luka bakar kimia - long case

Upload: rizki-setiawan

Post on 12-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

luka bakar

TRANSCRIPT

BAGIAN ILMU BEDAHLONG CASEFAKULTAS KEDOKTERANNOVEMBER 2013UNIVERSITAS HASANUDDIN

LUKA BAKAR KIMIA

Disusun Oleh :Michele Wijaya Oey(C 111 08 163)Dwicky Limbersia Aries (C 11I 09 376)Nunung Angreani Risman (110 206 003)Ruswati(110 204 053)

Supervisor:Dr. Fonny Josh, Sp.B, Sp.BP

PADA BAGIAN ILMU BEDAH SUBDIVISI BEDAH PLASTIKFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2013LUKA BAKAR KIMIA

PENDAHULUAN Luka bakar zat kimia (chemical burn)adalah luka bakar yang disebabkan - adanya kontak antara jaringan kulit dengan zat kimia terutama asam atau basa kuat. Luka bakar kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia yang disebabkan oleh paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan bahan kimia atau uapnya. Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung dengan jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+), dan basa didefinisikan sebagai akseptor proton (OH-).Variasi luas dari kimia mungkin menyebabkan luka bakar kutaneus dan okular dan juga efek sistemik baik dari absorpsi maupun inhalasi,yang paling membutuhkan penanganan medis dan atau terapi bedah. Diberikan agen alami yang terlibat dan tipe dari luka (kedalaman, luka pada paru, keterlibatan mata, dsb). Mereka memproduksi kehilangan yang relevan pada waktu bekerja. Sekuel untuk jangka panjang, sayangnya bukan hal yang biasa terjadi.Lebih dari 25.000 bahan kimia umumnya digunakan dalam industri, agrikultur, pembersh rumah dan lainnya, dan banyak dari mereka yang telah diidentifikasi potensial menyebabkan luka bakar. Hal ini membuat luka bakar kimia merupakan risiko yang penting dalam pengaturan rumah tangga dan industri. Pengetahuan tentang bahaya potensial pada agen ini sangat rendah dalam pengaturan rumah tangga, dimana di industri hal ini sering disalahartikan. Beberapa tahun yang lalu, dideteksi adanya peningkatan dalam menggunakan agen kimia dalam keterlibatan agresi pada kekerasan dalam rumah tangga, utamanya pada wanita, menggunakan mereka pada wajah dan tubuh, dengan kepentingan yang selanjutnya dan meninggalkan sisa-sisa luka bakar, tetapi penggunaan bahan kimia yang bersifat kriminal untuk menyerang yang lainnya bukan merupakan hal yang biasa terjadi. Di lain pihak, ketidakseimbangan internasional pada beberapa area di dunia dengan banyaknya angkatan bersenjata telah meningkatkan penggunaan dan ancaman dari bahan kimia. Ada tinjauan dalam beberapa tahun terakhir yang telah menunjukkan predominansi dari luka yang disebabkan oleh fosforus putih. Variasi dari agen kimia yang sangat meluas dimana tinjauan pendek ini tidak dapat menggambarkan semua agen dan penanganannya, tetapi kita dapat menyediakan prinsip-prinsip umum untuk penanganan dari luka bakar kimia. Fakta bahwa mereka hanya menghadirkan kembali sekitar 3% dari semua luka bakar tidak harus mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Mereka hadir dengan morbiditas yang penting (sekitar 55% dari kebutuhan bedah mereka), umumnya melibatkan kosmetik tubuh seperti wajah, thorax dan tangan, dan dalam beberapa seri mereka membawa sekitar 30% dari kematian luka bakar. Luka bakar kimia kutaneus dapat hadir dengan variasi dari dilema untuk para spesialis klinik dalam mengatur kasus-kasus. Penanganan dari kedalaman luka bakar seringkali sulit dan keputusan apakah untuk mengeksisi luka lebih awal tidak selalu dalam potongan bersih. Dalam tinjauan ini, agen umum diklasifikasikan, prinsip dasar dari manajemen dan rekomendasi spesifik telah diperiksa. Komplikasi yang muncul dari paparan dalam bahan kimia ini dan pengukuran suportif dibutuhkan selama terapi juga digambarkan.

I. DEFINISI Luka bakar zat kimia (chemical burn)adalah luka bakar yang disebabkan oleh adanya kontak antara jaringan kulit dengan zat kimia terutama asam atau basa kuat. Hal ini dapat terjadi karena kelengahan, pertengkaran, kecelakaan kerja, dan kecelakaan di industri atau di laboratorium, dan akibat penggunaan gas beracun dalam peperangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar, yaitu: kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan lamanya kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia tersebut. Zat kimia akan tetap merusak jaringan sampai bahan tersebut habis bereaksi dengan jaringan tubuh. Kekuatan asam dan basa didefinisikan dengan menggunakan pH. Pada asam kuat pH bernilai 1, pada basa kuat pH bernilai 14, dan pH netral adalah 7.

II. EPIDEMIOLOGIPada tahun 2008, American Association of Poison Control Centers (AAPCC), melaporkan sebanyak 26.596 kasus terpapar zat kimia asam, 34.741 kasus terpapar zat kimia basa, 9.958 kasus terpapar peroksida, dan 58.892 kasus terpapar zat pemutih. Selama tahun 2008 tersebut, 1.868 kasus terpapar fenol. Cedera luka bakar karena zat kimia berjumlah sekitar 2-6% dari keseluruhan cedera luka bakar pada pusat perawatan lanjutan.2 InternasionalDiseluruh dunia, zat korosif pada umumnya digunakan untuk kejahatan penganiayaan. Zat korosif yang paling banyak digunakan adalah larutan alkali dan asam sulfat. Mortalitas dan MorbiditasPada tahun 2008, the American Association of Poison Control Centers, melaporkan paparan asam dan produk yang mengandung asam dan zat kimia berbahaya lainnya memperlihatkan bahwa 10 korban meninggal, 83 kasus keracunan tingkat berat, dan 1788 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan dari produk yang mengandung alkali dan zat kimia lainnya terdapat 9 korban meninggal, 168 kasus keracunan tingkat berat, dan 2684 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan akibat peroksida tidak ada korban yang meninggal, 9 orang keracunan tingkat berat, dan 154 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan akibat bahan pemutih dan produk yang mengandung hipoklorit terdapat 2 orang meninggal, 43 kasus keracunan tinhkat berat, dan 2016 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan dari produk yang mengandung fenol tidak ada korban yang meninggal, 2 kasus keracunan tingkat berat, dan 70 kasus keracunan tingkat sedang. Jenis KelaminPenganiayaan dengan bahan zat kimia berbahaya di seluruh dunia lebih sering terjadi terhadap wanita. UmurOrang dewasa dan anak-anak hampir sama jumlahnya terpapar dengan zat kimia berbahaya. Orang dewasa yang terpapar dengan zat kimia yang bersifat korosif lebih sering menderita luka bakar yang berat.

III. ETIOLOGI Asam Kuat:1. H2SO4 (asam sulfat), misalnya dalam aki mobil.2. NO3 (asam nitrat), misalnya dalam bahan baku pembuatan pupuk . Basa Kuat:1. NaOH (natrium hidroksida atau soda api), digunakan sebagai bahan baku pembersih dalam rumah tangga, misalnya pada sabun cuci, detergen, pemutih, dan pembersih lantai.2. Amoniak, yang digunakan untuk pelarut disinfektan dan bahan baku pupuk urea.

IV. PATOFISIOLOGITubuh memiliki proteksi spesifik yang sangat sedikit dan memperbaiki mekanisme luka bakar suhu, listrik, radiasi dan bahan kimia. Denaturasi protein adalah efek yang umum dari semua jenis luka bakar. Bagaimanapun, luka akibat bahan kimia memiliki beberapa perbedaan penting jika dibandingkan dengan luka bakar akibat suhu. Luka bakar akibat bahan kimia lebih suka diproduksi oleh paparan dalam jangka waktu lama untuk kimia, dan paparan ini mungkin masih akan berlangsung terus menerus dalam ruang gawat darurat sebaliknya dengan luka akibat suhu, dimana secara tipikal diproduksi oleh paparan dalam jangka waktu yang sangat pendek untuk panas yang hebat yang secara relative berhenti dengan cepat.Ada juga beberapa perbedaan biokimia yang penting diantara mereka. Struktur dari protein biologis melibatkan bukan hanya urutan asam amino spesifik, tapi juga struktur tiga dimensi yang berdiri sendiri pada kekuatan yang lemah, seperti ikatan hidrogen atau kekuatan van der Waal. Struktur tiga dimensi ini adalah elemen kunci untuk atktivitas biologis dari protein, dan sangat mudah diganggu oleh faktor dari luar. Aplikasi dari panas ataupun bahan kimia, khususnya gangguan pH, dapat menyebabkan struktur-struktur tersebut terpecah. Pada luka bakar akibat suhu, ada koagulasi cepat dari protein yang disebabkan oleh reaksi penyilangan irreversible, dimana pada luka bakar kimia kerusakan protein berlanjut oleh karena mekanisme lain, terutama oleh karena hidrolisis. Mekanisme ini mungkin berlanjut lama sebagai jejak dari agen yang merupakan sumber, khususnya pada lapisan yang lebih dalam. Sebagai tambahan, agen kimia mungkin berperan dalam mode sistemik jika komponen mereka diedarkan sepanjang korban dengan toksisitas potensial.Tingkat keparahan dari luka bakar kimia ditentukan oleh:a. konsentrasib. jumlah agen luka bakarc. durasi dari kontak kulitd. penetrasie. mekanisme aksi.Luka bakar kimia diklasifikasikan baik dari mekanisme aksi pada kulit ataupun dari kelas agen bahan kimia.

V. MEKANISME AKSIAda 6 mekanisme aksi untuk agen kimia dalam sistem biologis, yaitu:1) Oksidasi; denaturasi protein disebabkan oleh masuknya oksigen, sulfur, ataupun atom halogen melalui protein tubuh (sodium hipoklorid, potassium permangan, dan asam kromik).2) Reduksi; agen reduksi berperan dalam pengikatan electron bebas dalam protein jaringan. Panas mungkin juga menjadi produk dari reaksi kimia, yang menyebabkan gambaran campuran. Agen tersebut lebih mungkin ditemui sebagai asam hidroklorik, asam nitrit, dan campuran alkali merkuri.3) Korosi; korosi menyebabkan denaturasi protein pada kontak. Mereka mengarah ke penghasilan eskar yang lembut, yang mungkin mengalami progress menjadi ulserasi yang dangkal. Contoh agen korosif adalah fenol, sodium hipoklorid, dan fosforus putih.4) Racun protoplasma; mereka menghasilkan efek mereka dengan menyebabkan pembentukan ester dengan protein atau oleh pengikatan atau penghambatan kalsium atau ion organic lainnya untuk kelangsungan hidup dan fungsi jaringan. Contoh pembentuk ester adalah formiat, dan asam asetat, sedangkan yang termasuk inhibitor adalah oxalid dan asam hidrofluorid.5) Vesicants; mereka menghasilkan iskemik dengan nekrosis anoksik di sisi kontak. Agen ini memiliki karakteristik untuk menghasilkan cutaneous blisters. Mereka termasuk ke dalam mustard gas, dimetil sulfoxida (DMSO), dan Lewisite.6) Dessicants; substansi ini menyebabkan kerusakan oleh karena dehidrasi jaringan. Kerusakan tersebut seringkali mengalami eksaserbasi oleh karena produksi panas, reaksi ini biasanya bersifat eksotermik. Dalam kelompok ini kami menemukan asam sulfat dan asam muriat (konsentrasi hidroklorid).

VI. TIPE-TIPE BAHAN KIMIAKlasifikasi ini berdasarkan atas reaksi kimia yang menginisiasi agen kimia. Metode klasifikasi ini kurang akurat jika dibandingkan dengan gambaran bagaimana mereka melakukan koagulasi pada protein. Kemampuan untuk mempengaruhi pH adalah satu dari karakteristik yang paling penting dari sebuah agen luka bakar kimiawi. Konsentrasinya juga memainkan peran penting dalam pengaktifan kembali. Meskipun mekanisme aksi untuk asam atau basa secara individu mungkin berbeda, luka yang dihasilkan cukup sama untuk menggolongkan mereka dalam grup berbeda sebagai keseluruhan.Kami menganggap empat kelas, antara lain: asam, basa, larutan organik dan inorganik.1. Asam sebagai donor proton. Mereka melepaskan ion hydrogen dan mereduksi pH dari 7 turun menjadi 0. Asam dengan pH kurang dari 2 dapat menghasilkan nekrosis koagulasi pada kontak kulit. Predictor yang lebih baik dari pH itu sendiri adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk meningkatkan pH asam menjadi netral. Hal ini mungkin mencerminkan luasnya keterlibatan asam.2. Basa sebagai penerima proton. Mereka akan memecah ion hydrogen dari golongan proton amin dan golongan karboksilat. Alkali dengan pH yang lebih besar dari 11,5 menghasilkan kerusakan jaringan yang berat melalui nekrosis liquefakta. Liquefakta menghilangkan jaringan dan mengijinkan penetrasi yang lebih dalam dari agen tersebut. Untuk alasan ini, luka bakar alkali cenderung menjadi lebih parah dibandingkan dengan luka bakar asam.3. Larutan organik berperan dalam melarutkan membran sel lemak dan mengganggu struktur protein seluler.4. Larutan inorganik merusak kulit dengan pengikatan secara langsung dan pembentukan garam. Hal itu yang perlu diperhatikan dari semua reaksi yang ada yang mungkin disertai oleh eksotermik, yang juga berperan dalam kerusakan jaringan.

VII. DAMPAK LUKA BAKAR KIMIA TERHADAP ORGANA. MataLuka bakar kimia pada mata merupakan luka yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Luka bakar kimia biasanya hasil dari suatu zat yang disemprotkan atau disiramkan di muka. Luka bakar kimia alkali lebih sering terjadi daripada luka bakar kimia asam dan cenderung lebih merugikan.Insidens terjadinya luka bakar kimia pada mata lebih dari 60% trauma kimia terjadi di tempat kerja, 30% terjadi di rumah dan 10% adalah dari tindakan kekerasan. Luka bakar karena bahan kimia pada mata lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan dominasi laki-laki dalam bidang industri, seperti konstruksi dan pertambangan, sehingga terjadi resiko tertinggi untuk cedera mata.B. KulitLuka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan trauma pada kulit yang irreversible dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).C. ParuLuka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia, klorin, atau bahan kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida (CO) adalah contoh dari luka bakar kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia mengoksidasi hemoglobin paru-paru yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen (methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan.D. Saluran PencernaanDi negara maju dan berkembang, luka bakar kimia pada sistem pencernaan akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster dengan 44,4% menyebabkan komplikasi stenosi pilorus atau antrum.10

VIII. Gejala KlinisA. MataGejala-gejala awal yang biasa terjadi pada luka bakar kimia pada mata adalah mata terasa sakit, kemerahan, iritasi pada mata, ketidakmampuan untuk membuka mata, sensasi benda asing di mata, pembengkakan pada kelopak mata dan penglihatan jadi kabur.B. KulitGejala yang nyata pada luka bakar bahan kimia tergantung pada bahan kimia yang menyebabkannya. Gejala tersebut termasuk gatal-gatal, pengelupasan, eritema, erosi, kulit bewarna gelap, melepuh dan ulserasi, nyeri, rasa terbakar, gangguan pernapasan, batuk darah dan atau jaringan yang nekrosis.C. ParuMenghirup bahan kimia beracun dapat menyebabkan luka bakar di jalan napas atas dan bawah. Individu dengan luka bakar inhalasi bahan kimia datang dengan radang tenggorokan, sesak napas, dan nyeri dada.D. Saluran PencernaanGejala yang dapat ditemukan seperti muntah, tersedak, kesulitan untuk menelan dan berbicara, nyeri dada, nyeri di seluruh abdomen dan tenesmus juga bisa didapatkan dalam luka bakar kimia.

VIII. DASAR-DASAR UMUM PENATALAKSANAANABC trauma, penanganan primer dan sekunder dan semua dasar-dasar umum dari trauma dan perawatan luka bakar berlaku juga untuk luka bakar kimia. Bagaimanapun, ada juga beberapa pengukuran yang relevan dari penanganan pertama yang harus diingat ketika menganggap suatu luka bakar kimia. Kunci utama dalam penatalaksanaan luka bakar kimia dapat dilihat dalam ringkasan tabel 1.

Tabel 1. Tujuan dari pengobatan luka bakar kimia

1. Pembersihan bahan kimia2. Penipisan

3. Latihan luka bakar

4. toksisitas sistemik

5. kontak mata6. cedera inhalasiMenghilangkan partikel debris, menolak bahan kimia kering,Memperbanyak pancaran tingkat tinggi dengan keran air (20-30 menit), jangan dicelupkan.Luasnya luka bakar normalnya lebih dalam daripada yang tampak dari luar.Mengingat perubahan metabolic. Menghubungi pusat toksikologi untuk informasi.Water lavage secara terus menerus. Konsultasi oftalmologist.Bronkoskopi untuk diagnosis

Pengukuran penanganan pertama untuk luka bakar kimia melibatkan beberapa aspek seperti : Membersihkan agen kimiawi Pengobatan dari toksisitas sistemik jika ada dan efek samping dari agen Pendukung umum Pertimbangan khusus untuk agen spesifik jika diperlukan Penanganan lokal pada luka bakar ( jika relevan pada tahap ini, tergantung dari bahan kimia alami yang terlibat , sebagai contoh asam hidrofluorik)

IX. KESIMPULANCedera luka bakar kimia dihadirkan dalam porsi kecil dari total cedera luka bakar. Bagaimanapun, mereka termasuk cedera yang unik yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus karena pengaruh mereka yang sangat besar terhadap manusia dan ekonominya.Modalitas utama untuk terapi ini adalah masih dengan menggunakan irigasi air yang berlebihan, kecuali pada beberapa bahan kimia. Bahan kimia baru yang merupakan penetral bukan hanya harus steril, tapi juga polivalen, amfoterisin, non-toksik, larutan hipertonik dan cairan seharusnya diingat tetapi mereka masih harus membutuhkan uji klinis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cox RD. Burns Chemical. Emedicine emergency Medicine.[online] 11 September 2012. [cited 2010 Agustus 15]. Available From: URL: http://emedicine.medscape.com/article.2. D Cox, Robert. 2010. Epidemiology. In : Chemical Burns In Emergency Medicine, [online] 31 Oktober 2011 [cited 2010 June 28]. Available from : URL : http://emedicine.medscape.com/article/769336-overviewc3. Ratna dkk. Definisi asam-basa menurut lewis dan usanovich. [serial online] 11 September 2012.. [cited 2010 agustus 13]. Available from URL: http://www.chem-is-try.ogr/situs kimia indonesia.4. Ming ALS, Constable IJ. Color atlas of Opthalmology, 3 edition. Ocular injuries. World science.5. Trivedi HL, Venkatesh R. Trauma kimia-ocular trauma. Bombay hospital journal vol.51 no.2. 2009.6. Weaver CMN. Burns ocular. [online] 11 September 2012. [cited Mei, 28 2010]. Available from : www.emedicine.com7. K. Lang Gerhard. 2000. Chemical Injuries. In : Ophthalmology Pocket Textbook. Stuttgart New York8. Palao R, Monge I, Ruiz M, Barret JP. 2009. Review Chemical Burns: Pathophysiology and treatment. Available from: www.sciencedirect.com 9. Denise S, Nazarian EB, Connoly H. Inhalation Injury. [online] 21 September 2012. [cited May 25 2010]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1002413-overview#showall10. Keh SM, Onyekwelu N, McManus K, McGuigan J. Corrosive injury to upper gastrointestinal tract: Still a major surgical dilemma. World J Gastroenterol 2006 August 28; 12(32): 5223-522811. K. Lang Gerhard. 2006. Chemical Injuries. In : Ophthalmology Pocket Textbook 2nd. Thieme : Stuttgart New York12. Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith, Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest, Amy S. Paller, David J. Leffell, eds. Thermal Injuries. In: Dermatology In General Medicine 7th ed. Mc Graw Hill Medical13. The Eye Center. Chemical Eye Injury. [online] 22 September 2012. [cited 11 Jan 2005]. Available from URL: http://www.theeyecenter.com/2010/08/11/chemicaleyeinjury/14. Denise S, Nazarian EB, Connoly H. Inhalation Injury. [online] 21 September 2012. [cited May 25 2010]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1002413-clinical#showall15. Knight Bernard. 1997.Corrosive and Metallic Poisons. In : Simpsons Forensic Medicine. India : Delhi16. Tony Burns, Stephen Breathnach, Neil Cox, Christopher Griffiths. 2004. Textbook of Dermatology. Blackwell Science.17. Forensic Toxicology. [online] 22 Sepetember 2012. Available from : http://medicinembbs.blogspot.com201109forensic-toxicology.html18. Denise S, Nazarian EB, Connoly H. Inhalation Injury. [online] 21 September 2012. [cited May 25 2010]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1002413-workup#showall19. Adair TW, Dobersen MJ, Lear-Kaul K. Appearance of Chemical Burns Resulting from the washing a deceased body with bleach. J Forensic Sci, May 2007, Vol. 52, No. 3.20. Cox RD. Burns Chemical. Emedicine emergency Medicine.[online] 11 September 2012. [cited 2010 Agustus 15]. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/769336-treatment#showall

1