termohon

    eksekusi.

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    jaminan, sehingga tanah tak boleh dialihkan atau didirikan bangunan di atasnya. Namun, yang terjadi, TNI AL tetap membangun.

    Kalau dibangun, suatu saat kalah dan (bangunan) dieksekusi, ya harus di-ikhlaskan, karena sudah diingatkan, ujar Ngatino.

    Kendati begitu, saat pertemuan mediasi, pihaknya sempat mena-warkan penggantian bangunan yang telah didirikan menggunakan uang negara tersebut di lahan yang

    berbeda. Namun mediasi yang difasilitasi pengadilan

    antara ahli waris So-emardjo dan peme-rintah serta TNI AL selalu gagal.

    Mungkin sampai enam atau tujuh kali medi-

    asi, tutur-

    nya, seraya berharap pemerintah dan TNI AL menaati putusan pengadilan tersebut.

    Secara terpisah, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir membantah pihaknya melawan hukum ataupun putusan pengadilan. Sebab, faktanya, TNI AL juga memiliki bukti kuat kepemilikan.

    Tanah itu sudah bersertifikat, milik negara, dalam hal ini TNI AL, dan terdaftar sebagai barang milik negara, ucapnya.

    Lahan itu diperoleh TNI AL pada 1960 melalui pemberian ganti rugi kepada pemilik, pemegang hak usaha, dan pemegang hak sewa berdasarkan Akta Jual-Beli Mutlak Ta-nah Milik dan Akta Penyerahan Hak Usaha. Proses pembebasan dilakukan Panitia 9, yang diketuai Nazir Chatib, Kepala Kantor Agraria Jakarta Utara saat itu.

    Selain ahli waris Soemardjo, 12 pihak lain-nya juga mengklaim kepemilikan obyek tanah yang sama. "Dari 12 itu, tujuh beperkara de-ngan TNI AL," kata Kepala Seksi Tata Guna

    Ngatino, kuasa hukum ahli waris Soemardjo

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Dinas Fasilitas Pangkalan Markas Besar TNI AL, Letnan Kolonel Laut Amir Mahmud, saat ditemui di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis pekan lalu.

    Dan, menurut Amir, putusan pengadilan yang juga telah berkekuatan hukum tetap me-

    nyatakan TNI AL adalah pemilik sah lahan itu. Salah satunya sengketa dengan PT Wiguna Utama Pertiwi, yang tertuang dalam putusan PK bernomor 89 PK/Pdt/2002 tertanggal 31 Mei 2005.

    Putusan itu menyatakan obyek tanah se-luas 31,5 hektareobyek yang sama dengan sengketa dengan ahli waris Soemardjoada-lah sah milik TNI AL. Karena itu, Manahan mempertanyakan dua versi putusan peng-adilan yang bertolak belakang tersebut.

    Jadi, tidak mungkin TNI AL menyerahkan lahan itu. Tugas kami menggunakan dan mengamankannya, ujar Manahan.

    Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan turun tangan menangani masalah ini. Ia mengajak pihak yang bersengketa kembali bermusyawarah. Persoalan tanah, ujar dia, terkait hak hidup masyarakat serta peman-faatan lahan oleh pihak yang membutuhkan.

    Jadi, kami minta di-pending dulu eksekusi-nya, tutur Ferry. M. RIZAL, ADITYA MARDIASTUTI | DIM

    Seorang tentara menunjukkan bukti sertifikat tanah yang dikantongi TNI AL.

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    PENEMUAN JASAD SATU KELUARGA YANG TEWAS TERBAKAR DI KAMAR HOTEL DI KLUNGKUNG, BALI, MASIH DISELIDIKI. KORBAN DIDUGA TERBELIT UTANG.

    MISTERIDI KAMAR 221

    ILU

    STR

    ASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    BAU benda terbakar mengusik Hery Widiatmoko saat hendak mematikan lampu-lampu di lantai dua Hotel Klungkung Tower, Bali, Jumat pagi, 23 Januari 2015. Hery sedang bertugas bersama Made Aprianti, sesama karyawan hotel itu, saat mencium bau jelaga menyengat dari kamar nomor 221. Sisa abu juga terlihat di genangan

    air yang keluar dari sela-sela pintu. Keduanya menggedor pintu kamar, tapi tak

    ada jawaban. Hery lalu berlari mengambil kun-ci cadangan. Benar saja, begitu pintu dibuka, asap mengepul ke luar ruangan. Pria berusia 35 tahun itu pun bergegas melapor kepada manajer hotel dan polisi. Setelah polisi datang, pemandangan memilukan terlihat di dalam kamar 221 itu. Lima orang tewas dalam kondisi hangus terbakar di atas tempat tidur.

    Kelima orang yang diketahui berasal dari satu keluarga itu adalah Gusti Ngurah Karpica alias Gus De, 32 tahun, dan istrinya Gusti Ayu Rastapiana (29), warga Karangasem, Bali. Tiga lainnya adalah anak mereka yang masih kecil, yakni Gusti Ngurah Narendra Kresna (6), Gusti Alit Satria Wedanda (4), dan Gusti Ayu Santi Jayanti, yang baru berusia 7 bulan.

    Ketika ditemukan, jasad Gus De dan ketiga anaknya berada di tempat tidur. Sedangkan is-trinya berada di bawah tempat tidur. Diduga jasad Rastapiana terjatuh saat tempat tidur itu hancur terbakar.

    Keluarga korban merupakan tamu satu-satunya. Tamu sebelumnya check-out sehari

    Kepala Polres Klungkung AKBP Ni Wayan Sri Yudatni Wirawati saat meninjau TKP penemuan jasad terbakar.

    WAYAN SP/KONTRIBUTOR MAJALAH DETIK

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    sebelumnya, kata Hery saat ditemui di hotel yang berlokasi di Jalan Gunung Rinjani Nomor 18, Klungkung, Bali, Ahad, 26 Januari lalu.

    Menurut karyawan hotel, Made Putra, kor-ban menginap sejak Kamis, 22 Januari, pukul 19.15 Wita. Namun, saat check-in, Gus De tidak menyerahkan kartu tanda penduduk karena

    mengaku ketinggalan. Meski begitu, ia lang-sung membayar sewa menginap untuk satu malam sebesar Rp 375 ribu. Tanpa rasa curiga, petugas pun menyerahkan kunci kamar.

    Sebelumnya, korban sempat akan menyewa bungalo, yang lokasinya paling atas, tapi tidak diperbolehkan karena Gus De membawa serta anak-anaknya yang masih kecil. Kalau di (bu-ngalo) atas, kalau ada apa-apa, nanti kami tidak mendengar, ujar Made.

    Karena itu, ia lalu mengarahkan korban dan keluarganya untuk menginap di lantai dua. Me-nurut Made Putra, Gus De sempat keluar dari hotel sekitar pukul 20.00 Wita untuk membeli minuman. Setelah itu, ia dan keluarganya tak pernah keluar dari kamar.

    Korban datang ke hotel itu dengan mengen-darai mobil Toyota Kijang Krista berwarna perak bernomor polisi DK-1238-DB. Dari pengecekan polisi, mobil itu atas nama Ni Luh Nyoman Silawati, yang beralamat di Banjar Sibang Kaja, Denpasar Utara. Namun, sejak 2009, mobil itu sudah dijual. Mungkin kini sudah dimiliki Gus De.

    Polisi juga langsung menggelar olah data

    Jenazah korban diserahkan kepada pihak keluarga.

    WAYAN SP/KONTRIBUTOR MAJALAH DETIK

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    tempat kejadian perkara begitu kelima jasad itu ditemukan. Tim Inafis dan tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Bali dilibatkan, yang dipimpin Wakil Kepala Kepolisian Daerah Bali Brigadir Jenderal Nyoman Suryastra. Selu-ruh rekaman kamera CCTV hotel dan sejumlah barang bukti dibawa ke Markas Polda Bali untuk membantu penyelidikan.

    Adapun Hotel Klungkung Tower ditutup untuk sementara waktu selama berlangsung-nya penyelidikan polisi. Namun pemilik hotel, Ni Ketut Puspawati, menolak memberikan penjelasan. Silakan minta keterangan manajer hotel karena dia sedang dimintai keterangan di Polres Klungkung. Maaf, ya, tuturnya.

    Kematian secara mengenaskan Gus De dan

    Wakil Kepala Polda Bali Brigjen Nyoman Suryastra (kanan) saat meninjau TKP.

    WAYAN SP/KONTRIBUTOR MAJALAH DETIK

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    keluarganya itu menggegerkan warga Kara-ngasem. Kabar itu begitu cepat tersiar melalui media sosial. Sejumlah kenalan dan kerabat Gus De langsung berdatangan ke rumah kor-ban di Jalan Untung Surapati Nomor 101, Desa Padangkerta, Karangasem.

    Dari informasi yang beredar, Gus De, yang diketahui memiliki bengkel UD Putra Urip

    di Desa Padangkerta, Karangasem, diduga terbelit utang hingga ratusan juta rupiah. Pria yang dikenal gesit dalam usaha itu beberapa tahun lalu menginvestasikan uang dalam bisnis jual-beli saham yang dijalankan oleh seorang tetangganya.

    Untuk berinvestasi itu, Gus De diduga me-minjam uang ke sejumlah pihak. Nah, bisnis saham itu bangkrut pada 2013. Hal itu diakui oleh Ida Bagus Cakra, 58 tahun, sahabat Gus De. Ia mengatakan korban pernah bilang ikut menyimpan uang ratusan juta rupiah di bisnis saham.

    Soal utang korban diakui pula oleh I Kadek Sugiantara, 26 tahun, karyawan sebuah peru-sahaan pembiayaan di Denpasar. Ia menga-takan Gus De masih mencicil ke perusahaan tempatnya bekerja setiap bulan sebesar Rp 4 juta selama empat tahun dengan jaminan BPKP mobilnya.

    Saya ke sini sebenarnya mau menagih (cicil-an), tapi tidak tahu Pak Gusti sudah meninggal, ucapnya.

    Gus De juga diketahui berutang kepada I Komang Putu, 53 tahun, warga Jalan Laksa-

    Kepala Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, dr Dudut Rustiadi (kiri), memberi keterangan didampingi Kepala Polres Klungkung Ni Wayan Sri Yudatni.

    WAYAN SP/KONTRIBUTOR MAJALAH DETIK

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    mana, Karangasem, sebesar Rp 75 juta, pada akhir tahun lalu. Komang, yang berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah menengah pertama di Karangasem, meminjamkan uang karena Gus De mengaku akan membeli ta-nah.

    Masalahnya, uang yang dipinjamkan Komang Putu kepada korban berasal dari pinjaman koperasi di kantornya. Saya sekarang bingung harus bagaimana, karena saya dapat uang juga dari hasil meminjam, katanya.

    Namun ayah Gus De, I Gusti Gede Oka, 65 tahun, mengatakan anaknya itu tidak pernah mengeluhkan adanya masalah dengan orang lain, apalagi dengan keluarganya. Sebelum di-temukan tewas, korban sempat menghubungi-nya dan mengaku sedang menginap di hotel di daerah Buleleng.

    Kata dia (Gus De), jemput temannya dari Jawa dan menginap di hotel. Saya juga sempat ngobrol dengan menantu dan mendengar cu-cu-cucu asyik bercanda, ujar Gede Oka, yang sangat terpukul.

    Hingga pekan lalu, penemuan lima jasad ter-

    bakar itu masih menjadi misteri. Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Klungkung Ajun Komisaris Nyoman Wijaya mengatakan belum dapat menyimpulkan apakah persoalan utang menjadi penyebab kematian satu kelu-arga tersebut. Pihaknya juga masih menunggu hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik Polda Bali.

    Setelah selesai, kami akan melakukan anali-sis, lalu disimpulkan, tutur Nyoman.

    Sementara itu, dari hasil autopsi di Rumah Sakit Umum Sanglah, Denpasar, tidak ditemu-kan tanda-tanda kekerasan pada kelima jasad tersebut. Penyebab kematiannya, yang pasti, terlalu banyak menghirup gas karbon monok-sida, ucap dokter forensik RS Sanglah, Dudut Rustiadi.

    Kendati begitu, Kepala Polres Klungkung Ajun Komisaris Besar Ni Wayan Sri Yudatni Wirawati enggan berspekulasi. Pihaknya be-lum bisa memastikan apakah korban bunuh diri atau dibunuh. Beri kami waktu melakukan pemeriksaan, kata Wirawati.

    WAYAN S.P. (KLUNGKUNG), I MADE ARDHIANGGA | M. RIZAL

    Pasangan Gusti Ngurah Karpica dan Gusti Ayu Rastapiana

    REPRO/WAYAN SP

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    KOLOM

    OLEH: PROFESOR SALDI ISRA

    BIODATA

    Nama: Saldi Isra

    Tempat/Tanggal Lahir: Paninggahan, Solok, 20 Agustus 1968

    Pendidikan: Doktor Ilmu Hukum (Cum

    Laude) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009.

    BERBEDA dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan SBY-Boediono, duet Joko Widodo-Jusuf Kalla memang tak memberikan target apa pun soal seratus hari pemerintahannya. Padahal, bagi sebagi-an masyarakat, momentum seratus hari pertama bisa digunakan untuk melihat seberapa besar pemerintahan baru bergerak sesuai dengan kehendak pemilih yang telah memberi mandat melalui pemilu. Selain itu, hitungan seratus hari sekaligus menilai komitmen awal dalam memenuhi pohon janji selama masa kampanye.

    Dibanding SBY-Boediono, kondisi yang dihadapi Jokowi-JK dalam seratus hari pertama memang jauh lebih terjal dan berliku. Bak pengantin baru, keduanya nyaris tak menikmati bulan madu. Sejak dari awal mereka dihadapkan pada impit-an persoalan yang tak sederhana, seperti rongrongan dari lawan-lawan politiknya yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih. Dalam perjalanan, tekanan juga datang dari sebagian partai politik yang mendukung pencalonan mereka.

    YANG PALING DITAKUTKAN, KISRUH KPK-POLRI AKAN BERUJUNG PADA KEMATIAN KPK.

    AWAN GELAP SERATUS HARI JOKOWI-JK

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    KOLOM

    Tentu saja kondisi semacam itu bukan menjadi alasan untuk tidak mulai meme-nuhi pohon janji selama masa kampanye. Bahkan, untuk hadir sebagai pemerintah yang kuat, kemampuan keluar dari berbagai tekanan menjadi batu ujian dalam menghela roda pemerintahan hingga lima tahun.

    Penegakan HukumTak terbantahkan, penegakan hukum merupakan salah satu agenda besar yang

    mesti dikelola secara tepat oleh siapa saja yang memerintah negeri ini. Pasangan Jokowi-JK menyadari hal ini, sehingga berikrar untuk memperkuat kehadiran negara

    dalam melakukan reformasi sistem dan penegak-an hukum yang bebas korupsi, bermartabat,

    dan tepercaya seperti tercantum dalam Nawa Cita.

    Ihwal ini, dalam Nawa Cita dinya-takan akan mendukung penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pendanaan. Ben-tuk penegasan dukungan agenda pemberantasan korupsi, Jokowi-JK

    akan memastikan sinergi di antara kepolisian, Kejaksaan Agung, PPATK,

    dan KPK. Selain itu, diperkuat fungsi koordinasi dan supervisi dalam penegakan

    hukum kasus korupsi.

    Master of Public Admi-nistration dari Institute of Postgraduate Studies and Research University of Malaya Kuala Lumpur, Malaysia, 2001.

    Sarjana Hukum (Summa Cum Laude) dari Univer-sitas Andalas, 1995.

    Pekerjaan: Guru Besar Hukum Tata

    Negara FH Universitas Andalas.

    Ketua Program Doktor Ilmu Hukum FH Univer-sitas Andalas.

    Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) FH Universitas Andalas.

    Karya: Menulis puluhan makalah

    penelitian yang diterbit-kan di berbagai jurnal dan menerbitkan belasan

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    KOLOM

    Tapi secara jujur harus dikemukakan, dalam seratus hari pertama ini, belum terlihat adanya upaya konkret pemenuhan janji dalam Nawa Cita tersebut. Alat ukur sederhana yang dipakai adalah bagaimana Presiden memilih dan mengisi tiga jabatan penting di lingkungan pemerintahan, yaitu pengisian Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jaksa Agung, dan Kepala Kepolisian RI.

    Ketika Presiden Jokowi memilih Menteri Hukum dan HAM dari partai politik, publik masih dapat mengerti dan memahami pilihan itu. Penilaian umum yang muncul, karena Presiden memerlukan figur yang lebih mudah berkomunikasi dengan semua kekuatan politik di DPR, terutama untuk memudahkan pelaksanaan agenda legislasi. Tapi, ketika Presiden Jokowi juga memilih H M. Prasetyo sebagai Jaksa Agung, meski pernah lama berdinas sebagai jaksa, publik menilainya lebih sebagai representasi Partai NasDem. Beruntung perdebatan cepat mereda karena sosok Prasetyo tak begitu kontroversial.

    Awan GelapMendekati seratus hari pemerintahan Jokowi-JK, wilayah penegakan hukum di-

    lingkupi gumpalan awan gelap. Kondisi ini dimulai dengan beredarnya kabar bahwa mantan ajudan Megawati Soekarnoputri, Komjen Budi Gunawan, akan diusulkan menjadi calon Kapolri menjadi nyata. Komitmen Jokowi dalam penegakan hukum, terutama pemberantasan korupsi, pun digugat banyak pihak. Sebab, nama yang bersangkutan pernah masuk daftar sejumlah perwira tinggi kepolisian yang ter-indikasi memiliki rekening tambun alias rekening tak wajar.

    Ketika KPK kemudian menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka hanya selang beberapa hari setelah diajukan Presiden ke DPR, sejumlah kalangan berpan-

    buku, di antaranya:1. 10 Tahun Bersama

    SBY, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2014.

    2. Membangun Demok-rasi, Membongkar Korupsi, Rajawali Pers, Jakarta, 2010.

    3. Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguat-nya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010.

    4. Kekuasaan dan Peri-laku Korupsi, Pener-bit Buku Kompas, Jakarta, 2009.

    5. Reformasi Hukum Tata Negara Pasca-Amandemen UUD 1945, Andalas Uni-versity Press, 2006

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    KOLOM

    dangan nama itu akan langsung ditarik kembali dan diganti nama lain. Namun, entah kekuatan apa yang berada di balik proses ini, Jokowi tidak melakukan hal itu.

    Awan gelap menuju seratus hari menjadi kian pekat ketika penetapan status tersangka bagi Budi Gunawan merambat menjadi serangan hebat ke KPK. Tiba-tiba Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditetapkan sebagai tersangka dan dilan-jutkan dengan langkah penangkapan. Dalam batas penalaran yang wajar, sulit me-nyatakan bahwa tindakan tidak senonoh yang dialami Bambang Widjojanto tak terkait sama sekali dengan penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka. Bahkan, tidak akan selesai di Bambang Widjojanto, upaya kriminalisasi terhadap pimpinan KPK yang lain sangat berpeluang terus berlangsung.

    Melihat perkembangan yang terjadi, sulit dibantah, seratus hari pemerintahan Jokowi-JK benar-benar diselimuti awan gelap nan pekat. Saat ini publik tak hanya resah melihat upaya sistematis untuk melemahkan KPK, tapi juga sedang menung-gu perkembangan yang terjadi di lembaga antirasuah ini. Yang paling ditakutkan, kisruh ini akan berujung pada kematian KPK. Karena itu, tidak berlebihan jika ba-nyak pihak berharap Presiden Jokowi mengajukan nama lain ke DPR sebagai calon Kapolri.

    Jika ini dilakukan, Jokowi tak hanya menyelamatkan agenda penegakan hukum dalam Nawa Cita, tetapi juga dapat menyelamatkan KPK dan agenda pemberan-tasan korupsi. Lebih jauh dari itu, jika gagasan tersebut dilaksanakan, Jokowi-Kalla mampu sedikit memberi embusan angin untuk menggusur awan gelap tersebut. Artinya, ini dapat menjadi sedikit menyelamatkan muka Jokowi-JK dalam peringat-an seratus hari pemerintahan mereka. Semoga! n

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    MAKANYA DALAM KASUS INI JK TIDAK AKTIF.

    JOKOWI BETUL-BETUL SENDIRIAN.

    AWAS JATUH PAK PRESIDEN

    FOKUS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Tap untuk melihat Video RAPAT di kantor Sekretariat Nega-ra itu terus berlanjut meski langit Jakarta sudah gelap. Hari itu, Senin, 26 Januari 2015, tim yang bekerja di

    sana berkejaran dengan waktu menyiapkan draf keputusan presiden soal pembentukan tim independen buat menengahi konflik Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Polri.

    Keputusan presiden itu dirasa perlu oleh calon anggota Tim 9 buat dijadikan pegangan jika hendak mendatangi atau memanggil pihak

    terkait. Jimly Asshiddiqie-lah yang meminta Menteri-Sekretaris Negara Pratikno agar segera menyiapkannya.

    Jimly membenarkan adanya pembahasan keputusan presiden itu, tapi Tim 9 baru ikut pembahasan finalisasinya pada Selasa, 27 Janu-ari. Jimly menjelaskan, dalam draf itu disebut Syafii Maarif menjadi ketua tim dan ia wakilnya, sedangkan pakar hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menjadi sekretaris.

    Rancangan keputusan presiden itu menyebut Tim 9 bertugas selama 30 hari kerja dan masa tugasnya bisa diperpanjang 30 hari.

    Tim ini, kata dia, adalah pencari fakta. Karena itu, mereka akan mendatangi lembaga terkait. Mencari fakta dan menemukan akar masalah-nya supaya tidak terulang kasus yang sama. Jangan sampai ada lagi (Cicak versus Buaya) jilid IV, kata Jimly kepada majalah detik.

    Sumber majalah detik di kalangan Istana menceritakan, penyusunan draf keputusan presiden memang sengaja dikebut agar bisa diteken Jokowi pada hari itu juga atau paling lambat Selasa malam. Karena takut situasinya

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    berubah, ujar sumber itu.Angin politik memang terus berganti arah

    sejak KPK menetapkan calon Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Budi Gunawan, sebagai tersangka kasus gratifikasi. Dalam hitungan hari setelah Jokowi menunda pelantikan Budi, mendadak Badan Reserse Kriminal Polri me-nangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojan-to, yang dituding mengarahkan kesaksian palsu dalam sidang Mahkamah Konstitusi.

    Sumber tadi bercerita, setiap hari memang terjadi tarik-ulur di antara Jokowi, pihak yang ingin Budi segera dilantik, dan yang mendesak Jokowi membatalkan-nya. Menurut dia, rata-rata elite politik partai pengusung Jokowi mendorong pelantikan dengan segera Komjen Budi.

    Hikmahanto mengatakan Jokowi harus menghadapi pilihan berat. Me-mihak kepada elite politik dengan kon-

    sekuensi ditinggal masyarakat atau memihak masyarakat dengan konsekuensi ditinggal oleh partai, kata Hikmahanto.

    Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Effendi

    Simbolon menampik anggapan partainya menye-tir Jokowi soal pencalonan Kapolri. Menurut dia, kasus Cicak versus Buaya hanya satu dari banyak kinerja 100 hari Jokowi yang bermasalah. Kalau seperti ini keadaannya dan dia tidak membenahi, ini jadi peluang lawan politiknya. Bisa didorong untuk dijatuhkan, kata Effendi.

    Lingkaran Survei Indonesia dalam surveinya pada 26-27 Januari 2015 mendapati dukung-an kepada Jokowi mulai tergerus gara-gara sengkarut KPK versus Polri. Tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi terjun bebas dari sekitar 71 persen pada Agustus 2014 menjadi hanya 42 persen.

    Ketidakpuasan itu terutama di bidang politik dan hukum. Keduanya sama-sama terkait deng-an penetapan seorang tersangka menjadi Kapolri dan tidak adanya tindakan mencegah kriminali-sasi terhadap KPK.

    Jokowi memang mencoba menengahi konflik itu dengan memanggil petinggi kedua lembaga ke Istana Bogor. Seusai pertemuan pada Jumat, 23 Januari, itu, Jokowi meminta KPK dan Polri memastikan tidak ada kriminalisasi terhadap satu

    FOKUS

    Memihak kepada elite politik dengan konsekuensi ditinggal masyarakat atau memihak masyarakat dengan konsekuensi ditinggal oleh partai.

    Sekretaris Tim 9 Hikmahanto

    Juwana.

    HASAN ALHASBY/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    sama lain. Saya meminta agar institusi Polri dan KPK tidak terjadi gesekan dalam menjalankan tugasnya, kata Jokowi.

    Rupanya ketegangan tetap berlanjut. Kepu-tusan Jokowi menunda pelantikan Budi hingga waktu yang tidak terbatas menjadi sulit karena Bambang Widjojanto menyatakan mundur dari jabatan di KPK lantaran berstatus tersangka. Langkah Bambang itu memicu desakan agar Jokowi menggugurkan Budi dari pencalonan Kapolri.

    Menanggapi desakan itu, Jokowi memilih membentuk tim independen mengikuti lang-kah pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyo-no. Ketika itu Yudhoyono membentuk Tim 8, yang diketuai advokat senior Adnan Buyung Nasution, buat menelusuri dugaan kriminali-sasi terhadap dua komisioner KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah, yang dita-han oleh Bareskrim Polri.

    Hidangan tahu dan sup buntut menanti para tamu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta. Malam itu, Minggu, 25 Januari 2015, Presiden Joko Widodo menjamu enam orang di Istana sembari meminta masukan soal kon-flik KPK dengan Polri.

    Mereka yang diundang itu beberapa diusul-kan oleh Jokowi, selebihnya disodorkan oleh tim dari Sekretariat Negara. Sejak pertemuan segitiga Jokowi-Abraham Samad-Komjen Badrodin Haiti, ring 1 Jokowi mengusulkan agar dibentuk tim independen untuk memberi

    FOKUS

    Tim 9 bentukan Presiden Jokowi memberikan keterangan pers di gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (28/1). Tim memadukan pakar hukum, akademisi, serta mantan petinggi KPK dan Polri.

    WIDODO S. JUSUF/ANTARA

    FOKUS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    masukan.Bukankah memberi saran adalah tugas Dew-

    an Pertimbangan Presiden? Menurut sumber-sumber majalah detik di kalangan Istana, ring 1 Jokowi meragukan masukan dari Wantimpres, yang cenderung mendorong Budi dilantik. Ya, wajar dong karena enam dari parpol, mau di-apakan lagi, ujarnya.

    Ketua Wantimpres Sri Adiningsih menolak menginformasikan masukan lembaga ini kepa-da Jokowi. Kami Wantimpres hanya memberi saran kepada Presiden. Saran kami tidak boleh disampaikan ke publik, karena kami terikat

    undang-undang, kata Sri.Karena itu, begitu mendapat lampu hijau

    dari Presiden, tim kecil ini langsung menelepon satu per satu calon anggota tim independen agar datang ke Istana. Selain mereka yang di-anggap sebagai pakar hukum, seperti Jimly dan Hikmahanto, diundang juga para mantan pe-tinggi KPK, yakni Erry Riyana Hardjapamekas dan Tumpak Hatorangan Panggabean.

    Mantan Wakapolri Komisaris Jenderal (Pur-nawirawan) Oegroseno dan pengamat kepoli-sian dari Universitas Indonesia, Bambang Wi-dodo Umar, juga diminta hadir. Mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, yang pernah masuk Komite Etik KPK, juga diundang tapi absen karena sedang di Yogyakarta.

    Belakangan, susunan ini dianggap berat sebelah karena didominasi orang KPK. Karena itu, ditambahkanlah mantan Kapolri Jenderal (Purnawirawan) Sutanto dan sosiolog Imam Prasodjo, yang pernah masuk tim seleksi pim-pinan KPK.

    Jimly menceritakan pertemuan dengan Jokowi hanya berlangsung sebentar karena

    FOKUS

    Presiden Joko Widodo ketika menemui Komisi Kepolisian Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (29/1). Komisi belum mengusulkan calon Kapolri baru karena masih menanti putusan PN Jakarta Selatan atas gugatan praperadilan penetapan tersangka Komjen Budi Gunawan.

    PRASETYO UTOMO/ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    Presiden harus menghadiri acara di Istana Ne-gara. Namun, kata Jimly, Jokowi, yang mencoba murah senyum, sempat curhat soal sulitnya memecahkan masalah KPK versus Polri.

    Pusing juga saya ini, katanya menirukan Jo-kowi. Menurut Jimly, Jokowi ingin masalah KPK dengan Polri beres, tapi dia juga harus mencari cara agar tidak mengintervensi proses hukum.

    Dalam pertemuan singkat itu, para undangan langsung menodong dibuatkan keputusan pre-siden oleh Jokowi. Kepada Jokowi, Hikmahanto, yang pernah jadi anggota Tim 8 SBY, mengata-kan dulu tim itu punya legalitas sehingga bisa memanggil mereka yang terlibat dalam kon-flik. Presiden bilang kita lihat deh apakah soal legalitas itu perlu atau tidak, kata Hikmahanto.

    Jokowi dalam keterangan pers menyatakan tim independen memang dibentuk buat mem-beri masukan seperti Dewan Pertimbangan Presiden. Semakin banyak masukan semakin baik, kata Jokowi

    Namun pembentukan tim independen ini rupanya tidak menuai dukungan, bahkan Jo-kowi diserang kader partainya sendiri. Politikus

    senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Pramono Anung, menyatakan Jokowi seharus-nya lebih mengandalkan lembaga resmi, seperti Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, DPR, dan DPD.

    Bahkan Pramono, yang partainya beroposisi dengan SBY, meminta Jokowi meniru langkah mantan presiden itu. Seperti saat SBY, ketika ada persoalan, lembaga tinggi negara kumpul cari solusi, ujarnya. Ini persoalan kenegaraan. Presiden sebagai kepala negara gunakan in-strumen untuk cari masukan yang benar.

    Anggota Komisi Hukum DPR dari Fraksi PDIP, Masinton Pasaribu, mengendus tim in-dependen itu hanya akal-akalan orang-orang di sekitar Jokowi. Presiden, kata dia, tak dapat dilepaskan dari ikatan dengan PDIP, sehingga masih harus patuh pada kehendak partai, yang sudah menyetujui Budi sebagai Kapolri.

    Namun Masinton melihat ada sekelompok orang di Istana yang menghalangi Jokowi me-matuhi partainya. Bahkan ring 1 Jokowi dinilai-nya menghalangi orang-orang PDIP, terutama dari Komisi Hukum, bertemu dengan Presiden.

    FOKUS

    Kalau seperti ini keadaannya, (Jokowi) bisa didorong untuk dijatuhkan.

    Effendi Simbolon

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Pak Jokowi sedang dilingkari orang-orang yang berupaya menjauhkannya dari parpol, kata Masinton.

    Menteri-Sekretaris Negara Pratikno mem-bantahnya. Pratikno menyatakan Sekretariat Negara bekerja berdasarkan perintah Presiden. Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menyatakan

    Jokowi sering berkonsultasi soal Budi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, menteri-menteri separtai, serta politikus PDIP. Saya enggak paham bagaimana menjauhkan-nya, kata Andi.

    Tekanan tak memformalkan Tim 9 juga datang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Seseorang di ring

    Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan menggelar aksi "Save KPK" di kantor DPRD Provinsi Sulsel, Makassar, Jumat, (30/1). Mereka menuntut dua institusi penegak hukum itu bisa bersinergi, serta membebaskan diri dari tekanan dan kepentingan politik.

    DARWIN FATIR/ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    1 Jokowi mengatakan Kalla menolak tim inde-penden. Makanya dalam kasus ini JK tidak aktif. Jokowi betul-betul sendirian.

    Kalla membenarkan ia tak setuju Tim 9 diku-kuhkan dengan keputusan presiden. Menurut dia, tim tetap dapat memberikan masukan dengan dasar diminta oleh presiden.

    "Ya dianggap bahwa tim itu memberikan pandangan sebagai narasumber, jadi penasihat untuk Presiden," kata Kalla. "Tidak semua tim itu pakai Keppres."

    Soal tak terlihatnya Kalla saat masalah KPK versus Polri merebak, juru bicara Wapres, Husein Abdullah, menjelaskan, saat itu Kalla sedang ditugasi Jokowi melayat Raja Abdullah ke Arab Saudi. Husein mengatakan, Kalla terus berkomunikasi dengan Jokowi. kalla, kata dia, juga sudah bertemu dengan beberapa anggota Tim 9.

    Akhirnya Jokowi memilih mengikuti cara Kalla dan membatalkan penerbitan keputusan presiden tentang Tim 9. Tanpa dasar hukum itu, Hikmahanto mengatakan, timnya hanya bisa bekerja pasif menunggu jika diminta masukan oleh Jokowi.

    Gagal mendapat dasar hukum, Tim 9 memilih mengumumkan empat skenario tak melantik Budi Gunawan kepada publik. Ketua Tim 9 Sya-fii Maarif mengatakan saat ini Jokowi mendapat tekanan besar agar melantik Budi Gunawan, terutama dari partai.

    Jujur, ini sebetulnya pengajuan BG bukan inisiatif Presiden, kata Syafii. Usul kami, (BG) jangan dilantik, orang ini jangan dilantik.

    Namun gagalnya Tim 9 mendapatkan keputus-

    FOKUS

    Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

    ADEK BERRY/AFP/GETTY IMAGES

    FOKUS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    an presiden tidak serta-merta membuat status Budi Gunawan menjadi jelas. Kepastian pelantik-an Kapolri baru, kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno, masih menanti proses praperadilan penetapan tersangka oleh KPK yang diajukan Budi Gunawan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

    Bagi ring 1 Istana, batal keluarnya keppres tentang Tim 9 dan skenario menanti putusan

    praperadilan itu sudah luma yan. Istana rupanya sengaja mengulur waktu, sehingga muncul pu-tusan hukum yang cukup kuat buat jadi dasar melantik Budi Gunawan atau justru membatal-kan pencalonannya. Ini sebagai politik buying time, ujar sumber itu.

    BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, IRWAN NUGROHO,

    MUHAMMAD TAUFIQQURAHMAN, NUR KHAFIFAH, MOKSA HUTASOIT, MULYA NURBILKIS | OKTA WIGUNA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Calon presiden PDIP Joko Widodo bersama Ketua Umum Partai NasDem, Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo, dan Sekjen Partai NasDem Rio Capela saat deklarasi pembentukan tim kampanye nasional di DPP Partai NasDem, Cikini, Jakarta, Jumat (2/5/2014).

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM.

  • MAJALAH DETIK 19 - 25 JANUARI 2015

    FOKUS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    KEPUASAN publik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla terus menurun. Tak dibatalkannya Komisaris Jenderal Budi Gunawan, yang berstatus tersangka korupsi, sebagai calon Kapolri dan dugaan kriminalisasi pemimpin KPK menjadi alasan utama.

    Menurunnya kepuasan itu justru terjadi di lumbung suara pendukung Jokowi. Berikut ini hasil jajak pendapat Lingkaran Survei Indonesia terhadap 1.200 responden di 33 provinsi yang diadakan pada 26-27 Januari 2015 soal kepuasan terhadap 100 hari peme-rintahan Jokowi.

    SURAM JOKOWIKARENA BUDI

    KEPUASAN PUBLIK

    Penurunan kepercayaan paling banyak di basis pendukung Jokowi-JK:

    22 Juli 2014: 53,15%Agustus 2014: 71,73%Januari 2015 (100 hari): 42,29%

    Lokasi tinggal: PEDESAAN

    Jenis kelamin: PEREMPUAN

    Status sosial dan ekonomi: KELAS BAWAH

    Penyebab:- Sempat naiknya harga BBM bersubsidi- Melonjaknya harga akibat kenaikan harga BBM bersubsidi

    Penyebab:- Program jaminan sosial kartu sehat dan kartu pintar

    Mendukung pilkada langsung.Presiden Jokowi soal kisruh Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah Akan saya tenggelamkan.Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti soal kapal asing pencuri ikan Tidak ada itu istilah pembersihan orang-orang SBY.Jokowi menanggapi isu perseteruan Megawati Soekarnoputri dengan SBY soal penggantian Kapolri. Pernyataan ini muncul di akun Facebook. Belakangan, Istana menyatakan akun itu tidak resmi.

    TIDAK PUAS:

    PUAS:

    Penyebab:- Pencalonan tersangka jadi Kapolri - Kriminalisasi KPK

    HUKUM

    SOSIAL KEAMANAN

    53,11%

    53,86% 57,40%

    52,71% 49,72%

    EKONOMI

    Penyebab:- Konflik koalisi Jokowi versus koalisi Prabowo- Tidak suka menteri pilihan Jokowi-JK- Konflik berkepanjangan Polri versus KPK

    POLITIK:

    Penyebab:- Tak ada gangguan keamanan berarti

    puas puas

    tidak puas tidak puas tidak puas

    Rakyat tidak jelas. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menyitir dukungan terhadap KPK Bukan urusan saya. Presiden Jokowi menanggapi adanya korban demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi di MakassarMenunda, bukan membatalkan. Presiden Jokowi soal penundaan pelantikan Komjen Budi Gunawan menjadi Kapolri

    TIDAK DISUKAI PUBLIK DISUKAI PUBLIK

    OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMOSUMBER: QUICK POLL LINGKARAN SURVEI INDONESIA (METODE MULTISTAGE RANDOM SAMPLING DENGAN MARGIN OF ERROR +/- 2,9%)

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUSFOKUS

    DI TENGAHSANDERA PARTAI PENGUSUNG AGAR CALON KAPOLRI

    BERMASALAH KOMJEN BUDI GUNAWAN DILANTIK, PRESIDEN

    JOKO WIDODO BERTEMU DENGAN POROS KOALISI MERAH PUTIH

    PIMPINAN PRABOWO SUBIANTO. BENARKAH JOKOWI MINTA

    DUKUNGAN KEPADA KMP UNTUK MENGATASINYA?

    DRAMA & KODE

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    PERTEMUAN kurang-lebih empat jam di Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, itu diawali dengan obrolan lepas. Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto banyak melontarkan kelakar. Sejumlah tokoh Koalisi Merah Putih (KMP), koalisi pengusung Prabowo-Hatta Rajasa saat pilpres, yang hadir pun tidak kuasa menahan tawa.

    Hadir tuan rumah, Ketua Umum Partai Gol-kar hasil Musyawarah Nasional Bali Aburizal Bakrie, mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta. Hatta, Ketua Umum Partai Amanat Nasional, datang

    terlambat karena terjebak macet. Semua diser-tai pengurus teras partai masing-masing.

    Begitu Hatta nimbrung, obrolan pada Kamis, 29 Januari 2015, malam itu mulai serius. Mereka membahas ancang-ancang pemilihan kepala daerah serentak setelah diketoknya Perpu Pilka-da Langsung di DPR menjadi undang-undang. Juga soal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan, yang sebentar lagi digodok DPR.

    Kondisi ke depan akan sulit. Harga minyak yang terus turun akan menyebabkan pendapat-an negara turun drastis. KMP memperkirakan harga minyak akan turun sampai ke level US$ 20 per barel. Kita bisa kehilangan pendapatan

    Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto setelah menggelar pertemuan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/1).

    RUSMAN JHONY/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    sekitar US$ 20 miliar, ujar Ketua Dewan Pim-pinan Pusat PAN Tjatur Sapto Edy, yang ikut dalam pertemuan itu, kepada majalah detik.

    Seolah tiba pada intinya, para petinggi KMP lalu menyimak cerita Prabowo tentang per-temuan empat matanya dengan Presiden RI Joko Widodo pada Kamis siang hari di Istana Bogor, Jawa Barat. Pertemuan itu merupakan yang kedua kalinya pascapilpres 2014, yang mendudukkan keduanya sebagai rival.

    Jokowi dan Prabowo pernah bertemu di rumah ayah Prabowo, Prof Sumitro Djojoha-dikusumo, di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 17 Oktober 2014. Saat itu situasi genting. Muncul isu Prabowo dan fraksi-fraksi yang tergabung dalam KMP bakal memboikot pelantikan Jokowi sebagai presiden. Prabowo sendiri akhirnya datang ke pelantikan.

    Kali ini, pertemuan juga dilakukan dalam situasi yang tak biasa. Jokowi tengah mengha-dapi tekanan berat dari partai pengusungnya, Koalisi Indonesia Hebat (KIH), dalam urusan calon Kepala Kepolisian RI. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan cs berkeras Komjen Budi

    Gunawan, yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, dilantik menjadi kapolri.

    Selama sepekan lalu, mencuat juga isu bah-wa PDI Perjuangan mengultimatum Jokowi agar secepatnya melantik Budi Gunawan. Budi Gunawan harus dilantik selambat-lambatnya Kamis, 30 Januari 2015. Jika tidak, PDI Perjuang-an dan partai-partai pendukung lainnya bersi-ap menarik dukungan terhadap pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

    Pusing oleh desakan dari PDI Perjuang-an cs itu, sejak Minggu, 25 Januari, Jokowi mengumpulkan tokoh-tokoh untuk menggali fakta proses hukum Budi Gunawan dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, yang balas ditangkap oleh Polri. Beberapa pihak pun ber-usaha bertemu dengannya, antara lain mantan presiden B.J. Habibie dan Prabowo.

    Namun, menurut Prabowo, Jokowi-lah yang pertama kali menghubunginya. Jokowi ingin menunaikan janjinya berkunjung ke kediam-annya di Hambalang, Sentul. Karena merasa hal itu tidak etis, Prabowo mengusulkan di Istana Bogor saja. Kita dalam posisi diundang, kata Wakil Ketua Umum Gerindra Edhi Prabowo.

    Ketua DPP PAN Tjatur Sapto Edy

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

    FOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    Dalam jumpa pers dengan Jokowi di Istana Bogor, Prabowo mengatakan, ia membicara-kan dua hal dengan Jokowi. Pertama, tentang undangan untuk menghadiri acara Federasi Pencak Silat Indonesia, di mana ia terpilih kem-bali menjadi presidennya. Jokowi pun diberi gelar kehormatan sebagai Pendekar Utama oleh mantan Danjen Kopassus itu.

    Kedua, tentang pencalonan Budi Guna-wan. Kata Prabowo, KPK dan Polri adalah dua

    lembaga penegak hukum yang keberadaannya sama-sama penting. Urusan pelantikan Budi Gunawan sepenuhnya tugas dan hak Jokowi. Namun ia berharap keputusan Jokowi diambil dengan melihat kepentingan rakyat banyak. Kita akan hormati apa pun keputusan Presi-den, ujar Prabowo.

    Sementara itu, Tjatur mengatakan rapat KMP selanjutnya membahas risiko-risiko yang akan terjadi menjelang penentuan nasib calon Kapolri. Namun KMP tak bisa memberikan usul apa pun kepada Jokowi. KMP baru akan bersikap setelah Jokowi memutuskan apakah tetap melantik Budi Gunawan atau tidak. Ya, enggak usah usul. Kan bukan kita yang meng-usung, katanya.

    Menurut dia, presidium KMP juga tidak sedikit pun membahas peluang perubahan dukungan politik. Atau kemungkinan Jokowi meninggalkan KIH dan berpaling ke KMP. KMP tetap dalam posisi mendukung kebijakan pe-merintah yang prorakyat, tapi akan mengkritik jika kebijakan itu tidak berpihak kepada rakyat. Enggak sejauh itu, katanya.

    Berbagai macam spekulasi pascapertemuan

    FOKUS

    Presiden Joko Widodo menerima presiden ketiga B.J. Habibie di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (29/1).

    PRASETYO UTOMO/ANTARA

    FOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    Prabowo-Jokowi tersebut tidak bisa dihindari. Jokowi sedang berusaha mendapatkan teman di pemerintahan yang bisa dipegang komit-mennya secara teguh. Selain itu, ia mencoba menggalang dukungan ke kubu lawan demi menaikkan posisi tawar terhadap partai peng-usungnya.

    Inilah gaya Jokowi yang penuh drama dan kode, kata pengamat politik Universitas Para-madina, Hendri Budi.

    Setelah bertemu dengan Prabowo, Jokowi ti-dak banyak berbicara. Namun sepanjang turun dari tangga Istana Negara hingga mengantar

    Prabowo sampai mobil, raut wajah mantan Wali Kota Solo, Jawa Tengah, itu cerah dan dipenuhi senyuman. Beban beratnya seolah terlupa. Wajah yang sama juga ditunjukkan setelah bertemu dengan B.J. Habibie.

    Saya yakin he must be better dari eyangnya, dari pakdenya, kata Habibie.

    Namun, malam harinya, Jokowi langsung dipanggil Ketua Umum PDI Perjuangan Me-gawati Soekarnoputri. Pertemuan tersebut ter-kesan dirahasiakan dari publik. Para tokoh KIH minus Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh juga melakukan konsolidasi kem-

    Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Indonesia menggelar aksi teatrikal terkait polemik KPK-Polri di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/1).

    YUDHI MAHATMA/ANTARA

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    bali pada Jumat, 31 Januari di kediaman Mega, Kebagusan, Jakarta Selatan.

    Sama dengan KMP, Sekjen Partai NasDem Rio Patrice Capella mengatakan pertemuan itu membahas APBN Perubahan. Megawati, katanya, tidak secara khusus membahas ma-salah Budi Gunawan serta politik yang terus bergerak. Soal Budi Gunawan sudah menjadi pandangan politik semua orang, menyerahkan kepada Presiden, ujarnya kepada majalah detik.

    PDI Perjuangan terbelah menyikapi dampak pertemuan Jokowi dengan Prabowo itu. Ketua DPP PDI Perjuangan Bambang Wuryanto mengatakan dukungan kepada Jokowi bukan hal yang mutlak. Perubahan atau pencabutan dukungan bisa saja dilakukan, tapi harus mela-lui rakernas atau kongres. PDI Perjuangan akan menggelar kongres pada Maret mendatang.

    Sementara itu, politikus banteng moncong putih, Eva Kusuma Sundari, menyebutkan, sebagai presiden, Jokowi boleh berkonsultasi dengan siapa pun, termasuk dengan Prabowo. Kalau Jokowi pada akhirnya tidak melantik

    Budi Gunawan, PDI Perjuangan juga tetap ha-rus memberikan dukungan. PDIP kan parpol pengusung dan pendukung. Apa pun keputus-an Presiden, ya (partai) wajib mendukung, katanya.

    Pihak Istana Negara juga membantah Jokowi sedang menjajaki kemungkinan pindah haluan koalisi. Jokowi sengaja menjaring pendapat dari siapa pun, termasuk dari rival politik. Situasi politik saat ini mengharuskan itu. Presiden se-lama ini sudah jelas mendapat dukungan dari KIH, mulai pilpres hingga pemerintahan berja-lan, ucap Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.

    Menurut dia, hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan, khususnya dengan Megawati, juga baik-baik saja. Presiden sudah ketemu Ibu be-berapa kali. Mas Pram (Pramono Anung) juga bertemu, menteri-menteri asal PDIP. Pak Laoly (Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly) itu andalan Pak Presiden untuk memberikan saran, termasuk yang diminta Presiden untuk membuat kajian khusus, ucap Andi.

    ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DUROHMAN |

    IRWAN NUGROHO

    Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto

    ANDIKA WAHYU/ANTARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUSFOKUS

    BOIKOT DEMI LINDUNGI BUDI

    SAKSI BG BERKILAH MACAM-MACAM, DARI DIARE SAMPAI KEABSAHAN SURAT PANGGILAN. PENYIDIKAN KPK TERHADAP BUDI DIJEGAL DENGAN BERBAGAI CARA.

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    SUSANINGTYAS Nefo Handayani Kertopati enggan menyentuh tele-pon selulernya yang terus-menerus berdering. Layar ponsel tidak me-nunjukkan nama, hanya sederet nomor. Ia tidak mau berbicara dengan orang tidak dikenal.

    Biasanya mantan anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Hanura ini ramah melayani pem-bicaraan melalui telepon. Ia sering memberikan komentar mengenai isu militer dan intelijen. Tapi kini panggilan telepon tak dia respons.

    Sementara saya enggak terima telepon yang anonim ya, via SMS saja, tulisnya melalui pesan singkat.

    Nuning, panggilan akrab Susaningtyas, baru saja melewatkan panggilan pemeriksaan Ko-misi Pemberantasan Korupsi. Ia dipanggil seba-gai saksi dalam kasus yang menjerat Komisaris Jenderal Budi Gunawan pada Kamis, 29 Januari 2015.

    Ia mengaku tidak punya pikiran macam-macam atas panggilan ini. Toh, hubungannya dengan Budi sekadar saudara sepupu. Namun, katanya, diare yang menyerang membuatnya malas melenggangkan kaki ke gedung KPK di

    Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Insya Allah akan penuhi panggilan berikutnya bila situasi saya mendukung, katanya.

    Nuning merupakan salah satu dari daftar 15 saksi untuk Budi. Langkah Nuning diikuti oleh 13 saksi lain, delapan di antaranya merupakan polisi aktif. Mereka memilih menghindari ge-dung KPK.

    Saksi polisi aktif tersebut adalah Brigjen Budi Hartono Untung, Brigjen Triyono, Irjen Anda-yono, Aiptu Revindo Taufik Gunawan Siahaan, Brigjen Herry Prastowo, Kombes Ibnu Isticha, Iie Tiara, dan Kompol Sumardji.

    Sisanya pensiunan dan warga sipil. Mereka adalah Brigjen (Purnawirawan) Heru Purwanto, Liliek Hartati, Muhammad Herviano Widyata-ma, Sintawati Soedarno Hendroto, dan Tossin Hidayat.

    Heru tidak datang ke pemeriksaan karena sakit. Ia menyerahkan surat keterangan sakit melalui pengacaranya. Satu-satunya saksi yang memenuhi panggilan adalah Irjen (Purnawiraw-an) Syahtria Sitepu, mantan Widyaiswara Seko-lah Pimpinan Lembaga Pendidikan Kepolisian.

    Aksi mangkir saksi ini membuat KPK ke-

    Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati

    DOK. PARTAI HANURA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    repotan menindaklanjuti kasus dugaan suap dan rekening gendut Budi Gunawan. Sumber majalah detik di KPK menyebutkan beberapa saksi tersebut memiliki peran kunci dalam pengembangan dugaan kasus suap. Namun ia enggan memerinci nama tersebut.

    Sebagian saksi ini merupakan pemberi, takutnya kalau namanya bocor. Bisa bubar semua, ujar sumber tersebut.

    KPK tengah mendalami dua kasus untuk menjerat Budi, yakni kasus dugaan suap sema-sa ia menjabat Kepala Biro Pembinaan Karier

    Deputi Sumber Daya Manusia Polri pada 2003-2006 dan kasus rekening gendut. Pintu masuk KPK adalah kasus pertama.

    Kekhawatiran sumber tersebut terbukti. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menye-butkan penyidiknya mengendus ada telegram rahasia yang sengaja diedarkan untuk berkelit dari pemeriksaan saksi kasus Budi. Telegram ini diedarkan di kalangan internal kepolisian.

    Kami sedang mengklarifikasi, katanya ada telegram rahasia yang mengatakan Wakapolri (Komjen Badrodin Haiti) setuju untuk dipang-

    Irjen (Purnawirawan) Syahtria Sitepu (kedua kiri) memenuhi panggilan KPK sebagai saksi, (29/1/2015).

    RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    gil. Lalu ada telegram rahasia lain yang menya-takan tidak perlu datang, ucap Bambang.

    Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri In-spektur Jenderal Ronny F. Sompie membantah soal telegram rahasia yang menyarankan agar perwira Polri tidak menghadiri pemeriksaan KPK. Tidak pernah ada soal itu, katanya.

    Aksi boikot proses hukum ini sebenarnya sudah diantisipasi KPK. Pimpinan KPK sengaja melayangkan tembusan surat panggilan saksi kepada Presiden Joko Widodo. Namun upaya ini tidak ampuh karena surat tembusan itu tak mampu memaksa para saksi untuk hadir.

    Upaya menjegal langkah penyidikan KPK bukan hanya itu. Budi Gunawan, yang rencana-nya diperiksa pada Jumat, 30 Januari 2015, pun tidak memberikan tanggapan pantas. Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK Prihar-sa menyebutkan Divisi Hukum Mabes Polri justru mengirimkan Kombes Agung Makbul, yang menyebutkan Budi tidak bisa memenuhi panggilan KPK.

    Ada pihak dari Divisi Hukum Mabes Polri yang hadir dan bertemu dengan penyidik KPK, menyampaikan bahwa BG tidak hadir dalam

    pemeriksaan hari ini sebagai tersangka, deng-an alasan menunggu proses praperadilan, ucapnya.

    KPK menganggap tanggapan itu tidak laik. Agung datang tanpa surat kuasa sebagai peng-acara, dan praperadilan tidak dapat dijadikan alasan menolak pemeriksaan. Agung hanya menyerahkan surat perintah tugas dari Kepala Divisi Hukum Mabes Polri.

    Pengacara Budi, Razman Arif Nasution, mengaku tidak tahu-menahu dengan dua alas-an yang disebutkan Agung tersebut. Menurut dia, pengacara pribadi tidak pernah berkoordi-nasi dengan Divisi Hukum Mabes Polri. Hanya, Razman memastikan kliennya tidak pernah menerima surat panggilan dari KPK, sehingga tidak hadir.

    Jadi, secara substantif, yang mau saya tagih itu adalah surat penetapan tersangkanya. Yang kedua, panggilannya mana, mana yang resmi. Jangan ngumpet-ngumpet! dia menegaskan.

    Namun alasan Razman ini dibantah KPK. Priharsa memberikan data pengiriman surat panggilan dan tanda terima surat tersebut. KPK sengaja mengirimkan surat panggilan keempat

    FOKUS

    Lalu ada telegram rahasia lain yang menyatakan tidak perlu datang.~ Bambang Widjojanto ~

    RAC

    HM

    AN H

    ARYA

    NTO

    /DET

    IKC

    OM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    tempat, yakni rumah dinas Lembaga Pendidik-an Polri (Lemdikpol), kantor Lemdikpol, Mabes Polri, dan rumah pribadi Budi di Duren Tiga, Jakarta.

    Surat panggilan ke rumah dinas diterima oleh Saprianto, di Mabes Polri diterima oleh Dwi Utomo, rumah pribadi diterima Haryanto, dan kantor Lemdikpol diterima oleh Suhardianto.

    Proses kasus Budi berjalan lamban. KPK menghadapi boikot pemeriksaan oleh tersang-ka dan saksi. Langkah KPK kian berat akibat polemik dengan Polri.

    Pascapenangkapan Wakil Ketua KPK Bam-

    bang Widjojanto, Badan Reserse Kriminal Ma-bes Polri mendata aduan terhadap tiga pimpin-an KPK, yakni Abraham Samad, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain. Abraham dilaporkan oleh LSM KPK Watch atas dugaan penyalahgunaan wewenang pada saat pilpres 2014.

    Adnan dilaporkan atas dugaan perampas-an perusahaan dan kepemilikan saham ilegal. Sedangkan Zulkarnain dilaporkan terkait kasus Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyara-kat pada 2008 saat menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.

    Bambang Widjojanto juga melaporkan pe-

    Pengacara Budi Gunawan, Razman Arif Nasution, di Bareskrim.

    AGUNG PAMBUDI/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    FOKUS

    nangkapannya ke Komnas HAM. Ia curiga ka-sus yang menjeratnya bagian dari kriminalisasi untuk menghambat penanganan kasus Budi. Hak dasarnya ikut dilanggar dalam penangkap-an itu.

    Komnas HAM memeriksa Kabareskrim Irjen Budi Waseso pada Jumat, 30 Januari 2015 lalu. Mereka mempertanyakan prosedur penangkapan hingga penanganan kasus saksi palsu yang menjerat Bambang. Polisi meneri-ma laporan pada 19 Januari 2015, empat hari kemudian Bambang sudah ditangkap.

    "Saya yakin seyakin-yakinnya yang saya lakukan dasarnya adalah UU karena, terus terang, saya kan 8 tahun di Propam. Saya eng-gak mungkin melanggar aturan itu," jelas Budi setelah pemeriksaan.

    Apa pun kilah Waseso dalam kasus Bam-bang, KPK kerepotan menghadapi manuver kepolisian. Boikot saksi dan tersangka serta kriminalisasi pimpinan KPK membuat pena-nganan kasus Budi nyaris tak bergerak. n IBAD DUROHMAN | ARYO BHAWONO

    Calon Kapolri Komjen Budi Gunawan di DPR.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    IBU JANDA-JANDA PERKASA

    BAGAIMANA MUNGKIN IBU BISA JADI KOORDINATOR NASIONAL PROGRAM INI KALAU MENGURUS SUAMI SENDIRI SAJA IBU TIDAK BECUS.

    HAS

    AN A

    LHAB

    SY/

    DET

    IKC

    OM

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    Tap untuk melihat Video SEANDAINYA hidup punya warna, warna hidup Theresia Tuto Pati ada-lah hitam kelam. Hidupnya adalah hi-dup yang jahanam. Tapi Theresia, 40

    tahun, tak hendak mengumpat jalan hidupnya.Ketika Theresia masih belasan tahun, hampir

    setiap malam dia berjuang menyelamatkan diri dari ancaman orang terdekatnya sendiri: sang ayah kandung. Entah pikiran kotor apa yang melintas di otaknya, ayahnya, yang bekerja sebagai tenaga keamanan di sebuah gedung

    di Jakarta, terus berusaha menjadikan anaknya sendiri sebagai obyek pelampiasan nafsu.

    Ayahnya tak berumur panjang. Setelah tak ada ayahnya, Theresia menjadi tulang punggung keluarga bagi adik-adiknya. Theresia, yang baru duduk di bangku SMA, harus bekerja siang-malam supaya dia dan tujuh adiknya bisa hidup di Jakarta. Tapi awan gelap tak mau pergi jauh dari hidup Theresia. Dia hamil di luar kehendak-nya. Pelaku pemerkosaan itu adalah pamannya sendiri.

    Pamannya yang telah beristri menyuruh Theresia menggugurkan kandungannya tapi dia tolak. Untuk menutupi kehamilan Theresia, ibunya mengungsikan Theresia ke rumah sau-dara. Dalam keadaan hamil tua, aku menem-puh perjalanan dari Jakarta ke Flores, Theresia menuliskan kisahnya untuk Perempuan Kepala Keluarga (Pekka).

    Pamannya tak mau bertanggung jawab. Dia terpaksa berjuang mencari nafkah sendiri. Theresia bekerja di kelurahan sebagai tukang ketik. Pada 2002, Theresia bergabung dengan Pekka, lembaga nonpemerintah yang berusaha memberdayakan perempuan-perempuan kepa-

    INSPIRING PEOPLE

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    la rumah tangga tanpa suami. Bergabung dengan Pekka membuat Theresia

    makin percaya diri. Wawasan dan pengetahu-annya semakin luas. Sejak 2007, Theresia diper-caya warga Lewotanah, Flores, sebagai kepala desa. Pekka telah mengubah pandanganku tentang perempuan dan tentang kehidupan. Saya bisa menghadapi masa-masa berat meski

    tanpa suami, ujar Theresia.Nasib Siti Hasanah, 46 tahun, tak banyak

    beda dengan Theresia. Walaupun tak lagi muda, suaminya doyan berselingkuh. Biduk rumah tangga yang sudah mereka pelihara selama 26 tahun akhirnya karam. Perempuan kelahiran Cianjur, Jawa Barat, itu memilih bercerai. Lewat seorang teman, Siti Hasanah bergabung deng-an Pekka.

    Pekka memberikan semangat baru untuk tetap mengarungi kehidupan meskipun tanpa suami, ujarnya. Kini Siti Hasanah menjadi ke-pala sekolah PAUD Harapan Bunda.

    Lima belas tahun lalu, hidup Nani Zulminarni Hidjazi Arsyad, 52 tahun, berada pada titik ter-endah. Rumah tangganya kandas. Padahal dia dan suaminya telah memiliki tiga putra. Na-mun hal itu tak menghalangi suaminya untuk menikahi perempuan lain.

    Saat bercerai, saya mengalami kesulitan.... Ada kemarahan dan kebencian, Nani menutur-kan pengalaman pahitnya. Nani sulit percaya,

    HASAN ALHABSY/DETIKCOM

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    setelah melewati jatuh-bangun membangun rumah tangga belasan tahun, pernikahannya akhirnya berujung pada perceraian gara-gara ada perempuan lain di antara dia dan suami.

    Pada saat-saat sulit itu, sahabatnya, Kamala Chandrakirana, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempu-an (Komnas Perempuan) menawarinya satu proyek, yakni mengorganisasi dan member-dayakan para janda di daerah konflik, seperti Aceh. Kamala percaya Nani mampu menjadi koordinator nasional proyek janda itu karena dia pernah menjadi Direktur Pusat Pengem-bangan Sumber Daya Wanita.

    Bertemu dengan para janda, seperti halnya dia, membuat Nani seperti mengobati luka hatinya sendiri. Karena saya juga seorang janda, saya bisa membayangkan dan mera-sakan betapa berat hidup yang harus mereka lalui, katanya. Beban menjadi janda memang berlipat-lipat. Bukan hanya harus bekerja keras mencari nafkah dan menjadi kepala rumah tangga, mereka juga harus melawan stempel buruk masyarakat yang telanjur melekat pada para janda.

    Suatu hari pada 2001 di salah satu desa di Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh, Nani memimpin pertemuan antara para janda dan aparat desa. Sejenak setelah Nani memperkenalkan diri, keuchik desa itu langsung memotong. Ibu seorang janda cerai? Jadi bagaimana mungkin Ibu bisa jadi koordinator nasional program ini kalau mengurus suami sendiri saja Ibu tidak becus. Buktinya Ibu dicerai oleh suami, kata sang keuchik alias kepala desa.

    Kepala Nani sebenarnya langsung mendidih, tapi dia masih bisa menahan diri. Saat itu hati saya sebenarnya marah. Saya hendak mena-ngis, tapi saya tahan, kata Nani. Dia tahu yang dihadapi dan dirasakan para ibu janda tak lebih sama dengan dirinya. Namun ia berusaha tegar dan menunjukkan bagaimana seharusnya ber-sikap di tengah anggapan negatif masyarakat tentang janda. Ibu-ibu janda itu sama seperti saya. Terlihat marah tapi tak berdaya. Dan ke-caman pak keuchik menjadi kesempatan bagi saya untuk menguatkan mereka, ujarnya.

    Kepada para janda itu, Nani menekankan bahwa menjadi janda bukanlah aib, dus tak perlu malu menjadi janda. Dia mengajak me-

    Dalam keadaan hamil tua, aku menempuh perjalanan dari Jakarta ke Flores.

    HASAN ALHABSY/DETIKCOM

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    reka bersama-sama melawan anggapan buruk terhadap para janda. Mereka harus membukti-kannya dengan kerja dan karya. Faktanya, para janda itu merupakan perempuan-perempuan perkasa. Mereka menjadi kepala rumah tangga sekaligus pencari nafkah.

    Kini, ada sekitar 30 ribu janda yang ber-himpun di Pekka. Mereka pembantu rumah tangga, mereka guru, mereka kepala desa,

    dan sebagainya. Selain membentuk koperasi simpan-pinjam, Nani mengajari mereka mena-bung. Awalnya, ajakan sederhana ini pun sulit terlaksana, bahkan hanya untuk menabung Rp 1.000 per pekan. Lantaran menabung uang su-lit, Nani dan teman-temannya mengajak para janda memulai dengan menabung beras.

    Di Pekka, para janda itu juga belajar hukum, juga politik. Mereka berlatih berbicara di depan

    HASAN ALHABSY/DETIKCOM

    INSPIRING PEOPLE

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    orang banyak, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri. Sebab, biasanya para janda ini pu-nya masalah kepercayaan diri. Bahkan untuk mengangkat wajah saat bicara saja mereka

    sungkan, kata Nani. Kini sebagian janda itu menjadi pemimpin di lingkungannya masing-masing, bahkan ada pula yang maju sebagai calon anggota legislatif. KUSTIAH

    HASAN ALHABSY/DETIKCOM

  • INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    BIOD

    ATA

    INSPIRING PEOPLE

    MAJALAH DETIK 19 - 25 JANUARI 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    NAMAZULMINARNI HIDJAZI ARSYAD

    TEMPAT/TANGGAL LAHIR Ketapang, Kalimantan Barat, 10 September 1962

    SEKOLAH Sarjana Perikanan di Fakultas

    Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 1985

    Master Ilmu Sosial di Univer-sitas Negeri North Carolina, Raleigh, Amerika Serikat, 1993

    PENGHARGAAN Perempuan Inspiratif Nova 2014,

    Desember 2014 Global Fairness Award, November

    2014 Lencana Bakti Kesra Utama,

    Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Oktober 2014

    Lotus Leaderships Award, Juni 2014

    SEACHANGE Fellowships, Sep-tember 2013

    Saparinah Sadli Award, Agustus 2010

    Ashoka Fellowships, Oktober 2007-September 2010

    HAS

    AN A

    LHAB

    SY/

    DET

    IKC

    OM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    RUMAHRUMAH

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    JANGAN KIRA SEMUA MATERIAL DI RUMAH INI MAHAL DAN PILIHAN. BANYAK BARANG

    BEKAS DARI GARAGE SALE. BAHKAN SAMPAH PUN DISULAP JADI BARANG

    CANTIK DAN BERMANFAAT.

    FOTO

    -FO

    TO: H

    ASAN

    /DET

    IKC

    OM

    RUMAHIMPIAN

    ISTRI

    AGUS SANTOSO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    RUMAH

    TAK sulit menemukan rumah Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Agus Santoso. Letaknya tepat di depan pintu keluar Apartemen The Lavande, Tebet, Jakarta Selatan.

    Penanda lainnya adalah tanaman bunga trompet yang merambat di bilahan pagar kayu sepanjang 20 meter. Dari luar, rumah Agus memang tampak sedikit berbeda.

    Lahan halaman rumah luas. Melebar. Cukup

    untuk parkir empat mobil. Rumah lain di sekitarnya kebanyakan hanya menyisakan halaman sempit. Bahkan tak punya car port.

    Saya disambut lubang pintu berbingkai kusen yang, menurut saya, sedikit aneh. Aneh karena bingkai kayu tua itu seperti ukiran, tapi ternyata bukan, melainkan karena gigitan rayap.

    MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    RUMAH

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    RUMAH

    Bingkai menyerupai gapura ini menjadi pintu masuk utama ke rumah Agus. Tapi jangan harap, begitu memasuki pintu ini, Anda sudah berada di dalam rumah, ya.

    Gapura ini hanyalah semacam pintu untuk menuju pintu berikutnya. Selanjutnya, para tamu akan mendapati dua pintu di sebelah kanan dan kiri.

    Di sebelah kanan pintu berukir bergaya Madura, sementara pintu kayu berpelitur cokelat di sebelah kiri bergaya minimalis. Di antara pintu itu terdapat meja dengan dua kursi.

    Sebuah lukisan gipsum bergambar tiga burung hinggap di ranting menghiasi dinding. Itu lukisan gambaran istri, anak, dan saya, ujar Agus membuka obrolan dengan majalah

    detik.Agus lantas mempersilakan ma

    jalah detik melewati pintu sebelah kiri. Rupanya pintu sebelah kanan merupakan akses menuju garasi mobil.

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015

    RUMAHRUMAH

    Begitu pintu minimal