mahkamah konstitusi republik indonesia · pak sampe purba, kepala divisi hukum bp migas. pak...

22
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 36/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PEMERINTAH, DPR, DAN SAKSI/ AHLI DARI PEMOHON SERTA PEMERINTAH (III) J A K A R T A KAMIS, 24 MEI 2012

Upload: trinhkhanh

Post on 29-Jun-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

---------------------

RISALAH SIDANGPERKARA NOMOR 36/PUU-X/2012

PERIHALPENGUJIAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 22 TAHUN 2001TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARAREPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARAMENDENGARKAN KETERANGAN PEMERINTAH, DPR,

DAN SAKSI/ AHLI DARI PEMOHON SERTAPEMERINTAH

(III)

J A K A R T A

KAMIS, 24 MEI 2012

i

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

--------------

RISALAH SIDANGPERKARA NOMOR 36/PUU-X/2012

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak danGas Bumi [Pasal 1 angka 19 dan 23, Pasal 3 huruf b, Pasal 4 ayat (3),Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 dan Pasal 44]terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

PEMOHON

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dkk.

ACARA

Mendengarkan Keterangan Pemerintah, DPR, dan Saksi/Ahli dariPemohon serta Pemerintah (III)

Kamis, 24 Mei 2012, Pukul 11.23 – 12.10 WIBRuang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) M. Akil Mochtar (Ketua)2) Muhammad Alim (Anggota)3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)4) Anwar Usman (Anggota)5) Maria Farida Indrati (Anggota)

Cholidin Nasir Panitera Pengganti

ii

Pihak yang Hadir:

A. Pemohon:

1) Fatah Wibisono

B. Kuasa Hukum Pemohon:

1) Syaiful Bakhri2) Muchtar Luthfi3) Zulhendri Hasan4) Dwi Putri Cahyawati5) Najamuddin Lawing6) Umar Husein7) Nur Ansari8) Ibnu Sina Candra Negara9) Umar Limbong10) Eggi Sudjana

C. Pemerintah:

1) Evita Legowo (Direktur Jenderal Migas)2) M. Teguh Pamuji (Plt. Inspektur Jenderal Kementerian ESDM)3) Hufron Asrofi (Kepala Bagian Hukum Migas)4) Sampe Purba (Kepala Divisi Hukum BP Migas)5) Budiono (Kementerian Hukum dan HAM)

1

1. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Sidang dalam Perkara Nomor 36/PUU-X/2012, PengujianUndang-Undang Minyak dan Gas, saya nyatakan dibuka dan terbukauntuk umum.

Saudara Pemohon dan Pemerintah, hari ini seharusnya sidangPleno pertama untuk Perkara Nomor 36, tapi karena sesuatu dan lainhal, keanggotaan Majelis Hakim tidak full hari ini dan sidang ini adalahPanel diperluas.

Saya persilakan dari Pemohon, siapa yang hadir untukmemperkenalkan diri terlebih dahulu. Singkat-singkat, siapa-siapa yanghadir? Sebutkan satu per satu.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Assalamualaikum wr. wb.

3. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Walikumsalam.

4. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Kami paraPemohon yang hadir, saya sendiri Syaiful Bakhri.

5. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Kuasa Pemohon, maksudnya?

6. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Ya, Kuasa Pemohon.

7. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, oke. Terus?

KETUK PALU 3X

SIDANG DIBUKA PUKUL 11.23 WIB

2

8. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Muchtar Luthfi, Zulhendri Hasan, Dwi Putri Cahyawati,Najamuddin Lawing, Umar Husein, Nur Ansari, Ibnu Sina CandraNegara, Umar Limbong, dan Egi Sujana.

9. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Prinsipal hadir?

10. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Prinsipal hadir, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah diwakilioleh Dr. Fatah Wibisono, di belakang kami.

11. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Oke, jadi pihak-pihak dalam persidangan ya diperkenalkan.Baiklah, Pemerintah saya persilakan.

12. PEMERINTAH: SUSYIANTO

Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Hakim MahkamahKonstitusi, perkenankanlah kami yang mewakili Pemerintah berdasarkanSurat Kuasa Presiden tanggal 25 April 2012, yang memberikan kuasakepada Menteri Hukum dan HAM dan Menteri ESDM.

Hadir pada kesempatan ini, Yang Mulia. Dua pejabat Eselon Iyang menerima kuasa subsitusi dari kementerian … dari Menteri ESDM.Satu, Ibu Evita Legowo, beliau adalah Direktur Jenderal Migas yangnantinya sekaligus yang akan membacakan opening statementPemerintah pada hari ini. Dua, Bapak M. Teguh Pamuji, beliau adalahPlt. Inspektur Jenderal Kementerian ESDM. Ada Pak Hufron Asrofi,Kepala Bagian Hukum Migas. Pak Sampe Purba, Kepala Divisi Hukum BPMigas. Pak Budiono, dari Kementerian Hukum dan HAM dan rekan-rekan dari Kementerian ESDM dan Hukum dan HAM.

Demikian Yang Mulia, terima kasih. Assalamualaikum wr. wb.

13. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baik. DPR tidak hadir ya? Su … surat dari DPR, menyatakan tidakbisa hadir dalam persidangan ini. Baiklah, agenda sidang hari ini adalahmendengar keterangan Pemerintah dan DPR, tapi DPR tidak hadir.Kemudian, saya persilakan siapa yang mewakili Pemerintah, untukmenyampaikan keterangan Pemerintah? Untuk menggunakan mimbar.

3

14. PEMERINTAH: EVITA LEGOWO

Terima kasih, assalamualaikum wr. wb.Opening statement Pemerintah atas Permohonan Pengujian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentangMinyak dan Gas Bumi terhadap Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim MahkamahKonstitusi. Sehubungan dengan permohonan Pengujian Undang-Undangatau constitutional review Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001tentang Minyak dan Gas Bumi, untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Migas, yang dimohonkan oleh Prof. Dr. H. M. Din Syamsudin,M.A., dan kawan-kawan yang memberikan kuasa kepada Dr. SyaifulBakhri, S.H., M.H., dan kawan-kawan, sesuai registrasi di KepaniteraanMahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012 tanggal 10 April 2012,dengan perbaikan permohonan tanggal 25 April 2012.

Selanjutnya, perkenankanlah Pemerintah menyatakanketerangan pendahuluan (opening statement) sebagai berikut. Satu,tentang pokok permohonan para Pemohon.1. Bahwa menurut para Pemohon, Pasal 1 angka 19 dan Pasal 6

Undang-Undang Migas telah menimbulkan ketidakpastian hukumdalam pemaknaan kata kontrak lainnya. Hal ini jelas bertentangdengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.Dengan frasa yang multitafsir, maka kontark kerja sama, akandapat terisikan klausul-klausul yang tidak mencerminkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana diamanahkan di dalamPasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2. Bahwa menurut para Pemohon, lahirnya Badan Pelaksana Migasatau BP Migas sebagai perintah Pasal 1 angka 23, Pasal 4 ayat (3),dan Pasal 44 Undang-Undang Migas menjadikan konsep kuasapertambangan menjadi kabur atau obscuur karena mereduksimakna negara dalam frasa dikuasai negara yang terkandung dalamPasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

3. Bahwa menurut Para Pemohon, walaupun Mahkamah Konstitusitelah membatalkan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Migasmengenai penetapan harga bahan bakar minyak dan harga gasbumi, diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehatdan wajar. Tetapi Pasal 3 huruf b yang merupakan jantung dariundang-undang a quo belum dibatalkan secara bersamaan denganPutusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003. Pasaltersebut mengakomodir gagasan liberalisasi migas yang sudahtentu bertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) Undang-UndangDasar 1945.

4. Bahwa menurut Para Pemohon, frasa dapat di dalam Pasal 9Undang-Undang Migas, jelas telah bertentangan dengan Pasal 33ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Dikarenakanpasal ini menunjukan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

4

hanya menjadi salah satu pemain saja dalam pengelolaan migas.Sehingga BUMN harus bersaing di negaranya sendiri untuk dapatmengelola migas. Konstruksi demikian dapat melemahkan bentukpenguasaan negara terhadap sumber daya alam yang menguasaihajat hidup orang banyak.

5. Bahwa menurut Para Pemohon, Pasal 10 dan Pasal 13 Undang-Undang Migas mengurangi kedaulatan negara atas penguasaansumber daya alam, dalam hal ini migas, dikarenakan BUMN harusmelakukan pemecahan organisasi secara vertikal dan horisontal(unbundling). Sehingga menciptakan manajemen baru yangmutatis, mutandis, akan menentukan cost dan profitnya masing-masing. Korban dari konsepsi ini adalah adanya persaingan terbukadan lebih menguntungkan korporasi asing namun merugikan bagirakyat. Sehingga nafas Mahkamah Konstitusi melalui PutusanMahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 yang tidakmengizinkan adanya suatu harga pasar yang digunakan untukharga minyak dan gas menjadi tidak terealisasi, dikarenakan mautidak mau sistem yang terbangun dalam Pasal 10 dan Pasal 13Undang-Undang Migas bertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) danayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Dan tentunya PutusanMahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003.

6. Bahwa menurut Para Pemohon, Pasal 11 ayat (2) Undang-UndangMigas tergolong ke dalam konstruksi perjanjian internasional yangmenimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yangterkait dengan beban keuangan negara, haruslah mendapatkanpersetujuan DPR. Pengaturan yang terdapat dalam Pasal 11 ayat(2) Undang-Undang Migas dianggap telah mengingkari posisi DPRsebagai perwakilan rakyat dan juga mengingkari keikutsertaanrakyat sebagai pemilik sumber daya alam. Sehingga bertentangandengan Pasal 1 ayat (2), Pasal 11 ayat (2), Pasal 20A, dan Pasal 33ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

II. Tentang kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon.

Menurut Pemerintah perlu dipertanyakan kepentingan ParaPemohon, apakah Para Pemohon sudah tepat sebagai pihak yangmenganggap hak dan/atau kewenangan dirugikan atas berlakunyaPasal 1 angka 19 dan 23, Pasal 3 huruf b, Pasal 4 ayat (3), Pasal 6,Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13, Pasal 44 Undang-UndangMigas. Juga apakah terdapat kerugian konstitusional Para Pemohonyang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknyabersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikanakan terjadi, dan apakah ada hubungan sebab akibat atau causalverband antara kerugian dan berlakunya undang-undang yangdimohonkan untuk diuji.

Terhadap pertanyaan tersebut di atas, Pemerintah berpendapatsebagai berikut.

5

Satu. Menurut Pemerintah, materi yang dimohonkan untuk diujiyaitu Undang-Undang Migas telah pernah dilakukan uji materi,konstitusional review, dan diputus oleh Mahkamah Konstitusi melaluiPutusan 002/PUU-I/2003 dan 20/PUU-V/2007.

Bahwa terhadap materi muatan ayat, pasal dan/atau bagiandalam undang-undang yang telah diuji, tidak dapat dimohonkanpengujian kembali kecuali dengan alasan lain atau berbeda (vide Pasal60 Undang-Undang MK, Pasal 42 Peraturan Mahkamah KonstitusiNomor 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam PerkaraPengujian Undang-Undang).

Bahwa pemerintah tidak melihat adanya alasan lain atau berbedaantara permohonan dalam Perkara Nomor 002/PUU-I/2003 dan20/PUU-V/2007 dengan alasan yang diajukan oleh para Pemohon dalampermohonan a quo. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka menurutPemerintah, permohonan Para Pemohon untuk mengujikonstitusionalitas pasal-pasal a quo harus dinyatakan nebis in idem.

Kedua, menurut para pemeri … menurut Pemerintah, ParaPemohon tidak dapat mendalilkan kerugian konstitusional yangdideritanya atas keberlakuan Pasal 1 angka 19 dan angka 23, Pasal 3huruf b, Pasal 4 ayat (3), Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2),Pasal 13, Pasal 44 Undang-Undang Migas, dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dijadikan batu uji. Lebih lanjut, tidakada hubungan sebab akibat atau causal verband antara kerugian yangdidalilkan dengan berlakunya undang-undang yang dimohonkan untukdiuji. Uraian tentang kedudukan hukum atau legal standing ParaPemohon akan dijelaskan secara rinci, secara lebih rinci dalamketerangan Pemerintah secara lengkap yang akan disampaikan padapersidangan berikutnya atau melalui Kepaniteraan MahkamahKonstitusi.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah berpendapatPara Pemohon dalam permohonan ini tidak memenuhi kualifikasisebagai pihak yang memiliki kedudukan hukum atau legal standing danadalah tepat jika Yang Mulia Ketua Anggota Majelis Hakim MahkamahKonstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Para Pemohontidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).

Namun demikian, Pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepadaYang Mulia Ketua Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untukmempertimbangkan dan menilainya, apakah Para Pemohon memilikikedudukan hukum atau legal standing atau tidak, sebagaimana yangditentukan oleh Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 mapun berdasarkan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu (vide Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007).

6

III. Keterangan Pemerintah atas Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumiterhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Yang Mulia Ketua Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi,sebelum Pemerintah menguraikan penjelasan secara rinci atas materimuatan norma yang dimohonkan untuk diuji oleh Para Pemohontersebut di atas, Pemerintah terlebih dahulu menyampaikan landasanfilosofis, yuridis dan sosiologis dalam pembentukan Undang-UndangNomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagai berikut.a. Umum

Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun1945 telah menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yangpenting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyakdikuasai oleh negara. Demikian pula bumi dan air dan kekayaanalam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Mengingat minyak dan gas bumi merupakan sumber dayaalam strategis tak terbarukan yang dikuasai oleh negara danmerupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalampenyediaan bahan baku industri, penghasil devisa negara yangpenting, dan pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, makapengelolaannya harus dilaksanakan dengan seoptimal mungkin agardapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dankesejahteraan rakyat Indonesia. Bahwa untuk menghadapikebutuhan dan tantangan global pada masa yang akan datang,kegiatan usaha minyak dan gas bumi selalu dituntut untuk lebihmampu mendukung kesinambungan pembangunan nasional dalamrangka peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Pemerintah bersama denganDewan Perwakilan Rakyat telah sepakat untuk menyusun suatuundang-undang tentang minyak dan gas bumi agar dapatmemberikan alasan hukum bagi langkah-langkah pembaharuan danpenataan kembali kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi.Bahwa kesepakatan tersebut akhirnya ditandai dengandiundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentangMinyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2001 Nomor 1-136, tambahan Lembaran Negara Nomor 4-152 padatanggal 23 November Tahun 2001). Bahwa penyusunan undang-undang ini pada dasarnya bertujuan untuk:1. Menjamin terlaksananya dan terkendalinya pengelolaan minyak

dan gas bumi sebagai sumber daya alam dan sumber dayapembangunan yang bersifat strategis dan vital.

2. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasionaluntuk lebih mampu bersaing.

3. Meningkatkan pendapatan negara dan memberikan kontribusiyang sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional,

7

mengembangkan dan memperkuat industri dan perdaganganIndonesia.

4. Menciptakan lapangan kerja, memperbaiki lingkungan, sertameningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Undang-undang ini memuat substansi-substansi pokok mengenai

ketentuan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alamstrategis yang terkandung dalam wilayah hukum pertambanganIndonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara danpenyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah sebagai pemegangkuasa pertambangan pada kegiatan usaha hulu. Sedangkan padakegiatan usaha hilir dilaksanakan oleh badan usaha setelah sebelumnyamendapat izin usaha dari Pemerintah.

Selain itu, agar fungsi Pemerintah sebagai pengatur, pembina,dan pengawas dapat berjalan lebih efisien, maka dibentuk pula BadanPelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau BP Migas, dan BadanPengatur Kegiatan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak,dan kegiatan usaha pengangkutan gas bumi melalui pipa BPH Migas.Perlu diperhatikan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumidalam kurun waktu 50 tahun terakhir telah memberikan kontribusi yangbesar bagi perekonomian nasional dan mempunyai peranan pentingsebagai penghasil devisa dan penerimaan negara, penyediaan energiuntuk kebutuhan dalam negeri, penyedia bahan baku industri, wahanaalih teknologi, penciptaan lapangan kerja, mendorong pengembangansektor nonminyak dan gas bumi dan sebagai pendukungpengembangan wilayah.

Industri minyak dan gas bumi sebagai modal utamapembangunan jangka panjang diharapkan masih dapat memberikanharapan yang optimistik. Karena sebagaimana diketahui, potensisumber daya minyak dan gas bumi kita masih bisa untuk dimanfaatkandan dikembangkan. Di mana dari sekitar 60 cekungan sedimen yangberpotensi mengandung minyak dan gas bumi, baru 16 cekungan yangtelah dioperasikan. Namun demikian, kita dihadapkan pada kenyataanbahwa produksi minyak dan gas bumi kita sejak tahun 1995 sampaisekarang cenderung mengalami penurunan yang signifikan. Hal inidikarenakan produksi minyak dan gas bumi kita sebagian terbesarmasih berasal dari lapangan-lapangan yang relatif tua yang telahberproduksi sejak tahun 1970, 1980-an. Penemuan dan penambahancadangan minyak dan gas bumi tersebut tidak sebanding dengan lajupengurasan produksinya. Sedangkan di lain pihak, kebutuhan energidomestik dari minyak dan gas bumi dari tahun ke tahun meningkattajam. Sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini harusditemukannya cadangan-cadangan minyak dan gas bumi baru untukmenggantikan lapangan-lapangan yang telah mengalami penurunanproduksi, agar paling tidak tingkat produksi dapat dipertahankan.

8

Selanjutnya, untuk menemukan cadangan baru diperlukaninvestasi yang tinggi sesuai dengan sifat kegiatan usaha hulu minyakdan gas bumi yang padat modal (high cost), beresiko tinggi (high risk),dan menggunakan teknologi tinggi (high tech). Sehingga dalam rangkamenghindari adanya pembebanan terhadap keuangan negara,Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR sebagaimanadituangkan dalam Undang-Undang Migas telah mengambil suatukeputusan dalam bentuk kontrak kerja sama minyak dan gas bumi yangsesuai adalah kontrak bagi hasil atau kontrak lain yang menguntungkanbagi negara. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan bahwakontrak kerja sama minyak dan gas bumi dalam bentuk kontrak bagihasil atau production sharing contract, maka Pemerintah tidak dibebaniatas risiko apabila tidak ditemukan cadangan minyak dan gas bumisecara komersial dalam masa eksplorasi. Risiko masih ditanggungsepenuhnya oleh kontraktor. Selain itu kontraktor juga wajibmenyediakan biaya-biaya yang diperlukan, sumber daya manusia, danteknologi yang dibutuhkan.

B. Tanggapan pemerintah atas pasal-pasal yang diajukan ujimateriil oleh Para Pemohon (…)

15. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Saudara Pemerintah, ya, ini kan ada 23 halaman.

16. PEMERINTAH: EVITA LEGOWO

Ya.

17. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Sementara sekarang baru sampai di halaman 8.

18. PEMERINTAH: EVITA LEGOWO

Betul.

19. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Saya kira mungkin bisa disingkat. Karena secara tertulis ini jugasudah dibaca oleh Majelis dan diterima oleh Pihak Pemohon, mungkinbagian-bagian tertentu yang perlu diintrusir kembali bagi catatan-catatan Pemerintah, supaya waktunya juga bisa dihemat.

20. PEMERINTAH: EVITA LEGOWO

Baik.

9

21. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya. Kalau dibaca semua saya kira kita kehabisan waktu jugamungkin ya.

22. PEMERINTAH: EVITA LEGOWO

Baik.

23. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, silakan.

24. KUASA HUKUM PEMOHON: EGGI SUDJANA

Yang Mulia.

25. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya?

26. KUASA HUKUM PEMOHON: EGGI SUDJANA

Kita belum terima … belum terima dia punya (…)

27. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, tolong disampaikan keterangan … karena ini baru openingstatement, nanti secara resmi juga akan disampaikan oleh Mahkamah,tapi tolong disampaikan. Silakan dilanjutkan.

28. PEMERINTAH: EVITA LEGOWO

Baik. Terima kasih, Ketua.B. Tanggapan pemerintah atas pasal-pasal yang diajukan uji

materiil oleh Para Pemohon terhadap tanggapan Para Pemohon bahwaKetentuan Pasal 1 angka 19 dan 23, Pasal 3 huruf b, Pasal 4 ayat (3),Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13, dan Pasal 44Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumidianggap bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1),Pasal 28H ayat (1), Pasal 28I ayat (4), dan Pasal 33 ayat (2) dan (3)Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah dapat memberikan penjelasansebagai berikut:a. Bahwa terkait dengan konsep dikuasai oleh negara sebagaimana

Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, dalam Undang-Undang Migas dikenal konsep kuasa pertambangan atau miningright yang diberikan oleh negara kepada Pemerintah. Selanjutnya

10

Pemerintah memberikan hak pengusahaan atau bussiness rightkepada badan usaha dan atau bentuk usaha tetap yang melakukankegiatan usaha hulu migas berdasarkam kontrak kerja sama yangsyarat dan ketentuannya ditetapkan oleh Pemerintah.Penandatanganan kontrak dilakukan oleh BP Migas dan badanusaha atau bentuk usaha tetap. Penggunaan sistem kontrak dalamkegiatan usaha hulu migas merupakan suatu hal yang lazimdilakukan oleh banyak negara yang memiliki sumber daya alamminyak dan gas bumi.

b. Bahwa hingga saat ini ada dua model sistem kontrak yang lazimdigunakan di dunia, yaitu kontrak bagi hasil dan kontrak jasa. Padamekanisme kontrak jasa, kontraktor dibayar atas pengerjaanoperasi perminyakan dalam bentuk uang dan hasil produksi minyakdan gas bumi seluruhnya menjadi milik Pemerintah. Sedangkanpada mekanisme kontrak bagi hasil, baik Pemerintah maupunkontraktor memperoleh bagian atas bagi hasil produksi kegiatanusaha hulu yang dilaksanakan oleh kontraktor.

c. Bahwa di Indonesia pengusahaan kegiatan usaha hulu di bidangmigas pada umumnya menggunakan kontrak bagi hasil, mengingatadanya pertimbangan migas sebagai sumber daya alam yang vitaldan strategis.

d. Kontrak-kontrak yang umum berlaku adalah untuk minyak bumi,85% untuk negara dan 15% untuk kontraktor. Gas bumi, 70%untuk negara dan 30% untuk kontraktor. Bahwa adanya frasa ataudibentuk kontrak kerja sama lainya sebagaimana dicantumkandalam Pasal 1 angaka 19 Undang-Undang Migas dimaksudkanuntuk diterapkannya penggunaan bentuk kontrak lain selain kontrakbagi hasil, misalnya kontrak jasa atau diterapkannya sistem kontrakbaru yang dianggap akan dapat lebih menguntungkan negara. Saatini pemerintah telah menerapkan sistem kontrak jasa untukwilayah-wilayah kerja yang risikonya lebih kecil sehingga akan lebihmenguntungkan negara mengingat seluruh hasil sepenuhnyamenjadi milik negara.

e. Di samping itu, penggunaan kontrak kerja sama baik dalam bentukkontrak bagi hasil maupun kontrak kerja sama lainnya tidak dapatdilepaskan dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-UndangMigas yang menyatakan bahwa kontrak kerja sama dimaksud palingsedikit harus memuat tiga persyaratan :1) Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah

sampai titik penyerahan, pengendalian manajemen operasiberada pada badan pelaksana, dan modal dan risiko ditanggungoleh badan usaha atau bentuk usaha tetap.

2) Sehubungan dengan anggapan Para Pemohon yangmenyatakan bahwa lahirnya BP Migas adalah atas perintahPasal 1 angka 23, Pasal 4 angka 3, dan pasal 44 Undang-Undang Migas menjadikan konsep kuasa pertambanganmenjadi kabur. Karena mereduksi makna negara dalam frasa,

11

dikuasai negara. Terhadap anggapan tersebut Pemerintahmemberikan penjelasan sebagai berikut:a. Bahwa BP Migas sebagai pelaksana dan pengendali

kegiatan usaha hulu migas memiliki hak manajemen dalamkontrak kerja sama untuk dapat melaksanakan tugas yangdiamanatkan berdasarkan kontrak kerja sama, sedangkanmining right tetap berada di tangan Pemerintah.

b. Pihak yang ditunjuk sebagai pelaksana dan pengendaliusaha hulu migas tidak berbentuk BUMN dengan tujuanagar BUMN dapat lebih fokus melaksanakan kegiatan usahaminyak dan gas bumi dan melakukan pengelolaan BUMNsecara lebih efisien.

c. Bahwa pembentukan BP Migas tidak dimaksudkan untukmengalihkan kuasa pertambangan, melainkan untukmelaksanakan tugas yang diberikan oleh Pemerintahsebagai kuasa pertambangan.

d. Pembentukan BP Migas sebagai pengendali kegiatan usahahulu migas sebenarnya bertujuan agar negara sebagaipemegang kuasa pertambangan tidak langsung berkontrakdengan badan usaha atau badan usaha tetap sehinggatidak ada posisi yang setara antara kontraktor dengannegara. Dengan demikian, diharapkan dapatmenghindarkan negara dari permasalahan keperdataanyang timbul dari adanya sengketa terhadap kontrak kerjasama tersebut. Pengalihan tugas dari Pertamina ke BPMigas bertujuan agar Pertamina dapat lebih fokusmenjalankan bisnisnya sebagai BUMN.

e. Apabila pengandalian kegiatan usaha hulu migas tetapberada di tangan Pertamina, maka justru sangatdikhawatirkan amanat Pasal 33 ayat (2) dan Pasal 3Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat tercapai,mengingat keberadaan Pertamina sebagai badan usahayang memiliki tujuan untuk mencari keuntungan dalammelaksanakan kegiatan usahanya. Sehingga dibentuklah BPMigas yang berfungsi sebagai badan yang bersifat netralyang merupakan perwakilan Pemerintah dalammenandatangani kontrak kerja sama kegiatan usaha hulumigas dan badan ini tidak bertujuan untuk mencarikeuntungan.

3) Sehubungan dengan anggapan Para Pemohon yangmenyatakan bahwa walaupun Mahkamah Konstitusi telahmembatalkan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Migas, tapiPasal 3 huruf b yang merupakan jantung dari Undang-Undang aquo belum dibatalkan sehingga bertentangan dengan Pasal 33ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Terhadap anggapan inipemerintah dapat memberikan penjelasan sebagai berikut:

12

a. Bahwa pada dasarnya Pasal 3 huruf b Undang-UndangMigas, mengatur mengenai tujuan dari penyelenggaraankegiatan usaha minyak dan gas bumi baik hulu maupunhilir, sedangkan khusus untuk Pasal 3 huru b Undang-Undang Migas mengatur mengenai kegiatan usaha hilir.Sebagaimana jelas tercantum dalam Pasal 3 huruf b yangmenyatakan bahwa, “menjamin efektifitas pelaksanaan danpengendalian usaha dan pengolahan hilir, pengangkutan,penyimpanan dan niaga secara akuntabel yangdiselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yangwajar yang wajar, sehat, dan transparan.

b. Menurut Pemerintah, ketentuan ini berbeda dengan Pasal28 ayat (2) Undang-Undang Migas yang pada intinyamenyatakan tentang penetapan harga BBM dan gas bumidiserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yangsehat dan wajar yang telah dibataskan … dibatalkan olehMahkamah Konstitusi dengan Putusan Nomor 002/PUU-I/2003. Untuk menindaklanjuti putusan tersebut,Pemerintah pun telah merevisinya dengan menetapkan PPNomor 30 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua PP Nomor36 Tahun 2004.

c. Bahwa frasa penyelenggaraan melalui persaiangan usahayang wajar sehat, dan transparan dalam Pasal 3 huruf bUndang-Undang Migas merupakan penjabaran daripelaksanaan keterbukaan dalam kegiatan usaha hilir migas.Kegiatan usaha hilir migas dilaksanakan dengan mekanismepemberian izin usaha kepada badan usaha swasta, badanusaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi,dan juga usaha kecil yang bergerak di bidang pengelolaan,pengangkutan, penyimpanan, dan niaga migas.

d. Hal ini berarti membuka peluang bisnis kepada perusahaan-perusahaan nasional atau perusahaan yang berbadanhukum Indonesia dalam kegiatan usaha hilir migas diseluruh wilayah Indonesia.

e. Bahwa ketetentuan Pasal 3 huruf b Undang-Undang Migasini juga menjamin tidak adanya monopoli oleh suatu badanusaha tertentu dalam penyelenggaraan kegiatan usaha hilirdi bidang migas sesuai amanah Undang-Undang Nomor 5Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli danPersaingan Usaha Yang Tidak Sehat, Undang-UndangNomor 5 Tahun 1999.

f. Lebih lanjut Pemerintah telah … tetap melakukanpembinaan dan pengawasannya melalui mekanismepemberian izin usaha kegiatan usaha hilir migas danpengaturan penetapan harga BBM dan gas bumi.Dengan demikian, Pemerintah tetap mempunyai fungsi-fungsi kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan,

13

pengawasan atas minyak dan gas bumi pada sektor hilirmigas.

4) Sehubungan dengan anggapan Para Pemohon yangmenyatakan penggunaan frasa dapat di dalam Pasal 9 Undang-Undang Migas bertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) dan ayat(3) Undang-Undang Dasar 1945 dikarenakan konstruksidemikian dapat melemahkan bentuk penguasaan negaraterhadap sumber daya alam yang mengawasi hajat hidup orangbanyak. Terhadap anggapan Para Pemohon, tersebutPemerintah dapat memberikan penjelasan sebagai berikut.a. Bahwa sebenarnya Pasal 9 Undang-Undang Migas

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepadaperusahaan nasional, BUMD, koperasi usaha kecil, dan jugabadan usaha swasta untuk berpartisipasi dalam kegiatanusaha migas.

b. Khusus untuk Pertamina sebagai BUMN, Undang-UndangMigas dan peraturan pelaksanaannya memberikankeistimewaan dalam bentuk sebagai berikut.a. Pasal 61 huruf b Undang-Undang Migas, pada saat

terbentuknya persero sebagai pengganti Pertamina,BUMN tersebut mengadakan kontrak kerja samadengan BP Migas untuk melanjutkan eksplorasi daneksploitasi pada bekas wilayah kuasa pertambanganPertamina dan dianggap telah mendapatkan izin usahayang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24Undang-Undang Migas.

b. Sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Pasal 61 huruf bUndang-Undang Migas, telah ditetapkan PP Nomor 35Tahun 2004 dalam Pasal 104 huruf k, kewajibanpembayaran Pertamina dan anak perusahaannyakepada negara, besarnya adalah sesuai denganketentuan yang berlaku pada wilayah kuasapertambangan selama ini yaitu 60%. Ketentuan inimemberikan keistimewaan kepada Pertaminadibandingkan kontraktor lain yang wajib membayarkankepada negara dengan presentasi yang jauh lebihbesar.

c. Pasal 5 PP Nomor 35 bahwa pada dasarnya Pertaminadapat mengajukan permohonan kepada menteri untukmendapatkan wilayah terbuka sepanjang usahaPertamina 100% dimiliki oleh negara.

d. Pasal 28 ayat (9) PP Nomor 35 Tahun 2004 bahwa padadasarnya Pertamina dapat mengajukan kepada menteri,permohonan WK (Wilayah Kerja) yang akan habis masakontraknya kembali sepanjang usaha Pertamina 100%.

14

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah berpendapatbahwa Pasal 9 Undang-Undang Migas sama sekali tidakbertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

5) Sehubungan dengan anggapan Para Pemohon yangmenyatakan bahwa Pasal 10 dan Pasal 13 Undang-UndangMigas telah mengurangi kedaulatan negara atas penguasaansumber daya alam dikarenakan BUMN harus melakukanpemecah organisasi secara vertikal dan horizontal, Pemerintahmemberikan penjelasan sebagai berikut.a. Bahwa konsep unbundling bertujuan untuk optimalisasi

pengusahaan, baik kegiatan usaha hulu maupun hilir.Dengan konsep ini di harapkan pelaku usaha di bidang huludapat fokus pada tujuannya.

b. Dikarenakan karakeristik kegiatan usaha hilir lebih kepadasifat bisnis dan tidak mengenal adanya mekanismepengendalian … pengembalian biaya operasi, maka konsepunbundling dalam kegiatan usaha hilir memungkinkanberjalannya mekanisme persaingan yang sehat dan wajar.

c. Kegiatan usaha hulu dan hilir migas memiliki karakteristikyang berbeda. Pada kegiatan usaha hulu yang sebagianbesar dilaksanakan berdasarkan kontrak bagi hasilterkandung usul biaya yang dikembalikan atau costrecovery, sedangkan kegiatan usaha hilir lebih bersifatbisnis pada umumnya.

d. Bahwa ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Migas yangmengatur bahwa BU atau Badan Usaha ataupun BUT padaBadan Usdaha Tetap hanya diberikan satu wilayah kerjaadalah untuk memastikan bahwa pembebanan biaya-biayaoperasi dan pajak dalam satu wilayah kerja tidak dapatdikonsolidasikan dengan pembebanan biaya-biaya operasidan pajak di wilayah kerja lainnya.Bahwa dengan demikian dari uraian tersebut di atas,

Pemerintah akhirnya berpendapat bahwa ketentuan 10 danPasal 13 Undang-Undang Migas tidak merugikan hak dan/ataukewenangan konstitusional Para Pemohon dan tidakbertentangan dengan Pasal 33 ayat (2), ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

6) Sehubungan dengan anggapan para Pemohon yangmenyatakan bahwa Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Migastergolong ke dalam konstruksi perjanjian internasional yangmenimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyatyang terkait dengan beban keuangan negara haruslahmendapat persetujuan DPR. Terhadap anggapan tersebutpemerintah memberikan penjelasan sebagai berikut:

15

a. Bahwa Pemerintah berpendapat bahwa perjanjianinternasional yang dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)Undang-Undang Dasar 1945 adalah instrumen yang selamaini dikenal dalam hukum tata negara dan hukuminternasional sesuai dengan Konvensi Wina Tahun 1969 dan1986 tentang Perjanjian Internasional. Istilah perjanjianinternasional yang digunakan dalam Konvensi Wina adalahtreaty. Pasal 1 Konvensi Wina tahun 1969 tentang hukumperjanjian atau Law of Treaties mendefinisikan ruanglingkup dan konvensi ini adalah berlaku untuk treatiesbetween states. Selanjutnya dalam Pasal 2 treaty diartikansebagai treaty means an international agreement concludedbetween states in return form and goven by internationallaw better embedded in a single instrument or in to or moreidentity instrument and whatever is particular destination.Di samping itu dalam Pasal 1 Konvensi Wina Tahun 1986ditegaskan bahwa lingkup dari perjanjian internasionaladalah perjanjian antara satu atau lebih negara dan satuatau lebih organisasi internasional.

b. Parameter tentang goven by international law merupakanelemen yang sangat penting untuk membedakan perjanjianinternasional dari sifat perjanjian perdata yang goven bynational law, seperti kontrak kerja sama migas. Dalampembahasan tentang Konvensi Wina Tahun 1969 suatudokumen disebut goven by international law jika memenuhi2 elemen, yaitu intended to create obligation and legalrealitation under international law, di lain pihak sekalipundibuat antar negara suatu perjanjian dapat saja tundukpada hukum nasional bukan pada hukum internasional.

c. Dengan mengacu kepada pendapat di atas, Pemerintahberpendapat bahwa subjek hukum dalam perjanjianinternasional atau treaty adalah negara dan subjek hukumdalam perjanjian internasional lainnya adalah organisasiinternasional, sedangkan kontrak kerja sama minyak dangas bumi yang bersifat perdata … bersifat perdata dangoven by national.

d. Bahwa sesuai Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional yangmerupakan amanat Pasal 11 ayat (3) Undang-UndangDasar 1945 diperoleh perjanjian tentang … diperolehdefinisi tentang perjanjian internasional yaitu perjanjianinternasional dalam bentuk dan nama tertentu yang diaturdalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis sertamenimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik.Lebih lanjut dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Nomor … Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 disebutkan elemen-elemenperjanjian internasional adalah;

16

a) Dibuat oleh negara organisasi internasional dan subjekhukum internasional lain.

b) Diatur oleh hukum internasional.c) Menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum

public.e. Bahwa istilah perjanjian internasional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 haruslah ditafsirkan denganmengaitkan kewenangan Presiden sebagai kepala negaradalam kaitannya dengan politik luar negeri danberhubungan dengan negara lain.

f. Bahwa kontrak kerja sama adalah kontrak yang bersifatkeperdataan dan tunduk pada hukum internasional.Sehingga kedua belah pihak yang membuat kontrak kerjasama badan pelaksana dan badan usaha atau bentuk usahatetap bukan merupakan subjek hukum internasional.

g. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkanbahwa kontrak kerja sama migas tidak memenuhi kriteriauntuk dapat disebutkan sebagai perjanjian internasionalsebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945juncto Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000.

h. Bahwa Pemerintah tidak sependapat dengan argumen ParaPemohon yang menyatakan bahwa KKS tergolong dalamperjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibatyang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkaitdengan pembebanan keuangan negara dan harusmendapatkan persetujuan DPR.

i. Bahwa Pemerintah berpendapat alasan Para Pemohonsebagaimana disebutkan di atas tidak berdasar disebabkankontrak kerja sama migas adalah kontrak bisnis yangbersifat keperdataan dan bukan merupakan perjanjianinternasional

j. Bahwa sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun1999 tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRDjuncto Keputusan DPR RI 03A/DPR-RI/I/2001-2002 tentangPeraturan Tata Tertib DPR RI, maka hak-hak para anggotaDPR telah terpenuhi pada saat penyusunan rancanganundang-undang migas dengan disetujuinya materi muatanPasal 11 ayat (2) Undang-Undang Migas.

k. Berdasarkan penjelasan di atas Pemerintah berpendapatbahwa Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Migas sama sekalitidak mengingkari kedaulatan rakyat Indonesia, sebaliknyaketentuan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Migas telahmemberikan penegasan dan atau kepastian hukum kepadaDewan Perwakilan Rakyat sebagai institusi lembaga negarayang mewakili kepentingan rakyat Indonesia.

17

Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut diatas, Pemerintah memohon kepada Yang Terhormat Ketua dan AnggotaMajelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yangmemeriksa dan memutus permohonan pengujian constitutional reviewUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumiterhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut:1. Menyatakan bahwa Para Pemohon tidak mempunyai kedudukan

hukum.2. Menolak permohonan pengujian Para Pemohonvoid seluruhnya atau

setidak-tidaknya menyatakan pengujian Para Pemohon tidak dapatditerima.

3. Menerima keterangan Pemerintah secara keseluruhan.4. Menyatakan Pasal 1 angka 19 dan 23, Pasal 3 huruf b, Pasal 4 ayat

(3), Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 dan 44Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas, tidakbertentangan dengan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal28H ayat (1), Pasal 28I ayat (4), dan Pasal 33 ayat (2) dan (3)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Menyatakan Pasal 1 angka 19 dan 23, Pasal 3 huruf b, Pasal 4 ayat(3), Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 dan Pasal44 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan GasBumi, tetap mempunyai kekuatan hukum dan berlaku mengikat diseluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia.

Atas perhatian Yang Mulia, Ketua, Anggota Majelis HakimMahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diucapkan terima kasih.Jakarta, Mei 2012. Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, MenteriHukum dan HAM RI, Amir Syamsuddin, Menteri Energi dan SumberDaya Mineral RI, Jero Wacik.

Terima kasih atas perhatian Bapak-Ibu sekalian.Wassalamualaikum wr. wb.

29. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Tadi sudah kita dengar bersama, penjelasan Pemerintahterhadap permohonan pengujian Undang-Undang Minyak dan GasBumi. Sekarang, kita tanya kepada Pemohon, apakah Saudara akanmengajukan ahli atau saksi dalam perkara ini?

30. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Kami akan mengajukan ahli dalam perkara ini, ada sejumlah 15ahli. Bisa kami sebutkan satu-satu?

18

31. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, begini, sesuai dengan ketentuan hukum acara di MahkamahKonstitusi, ahli yang akan Saudara majukan itu disampaikan secaratertulis, dilengkapi dengan CV ya, masing-masing ahli itu, dia ahli atauexpert di bidang apa. Jadi, itu nanti disampaikan secara tertulis keKepaniteraan, ya. Jadi, misalnya Saudara akan mengajukan 15 ahli,masing-masing ahlinya siapa, dilengkapi dengan CV-nya, saksi jugademikian, dilengkapi juga dengan identitas diri. Dan itu disampaikansecara tertulis terlebih dahulu ke Mahkamah.

Jadi, untuk itu, sidang dalam perkara ini akan ditunda, Rabutanggal 6 Juni 2012, untuk memberi kesempatan kepada … untuk …kepada Saudara Pemohon untuk mendengar keterangan saksi atau ahli,ya. Jadi, pada sidang tanggal 6 itu nanti ya, tentu kita akan sesuaikanwaktulah. Kalau dari 15, jangan 15 dulu datang. Mungkin ahlinya …Saudara, saksi maju juga? Ada saksi? Tidak? Ahli semuanya? Ahlisemuanya. Ya, mungkin lima dululah untuk persidangan tanggal 6 itu,ya. Nanti secara bergiliran juga. Demikian juga pemerintah, kalaumemang ingin mengajukan ahli, ahlinya … CV-nya dimasukkan terlebihdahulu. Cukup, ya?

32. KUASA HUKUM PEMOHON: EGGI SUDJANA

Bisa mohon izin, Yang Mulia?

33. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, soal apa ini?

34. KUASA HUKUM PEMOHON: EGGI SUDJANA

Begini, kita kan prinsipnya efisiensi juga, cepat, murah,sederhana. Bisa enggak, sebelum ahli yang kami akan ajukan, adabeberapa catatan penting buat Pemerintah dengar dari kami sebagaiadvokat?

35. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Enggak, jadi nanti begini, kan diberi kesempatan kepada pihak-pihak untuk menyampaikan kesimpulan akhir. Jadi, semua proses ituakan disampaikan di dalam kesimpulan masing-masing pihak. Karenabegini, Pemerintah dalam … dan DPR dalam pengujian undang-undangini kan, bukan pihak. Mereka adalah pemberi keterangan. Jadi olehkarena itu, tidak berhadap-hadapan sebenarnya. Jadi, mereka hanyapemberi keterangan. Tapi apa pun dari proses yang akan Saudarasampaikan itu, nanti disampaikan di dalam kesimpulan, ya.

19

Jadi baiklah, untuk memberi kesempatan kepada Pemohon untukmengajukan ahli, sidang ini ditunda tanggal 6 Juni 2012, pukul 11.00.Sekali lagi, ya. Rabu, tanggal 6 Juni 2012, pukul 11.00. Jadi, ahli yangakan dimajukan supaya dilengkapi dengan CV dan identitas diri.

Dengan demikian, sidang dalam perkara No.36/PUU-X/2012, kitanyatakan selesai dan sidang ditutup.

Jakarta, 24 Mei 2012Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah,

t.t.d

PaiyoNIP. 19601210 1985021001

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di MahkamahKonstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

SIDANG DITUTUP PUKUL 12.10 WIB

KETUK PALU 3X