m e m p e rse m ba h ka n -...

30
Komposer Gema Swaratyagita Pemain: Monica Dyah, Tessa Prianka, Thressia, Yanthi Rumian Septian Dwi Cahyo (elektronik) Seniman Kolaborator Cahaya: Firsty Soe Ruang: Fiametta Gabriela Mempersembahkan Musik untuk vokal dan tubuh Bentara Budaya Jakarta, Jl. Palmerah Selatan no. 17, Jakarta Pusat Laring Project bekerjasama dengan Rumah Millennials

Upload: phungnhu

Post on 30-Apr-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

1

Lar ing Project

Ko

mp

ose

r G

em

a S

wa

rat

ya

git

a

Pem

ain

: Mon

ica

Dy

ah

, Tessa

Pria

nk

a,

Th

ressia, Y

an

thi

Ru

mia

nS

eptia

n D

wi C

ah

yo

(elektron

ik)

Sen

ima

n K

ola

bora

tor

Ca

ha

ya

: Firsty

Soe

Ru

an

g: F

iam

etta

Ga

briela

M e m p e r s e m b a h k a n

Musik untukvokal dan tubuh

Bentara Budaya Jakarta,Jl. Palmerah Selatan no. 17, Jakarta Pusat

Laring Project bekerjasama dengan Rumah Millennials

Page 2: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai
Page 3: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

Musik untukvokal dan tubuh

Page 4: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

Buklet ini diterbitkan untuk menemani pementasan Tubuka: Musik Untuk Vokal dan Tubuh di Bentara Budaya Jakarta25-26 Oktober 2018

PenulisGema Swaratyagita &Arina Habaidillah

Desain olehGamaliel W. BudihargaKotasis Kamar DesainSurabaya, Indonesiawww.kotasis.com

BUKLET INI HANYA DITERBITKAN DALAM FORMAT DIGITAL

Page 5: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

5

Lar ing Project

Menemukan Laring itu seperti mendapatkan dunia baru yang tak terbataskan. Disana kita akan menemui dunia bebunyian yang luas dan kaya, tak terbatas tonal atau atonal, tradisi atau modern, organik atau elektronik, semua berkumpul bersama.

Ya, berawal dari Laring 1: Sound Of Differences (sebuah karya untuk piano, rebab, alat musik bambu dan vokal) dan Laring 2: Ragahulu (Vocal Ensemble dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai sebuah ruang kekaryaan berbasis bunyi

Selamat Datang di Dunia Laring

Page 6: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

6

Tubuka

dan seni kontemporer yang melibatkan banyak orang dengan mutidisiplin seni yang beragam, tidak hanya yang berlatar belakang musik. Namun, dengan konsep bunyi sebagai sesuatu yang utuh tanpa batasan yang mengekangnya, Laring mampu menyatukan banyak unsur tersebut. Bukan proses sulapan, karena semua pemain melalui proses workshop bersama selama berbulan bulan untuk akhirnya bisa menyatu bersama di dalam laringproject. Jika boleh meminjam ungkapan Alm. I Wayan Sadre, “Bebaskan bunyi dari beban kulturnya”, sehingga mereka bisa berdiri sendiri sebagai sesuatu yang utuh tanpa mempermasalahkan dari mana asalnya, bagaimana kepribadiannya, hanya cukup membawa jiwaraganya masing-masing untuk menjadi sebuah ramuan seni pertunjukkan baru.

Perjalanan laring kali ini berupaya menelusuri ruang bunyi yang lain, yaitu melalui tubuh dan kata lewat karya berjudul Tubuka (TUbuh, BUnyi dan KAta). Pengolahan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh bersama olah kata menjadi ide konsep utama karya ini. Karya Tubuka ini lahir sebagai sebuah perjalanan

Page 7: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

7

Lar ing Project

yang memaknai banyak hal baik mulai instrumentasi itu sendiri, juga simbolisasi yang ada di dalamnya.

Saya ucapkan selamat datang di dunia laring, semoga dunia bebunyian ini bisa membuat kita saling berbagi bunyi bersama, mempererat tali silaturahmi yang dipertemukan di dalam medium pertunjukan Tubuka. Saya ucapkan terima kasih untuk semua pemain pendukung, seniman kolaborator dan tim produksi yang sudah mencurahkan seluruh waktu, tenaga dan kemampuannya di dalam proses ini, juga Yayasan Kelola, seluruh teman seniman, media partner dan rekan media yang senantiasa mendukung kami semua. Tidak lupa, terima kasih kepada para penonton yang menghadiri pertunjukkan Tubuka. Semoga pertunjukan ini berkenan dan membekas di hati anda semua. ---

Salam,Gema SwaratyagitaKomponis

Pengantar

Page 8: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

8

Tubuka

Perkenalan dengan laring berawal dari 7 Tahun yang lalu, memulai proses dengan Laring: Sound of Differences, kemudain Laring 2: Ragahulu. Anak ingusan yang saat itu haus akan pertunjukan seni pun praktis terseret masuk ke dalam proses, meski bukan sebagai pemain dan, meski ia juga bingung seperti apa musik kontemporer itu.

Dari situ kemudian si anak ingusan tersebut menjadi banyak belajar, bahwa proses itu juga menentukan akan menjadi seperti apa kita nantinya, bahwa dalam proses juga terjadi sebuah pendalaman karakter dari masing-masing pribadi pada saat itu, dan mungkin hingga sekarang. Dari mulai men-tackle beberapa pekerjaan yang tidak beres dari atasan, amuknya kolaborator hingga nyaris mengancam nyawa kami, yang menurut Eyang Amet (Slamet A. Sjukur) sebagai orang yang merasa lebih tau tentang hidup. Semua terlalui.

Ma

ri B

erj

ab

at

Tang

an

!

Page 9: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

9

Lar ing Project

Sekarang ini kami ada, di tempat yang berbeda, dengan suasana berbeda mencoba untuk berjalan menapak di usia yang ketujuh, kami lahir kembali, kami ditakdirkan untuk lahir kembali. masih dengan aura yang senafas dengan sebelumnya.

Berbicara mengenai Tubuka, sebuah karya yang anda nikmati ini, membuat saya pribadi seperti berkaca: “sudah berapa lama tak menghiraukan raga?” Saya seperti diajak untuk menyelami bagian-bagian yang selama ini terabaikan, padahal ia sangat-sangat dekat. Ia berbicara mengenai waktu, melalui tubuh dan bunyi dengan menerobos kata.

Mari kita sama-sama menikmati, dengan waktu yang sudah diluangkan di ruangan ini, tak usah lagi dipikir terlalu pedih. Karena kita disini ada untuk sama-sama berproses mengenal diri. ---

Salam,Arina Habaidillah Project Manager Laring Project

Pengantar

Page 10: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

10

Tubuka

Tubuka adalah pertunjukkan musik untuk vokal dan tubuh yang menggunakan TUbuh, BUnyi dan KAta sebagai konsep, metode dan bahan dasar karya. Ide tersebut muncul dari konsep percakapan antara aku dan tubuhku. Ketika banyak orang seringkali sibuk melihat kekayaan “tubuh” orang lain, terkadang kita lupa melihat kekayaan “tubuh” kita sendiri. Ketika banyak orang sibuk mendengar “kata” orang lain, terkadang kita lupa mendengar “kata” kita sendiri. Ketika banyak orang sibuk mendengar “bunyi” orang lain, terkadang kita lupa mendengar “bunyi” kita sendiri. Karya ini ingin berjalan menelusuri bagaimana

Ca

tata

n Pr

oses

Tu

bu

ka“Ketika tutur kata itu terlalu bising menyuarakan bunyinya, biarkan tubuh yang memakna”

– Gema Swaratyagita, Tubuka (2018)

Page 11: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

11

Lar ing Project

fenomena masyarakat yang sudah tak bisa dilepaskan dari teknologi sebagai media utama berkomunikasi, yang terkadang membuat kita lupa rasanya berkontak langsung dengan sesama manusia, dan bahkan berkomunikasi dengan diri sendiri. Yang terjadi seringkali adalah mengumbar kata pada banyak tubuh atau mengumbar tubuh pada banyak kata.

Komponis menelusuri Tubuka ini dengan meminjam tubuh karya Anne Blume (Kurt Schwitters) yang diadaptasi menjadi Ana Bunga oleh Sutardji Calzoum Bachri, yang kemudian diolah menjadi tubuh baru. Pada puisi ini komponis menginterpretasikannya sebagai sebuah konsepsi percakapan tubuh, antara aku, kau, kita dan mreka. Jika ingin dibahasakan, bagian ini adalah simbol ketika kita meminjam “tubuh” orang lain sebagai ide, inspirasi maupun ilmu, untuk disesuaikan pada “tubuh” kita sendiri. Karena kita bukan hidup sendiri, melainkan membutuhkan banyak “tubuh” lain yang mendampingi, namun sudahkan kita memahami “tubuh” kita lebih dahulu?

Pada karya ini, selain akan melibatkan 5 pemain dan 1 musisi elektronik, komponis juga berkolaborasi dengan 2 seniman

Catatan Proses

Page 12: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

12

Tubuka

perempuan lain yaitu Firsty Soe (lighting artists) dan Fiametta Gabriela (visual art). Kolaborasi dengan ruang dan cahaya ini juga merupakan peleburan bentuk seni pertunjukkan dari berbagai medium yang ingin dimasuki kreator, dibalut dengan seni performatif yang menjadi bagian dari pertunjukkan. Pada proses kreatifnya, kom ponis melakukan sejumlah riset me-nge nai tubuh, yang dikaji dari multi pers-pektif, di lintas seni. Ketertarikan saya terhadap tubuh, membuat saya mulai me nelusuri bunyi yang dihasilkan tubuh dari berbagai sumber, baik dalam seni tra-disi seperti Gayo dan Saman (Aceh), dan Randai (Sumatra Barat), atau juga tradisi perkusi tubuh yang dikembangkan mulai di Afrika hingga Amerika. Sedangkan Ke-ter tarikan saya pada dunia kata sejak awal berkarya, membuat eksplorasi kata dan pengolahannya seringkali menjadi tumpuan ide di dalam karya-karya yang dihasilkan. Spirit Dada yang dibawa pada sejumlah puisi Kurt Schwitters juga pada Sutardji Calzoum Bachri, ba nyak memberikan pengaruh cukup besar pada olahan komposisi musik yang meng gu-na kan teks pada karya-karya kom ponis. Hal itu juga yang mengarahkan komponis pada karya-karya yang meng gu nakan bentuk para-musikal, yaitu menggunakan

Page 13: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

13

Lar ing Project

unsur lain di luar musik, seperti gestur, actions, fragmen teatrikal. Logika kata dan bunyi menjadi sistem kompositoris tersendiri yang digunakan komponis.

Media eksperimen lain yang mulai dima-su ki komponis adalah seni parti si patif. Komponis mengajak sia pa pun yang berkenan berpartisipasi untuk mengi-rim kan kisah kata tentang penga laman komunikasi dengan tubuhnya, serta bu nyi yang dihasilkan dari masing-masing tu-buh, bisa berupa bunyi tepukan telapak ta ngan, langkah kaki, batuk, hingga bu-nyi kentut sebagai bentuk “mengenali” kekayaan bunyi tubuh sendiri, untuk kemudian diolah didalam karya Tubuka.

Tubuka dibagi menjadi 4 bagian, yang juga dibalut dengan bentuk seni performatif, instalasi bunyi, visual dan cahaya. 4 bagian tersebut adalah I. Bunyi; II. Kata; III. Tubuh; dan IV. Tubuka.

Satu pijakan selalu memberikan tumpuan menuju pijakan lain. Maka satu proses kreatif kekaryaan seperti memberikan oase baru pada ruang bunyi lain dalam tubuh kita untuk mengalirkan diri menuju imaji ide dan proses berikutnya. ---

Catatan Proses

Page 14: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

14

Tubuka

B u n y iPemain: Monica Dyah, Tessa Prianka, Yanthi Rumian & Septian Dwi Cahyo (elektronik)

K a t aPemain: Monica Dyah, Tessa Prianka, Yanthi Rumian & Septian Dwi Cahyo (elektronik)

T u b u hPemain: Monica Dyah, Tessa Prianka, Thressia & Yanthi Rumian

T u b u k aPemain: Monica Dyah, Tessa Prianka, Thressia, Yanthi Rumian & Gema Swaratyagita

Instalasi Bunyi, Ruang, Cahaya & Seni Performatif:Firsty Soe (lighting artist)Fiametta Gabriela (visual art)Gema Swaratyagita (komponis & performer)

Pro

gra

m K

ons

er

Page 15: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

15

Lar ing Project

Gema Swaratyagita, lahir di Jakarta, 1984. Dia adalah komponis, performer dan pengajar musik. Sebagai komponis, karya-karyanya pernah dimainkan di sejumlah event nasional dan internasional, sebut saja YCMF (Yogyakarta Contemporary Music Festival), Festival Musik Tembi, Pertemuan Musik, October Meeting (Yogyakarta), Indonesia Lab (Frankfurt) dan Holland Festival (Amsterdam). Perempuan yang pernah meraih EWA Kelola 2012-2013 dan Hibah Seni Karya Inovatif 2018 ini juga pernah berkolaborasi dengan sejumlah musisi dan seniman, seperti Ensemble Modern (Frankfurt), Dorris Hochschied dan Frans van Ruth (Belanda), Jerome Kavanagh (New Zealand), dan sejumlah kolaborasi lainnya dengan teater, visual art dan performance art. Karyanya yang berjudul “Da-Dha-Dah” untuk ansambel dan alat musik bambu dimainkan oleh Ensemble Modern (Frankfurt) di Frankfurt, Indonesia dan Amsterdam. Gema pernah belajar komposisi dengan Slamet Abdul Sjukur, Dieter Mack, Roderik de Man, Manfred Stahnke, dan Gatot Danar Sulistiyanto. Selain aktivitas berkarya, saat ini perempuan yang pernah menjalani residensi Pegiat Budaya ke New Zealand ini juga mewarisi dan memimpin Pertemuan Musik yang dirintis Slamet A. Sjukur sejak 1957. Pertemuan Musik adalah sebuah

Profi l KomponisG

em

a S

wa

raty

ag

ita

Page 16: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

16

Tubuka

organisasi nirlaba yang terfokus pada pendidikan dan komunitas musik, berbasis di Surabaya, Jakarta, Pekanbaru dan Bogor. Sejak 2012, Gema mulai merintis Laring Project, sebagai aktivitas kekaryaan berbasis bunyi dan seni kontemporer, yang diawali dengan karya Laring: Sound Of Difference (2012) dan Laring 2: Ragahulu (2013). Terakhir, Ia bersama Laring Project menampilkan karya Tuwakatsa untuk gong, vokal dan dalang pada International Gamelan Festival 2018. _____________________________________________________

Thressia mulai belajar memainkan alat musik perkusi klasik pada umur 15 tahun, saat ia bergabung di kegiatan ekstrakurikuler Marching Band di SMA Tarakanita. Sebelumnya ia juga belajar piano di Sekolah Musik Yamaha sejak umur 7 tahun. Thressia memulai perjalanannya sebagai musisi perkusi klasik di orkestra dari Twilite Youth Orchestra (2004-2012) di bawah abaan Eric Awuy dan Budi Utomo Prabowo. Sejak tahun 2008 sampai sekarang, Thressia aktif bermain di beberapa orkestra di Jakarta seperti Twilite Orchestra (Addie MS), Jakarta Concert Orchestra (Avip Priatna), Jakarta Simfonia Orchestra (Dr. Stephen Tong, Rebecca Tong, Dr. Jahja Ling), Jakarta City Philharmonic (Budi Utomo Prabowo), Jakarta Sinfonietta (Iswargia Renardi Sudarno),

Th

ress

ia

Page 17: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

17

Lar ing Project

Nusantara Symphony Orchestra (Hikotaro Yazaki), dan juga beberapa orkestra lain seperti Erwin Gutawa Orchestra, Dwiki Dharmawan Orchestra, Purwa Tjaraka Orchestra, Ananda Sukarlan Symphony Orchestra, dll.

Selain sebagai musisi orkestra, Thressia juga memiliki kecintaan bermain di dalam format musik kamar. Thressia saat ini juga mengajar perkusi di Korps Putri Tarakanita dan Orkes Simfoni Universitas Indonesia Mahawaditra._____________________________________________________

Tessa Prianka menggeluti bidang tarik suara sejak SMA dan sempat belajar di Elfa’s Music School selama 2 tahun. Selepas lulus SMA Tessa melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi Universitas Pelita Harapan di fakultas Musik selama 4 tahun. Semasa kuliah Tessa sempat aktif bermain secara regular di beberapa event, mall, dan cafe bersama band bernama MonoStereo. Tessa sempat menjadi pemateri dalam seminar nasional dan workshop FSP ISI Yogyakarta pada tahun 2011. Mengikuti Java Jazz pada tahun 2006 bersama Elfa’s Choir dan Sadao Watanabe juga Dwiki Darmawan. Di samping itu, Tessa juga mengajar vokal di sejumlah sekolah musik seperti Camelodia Music School,

Tess

a P

ria

nk

aProfi l Pemain

Page 18: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

18

Tubuka

Prelude Music, Yamaha Music School dan Gitanada Music School. Dan kegiatan lainnya Tessa kerap aktif mengisi suara untuk iklan, soundtrack film, dan disney movie. Saat ini Tessa sudah merilis single pertamanya di kanal digital yang bertajuk “Tanam Tuai”. Tessa juga aktif di salah satu komunitas di Jakarta yang bernama Pertemuan Musik, jejaring sosial yang aktif membuat program dan wadah diskusi musik setiap bulannya. Selain itu, Tessa juga aktif berkolaborasi dengan sejumlah seniman untuk musik teater, dan bersama Laring Project._____________________________________________________

Yanthi Rumian Sitompul lahir di Pematang Siantar, merupakan pengajar vokal di sejumlah sekolah musik dan privat. Yanthi menyelesaikan pendidikan formal dalam bidang Manajemen. Pernah mengeluarkan Album anak-anak berjudul “Just Sing” sebagai song writer dan manajer yang di populerkan oleh Patricia Limawal (Penyanyi anak-anak Surabaya). Saat ini Yanthi aktif sebagai Music Coordinator pada JCC (Jakarta Community Church), aktif sebagai anggota Exaudia Choir, dan aktif dalam komunitas Pertemuan Musik Jakarta. Selain itu, Yanthi tergabung di dalam Laring Project sebagai musisi dan house manajer. _____________________________________________________

Ya

nth

i R

um

ian

Sit

om

pu

l

Page 19: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

19

Lar ing Project

Monica Dyah Paramitha, penyanyi asal Solo yang sejak kecil aktif mengikuti Ayah Ibu-nya dalam kegiatan musik di gereja. Pernah belajar vokal & ansambel di berbagai komunitas musik di Solo, seperti Solo Jazz Society, AMARI Solo, Voca Erudita (UNS) dan sebagainya. Ia pernah belajar vokal dibawah bimbingan Bernice Nikki dan Tjut Nyak Deviana Daudsjah. Ia juga mengikuti “masterclass” bersama The Swingle Singers, Veronica Nunn, Xantoné Blacq, lokakarya bersama Ubiet Raseuki, dan sekarang terdaftar sebagai mahasiswa jurusan pendidikan musik UNJ, belajar vokal klasik dibawah bimbingan Dr. Caecilia Hardiarini, M.Pd . Saat ini aktif mengajar vokal di beberapa lembaga pendidikan musik di Jakarta, dan tampil sebagai penyanyi di berbagai acara seperti Java Jazz, ArtJog, Jazz Atas Awan bersama Musicater (Cerita Fatmawati). Pertama kali berproses bersama Laring Project dalam acara International Gamelan Festival di Solo pada pertengahan 2018._____________________________________________________

Mo

nic

a D

yah

Pa

ram

ith

aProfi l Pemain

Page 20: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

20

Tubuka

Septian “Gembul” Dwi Cahyo komponis muda Indonesia lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Karya-karya individual dan kolektifnya pernah dimainkan di beberapa festival seperti Young Composers in Southeast Asia Festival 2013, 21st Young Composers Meeting, Studio Musikfabrik meetsACME, Shanghai New Music Week, SETTS #1, Biennale Jogja XIII #3, 1st Celebration of One Year Asia Culture Center, Art Summit Indonesia, ASEAN Creation. Tahun 2018 ia mendapatkan beasiswa dari OeAD-Austrian Agency for International Cooperation in Education and Research untuk belajar komposisi di University of Music and Performing Arts Graz, Austria dengan Prof. Beat Furrer, ia juga mengambil kelas komposisi Algoritma dengan Gerhard Nierhaus._____________________________________________________

Se

pti

an

“G

em

bu

l” D

wi

Ca

hyo

Page 21: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

21

Lar ing Project

Lighting Artist / Rr. Firsty Dewi Muharwati dikenal juga dengan Firsty Soe, saat ini aktif sebagai dosen di Program Studi Teater-Institut Kesenian Jakarta, dan banyak terlibat sebagai Stage Manager atau Technical Production Manager di beberapa acara Seni Pertunjukan, maupun Festival Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia. Alumni Sekolah Pascasarjana IKJ ini pernah terlibat dalam produksi yang digagas oleh seniman-seniman senior Indonesia, diantaranya Sardono W. Kusumo, Hartati, Yola Yulfianti, Padneswara, Teater Garasi, dan beberapa tahun terlibat sebagai Stage Manager Festival dalam Indonesia Dance Festival, saat ini Firsty menjadi Technical Production Manager untuk 7th Borobudur Writers and Cultural Festival. Kecintaan pada panggung dan seni pertunjukan membawanya pada karya-karya kolaborasi dengan beberapa koreografer dan sutradara. Karya terakhirnya adalah “Kolase”, sebuah kolaborasi artistik dengan Koreografer Helda Yossiana, dan Komposer Gema Swaratyagita, dan “Cantrik” kolaborasi dengan sutradara Fachrizal Mochsen, keduanya diselenggarakan pada PostFest 2018, dimana Firsty terlibat sebagai Seniman Cahaya (lighting artist)._____________________________________________________

Profi l Seniman KolaboratorFi

rsty

So

e

Page 22: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

22

Tubuka

Visual Artist / Fiametta Gabriela Lulus D3 design komunikasi visual, jurusan ilustrasi, Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura. Di Jakarta bekerja diperusahaan periklanan, lalu mulai mempelajari lukisan abstrak di Studio Hanafi selama 3 tahun. Membuat pameran solo di Selasar Sunaryo, Bandung (2014), LirSpace, Jogjakarta (2018), dan Studio Hanafi, Depok(2018). Dalam praktek berkeseniannya, fiametta gabriela mengangkat isu keseharian dan subjek yang dekat dengan dirinya. Media yang dipakai beragam, seperti lukisan, drawing, instalasi, dan performance art.

Fia

me

tta

Ga

bri

ela

Page 23: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

23

Lar ing Project

Komponis dan konseptorGema Swaratyagita

Visual ArtistFiametta Gabriella

Lighting ArtistFirsty SoeAss. Apry Wibowo

Sound EngineerSentanu

MusisiMonica Dyah, Tessa Prianka, Thressia, Yanthi Rumian dan Septian Dwi Cahyo

Desainer GrafisGamaliel W. Budiharga

Tim Arti st ikTi

m A

rtis

tik

Page 24: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

24

Tubuka

Project ManagerArina Habaidillah

Ass. Project ManagerAsih Dewi Karim

Operational ManagerYanthi Rumian

Ass. Operational ManagerEmirul Fahmi

Stage ManagerAryo

Ass. Stage ManagerFrendy Yessi & Richard Hamdan

Humas & PublikasiDella & Andana

WebsiteRona Cendera

Media Sosial & Digital KontenMelati Nur Fajri dan Khemal

DokumentasiAlimoto

KonsumsiRia

RegistrasiAzis Arijaya, Ferino Yusron & Jastitah

Tim

Pro

du

ksi

Tim Produksi

Page 25: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

25

Lar ing Project

Laring Project adalah ruang kekaryaan bermedium bunyi yang dibentuk oleh Gema Swaratyagita (composer) sejak 2012. Diawali dengan sekuel karya pertunjukkan berjudul Laring: Sound of Differences (2012) dan Laring 2: Ragahulu (2013), Gema melihat bahwa menelusuri bunyi itu sebegitu menariknya, hingga seperti bertamasya dan terus antusias melihat setiap hal menarik yang ditemui. Melalui pengalaman dua karya tersebutlah kemudian Gema berupaya untuk melanjutkan ruang berkarya tersebut dalam sejumlah karya berbasis seni kontemporer, terutama yang berkaitan dengan kerja kolaborasi antar seniman lintas seni, sekaligus menjadi wadah musisi dan seniman untuk mengeksplorasi bunyi. Sebut saja Sekartaji Suminto (Visual Artist-Yogyakarta), pernah berkolaborasi bersama Laring Project dalam karya berjudul Benang Merah untuk instalasi visual art dan performance, yang dipentaskan di Perak Project, Surabaya (2015). Selain itu, Atieq SS Listyowati (performance artist), juga berkolaborasi bersama Gema Swaratyagita dalam karya Alice(s) in the Wonderland yang dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta (2016). 2018 ini, selain mempersiapkan karya Tubuka, Laring Project juga menampilkan salah satu karya Gema yang berjudul Tuwakatsa untuk gong, vokal dan dalang pada International Gamelan Festival 2018 di Solo, Jawa Tengah.

Profi l Lar ing ProjectLa

rin

g P

roje

ct

Page 26: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

26

Tubuka

Didirikan pada 1999, Kelola merupakan sebuah organisasi nirlaba yang merespon kebutuhan komunitas seni pertunjukan dan seni visual melalui pemberian akses pembelajaran, informasi, dan pendanaan. Kelola juga mewujudkan pertukaran budaya dengan menjalin dialog antar pelaku seni, berbagi ketrampilan serta pengetahuan, dan membangun jejaring kerja antara seniman, penonton, dan masyarakat pendukungnya di Indonesia, Asia dan dunia internasional. Program-program Kelola disusun sebagai tanggapan terhadap berbagai kebutuhan dan permasalahan yang diungkapkan oleh masyarakat seni visual, tari, musik dan teater Indonesia.

Hingga kini, Kelola telah membuka kesempatan belajar bagi lebih dari 3.500 seniman dan praktisi seni di seluruh Indonesia lewat program-program Kelola seperti lokakarya, Hibah Seni, Magang Nusantara, Magang Internasional, Pemberdayaan Seniman Perempuan dan Teater untuk Edukasi dan Pemberdayaan.

Ya

yasa

n K

elo

la

Jl. Abdul Madjid 44R, Cipete SelatanJakarta 12410, IndonesiaT. +62.21.75906499F. +62.21.7661966www.kelola.or.idwww.facebook.com/kelola.or.id@YayasanKelola

Page 27: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

27

Lar ing Project

Millennials Social Networking and Learning Hub Platform. Suatu platform yang menghubungkan pemuda/i Indonesia melalui berbagai kegiatan offline dan online berbasis pengembangan karakter (softskill development for millennials) dan peluasan jejaring agar lebih berdaya, berkarya, bermakna untuk Indonesia yang lebih kompetitif.

Rumah Millennials memiliki tujuan untuk menstimulasi generasi muda untuk lebih aktif, optimis dan kontributif dalam mengambil peran untuk lingkungan sekitar, menghadirkan sosok generasi muda berprestasi agar menjadi teladan dan contoh bagi anak muda lainnya, mempertemukan generasi muda lintas bidang untuk saling melengkapi dan berkontribusi bersama demi banyak kebaikan.

Ru

ma

h M

ille

nn

ials

Profi l Rumah M i l lennia ls

www.rumahmillennials.com

Page 28: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

28

Tubuka

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan YME, seluruh sponsor dan media pendukung, yaitu Yayasan Kelola, Bentara Budaya jakarta, Rumah Millennials, Sjuman School of Music, Devara & Partners, Ronascent webzine, Kuda Terbang, Kotasis, Alimoto, GNFI dan Event Jakarta.

Selain itu komponis juga mengucapkan terima kasih kepada Afrizal Malna, Melati Suryodarmo, Suprapto Suryodarmo, Yudi Tajudin, Shinta Febrianty, Cristian Meija, Dance Circle, Hario Efenur, Gatot Danar Sulistiyanto, Lawe Samagaha, Adinda Luthvianti dan Hanafi, Fachrizal Mochsen, Piet Hein, dua perempuan Seniman kolaborator yang senantiasa tulus berproses bersama di sela-sela aktifitas yang menyelimuti, Fiametta Gabriella dan Firsty Soe bersama tim, serta seluruh pemain yang sudah bersungguh-sungguh menyatukan energi bersama untuk proses latihan Tubuka; Monica Dyah, Tessa Prianka, Thressia dan Yanthi Rumian serta Septian Dwi Cahyo. Tidak lupa juga seluruh tim produksi, khususnya Arina Habaidillah, dan seluruh tim yang terlibat, terima kasih yang tak terhingga. Terima kasih juga kepada Devara Kharisma dan seluruh keluarga besar saya, Pertemuan Musik, dan seluruh sahabat yang tak henti memberikan dukungan kepada saya dan laringproject. Terima kasih terima kasih terima kasih! Terima kasih sudah menemani perjalanan kami.

Terim

a K

asi

h

Page 29: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

29

Lar ing Project

Page 30: M e m p e rse m ba h ka n - laringproject.comlaringproject.com/wp-content/uploads/2016/04/buklet-tubuka.pdf · dan Alat musik bambu), saya membawa laring melalui laring project sebagai

Pera ih Hibah Seni Kelola 20 18

Didukung oleh