luka bakar thermal

Upload: fadillah-n-herbuono

Post on 30-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

erosi pada mata akibat thermal burn

TRANSCRIPT

Laporan KasusTRAUMA THERMAL

Oleh:

Fadillah Nur Herbuono

030.06.085

Pembimbing:dr. Sihol Enades, Sp.M

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RSAL dr. MINTOHARDJO

PERIODE 6 MEI 2013 8 JUNI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTABAB ISTATUS PASIENI. Identitas

Nama: Tn. J

Usia: 42 tahun

Jenis Kelamin: Laki - laki

Agama: Islam

Alamat: Pancoran Barat 9A, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Pekerjaan: Tukang kabelStatus pernikahan: MenikahII. Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan di poli mata RS Sukmul Sisma Medika tanggal 23 Mei 2013, pukul 20.00 WIBKeluhan Utama

Nyeri pada kedua mata sejak 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan

Sulit membuka mata, mataa bengkak, merah, panas, terus-menerus berair, gangguan penglihatan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dikonsulkan ke poli mata setelah sehari sebelumnya dirawat akibat terkena luka bakar pada daerah wajah. Pasien datang dengan keluhan kedua matanya nyeri sejak 1 hari yang lalu terutama ketika membuka mata. Pasien juga mengeluhkan sulit untuk membuka mata, kedua matanya bengkak, merah, terasa panas, terus-menerus berair, penglihatannya buram dan silau ketika melihat cahaya terang. Pasien menyangkal adanya keluar kotoran dari mata. Keluhan mulai dirasakan setelah pasien terkena percikan api dari arah depan yang tiba-tiba keluar dari kabel listrik yang sedang disambungnya saat bekerja lapangan. Saat bekerja pasien tidak pernah mematikan terlebih dahulu aliran listriknya, pasien juga tidak memakai alat pelindung diri.

Tidak ada riwayat keluarnya darah dari mata pasien. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Tidak menggunakan kacamata sebelumnya. Riwayat trauma, alergi, dan gangguan penglihatan sebelumnya pada kedua mata disangkal.

Pasien sebelumnya belum pernah mengobati lukanya, hanya mengkompresnya dengan air biasa sewaktu dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dan operasi sebelumnya pada kedua mata disangkal. Hipertensi (-), DM (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

-

Riwayat Kebiasaan

Merokok (+), alkohol (-), konsumsi obat-obatan tertentu (-).

III. Pemeriksaan Fisik

- Status Generalisata:

Keadaan umum/kesadaran: Tampak sakit sedang/compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 85x/menit

Suhu

: 36,5 C

Pernapasan

: 22x/menit

Kepala

: Normocephali

Wajah

: Luka bakar derajat 1, area muka dan mata 7%

Mata

: (Lihat status oftalmologis)

Telinga

: Normotia, serumen -/-, sekret -/-

Hidung

: Septum deviasi -/-, sekret -/-

Leher

: Trakea letak di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

Jantung

: Tidak ada kelainan

Paru

: Tidak ada kelainan

Abdomen

: Tidak ada kelainan

Extremitas

: Tidak ada kelainan

- Status Oftalmologis: Oculi DextraPemeriksaanOculi Sinistra

6/15Visus6/15

OrtophoriaKedudukan bola mataOrtophoria

Bola mata baik bergerak ke segala arahPergerakan bola mataBola mata baik bergerak ke segala arah

Ptosis (-), Lagoftalmus (-), Edema (+), Hematoma (-), Blefaritis (-), Hordeolum (-), Kalazion (-), Enteropion (-), Ekteropion (-), Trikiasis (-), Distrikiasis (-)PalpebraPtosis (-), Lagoftalmus (-), Edema (+), Hematoma (-), Blefaritis (-), Hordeolum (-), Kalazion (-), Enteropion (-), Ekteropion (-), Trikiasis (-), Distrikiasis (-)

Hiperemis (+), Kemosis (+), Anemis (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatriks (-)Konjungtiva tarsalisHiperemis (+), Kemosis (+), Anemis (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatriks (-)

Hiperemis (+), Kemosis (+), Sekret (-)Konjungtiva forniksHiperemis (+), Kemosis (+), Sekret (-)

Injeksi konjungtiva (+), Injeksi siliar (+), Subkonjungtival Bleeding (-), Pingekuela (-), Pterigium (-)Konjungtiva bulbiInjeksi konjungtiva (+), Injeksi siliar (+), Subkonjungtival Bleeding (-), Pingekuela (-), Pterigium (-)

Ikterik (-), Injeksi episklera (-)SkleraIkterik (-), Injeksi episklera (-)

Jernih, Edema (+), Erosi (+) luas 6x6mm, Ulkus (-), Infiltrat (-), Sikatrik (-)KorneaJernih, Edema (+), Erosi (+) luas 6x6mm, Ulkus (-), Infiltrat (-), Sikatrik (-)

Dalam, Jernih, Hifema (-), Hipopion (-), Sel flare (-)COADalam, Jernih, Hifema (-), Hipopion (-), Sel flare (-)

Warna cokelat, Kripti baik, Atrofi (-), Neovaskular (-)IrisWarna cokelat, Kripti baik, Atrofi (-), Neovaskular (-)

Tepi reguler, Bentuk bulat, Sentral, Isokor, Ukuran 5mm, RCL (-), RCTL (-)PupilTepi reguler, Bentuk bulat, Sentral, Isokor, Ukuran 5mm, RCL (-), RCTL (-)

JernihLensaJernih

JernihVitreus humourJernih

Refleks fundus (+), Papil bulat batas tegas, warna kuning kemerahan, CDR 0,3, A/V 2/3FunduskopiRefleks fundus (+), Papil bulat batas tegas, warna kuning kemerahan, CDR 0,3, A/V 2/3

Normal/palpasiTIONormal/palpasi

PositifTest FluoreseinPositif

IV. Resume

Pasien laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan kedua matanya nyeri sejak 1 hari yang lalu terutama ketika membuka mata, juga mengeluhkan sulit untuk membuka mata, kedua matanya bengkak, merah, terasa panas, terus-menerus berair, penglihatannya buram dan silau ketika melihat cahaya terang setelah pasien terkena percikan api dari arah depan yang tiba-tiba keluar dari kabel listrik yang sedang disambungnya. Tidak terdapat keluar kotoran dari mata. Tidak ada darah yang keluar.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka bakar derajat 1 pada area wajah dan mata 7%. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus OD 6/15 dan OS 6/15, edema pada palpebra, kemosis konjungtiva, konjungtiva hiperemis, terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, edema dan erosi dengan luas 6x6mm pada kornea, pupil midmidriasis pada kedua mata. Tes fluoresein pada kedua mata positif.V. Diagnosis Kerja

ODS post trauma thermal

VI. Penatalaksanaan

Non-medikamentosa:

Bedrest

Edukasi untuk sebisa mungkin tidak menggerakkan matanya untuk mempercepat proses penyembuhan

Medikamentosa:

Cendo lyteers 6 dd gtt 1 ODS Cendo floxa 6 dd gtt 1 ODS

Hyalux

SA 1% 3 dd gtt 1 ODSVII. Prognosis

Ad vitam: bonam

Ad functionam: dubia ad bonam

Ad sanationam: dubia ad bonamBAB IIANALISA KASUS

Telah dilaporkan pasien Tn. J usia 42 tahun dengan ODS post trauma termis dan luka bakar grade 1 pada daerah wajah. Diagnosis ditegakkan dari anamnesa kedua mata pasien nyeri sejak 1 hari yang lalu terutama ketika membuka mata setelah terkena percikan api dari arah depan sebelum masuk rumah sakit. sulit untuk membuka mata, kedua matanya bengkak, merah, terasa panas, terus-menerus berair, penglihatannya buram dan silau ketika melihat cahaya terang. Dari literatur didapatkan manifestasi yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain:

a. Nyeri

b. Mata merah

c. Tanda-tanda iritasi

d. Keluarnya air mata yang berlebihan

e. Ketidakmampuan mempertahankan membuka kelopak mata

f. Merasa ada sesuatu pada mata

g. Pembengkakan kelopak mata

h. Penglihatan kaburPemeriksaan fisik didapatkan luka bakar derajat 1 pada area wajah dan mata dengan luas 7%, pada pemeriksaan refraksi terdapat penurunan visus OD hingga 6/15 dan OS juga hingga 6/15, dan pada pemeriksaan dengan menggunakan loop dan slit lamp didapatkan edema pada palpebra, kemosis konjungtiva, konjungtiva hiperemis, terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, edema dan erosi dengan luas 6x6mm pada kornea, pupil midmidriasis. Tes fluoresein yang dilakukan pada kedua mata menunjukkan hasil positif.

Penurunan visus pada pasien disebabkan adanya kerusakan pada kornea yang merupakan media refraksi. Panas dan nyeri pada mata pasien disebabkan oleh rangsangan panas pada ujung-ujung saraf kornea dan konjungtiva. Rangsangan ini juga meningkatkan sekresi kelenjar lakrimal sehingga terjadi epifora. Jaringan orbita yang terkena rangsangan mengalami inflamasi. Inflamasi pada palpebra menyebabkan edema palbebra dan blefarospasme akibat nyeri. Inflamasi pada konjungtiva menyebabkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang tampak sebagai injeksi konjungtiva dan injeksi siliar. Akibat rangsangan panas juga terjadi luka bakar pada konjungtiva. Kornea mata pasien mengalami kerusakan jaringan berupa erosi pada sebagian permukaannya. Inflamasi pada iris dan rangsangan ujung saraf kornea menyebabkan dilatasi pembuluh darah iris dan kontraksi iris sehingga pupil pasien tampak midmidriasis, refleks pupil negatif, dan pasien mengalami fotofobia.Setelah sehari sebelumnya dilakukan debridement jaringan yang sudah tidak vital, Terapi yang diberikan pada pasien ini sebagai berikut.

Cendo Lyteers untuk lubrikasi permukaan okuler sebagai proteksi jaringan.

Cendo Floxa ed 61 ODS merupakan antibiotik topikal mengandung ofloxacin untuk mencegah infeksi sekunder.

SA 1% 31 ODS sebagai sikloplegik untuk merelaksasikan badan siliar sehingga mengurangi nyeri dan mencegah sinekia posterior. Hyalux mini eye drop mengandung sodium hyaluronate biasa digunakan untuk pengobatan pada mata kering sebagai lubrikasi.Prognosis pada pasien inidubia at bonamkarena kerusakan kornea tidak menyeluruh, visus mata yang mengalami trauma mungkin dapat kembali normal bila kornea sudah mengalami perbaikan. Secara kosmetik, hasilnya mungkin akan kurang baik karena adanya luka bakar pada bagian wajah.BAB IIITINJAUAN PUSTAKATRAUMA BAKAR

1. Definisi

Trauma bakar adalah trauma yang merupakan jenisluka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas yang tinggi, sumberlistrik, bahan kimiawi,cahaya, radiasi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringanotot,tulang, pembuluh darahdanjaringan epidermalyang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk di antaranya kondisi shock,infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (imbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) danpsikologisyang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).

2. Etiologi

- Panas (misalapi,airpanas, uap panas)

- Radiasi

- Kimia3. Klasifikasi-TraumaBakar KimiaTrauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern. Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk trauma asam dan trauma basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak dan menembus kornea. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat. Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu, seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik dan asam berat.

Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk: Trauma asam

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organic anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang akan diakibatkannya akan lebih dalam. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Trauma akibat asam normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu. Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3%, sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0,5% atau buffer asam asetat pH 4,5% untuk menetralisir. Trauma basa atau alkali

Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat parah pada mata. Alkali akan menembus kornea dengan cepat, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran bahan kolagen jaringan kornea. Bahan kimia alkali mengkoagulasi sel dan membuat terjadinya proses penyabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam : Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata

Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea

Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea

Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan secepat mungkin, bila mungkin irigasi dilakukan selama 60 menit segera setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, dan EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.

-TraumaBakar ThermalTrauma bakar ini biasanya diakibatkan oleh api. Penyebab lainnya dapat berupa rokok, cairan panas, logam leleh, atau baru-baru ini alat untuk menata rambut. Gejala yang biasa timbul adalah nyeri, mata merah, penurunan tajam penglihatan. Tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik berupa luka bakar pada kulit di sekitar mata dan kelopak mata, injeksi konjungtiva, kemosis, infiltrat, kerusakan epitel yang luas pada kornea, area berwarna putih pada epitel yang terbakar. Pada kasus yang berat dapat terjadi reaksi pada bilik mata depan, kabut pada kornea, edema kornea, iskemia sklera, perforasi.Prinsip terapi pada luka bakar termal adalah untuk meringankan rasa tidak nyaman, mencegah inflamasi lebih lanjut, ulserasi maupun perforasi yang diakibatkan oleh infeksi sekunder, meminimalis bekas luka dan dampak yang dihasilkan. Terapi biasanya dimulai dengan melepas benda asing yang menempel, debridement jaringan yang sudah tidak vital, pemberian antibiotik topikal untuk lubrikasi permukaan okuler sebagai proteksi jaringan dan mencegah infeksi sekunder, pemberian sikloplegia untuk mengistirahatkan badan siliar dan meminimalkan radang, pemberian kortikosteroid topikal untuk mengurangi inflamasi, mencegah pembentukan symblepharon selama 1-2 minggu, perlu diingat bahwa itu dapat menyebabkan corneal melting. Pemasangan bebat tekan, lateral tarsorrhaphy/amniotide membrane graft, harus dipertimbangkan pada kerusakan epitel luas. Apabila terjadi kerusakan kornea, maka biasanya tidak perlu dilakukan bebat tekan karena adanya pembengkakan kelopak yang ekstensif. Tarsorafi dan ruang basah yang dibuat dari plastik dapat melindungi kornea. Komplikasi dapat berupa sikatriks kornea, iregular astigmatisma, penurunan visus, atau keratitis.

Prognosis tergantung dari keparahan luka, terutama penyebab trauma dan durasi lamanya kontak dengan penyebab. Kontak singkat akan mempunyai prognosis yang lebih baik. Sedangkan pada logam leleh prognosisnya cenderung buruk karena dapat menembus kornea dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Jika kelopak mata terkena kerusakan dan menyebabkan masalah eksposur akan terjadi kesulitan dalam penyembuhan kornea dan membutuhkan waktu yang sangat lama.-Trauma Bakar RadiasiTrauma radiasi yang sering ditemukan adalah :

Trauma sinar infra merah

Akibat sinar infra merah dapat terjadi saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infra merah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluakan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak satu kaki selama 1 menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya melebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik naik sebanyak 9C. demikian pula iris yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya.

Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan ekspoliasi kapsul lensa. Selain itu sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superpisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Bergantung akibat beratnya lesi akan terdapat skotoma sementara ataupun permanen. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini. Steroid sistemik dan local deberikan untuk mencegah terbentuknya jaringa parut pada macula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

Trauma sinar ultraviolet (sinar las)

Sinar ultraviolet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 Nm. Sinar ultraviolet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari diatas salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar ultraviolet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada retina dan lensa tidak akan terlihat secara nyata. Kerusakan ini akan membaik setelah beberapa waktu dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan sekitar 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata terasa kelilipan atau kemasukkan pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrate pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan pada uji fluoresein positif. Pupil akan terlihat miosis, tajam penglihatan akan terganggu. Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika local, analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

Sinar ionisasi dan sinar X

Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk :

Sinar alfa yang dapat diabaikan

Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan.

Sinar gama

Sinar X

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energy dan tipe sinar, lensa yang lebih mudah dan lebih peka. Akibat dari sinar ini pada lensa terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes mellitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat.

Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakkan yang permanen sehingga sukar untuk diobati. Biasanya akan terlihat keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat dapat mengakibatkan parut konjungtifa atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topical dan steroid 3x sehari dan sikloplegik 1x sehari bila terjadi semblafaron pada konjungtiva dilakukan tindak pembedahan.Derajat luka bakar secara umum

1. Kepala dan leher : 9%

2. Ekstremitas atas kanan : 9%

3. Ekstremitas atas kiri : 9%

4. Ekstremitas bawah kanan : 18%,

5. Ekstremitas bawah kiri : 18%

6. Badan bagian depan : 18%

7. Badan bagian belakang : 18%

8. Genetalia : 1 % Grade IKerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut. Grade IIKerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi. Grade IIIKerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).4. PenatalaksanaanPenanganan Trauma Thermal

Daerah kulit diperlakukan seperti luka bakar

Bila terjadi karena percikan besi diperlakukan seperti trauma zat kimia

Untuk mendinginkan suhu dengan Cryosurgery

Debridement jaringan yang sudah tidak vital Untuk mejaga mata tetap basah diberikan air mata buatan

Pemberian antibiotik topikal Pemberian sikloplegia Pemberian kortikosteroid topikal Pemasangan bebat tekan, lateral tarsorrhaphy/amniotide membrane graft Bila terjadi jaringan parut dilakukan tindakan bedah

Penanganan Luka Bakar secara umum :

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong.

Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus selama 20 menit atau lebih.

Lepaskan pakaian dan perhiasan. Jika pakaian melekat gunting sekitarnya, jangan memaksa untuk melepas bagian yang melekat tersebut.

Lakukan penilaian dini. Atasi semua masalah yang mengancam jiwa. Bila ada berikan oksigen sesuai protokol.

Tentukan derajat berat luka bakar selama pemeriksaan fisik.

Hitung derajat, luas permukaan tubuh terkena lokasi luka bakar dan faktor komplikasi. Jangan lupa cari kemungkinan cedera lain.

Tutup luka bakar. Gunakan penutup luka steril atau lembaran penutup luka bakar steril sekali pakai, jangan memecahkan gelembung. Jangan gunakan lemak, salep, cairan antiseptic atau es pada luka bakar.

Jika luka bakar mengenai mata, pastikan kedua mata ditutup. Bila yang terbakar jari-jari maka masing-masing jari dibalut terpisah.

Jagalah suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain yang perlu.

Rujuk ke fasilitas kesehatan.Penanganan Luka Bakar secara Khusus :

Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasangEndotracheal Tube(ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.

Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae

Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.

Manajemen cairan

Pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter, formula baxter :

-Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar

-Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam berikutnya

PengelolaanNyeriNyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam-jam pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv). Antibiotika Sistemik Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya berkembang setempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada luka bakar maka penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine. Antibiotika pilihan adalah cephalosporin generasi pertama (cefazolin, cephapirin dan cephalotin). Generasi ketiga khususnya ceftazidim mempunyai efektifitas besar terhadap pseudomonas PembedahanBila trauma bakar merusak jaringan, dapat dilakukan transplantasi kornea, namun bila trauma bakar mengakibatkan kerusakan yang parah dapat menyebabkan kebutaan permanen. NutrisiDukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar

5. Komplikasi Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Fase Subakut: infeksi dan sepsis Fase Lanjut: parut hipertropikDAFTAR PUSTAKA1. Rihawi, S., Frentz, M., Schrage, NF. 2006. Emergency Treatment of Eye Burns: which rinsing solution should we choose?.Graefes Arch Clin Exp Ophtalmology244: 845-854.

2. Kuhn F, Morris R, Witherspoon CD. 1995.BETT: The Terminology of Ocular Trauma3. Ilyas, Sidharta. 2011.Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Hal 259-276. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

4. Socransky SJ. 2003.Ocular burn management and eye irrigation. In: Reichman, Eric, and Robert R. Simon. Emergency Medicine Procedures. New York : McGraw-Hill

5. Kuckelkorn R, Kottek A, Schrage N & Reim M. 1995. Poor prognosis of severe chemical and thermal burns. The need for adequate emergency care and primary prevention.Int Arch Occup Environ Health; 67:281284

6. Kenneth, C. 2002. Emergency Ophthalmology, a Rapid Treatment Guide. Boston Medical Publishing Division7. Kimi, T, Khosla-Gupta, BA. 2002.Chemical and thermal injuries to the ocular surface. In: Holland, EJ, Mannis. Ocular Surface Disease Medical and Surgical Management. New York: Springer8. Sharma, A, Smilkstein, MJ, Fraufelder, FW. 2006.Ophthalmic principles. In: Goldfranks toxicologic emergencies. New York : McGraw-Hill

9. Vaughan, D.G., Asbury, A., Riordan-Eva, P. 2002.Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.

10. James B, Chew C dan Bron A. 2010.Eye Injury. Available at http://www.losangeleyeinjury.com. Diakses tanggal 26 Mei 201311. McGwin G, Xie A, Owsley C. 2005.Occular Trauma. Available athttp://www.emedicine.com. Diakses tanggal 26 Mei 201312. Rhobson, Joe. 2008.Occular Trauma Management. Available athttp://.opt.pacificu.edu. Diakses tanggal 26 Mei 201313. Melsaether, CN, Rosenm, CL. Burns, Ocular. 2009. EMedicine: The Continually Updated Clinical Reference. Available at http://emedicine.medscape.com/article/7986966. Diakses pada tanggal 26 Mei 2013.9