madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

86
MADEKUR DAN TARKENI atawa ORKES MADUN I Karya Arifin C. Noer Catatan: Naskah ini diketik ulang dari buku kumpulan naskah drama Orkes Madun yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Firdaus bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation ISBN 979-541-119-5 Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya. Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itupun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya. Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang. PENGANTAR Ketika menulis naskah Madekur dan Tarkeni, Arifin pernah bilang bahwa nakahnya ini adalah bagian dari sebuah trilogy, yaitu Orkes Madun yang terdiri dari Madekur dan Tarkeni, Umang- umang dan Ozone. Selesai dengan Umang-umang, Arifin menulis lagi dengan judul Sandek; Pemuda Pekerja, yang semula dikiran teman-teman Teater Ketjil adalah naskah yang berdiri sendiri. Tetapi, menjelang latihan Sandek, Pemuda Pekerja yang bersamaan dengan penulisan naskahnya (Kebisaaan Arifin, latihan sambil menulis naskahnya) dia tulis pada sampul naskah judulnya sebagai Sandek, Pemuda Pekerja atawa Orkes Madun IIa, dan tidak pernah diubah. Selanjutnya dia menulis Ozone atawa Orkes MAdun IV. Lalu ia nyatakan bahwa Orkes Madun adalah sebuah pentalogi, dan bahwa yang kelima akan berjudul Magma ia bercerita kemana- mana tentang Magma. Juga kepada anak-anak sekolah Perancis di Jakarta, hingga bebebrapa dari mereka tergerak membuat komik Magma yang juga dimuat dalam kumpulan naskah ini. Tetapi, Arifin tak sempat sama sekali menulis Magma. Lalu orkes Madun III, ya, Sandek, Pemuda Pekerja itulah yang ketika rencananya trilogy, dia adalah IIb, tetapi ketika rencana berubah pentalogi, dia pun menjadi III. Namun tidak sempat Arifin mengubahnya, Arifin meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 karena Kanker dan Sirosis hati. SATU MEREKA SEMUA MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN. SAYA TIDAK TAHU APAKAH MEREKA KHUSYUK TIDAK DALAM MENYANYIKANNYA. DUA BADUT PERTAMA Tuhan, kedua belah tangan yang kotor ini adalah tangan bumi, dan tangan ini memohon ampun atas segala perbuatan yang tidak pernah jelas mengandung dosa atau kebajikan; kalimat- kalimatmu terlalu tinggi mutu sastranya, sehingga tidak terlalu jelas isi maksudnya. Karena itulah, kalau tangan ini merentang semata-mata lantaran kalimatMu. Dan apabila kelak ternyata

Upload: syamsul-noor

Post on 19-Jul-2015

150 views

Category:

Art & Photos


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MADEKUR DAN TARKENI atawa ORKES MADUN I

Karya Arifin C. Noer

Catatan:

Naskah ini diketik ulang dari buku kumpulan naskah drama Orkes Madun yang diterbitkan oleh

Penerbit Pustaka Firdaus bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford

Foundation ISBN 979-541-119-5

Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan

referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya.

Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itupun dalam

upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada

pada pengarangnya.

Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti

pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang.

PENGANTAR

Ketika menulis naskah Madekur dan Tarkeni, Arifin pernah bilang bahwa nakahnya ini adalah

bagian dari sebuah trilogy, yaitu Orkes Madun yang terdiri dari Madekur dan Tarkeni, Umang-

umang dan Ozone. Selesai dengan Umang-umang, Arifin menulis lagi dengan judul Sandek;

Pemuda Pekerja, yang semula dikiran teman-teman Teater Ketjil adalah naskah yang berdiri

sendiri. Tetapi, menjelang latihan Sandek, Pemuda Pekerja yang bersamaan dengan penulisan

naskahnya (Kebisaaan Arifin, latihan sambil menulis naskahnya) dia tulis pada sampul naskah

judulnya sebagai Sandek, Pemuda Pekerja atawa Orkes Madun IIa, dan tidak pernah diubah.

Selanjutnya dia menulis Ozone atawa Orkes MAdun IV. Lalu ia nyatakan bahwa Orkes Madun

adalah sebuah pentalogi, dan bahwa yang kelima akan berjudul Magma ia bercerita kemana-

mana tentang Magma. Juga kepada anak-anak sekolah Perancis di Jakarta, hingga bebebrapa dari

mereka tergerak membuat komik Magma yang juga dimuat dalam kumpulan naskah ini. Tetapi,

Arifin tak sempat sama sekali menulis Magma. Lalu orkes Madun III, ya, Sandek, Pemuda

Pekerja itulah yang ketika rencananya trilogy, dia adalah IIb, tetapi ketika rencana berubah

pentalogi, dia pun menjadi III. Namun tidak sempat Arifin mengubahnya, Arifin meninggal

dunia pada tanggal 28 Mei 1995 karena Kanker dan Sirosis hati.

SATU

MEREKA SEMUA MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN. SAYA TIDAK TAHU

APAKAH MEREKA KHUSYUK TIDAK DALAM MENYANYIKANNYA.

DUA

BADUT PERTAMA

Tuhan, kedua belah tangan yang kotor ini adalah tangan bumi, dan tangan ini memohon ampun

atas segala perbuatan yang tidak pernah jelas mengandung dosa atau kebajikan; kalimat-

kalimatmu terlalu tinggi mutu sastranya, sehingga tidak terlalu jelas isi maksudnya. Karena

itulah, kalau tangan ini merentang semata-mata lantaran kalimatMu. Dan apabila kelak ternyata

Page 2: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

tiada dosa atas perbuatan kami padahal kami telah terlanjur memohon ampun, maka

limpahkanlah kami apa saja yang bernama berkah, entah pangan ujudnya maupun angan-angan.

Sebentar, Tuhan.

Para penonton yang bahagia maupun yang tidak, terlebih dahulu sebelum ada kesalahpahaman

perlu saya jelaskan bahwa ini sandiwara sungguh-sungguh sandiwara, dan ini sandiwara

menyangkut masalah pencopet dan pelacur dan segala tetek bengek persoalan-persoalan lain

yang terseret tidak disengaja dan tidak dinyana. Dan sebagai lumrahnya ini sandiwara sekedar

permainan, namun sedikit banyak mengandung kesungguhan dan kesungguh-sungguhan, bak

kehidupan itu sendiri laiknya.

Dipandang dari segala sudut sandiwara, ini dijamin baik mutunya dan pasti disenangi oleh segala

lapisan masyarakat, tua maupun muda, baik pencopet maupun pelacur, baik dokter hewan

maupun dokter lainnya, baik komunis maupun muslim. Dan kenapa ini sandiwara pasti akan

disenangi, sebab ini sandiwara dan sandiwara merupakan hiburan buat hati yang lara. Sebentar

penonton. Siapa berhati lara?

BADUT KEDUA

Saya

BADUT KETIGA

Saya!

BADUT KEEMPAT

Saya!!

BADUT KELIMA

Saya!!!

KEMUDIAN BEBERAPA ORANG LAIN, DIANTARANYA SEORANG LELAKI

BUNTING, KEDUA TANGANNYA MAKSUD SAYA, JUGA ADA SEORANG

PEREMPUAN BUTA, JUGA ADA… PENDEKNYA ADA BEBERAPA ORANG YANG

CACAT BADAN MAUPUN JIWA. MEREKA SEMUANYA SALING ATAS MENGATAS

DALAM MENGATAKAN SAYA. SEHINGGA PENTAS JADI SANGAT RIUH, KACAU

DAN BISING. SEMENTARA ITU BADUT PERTAMA YANG KEMUDIAN NANTI AKAN

JELAS BAHWA IA BERNAMA SEMAR DAN USIANYA DUA RIBU EMPAT RATUS

TAHUN. SETENGAH MATI BERUSAHA MEREDAKAN KEKACAUAN ITU. MULA-

MULA IA BERSIKAP SEPERTI SEORANG KHOTIB YANG MENCOBA

MENENANGKAN HADIRINNYA, TAPI GAGAL. KEMUDIAN IA KELIHATAN AGAK

PUTUS ASA. IA MEMERAS KERINGAT DAN MONDAR-MANDIR DIANTARA

KEKACAUAN INI, TIBA-TIBA IA MENEMUKAN AKAL DAN TEPAT PADA SAAT ITU

SESEORANG MEMBERIKAN KEPADANYA SEHELAI KARTON BEKAS. SAMBIL

MEMBAWA KARTON ITU IA KEMBALI KE ATAS MIMBARNYA, DENGAN

KEYAKINAN YANG PASTI, DAN SAMBIL MEMPERHATIKAN ORANG-ORANG

DISEKITARNYA YANG SEMAKIN KACAU IA MENGGULUNG KARTON TADI YANG

AKAN IA GUNAKAN SEBAGAI MEGAPON

Page 3: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BADUT PERTAMA (dengan megapon)

Polisi! Polisi! Polisi!

(SEKETIKA PENTAS JADI SENYAP, SEMUA ORANG TUTUP MULUT. DAN SEKETIKA

PENTAS KEMBALI SEPERTI SEBUAH UPACARA KEAGAMAAN, SEPERTI

SEBELUMNYA. DAN DENGAN AMAN DAN GAYA KETUA-TUAAN, BADUT

PERTAMA MEMPERINGATKAN SEMUA ORANG DENGAN ISYARAT JARI PADA

MULUTNYA. SEMENTARA SESEKALI MATANYA MELIHAT KE ATAS. DAN SEMUA

ORANG MELIHAT KE ATAS DAN MENGERTI DAN SALING MEMPERINGATKAN

DENGAN CARA YANG SAMA. SEMUANYA KEMUDIAN MENGANGGUK-ANGGUK

MENGERTI).

BADUT PERTAMA

Resapkan resep-resep Tuhan, niscaya kesembuhan selalu kita dapatkan. Dan tenang, tertib.

Dalam mengajukan permohonan, pengaduan dan lain-lain sebagainya tidak perlu berebutan

seperti rakyat Indonesia pada seperempat abad usia kemerdekaannya. Tertib, tenang, aman. Nah,

sekarang silakan mengacungkan tangan siap-siapa saja berhati lara.

SERENTAK SEMUANYA MENGACUNGKAN TANGAN, KECUALI YANG BUNTUNG

TADI TENTU DAN SEORANG PEREMPUAN YANG TULI DAN BISU (BARU

KEMUDIAN TIRU-TIRU). SI BUNTUNG TAMPAK BETAPA IA MENDERITA

LANTARAN TIDAK MAMPU MENYATAKAN IHWAL DERITANYA. KELIHATAN IA

MAU PROTES, TAPI KETIKA INGAT AKAN ‘LANGIT ITU’ IA KEMUDIAN HANYA

LANGAK-LONGOK GERAK SETENGAH MENANGIS , SEMENTARA SI BISU

SESEKALI MEMPERHATIKAN TERSENYUM (SEBELUMNYA IA JUGA MENDERITA

KETIKA ORANG-ORANG MENERIAKKAN SUARANYA) AKHIRNYA SI BUNTUNG

NGGAK TAHAN DAN BICARALAH HATI-HATI KEPADA ORANG DI DEKATNYA

SI BUNTUNG

Saya lara

ORANG YANG DI DEKATNYA CUMA MENGISYARATKAN AGAR MENGACUNGKAN

TANGAN. DAN SI BUNTUNG MENGGELENGKAN KEPALA. LALU ORANG ITU TIDAK

MAU AMBIL PEDULI DAN KEMBALI MEMBANGGAKAN ACUNGAN TANGANNYA

SI BUNTUNG (berteriak)

Saya lara! Saya lara!

(SEMUA ORANG MENGHUS DAN IA SETENGAH MENANGIS BERTERIAK TANPA

SUARA ‘SAYA LARA’)

BADUT PERTAMA

Acungkan tangan saja, gampang dan tertib.

SI BUNTUNG (Hati-hati dan lembut sekali. Tertahan)

Saya tidak bisa.

Page 4: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BADUT PERTAMA

Ya, bodohnya.

SI BUNTUNG

Saya bunting

BADUT PERTAMA

Yang kanan?

SI BUNTUNG

Dua-duanya

BADUT PERTAMA

Apa sebab demikian lengkap? Kecelakaan?

SI BUNTUNG

Kecelakaan alam

SEMUA ORANG MEMBELALAKAN MATANYA KARENA HERAN KEPADA LELAKI

ITU

SI BUNTUNG

Ketika lahir saya sudah begini. Pernah dan keinginan untuk menanyakan hal brengsek ini kepada

orang tua saya, tapi keinginan itu hanya tinggal keinginan sebab sampai sekarang saya tidak tahu

siapa orang tua saya. Tapi seseorang kemudian saya temui yang ternyata Ibu saya. Ibu saya

bilang “nggak tahu ya, tahu-tahu begitu”

BADUT PERTAMA

Bagaimana dengan kaki?

SI BUNTUNG

Alhamdulillah, lengkap.

BADUT PERTAMA (Memberi isyarat dengan mengangkat megapon dan seketika semua diam,

lalu ia bicara bisa)

Tetap tenang dan tertib. Sekarang acungkan tangan setinggi-tingginya bagi kalian yang berhati

paling lara – biar Tuhan tahu.

SERENTAK MEREKA MENGACUNGKAN TANGAN SETINGGI-TINGGINYA, DAN

SEPERTI BISAA KEMUDIAN MEREKA SALNG ATAS MENGATASI. SEMENTARA ITU

SI BUNTUNG TADI MENANGIS SEPI SENDIRIAN. ADA SEKALI IA MENCOBA

DENGAN MELONJAK-LONJAKKAN BADANNYA, MELOMPAT-LOMPAT TAPI

KEMUDIAN PUTUS ASA DAN SEMENTARA DENGAN SIKAP LUMAYAN

SESEORANG YANG BERTUBUH PENDEK KUNTET MEMPERHATIKANNYA

BADUT PERTAMA

Page 5: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Jangan berlebihan, Tuhan tidak akan senang. (Dan semua orang pun mewajar-wajarkan dirinya)

Sekarang turunkan tangan serendah-rendahnya, siapa yang berhati terlara!? (serentak semuanya

menurunkan tangan dan sebisa-bisanya menyembunyikannya) Nah, sekarang kau bisa, Buntung.

Ternyata kau yang terlara.

SEKETIKA SI BUNTUNG MENYADARI HAL ITU DAN LALU MELONJAK-LONJAK

KEGIRANGAN KAYAK ANAK KECIL SEMENTARA YANG LAINNYA MENCIBIR

SESEORANG

Demonstratif!

SESEORANG

Sok!

SESEORANG

Kolokan!

SESEORANG

Emangnya elu raja sengsara? Gua jadi penasaran!

DAN SEGERA PENTAS PUN KEMBALI BISING

BADUT PERTAMA

Tenang, tenaaaaaaang! Ingat ada apa di atas!! (Serentak bunyi kembali mengunci mulut mereka,

hening pun terjelma) Sekarang, suarakan apa saja yang menurut hati kalian masing-masing

bermakna keluh dan pengaduan, atau kalau tidak, bagi yang tidak bisa melakukannya lebih baik

segera membeli karcis dan duduk sebagai penonton.

KEMUDIAN SEMUANYA MEMPERDENGARKAN SUARANYA YANG MENURUT

MASING-MASING ADALAH BAHASA KELUH DAN PENGADUAN. KALI INI SUDAH

TENTU MERUPAKAN PUKULAN BUAT SI BISU. SETENGAH MENANGIS, IA

BERLARI-LARI DI ANTARA GEROMBOLAN JEMAAH ITU, KEMUDIAN BERHENTI

MEMPERHATIKAN SEKITAR SAMBIL MEMUKUL-MUKUL MULUTNYA SENDIRI.

TIBA-TIBA IA SADAR BAHWA (SETELAH MEMPERHATIKAN DENGAN CERMAT

ORANG DI DEKATNYA) YANG DIPERLUKAN HANYA SUARA, MAKA IA PUN

MELONJAK-LONJAK KETAWA. TENTU SAJA YANG LAIN-LAIN, SAMBIL TERUS

BERSUARA, JADI MERASA HERAN ATAS TINGKAHNYA. DAN MENYADARI AKAN

SOROTAN PERHATIAN INI LALU SI BISU MENGAUM KAYAKNYA ANGJING SAKIT

KELAPARAN. DAN SEBAGAI KLIMAKS DI ANTARA MEREKA YANG

MENGHENTAK-HENTAKKAN KAKINYA ATAU MEMBUAT GADUH YANG LAIN

BADUT PERTAMA

Kau saksikan sendiri, Tuhan saya tidak mempengaruhi sedikit pun mereka dalam demonstrasi

dan pengaduan ini. Mereka berkumpul di sini karena di sini bisaa mereka berkumpul, maklum ini

pasar. Mereka mengacungkan tangan mereka karena mereka ingin mengacungkannya. Dan

sesuai dengan anjuranMu dalam semua buku-buku karanganMu, saya bersama-sama mereka

Page 6: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

setiap kali datang menghadap kepadaMu mengadu sambil mengadu untung kalau-kalau

kejatuhan reze…rezekiMu. Kau sendiri yang memanggil kami, dan kami memenuhi

panggilanMu.

Kalau sekarang mereka telah menurunkan tangan mereka, itu pun saya yakin, lantaran kemauan

mereka sendiri. Selama ini saya hanya sekedar bertanya. Coba (kepada seseorang) kenapa kamu

menurunkan tangan?

BADUT KEDUA

Karena saya capek.

BADUT PERTAMA

Kau dengar sendiri, Tuhan. Apa katanya. Capek. Coba lagi (kepada semua) siapa yang merasa

capek, acungkan tangan!

SERENTAK SEMUA MENGACUNGKAN TANGAN, KECUALI SI BUNTUNG TENTU

Lihat, semuanya kecapekan. Capek dalam arti yang luas sekali. Kau tentunya lebih tahu sebagai

generasi. Dan kalau mereka terlalu capek bukan tidak mungkin mereka lalu melakukan hal yang

bukan-bukan., maklum orang capek. Kau tentu lebih tahu sebagai spesialis. Dan kalau demikian

halnya, maksud saya kalau sampai terjadi semacam huru-hara, baik taraf perorangan maupun

taraf gerombolan, jelasnya taraf taraf masyarakat, siapakah yang salah?

SEMUA

kami? Enak saja. Orang sudah capek dimarahin.

BADUT PERTAMA

Atau kau? Jelas saya tidak akan seceroboh itu dan sebodoh itu menyalahkan kau. Seperti sejarah

pun tidak pernah membela kami. Saya sendiri yakin dan menginsyafi ini bukan lagi persoalan

salah menyalahkan antara kita, sebab kalau demikian kita tidak akan pernah punya waktu untuk

menyelesaikan pekerjaan yang lain. Sudah pasti dan sudah jelas Kau tidak salah – setidak-

tidaknya tidak mau disalahkan – dan mereka, maksud saya Kami pun tidak mau disalahkan;

kalau pun sesekali ada di antara kami yang mau bilang bersalah, saya percaya tak lebih banyak

basa-basi semata.

SEMUA (Menggumam)

Hhhh, capek…..

BADUT PERTAMA

Kedudukan ini adalah kedudukan yang paling sulit tapi paling tepat dan adil dan paling masuk

akal (rasional), sekali pun kedudukan ini tetapi tidak pernah menguntungkan antara kita sebab

kita sama-sama saling tidak pernah, sama-sama bernafsu untuk menetapkan siapa diantara kita

yang benar dan yang salah, atau…. Kau tidak ada.

SEMUA(Marah)

Capek!

Page 7: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BADUT PERTAMA

Istirahat dong, kan gampang! Turunkan tangan, lemaskan otot-otot sambil….

TIGA

ORKES MADUN PERTAMA (Muncul; Menyanyi)

Sambil menyanyi

Lagunya enak

Lagunya enak

Merdu sekali

Oplet tua menabrak cacing

Cacing ditelan pencopet bencong

Jikalau rembulan sedang bunting

Ayolah kita menonton lenong

NABI PERTAMA (Anggota Orkes I menyanyi)

Buah rambutan tidak beruban

Dimakan Zainal tinggal bijinya

Gusti Pangeran tidak beruban

Tapi nggak ada potret bayinya

NABI KEDUA (menyanyi)

Dimakan Zainal tinggal bijinya

Tapi bijinya bisa ditanam

Justru gak ada potret bayinya

Tanda ilmunya sangatlah dalam

NABI KETIGA

Bijinya bisa dibikin jimat

Ditaburi kembang setiap Jum’at

Gusti Pangeran sangat keramat

Menabur rahmat setiap saat

NABI KEEMPAT

Biji rambutan makanan rakyat

Rasanya pahit tapi ya pahit

Gusti Pangeran punya maklumat

Siapa mencubit bakal kejepit

SEMUA

Pit

Pit

Pit

Aduh aduh aduh

Page 8: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Kit

Kit

Kit

Dihimpit sakit

Diintip sakit

Sedikit sakit

Sakit sedikit

Sedikit

Sakit

ORKES I

Telor dadar makanan Zainal

Diceplok Cina pagi sekali

Sikap sabar mengobat kesal

Biar digaplok pagi sekali

SEMUA

Bar bar bar bar barbar

Bar bar bar bar barbar

ORKES I

Hulahula tarian nikmat

Membuka gemas lenggak-lenggoknya

Ini sandiwara suguhan rakyat

Walaupun pedas, tinggi gizinya

SEMUA

Bar bar bar barbar

Bar bar bar barbar

(Makin panas)

Bar bar bar barbar

Bar bar bar barbar

Barbar

Barbar

ORKES I

Sabar

Sabar

BEGITU MUSIK SELESAI BEGITU BADUT PERTAMA MENYALAM NABI PERTAMA

DENGAN CARA YANG MERUNDUK SEKALI

BADUT PERTAMA

Tuanku, kembali kita bertemu

NABI PERTAMA

Page 9: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Semarku, kau bertambah lucu

BADUT PERTAMA

Tuanku berlebihan, tapi juga terimalah pujianku; orkes tuanku semakin nyaring dan merdu

NABI PERTAMA

Semarku, kau berlebihan, tapi juga dengarlah komentarku. Dagelanmu semakin runcing tanpa

tedeng aling-aling

BADUT PERTAMA

Dagelan-dagelan lama dalam gaya baru, tuanku. Tanpa kostum, tanpa rias dan tanpa tetek

bengek lainnya.

NABI PERTAMA

Ide bagus

BADUT PERTAMA

Bukan ide pangkal musababnya, tuanku. Tapi

NABI PERTAMA

Kau begitu lain, Semar. Ketika kita pertama kali berjumpa.

BADUT PERTAMA

Dua ribu tahun yang lalu?

NABI PERTAMA

Kau pelupa. Bukan,

BADUT PERTAMA

Yayayayaa. Suling itu.

NABI PERTAMA

Kau membuatnya untuk pertama kali dank au meniupnya dengan syahdu sekali.

BADUT PERTAMA MENGENANGKAN SAAT-SAAT LAMPAU ITU SEOLAH-OLAH

TAMPAK BAGAIMANA WAKTU MENGALIRI AIR MUKANYA

NABI PERTAMA

Mana dia? Tiuplah sebuah lagu untuk kenangan kita

BADUT PERTAMA

Menyesal sekali tuanku. Saya sudah lupa sama sekali. Semua lagu saya sudah lupa dan malah

saya pun sudah lupa bagaimana membuat suling itu

NABI PERTAMA

Tidak masuk akal., bagaimana bisa terjadi?

Page 10: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BADUT PERTAMA

Panjang lakonnya, tuanku. Lain kali saya akan ceritakan pada tuanku seorang diri. Saya kira para

penonton sudah mulai terampas waktunya oleh percakapan nostalgia kita. Selain itu saya lupa

memperkenalkan tuanku dan tuan-tuan yang lain.

NABI PERTAMA

Tapi sambil lalu, masih kamu jadi tukang penjaja mainan?

BADUT PERTAMA

Masih, tuanku. Dan akan tetap begitu. Maafkan tuanku (kepada semua) perlu kalian ketahui

bahwa rombongan orkes ini terdiri dari para nabi. Harap memberi tabe

ORANG-ORANG AKAN BERSUJUD

NABI PERTAMA

Cukup, kami memahami dan merasakan hormat kalian.

BADUT PERTAMA

Demi keamanan, terpaksa kami tidak dapat menyebut nama beliau (Pada nabi pertama) maafkan,

tuanku. Terpaksa kami ambil tindakan begini karena sekelompok besar orang-orang di sini tidak

mengizinkan nabi mereka disandiwarakan secara blak-blakan;semata-mata lantaran takzim

mereka jua (Pada hadirin dan semua pemain) Sekalipun demikian, tak ada jeleknya dan salahnya

kalau di sii dalam kesempatan ini saya boleh memperkenalkan beliau-beliau tidak atas nama,

melainkan atas nomor-nomor, meski saya sadar, lama-lama akan ketahuan jua perbedaan satu

dan lainnya. Yang mulai Nabi Pertama

NABI PERTAMA (Menunjukan dirinya, para hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA

Yang mulia Nabi Kedua

NABI KEDUA (Melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA

Yang mulia Nabi Ketiga

NABI KETIGA (melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA

Yang mulia Nabi Keempat

NABI KEEMPAT (Melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA

Adalah kesempatan yang mulia sekali bahwa malam ini kita ketamuan tamu-tamu yang mulia.

Dan lebih dari itu tentu kita akan sempat pula menikmati lagu-lagu terbaru dan album-album

Page 11: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

baru beliau-beliau.

(Semua orang bertepuk)

NABI PERTAMA

Maafkan, maafkan kami karena kami tidak mempunyai album baru, tapi kami berjanji akan

bernyanyi dan menghibur kalian. Dan sebaliknya kamipun akan dengan senang menyaksikan

pertunjukan kalian.

(semua bersorak dan bersuit)

Tapi terlebih dahulu sudah tentu alangkah baiknya kalau saya pun boleh memperkenalkan kalian

kepada para penonton.

(segera keempat badut menyusup bersembunyi diantara para pemain)

Saya akan memperkenalkan dari belakang, maksud saya dari angka belakang. Badut keempat

alias Bagong

(Bagong tampil manja dan malu-malu seperti bisaanya, dan semua bertepuk)

Petruk alias badut ketiga

(Petruk yang jangkung itu tampil dengan penuh ahrga diri dan para hadirin bertepuk. lalu belum

nabi pertama menyebut namanya lebih dulu gareng tampil)

Dan ini badut kedua alias Gareng

(para hadirin bertepuk)

Dan kini tampil Semar alias badut pertama. Selain sebagai pemain juga memimpin dan

menyutradarai pertunjukan-pertunjukan rombongannya

(Semar dengan gayanya, tampil memperkenalkan diri, para hadirin bertepuk)

Malam ini lakon apa mar?

BADUT PERTAMA

Orkes Madun karangan Arifin C Noer

ORKES II MUNCUL TERDIRI DARI SENIMAN-SENIMAN

Dan kini perkenankan saya memperkenalkan rombongan orkes kedua yang terdiri dari seniman-

seniman. Tapi lantaran di sini terlalu banyak nama seniman, maka demi menyelamatkan

kemungkinan satu sama lain, maka untuk mereka tidak perlu kami sebut satu persatu namanya,

cukup dengan angka seperti nabi-nabi.

Page 12: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

ORKES II MEMPERKENALKAN DIRI DAN PARA HADIRIN BERTEPUK TANGAN

BADUT DAN NABI PERTAMA

Inilah orkes Madun atawa Madekur dan Tarkeni

EMPAT

KEDUA ORANG ITU BERMAIN SEMENTARA PARA BADUT MENARI-NARI. DI

ANTARA MEREKA KEMUDIAN MUNCUL DADU, BOCAH MENANGIS MENCARI

SESEORANG SETIAP KALI IA BERHENTI PADA SESEORANG DAN

MEMPERHATIKAN ORANG ITU, TAPI SETIAP KALI PULA IA MENGGELENGKAN

KEPALANYA DAN KEMBALI MENANGIS. KEMUDIAN DADU BOCAH LENYAP

ENTAH KEMANA. BEGITU IA LENYAP KEMUDIAN ENTAH DARIMANA MUNCUL

KARTI, BOCAH YANG JUGA MENCARI SESEORANG DAN MELAKUKAN HAL YANG

SEPERTI DADU LAKUKAN , DAN KEMUDIAN IA PUN HILANG ENTAH KEMANA.

Satu

Ada seorang pemuda /Madekur namanya

Asal dari desa / tinggal dan cari nafkah / di Jakarta

Sebagai normalnya orang Jakarta / bagus dandanannya

Cacat muka tidak / tampan tidak / sedeng namanya

Ada seorang pemudi / Tarkeni namanya

Asal dari desa / tinggal dan cari nafkah / di Jakarta

Sebagai normalnya orang Jakarta / bagus dandanannya

Cacat muka tidak / cantik tidak / sedeng namanya

Madekur dan tarkeni / bertemu di atas ranjang

Ketika sama bergoyang / mereka sama melayang

Kala menyusup dalam tamasya syahwat di khayangan

Terbitik oleh Madekur / suatu pikiran

Apa itu?

Nanti dulu

Tidak semua orang Jakarta / punya pekerjaan

Tapi Madekur / lelaki cekat / dan punya martabat

Ia punya pekerjaan tetap / yang sangat berat

Memang madekur / lelaki rajin / dan keras kemauan

Tidak semua orang Jakarta / punya pekerjaan

Tapi Madeku r/ perempuan cekat / dan punya martabat

Ia punya pekerjaan tetap / yang sangat berat

Memang madekur / perempuan rajin / dan keras kemauan

Page 13: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Dua-dua sama rajin / sama cekat

Dua-dua berpeluk di ranjang sangat erat

Bulan kolokan di celah genteng

Lakon bermula di bawah genteng

Dua

KEMUDIAN FORMASI MEMBUYAR DAN DALAM BEBERAPA DETIK TERCIPTALAH

SUASANA PLANET SENEN, SUATU KOMPLEKS PELACURAN DI JAKARTA PADA

MALAM HARI. SEBAGIAN DI ANTARA MEREA BERMAIN ORKES, BERJOGET,

SEBAGIAN BERCUMBU DAN BERANEKA PERBUATAN YANG UMUM TERJADI DI

SUATU TEMPAT SEMACAM ITU.

DI ATAS PENTAS ADA TIGA BALE-BALE ATAU RANJANG YANG KWALITET

RENDAHAN TERPISAH LETAKNYA SATU SAMA LAIN. DI ATAS KETIGANYA ADA

TIGA PASANG LELAKI DAN PEREMPUAN . KALAU SAJA LAMPU CUKUP TERANG

DAN LALU LALANG PEMAIN-PEMAIN LAIN TIDAK MENGHALANGI AKAN

TAMPAK DENGAN JELAS BAHWA MEREKA SEDANG BERSETUBUH. TAPI JUGA

ADAT KITA MELARANG MEMPERTONTONKAN PERISTIWA ITU SECRA BLAK-

BLAKAN DI ATAS PENTAS, MAKA SAYA SARANKAN BILA DIANGGAP PERLU

SEORANG PEMAIN LAIN BERLAKU SUATU PERBUATAN ATAU PENJELASAN BUAT

PENONTON BAHWA “DEMI KESOPANAN DAN ADAT YANG SELALU BERSIH, MAKA

ADEGAN-ADEGAN KOTOR TERPAKSA DI BIKIN BERSIH”

KEMUDIAN SEDIKIT DEMI SEDIKIT SUNYI MUNCUL, ARTINYA MENUJU ADEGAN

TANPA SUARA, LALU PADA SAAT-SAAT SAMA SEKALI HENING PARA PEMAIN

MENYINGKIR, KECUALI MADEKUR DAN TARKENI DI ATAS RANJANG YANG

TAMPAK SEDANG MELEPAS LELAH. BEBERAPA KALI TERDENGAR SUARA DARI

NAFAS MEREKA. SEORANG PEREMPUAN TUA, DARSIH NAMANYA (NGGAK

BEGITU TUA!) MUNCUL.

DARSIH

Buruan, dong! (Sambil Exit) kalau mau nginap bilang kek!

LALU KEDUANYA SAMA BANGKIT. MENGHEMPAS NAPAS LAGI, KEDUANYA

SALING MEMANDANGI. KEDUANYA SALING TERSENYUM. DAN PADA SAAT ITU

MUNCUL SEORANG GADIS KECIL SEPERTI UMUMNYA DI DESA. DIA MEMBAWA

KERUPUK

GADIS

Mad! Mad!

LALU MUNCUL SEORANG JEJAKA KECIL, SEGERA SI GADIS MEMBELAH

KERUPUK JADI DUA DAN DENGAN MALU-MALU YANG SEBELAH DIBERIKAN

KEPADA SI JEJAKA. LALU SAMBIL TERTAWA KECIL, MALU-MALU SI GADIS LARI

EXIT. DENGAN SENANG SI JEJAKA MENCUBIT KERUPUK ITU, LALU

Page 14: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MEMELUKNYA. KETIKA TERDENGAR SUARA ANAK YANG LAIN MEMINTA

KERUPUK ITU SEGERA IA MENYEMBUNYIKAN KERUPUK ITU DALAM LIPATAN

SARUNGNYA

JEJAKA

Tidak makan apa-apa (sambil keluar)

LALU KEDUANYA BANGKIT BERDIRI. TANPA BERKATA APA-APA KEDUANYA

MENGENAKAN PAKAIAN. SETELAH SELESAIU, MADEKUR TERPEKUR SEJENAK

SEMENTARA TARKENI MENANTI (BAYARAN TENTU

SUARA DARSIH

Sedang bertelor apa?

MADEKUR

Bagaimana kalau kita kawin saja!?

TARKENI

Gampang. Bayar saja dulu yang sekarang.

MADEKUR

Bajingan! Masa nggak percaya sama saya. Mengeluarkan uang dari dalam saku celananya.

Dengan gaya si kaya ia menghitung beberapa lembar lalu menyerahkannya pada Tarkeni)

minggu yang lalu saya bayar berapa?

TARKENI

Bisaa. Dua.

MADEKUR

Malam ini tujuh. Hitung saja.

TARKENI (Setelah menghitung)

Kamu sungguh-sungguh rupanya.

MADEKUR

Kamu kira uang palsu?

TARKENI

Rejeki nomplok?

MADEKUR

Mana ada rejeki nomplok. Tahi kuping yang nomplok! Keringat!

TARKENI (mengiyakan sambil menghapus keringat dengan uang)

Keringat menetes

Tes

Page 15: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Air mani menetes

Tes

Lalu semua menetes

Tes

Dan yang paling akhir air mata

Tes

MADEKUR

Sekarang jawab. Bagaimana kalau kita kawin saja.

TARKENI

Jangan kayak anak-anak ah.

MADEKUR

Saya serius dan umur saya dua puluh lima, neng.

TARKENI

Say dua satu

MADEKUR

Nah, apalagi? Pekerjaan saya sudah punya.

TARKENI

Saya juga punya.

MADEKUR

Lebih bagus lagi. Dan lebih dari itu ketika kecil kita pernah jadi penganten-pengantenan. Dan

saya kira saya masih cinta sama kamu.

TARKENI

Kalau saya tidak?

MADEKUR

Belakangan kan bisa!?

SUNYI SEJENAK

MADEKUR

Bagaimana?

TARKENI

Kenapa mesti kawin?

MADEKUR

Seperti umumnya orang. Biar gampang.

Page 16: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

TARKENI

Begini kan gampang.

MADEKUR

Lebih gampang lagi kalau kita kawin. Sudahlah jangan banyak Tanya. Bagaimana?

TARKENI

Kita rundingkan di luar.

LALU KEDUANYA KELUAR

Tiga

Madekur seorang pencopet

Lantaran di Jakarta ia tergencet

Bulan dari Jatibarang yang ia kepit

Bersama kertas ijazah di ketiaknya

Lusuh dan kehilangan cahaya

Dilemparkannya di kali Ciliwung

Bulan itu mengapung-apung bersama tahi

Dan kertas-kertas rencana Negara yang terbengkalai

Dan diiringi kwitansi-kwitansi yang dipalsukan

Pegawai negeri

Di tepi kali Malang

Matahari yang pijar berkaca-kaca

Dengan susah payah

Sambil menyumpah

Madekur menjambak rambut matahari

Dan kemudian menyertnya kemana-mana

Adapun Tarkeni seorang pelacur

Lantaran di Jakarta tak mau dikubur

Bulan dari jatibarang yang ia bawa

Bersama kertas ijazah dalam kertas plastiknya

Lusuh dan kehilangan cahaya

Bulan itu mengapung-apung bersama tahi

Dan kertas-kertas rencana Negara yang terbengkalai

Dan diiringi kwitansi-kwitansi yang dipalsukan

Pegawai negeri

Di tepi kali Malang

Matahari yang pijar berkaca-kaca

Dengan susah payah

Sambil menyumpah

Madekur menjambak rambut matahari

Page 17: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Dan kemudian menyertnya kemana-mana

Empat

DI DESA, KELUARGA MADEKUR MENEMPATI BALE PERTAMA DAN KELUARGA

TARKENI MENEMPATI BALE KEDUA. ADEGAN DI BAWAH INI ADEGAN DUET,

AYAH MADEKUR BERDUET DENGAN AYAH TARKENI, IBU DENGAN IBU,

MADEKUR DENGAN TARKENI

AYAH & AYAH

Tidak mungkin, tidak mungkin

IBU & IBU

Tapi

AYAH & AYAH

Coba, kamu bisa membayangkan apa kata orang-orang seluruh desa ini kalau Madekur / Tarkeni

kawin dengan Tarkeni / Madekur. Aib, aib. Betapa sia-sianya dia kerja payah-payah di Jakarta.

Kamu mimpi apa semalam?

IBU & IBU

Saya kira nggak mimpi apa-apa

AYAH & AYAH

Saya kira! Tidak mungkin kamu nggak mimpi apa-apa. Pasti kamu mimpi, hanya kamu lupa.

Kalau kamu mau mengingat-ingat pasti kamu akan menejrit karena ternyata kamu mimpi buruk

IBU & IBU (Menjerit)

AYAH & AYAH

Kenapa?

IBU & IBU

Ya, saya mimpi

AYAH & AYAH

Nah, apa kata saya!? Kamu pasti mimpi mandi di kubangan Haji Bakir.

IBU & IBU

Bukan. Saya kira dalam mimpi itu saya mandi di comberan di … saya kira…. Dekat pelabihan di

Cirebon.

AYAH & AYAH

Di comberan? Di dekat pelabuhan? Kamu tahu comberan dekat pelabuhan artinya air kotoran

orang seluruh jagat bertemu jadi satu dan itu berarti mempunyai takwil yang bukan saja buruk

tapi aib setebal tahi kerbau!?

Page 18: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU & IBU

Ya, saya ingat. Tahi kerbau.

AYAH & AYAH

Sudah pasti, kemudian kamu megap-megap hanyut….

IBU & IBU

Nggak. Kemudian saya terbangun karena asma saya.

AYAH & AYAH

Persetan! (Pada penonton) pernahkah Anda bayangkan anak anda kawin dengan seorang pelacur

/ copet? Sudah tentu Anda pernah sekali membayangkan hal yang jelek-jelek kalau pikiran Anda

sedang gurem. Tapi saya percaya pikiran Anda ssaat ini cukup jernih untuk ikut merundingkan

soal ini. Anda punya seorang anak. Bukan main senang bahagia ketika melayani dia ketika kecil

sebab banyak boneka. Siang malam kita melayani dia, lalu kita sekolahkan dengan harapan dia

kelak menggantikan kita, menjadi kebanggaan kita, jadi raja kek kalau bisa. Tiba-tiba setelah

dewasa, punya pekerjaan, punya penghasilan yang lumayan dia datang keapda kita

mengutarakan niatnya akan kawin dengan seorang pelacur / pencopet. Buat saya yang tidak

punya penyakit jantung hal itu tidak begitu membahayakan jiwa, dan saya bisa secara jernih

menimbang dan merundingkan dan meyakinkan, tapi buat yang berpenyakit jantung? (Kepada

istrinya) tidak, tidak – kamu jangan sekali-kali membantu dia untuk memaksa saya mengambil

keputusan gila

IBU & IBU (Pada penonton)

Pada satu hari, nak saya berkata pada saya “ Bu, saya pengen pergi ke Jakarta”

AYAH & AYAH

Siapa pun tahu di Jakarta orang bisa jadi apa saja, bahkan menjadi presiden sekali pun.

IBU & IBU

Tapi yang pertama kali saya pikirkan bukan itu. Saya takut anak saya tertubruk mobil, karena

kata orang di sana lebih banyak mobil daripada pohon kelapa.

AYAH & AYAH

Saya tahu betul di dalam benak kepala anak saya berkumpul seluruh impian termasuk di

dalamnya impian-impian saya.

IBU & IBU

Saya kira siapa pun lebih senang mati di tanah sendiri.

AYAH & AYAH

Tapi tak ada orang yang sempat memilih tempat buat dia mati.

IBU & IBU

Selain itu saya kira di sini pun dia akan bisa besar, berkeluarga dan mati.

Page 19: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

AYAH & AYAH

Saya punya cerita. Anak tetangga saya, Fadoli namanya. Saya belum pernah melihat anak yang

lebih bodoh dari dia, sekali pun ayahnya termasuk orang penting di desa ini. Walapun saya tidak

pernah diberitahu tapi saya tahu ketika sekolah rakyat anak saya mendapat penghasilan dari

Fadoli karena ikut merampungkan pekerjaan menghitungnya. Ketika sekolah menengah ia

dikirim orang tuanya ke Jakarta, tiggal bersama pamannya. Dan beberapa minggu yang lalu ia

dan keluarganya mampir ke desa ini. Semua orang di desa ini ternganga melihat anak sebodoh

itu bisa punya mobil. Saya tidak tahu persis jadi apa ia, tapi yang pasti ia orang penting. Nah,

sekarang gampang diduga apa yang ada dalam kepala saya ketika anak saya bilang mau ke

Jakarta. Segera saya bilang kepadanya: pergilah anakku. Selamat berjuang! Ya, saya kira saya

sangat bijaksana waktu itu. Dan memang Jakarta medan juang yang paling gampang karena

musuh kita di sana suma sesame, sedangkan di sini musuh kita semata-mata alam dan kita hanya

memiliki satu pacul untuk sebelas petak.

IBU & IBU

Di sana terlalu banyak orang, dan saya tidak bisa membayangkan darimana mereka bisa makan.

Saya selalu membayangkan di sana banyak orang makan orang. Saya punya cerita. Anak

tetangga saya Rogayah namanya. Saya belum pernah melihat anak yang lebih pintar dari dia,

sekalipun orang tuanya buta huruf. Beberapa tahu yang lalu, setelah lepas sekolah menengah ia

pergi ke Jakarta. Seperti umumnya banyak orang ia ke sana dengan ijazah sekolahnya dan cita-

cita sederhana. Setahuhn lamanya dia cari pekerjaan dan tidak pernah berhasil, sehingga tentu

saja bibinya pada siapa ia numpang makan semakin bermuka kecut. Pada tahun kedua ia minta

diri bibinya untuk kembali ke desa ini, tapi sebenarnya ia tidak pernah kembali. Beberapa bulan

putus hubungan antara Rogayah dengan keluarganya. Sampai pada suatu hari seluruh orang desa

ini gempar ketika seorang pemuda membawa selembar Koran di mana termuat mayat Rogayah.

Saya dengar ada belati di perutnya dan rupanya sebelum peristiwa naas itu ia telah mendapat

pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga dari sebuah keluarga orang kaya.

AYAH & AYAH

Cerita serupa itu tidak perlu di Jakarta. Beberapa bulan lalu di Toangan dekat jembatan sana

kami menemukan mayat. Pendek kata Jakarta adalah jalan pendek. Dan nyatanya?

IBU & IBU

Memang hanya beberapa bulan saja kemudian Madekur/Tarkeni anak saya kembali terbungkus

pakaian yang sangat bagus yang kami sendiri tidak pernah mampu membelinya. Benar-benar

hari itu hari yang bahagia buat kami. Oh, gusti saya tidak pernah memimpikan akan saya

segagah dan secantik itu.

AYAH & AYAH

Ya, dan sebelas perut ditambah dua perut kami benar-benar buncit saat itu.

IBU & IBU

Ia membelikan saya seperangkat pakaian.

AYAH & AYAH

Ia membelikan saya sehelai kain palekat cap delima buatan Tasik, di samping sebuah korek api

Page 20: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

yang sangat bagus. Sampai sekarang korek api itu tidak pernah saya pergunakan. Saya simpan

saja dan saya pajang sebagai hiasan di lemari.

IBU & IBU

Ya Gusti, ia mengenakan arloji emas dan cincin emas.

AYAH & AYAH

Ya, dan sekarang akankah ia kita biarkan memilih jalan yang salah kawin dengan seorang

pelacur/pencopet? Pakah akan kita biarkan ia melumuri wajahnya Lumpur aib seorang

pelacur/pencopet?

IBU & IBU (Kepada Suami)

Tapi ia bilang, ia cinta

AYAH & AYAH

Tidak kurang gadis/jejaka di desa ini untuk dicintai. Dan demi segala kehormatan saya tidak

akan mau dan sudi berhubungan keluarga dengan keluarga jahanam itu. Sebelum lahir saya

sudah membenci keluarga yang sok suci itu. Tingeling!

IBU & IBU

Lalu?

AYAH & AYAH

Kau tinggal saja di sini, saya kira akan bicara sendiri dengan anak itu.(Perempuan itu akan

bangkit kembali) Diam di sini!

LALU AYAH DAN AYAH PERGI KELUAR

Lima

IBU & IBU (Kepada Penonton)

Yang paling sulit adalah….

IBU II (pada yang lain)

Kamu duluan deh.

IBU I

Yang paling sulit adalah kedudukan itu. Siapa pun tahu tidak gampang memilih pihak, lebih-

lebih semua pihak sama-sama berarti dan cintai dan celakanya adapt hidup selalu menjatuhkan

kita pada salah satu pihak sekalipun kita tidak menjatuhkan pilihan alias kita tidak bisa lepas dari

kedudukan sebagai korban. Karena itu sekali waktu kita menganggap menjatuhkan pilihan

adalah yang terbaik dalam hidup ini, sebab kita memerlukan kepuasan memiliki hak memilih

sebagai kompensasi atas kesia-siaan kita.

IBU & IBU

Page 21: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Secara pribadi saya punya pendirian lain dengan suami saya

IBU I

Yang penting buat saya anak saya senang, biarlah dia kawin dengan siapa pun yang dia maui

kalau memang sudah merupakan jodohnya. Coba saja meskipun kita ngotot dalam hal ini pasti

anak saya yang akan keluar sebagai pemenang, karena dalam zaman ini kedudukan anak sedang

mendapat angin. Selain itu, saya belum yakin benar bahwa Tarkeni menjadi pelacur di Jakarta

seperti yang dibisikan banyak orang. Juga saya demikian terharu mengetahui betapa anak saya

yang sejak kecil diam-diam mencintai Tarkeni.

IBU II

Pernah suami saya memergoki mereka sedang jalan berduaan di pematang sawah dekat

pekuburan Ki Kede dan tanpa komentar suami saya menyeret Tarkeni pulang. Di dapur, suami

saya mencambuk Tarkeni dengan ikat pinggangnya yang setebal telapak tangan. Bagaimana

tangis Tarkeni tidak perlu diceritakan.

IBU I

Keluarga itu sudah bebuyutan, sudah sedemikian tua permusuhan kami sampai kami sendiri

tidak pernah tahu duduk masalahnya.

IBU & IBU

Satu-satunya yang kami tahu sejak kecil adalah kami bermusuhan

IBU II

Ada seorang paman kami pernah mencoba menjelaskan kenapa kami bermusuhan . pada suatu

malam pada bulan puasa, kakek kami ketika masih perjaka berkelahi dengan kakek mereka di

pekarangan mesjid. Persoalannya kakek kami dan kakek mereka sama-sama jtuh cinta kepada

seorang gadis, kalau tidak salah ingat gadis itu dari keluarga moyang mang Miskak juru kunci

mesjid. Siapa yang menang sudah pasti kakek kami karena paman bilang itu kakek jago silat.

Hanya sayangnya nasib berkata lain, sehingga dua-duanya tidak sempat mengawini gadis itu

lantaran tergesa meninggal. Nah, sebenarnya bisa saja kemudian sama-sama saling menuduh

telah bebruat jahat terhadap sang gadis. kakek kami menuduh kakek mereka telah mengirimkan

guna-guna agar gadis itu terpaut hanya pada hatinya, tapi agaknya salah mantra sehingga

menyebabkan gadis itu malah meninggal secara mendadak.

IBU I

Seorang paman kami pernah bercerita bahwa sebenarnya moyang kami pernah besanan dengan

moyang mereka. Jelasnya buyut kami pernah satu tempat tidur dengan salah seorang buyut

mereka, tapi lantaran buyut perempuan mereka terbukti serong dengan laki-laki lain, maka buyut

kami menjatuhkan talak tiga sekaligus terhadap buyut perempuan mereka (dengan gaya

mengucapkan rahasia) memang keluarga mereka keluarga gampang gatel.

IBU II

Sedangkan salah seorang bibi kami pernah menceritakan bahwa pada suatu hari jumat… (Kesal

dengan ceritanya sendiri)

Page 22: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU I

Sedangkan salah seorang uwak kami pernah menceritakan bahwa pada suatu hari Sabtu….

(Kesal dengan ceritanya sendiri)

IBU & IBU

Pendeknya begitulah. Sekarang saya sudah saatnya saya harus berusaha menimbun lobang

permusuhan bebuyutan ini sebab kita sama-sama tidak menghendaki akhir Romeo dan Juliet

terulang dalam sandiwara ini. Jadi, sekali lagi, saya tidak berkeberatan anak-anak saya kawin

dengan anak-anak mereka, meskipun saya akan lebih senang kalau anak saya bisa memilih jodoh

yang lain (bersemangat) tidak. Tidak. Saya harus berani mengutarakan pikiran saya blak-blakan

kepada suami saya kalau memang anak saya berani membujuk suami saya supaya berubah sikap,

lantaran toh akhir sandiwara ini mereka akan kawin juga.

Enam

MUNCUL AYAH DAN AYAH DIIKUTI MADEKUR DAN TARKENI

AYAH & AYAH

Sekarang, marilah kita bicara dengan lebih tenang. Atur napas dengan baik supaya darahmu

beredar teratur dan tertib dan supaya kamu bisa bekerja dengan pikiranmu dan tidak dengan

perasaanmu itu. Bu, saya sudah bicara dan anakmu sudah bicara dan kini giliranmu bicara.

Mad/Tar, saya senang pada orang yang keras pendiriannya tapi, kamu keras kepala dan saya

tidak suka. Sudah berkali-kali kamu mencoba mengutarakan perasaanmu dan tidak pernah sekali

pun mengutarakan pikiranmu, dan itu saya tidak suka. Sebaliknya saya telah berkali-kali

meminjamkan pikiran-pikiran terbaik saya buat kamu, tapi kamu tidak suka. Padahal kamu

sendiri cukup dewasa untuk memahami bahwa perkawinan tidak semata membutuhkan perasaan,

melainkan juga terutama pikiran. Bu, kamu setuju anakmu kawin dengan pelacur/pencopet?

IBU & IBU

Naudzubillahi min dzalik, eh, tidak!

AYAH & AYAH

Atau kamu setuju anakmu kawin dengan keluarga itu yang….

IBU & IBU

Tidak.

AYAH & AYAH

Kamu dengar sendiri bagaimana ibumu mengatakan tidak dan kamu sendiri tahu ibumu sangat

jernih dalam berpikir. Sekarang lebih baik kamu istigfarlah dulu.

IBU & IBU (Pada penonton)

Sebenarnya mulut saya mau bilang setuju, tapi mata suami saya terlalu besar, nanti saya akan

bilang juga.

AYAH & AYAH

Page 23: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Persoalan cinta tidak sesepele seperti yang banyak diduga orang dan memahaminya lebih sukar

daripada memotong kuku dengan golok, namun percayalah saya menyintai kamu sekaligus

kehormatan kamu dan hari depan kamu. Janganlah sekali-kali kamu salah mengira saya telah

berlaku tidak sayang karena menghalangi niat kamu kawin dengan…. Anak perempuan/lelaki

keluarga itu. Jangan juga kamu mengira saya tidak memahami niatmu yang suci, saya paham dan

saya menaruh hormat, tapi rupanya kamu lupa bahwa sesuatu yang suci memerlukan tempat

yang suci juga.

Juga rupanya kamu tidak menyadari betapa banyak pilihan yang bisa kamu lakukan, dan kamu

cukup mengerti bahwa yang terbaik adalah emmilih yang terbaik. Tahu kalau kamu masih belum

bisa yakin juga, cobalah Tanya para penonton (pada penonton) Setujukah Anda kalau anak Anda

kawin dengan pelacur/pencopet? Kalau Anda bilang setuju artinya Anda munfik sejati. Karena

Anda telah mengkhianati hati Anda sendiri. Marilah kita akui sama-sama bahwa pada dasarnya

kita menyukai kebangsawanan sekalipun perut kita kosong.

Dengan mengatakan setuju berarti Anda telah sempurna dalam mengobral kata-kata muluk

berbunga kebajikan, sementara dalam perbuatan nyata Anda kurang lebih sepaham dengan saya.

Tapi Anda saksikan sendiri saya satu tingkat lebih tinggi dari Anda lantaran saya satu antara

perkataan dan perbuatan. Sungguh-sungguh kita ini ningrat yang terselubung.

MAD & TAR (pada penonton)

Sebelum kemari, saya sudah yakin pasti hati Anda satu barisan dengan hati saya. Sudah tidak

bisa dihalangi lagi barisan baru dengan panji-panji cinta akan tampil memimpin dunia ini. Kita

sama mengetahui betapa keterbelakangan orang-orang tua kita dalam berpikir, bersikap dan

berbuat, bahkan sebagian watak malah malasnya masih melekat dalam diri kita.

Ketika di negeri-negeri lain orang sudah sedemikian sibuk dan kerja keras, rang-orang tua kita

masih belum selesai dengan sarapannya, dan yang sebagian lagi sibuk merenungkan hikmah

hidup tanpa sarapan.

AYAH & AYAH

Berhenti nak. Kamu tidak patut kurang ajar seperti itu, tidak layak menghina orang tuamu sendiri

di depan umum seperti ini.

MAD & TAR

Seperti bapak saya sedang mencoba belajar mempergunakan pikiran saya, sama sekali saya tidak

sedang melakukan penghinaaan kecuali membeberkan keburukan.

AYAH & AYAH

Satu kalimat lagi berarti merahlah, nak. Tanpa bercermin saya sudah tahu mata saya mulai

merah.

MAD & TAR (Pada penonton)

Anda lihat sendiri betapa tidak dewasanya orang-orang tua menghadapi kritik.

AYAH & AYAH

Page 24: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Hanya batu yang bertahan menghadapi kritik

MAD & TAR

Tapi batu yang satu ini tidak.

(keempatnya saling bertatapan sementara Ibu & Ibu sama menghela napas. Beberapa saat tableu

begitu. Kemudian terdengar suara gong satu kali)

AYAH & AYAH

Baiklah kita ulang lagi. Marilah kita bciara bertiga dengan lebih tenang. Atur napas dengan baik

supaya darah beredar teratur dan tertib, supaya kita bisa bekerja dengan pikiran dan tidak dengan

perasaan. Bu, saya sudah bicara, anakmu sudah bicara, kini giliran kamu bicara.

IBU & IBU

Sebenarnya…. (pada penonton) sebenarnya saya setuju dengan pendirian anak saya, tapi juga

sebenarnya pikiran suami saya benar juga (kepada suami dan anaknya) sebenarnya sama saja.

AYAH & AYAH

Kamu ini sedang bicara, atau…..?

IBU & IBU

Sama saja. Maksud saya bicara atau tidak hasilnya akan sama saja, tapi bicara sedikit barangkali

lebih baik. Nah,. Saya akan mencoba menjelaskan pendirian saya, itu pun kalau bisa disebut

pendirian. Jangan dikira gampang orang berpendirian, maksud saya, saya akan berusaha

mencoba berpendirian. Jangan khawatir, semuanya akan jelas juga pada akhirnya, tapi untuk itu

perlu saya jelaskan secara singkat segalanya lebih dulu. Penjelasan sangat diperlukan sebelum

segalanya jelas, itu sudah jelas.

Nah, biarkanlah saya mengumpamakan persoalan ini dengan dua tangkai bunga melati dan

seorang gadis delapan tahun. Yang setangkai berwarna putih, sedang setangkai lagi berwarna

hitam. Mula-mula sudah jelas gadis itu merasa heran dan sangat lama bertanya dalam hati

kenapa ada setangkai bunga melati yang berwarna hitam, sekalipun sebelumnya dia tidak pernah

merasa heran bertanya dalam hati ketika pertama kalinya ia melihat bunga melati berwarna putih.

Begitulah seperti yang saya bilang tadi bahwa gadis itu lama bertanya dalam hati, lama merasa

heran. Tapi heran yang lama. Kemudian menjelma menjadi takjub dan akhirnya hati gadis itu

tertarik ingin melati yang hitam. Begitulah ketika jari-jarinya yang lembut bergetar oleh

kekaguman siap mematahkan melati hitam dari tangkainya, gadis itu tiba-tiba ingat bahwa

rambutnya juga berwarna hitam. Selain itu ia juga ingat tidak seorang pun di Jatibarang yang

menghias rambutnya dengan melati hitam, bahkan sekalipun perempuan yang ebrambut putih

seperti neneknya.

AYAH & AYAH

Sebentar, sebentar. Lebih baik kamu singkatkan saja bicaramu. Bagaimana?

IBU & IBU

Page 25: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Kamu sendiri bagaimana? Kamu akan memetik melati putih atau melati hitam?

AYAH & AYAH

Seperti umumnya orang saya amemetik melati putih yang sudah pasti keindahannya.

IBU & IBU

Tapi kamu tidak tahu bahwa melatih hitam itu mempunyai warna putih di sebelah dalam dan

malah di dalamnya ada sebutir berlian sebesar geraham saya yang tanggal beberapa tahun lalu

AYAH & AYAH

Mana mungkin! Lagi kamu tidak mengatakan hal itu sebelumnya.

IBU & IBU

Karena melati hitam itu belum jelas maka kemungkinannya tentu lebih luas.

MAD & TAR

Juga melati hitam telah saya petik ketika ayah memetik yang putih

AYAH & AYAH

Tidak bisa. Saya belum memetik, baru berniat memetik dan sekarang saya akan memetik melati

yang hitam

MAD & TAR

Tidak bisa, yang hitam telah saya petik

AYAH & AYAH

Tidak bisa, yang hitam milik saya

MAD & TAR

Tidak bisa, luar bisaa harumnya

AYAH & AYAH

Ya Tuhan harumnya

AYAH &AYAH

Kurang ajar. Lepaskan melati itu

MAD & TAR

Ya Tuhan, harumnya

AYAH & AYAH

Lepaskan, bajingan.

MAD & TAR

Harumnya

Page 26: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

AYAH &AYAH

Bajingan

IBU & IBU

Begitulah, siapapun pasti akan memilih yang terbaik. Tapi tahukah bahwa yang terbaik adalah

melati putih?

MAD & TAR

Kalau begitu biarlah yang hitam untuk bapak.

AYAH & AYAH

Kamu jangan kurang ajar, nak. Melati putih itu telah saya petik.

MAD & TAR

Mana mungkin, padahal bapak baru saja berniat akan memetiknya. Tidak, pak. Biarlah yang

putih buat saya.

AYAH & AYAH

Nak, golok di dapur Cuma sebilah dan itu milik saya

MAD & TAR

Biarlah bapak mengambil golok dan saya memetik melati putih

SANGAT TIBA-TIBA SEKALI, AYAH DAN AYAH MENGHUNUS GOLOK ITU DAN

SIAP AKAN MEMANCUNG KEPALA MAD & TAR DAN IBU & IBU MENJERIT

IBU & IBU

Saya lupa memberitahu bahwa yang putih ada dua tangkai dan kesimpulannya kalian berdua

sama-sama bersikeras menghendaki yang terbaik (Mendekati anaknya) nak, kamu ingin senang,

bukan?

MAD & TAR

Senang sekali, bu.

IBU & IBU

Kau pikir bapak akan menjerumuskan kamu?

MAD & TAR

Pasti tidak, bu.

IBU & IBU (mendekati suaminya)

Kamu pasti tidak bermaksud menjerumuskan anakmu.

AYAH & AYAH

Pasti

Page 27: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU & IBU

Dan menghendaki anakmu senang?

AYAH & AYAH

Senang sekali kalau bisa

IBU & IBU

Kalau begitu, beres. Tidak satu pun yang simpang selisih. Sekarang bicaralah satu sama lain

tanpa nafsu amarah

AYAH & AYAH

Boleh

MAD & TAR

Boleh

AYAH & AYAH

Kamu masih tetap pada pendirianmu?

MAD & TAR

Masih dan bahkan makin kuat

AYAH & AYAH

Saya juga masih. Kalau begitu kita harus meningkatkan pertengkaran kita (Gong berbunyi lagi)

saya sampai pada pikiran untuk menyampaikan ultimatum

MAD & TAR

Sebaliknya mental saya telah siap menerima apa saja

IBU & IBU

Kalian sudah terlalu jauh, kalian….

AYAH & AYAH

Kamu yang semestinya bertahan sesuai dengan kedudukan ibu di mana-mana, yang hanya

mampu mengelus-elus dada sementara pertempuran berlangsung.

MAD & TAR

Saya menunggu ultimatum itu, pak

AYAH & AYAH

Bagus. Dengan ultimatum ini saya hanya akan menyederhanakan dan mempersingkat perdebatan

yang nonsense ini. Begini, kalau kamu tetap pada niatmu kawin dengan pelacur/pencopet itu

saya hanya minta agar hubungan kita sebagai anak dan bapak putus.

IBU & IBU

Pak….

Page 28: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

AYAH & AYAH

Kau tak berdaya, bu.

MAD & TAR

Bapak serius?

AYAH & AYAH

Kamu kira main-main?

MAD & TAR

Putus?

AYAH & AYAH

Putus

MAD & TAR

Sudah bapak pikirkan masak?

AYAH & AYAH

Saya kuatir malah terlalu masak

MAD & TAR

Baiklah….

IBU & IBU

Nak….

MAD & TAR

Belum, bu, belum selesai. Saya baru akan mempelajari ultimatum itu.

IBU & IBU

Bagus, nak. Pelajarilah baik-baik.

AYAH & AYAH (berbisik)

Kamu lihat senjata apa yang kita miliki. Berbahagialah karena kita pada kedudukan pemenang.

Sambil mengecap harapan kemenangan, juga sambil memberikan kesempatan anak itu

mempelajari ultimatum kita marilah kita minum teh di luar.

Tujuh

MADEKUR

Bagaimana?

TARKENI

Kamu bagaimana?

Page 29: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MADEKUR

Buat saya nggak ada soal. Kamu yang sejak semula bersikeras ingin meminta izin dan restu

orang tua sekarang punya persoalan karena ultimatum mereka.

TARKENI

Persoalan ini sangat berat buat saya

MADEKUR

Buat siapapun sangat berat, kecuali bagi saya

TARKENI

Bagaimana ya?

MADEKUR

Saya tahu kamu sentimental seperti umumnya para penonton sandiwara. Cobalah putuskan.

TARKENI

Kalau saya berpihak kepada orang tua dan niat kawin kita urungkan….

MADEKUR

Kamu akan segera menjadi bintang keluarga dan penonton akan terharu, sementara diam-diam

mengutuk orang tua.

TARKENI

Kalau sebaliknya?

MADEKUR

Kamu segera akan diludahi dari segala penjuru dan penonton menganggap lakon ini kurang

menarik, sementara mengharapkan akhirnya kamu kembali bersujud di depan orang tua mu.

TARKENI

Dan saya sendiri?

MADEKUR

Berbahagia tidur bersama saya sambil sekali-sekali membayangkan rambut orang tua mu yang

semakin memutih.

TARKENI

Dan orang tua saya?

MADEKUR

Bernapas seperti bisaanya dan nasibnya sudah diatur seperti orang-orang tua yang lain

TARKENI

Tidak pernah mereka memikirkan saya.

Page 30: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MADEKUR

Pernah setiap akan tidur tapi tak lebih dari lima menit.

TARKENI

Kamu sendiri bagaimana?

MADEKUR

Buat saya sangat gampang membenci orang tua saya karena mereka tidak pernah memperhatikan

saya kecuali setelah mereka ditinggalkan saudara-saudara saya yang lainnya, dan saya

menunjang biaya rumah tangganya secara tetap.

TARKENI

Kamu pahit sekali

MADEKUR

Saya kira bukan pahit, enteng. Seperti hidup ini memperlakukan kita.

TARKENI

Enteng.

MADEKUR

Enteng.

TARKENI

Saya sudah putuskan

MADEKUR

Bagus.

TARKENI

Enteng.

MADEKUR

Enteng.

GONG LAGI, ATAU KALAU BOSAN YA CARI YANG LAIN

Delapan

AYAH & AYAH DAN IBU & IBU MUNCUL DI TEMPAT MASING-MASING

AYAH & AYAH

Merokok dulu (Dengan nikmat menghisap rokoknya dan kemudian menghembuskan asapnya)

Lalu bicara dengan tenang. Bagaimana nak?

Page 31: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU & IBU (Dengan lagu lain)

Jangan membisu nak.

MAD & TAR

Tidak bu.

AYAH & AYAH

Kalau begitu bicaralah. Apa keputusanmu?

MAD & TAR

Bapak tetap dengan keputusan bapak?

AYAH & AYAH

Tetap. Tetap.

IBU & IBU

Nak…..

AYAH & AYAH

Tapi hati-hati dengan keputusanmu nanti, nak.

MAD & TAR

Jangan kuatir. Keputusan bapak telah menjadi keputusan saya

IBU & IBU

Maksudmu, nak?

AYAH & AYAH (Sama lagu)

Maksudmu, nak?

MAD & TAR

Terus terang bapak sangat bijaksana sekali memecahkan soal ini, sedikitpun saya tidak

mempunyai kesan bapak bersikap mengancam. Malah sebaliknya. Ultimatum bapak atau

tepatnya keputusan bapak merupakan sikap yang paling maju sekali. Lebih dari kebenaran

bahwa hubungan keluarga atau hubungan darah merupakan pangkal dari segala macam sengketa,

karena pada dasarnya hubungan itu Cuma hubungan emosionil belaka, dan itu merupakan beban

yang sangat berat yang kita seret sampai di lobang kubur.

Ketika bapak memberikan jalan keluar, yaitu menawarkan putusnya hubungan antara kita

seketika saya merasa lebih sehat dan tubuh saya kehilangan berat sama sekali sehingga saya

merasa ringan apa saja.

AYAH & AYAH

Jadi….

IBU & IBU

Page 32: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Nak…..

MAD & TAR

Ya, bapak benar sekali lebih baik kita putuskan hubungan antara kita sebagai orang tua dan anak.

Dengan demikian, bapak dan ibu bisa tenang karena tidak lagi punya persoalan dan kecuali pun

kehormatan bapak dan ibu tetap tak ternoda, seperti bapak sendiri bilang kehormatan adalah

sesuatu yang nilainya satu tingkat di bawah Tuhan. Sedangkan untuk saya mulai hari ini saya tak

perlu menyisihkan hasil jerih payah saya, seluruh penghasilan saya boleh saya habiskan sampai

rupiah yang paling akhir.

IBU & IBU

Kau dengar pak? Kau dengar? Sebelum ia berpikir seperti itu saya telah membayangkan

kesusahan apa yang akan terjadi kalau ia sudah nekat seperti itu.

AYAH & AYAH

Nak, kau rupanya belum cukup lama memperlajari ultimatum bapak

MAD & TAR

Cukup. Cukup.

AYAH & AYAH

Barangkali kau belum mengerti benar ultimatum bapak.

MAD & TAR

Kalimat bapak jelas sekali dan selain itu telinga saya sangat baik. Dan percayalah semua

penonton akan mendukung penuh sikap dan keputusan bapak yang maju itu.

AYAH & AYAH

Sebentar nak, jangan terburu nafsu. Hematlah dengan kata-kata. Kau kelihatan gugup sekali,

tidak mampu mengusasi diri.

MAD & TAR

Tidak, saya senang sekali seperti orang mati

AYAH & AYAH

Kamu mengerti apa yang kau ucapkan?

MAD & TAR

Apakah itu berarti bapak tidak mengerti dengan apa yang bapak telah putuskan?

AYAH & AYAH

Maksud saya cukup sadarkah kau?

MAD & TAR

Cukup, cukup sadar.

Page 33: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

AYAH & AYAH

Perhatikan, nak. Saya masih belum marah betul, seluruh emosi saya tekan di bawah persut besar

saya. Beberapa bagian tertentu telah melonjak-lonjak dan mulai memercikan api, tapi sampai

detik ini saya masih mencoba mengindari amarah. Sekarang jawablah dengan baik-baik. Benar

kamu menghendaki putus hubungan antar kita sebagai keluarga?

MAD & TAR

Saya Cuma mendukung pikiran bapak yang cemerlang. Atau tepatnya bapaklah yang

menghendaki itu dan saya mendukungnya.

IBU & IBU

Kau tidak perlu mendukung pikiran itu, gagasan itu buruk, paling buruk.

MAD & TAR

Gagasan itu sanagt bagus, sangat bagus.

AYAH & AYAH (Marah sekali)

Tapi kamu tidak perlu mendukung gagasan itu.

IBU & IBU

Gagasan itu sangat buruk, nak. Sangat buruk.

AYAH & AYAH

Apa kamu tidak mengerti ultimatum itu semata-mata Cuma gertak sambal saja? Ancaman

kosong?

MAD & TAR

Tidak, malah saya menghargai ultimatum itu sebagai gagasan orang tua yang paling berani dan

maju. Saya yakin Cuma beberapa gelintir saja yang punya pikiran cemerlang semacam itu.

AYAH & AYAH

Jadi kamu tetap bersikeras ingin supaya putus hubungan antara kita?

MAD & TAR

Sesuai dengan kamuan bapak

IBU & IBU

Nak!

AYAH & AYAH

Sungguh-sungguh!?

MAD & TAR

Sungguh-sungguh.

AYAH & AYAH

Page 34: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Putus?

MAD & TAR

Lebih tegas; patahkan seperti arang

AYAH & AYAH

Lalu kamu akan melangsungkan niat kamu kawin begitu saja tanpa orang tua?

MAD & TAR

Begitulah kira-kira.

IBU & IBU

Lalu siapa yang akan merestui? Yang mendoa?

MAD & TAR

Pegawai catatan sipil tentu saja

AYAH & AYAH

Baiklah… baiklah…..

IBU & IBU

Pak….

AYAH & AYAH

Jangan cengeng menghadapi sikap sombong seperti itu. Kalau tidak tahan menangislah, tanpa air

mata supaya anak sombong itu tidak sempat tahu. Kamu kira (kepada anaknya) Cuma kamu saja

yang tega memutuskan hubungan antara kita? Lebih dari itu saya tega. Bahkan saya juga tega

memutuskan kepalamu dari dadamu yang kau busung-busungkan itu dan kemudian saya gecek

kepalamu dengan batu kali.

Sombong. Atau kamu mengira tenaga saya tidak cukup kuat emnghadapi otot-ototmu yang

masih segar? Jangan lupa gigi saya masih utuh dan kuat (pada penonton) apakah diantara kalian

ada yang mengharapkan agar saya bersikap lembut menghadapi sikap kurang ajar seperti itu?

Mengharap agar saya meminta-minta supaya anak biadab itu kembali menyebut diri saya sebagai

bapaknya?

IBU & IBU

Dengarkan sebentar, pak. (memberikan segelas air putih) tenang sebentar. (berbisik) kamu lupa

kita akan kewalahan kalau sampai membiarkan ia tidak lagi mengaku anak kepada kita?

AYAH & AYAH

Kewalahan apa!?

IBU & IBU (berbisik)

Kau lupa tahun-tahun belakangan ini kita sangat bergantung kepada anak itu. Dari mana kamu

akan mendapatkan uang dengan tulang-tulangmu yang rapuh?

Page 35: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

AYAH & AYAH

Kita jual pekarangan belakang dengan empangnya sekaligus dan sebelumnya kita bisa makan

dari hasil pohon papaya.

IBU & IBU

Kita tidak bisa menjual pekarangan mana pun karena kita telah menjualnya beberapa tahun lalu.

Kamu juga tidak bisa menjual rumah ini kecuali kalau kita boleh merombak mesjid jadi dapur.

AYAH & AYAH

Kita masih memiliki seekor kerbau dan tiga kambing perahan.

IBU & IBU

Semua itu telah kita jual. Semua itu sudah habis. Bahkan tanpa sepah.

SEBELUM MELANJUTKAN BICARA AYAH & AYAH MELIHAT SEBENTAR KEPADA

ANAKNYA

AYAH & AYAH (Makin berbisik)

Jadi kita sudah tidak punya apa-apa?

IBU & IBU

Tidak punya apa-apa. Malah belakangan ini selalu timbul kekuatan dalam diri saya apakah kita

mampu menyelenggarakan penguburan buat jenazah kita nanti.

AYAH & AYAH

Seminggu yang lalu saya juga berpikir barangkali lebih baik kita beli kain kafan mulai sekarang

semester demi semester.

IBU & IBU

Kalau begitu kita juga perlu menanam kembang biar kita tidak usah beli nanti untuk keranda kita

dan makam kita.

AYAH & AYAH

Jadi sudah habis semua.

IBU & IBU

Semua sudah habis dijual, sudah kita makan.

AYAH & AYAH

Saya pikir saya juga bisa mencuri

IBU & IBU

Kamu ingat mayat Mukidi yang berlumur darah karena mencuri di rumah Ki Warad!?

AYAH & AYAH

Page 36: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Orang-orang tidak akan memukuli saya, karena saya sudah tua. Mereka akan jatuh kasihan dan

kemudian membiarkan saya memiliki barang curian saya dan bukan tidak mungkin saya

mendapat pula tambahan uang.

IBU & IBU

Sudahlah. Daripada kita mengharapkan yang tidak-tidak. Lebih baik kita ubah sikap dan biarlah

kita menyetujui rencana anak kita.

AYAH & AYAH

Saya juga berpikir begitu. Tapi malu mengatakannya. Ya, saya kira itu lebih baik, hanya kita

harus mencari cara supaya kekalahan kita terhormat.

IBU & IBU

Gampang itu.

TIBA-TIBA AYAH & AYAH DAN IBU & IBU BERUBAH SIKAP

AYAH & AYAH (Dengan gemas memegang gemas pada pundaknya)

Saya terharu, nak. Sungguh terharu akan ketabahanmu. Ujian dan cobaan yang ibu dan bapak

tampakkan sedikit pun tidak menggoyangkan niat sucimu. Kini kami baru yakin betapa besar

cintamu kepada kekasihmu.

MAD & TAR

Tidak terlalu besar tapi besar.

IBU & IBU (merenggutkan anaknya dari suaminya lalu memeluknya)

Anakku, kau lulus.

AYAH & AYAH

Maafkan bapak, karena bapak terlalu kasar. Maafkan juga karena bapak telah menyebut calon

istri/suamimu pelacur/pencopet.

MAD & TAR

Bapak tak perlu minta maaf karena dia memang pelacur/ pencopet. (Ayah & Ayah dan Ibu & Ibu

mengambil jarak terhadap anaknya) Tarkeni/Madekur memang pelacur/pencopet tapi orang

tuanya tidak tahu dan tidak percaya.

AYAH & AYAH (Pada istrinya)

Apa kita akan berubah sikap lagi?

IBU & IBU

Bingung.

MAD & TAR

Dan saya sendiri memang pencopet/pelacur tapi ibu bapak tidak tahu dan tidak percaya.

Page 37: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

ORANG TUA

Kami….

MAD & TAR

Pencopet/pelacur

IBU & IBU (Pada suaminya)

Apa yang harus saya lakukan?

AYAH & AYAH

Pingsanlah.

IBU & IBU

Saya tidak bisa. Saya tidak percaya.

MAD & TAR

Karena tidak sesuai dengan impian, sekalipun sesuai dengan impian buruk

AYAH & AYAH

Kamu tidak bergurau, nak.

MAD & TAR

Kenapa?

AYAH & AYAH

Kalau pun benar lebih bijaksana kalau kamu berbohong saja

MAD & TAR

Baiklah, saya bohong.

AYAH & AYAH

Jadi tidak benar kamu pencopet/pelacur?

MAD & TAR

Siapa bilang saya pencopet/pelacur?

AYAH &AYAH

Ternyata Cuma fitnah, bukan?

MAD & TAR

Bukan Cuma fitnah tapi penghinaan terhadap gubernur Jakarta

IBU & IBU

Anak kita gubernur, pak.

AYAH & AYAH

Page 38: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Ya

IBU & IBU

Syukur. Syukur.

AYAH & AYAH

Apapun jadinya kita harus bersyukur

IBU & IBU

Syukur-syukur

GONG LAGI, HIASAN JANUR

Sembilan

MEREKA BERTEMU DI TENGAH PENTAS

IBU

Hari jum’at hari baik.

AYAH

Tidak. Hari Sabtu.

IBU

Minggu yang baik

AYAH

Senen

AYAH

Selasa

IBU

Rabu

IBU

Kamis

AYAH

Jum’at

AYAH

Minggu

IBU

Page 39: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Jum’at.

IBU

Minggu.

MADEKUR

Khrreeeeeeeeeekkk….

TARKENI

Tek – tek ….

AYAH

Jum’at

MADEKUR

Tek – Tek.

IBU

Minggu.

TARKENI

Tek – Tek….

IBU

Jum’at

MADEKUR

Tek – Tek….

(Sebentar diam)

TARKENI

Tek.

IBU

Jum - …. Teruskan.

MADEKUR

Tekek.

IBU

Jum’at

Tokek taoke kita

Cendekia di atas cendekia

Page 40: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Sepuluh

PESTA KAWIN. PUNCAK ACARA MERUPAKAN BARISAN-BARISA KETIKA DUA

BUAH KERANDA MASUK BAGAI BARONGSAI!!! LAMPU TIBA-TIBA MATI.

KETIKA PARA NABI BANGUN OLEH SINAR FAJAR YANG TIDAK LAGI BERNAMA

FAJAR, MEREKA SAMA TERKEJUT KARENA DI HADAPAN MEREKA ATAU DI

SEPUTAR MEREKA – TIADA SEORANG PUN MANUSIA. YANG DI DEKAT ATAU DI

SEPUTAR MEREKA HANYALAH PUING-PUING. PUING DAN PUING. ASAP DI MANA-

MANA. BAU MERCON DI MANA-MANA, POTONGAN KAKI DI MANA-MANA,

POTONGAN TANGAN DI MANA-MANA. BEBERAPA TOMBAK BEBERAPA PELURU

KENDALI TERTANCAP DI LANGIT.. BEBERAPA GUMPAL MEGA MERAH KE

HITAMAN OLEH DARAH.

PARA NABI

Apa yang terjadi?

(Seseorang memetik gitar)

Puing dimana-mana

Asap dimana-mana

Bau mercon

Bau mesiu, goblok

Mercon

Mesiu

Pokoknya sesuatu yang meledak

Tangan siapa ini?

Kaki siapa ini?

Cari kepalanya, nanti kamu kamu!

Kepala siapa ini

Cari KTP nya

KTP siapa ini?

Baca!

Nggak terbaca, akrena darah beku menutup namanya.

Apa yang terjadi semalam? Mereka baru saja menyelesaikan dua babak dari keenam babak

sebuah sandiwara reyog-reyogan

Musik!

(Seseorang meniup suling)

Beberapa tombak…

Peluru kendali, goblok.

Beberapa tombak.

Peluru kendali

Beberapa peluru kendali tertancap di langit.

Bukan saja bumi luka-luka, rupanya langit juga.

Pasti bukan lagi mega atau pun awan yang berarak itu.

Memang awan memang mega namun berselimut darah beku.

Kalau semua sudah menjelma padang sunyi seperti ini pertanda orkes kita tamat riwayatnya.

Page 41: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Siapa yang akan kita hibur?

NYANYIAN

Siapa akan kita hibur?

Siapa mau kita hibur?

Bumi kosong

Langit kosong.

Adalah sebidang padang sunyi

Adalah sebaris para penyanyi

Saling memantulkan sunyi

Siapa akan kita hibur?

Siapa mau kita hibur?

Bumi kosong

Langit kosong

Kosongnya kosong melompong

Kosongnya kosong yang gosong

A…..

Huruf a melayang entah ke mana

I…..

Huruf I bersembunyi entah dimana

AAAA

IIIIIIII

AIA

AIA

A……

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA REYOGAN ROMBONGAN SEMAR CS

- Suara apa itu?

+ Suara mereka

- Kalau begitu, mereka masih hidup

+ Kalau ternyata tape recorder?

- Ya nggak apa-apa

+ Kita cari mereka

- Ya, kita perlu tahu babk-babak lain sandiwara mereka.

+ kenapa? Ada apa? Kok merenung begitu?

- Sejak tadi saya yakin mereka masih hidup.

+ Alaaa! Ayo kita berangkat

(mereka berangkat menjelajahi sunyi demi sunyi)

- lihat rombongan sandiwara semalam?

YANG DITANYA

Lihat!

NABI

Di mana mereka sekarang?

Page 42: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

YANG DITANYA

Saya juga sedang cari

LALU ORANG ITU BERGABUNG, BEGITULAH MEREKA BERJALAN MENGARUNGI

SUNYI DEMI SUNYI DALAM BARISAN YANG MAKIN LAMA MAKIN PANJANG. DAN

SETIAP KALI MEREKA BERPAPASAN DENGAN ORANG LAIN YANG BERTUJUAN

SERUPA

NABI

Suaranya makin jelas. Ya, makin jelas.

NABI

Ya. (Tiba-tiba semuanya diam) Pasti mereka. Betul kamu ternyata Cuma rekman suara mereka.

Itu siapa yang berbaris di sana?

MEREKA KEMUDIAN KELUAR DAN MUNCUL SEMAR CS YANG ROBOH SATU-

SATU LANTARAN? LALU MUNCUL ROMBONGAN NABI CS

NABI

Semar, semar….

SEMAR

Ya, saya Semar. Saya semar

NABI

Kalian darimana mau ke mana?

SEMAR

Dari cari penonton mau cari penonton

NABI

Gila sekali bahwa selama ini kita saling mencari penonton, cari mereka. Kalau begitu segeralah

main. Penonton sudah berkumpul sekarang.

SEMUA BADUT-BADUT BERDIRI LUNGLAI DAN MEMANDANGI HADIRINNYA.

SEMAR

Jadi kalian masih hidup?

HADIRIN MENGANGGUK. BADUT CS MENANGIS PILU SEKALI (TIDAK KOMIKAL

SEMAR

Kami kira permainan kami semalam yang terakhir

KEMBALI BADUT CS MENANGIS

Page 43: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

NABI

Sudahlah. Sudahlah.

SEMAR

Kami sedih tentang kalian

NABI

Sudahlah, sudahlah.

SEMAR

Selama ini kami bergurau tentang kalian

KALI INI BADUT CS MENANGIS LEBIH MEMILUKAN LAGI.

NABI

Musik! (Seseorang memainkan biola) Silakan Semarku, lanjutkan pertunjukanmu, kamu kelak

ingin tahu nasib Madekur dan Tarkeni selanjutnya. (Semar cs tiba-tiba menangis lebih keras lagi)

Kenapa? Ada apa?

SEMAR

Seperti lakon-lakon Arifin yang lain, mereka mati secara mengerikan sekali. Secara detail kami

tak tahan melukiskannya.

NABI

Betul-betul kisah cinta nan penuh air mata.

SEMAR

Kedua mayatnya dalam satu lubang bersama sampah Jakarta

SESEORANG

Bagaimana bisa terjadi

SEMAR

Gampang saja. Mereka mati di pinggir kali atau di dekat tong sampah. Atau di trotoar, atau di

bawah Monas. Atau di… atau di… gampang saja.

NABI

Tapi cobalah lukiskan selengkapnya.

SESEORANG

Nanti dulu. Saya protes. Bagaimana mungkin mereka dibiarkan oleh pemerintah begitu saja?

SEMAR

Pemerintah tidak tinggal diam. Pemerintah telah meminjamkan turk sampahnya dan membiayai

ongkos penguburan sekedarnya.

Page 44: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

SESEORANG

Seharusnya mereka dikubur di taman pahlawan. Jelas mereka pahlawan yang tangguh, ulet dan

tahu harga diri.

SESEORANG

Kenapa tidak di taman pahlawan?

SEMAR

Karena bukan pahlawan.

SESEORANG

Kenapa bersama sampah?

SESEORANG

Karena sampah.

SEMAR

Terus terang dalam suasana murung tanpa harapan sama sekali seperti sekarang ini saya tidak

berdaya bersandiwara lagi.

NABI

Semuanya sudah habis, sobatku. Bakatmu yang besar pasti sanggup mengusir kegeramanmu dan

menggantikannya dengan kecerahan bocah menyajikan kekocakan-kekocakan, hiburan-hiburan

serta harapan-harapan.

SEMAR

Semuanya sudah habis. Kekocakan telah menyusut kering bersama lapar dan dahaga. Apa yang

terjadis emalam sungguh-sungguh di luar batas permainan selama ini. Bagaimana harus

diterima? Dalam beberapa detik, semuanya berubah. Dalam satu hentakan segala sumber

kehidupan dikeringkan bersama-sama. Dan….

Badut lain menampilkan diri sebagai badut-badut bisu.

SEMAR

Seketika para badut dan para penyanyi bisu bersama-sama.

NABI

Kalian hanya terlalu capek, yang kalian perlukan hanyalah hiburan, miuman dan makanan.

NYANYIAN

Tak pernah mutlak gelap

Tak pernah mutlak gelap

Tak pernah mutlak senyap

Tak pernah mutlak senyap

Tak pernah mutlak gelap

Page 45: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Tak pernah mutlak gelap

Mesti ada setitik cahaya

Meski setitik setitik hanya

WASKA

Bencana telah dibencanakan oleh semangatku oleh ruhku, oleh namaku. Waska, Waska,

Waska…..

KOOR

Waska, Waska, Waska…..

WASKA

Peran Waska akan tampil memecah puing-puing yang berserakan sepanjang tepi senja, akan

menghidupkan mayat-mayat dan dendam kesumat.

KOOR

Waska, Waska, Waska…..

WASKA

Peran Waska akan tampil memberi ruh pada jasadku yang lunglai kecapekan, yang kosong, yang

gosong yang bagai kepompong.

KOOR

Uuuuuuuuuuuu…..

WASKA

Langit hanya berisi angin hari itu dan warna hitamku tumpah di seantero di mana-mana dan aku

Waska sedang minum air kelapa.

TARKENI

Lalu aku Tarkeni datang menangis bersujud di kaki Waska mengadukan ihwal duka.

WASKA

Ada apa anakku? Kenapa menangis pilu itu?

TARKENI

Sakit kepalaku sampai ke kalbu lantaran dipukul suamiku.

WASKA

Madekur!!!

MADEKUR

Madekur luka hatinya, disobek-sobek oleh cemburu buta.

WASKA

Ya, karena belum matang jiwanya.

Page 46: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

NABI I

Saya kira bukan soal matang, Semar. Kau belum tahu persoalannya seperti juga penonton yang

lain.

WASKA

Pengalaman Waska sama kaya dengan alam

NABI I

Pengalaman saya sebaliknya, hanya sepertiga. Tapi dalam persoalan Madekur, saya yakin kau

terlalu tergesa.

KOOR

Sebagai suami yang baik, Madekur semakin giat mencopet.

Sebagai istri yang baik tarkeni semakin giat melonte.

Begitulah, pada suatu malam

Adalah enam belas lelaki antre depan Tarkeni

Lantaran Tarkeni semakin popular goyang pinggulnya

Dan Madekur suaminya terselip sebagai lelaki ke enam belas

Menunggu giliran dan jatah kemesaraan

WASKA

Lalu karena dia juga mendapat perlakuan sama seperti lelaki lain, Madekur cemburu.

SESEORANG

Apa kau juga bayar seperti lelaki lain?

MADEKUR

Sudah pasti dan saya bisa pastikan saya membayarnya dengan tarif tertinggi yang tidak akan

pernah orang mau. Kalian bisa bayangkan betapa kecewa hati saya, malam itu., sementara berahi

meregang-regang, sementara hasil uang copetan di tangan akan kuserahkan, saya harus

menunggugiliran ke enam belas tanpa kebijaksanaan sedikitpun.

WASKA

Dan karena itu kamu pukul istrimu?

MADEKUR

Bukan karena itu. Itu soal kecil. Ada soal yang lebih besar.

NABI I

Percaya gak? Saya bisa pastikan….

WASKA

Jangan menduga-duga, dengar saja faktanya.

MADEKUR

Page 47: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Inilah soal besar itu: diantara ke enam belas lelaki tersebut adalah Maskat sahabatnya, yang ikut

bersetubuh dengan Tarkeni.

WASKA

Apa salah Maskat kalau lelekai-lelaki yang lain berbuat serupa?

MADEKUR

Aku yang meyalahkan!!!

LALU DIA BERKELAHI DENGAN MASKAT SAMPAI MASKAT BABAK BELUK

SEMENTARA ORANG-ORANG MELERAIKAN.

MADEKUR

Dengan ini saya umumkan beberapa ketentuan tata-tertib praktek pelacuran Tarkeni:

1. Persetubuhan boleh berlangsung atas dasar suka sama suka.

2. Tarif persetubuhan damai dan dibayar di muka

3. Setiap yang merasa sebagai lelaki boleh ikut dalam transaksi tersebut, kecuali saudara-

saudara/famili/sahabat/kerabat dan suaminya.

4. Ketentuan ini berlaku surut, mulai beberapa saat yang lalu

Dan kau terkena ketentuan itu, Maskat!!!.

TARKENI

Aku tidak terima. Aku tidak terima. Ini sama sekali tidak adil kalau dia boleh mencopet siapa

saja, kenapa saya tidak boleh ebrsetubuh dengan siapa saja?

WASKA

Apa komentar tuanku?

NABI I

Saya menganggap kecemburuan Madekur pada tempatnya.

WASKA

Ya, memang pada tempatnya, dan tempatnya adalah jiwa yang mentah. Madekur!!!

MADEKUR

Ya bapak.

WASKA

Kau tahu kenapa orang cemburu!?

MADEKUR

Tahu bapak. Karena mukanya jelek

WASKA

Apa mukamu jelek?

Page 48: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MADEKUR

Tidak, bapak.

WASKA

Kalau begitu, kamu tidak usah cemburu dan ketentuan tata tertib di atas dengan ini aku batalkan.

MADEKUR

Jadi, bapak?

WASKA

Tarkeni bebas berstubuh dengan siapa saja, di bayar atau tidak, di muka atau di belakang.

KETIKA WASKA MENCARI TEMPAT DUDUK, ORANG-ORANG SAMA MENYINGKIR

MEMBERIKAN TEMPATNYA, DAN TARKENI SELALU DI SISINYA. SEPERTI PUTRID

KESAYANGANNYA

WASKA

Aku kecewa sekali kau bertingkah kayak bocah. Seharusnya dulu tak kuijinkan kalian kawin

seperti juga saudar-saudara kalian yang lain.

NABI I

Kenapa mereka diijinkan? Apa itu tak bertentangan dengan watak Waska?

SEMAR/WASKA

Apa Waska berwatak? Lagi waska anggap saja perkawinan itu sebagai salah satu bentuk rekreasi

dan dengan alas an itu ia mengijinkan perkawinan mereka (selanjutnya pada Madekur sebagai

Waska) Tapi itu tidak berarti kuijinkan segala tetek bengek persoala-persoalan seperti cemburu,

pertengkaran pura-pura dan tangis-tangisa. Apa itu? Lebih berharga air kelapa!!

TIBA-TIBA WASKA MENYEMBURKAN AIR KELAPA DARI MULUTNYA KEA RAH

MADEKUR DAN TARKENI

WASKA

Coba cek basis pertama. Mulai dari Tarkeni. (Tarkeni meludahi Madekur dan Madekur

membalasnya) Tidak, Madekur, tidak begitu. Ternyata kau masih cerewet. Apa aku bilang dulu?

Pertama-tama kau harus mampu mengubah sikap dan tanggapanmu apabila kamu diludahi.

Ulangi lagi dari kau.

MADEKUR MELUDAHI WAJAH TARKENI DAN KEMUDIAN TARKENI MENGUSAP

WAJAHNYA

TARKENI

Ludahmu hangat

WASKA

Luar bisaa, luar bisaa, Tarkeni – coba beri rokok!

Page 49: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

(Seseorang memberikan rokok)

coba tusuk gigi.

(Seseorang memberikan tusuk gigi padanya)

ajaran terpenting dalam agama kita juga adalah mengenai harga diri. Agama kita mengharamkan

pengemisan dan mewajibkan perampasan atau perebutan atau yang sejenis.

MADEKUR

Pencopetan, bapak?

WASKA

Itu permainan anak-anak, tapi baik juga buat melatih keterampilan. Yang penting, yakinlah

bahwa agama kita sangat serasi dengan alam, dan kenyataan. Dan tabahlah karena agama kita

sebagai agama tertua selalu dimusuhi. Banyak sudah pionir-pionir yang mati dalam

memperjuangkan menegakkan agama kita. Betapa pun tabahlah dan sekaligus benggalah sebab

penjara di mana-mana berisi saudara-saudara kita seagama dan senasib. Umang-umang.

SESEORANG

Bapak, murid-murid telah datang semua dan pelajaran boleh dimulai.

WASKA TIBA-TIBA BANGKIT DAN MENYEMBUNYIKAN TANGISNYA. TANGIS TUA.

SEMUA MURIDNYA CUMA BISA MENUNDUKAN KEPALA MASING-MASING LALU

TIBA-TIBA IA MERAUNG. DAN BERSAMAAN DENGAN ITU TERDENGAR SUARA

DENTANG BESI YANG MEMEKAKKAN

WASKA

Kita berdoa dan sembahyang dulu

LALU SEMUANYA MELAKUKAN UPACARA SEMBAHYANG DENGAN CARA

MASING-MASING. ADEGAN INI SUNGGUH SEREMONIAL SEKALI

Ada murid baru?

SESEORANG

Banyak, bapak. Sebagian mereka adalah anak-anak tanggung yang putus sekolah karena biaya

dan sebagian lantaran tidak bisa merasa cocok dengan orang tuanya.

WASKA

Borok

BOROK

Ya, bapak.

WASKA

Page 50: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Ambil sebagian

BOROK

Baik, bapak. Wilayah tetap, bapak?

WASKA

Tetap sekitar jembatan lima sampai batas gereja – Buang.

BUANG

Ya, bapak.

WASKA

Pimpin yang sebagian lagi

BUANG

Baik, bapak.

WASKA

Basis pertama (Lalu orang-orang sama saling meludah) anak-anakku yang baru datang, perlu

kalian ketahui kenapa kalian harus segera bisaakan diri saling meludahi. Sebab adat hidup

emmang begitu dan kita tak bisa mengelakkannya. Umurku sembilan puluh tujuh tahun dan

selama sembilan puluh lima tahun aku diludahi dan sekarang aku kebal.

SESEORANG

Kalau begitu kenapa bapak tidak lagi punya harga diri?

WASKA

Aku yakinkan bahwa kau sendiri tidak mengerti maksud pertanyaanmu, tapi perlu kamu tahu

bahwa latihan basis pertama ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan soal harga diri.

Melainkan latihan mengumpulkan-menghimpun dendam menjadi satu kekuatan yang di luar

perhitungan. Kita coba, ludahi aku.

ORANG-ORANG MELUDAHI WAJAH WASKA DAN WASKA DIAM SAJA, TERUS

BERKALI-KALI IA MELUDAHI WASKA DAN WASKA DIAM SAJA. ORANG-ORANG

ITU SEMAKIN SENANG MELUDAHINYA DAN TIBA-TIBA DI LUAR DUGAAN SAMA

SEKALI ORANG ITU TERKULAI

WASKA

Sepintas lalu kelihatannya tak ada harga diri dan kebal, padahal lonjakannya telah mengambil

bentuk lain yang ebrnama ‘nekat’. Paham? (tiba-tiba mengibaskan tangannya seperti nyamuk)

Sambil lalu, bagaimana berita mengenai tempat ini?

LAIN LAGI

Kita masih bisa berkumpul di sini sampai akhir tahun, bapak.

WASKA

Page 51: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Bagus, tahun depan kita cari tempat yang lebih luas daripada stasiun tua ini. Umang-umang tak

boleh putus asa.

ORANG-ORANG

Ya, bapak.

WASKA

Sekarang latihan sendiri-sendiri sesuai dengan bakat masing-masing.

LALU MASING-MASING LATIHAN, ADA YANG LATIHAN NYOPET, NYURI,

NGEGANSIR, NGEGARONG, NYAMBRET, NODONG, NGELONTE DAN LAIN-LAIN.

DAN BERSAMA DENGAN ITU TERDENGAR DENTANG BESI BERTALU-TALU

MEMEKAKAN TELINGA DAN WASKA SENDIRI TERPENTANG BAGAI KRISTUS

NABI I

Semar, lakonmu kali ini pahit sekali dan compang-camping

SEMAR

Aku sendiri tidak tahu lagi. Yang kutahu hanayalh kekecewaan demi kekecewaan yang tak

pernah terlintas dalam benakku.

WASKA

Ketika aku dilahirkan, sejak dulu sampai kini pun, aku tetap berpihak kepada cinta. Tapi

kejahatan kusaksikan semakin memenuhi sudut-sudut pandangan dan meneyrbu membakar-

memusnahkan impian-impian masa kanak-kanakku. Segala macam kekecewaan!

NABI I

Apa tidak ada yang kau matangkan!?

WASKA

Semuanya kumatangkan menjadi kenekatan (Seketika menjadi Waska) Anak-anakku!!,

berkeliaranlah sebagai umang-umang dan setialah sebagai umang-umang karena kalian adalah

umang-umang

SEKETIKA PENTAS MENJADI SEBAGAI APAI AMARAH DAN SELANJUTNYA

SENYAP. DI PENTAS CUMA ADA MADEKUR DAN TARKENI. SISIPAN. BAPAK

TARKENI BERKELIARAN DALAM RUANG KOSONG DENGAN WAJAH PENUH

TANYA. IA MEMAKAI SEPATU RODA

BAPAK

Ini pasti sungai susu itu

(Lalu lewat Ibu Tarkeni yang membawa sekuntum bunga dengan wajah riang. Dan ia juga

memakai sepatu roda)

Itu pasti bidadari. Stop.

Page 52: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

(Ia mengejarnya dan kelaur. Begitulah saling berkejaran)

Pasti kamu bidadari

IBU (menyembunyikan wajahnya)

Bukan.

BAPAK

Mengaku saja.

IBU

Bukan

BAPAK

Kalau begitu buka wajahmu

IBU

Malu.

BAPAK

Atau kamu pelacur yang sebulan sebelum saya mati…

IBU (membuka wajahnya)

Setan! Ternyata kamu hidung belang!

BAPAK

Sebentar-sebentar, kamu siapa? Jangan marah-marah dulu. Jelaskan siapa kamu. Rasanya aku

pernah melihatmu.

IBU

Coba besarkan mata kamu!

LALU IA MEMBELALAKAN MATANYA

BAPAK

Oh, ibu….

IBU

Jangan sentuh aku. Kau kotor. Tempatmu di neraka nanti.

BAPAK

Bu, sama sekali aku mencarimu di ruangan yang aneh ini.

IBU

Akhirat, goblok.

Page 53: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BAPAK

Ya, bu….

IBU

Jangan sentuh aku. Kau telah nyeleweng.

BAPAK

Jangan dulu bersikap negative begitu. Dengarkan.

Ibu berpaling

BAPAK

Percayalah, bahwa pelacur yang kutiduri itu persis wajah dan tubuhnya dengan kau, bu. Matanya

persis matamu. Hidungnya persis hidungmu. Bibirnya persis bibirmu. Segala-galanya persis

segala yang kau miliki yang indah dan menggemaskan itu.

IBU MEMATAHKAN BUNGA DARI TANGKAINYA DAN MELEMPARKANNYA

jadi bu, secara rohaniah, malam itu aku tidur denganmu.semuanya adalah rindu kita cinta kita.

IBU

Betul, pak?

BAPAK

Kebenaran selalu sukar diungkapkan

IBU

Oh, pak. Betapa setia kau.(Mereka berpelukan) Omong-omong, kapan kau mati, pak?

BAPAK

Aku tidak bisa mengingatnya. Rasanya sudah lama.

IBU

Apa sebab kamu mati?

BAPAK

Mungkin lantaran TBC, mungkin lantaran aku tak tahan menanggung mal terus-terusan akibat

anak kita Tarkeni (Batuk) Batukku enteng dan tidak berdarah lagi.

IBU

Karena kamu telah mati, pak. Kamu dibebaskan dari, bahkan dari penyakit.

BAPAK

Kalau begitu, mati itu enak dong.

IBU

Page 54: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Sudahlah, kau bilang tentang Tarkeni tadi. Kenapa dia?

BAPAK

Seperti kau sendiri tahu, anak kita memang benar pelacur dan aku malu sendiri.

IBU

Boleh saja malu, tapi tak usah terlalu lama.

BAPAK

Kamu bisa begitu. Tapi aku tidak. Selama dia jadi pelacur selama itu pula saya malu. Bagaimana

tidak!? Kamu tahu dari buyut saya smapi ayah saya semuanya penghulu dan ulama terkenal, dan

Tarkeni….

IBU

Yang penting kita telah berusaha keras menginsyafkan dia dan Tuhan tahu itu.

BAPAK

Tapi ini soal kehormatan keluarga dan sama sekali bukan soal Tuhan. Ha? Aku bilang apa tadi?

IBU

Sudahlah kamu jangan ngaco. Lebih baik kita berdoa sekarang demi anak-anak kita.

BAPAK

Ya, saya akan berdoa biar anak itu tahu betapa besar cinta saya kepadanya dan…

IBU

Sudah

BAPAK

Kesucian namaku dan keluarga haruslah….

IBU

Sudah aku bilang

BAPAK (terus omong tanpa suara)

IBU (Tanpa suara)

MADEKUR

Kalau kau menangis terus begitu. Waska pasti kecewa. Berhentilah. Lupakan semuanya.

TARKENI

Sudah sepuluh tahun aku tak sempat menangis, biarkan aku kini menangis barang dua menit

untuk kematian kedua orang tuaku.

MADEKUR

Page 55: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Aku?

TARKENI

Menangislah kalau kau mau

MADEKUR

Aku tidak bisa lagi menangis, juga tidak mengaduh ketika lenganku yang kiri dilindas roda

kereta api.

TARKENI

Kalau begitu kau cukup diam dan biarkan aku menangis sebentar (Menangis)

MADEKUR

Kalau sudah, kita harus segera ke kantor Gubernur, kita sangat diperlukan.

TARKENI

Madekur, biarkanlah aku menangis dulu.

MADEKUR

Baiklah, baiklah. Menangislah.

TARKENI LALU MENANGIS. SESEORANG MUNCUL

SESEORANG

Permisi

MADEKUR

Ada apa?

SESEORANG

Mau melonte, Tarkeni nganggur?

MADEKUR

Sedang berkabung.

SESEORANG

Jadi tidak terima tamu?

MADEKUR

Terima. Tunggu saja di kamar.

SESEORANG

Terima kasih. Permisi (Keluar)

MADEKUR

Kita harus segera ke kantor Gubernur

Page 56: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

TARKENI

Kenapa?

MADEKUR

Orang tua ku di sana. Mereka mencariku.

TARKENI

Kenapa di sana?

MADEKUR

Mereka tetap berpendapat aku ini Gubernur Jakarta.

TARKENI

Tapi.

MADEKUR

Ayolah kita segera berangkat

LALU MADEKUR MENARIK TARKENI KELUR. DAN KEMUDIAN MUNCUL LELAKI

TADI YANG HAMPIR TELANJANG

SESEORANG

Tarkeni, di mana kau?

ORANG ITU TERUS MENCARI MENYERU TARKENI SAMBIL AKHIRNYA KELUAR.

DAN BERSAMAAN DENGAN ITU MASUK BEBERAPA ORANG YANG NAMPAKNYA

SEDANG BERTENGKAR

BAPAK

Coba, aku sudah menyebut namaku, aku sudah sebut nama anakku, aku sudah sebut pangkat

anakku, aku mesti menyebut apalagi supaya boleh bertemu dengan anakku.

RESEPSIONIS

Bapak boleh bertemu dengan anak bapak, tapi tidak di sini.

BAPAK

Di mana? Di mana? Di rumahnya? Aku belum tahu di mana rumahnya. Di sini sudah jelas

kantornya, dan di sini sudah jelas lebih gampang aku bisa menemuinya, kenapa tidak boleh?

IBU

Barangkali dia sedang…. Sedang repot, pak. Dinas, rapat.

BAPAK

Saya tidak peduli dia sedang apa, saya hanya perlu ketemu sekarang juga, sebentar, non. Coba

jawab pertanyaan saya. Nona tahu buat apa saya perlu ketemu anak saya alias Gubernur?

Page 57: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

RES

Bagaimana saya tahu?

BAPAK

Itulah! Sebab itulah non tidak boleh gegabah pada siapa saja yang bernama tamu. Nah, biar jelas

saya akan uraikan secara panjang lebar kenapa dan dengan apa saya perlu bertemu dengan anak

saya alias Gubernur.

RES TANPA PEDULI MULAI MAKAN SIANGNYA

BAPAK

Sebentar, non mau dengarkan saya atau makan saja?

RES

Saya lapar. Ini jam istirahat.

IBU

Kelihatannya enak ya non.

BAPAK

Baiklah saya izinkan kau makan sambil mendengarkan saya. Saya mau bicara apa tadi, bu?

IBU

Kenapa….

BAPAK

Saya sudah tahu. Ya, kenapa dan dengan tujuan apa saya ingin ketemu dengan anak saya alias

Gubernur? Sebab sudah bertahun-tahun gubernur itu tidak pernah lagi mengirim wesel kepada

saya. coba tahu nona alasan apa dia tidak mengirimkan lagi wesel-wesel itu kapada saya?

RES

Saya kira tidak ada alasan untuk melupakan orang tuanya.

BAPAK

Setidak-tidaknya ia bisa menyuruh ajudannya untuk mengirimkan wesel itu ke desa saya.

RES

Lalu tujuan bapak ketemu?

BAPAK

Ada dua. Pertama, memarahinya dan kedua membujuknya. Sebentar, Bu, kappa dia terakhir kali

mengirim wesel?

IBU

Dua maulud yang lalu.

Page 58: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BAPAK

Kau pelupa. Tidak mungkin. Coba, darimana kita dapat uang seminggu yang lalu untuk naik

bus!?

IBU

Kamu yang lupa. Seminggu yang lalu kita resmi jadi pengemis.

BAPAK (Marah)

Sekali lagi sebut kata itu saya jambak! (Menunjuk Res) siapa itu?

IBU

Orang lain, pak.

BAPAK

Nah, jangan bikin malu – non, dengar apa yang kami percakapkan barusan?

(Res menggelengkan kepalanya dan menyelesaikan suapannya)

BAPAK

Sayang sekali, tapi tidak apa. Kami baru saja membicarakan keistimewaan anak kam alias

gubernur. Ketika dia lahir kepalanya bercahaya.

IBU

Dan sehari sebelum melahirkannya, say abaca di lanit yang bru tulisan arab yang bunyinya

Madekur.

RES

Saya ulangi lagi, pak. Nama anak bapak Madekur, bukan?

BAPAK

Tepatnya Muhammad Madekur.

RES

Ya, Muhamad Madekur. Sedangkan nama gubernur adalah Mohamad Mabrur

BAPAK

Pasti itu nama samaran

IBU

Kedengarannya hampir sama, tapi tidak sama. Bagaimana pun kita harus menyesal karena kita

tidak memberinya nama Mabrur ketika dia lahir.

BAPAK

Tidak usah menyesal karena dia toh akhirnya bisa pilih nama sendiri

Page 59: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU

Dan dipikir-pikir antara nama Madekur dengan Mabrur nggak begitu berbeda ya pak?

BAPAK

Cuma beda beberapa huruf saja. Apa harus jadi soal?

MUNCUL MADEKUR DAN TARKENI

MADEKUR

Pak.

BAPAK DAN IBU DIAM SAJA

TARKENI

Bu

JUGA BAPAK DAN IBU DIAM SAJA. ANEH.

BAPAK

Maaf, saudara siapa? Mau cari siapa?

MADEKUR

Madekur, pak. Anak bapak.

BAPAK

Madekur siapa anak bapak siapa?

MADEKUR

Kita jelaskan nanti di rumah. Kita pulang sekarang.

BAPAK

Kita kita siapa pulang pulang ke mana?

MADEKUR

Jangan main-main, pak. Ini kantor….

BAPAK

Sejak tadi sebenarnya aku ingin mengatakan hal itu dan terus terang aku jengkel karena

pertanyaanmu terus nerobos sementara aku tak tahu siapa kalian.

MADEKUR

Aku anak bapak dan ini menantu bapak.

BAPAK

Tidakm, nak. Cara kalian menipu orang tua terlalu kasar dan aku tidak akan terkecoh.

Page 60: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

TARKENI

Apa yang terjadi?

BAPAK

Penipuan

IBU

Ya, penipuan di siang bolong. Toloooong!

BAPAK

Sudah jelas anakku gubernur dan kalian mengaku diri sebagai anakku?

MAD /TAR

Pak, dengar.

IBU

Polisi, tolong!!

ORANG-ORANG MEMBERIKAN PERTOLONGAN YANG DIMINTA, JUGA BEBERAPA

POLISI DATANG. DAN SEMUA ORANG DAN POLISI MENANYAKAN

PERSOALANNYA KEPADA IBU DAN BAPAK. IBU MENJELASKAN SECARA BERAPI-

API ‘PENIPUAN’ TADI. SEBALIKNYA, MADEKUR TARKENI JUGA MENCOBA JUGA

MENJELASKAN HAL YANG SEBENARNYA SECARA MATI-MATIAN. SECARA

SUSAH PAYAH. AKHIRNYA ORANG-ORANG BERSAMA POLISI-POLISI MENYERET

MADEKUR TARKENI KE KANTOR POLISI.

LANTARAN RIBUTNYA ORANG-ORANG, LANTARAN TIAP-TIAP ORANG INGIN

MENONJOL MENYELESAIKAN PERSOALAN TERSBEUT, MAKA TIBA-TIBA

SESEORANG NAIK KE MIMBAR DAN MENGANGKAT DIRINYA SEBAGAI KETUA

SEKALIGUS MEMBENTUK APA YANG DISEBUTNYA ‘PANITIA PENYELESAIAN

PERSOALAN PERTIKAIAN SEJENIS

KETUA

Perhatian! Perhatian! Jangan bertindak sendiri-sendiri! Jangan menafsirkan sendiri-sendiri!

Jangan menjadi hakim sendiri-sendiri! Jangan menjadi jaksa sendiri-sendiri! Jangan menjadi

advokat sendiri-sendiri! Jangan jangan jangan!

Daripada saudara-saudara rebut semrawut begitu tanpa pangkal ujung, pilihlah seorang ketua.

Daripada saudara-saudara akan babak belur lantaran bertikaian kata tanpa kejelasan pokok,

pilihlah tunjuklah seorang ketua. Daripada saudara-saudara tidak punya ketua, tunjuklah saya

sebagai ketua.

ORANG-ORANG MEMPERCAKAPKANNYA SEHINGGA KEMBALI REBUT LAGI. DAN

TAMBAH LAMA TAMBAH REBUT. KEMUDIAN SANG KETUA MENJERIT KERAS

SEKALI HINGGA SEMUA ORANG BERHENTI BICARA TERKEJUT

ORANG-ORANG

Kenapa? Kenapa?

Page 61: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

KETUA

Aku Cuma menjerit agar saudara-saudara kembali memperhatikan saya. Terus terang saya tidak

tega membiarkan saudara-saudara bercakar-cakaran hanya untuk mencari nama yang tepat dan

orang yang tepat sebagai ketua. Apa saudara-saudara suka berdebat?

ORANG-ORANG

Tidak

KETUA

Bertengkar barangkali?

ORANG-ORANG

Tidak

KETUA

Kalau begitu percayakan semua itu kepada saya dan biarkan saya jadi ketua

(Orang-orang diam kayak patung)

sesuai dengan pepatah kita ‘diam artinya setuju’ terima kasih, saudara-saudara. Persoalan kedua

adalah kita harus menetapkan saya sebagai ketua apa, sebab tidak mungkin saya bisa bekerja

sebagai ketua tanpa tugas-tugas serta skop yang jelas mengenai…

(Semua orang ribut lagi. Untuk menenangkan mereka sang ketua tiba-tiba menyanyi)

terima kasih atas perhatian. Dan sebaliknya saudara-saudara harus berterima kasih kepada saya

sebab saya telah menemukan jawaban yang kita sama-sama sedang cari yaitu ketua apakah saya?

Jawabannya sebagai berikut:

1. Menimbang bahwa perlu adanya seorang ketua untuk menghemat waktu, kata-kata dan biaya

dan terutama untuk menghindari semua orang jadi ketua sendiri-sendiri!

2. Berhubung saya sudah terlanjur jadi ketua!

3. Maka perlu adanya sesuatu yang diketuai!

Dengan ini saya sebagai ketua memutuskan bahwa saya adalah ketua “Panitia Penjernihan

Persoalan Pertikaian Sejenis”

(Orang-orang telah rebut lagi. Dan belum sang ketua melakukan sesuatu, mereka telah diam)

Terima kasih saudara-saudara makin tahu diri. Nah, jangan saudara-saudara mengira saya tidak

tahu apa yang saudara-saudara ributkan. Saya tahu. Saya tahu. Bukankah saudara-saudara

mempeributkan arti dan makna serta hakekat dari kata ‘sejenis’?

(Orang-orang diam)

nah, marilah kita kesampingkan arti makna dan hakekat kata sejenis, sebab yang penting kata

sejenis enak bunyinya, lebih-lebih pada sesuatu rentetan seperti tersebut di atas. Nah, sekarang

Page 62: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

sebagai ketua biarkan saya memainkan peranan saya (KEpada bapak dan ibu) Ada persoalan

apa?

BAPAK

Dia mengaku anak saya

KETUA (Kepada Mad / Tar)

Ada persoalan apa?

MADEKUR

Dia mengingkari bahwa dia bapak saya dan saya anaknya

KETUA

Bapak siapa?

BAPAK

Saya bapaknya

KETUA

Anak bapak siapa?

BAPAK

Anak saya gubernur

KETUA

Saudara gubernur?

MADEKUR

Bukan

KETUA

Kalau begitu jelas saudara bukan anak orang itu

MADEKUR

Pak

IBU

Akuilah dirimu gubernur, nanti kami akan menerima kamu kembali sebagai anak. Akuilah, nak.

Berikan kehormatan pada kami karena kehormatan adalah mahkota kebahagiaan kami.

TARKENI

Apa pikiranmu?

MADEKUR (Kemelut sekali pikirannya)

Kita harus tetap berusaha agar mereka mau menerima kita sebagai pencopet dan pelacur

Page 63: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

KETUA

Bagaimana saudara?

MADEKUR

Pak, alasan bapak ibu menolak kami sebagai pencopet dan pelacur?

BAPAK

Kalian sendiri pernah bilang lantaran tidak sesuai dengan impian

IBU

Kecuali impian buruk

MADEKUR

Bapak tahu bahwa semua orang sama saja?

BAPAK

Tahu

MADEKUR

Bahwa pada dasarnya semua orang sama-sama suka mencopet dan melacur?

BAPAK

Tahu

IBU

Tapi, anakku. Adalah suatu kebajikan apabila kita membungkus kedua kata itu dengan kata-kata

yang lain

MADEKUR

Lalu alas an apa maka bapak ibu mengingkari kami sebagai pencopet dan pelacur, memaksa

kami mengakui diri kami sebagai gubernur?

BAPAK

Karena sesuai dengan impian

IBU

Anakku, insyaflah. Pintu masih terbuka

KETUA (setelah pause)

Jadi, bagaimana?

MADEKUR

Kalau begitu, memang dia bukan bapak saya

TARKENI

Mad

Page 64: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BAPAK

Selamat jalan anakku

IBU

Pak

MADEKUR

Kalau dalam tempo satu tahun in dia masih hidup, akan saya bunuh dia (Keluar)

TARKENI (Mengikuti)

Mad

BAPAK

Adalah gila kalau saya menerima dia sebagai pencopet

IBU

Betul, pak. Tapi….

BAPAK

Saya tahu saya akan tergeletak di jalanan dilindas truk atau bis Jakarta. Saya tahu saya akan mati

tepat ketika saya membayangkan betapa hebat dia jadi gubernur. Saya mengangankan hal itu

untuk pertama kalinya ketika dia masih berumur empat tahun. Dan rupanya saya akan mati

dilindas truk atau bus Jakarta, tepat ketika saya membayangkan keindahan itu (melambaikan

tangan) Selamat tinggal anakku.

KETUA

Kesimpulannya, anaknya adalah gubernur

MAKA SEMUA ORANG MEMBERIKAN SELAMAT KEPADA NYA DAN BAPAK

SEMAKIN MELANGIT KEPUASANNYA, SEMENTARA IBU SEMAKIN DERAS

CUCURAN AIR MATANYA. DAN ORANG-ORANG ITU KEMUDIAN MENINGGALKAN

MEREKA, KECUALI RESEPSIONIS YANG KINI TELAH BERUBAH BERWARNA

HITAM SELURUHNYA ATAU UNGU TUA

KETUA

Terima kasih atas kesempatannya, pak, bu

BAPAK

Terima kasih kembali, nak

LALU KETUA PERGI. IBU SEMAKIN MENCUCURKAN AIR MATANYA

BAPAK

Kita mulai, bu?

Page 65: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU MENGANGGUK SAMBIL MENGHAPUS AIR MATANYA. LALU KEDUANYA

DALAMLAGAK GAGAH PEMBESAR MENDEKATI RESEPSIONIS

BAPAK

Selamat siang

RES

Selamat siang, keperluan?

BAPAK

Ketemu gubernur

RES

Nama bapak?

BAPAK

Lagi-lagi nama

RES

Jadi bapak…?

BAPAK

Masa tidak tahu

IBU (sambil mencucurkan air mata)

Lupa?

BAPAK

Pangling?

RES

Bapak….?

BAPAK

Mulai ingat kan?

IBU

Coba terka siapa kami?

RES

Kalau tidak salah….?

BAPAK

Tidak

IBU

Page 66: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Pasti tidak salah

RES

Bapak adalah bapak dari….?

BAPAK

Satu kata lagi

IBU

Ayo

RES

Dari….

BAPAK

Jangan putus asa

RES

Gubernur

BAPAK (Terharu)

Luar bisaa, nak. Daya ingatmu luar bisaa.

IBU (airmata)

Terima kasih nak

BAPAK

Saya akan usulkan agar kamu diangkat menjadi sekda

RES

Terima kasih pak

BAPAK

Soal kecil

RES

Kebetulan bapak gubernur sedang menuju kemari

BAPAK

Luar bisaa gagahnya

IBU

Iya pak

BAPAK

Persis ketika dia masih berusia empat tahun

Page 67: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU

Iya pak

BAPAK

Biarkan dia lewat ke sini

IBU

Iya pak

BAPAK

Biarkan ia pingsan terkejut bertemu dengan bapak ibunya secara tidak dinyana

MUNCUL MADEKUR DAN TARKENI

MADEKUR

Pak

TARKENI

Bu

BAPAK

Gubernurku

MEREKA SALING BERPELUKAN DAN RESEPSIONIS MENGELUARKAN SAPU

TANGAN PUTIH

MADEKUR

Lebih baik kita langsung pulang ke rumah

TARKENI

Di kantor tidak bebas

BAPAK

Setuju, setuju. Aku tidak sabar ingin lihat perabotan yang mewah itu

IBU

Ya, pak. Iya

BAPAK

Ini kesempatan nonton televise. Ada kan?

TARKENI

Kasihan bapak ini. Cita-citanya nonton televise

BAPAK

Page 68: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Buat apa sebenarnya telor mata sapi itu?

IBU

Apa ya nak?

TARKENI

Telor ceplok

BAPAK

Namanya lebih bagus. Pasti lebih enak

IBU

Kau nanti sarapan itu, pak

MADEKUR

Kita berangkat sekarang

BAPAK

Aku berangkat, aku berangkat

RES

Selamat jalan pak

BAPAK

Selamat tinggal nak

SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN, BAPAK KELUAR DIIKUTIOLEH CSNYA DAN

BERSAMAA DENGAN ITU MUNCUL SEROMBONGAN ORANG-ORANG YANG

MENGANGKAT MAYAT DAN SELANJUTNYA PEMAIN-PEMAIN SEPERTI BAPAK CS

MENGIKUTINYA. DI BELAKANG SEKALI ADALAH IBU YANG MELANGKAH

TERSNEDART SAMBIL MENAHAN TANGISNYA DAN BERKERUDUNG HITAM.

WASKA MUNCUL MERAUNG-RAUNG KAYAK ORANGGILA, SEBENTAR KEMUDIAN

IA MENANGIS, SEBENTAR KEMUDIAN MERAUNG-RAUNG MENYERAMKAN

SEPERTI SEEKOR SERIGALA.

NABI

Kenapa itu Waska?

SEMAR

Ia sedang marah pada dirinya sendiri

KEMBALI WASKA MERAUNG-RAUNG PERSIS SEEKOR SINGA TUA YANG INGIN

BEBAS DARI TERALI JEBAKANNYA

SEMAR

Page 69: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Waska juga berontak ingin lepas dari penjaranya yang bernama diri sendiri

NABI

Kasihan. Kenapa kalap begitu

KEMBALI WASKA MERAUNG-RAUNG PERSIS SEEKOR SINGA TUA YANG

KESEPIAN DI GUNUNG JURANG PADA SUATU SENJA

NABI

Kenapa lagi dia?

WASKA

Aku kesepian

KEMUDIAN DIA KAYAK ORANG SEKARAT. BARING, BANGKIT, LONCAT JATUH

BANGKIT LAGI KESANA KE SINI

NABI

Sekarang saya mengerti. Pasti Waska sedang dirundung gandrung cinta

SEMAR MEMBERIKAN ISYARAT AGAR JANGAN BICARA KERAS-KERAS

SEMAR

Jangan keras-keras, nanti semua orang dengar. Waska malu mengalami hal itu, hal yang selama

hidupnya yang panjang diingkarinya. Hampir satu abad ia bebas dari hal itu dan selama itu ia

berhasil tidak pernah jatuh cinta kecuali melampiaskannya saja nafsu birahinya secara hewani

saja.

Tapi tiba-tiba pada suatu malam, tanpa sengaja terpandang olehnya mata perempuan itu, mata

yang sangat indah

NABI

Mata siapa? Perempuan siapa?

WASKA (Sambil keluar)

Aku malu. Aku malu! (Meraung)

SEMAR (Ngintip)

Mata itu mata Tarkeni. Tarkeni perempuan itu (Keluar)

NABI

O….

NYANYIAN

Angin bergelombang di atas gelombang

Dihembus cinta

Sebungkah karang gersang

Mulai goncang

Page 70: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Bagian bawahnya

NABI

Diam. Madekur dan Tarkeni akan melanjutkan lakonnya.

MUNCUL MADEKUR BERSIMBAH DARAH TANPA SEPOTONG TANGANNYA LAGI

DIIKUTI OLEH TARKENI YANG SEMAKIN TEBAL RIANYA DAN JALANNYA SUDAH

NGEGANG

NYANYIAN

Setelah badan bersimbah darah

Setelah tangan putus dua-dua

Setelah mata cacat sebelah

Setelah wajah luka-luka

Apa yang akan kau lakukan

MADEKUR

Mencopet dan terus mencopet. Kalau bisa aku juga akan terus mencopet setelah aku mati

NYANYIAN

Dan kau Tarkeni

Setelah keindahanmu busuk

Apakah akan terus melonte?

TARKENI

Aku tidak pernah berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dan aku tidak suka dipusingkan oleh

pertimbangan-pertimbangan yang akan menyebabkan aku jadi pintar. Yang pasti kami, aku dan

Madekur akan tetap saling setia, sebab kami saling mencinta

MADEKUR

Aku mencintaimu, dan aku selalu gemas seperti pada hidup ini

TARKENI

Aku juga, aku juga Madekur

KEMUDIAN KEDUANYA BERCIUMAN SANGAT ERAT TANDAS

MADEKUR (meludah)

Baumu mulai busuk

TARKENI

Nanah tidak bisa dibendung lagi, Madekur.

MADEKUR

Bagaimana pun aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa mengingkari penyakit sipilismu.

Page 71: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Penyakitmu sudah sedemikian rupa dan terus terang aku hampir muntah

TARKENI

Mau apa lagi?

MADEKUR

Ya, mau apa lagi? Kita telah meludahi

TARKENI

Sekarang kita diludahi

MADEKUR

Ya, mau apa lagi? Karena kita tak pernah bisa meludahi wajah sendiri

NABI

Apa cuma itu yang bisa kamu lakukan?

MADEKUR

Banyak

NABI

Kenapa tidak lainnya?

MADEKUR

Dengan meludah, aku merasa telah melakukan segalanya

TARKENI

Suaramu mulai mirip suara Waska

TIBA-TIBA MADEKUR MENEMPELENG ISTRINYA DAN DIA KELUAR. TARKENI

TIDAK PAHAM MENGEJARNYA. TEPAT DUA DETIK SEBELUM ORANG-ORANG

BERLARIAN DI KEJAR-KEJAR POLISI, DAN BEBERAPA SAAT KEPANIKAN TERJADI

DI PENTAS. DAN SEMENTARA ITU ORKES MENYANYIKAN ‘TAK PERNAH MUTLAK

GELAP

IBU

Mad, Mad…

MADEKUR DAN TARKENI DIAM SAJA

IBU

Kau lupa suara ibumu?

MADEKUR

Tidak

Page 72: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU

Kenapa kau diam saja?

MADEKUR

Suara itu selalu menyiksa

IBU

Aku menyesal kau berkata begitu

MADEKUR

Suaramu selalu tangis atau bujukan serta janji

IBU

Mad

MADEKUR

Aku ingin melupakanmu. Aku ingin melupakanmu tapi aku tidak bisa; setiap mencoba lupa,

wajahmu kian nyata

IBU

Niatmu jahat, padahal aku tidak pernah bisa berniat melupakanmu lantaran aku pun tidak bisa

melupakan rasa sakit ketika melahirkanmu dan kegelian pertama pada tetekku ketika kamu

menyusu

MADEKUR

Bu, bu.

IBU

Kamu pasti kedinginan, ataukah kamu merasa pedih pada luka-luka dan borokmu? Atau tangamu

yang putus itu masih kamu rindukan dan sesalkan?

MADEKUR

Aku memanggilmu karena kangen, diam-diam aku kangen. Malu-malu aku kangen, malu ketika

aku membayangkan kau jadi istriku

IBU

Anakku, anakku!!

TARKENI

Betul kamu pernah berpikir begitu?

MADEKUR

Ya. Semuanya berantakan

TARKENI

Seharusnya kau tak boleh

Page 73: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MADEKUR

Seharusnya! Seharusnya!

IBU

Mad, seharusnya kau menjadi gubernur

MADEKUR

Seharusnya aku menjadi nabi

IBU

Setiap kali aku mendnegar kalimatmu, aku jadi bertanya-tanya, apakah air susuku dulu beracun!?

MADEKUR

Boleh jadi racun itu menjadi sempurna bercampur dengan air sumur yang bau busuk dan udar

yang mengandung wabah cacar dan tebece

IBU

Kamu kurang punya rasa syukur, nak

MADEKUR

Tuhan lebih tahu. Biarkan aku tidur sekarang dan jangan bangunkan , sang surya lebih tahu

kapan saatnya membangunkanku

KETIKA MADEKUR TIDUR, TARKENI MASIH MELEK SAJA, DIAM SAJA

TARKENI

Betul-betul di luar dugaan sama sekali. Bau tanah pesawahan hanya bersisa dalam kenangan

samara-samar (Membaui dirinya sendiri)

MADEKUR

Tidurlah kau. Tidak akan ada lagi yang tertarik menghampiri kamu

TARKENI

Kemarin malam ada seseorang

MADEKUR

Aku tahu pasti. Orang itu sangat tua, sangat kurus, sedikit bungkuk dan memerlukan tenaga

banyak dalam bernafas. Orang tua itu pensiunan juru rawat

TARKENI

Memang

MADEKUR

Tidurlah, malam ini kamu tidak akan punya tamu lagi

Page 74: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

TARKENI

Tuhan yang tahu

MADEKUR

Pensiunan itu telah mati tadi pagi di selokan

TARKENI

Aku yakin masih banyak lelaki tua dan bungkuk di dunia ini

MADEKUR

Semuanya sudah mati di selokan

TARKENI

Kalau benar begitu, anak-anak dungu dan sedikit sinting pasti sudah ada

MADEKUR

Banyak

TARKENI

Nah, biarkan aku melek dan tidurlah kau

LALU SEMUA ORANG TIDUR DAN KEMUDIAN SAYUP-SYAUP TERDENGAR SUARA

WASKA MERAUNG TUA DAN KELIHATAN SAMARA-SAMAR IA KOMING. DAN

SEMENTARA ITU TARKENI MENYANYI, KEMUDIAN TARKENI KELUAR.

KEMUDIAN WASKA KELUAR, DAN SEMUA ORANG BANGKIT KARENA MATAHARI

TELAH MULAI NAIK.

IBU MAD

Ibu yakin kau cuma sombong. Sejak kecil memang kau punya sifat itu

BAPAK MAD

Aku kira juga selain itu kamu memang gampang patah hati

MADEKUR

Yang pasti aku cuma jengkel

BAPAK TAR

Tapi bodoh kalau kamu mengisi seluruh waktu dan kesempatanmu hanya untuk berjengkel-

jengkelan

IBU TAR

Kenapa mesti jengkel sih?

MADEKUR

Sudahlah, tidak usah kalian hiraukan aku. Semuanya, segalanya cuma persoalan najis, dan aku

tidak mau membungkus persoalan itu dengan segala macam hal-hal yang besar yang agung

Page 75: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

IBU MAD

Tapi nak

BAPAK MAD

Tapi nak

MADEKUR

Tapi tapi tapi. Semuanya di seberang tetapi semuanya tetapi

IBU MAD

Masih ada pilihan lain daripada apa yang sudah kamu pilih selama ini

MADEKUR

Aku tidak pernah memilih sejak lamaran-lamaran kerjaku ditolak kantor demi kantor, pabrik

demi pabrik

BAPAK TAR

Kamu juga bisa jadi penghulu atau ulama kalau mau

MADEKUR

Terlalu banyak pejabat-pejabat macam gitu. Sudah, aku tak mau lagi membagi-bagi nafkah

mereka

BAPAK MAD

Jadi gubernur aku kira lebih cocok

MADEKUR

Jadi, apapun, siapapun cocok atau tidak cocok. Dalam pengalamanku aku belum pernah

menjumpai soal cocok-cocokan

IBU MAD

Kalian semua kejam dengan menyodorkan segala macam pekerjaan atau jabatan yang sudah jelas

tidak dapat dia capai. Dalam keadaan seperti itu kita harus menyarankan kepadanya jalan lumrah

sebagaimana umunya telah ditempuh banyak orang. Mengemislah, anakkku. Jalan ini adalah

jalan paling mulia diantara jalan-jalan yang tidak mulia

MADEKUR

Pada waktu kecil aku pernah bercita-cita menjadi guru atau seorang mantra kesehatan. Kalian

pasti masih ingat pak Guru Toha yang lembut itu. Aku masih bisa mengingat wajahnya dengan

jelas seperti juga wajah pak Mantri Barnas

IBU TAR

Tangan orang tua itu selalu bersih seperti wajahnya

BAPAK TAR

Page 76: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Dia memang muslim sejati seperti aku

BAPAK MAD

Aku ingat seorang lagi yang mengesankan di desa kita, pensiunan lurah Wartama. Caranya

berjalan gagah sekali

IBU MAD

Ayam-ayam minggir semua kalau ia lewat

BAPAK MAD

Bukan saja ayam. Kerbau juga

BAPAK TAR

Guru itu

IBU TAR

Mantra itu

BAPAK MAD

Lurah itu

MADEKUR

Tuhan, kenapa dikau tinggalkan daru. (Eli-eli lamma sabaktani)

IBU

Bangun anak-anakku, pintu-pintu telah terbuka. Restoran-restoran telah dibuka. Warung-warung

juga, segala macam rezeki menanti kita

SEMUA TERJAGA DAN BANGKIT

IBU

Alat-alat sudah siap? Mental-mental sudah siap? Jangan lupa menangkap lalat dan kumpulkan

lalu tempelkan di borok kalian masing-masing

SEMUA

Semua sudah siap, bu

IBU

Tuhan membenihkan rezeki dimana-mana, bahkan di antara sampah-sampah

SEMUA

Syukur alhamdulillah

IBU

Memang kita harus selalu bersyukur. Bagaimana pun kita berangkat sekarang. Bismillah.

Page 77: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

SEMUA

Bismillah

BARU SAJA SATU LANGKAH MEREKA PORAK PORANDA LANTARAN DIKEPUNG

OLEH POLISI DAN TEAM PENETIB KEINDAHAN KOTA. DAN AKHIRNYA SEMUA

KELUAR, BEBERAPA SAAT KEMUDIAN SECARA MENGENDAP-ENDAP MEREKA

MUNCUL LAGI

SESEORANG

Ada apa tadi?

SESEORANG

Saya kira gempa

SESEORANG

Pemebrsihan apa?

SESEORANG

Pembersihan sampah

SESEORANG

Sampah?

IBU

Mereka hanya mau menyembunyikan dosa mereka sendiri

SESEORANG

Saya tidak bisa tenang kalau selalu dibikin kaget begitu. Jantung saya lemah

IBU

Kalau begitu, marilah saya hibur

POLISI-POLISI DATANG LAGI DAN MEREKA BUYAR LAGI. DAN BEBERAPA SAAT

LAMANYA PENTAS KOSONG. KARENA TERLALU LAMA NGGAK ADA PERMAINAN

NABI-NABI JADI CURIGA.

NABI

Kenapa mereka nggak muncul?

NABI

Hilang lagi kayak dulu?

SEMAR (Muncul)

Kalau pentas kosong selalu membingungkan penonton, tuanku. Padahal maksud kami sekedar

ingin memberi tahu bahwa para pengemis itu semuanya tertangkap tanpa terkecuali dan mereka

disekap dalam rumah sosial

Page 78: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

BEBERAPA ORANG MUNCUL DAN LANGSUNG TIDUR DI SUDUT

NABI

Kenapa mereka?

SEMAR

Beberapa minggu kemudian sebagian demi sebagian mereka lari

NABI

Apa sebabnya?

SEMAR

Seperti juga orang-orang kaya, para pengemis juga punya sifat loba dan tamak. Mereka ingin

makan lebih banyak meskipun sisa dan bercampur kotoran

NABI

Begitu?

SEMAR

Begitulah adnya, tuanku. Maaf, tuanku adegan selanjynya seudah siap dan akan dimainkan

NABI

Adegan yang mana Semar?

SEMAR

Adegan Waska sakit

KEMUDIAN WASKA BERBARING DAN ORANG-ORANG MENGERUMUNINYA

SESEORANG

Jangan mati dulu bapak

WASKA MENYEMBUR ORANG ITU

WASKA

Kalau aku mati memangnya kenapa?

SESEORANG

Saya sedih, bapak

WASKA

Alaaaah, sudah. Jangan berpura-pura

SESEORANG

Tapi setidak-tidaknya sempatkan berpidato dulu, bapak.

Page 79: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

SEMUA ORANG MENGIYAKAN

WASKA

Umang-umang anakku, soal mati itu urusan Tuhan yang maha kuasa. Karenanya tidak perlu lagi

kita pusingkan, persoalan terpenting hanyalah soal stasiun tua ini. Aku ingin kita sudah pindah

sebelum saya mati.

SESEORANG

Beres bapak

WASKA

Kembali soal mati, dapat saya katakana bahwa pada umumnya orang mengisi waktu dan usianya

dengan segala macam kegiatan yang mengarah pada suatu angan-angan yang gila, yaitu…. Eh,

begini sederhananya: hidup bagi sebagian besar orang adalah persiapan untuk menghadapi cara

mati. Untuk saya pribadi….

SESEORANG DAN LAIN-LAIN

Nanti dulu bapak, nanti dulu

WASKA

Belum, belum. Saya bicara apa tadi?

SESEORANG

Untuk saya pribadi

WASKA

Untuk saya pribadi hidup adalah hidup, mati adalah mati

SESEORANG

Maksud bapak?

WASKA

Aku sendiri tidak begitu jelas

WASKA LALU BANGKIT DAN BERGERAK

SESEORANG

Kemana bapak?

WASKA

Mau ngopi

NYANYIAN ANGIN BERGELOMBANG, WASKA MUNCUL LAGI MERAUNG MARAH.

NYANYIAN LAGI. WASKA MUNCUL LAGI, MARAH, NYANYI DAN TERUS NYANYI

SAMPAI TERDENGAR SUAR TEMBAKAN YANG SANGAT MEMEKAKAN TELINGA

Page 80: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

YANG MENJADIKAN SEMUA ORANG TERDIAM DAN FIRASAT MASING-MASING

MENGATAKAN BAHWA ITU PASTI KEMATIAN WASKA

DAN BENAR KEMUDIAN MUNCUL SEMAR DENGAN SAPU TANGAN SEDIHNYA.

NABI

Siapa yang mati, Semar?

SEMAR

Waska

SESEORANG

Polisi yang nembak? Karena ia melarikan diri? Atau salah seorang di antara kita yang dengki?

(Baris ini menyebabkan Madekur merasa nggak enak) jelaskan kalau memang jelas, Semar!

NABI

Siapa yang menembaknya?

SEMAR

Mula-mula begini…..

SESEORANG

Tidak perlu bagaimana permulaannya, yang penting siapa yang menembak. Kalau ada persoalan,

itu urusan mereka berdua. Kita hanya perlu tahu siapa yang menembaknya.

SEMUA ORANG MENDUKUNG ORANG TADI

SESEORANG

Bagaimana pun, kita banyak berhutang kepada Waska. Bukan saja ia telah memberikan jalan

terang kepada kita ketika kita luntang-lantung meraba-raba hampir putus asa dalam kegelapan

dan kesemrawutan jalan-jalan Jakarta.

SESEORANG

Ia juga menuntun kita setiap kali kita tersesat ke dalam sikap putus asa

SESEORANG

Ia juga memutuskan tali yang telah dipersiapkan buat menggantung leher kita sendiri

SESEORANG

Ia yang mengurungkan telunjuk kita menarik pelatuk pistol yang akan ditembakkan atas kepala

kita

SESEORANG

Dan ia yang menyadarkan dan membangunkan harga diri kita

Page 81: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

SESEORANG

Dan ia juga yang membelokkan kita dari jalan hina para pengemis

SESEORANG

Singkat kata, dialah ‘api nan tak kunjung padam’ bagi barisan para penganggur yang memenuhi

kota-kota yang gemerlap namun gelap, yang gelap namun gemerlap

SESEORANG MENANGIS SANGAT MEMILUKAN SEKALI

SESEORANG

Tangis yang panjang yang paling panjang yang pilu yang paling pilu tak akan juga seimbang

untuk menghormati jenazah yang mulia itu. Tuhan, Tuhan…

NYANYIAN

Angin berwarna ungu

Angin berwarna ungu

Menghembus perlahan batang-batang

Cemara yang kelabu

Dan sepi menunggunya

Dan sepi menunggunya

Waska

Lelaplah dalam senyap

Lelap lelap senyap senyap

Angin berwarna ungu

NABI

Sebentar, Semar. Saya kira orang-orangmu sudah keterlaluan menanggapi tokoh Waska

SEMAR

Saya kira juga, tuanku. Malah lebih dari itu, mereka sudah menyimpang dari teks

SESEORANG

Sebentar, sebentar, jangan ngobrol yang tidak-tidak dulu. Pertanyaan kami belum dijawab. Siapa

yang menembak Waska?

SEMAR

Waska ditembak tepat pada pelipisnya dengan lubang peluru yang mengagumkan lurusnya dan

penembaknya adalah Waska sendiri.

SEMUA ORANG MENGATAKAN BAHWA PERBUATAN ITU TIDAK MUNGKIN

DILAKUKAN OLEH WASKA

SEMAR

Coba, tenang sebentar. Jangan bicara sendiri-sendiri. Kalau terus kalian bicara begini, penonton

yang sebenarnya dan nanti mereka menduga-duga secara berlebihan seperti bisaanya

Page 82: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

SESEORANG

Saya tahu motif serta alas an mengapa Waska bunuh diri

SEMAR

Kamu tidak tahu. Yang tahu Cuma Arifin, saya dan Tuhan. Sebab itu dengarkan. Waska bunuh

diri karena malu

SESEORANG

Lantaran hutang?

SEMAR

Selebihnya bukan urusan kamu dan siapapun. Itu semata-mata urusan Waska sendiri, pribadi

SEMUA ORANG SEKETIKA MUNDUR KETIKA MUNCUL TARKENI YANG EMRAYAP-

RAYAP SECARA MENGERIKAN SEKALI. SELURUH TUBUHNYA PENUH DENGAN

BOROK KECIL-KECIL YANG SEMUANYA BERNANAH. SETIAP BOROK KECIL ITU

DIBUMBUI OLEH BEBERAPA EKOR LALAT, SEMENTARA DARAH KERING DI

PINGGIR-PINGGIRNYA DAN NANAH KENTAL MELELEH. TARKENI DENGAN SUSAH

PAYAH MENDEKATI MADEKUR YANG MASIH TIDUR SANGAT NYENYAK.

NABI

Sejuta borok kecil mengerumuni keindahanmu. Berjuta lalat singgah mengerumuni borok-

borokmu. Dan darah dan nanah meleleh-leleh

SESEORANG

Bagaimana pun perasaan kita, hidung kita tetap tidak tahan akan baunya

SESEORANG

Seharusnya kamu berobat

TARKENI

Jelas

SESEORANG

Kenapa tidak?

TARKENI

Nggak punya duit

SESEORANG

Cari dong

TARKENI

Tidak usah nyocot. Tanpa kamu bilang aku sudah berusaha, hanya saja aku belum dapat

Page 83: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

SESEORANG

Saya kira lebih baik dia pergi ke rumah sosial

TARKENI MELUDAH

SESEORANG

Atau dia bisa datang ke rumah pastur atau dokter atau sosiawan atau….

TARKENI

Aku tidak akan pernah datang ke rumah-rumah mereka. Penyakit dan kelaparan yang sekarang

kutanggung adalah penyakitku dan kelaparanku, bukan penyakit mereka kelaparan mereka

SESEORANG

Tempo hari pernah ada seorang pelacur yang menderita seperti dia datang ke rumah seorang

dokter-pastur dan beberapa bulan kemudian dia sudah kembali cantik seperti keluar dari kap

salon dan kemudian ia aktif lagi sebagai pelacur

SESEORANG

Kemarin pernah orang cerita….

DAN KEMUDIAN SETIAP ORANG BERCERITA MENGENAI PENGALAMANNYA

YANG HAMPIR SERUPA ITU, MENDENGAR ITU SEMUA, TARKENI JADI JENGKEL

DAN IA PUN SEGERA MELEMPARI ORANG-ORANG ITU DENGAN APA SAJA YANG

DIDAPAT DAN ORANG-ORANG ITU PUN MNEYINGKIR SEMUA.

SETELAH ITU, TARKENI MEMBANGUNKAN MADEKUR DENGAN MESRA SEKALI,

SEPERTI IA MEMBANGUNKAN MADEKUR DI KAMAR YANG INDAH DI SEBUAH

RUMAH KAMPUNG DI DESANYA.

TARKENI

Mad, Mad….

MADEKUR (Sambil bangun menggeliat enak sekali)

Ah, matahariku

TARKENI

Menyenangkan mimpimu?

MADEKUR

Luar bisaa, tapi mencapekkan pinggang

TARKENI

Aku juga mimpi yang sama

MADEKUR

Sebentar lagi luka-lukamu kering, sayang. Jangan kecil hati

Page 84: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

TARKENI

Aku tidak pernah kecil hati seperti kau tahu

MADEKUR

Memang, dan itulah yang membuatku tergila-gila padamu

TARKENI

Bagaimana pun, samara-samar aku masih bisa membayangkan ketika pada suatu sore kau

mengintip aku mandi

MADEKUR

Waktu itu aku masih bocah dan aku malu karena tertangkap basah

TARKENI

Mad….

MADEKUR

Tar….

KEDUANYA SALING MENATAP SAMA TERSENYUM, TAMPAK BETAPA KEDUANYA

SALING MENCINTA

MADEKUR

Waktu tidak berhasil merusak keheningan matamu, sayang. Matamu tetap bulat bening seperti

ketika untuk pertama kalinya aku memperhatikanmu

TARKENI

Ketika aku belajar mengaji di rumah Nyi Rohmah?

MADEKUR

Ya, kau pakai kerudung….

TARKENI

Oh, tiba-tiba aku ingin berkerudung sekarang

MADEKUR

Sapu tangan ini bisa kau gunakan sebagai kerudung

LALU TARKENI MEMAKAI KERUDUNG

MADEKUR

Siapa bilang kau busuk?

TARKENI

Jangan hiraukan omongan orang

Page 85: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

MADEKUR

Kau tetap cantik mengagumkan

TARKENI

Aku selalu gemetar setiap mendengar suaramu

MADEKUR

Kita berbahagia, bukan

TARKENI

Sangat, sangat

MADEKUR

Ya, karena ternyata kita berhasil dan selalu berhasil mengatasi penderitaan demi penderitaan

TARKENI

Mad, aku merasa sebentar lagi aku akan mati

MADEKUR

Aku juga merasa begitu

TARKENI

Kalau begitu, setubuhi aku. Aku ingin….

MADEKUR

Aku mengerti, aku mengerti.

ANGIN PUN BERDESIR

TARKENI

Mad….

MADEKUR

Tar….

NYANYIAN

Bunga-bunga plastik warna-warni

Tidak bergoyang, tidak bergoyang

Sementara angin menghembusnya

Hanya debu-debu yang menari-nari

Nanah yang meleleh

Dosa yang meleleh

Langit pun terbuka

Memberkas cahaya

Page 86: Madekur dan tarkeni atawa orkes madun i

Cahaya perak kemerlap

Bumi pucat senyap

Dedaun perak kemerlpa

Melayang meratap

Nanah yang meleleh

Dosa yang meleleh

Menyerbu angkasa

Menggedor cahaya

Madekur mandi cahaya

Semua jadi bunga

Tarkeni mandi cahaya

Semua jadi doa

IBM

Para penonton yang berbahagia – semoga. Amien.

Bertahun-tahun lamanya Ibu Madekur mengembara sebagai pengemis di jalan-jalan Jakarta,

mencari dan mencari Madekur dan Tarkeni. Tidak seorang pun tahu. Tidak seorang pun yang

tahu. Dan pada suatu dini hari di bawah jembatan Semanggi perempuan tua itu, yang sedang

kedinginan dalam tidur sepinya dibangunkan oleh seorang anak lelaki dan seorang anak

perempuan – sepasang kuda putih. Kedua anak kecil itu membisikan di telinganya bahwa

Madekur dan Tarkeni telah wafat. Mendnegar itu, Ibu Madekur bangkit dan kedua anak itu

kemudian gaib menjelma dua titik embun.

Begitulah perempuan tua itu kembali mengembara dan mengembara dan kali ini bermaksud

menziarahi kuburan anak-anaknya; Madekur dan Tarkeni. Tapi tidak seorang pun tahu. Tidak

seorang pun yang tahu. Dan pada suatu senja di sebuah tong sampah perempuan tua itu mengais-

ngais, tapi tong itu kosong. Tong itu kosong. Tapi ibu it terus mengais dan mengais, lantaran

percaya di bawah tong itulah pasti Madekur dan Tarkeni terkubur. Dan benar, perempuan itu

menemukan Madekur dan Tarkeni yang sedang nyenyak tidur berpelukan. Dipandanginya anak-

anak itu, diciuminya anak-anak itu, direstuinya anak-anak itu. Dan seketika Madekur dan

Tarkeni gaib menjelma dua lembar daun kering yang siap menjadi debu.

Para penonton yang bahagia – semoga, Amin.

Kemudian ibu itu berbisik pada daun-daun kering itu

“Bagaimana pun kalian adalah putra-putra ku yang terbesar bagiku….”

TAMAT