macam2 metode

Upload: nunu-zarnuji

Post on 13-Jul-2015

990 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MACAM-MACAM METODE DALAM MENGAJAR

MACAM-MACAM METODE DALAM MENGAJAR 1. Metode Seminar Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas masalah-masalah atau halhal tertentu dalam rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya. Kelebihan metode seminar Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang masalah yang diseminarkan Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah Terpupuknya kerja sama antar peserta Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat Keleemahan Metode Seminar Memerlukan waktu yang lama Peserta menjadi kurang aktif Membutuhkan penataan ruang tersendiri ( Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo.1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV Saudara.Halaman 76-79 ) 2. Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas. Kelebihan metode kerja kelompok Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan

ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan

berdiskusi Kelemahan metode kerja kelompok Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab mereka

cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau

untuk bekerja sendiri-sendiri

Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan daya

guna mengajar yang berbeda pula ( Drs. Roestiyah NK. 1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta ) 3. Metode Kerja Lapangan Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Kelebihan metode kerja lapangan

Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya

Kelemahaan metode kerja lapangan

Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari sekolah shingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli ( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )

4.

Metode Sumbang Saran Sumbang saran merupakan suatu cara mengajar dengan mengutarakan suatu masalah ke kelas oleh guru kemudian siswa memjawab mengemukakan pendapat /jawaban dan komentar seshingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Kelebihan metode sumbang saran

Susana disiplin dan demokratis dapat tumbuh Anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya Melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis Merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan dengan masalah uang diberikan oleh guru Terjadi persaingan yang sehat Meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran Siswa yang kurang aktif menapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru

Kelemahan metode sumbang saran

Guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik Anak yang kurang selalu ketinggalan Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

Guru hanya menampang pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan ( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rieka Cipta )

5.

Metode Unit Teaching Metode unit teaching merupakan metode mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai belajar secara unit. Kelebihan metode unit teaching Siswa dapat menggunakan sumber-sumber materi pelajaran secara luas Siswa dapat belajar keseluruhan sesuai bakat Suasana kelas lebih demokratis

Kelemahan metode unit teaching Dalam melaksanakan unit perlu keahlian dan ketekunan Perhatian guru harus lebih banyak dicurahkan pada bimbingan kerja siswa Perencanaan unit yang tidak mudah Memerlukan ahli yang betul-betul menguasai masalah karena semua masalah yang

belum tentu dapat dijadikan unit ( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rieka Cipta ) 6. Metode Penemuan (Discovery) Metode penemuan merukan proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu proses atau prinsip-prinsip.(Sund) Kelebihan metode penemuan Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan

maju sesuai dengan kampuan masing-masing Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak kesiapan

serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau pengarahan siswa Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi atau individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut Kelemahan metode penemuan Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan proses

pengertian saja Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran

tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan ( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta)

( Martinis Yamin. 2003. Metode pembelajaran Yang Berhasil. Jakarta : Sasama Mitra Sukses)

7. .Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru. Kelebihan metode eksperimen Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu pengetahuan

juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan menggunakan alat-alat percobaan Kelemahan metode eksperimen Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus

mampu memanage siswanya Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 8. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia Kelebihan metode sosiodrama dan bermain peran Siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-

masalah sosial tersebut Bagi siswa dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia dapat

menempatkan diri seperti watak orang lain itu Ia dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling

perhatian Kelemahan metode sosiodrama dan bermain peran Bila guru tidak menguasai tujuan instrusional penggunaan teknik ini untuk sesuatu

unit pelajaran, maka sosiodrama tidak akan berhasil Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan norma-norma kaidah

sosial, adat istiadar, kebiasaan, dan keyakinan seseorang jangan sampai ditinggalkan sehingga tidak menyinggung perasaan seseorang Bila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini, maka akan

mangacaukan berlangsungnya sosiodrama

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

9. Metode Kasus Metode kasus merupakan metode penyajian pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang ditemui anak sebagai bahan pelajaran kemudian kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar. Kelebihan metode kasus Siswa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna tentang gambaran

nyata yang betul-betul terjadi dalam hidupnya sehingga mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan lebih terperinci persoalannya Dengan mengamati, memikirkan, dan bertindak dalam mengatasi situasi tertentu

mereka lebih meyakini apa yang diamati dan menemukan banyak cara untuk pengamatan dan pencarian jalan keluar (solusi) dari kasus tersebut Siswa mendapat pengetahuan dasar atau sebab-sebab yang melandasi kasus

tersebut Membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan ketrampilan

berkomunikasi secara lisan maupun tulisan Kelemahan metode kasus Guru memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan bahan kasus yang ditemui

dan petunjuk cara pemecahannya yang diperlukan siswa Banyak waktu yang digunakan untuk diskusi Untuk kegiatan kelompok membutuhkan fasilitas fisik yang lebih banyak

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 10. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses. Kelebihan metode demonstrasi Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi

melalui pengamatan dan contoh yang konkrit Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung

Kelemahan metode demonstrasi Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan

demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-

putus atau berjalan tergesa-gesa (Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

11. Metode Inquiry Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan terakhir. Kelebihan metode inquiry Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur,

dan terbuka Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang

baru Mendorong siswa untuk berffikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri

Kelemahan metode inquiry Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir

memperoleh pengertian tentang konsep (Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 12. Metode Microteaching Metode microteaching merupakan suatu latihan mengajar permulaan bagi guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat dilaksanakan dilingkungan teman-teman setingkat sendiri atau sekelompok siswa dibawah bimbingan dosen pembimbing atau guru pamong. Kelebihan metode microteaching Microteaching merupakan pengalaman laboratoris Microteaching dapat membantu dan menunjang pelaksanaan praktek keguruan Microteaching dapat mengurangi kesulitan pengajaran di kelas Microteaching memungkinkan ditingkatkannya pengawasan yang ketat dan

evaluasi yang mantap, teliti, dan obyektif Dengan adanya feed back dalam microteaching yang beruupa knowledge of

resulte dapat diberikan langsung secara mendalam Diharapkan mahasiswa mempunyai bekal yang lebih kuat, luas, dan mendalam

Kelemahan metode microteaching Dapat menimbulkan efek departementalisasi atau ketrampilan mengajar dan bila

tidak diteruskan dengan praktek mengajar secara menyeluruh Pengertian microteaching disalah tafsirkan dapat hanya menitik beratkan pada

ketrampilan guru sebagai pengantar saja, bukan guru dalam arti luas

Microteaching yang ideal memerlukan biaya yang banyak, peralatan mahal, dan

tenaga ahli dalam bidang teknis maupun dalam bidang pendidikan pengajaran pada umumnya dan metodologi pengajaran pada khususnya Menuntut perencanaan, pengetahuan, dan pelaksanaan yang cermat,

mendetail, logis, dan sistematis (Drs. Roestiyah NK. 1991. Strtegi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 13. Metode Simulasi Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan sebagai orang lain. Kelebihan metode simulasi Dapat menyenangkan siswa Menggalak guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya Mengurangi hal-hal yang verbalistik Menumbuhkan cara berfikir yang kritis

Kelemahan metode simulasi Efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset Terlalu mahal biayanya Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan elemen-

elemen penting Menghendaki pengelompokan yang fleksibel Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 14. Metode Problem Solving Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya. Kelebihan metode problem solving Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan

pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya

Kelemahan metode problem solving

Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan

materi sering diabaikan Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat

secara lisan (Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 15. Metode Karya Wisata Metode karya wisata merupakan metode mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Kelebihan metode karya wisata Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para

petugas obyek karya wisata itu serta mengalami dan menghayati langsung Siswa dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau kelompok dan

menghayatinya secara langsung Siswa dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang pertama untuk

memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi Siswa memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang

terintegrasi Kelemahan metode karya wisata Karena dilakukan diluar sekolah dan jarak yang cukup jauh maka memerlukan

transport yang mahal dan biaya yang mahal Menggunakan waktu yang lebih panjang dari pada jam sekolah Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan

dari sekolah (Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rineka Cipta) 16. Metode Latihan /Drill Metode latihan merupakan metode mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Kelebihan metode pelatihan Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang telah

dipelajari Seorang siswa benar-benar memehami apa yang disampaikan

Kelemahan metode pelatihan Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah sehingga

menghambat bakat dan inisiatif siswa Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan

penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu tidak akan dicapai

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 17. Metode Dialog Metode dialog merupakan salah satu teknik metode pengajaran untuk memberi motivasi pada siswa agar aktif pemikirannya untuk bertanya selama pendengaran guru yang menyungguhkan pertanyaan-pertanyaan itu dan siswa menjawab Kelebihan metode dialog Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran serta

mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman, sehingga pengetahuannya menjadi fungsional Siswa akan terbuka jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik

dan tepat Kelemahan metode dialog Apabila motivasi kurang diberikan maka yang akan aktif hanya mereka yang

pandai menggutarakan pendapat secara lisan Sering kali melupakan tujuan yang ingin dicapai karena waktu yang disediakan

habis untuk berdebat mempertahankan pendapat (Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta) 18. Metode Mengajar Non Directive Metode mengajar non direktive merupakan salah satu metode mengajar dimana siswa melakukan observasi mereka sendiri mampu melakukan analisis mereka sendiri dan mampu berfikir sendiri. Kelebihan metode non direktive Guru memberi permasalahan yang merangsang proses berfikir siswa sehingga

obyek belajar berkembang sesuai yang diharapkan Siswa menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya aktif berfikir dan

menguasahi pengertian yang baik Kelemahan metode non direktive Terjadi perbedaan pemahaman karena tingkat intelektual dan cara berfikir siswa

berbeda Seorang guru setiap saat harus mengoreksi cara berfikir siswa agar tidak keliru

dalam memahami suatu hal (Nana Sujana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

19. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kelebihan metode tanya jawab Guru dapat mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang telah disajikan Dapat digunakan untuk menyelidiki pembicaraan-pembicaaraan untuk

menyemangatkan pelajar Kelemahan metode tanya jawab Guru hanya memberikan giliran pada pelajar tertentu saja Hanya dikuasai oleh siswa yang pandai

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.Saudara. Halaman 18-20) 20. Metode Katekesmus Metode katekesmus merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan. Kelebihan metode katekesmus Keseragamaan dan kemurnian pengetahuan akan terjamin Memudahkan cara mengajar guru karena pelajaran telah tertulis dalam buku

Kelemahan metode katekesmus Daya jiwa yang dikembangkan hanya ingatan atas jawaban tertentu saja Kurang memberi rangsangan pada siswa karena bahan sudah tersedia baik pada

guru maupun siswa Inisiatif para siswa terkekang

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV. Saudara. Halaman 20-23) 21. Metode Prileksi Metode prileksi merupakan suatu cara menyajikan pelajaran dengan menggunakan bahasa lisan, menyuruh para pelajar mendiskusikan, menganalisa, membandingbandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kelebihan metode prileksi Pelajar dan guru sama-sama aktif Menimbulkan kompetisi yang sehat antar siswa

Kelemahan metode prileksi Banyak waktu yang digunakan Kecekatan dan pengetahuan banyak dituntut dari guru dan siswa

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV. Saudara. Halaman 32-35)

22. Metode Proyek Metode proyek adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yaitu pelajar dihadapkan kepada hal tertentu untuk mempelajari dalam rangka mewujudkan tujuan belajar. Kelebihan metode proyek Pelajar menjadi aktif Terbentuk pribadi yang bulat dan harmonis

Kekurangan metode proyek Menghabiskan banyak waktu Harus ada persiapan yang mantap

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.Saudara. Halaman 47-50) 23. Metode Penyajian Sistem Regu (Team Work) Metode penyajian sistem regu merupakan metode penyajian dengan seorang guru yang dibantu tenaga teknis atau team guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau obyek belajar. Sistem beregu ditangani lebih dari dua orang guru. Kelebihan metode penyajian sistem regu

Interaksi belajar mengajar akan lebih lancar Siswa memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam karena diberikan oleh beberapa guru Guru lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk menyiapkan diri dalam membuat perencanaan

Kelemahan metode penyajian sistem regu

Bila seorang guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak memanfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut atau membuat perencanaan lebih matang

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

24. Metode Mengajar Berprogama Metode mengajar berprogama adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan alat tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Kelebihan metode berprogama Pelajar menjadi aktif karena ikut memperagakan alat tersebut Pelajar akan cepat mengetahui hasil dan kelemahannya

Kelemahan metode berprogama

Suka menyusun programa dari setiap mata pelajaran Memproduksi alat-alat pengajar membutuhkan biaya dan tenaga yang mahal dan

banyak Teaching machine itu tidak dapat merasakan apa yang dirasakan pelajar

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV. Saudara. Halaman 84-86) 25. Metode Musyawarah Metode musyawarah adalah cara menyajikan bahan pelajaran melalui perundingan untuk mencapai musyawarah bersama. Kelebihan metode musyawarah

Memperluas dan memperdalam pengetahuan pelajar tentang pokok yang telah dimusyawarahkan Memupuk dan membina kerjasama serta toleransi Dapat terintegrasi mata pelajaran-mata pelajaran Mudah dilaksanakan Baik diigunakan untuk saling bertukar pikiran

Kelemahan metode musyawarah

Memakan waktu yang banyak Sukar dilaksanakan untuk pelajar yang masih duduk dikelas rendah sekolah dasar, karena mereka belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak Hasil musyawarah belum tentu benar

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV. Saudara. Halaman 74-76) 26. Metode Mind Mapping Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababan, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi Kelebihan metode mind mapping

Permasalah yang disajikan terbuka Siswa berkelompok untuk menanggapi Dapat malatih siswa ntuk saling bekerja sama dalam diskusi Sangat cocok untuk menglang kembali pengetahuan awal siswa

Kelemahan metode mind mapping

Banyak membutuhkan waktu

Sulit untuk mengalokasikan waktu Tuntutan bagi siswa terlalu membebani

( http://id.wordpress.com/ ) 27. Metode Quantum Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasikomunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan. Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal. Kelebihan metode Quantum

Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai Setiap pedapat siswa sangat dihargai Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif

Kelemahan metode Quantum

Tidak semua guru dapat menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai Berlabiahan member reward pada siswa

( http://id.wordpress.com/ ) 28. Metode TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangaka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut: a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi

dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok. c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium. d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama. e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual. Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi Suasana belajar nyaman, menyenagkan dan kondusif Tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskusikecil Kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament) Tidak efisien waktu Hanya dilaksanakan pada luang waktu selasai UAS Belajarnya kurang efektif karena hanya bersifat games ( http://id.wordpress.com/ ) 29. Metode Reciprocal Learning Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca- merangkum. Kelebihan metode reciprocal learning

Mengedepankan bagaimana belajar yang efektif Menekankan pada siswa bagaimana siswa itu belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri Kekurangan metode reciprocal learning Komunikasi kurang terjalin Terlalu berpusat pada siswa ( http://id.wordpress.com/ )

30. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan metode ini adalah 1) 2) Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya. Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang saksama Diskusi informal Diskusi formal Diskusi panel Diskusi simpusium

Macam-macam diskusi yaitu 1) 2) 3) 4)

Kelebihan metode Diskusi Terjadi interaksi yang tinggi antara komunikator dan komunikan Dapat membantu siswa untuk berfikir lebih kritis Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan

pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikiranny Kekurangan metode Diskusi Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu Tidak semua argument bias dilayani atau di ajukan untuk dijawab

( http://sutisna.com/ ) 31. Metode Penugasan Suatu cara mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas yang diberikan guru kepada murid dan adanya pertanggungjawaban terhadap hasilnya. Tugas tersebut dapat berupa y Mempelajari bagian dari suatu teks buku y Melaksanakan sesuatu yang tujuannya untuk melatih kecakapannya y Melaksanakan eksperimen y Mengatasi suatu permasalahan tertentu y Melaksanakan suatu proyek Kelebihan metode penugasan

Melatih siswa untuk menjadi tangungjawab Melatih siswa untuk bias belajar mandiri

Kekurangan metode penugasan

Kadang siswa kurang memahami tugas yang diberikan guru Membutuhkan waktu relative lama ( http://sutisna.com/ )

32. Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau metode pidato. Kelebihan metode ceramah

Materi yang diberikan terurai dengan jelas Kekurangan metode ceramah

Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat pada guru saja. Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar Untuk bidang studi agama, metode ceramah ini masih tepat untuk dilaksanakan. Misalnya, untuk materi pelajaran akidah. ( http://sutisna.com/ ) 33. Metode Praktek Metode mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda dengan harapan anak didik mendapatkan kejelasan dan kemudahan dalam mempraktekan materi yang dimaksud. Kelebihan metode Praktek

Siswa lebih mudah mengerti dan memahami Sisws bisa langsung mempraktekan setelah mensdapatkan teori Kekurangan metode Praktek

Ketidakkesediaan alat peraga atou prasana yang mendukung Biasanya membutuhkan biaya lab. Yang mahal ( http://id.wordpress.com/ ) 34. Metode Koperatif (CL, Cooperative Learning). Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab

bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

Kelebihan metode Koperatif (CL, Cooperative Learning) Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur,

dan terbuka

Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru

Kekurangan metode Koperatif (CL, Cooperative Learning)

Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir memperoleh pengertian tentang konsep ( http://id.wordpress.com/ )

35. Metode Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri Kelebihan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Melatih siswa untuk berlatih menyelesaikan masalh dalam kehidupan sehari- hari Merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi siswa Suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan

menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal

Kekurangan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Sulitnya membentuk watak siswa dan pembiasaan tingkah laku

( http://id.wordpress.com/ ) 36. Metode Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutynya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. Kelebihan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended) melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis,

komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisas Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau

pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam Kekurangan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended) Terlalu mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir,

keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. ( http://id.wordpress.com/ )

KESIMPULAN Semua metode mengajar yang telah disebutkan di atas memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode yang cocok diterapkan dalam suatu suasana belajar- mengajar apabila metode tersebut cocok dengan suasana yang sedang berlangsung. Tidak ada metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu melihat kondisi anak didiknya untuk menerapkan metode mengajar yang paling cocok untuk peserta didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim D II PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Perss. Gulo ,W . 2002 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Grasindo. Karo Karo, Ulihbukit . 1981 .Metodologi Pengajaran.Salatiga:CV Saudara. N.K. Roestiyah. 1991 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta Sudjana, Nana. 1989 . Dasar dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Yamin, Martinis.2003.MetodePembelajaran yang Berhasil. Jakarta:Sasana Mitra Suksesa. http://id.wordpress.com/ http://sutisna.com/

Melatih Tingkat Kejujuran Anak dalam Proses Pendidikan Dasar dan Lajut

Golf Mendidik Mental Seseorang Berlaku Jujur dan Bertindak Secara Tepat Mengajar, Mengembangkan Potensi Siswa Gaya guru dalam mengajar di kelas, pada umumnya dipengaruhi oleh persepsi guru itu sendiri tentang mengajar. Jika seorang guru bepersepsi bahwa mengajar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan, maka dalam mengajar guru tadi cenderung menempatkan siswa sebagai wadah yang harus diisi oleh guru. Praktiknya, guru menerangkan pelajaran dan siswa memperhatikan. Pada kesempatan lain, siswa diuji tentang kemampuannya menangkap materi yang telah diajarkan oleh guru. Jika siswa tidak mampu memberikan jawaban secara benar, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Begitu pula jika guru bepersepsi lain, maka gaya mengajarnya pun akan lain. Gaya guru mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Definisi Mengajar Fox, seorang ahli pendidikan dari Inggris, menemukan bahwa guru-guru mendefinisikan tujuan mengajar berbeda-beda. Dia mengelompokkan definisi-definisi itu ke dalam empat kategori, yaitu: transfer, shaping,travelling, dan growing (dalam Celdic, 1995:23). Berikut adalah penjelasannya: Transfer. Dalam model ini, mengajar dilihat sebagai proses pemindahan pengetahuan (process of transferring knowledge) dari seseorang (guru/dosen) kepada orang lain (siswa). Siswa (anak) dipandang sebagai wadah yang kosong (empty vessel), dan jika pengetahuan tidak berhasil ditransferkan masalahnya cenderung dilihat sebagai kesalahan siswa. Shaping. Pengajaran merupakan proses pembentukan siswa pada bentuk-bentuk yang ditentukan. Di sini siswa diajar keterampilan-keterampilan dan cara-cara bertingkah laku

yang dianggap bermanfaat bagi mereka. Minat dan motif siswa hanya dianggap penting sepanjang membantu proses pembentukan tersebut. Travelling. Dalam model ini pengajaran dilihat sebagai pembimbingan siswa melalui mata pelajaran. Mata pelajaran dipandang sebagai sesuatu yang menantang dan kadang-kadang sulit untuk dieksplorasi. Growing. Model ini memfokuskan pengajaran pada pengembangan kecerdasan, fisik, dan emosi siswa. Tugas guru adalah menyediakan situasi dan pengalaman untuk membantu siswa dalam perkembangan mereka. Ini merupakan model yang berpusat pada siswa (a child-centred model), di mana mata pelajaran penting, tidak sebagai tujuan, tetapi sepanjang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berada dalam minat siswa. Menurut Fox, masing-masing model di atas mempunyai pengaruh yang penting pada tindakan dan komitmen guru, dan mendukung terbangunnya etos sekolah. Pertanyaannya, model mana yang seharusnya diikuti oleh kita? Untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut perlu kita analisis beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan di bawah ini. Namun sebelumnya, ada baiknya Anda cermati duludefinisi guru sukses agar pemahaman kita lebih menyeluruh. Hakikat Pendidikan Secara filosofis universal, pendidikan bertujuan untuk perkembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan sebagaimana disampaikan oleh Hamm. Dia merujuk pendapat Hirst tentang hakikat pendidikan, yang kemudian membawanya pada kesimpulan bahwa tujuan pendidikan adalah perkembangan. Sejalan dengan pendapat Hirst tadi, John Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalan pertumbuhan dan perkembangan. Sementara itu menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan. Pendidikan nasional juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3). Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang dicita-citakan, yang dilakukan secara sadar dan terencana. Karena dalam proses pembelajaran sebagai

proses pendidikan itu terjadi aktivitas mengajar (oleh guru) dan aktivitas belajar (oleh siswa), maka mengajar dapat dimaknai sebagai upaya pengembangan potensi siswa. Jadi, mengajar berarti mengembangkan potensi siswa. Dengan demikian, dari empat definisi di atas, definisi yang paling sesuai adalah definisi yang terakhir yaitu sebagai penumbuhkembangan potensi siswa (growing).

Pemilihan definisi tersebut mengandung implikasi bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi dirinya: bukan sekadar menyampaikan materi pelajaran. Meskipun di dalamnya juga termasuk penyampaian informasi dan pembentukan, namun proses tersebut dikemas dalam pengembangan, dan berpusat pada siswa. Siswalah yang harus mengembangkan potensinya sendiri, guru/dosen hanya memfasilitasi. Karena pendidikan berbentuk proses pembelajaran, yang intinya guru/dosen mengajar dan siswa belajar, maka berdasarkan konteks ini, mengajar seyogyanya dimaknai sebagai penumbuhkembangan potensi siswa. Kenyataannya, banyak guru/dosen memaknai mengajar sebagai menyampaikan materi. Hal ini dapat kita amati dalam praktis pembelajaran sehari-hari. Guru/dosen mengajar siswa dengan cara menerangkan pelajaran, kemudian siswa diharapkan menguasai materi tersebut. Untuk membuktikan bahwa siswa telah menguasai materi yang diajarkan oleh guru/dosen, guru/dosen kemudian mengadakan tes atau ulangan. Hasil dari pekerjaan siswa itulah yang dijadikan pedoman untuk menetapkan apakah siswa telah menguasai materi pelajaran atau belum. Akibat dari proses yang demikian adalah bahwa siswa cenderung dijadikan objek uji coba oleh guru/dosen. Cek juga tentang perlunyamemahami indera belajar siswa ketika mengajar agar kita lebih sukses. Paradigma Baru Sesuai dengan tuntutan reformasi, maka pendidikan perlu merujuk pada paradigma nasional, yaitu demokratisasi dan desentralisasi. Pembelajaran demokratis yang berarti pembelajaran dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa tidak akan terwujud jika guru/dosen menggunakan paradigma mengajar sebagai menyampaikan materi pelajaran. Untuk melengkapi pemahaman Anda tentang apa yang harus dilakukan guru/dosen ketika mengajar, lihat juga artikel tentang peranan guru sebagai agen pembelajaran,

Mengajar dengan Cinta Tugas utama guru/dosen sebagai agen pembelajaran adalah mengajar siswa di kelas yang diampunya. Ketika mengajar, seorang guru/dosen tidak bekerja sendirian melainkan membutuhkan kerja sama orang lain yakni siswa yang diampunya. Sebab itu apabila guru/dosen mampu memasukkan unsur cinta ketika mengajar, maka hasilnya tentu akan lebih baik dan membahagiakan. Mengajar dengan cinta merupakan salah satu upaya untuk memudahkan guru/dosen mencapai keberhasilan. Seperti telah umum kita ketahui, bahwa sebagai agen

pembelajaran, guru/dosen tidak bekerja sendirian. Dia membutuhkan kerja sama dan dukungan dari orang lain, terutama siswa atau peserta didiknya. Melalui siswa inilah keberhasilan atau kegagalan seorang guru lebih mudah diketahui. Boleh dikatakan, keberhasilan seorang guru sangat ditentukan oleh keberhasilan muridmuridnya. Begitu pula, kegagalan guru sering terjadi karena ketidakmampuannya memfasilitasi siswa mencapai hasil belajar secara optimal. Bisa saja, misalnya dalam kondisi tertentu, guru/dosen menyalahkan siswa-siswinya yang tidak mau belajar. Atau bahkan menyalahkan orang tua yang tidak mau membimbing anak-anaknya belajar di rumah. Tapi dalam konteks pembelajaran di sekolah, kesalahan tetap ada pada guru/dosen. Bukankah guru/dosen adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran di kelas? Taruhlah misalnya siswa tidak siap dengan materi pembelajaran, sehingga sulit mengikuti penjelasan guru/dosen. Dalam hal ini, bukankah guru/dosen juga memiliki tanggung jawab untuk mengetahui latar belakang siswanya, sehingga tahu kelebihan dan kekurangannya. Untuk menyegarkan ingatan tentang perlunya memahami indera belajar siswa ketika kita mengajar, coba cek kembali artikel tentang Memahami Indera Belajar Siswa. Dengan demikian, guru dapat mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan sebaik-baiknya dan mencapai hasil yang terbaik. Jadi, guru/dosen memang harus benar-benar menjadi ayah atau ibu bagi murid-muridnya.

Sebagai orang tua, kita tidak pernah menimpakan kesalahan sepenuhnya kepada anakanak kita ketika mereka melakukan kesalahan. Kita lebih sering mengambil tanggung jawab atas apa yang anak-anak kita tidak sanggup memikulnya. Ya, kita bisa melakukan ini karena kita mencintai anak-anak kita. Guru/dosen pun sesungguhnya dapat melakukan hal yang sama, seperti orang tua berbuat kepada anak-anaknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui mengajar dengan cinta. Dengan cinta, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna. Dengan cinta, upaya guru dalam memfasilitasi siswa agar berhasil akan lebih bersungguhsungguh, sehingga hasilnya pun akan lebih baik. Dengan cinta pula, guru/dosen lebih terkontrol ucapan dan tindakannya di depan kelas. Ya, cinta memang bisa menjadi sumber energi positif bagi keberhasilan pembelajaran, bahkan bagi manajemen tingkat tinggi sekali pun. Guru/dosen yang mengajar dengan cinta, jelas lebih tinggi pengabdiannya bagi dunia pendidikan. Dengan pengabdian yang tinggi ini, tentunya keberhasilan lebih terjamin. Jelas, guru yang mampu mengajar dengan cinta ini akan menjadi guru/dosen yang profesional sekaligus bermartabat. Cek kembali artikel tentangDefinisi Guru Sukses.

Merancang Pembelajaran Yang Menarik Suatu hari, ketika saya meminta pendapat beberapa siswa kelas V-VI Sekolah Dasar perihal pembelajaran yang menarik sehingga menjadikan mereka berprestasi lebih baik, saya mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Betapa tidak, siswa yang rata-rata berumur di bawah 11 tahun itu bisa memberikan jawaban yang cukup lengkap bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang berkualitas, suatu jawaban yang biasanya hanya muncul dari guru-guru berpengalaman. Inilah rangkuman jawaban mereka jika dikalimatkan ulang: Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang di dalamnya ada cerita, ada nyanyian, ada tantangan, dan ada pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Gurunya santai dan humoris, namun memiliki kesungguhan dalam membantu siswa menguasai materi pelajaran melalui cara-cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan. Gurunya mengerti dan memahami kondisi siswa, serta memberikan perhatian penuh kepada kelas. Selain itu guru/dosen juga memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk maju dan berkembang, tidak hanya pada siswa-siswa tertentu saja. Coba kita bandingkan pendapat siswa di atas dengan pengertian dari kamus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata menarik yang sesuai dalam konteks ini adalah: (1) menyenangkan (menggirangkan hati, menyukakan); dan (2) mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk memperhatikan (Depdikbud, 2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada pengertian kamus tersebut, pembelajaran yang menarik hanya mencakup dua unsur, yaitu: siswa senang dan siswa memperhatikan. Atau dengan kata lain, pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang menyenangkan hati sehingga siswa mau memperhatikan. Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses pembelajaran, siswa memang harus senang dan memperhatikan. Tetapi kalau ini ukurannya (siswa senang dan memperhatikan), mungkin tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya, siswa bisa saja bertindak seolah-olah (seolah-olah senang atau seolah-olah memperhatikan) untuk membuat guru merasa senang (sehingga tidak marah-marah kepada siswa?). Apalagi jika guru/dosen hanya memilih salah satu saja: siswa senang atau siswa memperhatikan. Jika ini yang terjadi, maka guru/dosen boleh jadi hanya mengajar siswa dengan menyanyi dan tepuk tangan; atau guru/dosen bertindak keras dengan memberikan hukuman bagi siswa yang tidak memperhatikan atau gagal mencapai tujuan belajar. Pendapat siswa tentang pembelajaran yang menarik di atas jelas lebih menyeluruh. Pembelajaran yang di dalamnya ada cerita atau nyanyian atau tantangan yang terjangkau tentu saja akan membangkitkan hasrat siswa untuk mengikutinya karena pada umumnya siswa suka dengan cerita atau nyanyian atau tantangan.

Namun pembelajaran yang menarik bukanlah sekadar menyenangkan yang tanpa target. Ada sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, yaitu pengetahuan atau keterampilan baru. Jadi, pembelajaran yang menarik haruslah memfasilitasi siswa untuk berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, dengan cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan; dan, pendapat ini justru disampaikan oleh siswa. Adapun manfaat dari pembelajaran yang menarik tersebut, karena dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikiologis siswa, tentunya akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar-mengajar di kelas. Kita menyadari bahwa pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran itu harus terjadi interaksi yang intensif antarberbagai komponen sistem pembelajaran (guru/dosen, siswa, materi belajar, lingkungan). Lebih-lebih jika kita menginginkan proses pembelajaran yang standar, yaitu proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sebagaimana diamanatkan oleh pasal 19 ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, jelas, pertama-tama pembelajaran harus menarik. Empat Hal Dasar Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William Watson Purkey dalam artikelnya berjudulPreparing Invitational Teachers for Next-Century Schools (dalam Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan dipenuhi dalam setiap proses pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan dan arah yang jelas. Keempat hal dasar tersebut meliputi: kepercayaan (trust), rasa hormat (respect), optimisme (optimism), dan kesengajaan (intentionality). Kepercayaan. Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama dan saling mendukung antara guru dan siswa, di mana proses sama pentingnya dengan produk. Dalam praktik pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas saling ketergantungan di antara sesama manusia. Ungkap dia: Attempting to teach students without involving them in the process is a lost cause. Bahkan andaikata usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru tanpa kerja sama mereka dianggap berhasil, energi yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak sepadan dengan apa yang dicapai. Rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dengan kepedulian yang mendalam kepada para siswa dan perilaku yang memadai yang ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan mereka harus diperlakukan secara benar. Rasa saling-menghormati di antara guru dan siswa, adalah dasar bagi terbangunnya tanggung jawab bersama, sebagai unsur sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.

Optimisme. Setiap orang mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan manusia adalah tidak-adanya batasan yang jelas mengenai potensi yang telah ditemukan. Pembelajaran yang menarik tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi manusia terabaikan. Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang dirancang untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara pribadi maupun secara profesional. Pendekatan Pembelajaran Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang menarik. Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari mancanegara (dari buku terjemahan), seperti: Quantum Teaching (DePorter, 2001), Accelerated Learning (Meier, 2002). Guru/dosen dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti disebutkan di atas, termasuk dari buku-buku terjemahan, dengan penyesuaian tertentu. Boleh juga guru/dosen merancang model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan, unsur-unsur seperti yang disarankan oleh Purkey dan pendapat siswa di atas harus dipenuhi. Yang harus dipahami, model atau pendekatan itu hanya alat. Semua kembali kepada siapa yang menggunakan (the man behind the gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk hal-hal yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru/dosen sebagai pelaksana di lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan. Komitmen di antaranya dipengaruhi oleh kedalaman pemahaman dan keluasan wawasan tentang hal-hal yang terkait dengan tugas. Jika guru/dosen memiliki pemahaman dan wawasan yang baik tentang tugasnya, ia akan memiliki komitmen yang baik pula. Jadi dengan banyak membaca, melihat, merenung atau merefleksi diri, berdiskusi dengan teman sejawat termasuk dengan siswa, atau melakukan penelitian tentang keberhasilan pembelajaran, guru akan mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik.

METODE MENGAJAR JANGAN MEMBOSANKAN Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Dankobangdikal) Laksda TNI Sumartono meminta agar dalam proses transfer ilmu pengetahuan, seorang tenaga pendidik harus menguasai materi pelajaran serta dengan menggunakan sistem mengajar yang tidak membosankan. Hal tersebut diungkapkan Dankobangdikal saat menutup Pelatihan Micro Teaching yang diikuti oleh 60 peserta di gedung Ewa Pangalila, Kobangdikal, Surabaya (14/8). Pelatihan yang dilaksanakan selama tiga minggu tersebut merupakan salah satu upaya TNI AL untuk memberikan bekal pengetahuan dan pembelajaran yang baik dan benar kepada personel yang bertugas di lembaga pendidikan agar mampu memiliki kemampuan yang memadai sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan kemampuan prajurit TNI AL. Pelatihan bagi instruktur ini juga merupakan bagian dalam menghasilkan anak didik berkualitas. Untuk itu, kebijakan TNI AL untuk memberdayakan lembaga pendidikan, menggariskan perhatianyang lebih proporsional terhadap kualitas tenaga pendidik dan kependidikan. Perwujudan perhatian diberikan melalui kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini dengan orientasi meningkatkan kemampuan profsinya, ujarnya. Dankobangdikal berharap agar pelatihan ini akan memberikan hasil nyata dan bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran dalam menghasilkan lulusan prajurit matra laut yang memiliki kompetensi dan lebih berkualitas sehinga siap pakai sesuai kebutuhan organisasi. Keberhasilan tersebut, lanjut orang nomor satu di Kobangdikal itu, tidak terlepas dari atensi dan peran aktif dari seluruh peserta baik saat ceramah maupun lattek mengajar. Semoga ketrampilan mengajar saudara tidak hanya berhenti sampai disini melainkan dapat serus dikembangkan sesuai kebutuhan di lapangan, ujar Dankobangdikal. Selain itu, perlu diperhatikan kemampuan mentarnsfer ilmu kepada siswa dengan baik, menguasai materi dan tidak membosankan. (Penkobangdikal) posted @ Friday, August 14, 2009 11:34 AM by dispenal http://www.tnial.mil.id/Artikel/tabid/61/articleType/ArticleView/articleId/1931/Default.aspx

PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN Hari Senin tanggal 07 Februari 2009 jam pelajaran kedua aku berada kelas 9 b. Hanya dua siswa yang tidak masuk, keduanya ada surat ijin karena sakit. Pelajaran aku mulai dengan apresepsi selama kurang lebih 5 menit. Pada waktu apresepsi sudah selesai siswa putra mulai gaduh saling berebut kertas warna putih. Ku dekati salah satu siswa tersebut. Aku bertanya Apakah yang diperebutkan ? Jawabnya Lembar tugas yang ibu berikan Minggu kemarin, saya meminjam kepunyaan Lina, Bu. Dan ternyata ada delapan siswa putra yang tidak mengerjakan tugas, bahkan lembar kerjanya kesemuanya tertinggal dirumah. Sedangkan tiga puluh dua siswa lainnya mengerjakan tugas dengan baik. Guru sebagai agen pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini peran guru terkait dengan peran siswa dalam belajar. Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah peran tersebut sangat tinggi, karena ada gejala pada diri siswa malas belajar, membolos sekolah, menjawab hanya asal kena (clometan), senda gurau, menggunakan HP bila guru menjelaskan bahan-bahan yang sekiranya perlu difahami hal ini merupakan ketidaksadaran siswa tentang belajar.

Siswa dalam belajar memiliki bermacam-macam motivasi. Menurut Biggs dan Telfer motivasi tersebut adalah sebagai berikut: (1) motivasi instrumental; (2) motivasi social; (3) motivasi instriksik. dan (4) motivasi berprestasi. Motivasi instrumental maksudnya bahwa siswa belajar karena didorong adalah hadiah atau menghidari dari hukuman. Motivasi sosial maksudnya adalah siswa belajar penyelenggaraan tugas, berarti keterlibatan pada tugas menonjol. Motivasi instriksik maksudnya belajar karena keinginan dari diri sendiri. Motivasi instrumental dan motivasi social termasuk kondisi eksternal sedang motivasi instriksik dan motivasi berprestasi termasuk kondisi internal. Motivasi berprestasi dibedakan motivasi berprestasi tinggi dan motvasi berprestasi rendah. Siswa memiliki motivasi berprestasi dan motivasi instriksik diduga siswa akan berusaha belajar segiat mungkin. Pada motivasi instriksik maka ditemukan sifat perilaku sebagai berikut: (1) siswa kualitas keterlibatnya dalam belajar sangat tinggi berarti guru tinggal memelihara semangat, (2) Perasaan dan keterlibatan ranah afektif tinggi; dalam hal ini guru memelihara keterlibatan belajar siswa. (3) motivasi ini sifatnya memelihara sendiri. Dengan demikian guru harus memeliharan keterlibatan siswa dalam belajar. Guru harus benar-benar memahami motivasi belajar siswanya dan kemudian memberi motivasi yang tepat. Apabila siswa motivasi berprestasi tinggi, lebih berkeinginan meraih keberhasilan, lebih terlibat dalam tugas-tugas dan tidak menyukai kegagalan, maka dalam hal ini tugas guru menyalurkan semangat kerja keras, dan apabila siswa memiliki motivasi berprestasi rendah, yang pada umumnya lebih suka menghindari dari tugas, maka guru sebaiknya memberi motivasi yang lebih agar siswa tersebut sadar akan belajar dan diharapkan guru mampu berkreasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. http://gurupkn3smp.blogspot.com/2009/02/peran-guru-sebagai-motivator-dalam.html

Agen Pembelajaran Guru/dosen Sebagai Agen PembelajaranBanyak tugas harus dilaksanakan oleh guru sebagai orang yang sangat berperan dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah sebagai agen pembelajaran. Guru/dosen sebagai agen pembelajaran berperan memfasilitasi siswa agar dapat belajar secara nyaman dan berhasil menguasai kompetensi yang sudah ditentukan. Untuk itu guru yang agen pembelajaran ini perlu merancang, agar proses pembelajaran berjalan lancar, dan mencapai hasil optimal. Tiga hal harus dipertimbangkan dalam menyusun rancangan pembelajaran, yakni: persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Apabila ketiga hal ini sudah terlaksana, maka satu tambahan yang harus dipertimbangkan agen pembelajaran adalah melakukan refleksi. Berikut ini disajikan penjelasan singkat mengenai hal-hal dimaksud. Persiapan. Apa pun pekerjaan kita, apabila kita menginginkan hasil maksimal, maka kita harus membuat persiapan yang matang. Begitu juga dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang menjadi agen (agen pembelajaran) tidak akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai agen yang baik tanpa adanya persiapan

yang baik pula. Yang perlu dipertimbangkan agen pembelajaran dalam persiapan ini, terkait dengan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, ialah bagaimana menyiapkan materi pembelajaran, fasilitas atau media pembelajaran yang tepat, skenario pembelajaran apa yang akan diterapkan untuk membantu siswa mencapai kompetensi, kemudian bagaimana melaksanakan evaluasinya. Pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran seyogianya merujuk pada persiapan yang sudah ditentukan, meskipun tidak harus kaku. Dengan merujuk pada persiapan yang sudah ada, tugas guru sebagai agen pembelajaran ini akan lebih mudah, dalam kaitannya dengan pencapaian kompetensi yang harus dikuasai peserta didik atau siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa biasanya akan bekerja dengan baik jika suasana hatinya memang sedang baik. Artinya, siswa akan bekerja secara maksimal apabila mereka tidak sedang dalam keadaan tertekan. Sebab itu perlu diciptakan suasana yang menyenangkan. Di samping menyenangkan, suasana belajar dan pembelajaran harus pula menantang rasa ingin tahu siswa, memotivasi untuk bekerja terbaik, menginspirasi, dan mampu mengembangkan kreativitas siswa. Penilaian. Setiap kegiatan pembelajaran harus diukur hasilnya. Karena itu agen pembelajaran juga harus melakukan penilaian atas apa yang dilakukan bersama siswa dalam proses pembelajaran. Tolok ukur dalam menyusun alat penilaian adalah kompetensi atau tujuan pembelajaran. Misalnya tujuan atau kompetensinya: siswa mampu menceritakan Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, maka penilaian yang dilakukan pun harus tepat. Misalnya masing-masing siswa disuruh bercerita satu per satu, atau melalui tes tertulis, baik bentuk objektif maupun bentuk uraian. Jelasnya, teknik dan jenis penilaian tergantung pada kebutuhan, terserah agen mau pilih yang mana, yang penting memenuhi unsur validitas dan reliabilitas. Refleksi. Refleksi penting dilakukan untuk tindak lanjut. Apabila dari hasil penilaian diketahui bahwa prestasi siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan, atau siswa sudah mencapai kompetensi belajar, maka pelajaran di waktu yang akan datang dapat dilanjutkan ke materi berikutnya. Sebaliknya, apabila dari hasil penilaian itu diketahui bahwa hasil belum sesuai yang diharapkan, maka agen pembelajaran dan siswa dapat mendiskusikan mengenai hal-hal yang membuat siswa belum berhasil. Mungkin pembelajaran harus diulang untuk seluruh kelas, atau siswa yang sudah menguasai kompetensi dapat membantu teman-temannya yang belum menguasai kompetensi tadi agar dapat menguasainya. Selain itu, refleksi juga berguna untuk membiasakan peserta didik melakukan introspeksi, mawas diri, menilai diri sendiri, atau apa pun namanya, sehingga membangun kesadaran untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Apabila guru sebagai agen pembelajaran dapat melaksanakan keempat kegiatan (persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan refleksi) dalam setiap proses pembelajaran secara baik, maka berarti tugas guru sebagai agen pembelajaran ini sudah berada pada jalur yang benar. Ini akan semakin memudahkan sang agen dalam

mewujudkan cita-citanya menjadi guru profesional, sebagai bagian dari karakteristik seorang guru yang sukses.http://www.gurusukses.com/agen-pembelajaran

Kompetensi Dasar Guru sebagai Agen Pembelajaran (Implementasi dari Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)4 Votes (Disajikan dalam workshop Bedah Profesionalisme guru pada 7 Maret 2010 di Wonosobo)

Masalah yang terus menjadi masalah dalam dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Proses pembejaran lebih diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut dan tidak berupaya untuk menghubungkannya dengan kehidupan seharihari. Akibatnya ketika peserta didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin dalam aplikasi. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran sains tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam proses pembelajaran. Mata pelajaran agama, tidak dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena proses pembelajaran hanya diarahkan agar siswa bisa menguasai dan menghafal materi pembelajaran. Mata pelajaran bahasa tidak diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, karena yang dipelajari lebih banyak bahasa sebagai ilmu bukan sebagai alat komunikasi. Anak hafal masalah perkalian dan pembagian, tetapi mereka bingung berapa harus membayar manakala ia disuruh membeli 2,5 kg telur, dengan harga satu kilogram Rp 12.500,-; Anak juga hafal langkah-langkah berpidato, tetapi mereka bingung ketika mereka disuruh bicara di muka umum. Gejala-gejala seperti ini merupakan gejala umum dari hasil proses pendidikan kita.

Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak siswa dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Pembelajaran tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan kata lain proses pendidikan kita tidak pernah diarahkan untuk membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Terdapat beberapa hal yang perlu ditanggapi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah suatu usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses dan hasil belajar. Akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri siswa. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil harus berjalan secara seimbang. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan siswa memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, membentuk kepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan siswa. Ketiga aspek inilah (sikap, kecerdasan, dan ketrampilan) arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan. Tampaknya pelaksanaan pendidikan kita di sekolah belum sesuai dengan harapan tersebut. Mengapa demikian?. Banyak komponen yang dapat mempengaruhinya. Dengan tidak mengesampingkan faktor lain, komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya

kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai proses dan hasil pendidikan seperti yang diharapkan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. Dalam rangka pencapaian hasil dan proses pembelajaran seperti yang diharapkan, maka upaya pertama yang harus dilakukan adalah memposisikan guru sebagai pekerja yang profesional, mengapa demikian?. Sebab banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa jabatan guru merupakan jabatan profesional. Ada yang beranggapan bahwa setiap orang bisa menjadi guru. Si Dadap, si Waru, atau siapa saja, walaupun mereka tidak memahami ilmu keguruan dapat saja dianggap sebagai guru, asalkan paham materi pelajaran yang akan diajarkannya. Apakah pandangan seperti itu benar?. Apabila mengajar dianggap hanya sebagai proses penyampaian materi pelajaran, pendapat semacam itu ada benarnya. Konsep mengajar yang demikian, tentunya sangat sederhana, yaitu asal paham informasi yang akan diajarkannya kepada siswa, maka ia dapat menjadi guru. Tetapi mengajar tidak sesederhana itu bukan?. Mengajar tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu dalam poses mengajar terdapat kegiatan membimbing, melatih keterampilan ntelektual, keterampilan psikomotorik, dan memotivasi siswa agar memiliki kemampuan inovatif dan kreatif. Oleh karena itu seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan materi pembelajaran, termasuk di dalamnya memanfaatkan bebagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembejaran. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, yaitu kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang lain yang bukan guru. Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil dari proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional, marilah kita tinjau ciriciri pokok dari pekerjaan profesional : (a) Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya. Seorang dokter, psikolog, saintis, ekonom, dan berbagai profesi lainnya dihasilkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang relevan dengan profesi tersebut, (b) Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, (c) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latarbelakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latarbelakang pendidikan akademik sesuai profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya.

Dari ketiga ciri perkerjaan profesional yang disebutkan di atas, lalu apa ciri-ciri guru yang profesional dan apa saja yang harus dibekali oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan untuk menghasilkan calon-calon guru yang profesional? Berikut marilah kita simak ciri-ciri guru yang profesional. Ada tujuh komponen yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru yang profesional, yaitu : a. Guru sebagai sumber belajar; Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswanya. Guru harus mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya.Guru harus mampu melalukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, dan mana materi yang diingat kembali karena pernah di bahas. b. Guru sebagai fasilitator; Sebagai fasilitator guru guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator, ada beberapa hal yang harus dipahami guru. Pertama, guru perlu memahami bebagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman terhadap media penting, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Kedua, guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan merancang media yang cocok akan memudahkan proses pembelajaran, yang pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Ketiga, guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai sumber belajar, termasuk memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan tehnologi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Melalui teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok. Keempat, sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. c. Guru Sebagai pengelola; Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

Sebagai menager guru memiliki empat fungsi umum. Pertama, merencanakan tujuan belajar. Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus, menentukan topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber yang diperlukan. Melalui fungsi ini guru berusaha menjembatani jurang dimana murid berada dan kemana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif. Kedua, mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar. Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujutkan tujuan program pembelajaran yang telah direncanakan. Ketiga memimpin yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Fungsi memimpin adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi siswa sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keempat mengawasi segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaiaan tujuan. Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwaperistiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan pengawasan yang terstruktur, walaupun proses tersebut sangat kompleks. d. Guru sebagai demonstrator; Peran guru sebagai demonstrator adalah peran guru agar dapat mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sifat-sifat terpuji dalam setiap aspek kehidupan, dan guru merupakan sosok ideal yang dapat diteladani siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. e. Guru sebagai pembimbing; Seorang guru dan siswa seperti halnya petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat tumbuh dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanamannya itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama dan penyakit yang bisa menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, hingga tanaman menghasilkan buah. Demikian juga halnya seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ini atau jadi itu. Siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki. Pertama, guru harus memahami anak didik yang sedang dibimbingnya. Misalnya memahami tentang

gaya dan kebiasaa belajarnya, memahami potensi dan bakatnya. Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik, manakala sebelumnya guru merencanakan hendak dibawa kemana siswanya, apa yang harus dilakukan, dan lain sebagainya. f. Guru sebagai motivator; Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru ituntut kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar adalah sebagai berikut : 1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai, (2) membangkitkan minat siswa, (3)Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (4) Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa, (5) Memberikan penilaian yang positif, (6) Memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan (7) menciptakan persaingan dan kerjasama. g. Guru sebagai evaluator; Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir pembelajaran (berupa nilai atau angka-angka) tetapi juga dilakukan terhadap proses, kinerja, dan skill siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa memegang peranan penting. Sebab melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarkannya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa mencapai standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan remedial. Sering guru beranggapan bahwa evaluasi sama dengan melakukan tes, artinya guru telah melakukan evaluasi manakala ia telah melakukan tes. Hal ini tentu kurang tepat, sebab evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau makna tertentu pada sesuatu yang dievaluasi. Dengan demikian tes hanya salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan makna tersebut. Kelemahan yang sering terjadi dengan pelaksanaan eveluasi selama ini adalah guru dalam menentukan keberhasilan siswa terbatas hanya pada hasil tes yang dilakukan secara tertulis. Akibatnya sasaran pembelajaran hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk mengisi soal-soal yang biasa keluar dalam tes. Oleh karena itu evaluasi semestinya juga dilakukan terhadap proses pembelajaran. Hal ini sangat penting sebab evaluasi terhadap proses pembelajaran pada dasarnya evaluasi terhadap keterampilan intelektual secara nyata. Disamping professional guru juga harus memiliki kompetensi social. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar

(Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Karena itu guru harus dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat; menggunakan teknologi komunikasi dan informasi; bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Ada empat pilar pendidikan yang akan membuat manusia semakin maju:1. Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam. 2. Learning to do (belajar, berbuat/melakukan), setelah kita memahami dan mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. 3. Learning to be (belajar menjadi seseorang). Kita harus mengetahui diri kita sendiri, siapa kita sebenarnya? Untuk apa kita hidup? Dengan demikian kita akan bisa mengendalikan diri dan memiliki kepribadian untuk mau dibentuk lebih baik lagi dan maju dalam bidang pengetahuan. 4. Learning to live together (belajar hidup bersama). Sejak Tuhan Allah menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya, harus ada penolong. Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu, saling menguatkan, saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling menghargai dan saling menghormati satu dengan yang lain.

Pada butir ke 4 di atas, tampaklah bahwa kompetensi sosial mutlak dimiliki seorang guru. Memang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. Namun sebagai anggota masyarakat, setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, ia harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak, pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para murid. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka memiliki hati nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku. Sumber kecerdasan adalah intelektual sebagai pengolah pengetahuan antara hati dan akal manusia. Dari akal muncul kecerdasan intelektual dan kecerdasan bertindak yang memandu kecerdasan bicara dan kerja. Sedangkan dari hati muncul kecerdasan spiritual, emosional dan sosial. Sosial inteligensi membentuk manusia yang setia pada kebersamaan. Apabila ada satu warganya yang menderita merupakan penderitaan bersama. Sebaliknya apabila ada kebahagiaan menjadi/merupakan kebahagiaan seluruh masyarakat. Dalam tingkatan nasional, sosial intelegensi membimbing para pemimpin untuk selalu peka terhadap kesulitan rakyatnya dengan mengutamakan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain: diskusi, hadap masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA: ________. Menjadi Guru Profesional: Sebuah Persfektif Kristiani, Bandung : Kalam Hidup, 1994. Mulyasa, E. Standaar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada, 2006.http://sunartombs.wordpress.com/2011/01/05/kompetensi-dasar-guru-sebagai-agenpembelajaran-implementasi-dari-undang-undang-nomor-14-tahun-2005-tentang-guru-dandosen

MEMPERSIAPKAN KOMPETENSI MENUJU SERTIFIKASI GURUOleh : Bahtiar Malingi (Dosen IAIN Mataram NTB - sedang menyelesaikan studi S2 di UNY Yogyakarta)

Kompetensi Guru

Sebenarnya apakah seorang guru itu harus profesional? Dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru haruslah orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sekurangkurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurangkurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependi