luka bakar fix
DESCRIPTION
luka bakarTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab
luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak
langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
( Sjamsuhidajat, 2005 )
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya
pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut
diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan
nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam
batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yang
mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung.
Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma
panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal. ( American College of
Surgeon Committee on Trauma, 1997)
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah
kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori
dan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka
bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat
dicegah. ( Horne dan Swearingen, 2000 )
1
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
A. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation)
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk bentuk luka lainnya , karena luka tersebut
meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pasda tempatnya untuk jangka
waktu. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri patogen; mengalami eksudasi dengan
perembasan sejumlah besar air, protein serat elektrolit; dan seringkali memerlukan
pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang
permanen. (arif mutaqin,asuhan keperawatan gangguan integumen, salemba medika.2010)
B. Etiologi
Menurut penyebabnya , luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputai hal- hal berikut
ini:
1. Panas basah (luka bakar) yang disebakan oleh air panas (misalnya:teko/ minuman)
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang disebabkan oleh merokok
di tempat tidur.
4. Benda panas (misalnya radiator).
5. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
6. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak jelas
adanya keruskan kulit, tetapi biasanya terdapat titik masuk dan keluar. Luka bakar
2
tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini harus mendapat
pemantauan jantung minimal selama 24 jam setelah cidera.
7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering
menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia harus diketahui dan
digunakan untuk menetralisir efek.
8. Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan dan luka bakar pada kepala dan
leher, atau tertahan diruangan yang dipenuhi asap.
C. Karakteristik Luka Bakar
KLASIFIKASI ETIOLOGI
KARAKTERISTIK
PENAMPILAN SENSASI
WAKTU
PENYEMBUH
AN
BEKAS
LUKA
Luka bakar
Superfisial
Terbakar
matahari
Terdapat di
epidermis.
Terdapat
eritema, tetapi
tidak segera
timbul lepuh
Nyeri Penyembuhan
terjadi secara
spontan dalam
waktu 3- 4 hari
Tidak
menimbulkan
jaringan parut
Luka bakar
partial-
thickness
Pajanan air
panas
Meluas ke
epidermis dan
ke dalam
lapisan dermis,
serta
menimbulkan
bula dalam
beberapa menit
Sangat nyeri 7-20 hari Luka bakar
ini biasanya
sembuh tanpa
meninggalkan
jaringan
parut.
Komplikasi
jarang terjadi,
walaupun
mungkin
timbul infeksi
3
sekunder
dalam luka.
Luka bakar
partial-
thickness dalam
Pajanan air
panas,
kontak
langsung
dengan api
atau minyak
panas
Meluas ke
seluruh dermis.
Namun daerah
sekitarnya
biasanya
mengalami luka
bakar derajat
kedua
superfisial yang
sangat nyeri
Nyeri dengan
tekanan parsial
Penyembuhan
beberapa
minggu.
Memerlukan
tindakan
debridement
untuk
membuang
jaringan yang
mati. Biasanya
diperlukan
tandur kulit.
Folikel
rambut
mungkin utuh
dan akan
numbuh
kembali. Pada
luka bakar ini
selalu terjadi
pembentukan
jaringan
parut.
Luka bakar full-
thickness
Pajanan air
panas,
kontak
langsung
dengan api
atau minyak
panas, uap
panas, agen
kimia dan
listrik
tegangan
tinggi
Meluas ke
epidermis,
dermis dan
jaringan
subkutis.
Kapiler dan
vena mungkin
hangus dan
aliran darah
terrsebut
berkurang
Saraf rusak
sehingga luka
tidak terasa
nyeri kecuali
dengan
tekanan dalam.
Namun
didaerah
sekitarnya
biasanya nyeri
seperti pada
luka
bakar derajat
kedua
Luka bakar jenis
ini mungkin
memerlukan
waktu berbulan-
bulan untuk
sembuh dan
diperlukan
pembersihan
secara bedah dan
penanduran
Luka bakar
derajat ketiga
membentuk
jaringan parut
dan jaringan
tampak
sepperti kulit
yang keras.
Resiko tinggi
untuk
terjadinya
kontraktur
4
D. EFEK PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung
pada luas dan ukuran luka bakar.Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh
bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar
yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area)
atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai
dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama
dari tubuh.
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to
seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan
lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan
sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan
menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular
dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan
intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang
mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan
sirkulasi volume darah intravaskuler.Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap
pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac
output.Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan
intravaskuler.Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20
kali lebih besar dari normal.Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa
dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.
5
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ.Jika ruang
intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan
ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi
tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh
kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum
kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan
hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka
bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu
injuri.Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu
berikutnya.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri.Aliran darah menuju usus juga
berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada
klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Respiratori
6
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar
oksigen arteri dan “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan
dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 %
untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut
hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung,
stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk.
Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat
dan tipe asap atau gas yang dihirup.
b. Keracunan Carbon Monoxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar.
Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat
hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul
oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga
membentukcarboxyhemoglobin (COHb).Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan
secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat
dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah
sbb (lihat tabel 2) :
7
Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)
Kadar CO (%) Manifestasi Klinik
5 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
> 50
Gangguan tajam penglihatan
Nyeri kepala
Mual, gangguan ketangkasan
Muntah, dizines, sincope
Tachypnea, tachicardia
Coma, mati
Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atau rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
8
Berat Ringannya Luka Bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
E. Komplikasi
Burn shock (shock hipovolemik)
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar
luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
Sepsis
Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah terinfeksi. Jika
infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat mengakibatkan sepsis.
Pneumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga rongga paru
terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).
9
Gagal ginjal akut Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah
ke ginjal.
Kontraktur merupakan gangguan fungsi pergerakan.
Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang cenderung
bedrest terus.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratoriyum darah yang meliputi :
a. Hb, Ht, trombosit
b. Protein total (albumin dan globulin)
c. Ureum dan kreatinin
d. Elektrolit
e. Gula darah
f. Analisa gas darah (jika perlu lakukan tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
g. Karboksihaemoglobin
h. Tes fungsi hati / LFT
G. Penatalaksanaan Medis
Penanganan keperawatan
a. Penanganan awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar :
1. Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan
korban berlari, anjurkan korban untuk berguling – guling atau bungkus tubuh
korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
2. Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
3. Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan korbam dan
oksigen bila diperlukan
4. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu
200C selama 15 – 20 menit segera setelah terjadinya luka bakar
10
5. Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak –
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnya
6. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera
lain yang menyertai luka bakar. Segera bawa korban ke rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut
b. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu :
1. Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B :
Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi)
a. Airway (Jalan Nafas)
Terpaparnya jalan nafas oleh udara panas yang dihisap oleh
penderita luka bakar kemungkinan besar dapat terjadi pada:
Luka bakar pada wajah.
Hangusnya alis mata dan bulu hidung
Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda peradangan akut di
dalam orofaring
Sputum yang mangandung arang/karbon
Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api/ terbakar dalam
ruang tertutup.
Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan
Kadar karboksi hemoglobin lebih dari 10% setelah berada dalam
lingkungan api.
b.Breathing
Penilaian terhadap proses pernafasan sangat penting setelah
penyelamatan Airway dilakukan,
lepaskan pakaian dan semua hal yang menghambat gerakan rongga
dada, berikan oksigen yang adekuat melalui sungkup atau kanul.
11
c. Sirkulasi / Pemberian cairan infus
Setiap penderita dengan luka bakar berat, diatas 20% sudah perlu
diberikan cairan infus.
Setelah jalan nafas dijamin baik dan cedera lainnya yang
mengancam nyawa telah diidentifikasi dan ditangani selanjutnya
penderita disiapkan untuk pemasangan infus.
Carilah vena-vena besar untuk memasang jarum infus yang cukup
besar, upayakan agar pemasangan infus jangan di daerah yang
terkena luka bakar, kecuali terpaksa karena tidak ada deravena
daerah ekstremitas atas terlebih dahulu
2. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
3. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan
4. Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal
ginjal,)
5. Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya dipasang
CVP (kolaborasi dengan dokter)
6. Pasang kateter urin
7. Pasang NGT jika diperlukan
8. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
9. Berikan suntikan ATS / toxoid
c. Perawatan luka :
1. Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
2. Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang
mengganggu pergerakan
3. Selimuti pasien dengan selimut steril
Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter)
1. Antasida H2 antagonis
12
2. Roborantia (vitamin C dan A)
3. Analgetik
4. Antibiotik
Keterangan :
1. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
2. Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan
3. Pada 8 jam III diberikan sisanya
d. Penanganan luka bakar di unit perawatan intensif
Hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirawat di unit ini meliputi :
1. Pantau keadaan pasien dan setting ventilator. Kaji apakah pasien mengadakan
perlawanan terhadap ventilator
2. Observasi tanda – tanda vital; tekanan darah, nadi, pernafasan, setiap jam dan
suhu setiap 4 jam
3. Pantau nilai CVP
4. Amati neurologis pasien (GCS)
5. Pantau status hemodinamik
6. Pantau haluaran urin (minimal 1ml/kg BB/jam)
7. Auskultasi suara paru setiap pertukaran jaga
8. Cek asalisa gas darah setipa hari atau bila diperlukan
9. Pantau status oksigen
10. Penghisapan lendir (suction) minimal setiap 2jam dan jika perlu
11. Perawatan tiap 2jam (beri boraq gliserin)
12. Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes mata setiap 2jam
13. Ganti posisi pasien setiap 3jam (perhatikan posisi yang benar bagi pasien)
14. Fisoterapi dada
15. Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter dan tube
setiap hari
16. Ganti kateter dan NGT setiap minggu
17. Observasi letak tube (ETT) setiap shift
18. Observasi setiap aspirasi cairan lambung
13
19. Periksa laboratorium darah : elektrolit, ureum/kreatinin, AGD, proteim
(albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter)
20. Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit
21. Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter
e. Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar
Terdapat dua jenis perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu :
1. Perawatan terbuka
Yakni luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka tanpa balutan dan
diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan untuk daerah yang sulit
dibalut seperti wajah, perineum, dan lipat paha
Keuntungan :
a. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat
b. Lebih praktis dan efisien
c. Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
Kerugian :
a. Pasien merasa kurang nyaman
b. Dari segi etika kurang
2. Perawatan tertutup
Yakni penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah dibeikan obat topical.
Keuntungan :
a. Luka tidak langsung berhubungan dengan udara ruangan (mengurangi
kontaminasi)
b. Pasien merasa lebih nyaman
Kerugian :
a. Balutan sering membatasi gerakan pasien
b. Biaya perawatan bertambah
c. Butuh waktu perawatan lebih lama
d. Pasien merasa nyeri saat balutan dibuka
14
f. Terapi psikiater
Mengingat pasien dengan luka bakar mengalami masalah psikis maka perawat perlu
bekerja sama dengan psikiatri untuk membantu pasien mengatasi masalah
psikisnya, namun bukan berarti menggantikan peran perawat dalam memberikan
support dan empati, sehingga diharapkan pasien dapat dapat menerima keadaan
dirinya dan dapat kembali kemasyarakat tanpa perasaan terisolasi.
Hal lain yang perlu diingat bahwa sering kali pasien mengalami luka bakar karena
upaya bunuh diri atau mencelakakan dirinya sendiri dengan latar belakang
gangguan mental atau depresi yang dialaminya sehingga perlu terapi lebih lanjut
oleh psikiatris.
g. Terapi fisioterapis
Pasien luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara fisik namun secara psikis
juga. Pasien juga mengalami nyeri yang hebat sehingga pasien tidak berani untuk
menggerakkan anggota tubuhnya terutama ynag mengalami luka bakar. Hal ini
akan mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien diantaranya yaitu terjadi
kontraktur dan defisit fungsi tubuh.
Untuk mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan kemunduran fungsi tubuh,
perawat memerlukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain yaitu
fisioterapis. Pasien luka bakar akan mendapatkan latihan yang sesuai dengan
kebutuhan fisiknya. Dengan pemberian latihan sedini mungkin dan pengaturan
posisi yang sesuai dengan keadaan luka bakar, diharapkan terjadinya kecacatan
dapat dicegah atau dinminimalkan. Rehabilitasi dini dapat dilakukan sejak pasien
mengalami luka bakar. Hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan
memberi posisi.
h. Terapi nutrisi
Ahli gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam pemenuhan nutrisi yang tidak
hanya memenuhi kecukupan jumlah kalori, protein, lemak, dll tapi terutama juga
dalam hal pemenuhan makanan dan cara penyajian yang menarik karena hal ini
15
akan sangat mempengaruhi nafsu makan pasien. Dengan pemberian nutrisi yang
kuat serta menu yang variatif, diharapkan pasien dapat mengalami proses
penyembuhan luka secara optimal.
Ahli gizi bertugas memberikan penyuluhan tentang gizi pada pasien dan dengan
dukungan perawat dan keluarga dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan
intake nutrisinya maka diharapkan kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien
terpenuhi.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
16
e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok
listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
17
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya
secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
18
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting
patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat;
penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh
luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
19