m a k a l a h ampl-bm

65
M A K A L A H “SARINGAN PASIR LAMBAT” Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM) Oleh : Kelompok 2 Wahyu Ghazali Nuku (053050017) Meisyah Nuraeni Z (083050006) Retty Mulkah Mubarokah (083050020)

Upload: rety-mulkah

Post on 26-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

M A K A L A HSARINGAN PASIR LAMBAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM)

Oleh :Kelompok 2Wahyu Ghazali Nuku (053050017)Meisyah Nuraeni Z (083050006)Retty Mulkah Mubarokah (083050020)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG2010BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAir bersih merupakan kebutuhan yag sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya.Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari misalnya minum, mandi dan keperluan mencuci pakaian dan peralatan dapur harus memenuhi syarat kesehatan. Air yang mengandung bakteri patogen atau zat-zat terlarut lainnya dapat berakibat langsung pada kesehatan. Hal ini dapat terjadi bila sanitasi lingkungan kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemar kotoran, maka akan tersebar ke sumber air yang dipakai keperluan rumah tangga. Air juga dapat dicemari oleh logam-logam berat yang bersifat racun atau karena kandungan ion besi dan mangan yang tinggi, sebagaimana terjadi pada sebagian besar wilayah Bandung. Pemukiman yang padat memungkinkan tercemarnya air sumur oleh kotoran, karena letak sumur berdekatan dengan septic tank (WC) atau berdekatan dengan saluran pembuangan limbah rumah tangga/pabrik.Penggunaan air yang berkualitas kurang baik seperti itu untuk dikonsumsi, dalam jangka pendek, dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus dan disentri. Dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, kerusakan gigi, kerusakan ginjal dan hati.Dari prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di berbagai daerah di Indonesia pemakaian air sangat bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya. Secara umum penggunaan air dilingkungan sekitar yakni sebagai berikut : Yang menggunakan air leding (PAM) sekitar 16,08 %, air tanah dengan memakai pompa sekitar 11,61 %, air sumur (perigi) sekitar 49,92 %, mata air (air sumber) sekitar 13,92 %, air sungai 4,91 %, air hujan 2,62 % dan lainnya sekitar 0,80 %.Permasalahan yang timbul yaitu sering dijumpai bahwa kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan.Air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada diding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Oleh karena itu menurut PP No.20 Tahun 1990 tersebut, kadar (Fe) dalam air minum maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt, dan kadar Mangan (Mn) dalam air minum yang dibolehkan adalah 0,1 mg/lt.tuhan yang sangat vital bagi masyarakat. Sampai saat ini masalah air bersih masih banyak dijumpai baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.Salah satu teknologi pengolahan air untuk daerah pedesaan yang sederhana, mudah dan murah yakni teknologi saringan pasir lambat. Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. 1.2 ManfaatSetelah udara (oksigen), air adalah penunjang utama kehidupan. Tubuh manusia terdiri atas sekitar 80% air. Kandungan air pada otak mencapai sekitar 80%, sedangkan kandungan air pada darah sekitar 90%. Umumnya air yang didapatkan tubuh berasal dari minuman dan makanan. Secara normal, rata-rata konsumsi air yang diperlukan adalah sekitar 2 liter per hari, atau setara dengan 8-10 gelas per hari. Air yang berada di dalam tubuh berguna untuk mengedarkan oksigen, sari pati makanan, dan zat berguna lainnya ke seluruh tubuh. Selain tugas tersebut, juga berguna untuk menarik semua zat berbahaya atau zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh untuk dibuang. Oleh karenanya, bila tubuh kekurangan air maka darah akan semakin kental. Pengentalan darah akan dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti stroke, gagal ginjal atau bahkan kanker usus besar. Air juga dapat berguna untuk mengatur/mendinginkan suhu tubuh. Ketika berolah raga maka suhu tubuh akan naik dan akan diimbangi dengan keluarnya keringat. Selain itu, jika ada bagian tubuh yang luka dan meradang, perhatikan pada sekeliling luka akan tampak berwarna merah karena adanya peningkatan konsentrasi darah di sekitar luka. Selain untuk mempercepat pemulihan/penyembuhan, darah yang ada juga untuk meredam panas yang diakibatkan oleh radang pada luka.Air juga membantu untuk proses pencernaan dan juga metabolisme dalam tubuh dengan melakukan pembakaran lemak. Dengan air yang cukup, usus akan lebih mudah memproses makanan untuk dicerna dan diambil sari patinya. Oleh karenanya, waspadalah terhadap air yang dikonsumsi karena bila mengandung zat berbahaya maka akan lebih cepat diserap oleh tubuh.

BAB IIPEMBAHASAN

Dalam rangka meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat khususnya mengenai kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan, maka perlu disesuaikan dengan sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat penguasaan teknologi dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu alternatif yakni dengan menggunakan teknologi pengolahan air sederhana yaitu dengan "Saringan Pasir Lambat". Sistem saringan pasir lambat adalah merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan. Di dalam sistem pengolahan ini proses pengolahan yang utama adalah penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 5 - 10 m3/m2/hari. Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran yang ada dalam air baku. Selanjutnya di saring dengan saringan pasir lambat. Setelah disaring dilakukan proses khlorinasi dan selanjutnya ditampung di bak penampung air bersih, seterusnya di alirkan ke konsumen. Jika air baku baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat anorganik pada media filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan secara fisika dapat juga menghilangkan kotoran (impuritis) secara bio-kimia. Biasanya ammonia dengan konsetrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik. Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya mempunyai kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia. Tetapi jika kekeruhan air baku cukup tinggi, pengendapan dapat juga memakai bahan kimia (koagulan) agar beban filter tidak terlalu berat. Saringan Pasir Lambat (SPL) sudah lama dikenal di Eropa sejak awal tahun 1800an. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, SPL dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan Pasir Lambat sangat cocok untuk komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Hal ini tidak lain karena debit air bersih yang dihasilkan oleh SPL relatif kecil.Ada dua jenis proses penyaringan yang terjadi pada Saringan Pasir Lambat, yakni secara fisika dan biologi. Partikel-partikel yang ada dalam sumber air yang keruh secara fisik akan tertahan oleh lapisan pasir pada SPF. Disisi lain, bakteri-bakteri dari genus Pseudomonas dan Trichoderma akan tumbuh dan berkembang biak. Pada saat proses filtrasi dengan debit air lambat (100-200 liter/jam/m2 luas permukaan saringan), patogen yang tertahan oleh saringan akan dimusnahkan oleh bakteri-bakteri tersebut.Saringan pasir lambat (SPL) adalah salah satu cara pengolahan air baku untuk menghasilkan air bersih, beroperasi secara gravitasi dan serempak terjadi proses biokomia dan proses biologi.

SPESIFIKASI TEKNISSpesifikasi teknis SPAM Komunal meliputi spesifikasi alat dan bahan yang diperlukan dalam membangun prasarana dan sarana SPAM Komunal Air Permukaan.1. Persyaratan UmumDalam pembuatan IPAS harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a. Bangunan IPAS harus kedap airb. Kapasitas pengolahan maksimum 0,25 l/detc. Penempatan lokasi IPAS harus bebas dari genangan aird. IPAS harus terjamin dalam kontinuitas pengolahan air bersihe. Perlu adanya partisipasi masyarakat dan pengurus LKMD setempat dalam pelaksanaan pembangunan IPASf. Harus ada pengelola IPAS, dimana pengelola tersebut sebelumnya harus mendapatkan pelatihan tentang IPAS.2. Persyaratan TeknisPersyaratan:a. Tersedia air baku yang akan diolahb. Semua unit pelengkap lainnya direncanakan dengan kriteria yang berlakuc. Konstruksi dan bahan harus memenuhi SK SNI yang telah disahkand. Mudah untuk dioperasikan dan dirawate. Tersedia lembaga yang akan mengelola SPLf. Tersedia lahan untuk pembangunan/penempatan instalasi yang dapat memudahkan untuk pengoperasian dan perawatang. Penyimpangnan dari tata cara ini diijinkan apabila dibuktikan dengan perhitungan dan atau percobaan yang dapat menghasilkan air bersih sesuai dengan baku mutu yang berlaku.

A. Kebutuhan Bahan bangunan Saringan Pasir Lambat :NoBahanSatuanVolume

1.Batu BataBuah1500

2.Batu kali untuk pondasim31,2

3.Pasirm35

4.SemenZak25

5.Besi diameter 8 mmBatang8

6.Besi diameter 6 mmBatang3

7.Plat besi berlubangBuah1

8.Media pasirm32,5

9.Tutup (papan dilapisi seng)Buah1

B. Perhitungan Dimensi1. Kecepatan penyaringanSaringan pasir lambat mempunyai kecepatan penyaringan minimal 0,1 m/jam dan maksimal 0,4 m/jam.2. Luas permukaan bakLuas permukaan atas bak dihitung dengan persamaan :

Dengan pengertian :Q = Debit air yang disaring (m3/det)V = Kecepatan penyaringan (m/jam)A = Luas penampang atas (m2) 3. Jumlah bak efektifJumlah bak Saringan Pasir Lambat minimal 2 Buah4. Kedalaman bakKedalaman bak saringan adalah jumlah dari tinggi bebas, tinggi air diatas media pasir, tebal pasir penyaring, tebal kerikil penahan dan underdrain. Seperti pada tabel dibawah ini :NoKedalaman (m)Ukuran (m)

1.Tinggi bebas0,25-0,40

2.Tinggi air diatas media penyaring1,00-1,50

3.Tebal pasir penyaring0,60-1,00

4.Tebal kerikil penahan0,40-0,60

5.Underdrain0,30-0,50

Jumlah1,55-4,00

Sumber : Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat (SNI 03-3981-1995) Departemen Pekerjaan Umum

Gambar : Saringan Pasir Lambat Tampak Atas

Gambar : Potongan A Bak Saringan Pasir Lambat

Gambar : Potongan B Bak Saringan Pasir lambat

5. Media penyaringKriteria bahan media penyaring sebagai berikut :a. Jenis pasir yang mengandung kadar SiO2 lebih dari 90%b. Ukuran efektif butiran minimal 0,2 mm dan maksimal 0,4mmc. Ukuran keseragaman butiran minimal 2 dan maksimal 3d. Berat jenis minimal 2,55 gr/cm3 dan maksimal 2,65 gr/cm3e. Kelarutan pasir dalam air selama 24 jam kurang dari 3,0% beratnyaf. Kelarutan air dalam HCL selama 4 jam kurang dari 3,5% beratnya6. Media penahanKriteria bahan media penahan sebagai berikut :a. Jenis kerikilb. Berbentuk bulatc. Media penahan tersusun dengan lapisan teratas butiran kecil dan berurutan kebutiran kasar pada lapisan paling bawah.Gradasi butir media kerikil dapat dilihat pada tabel berikut:Gradasi butir media kerikil rata-rata (mm)Ketebalan (cm)Lapisan ke (dari atas ke bawah)

3-47-10Ke 1

10-209-10Ke 2

20-3012-15Ke 3

6012-15Ke 4 (dasar)

Total kebutuhan media penahan40-60

Sumber : Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat (SNI 03-3981-1995) Departemen Pekerjaan Umum

7. Air bakuAir baku sebagai bahan baku yang masuk ke bak SPL ditentukan sebagai berikut :a. Kekeruhan kurang atau sama dengan 50 mg/l SiO2b. Oksigen terlarut lebih dari atau sama dengan 6mg/lc. Total coliform kurang dari atau sama dengan 1000 per 100 ml.Dalam hal tingkat kekeruhan lebih dari 50 mg/l SiO2, oksigen terlarut kurang dari 6 mg/l dan total coliform lebih dari 1000 per 100 ml, maka SPL harus dilengkapi dengan unit pengolahan pendahuluan.

C. Perlengkapan Bak Saringan Pasir Lambat1. Saluran Masukan (inlet)Perencanaan inlet ditentukan sebagai berikut:a. Berbentuk saluran tertutup atau terbukab. Dilengkapi dengan bak pembagi atau penenang air bakuc. Dilengkapi dengan kran/katup untuk saluran tertutup dan pintu air ditambah sekat ukur untuk saluran terbukad. Dilengkapi dengan penahan cucuran air baku diatas pasir penyaring supaya tidak merusak permukaan pasir2. Saluran Keluaran (outlet)Perencanaan outlet ditentukan sebagai berikut:a. Saluran tertutupb. Dilengkapi dengan katup pengatur debit effluenc. Dilengkapi dengan alat ukur debit, direncanakan dengan standar yang berlaku d. Dilengkapi dengan pipa yang dapat mengalirkan filtrat dari outlet filter yang satu ke outlet filter yang lain. Pipa ini dihubungkan juga dengan pompa pada penampung air bersih (reservoir)e. Dilengkapi dengan bak penampung filtrat, dengan ketentuan bahwa permukaan air pada penampung filtrat minimal 5 cm dan maksimal 10 cm diatas permukaan media penyaring.3. Saluran Pengumpul bawah (underdrain)Perencanaan underdrain ditentukan sebagai berikut :a. Bentuk underdrain dapat berupa : Saluran, diatas saluran dipasang ubin atau batu belah Susunan batu cetak, selab beton pracetak, lantai beton bertulang, balok beton pracetak berlubang dan sebagainya Jaringan pipa manifol-lateral yang diberi lubang pda seluruh badan pipab. Kedalaman minimal 30 cm dan maksimal 50 cmc. Kemiringan antara zona inlet dengan zona outlet minimal 1% dan maksimal 2%d. Lantai dasar4. PelimpahPerencanaan pelimpah ditentukan sebagai berikut:a. Berbentuk saluran terbuka atau tertutupb. Dipasang pada zona inlet filterc. Permukaan ambang pelimpah tepat pada permukaan air maksimum filter yang bersangkutand. Air dari pelimpah dapat dialirkan kedalam tangki khusus, untuk kemudian dipompakan kembali kedalam bak pembagi atau dibuang kebadan air penerima5. PengurasPerencanaan penguras ditentukan sebagai berikut:a. Tampungan air direncanakan sebagai berikut: Dipasang tepat dibawah terjunan inlet dan ditengah kedua sisi memanjang filter Ambang tampungan kurang lebih 30 cm dibawah permukan pasir penyaring maksimum Penampang atas tampungan diberi tutup Dihubungkan denga pipa penguras dan dilengkapi dengan katup/kranb. Air kurasan dapat dialirkan kedalam tangki khusus atau dibuang ke badan air penerima.

D. Pencucian Pasir PenyaringPencucian pasir penyaring direncanakan sebagai berikut:1. Pemilihan tipe pencuci (hidrolik atau manual) tergantung pada kapasitas pasir total yang akan dicuci2. Pencucian cara hidrolik direncanakan sebagai berikut: Luas penampang atas alat pencuci sebesar 1 m2 dapat mencuci pasir sekitar 8 m3/jam Tersedia bak/tangki untuk mencampurkan pasir dengan air pencuci Tersedia pompa dan ejektor untuk mengalirkan campuran air dan ke atas tangki pencuci Kecepatan pembawa air-pasir dari pompa lebih dari atau sama dengan 1,5 m/det Pada dinding bagian tangki pencuci dipasang pintu untuk mengeluarkan pasir yang sudah tercuci bersih Tersedia bak penampung pasir yang sudah dicuci3. Pencucian cara manual direncanakan sebagai berikut : Hanya untuk debit filter kurang dari atau sama dengan 3 l/det Kapasitas pencuci harus dibuat sama dengan kapasitas pasir per filter yang akan dicuci Kedalaman bak pasir efektif maksimal 40 cm Tersedia pompa untuk penyemprotan air pencuci Bak dilengkapi dengan pintu air4. Air buangan dari pencucian dialirkan kebadan penerima air

Gambar : Alternatif Sitem Outlet Saringan Pasir Lambat

Keterangan:1. kran sistem outlet2. kran untuk pengatur pengisian bak dari bagian bawah3. kran sistem outlet4. alat ukur5. pintu pemeriksa debit air6. kran dan pipa filtrat ke reservoarKeterangan:1. indikator debit filtrat2. venturi meter3. kran pengatur debit filtrate4. kran pengatur pengisian bak darii bagian bawah5. kran pengatur filtrat ke reservoir6. pipa penyalur filtrat ke reservoar

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN PROSES SARINGAN PASIR LAMBAT "UP FLOW"1. ManfaatDengan menggunakan teknologi saringan pasir lambat Up Flow, dapat dihasilkan air olahan dengan kualitas yang baik dengan biaya operasional sangat murah. Pengopersiannya sangat mudah dan sederhana2. Proses Pengolahan a. Saringan pasir lambat konvensional (Down Flow)Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih . Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi dengan bahan kimia. Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol. Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipe saringan yakni : Saringan pasir lambat dengan kontrol pada inlet (Gambar 2.1). Saringan pasir lambat dengan kontrol pada outlet. (Gambar 2.2).Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke bawah (down Flow). Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.

Gambar 2.1 Komponen Dasar saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Inlet Keterangan :A. Kran untuk inlet air baku dan pengaturan laju penyaringan B. Kran untuk penggelontoran air supernatantC. Indikator laju airD. Weir inletE. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersihF. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotorG. Kran distribusiH. Kran penguras bak air bersihHal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem saringan pasir lambat antara lain yakni : Bagian Inlet Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam saringan tidak merusak atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur inlet ini biasanya berbentuk segi empat dan dapat berfungsi juga untuk mengeringkan air yang berada di atas media penyaring (pasir).

Lapisan Air di Atas media Penyaring (supernatant) Tinggi lapisan air yang berada di atas media penyaring (supernatant) dibuat sedemikian rupa agar dapat menghasilkan tekanan (head) sehingga dapat mendorong air mengalir melalui unggun pasir. Di samping itu juga berfungsi agar dapat memberikan waktu tinggal air yang akan diolah di dalam unggun pasir sesuai dengan kriteria desain.

Gambar 2.2 Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol OutletKeterangan : A. Kran untuk inlet air baku B. Kran untuk penggelontoran air supernatant C. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersihD. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotorE. Kran pengatur laju penyaringanF. Indikator laju alirG. Weir inlet kran distribusiH. Kran distribusiI. Kran penguras bak air bersihBagian Pengeluaran (Outlet) Bagian outlet ini selain untuk pengeluran air hasil olahan, berfungsi juga sebagai weir untuk kontrol tinggi muka air di atas lapisan pasir.

Media Pasir (Unggun Pasir) Media penyaring dapat dibuat dari segala jenis bahan inert(tidak larut dalam air atau tidak bereaksi dengan bahan kimia yang ada dalam air). Media penyaring yang umum dipakai yakni pasir silika karena mudah diperoleh, harganya cukup murah dan tidak mudah pecah. Diameter pasir yang digunakan harus cukup halus yakni dengan ukuran 0,2-0,4 mm.

Sisten Saluran Bawah (drainage) Sistem saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan serta sebagai penyangga media penyaring. Saluran ini tediri dari saluran utama dan saluran cabang, terbuat dari pipa berlubang yang di atasnya ditutup dengan lapisan kerikil. Lapisan kerikil ini berfungsi untuk menyangga lapisan pasir agar pasir tidak menutup lubang saluran bawah.

Ruang Pengeluaran Ruang pengeluran terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan sekat atau dinding pembatas. Di atas dinding pembatas ini dapat dilengkapi dengan weir agar limpasan air olahannya sedikit lebih tinggi dari lapisan pasir. Weir ini berfungsi untuk mencegah timbulnya tekanan di bawah atmosfir dalam lapisan pasir serta untuk menjamin saringan pasir beroperasi tanpa fluktuasi level pada reservoir. Dengan adanya air bebas yang jatuh melalui weir, maka konsentrasi oksigen dalam air olahan akan bertambah besar. Pengolahan air bersih dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat konvensional ini mempunyai keunggulan antara lain : Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana. Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat konvensiolal tersebut yakni antara lain : Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu pencucian filter menjadi pendek. Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula. Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.Untuk mengatasi problem sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain saringan pasir lambat yakni dengan menggunakan proses saringan pasir lambat "UP Flow (penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas).

b. Sistem Saringan Pasir Lambat Up Flow

Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Ditambah lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air baku yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan "Up Flow" dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa / silika. Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air yang keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa. Diagram proses pengolahan serta contoh rancangan konstruksi saringan pasir lambat Up Flow ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram proses pengolahan air bersih dengan teknologi saringan pasir lambat "Up Flow" ganda.

Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat berfungi sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau pengerukan media penyaringnya, dan dapat dilakukan kapan saja. Saringan pasir lambat "Up Flow" ini mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama dengan saringan pasir yang konvesional. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Kriteria Perencanaan Saringan Pasir lambat Untuk merancang saringan pasir lambat "Up Flow", beberapa kriteria perencanaan yang harus dipenuhi antara lain : Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar dari 10 NTU perlu dilengkapi dengan bak pengendap dengan atau tanpa bahan kimia. Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 M3/M2/Hari. Tinggi Lapisan Pasir 70 - 100 cm. Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm. Tinggi muka air di atas media pasir 90 - 120 cm. Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm. Diameter pasir yang digunakan kira-kira 0,2-0,4 mm Jumlah bak penyaring minimal dua buah.

Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan "Up Flow" dengan media berikil atau batu pecah. Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat Up Flow sama dengan saringan pasir lambat Up Flow terdiri atas unit proses: Bangunan penyadap Bak Penampung / bak Penenang Saringan Awal dengan sistem "Up Flow" Saringan Pasir Lambat Utama "Up Flow" Bak Air Bersih Perpipaan, kran, sambungan dll.

Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

3. PercontohanSalah satu rancangan detail konstruksi sistem saringan pasir lampat Up Flow" dengan kapasitas 100 M3 per hari ditunjukkan seperti pada Gambar 1.a s/d gambar 1.c.

1. Bahan Yang Digunakan Bahan yang digunakan untuk pembuatan percontohan unit pengolahan air bersih dengan proses saringan pasir lambat Up Flow antara lain : Bak penenang manupun bak penyaring dibuat dengan konstruksi beton cor. Perpipaan menggunakan pipa PVC (poly vinyl chloride) diameter 4". Media filter yang digunakan yakni batu pecah (split) ukuran 2-3 cm untuk lapisan penahan, dan pasir sungai/pasir silika untuk lapisan penyaring.

Gambar 1.a : Rancangan alat pengolah air bersih " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas 100 M3/hari. Tampak Atas.

Gambar 1.b : Rancangan alat pengolah air bersih " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas 100 M3/hari. Potongan A -A.

Gambar 1.c : Rancangan " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas 100 M3/hari. Potongan B-B dan C-C.

2. Spesifikasi Percontohan Unit Saringan Pasir Lambat Up FlowSalah satu contoh unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat "Up Flow" adalah unit ala pengolah air yang dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa barat, dengan kapasitas 100 M3/hari seperti ditunjukkan pada gambar desain seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 : Unit Pengolahan Air Bersih dengan Saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow) yang sedang beroperasi. Kapasitas 100 M3/hari. Lokasi : Pesantren La tansa, Lebak, Jawa Barat.

Spesifikasi Alat adalah sebagai berikut : Kapasitas Pengolahan : 100 m3 / hari Bangunan Penyadap : Pipa PCV diameter 4" (berlubang) Bak Penerima / Bak Penenang Awal : 80 cm x 300 cm x 250 cm Saringan Up Flow Awal : Ukuran 200 cm x 300 cm x 225 cm Tebal Lapisan Kerikil : Batu Pecah, ukuran 2-3 cm = 20 cm Batu Pecah, ukuran 1-2 cm = 10 cm Pasir = 70 cm Kecepatan Penyaringan = 16 m3/m2 hari Bak Penenang kedua : 80 cm x 500 cm x 225 cm (2 buah) Saringan Pasir Up Flow kedua : 200 cm x 500 cm x 200 cm (2 buah) Kecepatan Penyaringan : 5 m3/m2 hari Bak Air Bersih : 200 cm x 580 cm x 200 cm ( + 20 m3) Tebal Lapisan Kerikil : Batu Pecah, ukuran 2-3 cm = 20 cm Batu Pecah, ukuran 1-2 cm = 10 cm Pasir = 20 cm Bahan Bangunan : beton semen cor

3. Hasil PengolahanBerdasarkan hasil uji coba alat pengolah air saringan pasir lambat Up Flow yang telah dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat, dengan kapasitas operasi 120 M3/Hari, didapatkan hasil analisa kualias air sebelum dan sesudah pengolahan seperti pada Tabel (1).Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat bahwa dengan teknologi saringan pasir lambat tersebut dapat menurunkan zat besi dari 1,16 mg/lt menjadi 0,36 mg/lt. Konsentrasi ammonium juga turun dari 0,4 mg/lt menjadi tak terdeteksi. Dari hasil analisa air tersebut secara umum dapat diketahui bahwa hasil air olahan dengan saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas tersebut sudah memenuhi syarat sebagai air bersih, dan jika direbus sudah dapat digunakan sebagai air minum sesuai dengan standar kesehatan.4. Operasi dan PerawatanBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengoperasian saringan pasir lambat dengan arah aliran dari atas ke bawah antara lain yakni : Kecepatan penyaringan harus diatur sesuai dengan kriteria perencanaan. Jika kekeruhan air baku cukup tinggi sebaiknya kecepatan diatur sesuai dengan kecepatan disain mimimum (5 M3/M2.Hari). Pencucian media penyaring (pasir) pada saringan awal (pertama) sebaiknya dilakukan minimal setelah 1 minggu operasi, sedangkan pencucian pasir pada saringan ke dua dilakukan minimal setelah 3 - 4 minggu operasi. Pencucian media pasir dilakukan dengan cara membuka kran penguras pada tiap-tiap bak saringan, kemudian lumpur yang ada pada dasar bak dapat dibersihkan dengan cara mengalirkan air baku sambil dibersihkan dengan sapu sehingga lumpur yang mengendap dapat dikelurakan. Jika lupur yang ada di dalam lapisan pasir belum bersih secara sempurna, maka pencucian dapat dilakukan dengan mengalirkan air baku ke bak saringan pasir tersebut dari bawah ke atas dengan kecepatan yang cukup besar sampai lapisan pasir terangkat (terfluidisasi), sehingga kotoran yang ada di dalam lapisan pasir terangkat ke atas. Selanjutnya air yang bercampur lumpur yang ada di atas lapisan pasir dipompa keluar sampai air yang keluar dari lapisan pasir cukup bersih.

Gambar 3 : Foto pada waktu pencucian pasir dengan pemompaan.

5. Keunggulan Saringan Pasir Lambat Up FlowPengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain : Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana. Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir) dilakukan dengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil saringan yang berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci. Dengan demikian pencucian pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan media pasirnya.

BAB IIIUJI KASUS SARINGAN PASIR LAMBAT

Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat Up Flow dan saringan pasir lambat Down Flow terdiri atas unit proses : Bangunan penyadap Bak penampung / bak penenang Saringan awal Saringan pasir utama Bak air bersih Perpipaan, kran, sambungan dll.Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan yang diperlukan.

UJI COBA PILOT PLAN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW KAPASITAS 100 m3 PER HARI 1. Desain Konstruksi Pilot Plan Saringan Pasir Lambat Up FlowUji coba unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat up flow dilakukan dengan mengoperasikan unit alat pengolah air yang telah dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat. Dengan kapasitas 100 m3/hari.

Gambar 3.1 : Rancangan alat pengolah air bersih " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas 100 M3/hari. Potongan A -A.

Gambar 3.2 : Rancangan " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas 100 M3/hari. Potongan B-B dan C-C.Air baku yang digunakan adalah air dari saluran irigasi sekunder. Air sungai dialirkan secara gravitasi melalui bangunan penyadap ke dalam bak penenang pertama, selanjutnya mengalir ke bak saringan awal dengan arah aliran dari bawah ke atas dengan kecepatan pengaliran 16 m3/m2.hari. Air hasil penyaringan dialirkan ke bak penenang ke dua dan selanjutnya masuk ke bak saringan pasir ke dua sistem aliran up flow dengan kecepatan penyaringan 5 m3/m2.hari. Air hasil penyaringan ke dua tersebut ditampung di dalam bak air bersih, selanjutnya dialirkan ke kontraktor dan dialirkan ke konsumen.

Tabel 3.1 Spesifikasi Teknis Pilot Plan Saringan Pasir Lambat Up Flow, Kapasitas 100 m3/hariKapasitas Pengolahan100 m3/hari

Bangunan PenyadapPipa PVC dia. 4'' (berlubang)

Bak Penerima / Bak Penenang Awal80 cm x 300 cm x 250 cm

Saringan Up Flow Awal

Ukuran200 cm x 300 cm x 225 cm

Tebal Lapisan Kerikil :Batu Pecah, ukuran 2-3 cm : 20 cm

Batu Pecah, ukuran 1-2 cm : 10 cm

Pasir : 70 cm

Kecepatan Penyaringan : 16 m3/m2.hari

Bak Penenang Kedua80 cm x 500 cm x 225 cm (2 buah)

Saringan Up Flow Kedua

Ukuran200 cm x 500 cm x 200 cm (2 buah)

Tebal Lapisan Kerikil :Batu Pecah, ukuran 2-3 cm : 20 cm

Batu Pecah, ukuran 1-2 cm : 10 cm

Pasir : 70 cm

Kecepatan Penyaringan : 5 m3/m2.hari

Bak Air Bersih200 cm x 580 cm x 200 cm ( 20 m3)

Bahan BangunanBeton semen cor

Gambar 3.3 : Unit Pengolahan Air Bersih dengan Saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow) yang sedang beroperasi. Kapasitas 100 M3/hari. Lokasi : Pesantren La tansa, Lebak, Jawa Barat

2. Hasil Uji CobaBerdasarkan hasil uji coba alat pengolah air saringan pasir lambat up flow yang telah dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat, dengan kapasitas operasi 100 m3/hari, di dapat hasil analisa kualitas air sebelum dan sesudah pengolahan seperti pada Tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil analisa air baku dan air olahan dengan proses saringan pasir lambat up flowSifat FisikaSatuanAir BakuAir OlahanStandar

1keadaan----

2bau---tak berbau

3rasa---tak berasa

4suhuC27.727.7normal

5kekeruhanNTU28.84.85

6warnaPt-Co250.950

7daya hantar listrikmmhos/cm7579

Sifat Kimia

8pH-6.97.06.5-1500

9jumlah zat padatmg/lt6.56.3-

10karbon diokasida bebasmg/lt---

karbon dioksida agresifmg/lt---

11alkalinitas

a. Phonolphtaleinmg/lt-CaCo3---

b . Total sda24.2--

c. Hidroksidasda---

d. Karbonatsda---

e. Bikarbonatsda---

12kesadahansda--500

13kalsiummg/lt-CaCo35.96.1200

14magnesiumsda17.317.4150

15besi totalmg/lt-Fe1.160.361.0

besi terlarutsda---

16manganmg/lt-Mnnegatifnegatif0.5

17ammoniummg/lt-NH4+0.4ttd-

18nitritmg/lt-NO2negatifnegatif1.0

19nitratmg/lt-NO3--10

20angka permanganatmg/lt1.251.010

21khloridamg/lt-Cl-1.501.55600

22sulfatmg/lt-SO4-1.01.0400

Sumber : www.google.com

Dari hasil analisa air tersebut secara umum dapat diketahui bahwa hasil air olahan dengan saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas tersebut sudah memenuhi syarat sebagai air bersih, dan jika direbus sudah dapat digunakan sebagai air minum sesuai dengan standar kesehatan.

CONTOH DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW KAPASITAS 100 m3 PER HARI1. Kapasitas Pengolahan dan LokasiUnit pengolahan air saringan pasir lambat up flow kapasitas 100 m3/hari (Sarpalam 100 UF) dibangun di Dusun Datar, Kelurahan Padang Cermin, Kecamatan Padang Cermin, Lampung yang mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi 250 KK, khususnya Dusun Datar yang sulit mendapatkan air bersih terutama pada musim kemarau.

2. Perencanaan a. Penentuan Kebutuhan AirKebutuhan air ditentukan dengan cara menghitung jumlah penduduk yang tinggal di daerah pelayanan air bersih. Jumlah kepala keluarga di Dusun Datar adalah 250 KK dengan jumlah penduduk sekitar 1250 jiwa. Kebutuhan air bersih wilayah pedesaan sekitar 45 lite tiap hari, sehingga diperlukan unit pengolahan air minimal sebesar 56.250 liter tiap hari. Oleh karena itu, dengan pertimbangan air baku yang ada, maka dibutuhkan pengolahan air sebesar 100 m3/hari.

b. Survey Sumber Air dan lokasi Unit Pengolahan AirHasil dari survey menunjukkan bahwa sumber airyang terbaik yang ada di Dusun Datar, sebelah utara kecamatan Padang Cermin. Kualitas airnya sangat baik, debitnya cukup besar yaitu berkisar 250-300 liter tiap detik. Sumber air ,erupakan cabang dari Sungai Way Sanggi yang dipergunakan untuk irigasi tanah persawahan di Dusun Datar. Pengambilan air sebesar 1.15 lt/detik diperkirakan tidak mengganggu kebutuhan air untuk irigasi persawahan. Sungai Sanggi tidak pernah kering sepanjang tahun dan jarak dari lokasi sumber air ke lokasi adalah 300 meter dengan perbedaan tinggi berdasarkan hasil pengukuran dengan beda tinggi berdasarkan hasil pengukuran dengan waterpass adalah 4.5 meter. Panjang jaringan distribusi direncaakan pada tahap ini hanya sepanjang 150 meter. Untuk pengembangan selanjutnya akan dilakukan secara bertahap oleh pengelola air bersih.

c. Proses, Sistem, dan Standar Desain Proses pengolahanDi dalam sistem pengolahan ini, proses pengolahan yang utama adalah penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 4-6 m3/m2.hari. Adapun proses yang terjadi pada saringan pasir lambat adalah sebagai berikut : Apabila air dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat anorganik pada media filternya, maka terbentuk lapisan biologis. Dengan terbentuknya lapisan ini maka disamping proses penyaringan secara fisika terjadi pula penghilangan kotoran (impuritis) secara biokimia. Dengan demikian zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan. Hasil dengan cara ini mempunyai kualitas yang baik.Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya mempunyai kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena proses pengendapan tanpa bahan kimia

Sistem Untuk mengatasi masalah kebuntuan terutama pada saat tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak terlalu besar, perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan yaitu bak pengendap awal berupa saringan up flow dengan media berkerikil atau bau pecah, dan pasir kwarsa/silika. Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (up flow) juga. Air yang keluar dari bak saringan pasir tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa.Jika saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya sistem pengurasan ini, air bersih berada di atas lapisan pasir yang dapat berfungsi sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat tersebut dilakukan tanpa pengeluaran atau pengerukan media penyaringnya dan dapat dilakukan kapan saja. StandardStandar desain kecepatan penyaringan adalah berkisar 5-10 m3/m2.hari. Kapasitas desain unit ini adalah 100 m3/hari.Desain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survey lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat terdiri atas unit proses: Bangunan penangkap air Bak pengendap dan saringan awal Bak pengendap dan saringan tengah Bak penampung air bersih Sistem pencucian Sistem distribusi Sistem disinfeksiTabel 3.3 Standar desain unti saringan pasir lambat up flowSARINGAN PASIR PERTAMA

KECEPATAN PENYARINGAN : 6 m3/m2/hari

TEBAL SARINGAN TOTAL : 1.00 m

TEBAL SARINGAN PASIR : 0.70 m

TEBAL SARINGAN KERIKIL : 0.30 m

UKURAN PASIR : 0.5-1.0 mm - Kasar

UKURAN KERIKIL : 2-3 Cm

DIMENSI : 4.5 m x 6.4 m

DIMENSI FILTER : 2 X (3.5 m x 2.9 m )

SARINGAN PASIR KEDUA

KECEPATAN PENYARINGAN : 4 m3/m2/hari

TEBAL SARINGAN TOTAL : 1.00 m

TEBAL SARINGAN PASIR : 0.70 m

TEBAL SARINGAN KERIKIL : 0.30 m

UKURAN PASIR : 0.2-0.5 mm Halus

UKURAN KERIKIL : 2-3 Cm

DIMENSI : 6 m x 6.4 m

DIMENSI FILTER : 6 X (6 m x 2.1 m )

d. Desain Kontruksi

Gambar 3.4 Unit Sarpalam 100 UF dilihat dari bagian samping

Gambar 3.5 Unit Sarpalam up flow dilihat dari bagian atas

Penampang melintang unit sarpalam up flow terbagi atas 4 sekat. Sekat pertama merupakan tempat masuknya air baku. Pada bagian ini permukaan air paling tinggi dibandingkan di bagian lain, sehingga tekanan air pada filter juga kuat. Sedimen atau partikel-partikel besar akan mengendap pada bagian bawah ini dan secara berkala mudah untuk dibersihkan, dengan cara membuka kran serta menyapu lantai dengan sapu lidi, dengan bantuan semprotan air disebelahnya. Sekat pertama ini dilengkapi dengan kran pengatur air baku dan pipa luapan. Sekat kedua melalui bagian bawah. Butiran media pasir pada bagian ini lebih kasar dibandingkan pasir pada sekat tiga. Desain kecepatan untuk sekat dua adalah 6 m/hari. Air dari sekat dua masuk ke sekat tiga melalui bagian tengah dan bergerak ke arah samping, kemudian naik ke atas. Pada bagian ini didesain kecepatan aliran adalah 4 m/hari. Sekat keempat adalah tempat air hasil olahan yang siap didistribusikan ke konsumen.Ukuran lebar 6.50 m, panjang 14 meter dan ketinggian berkisar 2.10-2.70 m. Konstruksi beton. Untuk memudahkan di dalam pemeliharaan unit terbagi menjadi dua, masing-masing lengkap dengan sistemnya sendiri-sendiri.

3. Sistem DistribusiJaringan distribusi utama menggunakan pipa PVC dengan diameter 3 sepanjang 270 m. Distribusi dilakukan secara gravitasi.

a. Kualitas AirKualitas air ditinjau dari Permenkes No.416/Menke/Per/IX/1990tentang persyaratan kualitas air minum sudah baik. Hanya saja bila musim hujan tiba sering terjadi banjir dan kekeruhannya bertambah. Dalam kondisi banjir kran pengatur laju air baku dapat dikecilkan, sehingga proses penyaringan tidak dipaksakan dan airnya hasil olahan lebih jernih. Jika kran pengatur terlalu besar, maka pasir pada saringan pertama atau kedua akan terangkat oleh aliran air. Hasil analisa dapat dilihat dari Tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.4 Hasil analisa kualitas air baku, filter-1 dan filter-2NoParameterUnitPermenkes No.416/1990SARPALAM 100 UF

Air BakuFilter-1Filter-2

IFISIKA

1suhuCudara 3C26.526.526.4

2warnaPt.Co-533

3rasa--tidaktidaktidak

4bau--tidaktidaktidak

5daya hantar listrikmhos/cm-55.050.047.0

6padatan terlarut totalmg/l100037.033.031.0

7kekeruhanNTU50.170.160.13

IIKIMIA

1pH-6.6 - 8.56.406.606.80

2alkalinitas phenolphtaleinmg/l-CaCo3-ttdttdttd

3alkalinitas totalmg/l-CaCo3-35.6435.6435.64

4CO2 bebasmg/l-2.771.98ttd

5kloridamg/l2502.801.400.60

6kesadahan kalsiummg/l-CaCo3-14.0013.2010.40

7kesadahan totalmg/l-CaCo350050.0024.0016.68

8kalsium (Ca)mg/l-5.605.284.16

9magnesium (Mg)mg/l-8.754.553.07

10nilai permanganatmg/l-KMnO4-5.061.901.26

11amoniak bebasmg/l-0.0350.025ttd

12nitrogen nitritmg/l1ttdttdttd

13nitrogen nitratmg/l100.403ttdttd

14besi (Fe)mg/l0.3ttdttdttd

15sulfatmg/l4002.4171.9690.982

Sumber : www.google.com

b. Pengelolaan Unit Sarpalam up flow ini dikelola oleh masyarakat, khususnya masyarakat pemakai air. Pemilihan pengurus dilakukan oleh warga dan keuangan dibukukan secara transparan. Iuran lebih ditujukan kepada biaya pemeliharaan dan operator. Biaya penyambung rata-rata sebesar Rp. 100.000,- tiap keluarga dan iuran bulanan sekitar Rp. 5.000,-. Dengan jumlah pelanggan sebanyak 150 KK berarti ada pemasukkan sebesar Rp. 750.000,- tiap bulan. Jumlah ini sudah lebih dari cukup untuk pemeliharaan Sarpalam.

BAB IVPENUTUP

Aspek yang paling menarik dari sistem saringan pasir lambat adalah pengoperasiannya sederhana, mudah dan murah.Apabila konstruksi saringan dirancang sesuai dengan kriteria perencanaan, maka alat ini dapat menghasilkan hasil yang baik dan murah. Di dalam proses saringan pasir lambat ini selain terjadi penyaringan secara fisik juga terjadi proses biokimia. Mikroorganisme yang hidup dan menempel pada permukaan media menyaring dapat menguraikan senyawa organik, amonium serta senyawa mikro polutan lainnya. Selain itu dengan proses saringan pasir lambat juga dapat menurunkan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku. Sistem saringan pasir lambat ini sangat sesuai diterapkan di daerah pedesaan di negara- negara berkembang, khususnya di Indonesia, karena sistem ini cukup sederhana baik dari segi konstruksi operasionalnya , serta biaya operasinya sangat murah. Di samping itu, sistem saringan pasir lambat ini dapat dirancang mulai dari kapasitas yang kecil sampai kapasitas yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Annonimous, "Design Criteria For Waterworks Facilities", Japan Water Works Association, 1978.2. Tambo, N., and Okasawara, K., "Jousui no Gijutsu", Gihoudo Shuppan, Tokyo, 1992.3. Viessman, W. JR.and Hammer, "Water Supply And Pollution Control", Fourth Edition, Harper & Row Publishers, New York, 1985.

Tabel 1 : Hasil Analisa Air Baku dan Air OlahanNo.Sifat FisikaSatuanAir BakuAir OlahanStandar

1Keadaan----

2Bau---tak berbau

3rasa---tak berasa

4SuhuoC27,727,7normal

5KekeruhanNTU28,84,85

6WarnaPt-Co250,950

7Daya Hantar Listrikmmhos/cm7579

Sifat Kimia

8pH-6,97,06,5 - 9,0

9Jumlah Zat Padatmg/lt65631500

10Karbon dioksida bebasmg/lt---

Karbon dioksida agresifmg/lt---

11Alkalinitas :-

a. phonolphtaleinmg/lt CaCO3---

b. Totalsda24,224,6-

c. hidroksidasda---

d. karbonatsda---

e. bikarbonatsda---

12Kesadahansda--500

13Kalsiummg/lt -CaCO35,96,1200

14Magnesiumsda17,317,4150

15Besi Totalmg/lt-Fe1,160,361,0

Terlarutsda---

16Manganmg/lt-Mnnegatipnegatip0,5

17Ammoniummg/lt-NH4+0,4ttd-

18Nitritmg/lt-NO2negatipnegatip1,0

19Nitratmg/lt-NO3--10

20Angka Permanganatmg/lt1,251,010

21Khloridamg/lt-Cl-1,501,55600

22Sulfatmg/lt-SO4-1,01,0400

LAMPIRAN GAMBAR

Pembangunan bak penyaringan

Konstruksi beton penyangga media penyaring

Pengisian lapisan kerikil

Bak penenang ke dua

Pengisian media pasir ke dalam bak penyaringan

Saluran irigasi yang digunakan sebagai air baku yang akan diolah.

Bak penenang awal

Bak penenang ke dua

Bentuk alat pembubuh khlorine atau kaporit (bentuk tablet).

Unit pengolahan air bersih dengan proses saringan pasir lambat "Up Flow" yang sedang beroperasi

BAHANBahan atau media yang digunakan yakni : Pasir silika, digunakan untuk media saringan atau filter pasir.

Kerikil, digunakan sebagai lapisan penahan pada filter pasir, filter mangan zeolit maupun filter karbon aktif.

Mangan zeolit, digunakan untuk media filter manggan zeolit yang berfungsi untuk menghilangkan zat besi atau zat mangan.

Karbon aktif butiran (granular), digunakan untuk media filter karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap polutan mikro yang ada di dalam air atau untuk menyerap zat warna dan bau.

Kaporit, digunakan untuk mengoksidasi zat besi atau zat mangan menjadi bentuk oksida yang tak larut dalam air, sehingga dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.

Makalah Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM)