luka bakar

59
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DEFINISI DAN ETIOLOGI Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1. Paparan api a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. 1

Upload: bimbi-putri-cahya

Post on 14-Apr-2016

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lapkas

TRANSCRIPT

Page 1: Luka bakar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI DAN ETIOLOGI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas

dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase

syok) sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung

maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada

kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik

maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,

penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

1. Paparan api

a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan

menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar

pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki

kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh

atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.

b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda

panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang

mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok

dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

2. Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan

semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan

ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan

berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya

menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.

Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan

1

Page 2: Luka bakar

ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan

cairan.

3. Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaanradiator

mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi

dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap

panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

4. Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan

oklusi jalan nafas akibat edema.

5. Aliran listrik

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan

ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki

resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada

pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan

sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik

kontak dengan sumber arus maupun ground.Cedera timbul akibat aliran listrik

yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit

bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian

dapat menyebabkan luka bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa)

Luka bakar kimia biasanya disebabakanoleh asam kuat atau alkali yang

biasa digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering

digunakan untuk keperluan rumah tangga.

7. Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.

Tipe luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk

keperluan terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar

matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

2

Page 3: Luka bakar

Gambar 1: Tipe luka bakar(Dikutip dari :Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus)

2. EPIDEMIOLOGI

Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka

morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%).Berdasarkan tempat

kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di

rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain.(5)

Menurut surat kabar Tribun pada tanggal 8 Februari 2012, pada

Simposium Indonesia Burn and Wound Care Meeting yang diselengarakan

Universitas Padjadjaran di Bandung dilaporkan data terakhir yang dikeluarkan

unit luka bakar RSCM Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena

kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena

sebab-sebab lain. Dan angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih

tinggi, sekitar 40%, terutama diakibatkan luka bakar berat.(6)

3. PATOFISIOLOGI

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah

yang ada di dalamnya ikut mengalami destruksi, sehingga dapat terjadi anemia.

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang

3

Page 4: Luka bakar

banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

akibat evaporasi yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada

luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat

tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh

masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik

dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil,

dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakkan

terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat

terjadi kerusakan  mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang

terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan

napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna

gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida

akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi

mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual

dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60%

hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,

permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali

cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis 3

Pada luka bakar listrik elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal

sehingga menghasilkan cedera atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf,

inisiasi abnormal irama elektrik pada jantung dan otak atau menghasilkan luka

bakar elektrik internal maupun eksternal melalui panas dan pembentukan pori di

membran sel.2,4 Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi

mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus

bolak balik (AC) dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui

dada.5 Aliran listrik yang lama mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang

diikuti dengan gangguan nafas.3,6

4

Page 5: Luka bakar

Respon Lokal

Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947 yaitu: (1)

1. Zona Koagulasi

Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan

sumber panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel

disebabkan oleh koagulasi constituent proteins.

2. Zona Stasis

Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini

mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit

sehingga penurunan perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas

kapiler(kebocoran vaskuler) dan respon inflamasi lokal. Proses ini

berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berkakhir

dengan nekrosis jaringan.

3. Zona Hiperemia

Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi,

jaringannya masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini

kecuali jika terjadi sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.

Gambar 5: Zona luka bakar Jackson 1947 dan efeknya terhadap resusitasi adekuat dan inadekuat.

(Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)

Respon Sistemik

5

Page 6: Luka bakar

Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya

luka bakar memiliki efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan

tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa:(1)

1. Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas vaskuler yang

menyebabkan keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial.

Terjadi vasokontriksi di pembuluh darah splanchnic dan perifer. Kontratilitas

miokardium menurun, kemungkinan adanya tumor necrosis factor-α (TNF-α).

Perubahan ini disertai dengan kehilangan cairan dari luka bakar menyebabkan

hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ.

2. Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan

pada luka bakar yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome

(RDS).

3. Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali

lipat. Hal ini disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic

menyababkan dibutuhkannya pemberian makanan enteral secara agresif untuk

menurunkan katabolisme dan mempertahankan integritas saluran pencernaan.

4. Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi

sistem imun humoral dan seluler.

Gambar 6:Respon sistemik terjadi setelah luka bakar (Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)

6

Page 7: Luka bakar

Inti dari permasalahan luka bakar adalah kerusakan endotel dan epitel

akibat dan cedera termis yang melepaskan mediator-mediator proinflamasi dan

berkembang menjadi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), kondisi

ini hampir selalu berlanjut dengan Mutli-system Organ Dysfunction Syndrome

(MODS). MODS terjadi karena gangguan perfusi jaringan yang berkepanjangan

akibat gangguan sirkulasi makro menjadi berubah orientasi pada proses perbaikan

perfusi (sirkulasi mikro) sebagai end-point dari prosedur resusitasi.(1)

Fase pada luka bakar :

I. Fase akut/ awal/ syok

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai masa syok telah teratasi.

Masalah : gangguan saluran napas karena cedera inhalasi, gangguan

sirkulasi, serta keseimbangan cairan dan elektrolit. Biasanya

berlangsung sampai 48-72 jam pertama.

II. Fase subakut/ setelah syok teratasi

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi.

Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di

bawahnya) menimbulkan masalah :

- Proses inflamasi. Proses inflamasi pada luka bakar berlangsung

hebat disertai eksudasi dan kebocoran protein. Terjadi reaksi

inflamasi lokal yang kemudian berkembang menjadi reaksi

sistemik dengan dilepasnya zat-zat yang berhubungan dengan

proses imunologik, yaitu, kompleks lipoprotein (lipid protein

complex, burn-toxin) yang menginduksi respon inflamasi

metabolisme.

- Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.

- Hipermetabolisme

- Proses penguapan cairan tubuh disertai panas/energi (evaporate

heat loss) yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses

metabolisme.

7

Page 8: Luka bakar

III. Fase lanjut

Fase ini terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi.

Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit berupa parut

hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena

kerapuhan jaringan atau organ.

4. KLASIFIKASI

Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan

berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. .(1,4,7)

I. Berdasarkan kedalamannya.

1. Luka bakar derajat I(superficial burns)

Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis.

Gejalanya berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari

dermis, nyeri, hangat pada perabaan dan pengisian kapilernya cepat.

Pada derajat ini, fungsi kulit masih utuh. Contoh luka bakar derajat I

adalah bila kulit terpapar oleh sinar matahari terlalu lama, atau tersiram

air panas. Proses penyembuhan terjadi sekitar 5-7 hari. Luka bakar

derajat ini tidak menghasilkan jaringan parut, dan pengobatannya

bertujuan agar pasien merasa nyaman dengan mengoleskan soothing

salves dengan atau tanpa gel lidah buaya. (1,2,4)

Gambar 2 : Luka Bakar Derajat 1

2. Luka bakar derajat II (partial thickness burns)

8

Page 9: Luka bakar

Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya

mencapai dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan

dermis, luka bakar ini dikenali sebagai superficial partial

thickenessburns atau luka bakar derajat IIA. Luka bakar derajat IIA ini

tampak eritema, nyeri, pucat jika ditekan, dan ditandai adanya bulla

berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena

permeabilitas dindingya meningkat. Luka ini mereepitelisasi dari

struktur epidermis yang tersisa pada rete ridge, folikel rambut dan

kelenjar keringat dalam 7-14 hari secara spontan. Setelah

penyembuhan, luka bakar ini dapat memiliki sedikit perubahan warna

kulit dalam jangka waltu yang lama. .(1,2,4,7,10)

Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian bagian reticular

dermis (deep partial thickeness) , luka bakar ini dikenali sebagai deep

partial thickenessburns atau luka bakar derajat IIB. Luka bakar derajat

IIB ini tampak lebih pucat, tetapi masih nyeri jika ditusuk degan

jarum (pin prick test). Luka ini sembuh dalam 14-35 hari dengan

reepitelisasi dari folikel rambut,keratinosit dan kelenjar keringat,

seringkali parut muncul sebagai akibat dari hilangnya dermis. (1,2, 4,7,10)

Gambar 3 : Luka bakar derajat 2

3. Luka bakar derajat III(full-thickess burns)

Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan

epidermis sampai ke lemak subkutan bahkan bisa meluas mencapai

organ dibawah kulit seperti otot dan tulang. Luka bakar ini ditandai

9

Page 10: Luka bakar

dengan eskar yang keras, tidak nyeri, dan warnanya hitam, putih, atau

merah ceri. Tidak ada sisa epidermis maupun dermis sehingga luka

harus sembuh dengan reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness burns

memerlukan eksisi dengan skin grafting. (1,2, 4,7,10)

Gambar 4: Luka Bakar derajat 3

Gambar 5: Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman(Dikutip dari : 2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam)

II. Berdasarkan luas permukaan luka bakar.

Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas

permukaan tubuh atau Total Body Surface Area(TBSA). Untuk

menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari

10

Page 11: Luka bakar

Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa,

karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-

anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu

ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun. (1,2, 4,7,10)

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang

terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:2

1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Gambar 6: Wallace Rule of Nines(Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)

11

Page 12: Luka bakar

Gambar 7: Lund and Browder(Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)

III. Berdasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn

Association: (1,4,7,10)

1. Luka Bakar Ringan

a. Luka bakar derajat II < 5%

b. Luka bakar derajat II 10% pada anak

c. Luka bakar derajat III< 2%(1,3.6, 8)

2. Luka Bakar Sedang

a. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa

b. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak

c. Luka bakar derajat III < 10%(1,3.6, 8)

3. Luka Bakar Berat

a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih

d. Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan

genitalia/perineum.

e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. (1,4,7,10)

12

Page 13: Luka bakar

5. INDIKASI RAWAT INAP

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk

dirawat inap bila:

1. Luka bakar derajat III > 5%

2. Luka bakar derajat II > 10%

3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan,

kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan

untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi

4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma

mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada

sebelumnya

6. Adanya trauma inhalasi

6. PENATALAKSANAAN

1. Pre hospital

Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka

bakar di tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran.

Maksudnya adalah membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan

memperhatikan keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau

menempel pada kulit tidak bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat

disiramkan ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air

dingin tidak dapat diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan

vasokonstriksi. (1,2,4,7,10)

2. Resusitasi jalan nafas

Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada

luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan

sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum

dilakukan intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face

mask. Intubasi bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas,

fasilitas pemeliharaan jalan napas (penghisapan sekret) dan

broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi masih menjadi perdebatan

13

Page 14: Luka bakar

karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya lebih besar

dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang

diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada

luka bakar luas yang disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan

pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa endotracheal. Terapi

inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih baik disaluran napas

dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada proses

inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah

dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan

distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah,takipneu,

pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor.

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah

serial dan foto thorax. (1,2,4,7,10)

3. Resusitasi cairan

Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:

1. Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh

vaskuler regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan

2. Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak

diperlukan

3. Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk

menjamin survival seluruh sel

4. Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan

stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. (1,4,7,10)

I. Jenis cairan

Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan

hipertonik dan koloid: (1,4,7,10)

Larutan kristaloid

Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini

adalah Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati

kadarnya dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama

dengan plasma. Pada keadaan normal, cairan ini tidak hanya

14

Page 15: Luka bakar

dipertahankan di ruang intravaskular karena cairan ini banyak keluar

ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan

meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. (1,4,7,10)

Larutan hipertonik

Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali

dan penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid.

Larutan garam hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu

NaCl 1,8%, 3%, 5 %, 7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi

cairan intraseluler sehingga cairan akan berpindah dari intraseluler ke

ekstraseluler. Larutan garam hipertonik meningkatkan volume

intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari intraseluler. (1,4,7,10)

Larutan koloid

Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan

Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi

membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan

didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke

ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang

ada. (1,3.6, 8)

HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin

sintetik, HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik.

T ½ dalam plasma selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek

samping koagulopati namun umumnya tidak menyebabkan masalah

klinis. HES dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan cara

menutup celah interseluler pada lapisan endotel sehingga

menghentikan kebocoran cairan, elektrolit dan protein. Penelitian

terakhir mengemukakan bahwa HES memiliki efek antiinflamasi

dengan menurunkan lipid protein complex yang dihasilkan oleh

15

Page 16: Luka bakar

endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek anti

inflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS. (1,4,7,10)

II. Penentuan jumlah cairan

Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan

tiga sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan

kristaloid akan meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid

hanya sedikit meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor

oksigen.(1,4,7,10)

Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama

Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau ringer asetat,

menggunakan beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok atau kasus

luka bakar > 25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam <4 jam pertama

diberikan cairan kristaloid sebanyak 3[25%(70%xBBkg)]ml. 70% adalah volume

total cairan tubuh, sedangkan 25% dari jumlah minimal kehilangan cairan tubuh

dapat menimbulkan gejala klinik sindrom syok. (1,4,7,10)

Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas < 25-

30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan dihitung berdasarkan

rumus baxter 3-4 ml/kgBB/% LB. (1,4,7,10)

Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum

digunakan pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Metode ini

mengacu pada waktu iskemik sel tubulus ginjal < 8 jam sehingga lebih tepat

diterapkan pada kasus luka bakar yang tidak terlalu luas tanpa keterlambatan. (1,4,7,10)

Pemberian cairan menurut formula Parkland adalah sebagai berikut: (1,4,7,10)

1. Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jam

pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi, anak dan

orang tua, kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai cedera inhalasi

maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.

16

Page 17: Luka bakar

2. Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3

mg/kgBB dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% jumlah

tetesan dibagi rata dalam 24 jam.

3. Pemantauan untuk menilai sirkulasi sentral melalui tekanan vena sentral

(minimal 6-12cm H20) sirkulasi perifer (sirkulasi renal). Jumlah produksi

urin melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg BB/jam maka jumlah

cairan ditingkatkan 50% dari jam sebelumnya.

4. Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis dan

sedimen).

5. Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan kuantitas

cairan lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak ada gangguan

pasase lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400 ml gangguan

berat. (1,4,7,10)

Penatalaksanaan 24 jam kedua

1. Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24

jam. Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa 5% atau 10% 1500-

2000 ml. Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.

2. Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah

produksi uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif samapi 5 mg/kgBB

3. Pemantauan analisa gas darah, elektrolit(1,4,7,10)

Penatalaksanaan setelah 48 jam

- Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintanance

- Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4 ml/kgBB),

hemoglobin dan hematokrit. (1,4,7,10)

Rumus Baxter:

Pada dewasa:

1. Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar

2. Hari II: Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%

17

Page 18: Luka bakar

Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan 16 jam

berikutnya.

Pada anak:

Hari I:

RL: dex 5% = 17:3

(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal

Kebutuhan Faal:

<1 thn = kgBB X 100cc

1 – 5 thn = kgBB X 75cc

5-15hn = kgBB X 50cc

Hari II: sesuai kebutuhan faal

Cara Evans

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah

cairan hari kedua.

Formula Parkland: (1,4,7,10)

Hari I (24jam pertama):

8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam

16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam

Penambahan cairan rumatan pada anak :

4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama

18

Page 19: Luka bakar

2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)

1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg

Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1%

dari kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari

produksi urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-1,5

cc/kg/jam. (1,4,7,10)

Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak

sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi

yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat

dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan

fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan

demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah

terjadinya SIRS dan MODS.1,2

4. Perawatan luka

Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,

mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi

debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),

pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan

perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses

reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur

dan untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin

untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini

dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang

cukup berat. Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan

untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis

diatasnya. (1,4,7,10)

19

Page 20: Luka bakar

Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka

bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab

pengerutan keropeng (eskar) dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat

mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan

sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini

penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya

rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus

cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng

sampai penjepitan bebas. (1,4,7,10)

Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel

berupa kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat

diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak

hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat

mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang

daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan

setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.1.,5

Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver

sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat

topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik

dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai

adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang

selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman.

Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna

hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat

berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup,

efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim

ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.1,5

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan

luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit

berkembang. Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-

20

Page 21: Luka bakar

argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa kurang

enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka yang

tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.1,5

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang

dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya

sedeikian rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.

Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak

bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih banyak pembalut dan

antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan kuman

untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi

tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas

sendiri.1

5. Eksisi dan graft

Luka bakar derajat IIB dan III tidak dapat mengalami penyembuhan

spontan tanpa autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan

menjadi fokus inflamasi dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan

sebagian besar ahli bedah karena memiliki lebih banyak keuntungan

dibandingkan debridement serial. Setelah dilakukan eksisi, luka harus ditutup

melalui skin graft (pencakokan kulit) dengan menggunakan biological

dressing. Terdapat 3 bahan biological dressing yaitu homografts (kulit mayat

dan penutup luka sementara), xenografts/heterografts (kulit binatang seperti

babi dan penutup luka sementara) dan autografts (kulit pasien sendiri dan

penutup luka permanen). Idealnya luka ditutup dengan kulit pasien sendiri

(autograft). Terdapat 2 tipe primer autografts kulit yaitu split-thickness skin

grafts (STSG) dan full-thickness skin grafts (FTSG). Pada luka bakar 20-30%

biasanya dapat dilakukan dalam satu kali operasi dengan penutupan oleh

STSGdiambil dari bagian tubuh pasien. (1,4,7,10)

6. Lain-lain

21

Page 22: Luka bakar

Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis

infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana

populasi kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-

patogen.Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-

3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak

diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan

adalah silver sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan

xerofom/bacitracin. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak

stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri. (1,4,7,10)

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan

keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak

2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan

diberikan melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian

nutrisi enteral dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera

bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral

dilakukan dengan aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam

yang menandakan pasase saluran cerna baik. (1,4,7,10)

Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk

memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu

sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai.Penderita luka bakar

luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat

dilihat dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga adalah

sirkulasi normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas darah,

elektrolit, hemoglobin dan hematokrit. (1,4,7,10)

7. KOMPLIKASI

Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi

saat perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan

eksisi dan grafting. Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah

SIRS, sepsis dan MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga

dapat terjadi, yaitu atrofi mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas

usus menurun dan ileus. Pada ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis

22

Page 23: Luka bakar

karena perfusi ke renal menurun. Skin graft loss merupakan komplikasi yang

sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma, infeksi dan robeknya graft.

Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan parut pada kulit

berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan kontraktur.Kontraktur kulit

dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan sendi. Kekakuan sendi

memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan

tindakan bedah. (1,4,7,10)

8. PROGNOSIS

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas

permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti

infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini

dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat

dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mugkin dapat menimbulkan luka parut.

Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus,

pembedahan dapat diperlukan untuk membuang jaringan parut. (1,4,7,10)

23

Page 24: Luka bakar

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. HR

Jenis Kelamin/umur : Laki-laki/ 5 tahun

Tempat, tanggal lahir : Manado, 25 September 2009

Alamat : Tombatu

Pekerjaan : -

Kebangsaan : Indonesia

Suku Bangsa : Minahasa

Agama : Protestan

Tanggal MRS : 4 Juli 2015

II. KELUHAN UTAMA

Luka dan nyeri diseluruh tubuh akibat tersiram air panas

Riwayat Penyakit Sekarang

Luka dan nyeri di seluruh tubuh akibat tersiram air panas dialami

penderita sejak ± 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Awalnya penderita sedang

menuang air panas ke termos, karena kepanasan, termos air terlepas dan penderita

terjatuh bersama-sama termos, sehingga air panas tumpah mengenai tubuh

penderita. Kemudian penderita dibawa ke RS. Kalooran Amurang dan dirujuk ke

RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado dengan infus terpasang.

24

Page 25: Luka bakar

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang demam.

Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6

Tekanan darah : 100/70mmHg

Nadi : 100 kali/menit, reguler, isi cukup

Respirasi : 30 kali/menit

Suhu aksila : 36.8˚C

Kepala :Konjungtiva anemis(-), Sklera ikterik(-), pupil bulat,

isokor ø 3mm – 3 mm, refleks cahaya normal

Leher : Trakea letak ditengah, pembesaran kelenjar getah bening

tidak ada

Thoraks : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)

Cor

a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

b) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

c) Perkusi : Batas jantung kanan di garis sternalis dekstra ICS IV

Batas kiri janting di garis midclavikula sinistra ICS V

Batas atas jantung di garis sternalis sinistra ICS II

Batas pinggang jantung di garis parasternalis sinistra ICS

III

d) Auskultasi : BJ I-II normal, bising tidak ada

Pulmo

a) Inspeksi : Simetris kiri=kanan

b) Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan

c) Perkusi : Sonor kiri sama dengan kanan

25

Page 26: Luka bakar

d) Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, nyeri tekan tidak ada

Hepar/Lien Tidak teraba

Ekstremitas :

- Superior : Akral hangat, edema (-)

- Inferior : Akral hangat, edema (-)

Status lokalis :

- Regio thoraks - abdomen: tampak bula yang sudah pecah, tampak luka

bakar dengan dasar kemerahan LLB 18%, hiperestesia

- Regio brachii - manus sinistra: tampak bula sebagian sudah pecah dengan

dasar kemerahan dan LLB 4,5%, hiperestesia

- Regio brachii dextra: tampak bula dengan LLB 1%

- Regio perineum: tampak bula yang sudah pecah dengan LLB 1%

- Regio femur dextra – regio pedis dextra: tampak bula sebagian sudah

pecah dengan dasar kemerahan dan LLB 8,5%, hiperestesia

- Regio femur sinistra: tampak bula yang sudah pecah dengan dasar

kemerahan dan hiprestesia (LLB uk 10x12cm + 2%)

- Regio cruris sinistra posterior: tampak bula yang sudah pecah dengan

dasar kemerahan dan hiprestesia (LLB uk 20x5cm + 2%)

- Total LLB: 37%

Rencana pemeriksaan penunjang:

Darah lengkap.

Diagnosis: Combustio grade II ec air panas.

Terapi :IVFD RL 2 line 40 gtt/menit

Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

Ketorolac 3x1/2 amp

26

Page 27: Luka bakar

Elkana syr 1x1

Sibro salep

Rawat luka

Pasang 02 6 liter/menit

Pasang Kateter (takar urine)

1 jam pertama 20 cc

1 jam kedua 20 cc

1 jam ketiga 20 cc

1 jam keempat 20 cc

Laboratorium tanggal 4 Juli 2015

Leukosit 14550 / uL SGOT 26 U/L

Eritrosit 5.46 x 106 / uL SGPT 0.4 U/L

Hb 15.1 g/dL Ureum 87 mg/dL

Ht 44.0% Creatinin 101.0 mg/dL

Trombosit 313 x 103 / uL GDS 115 mg/dL

MCH 28 pg Natrium 123 mEq/dL

MCHC 34 g/dL Kalium 5.40 mEq/dL

MCV 81 fL Klorida 101.0 mEq/dL

Follow up tanggal 5/07/2015

S: nyeri diluka

O: N: 120x/menit RR: 28x/menit Sb: 36.4˚ C

Status Lokalis :

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

27

Page 28: Luka bakar

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas

P: - IVFD RL 24gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500gr iv

- Ketorolac 3x1/2 amp

- Multivitamin syr 1x1

- Sibro salep

- Takar urin

Follow up tanggal 6/07/2015

S: nyeri diluka

O: N: 100x/menit RR: 20x/menit Sb: 36.7˚ C

Status Lokalis :

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

P: - IVFD RL 500cc : D5% 500cc dalam 24 jam

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Ketorolac 3x1/2 amp

- Elkana syr 1x1 cth

- Makan dan minum on demand

- Rawat luka dengan sibro salep (tiap 2 hari)

- Takar urin

Follow up tanggal 7/07/2015 – 9/07/2015

S: nyeri diluka

O: N: 106x/menit RR: 20x/menit Sb: 36.3˚ C

28

Page 29: Luka bakar

Status Lokalis :

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

P: - IVFD RL 24gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Ketorolac 3x1/2 amp

- Elkana syr 1x1 cth

- Makan dan minum on demand

- Rawat luka dengan sibro salep (tiap 2 hari)

- Takar urin

Follow up tanggal 10/07/2015-12/07/2015

S: nyeri diluka

O: N: 106x/menit RR: 20x/menit Sb: 36.3˚ C

Status Lokalis :

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

P: - IVFD RL 24gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Paracetamol syr 3x2 cth

29

Page 30: Luka bakar

- Elkana syr 1x1 cth

- Makan dan minum on demand

- Rawat luka dengan sibro salep (tiap 2 hari)

- Rencana debridemant GA

- Periksa lab SGOT, SGPT, PT, APTT, Alb.

- Periksa echocardiography

- Periksa x-foto thoraks

Follow up tanggal 13/07/2015

S: -

O: N: 120x/menit RR: 24x/menit Sb: 36.0˚ C

Status Lokalis :

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

P: - IVFD RL 20gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Paracetamol syr 3x2 cth

- Elkana syr 1x1 cth

- Rawat luka dengan sibro salep (tiap 2 hari)

- Rencana debridemant GA tanggal 14/7/2015

- Konsul anestesi untuk pre op

Follow up tanggal 14/07/2015

S: -

O: N: 106x/menit RR: 20x/menit Sb: 36.3˚ C

Status Lokalis :

30

Page 31: Luka bakar

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

P: - IVFD RL 24gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Paracetamol syr 3x2 cth

- Elkana syr 1x1 cth

- Rawat luka dengan sibro salep (tiap 2 hari)

- Debridemant hari ini

Laboratorium tanggal 14 Juli 2015

Leukosit 12270 / uL SGOT 33 U/L

Eritrosit 3.47 x 106 / uL SGPT 29 U/L

Hb 9.2 g/dL Ureum 7 mg/dL

Ht 28.1% Creatinin 0.3 mg/dL

Trombosit 499 x 103 / uL GDS 106 mg/dL

MCH 26 pg Natrium 100.0 mEq/dL

MCHC 33 g/dL Kalium 3.60 mEq/dL

MCV 81 fL Klorida 128 mEq/dL

Laporan operasi tanggal 14 Juli 2015

- Penderita terlentang dengan anestesi

- Antiseptik lapangan operasi

- Dilakukan pencucian dengan NaCL 0,9%

- Kemudian dilanjutkan devitalisasi jairngan dan pencucian luka bakar

- Luka dioles dengan sibro salf kulit

31

Page 32: Luka bakar

- Ditutup dengan kasa steril

- Operasi selesai

Follow up tanggal 15/07/2015

S: -

O: N: 110x/menit RR: 24x/menit Sb: 36.5˚ C

Status Lokalis :

- Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%, post debridemant H-1

P: - IVFD NaCL 20gtt/menit (mikro drips)

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Ranitidine injeksi 2x1/2 amp IV

- Ketorolac injeksi 3x1/2 amp IV

- Paracetamol drips 3x250 mg

- Rawat luka dengan sibro salep (tiap 2 hari)

Follow up tanggal 16/07/2015

S: -

O: - Regio thoraks - abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

32

Page 33: Luka bakar

P: - IVFD NaCL 0,9% 20gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Ranitidine injeksi 2x1/2 amp iv

- Ketorolac injeksi 3x1/2 amp

- Paracetamol drips 3x1 250mg iv k/p

- Debridemant dengan GA hari ini

Laporan operasi tanggal 16 Juli 2015

- Penderita terlentang dengan anestesi

- Balutan dibuka

- Jaringan mati dikeluarkan kemudian dioles dengan sibro salf kulit

- Luka ditutup dengan kasa steril

- Operasi selesai

Follow up tanggal 17/07/2015-18/07/2015

S: -

O: - Regio thoraks – abdominal : Luka terawat,jaringan granulasi

- Regio brachii – antebrachii (D) : luka terawat, jaringan granulasi

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat, jaringan granulasi

- Regio perineum : Luka terawat, pasang kateter

- Regio scrotalis : Luka terawat, jaringan granulasi

- Regio femur (D) et (S) : Luka terawat, jaringan granulasi

- Regio pedis (D) : Luka terawat, jaringan granulasi

A: Post debridement II ec combustio ec air panas LLB 37%

P: - IVFD RL 20gtt/menit

- Ceftriaxone injeksi 2x1 500 gr iv

- Paracetamol syr 3x2 cth

- Elkana syr 1x1 cth

- Rawat luka dengan GA tiap 2 hari (debridemant)

- Makan minum on demand

Follow up tanggal 19/07/2015

33

Page 34: Luka bakar

S: -

O: - Regio thoraks – abdominal : Luka terawat

- Regio perineum : Luka terawat

- Regio brachii – antebrachii (S) : Luka terawat

- Regio brachii (d) : Luka terawat

- Regio femur – pedis (d) : Luka terawat

- Regio femur (s) : Luka terawat

- Regio cruris (s) : Luka terawat

A: Combustio grade II ec air panas dengan LLB 37%

P: - IVFD NaCL 0,9% 20gtt/menit

- Ceftriaxone 2x1 500 gr iv

- Ranitidine injeksi 2x1/2 amp iv

- Ketorolac injeksi 3x1/2 amp

- Paracetamol drips 3x1 250mg iv k/p

- Debridement dengan GA hari ini

Laporan operasi tanggal 19 Juli 2015

- Penderita terlentang dengan GA

- Balutan dibuka

- Jaringan mati dikeluarkan kemudian dioles dengan sibro salf kulit

- Luka ditutup dengan kasa steril

- Operasi selesai

Follow up tanggal 20/07/2015-21/07/2015

S: nyeri diluka

O:Pada regio thoraks – abdominal, brachii – antebrachii dextra dan sinistra,

perineum, femur, cruris dextra et sinistra, luka terawat, jaringan granulasi (+), pus

(-).

A: Post debridemant ke III ec combustio ec air panas LLB 37%

P: - IVFD RL 20gtt/menit

- Ceftriaxone injeksi 2x1 500 gr iv

- Ketorolac inj 3x1/2 amp IV

34

Page 35: Luka bakar

- Elkana syr 3x1 cth

- Rawat luka dengan GA tiap 2 hari (debridemant)

- Rencana debridemant ke IV (22-07-2015)

Follow up tanggal 22/07/2015

S: nyeri pada luka ditubuh

O:Pada regio thoraks – abdominal, brachii – antebrachii dextra dan sinistra,

perineum, femur, cruris dextra et sinistra, luka terawat, jaringan granulasi (+), pus

(-).

A: Post debridemant ke III ec combustio ec air panas LLB 37%

P: - IVFD RL 20gtt/menit

- Ceftriaxone injeksi 2x1 500 gr iv

- Ketorolac inj 3x1/2 amp IV

- Elkana syr 3x1 cth

- Debridemant hari ini

Laporan operasi tanggal 22 Juli 2015

- Penderita terlentang dengan GA

- Balutan dibuka

- Jaringan mati dikeluarkan kemudian dioles dengan sibro salf kulit

- Luka ditutup dengan kasa steril

- Operasi selesai

Follow up tanggal 23/07/2015

S: nyeri pada luka ditubuh

O:Pada regio thoraks – abdominal, brachii – antebrachii dextra dan sinistra,

perineum, femur, cruris dextra et sinistra, luka terawat, jaringan granulasi (+), pus

(-).

A: Post debridemant ke III ec combustio ec air panas LLB 37%

P: - IVFD RL 20gtt/menit

- Ceftriaxone injeksi 2x1 500 gr iv

- Ketorolac inj 3x1/2 amp IV

- Elkana syr 3x1 cth

35

Page 36: Luka bakar

- Debridemant hari ini

36

Page 37: Luka bakar

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia listrik

dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok)

sampai fase lanjut. Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api baik secara

langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak

terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Luka bakar yang disebabkan kontak

dengan air panas, semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya,

semakin besar kerusakan yang ditimbulkan.

Pada kasus ini, An. HR umur 5 tahun datang dengan keluhan luka dan

nyeri di seluruh tubuh akibat tersiram air panas dialami penderita sejak ± 1 hari

sebelum masuk Rumah Sakit. Awalnya penderita sedang menuang air panas ke

termos, karena kepanasan, termos air terlepas dan penderita terjatuh bersama-

sama termos, sehingga air panas tumpah mengenai tubuh penderita. Kemudian

penderita dibawa ke RS. Kalooran Amurang dan dirujuk ke RSUP Prof. dr. R. D.

Kandou Manado dengan infus terpasang.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan, regio thoraks - abdomen tampak bula

yang sudah pecah dan tampak luka bakar dengan dasar kemerahan, regio brachii -

manus sinistra tampak bula sebagian sudah pecah dengan dasar kemerahan, regio

brachii dextra tampak bula, regio perineum tampak bula yang sudah pecah, regio

femur dextra – regio pedis dextra tampak bula sebagian sudah pecah dengan dasar

kemerahan, regio femur sinistra tampak bula yang sudah pecah dengan dasar

kemerahan, regio cruris sinistra posterior tampak bula yang sudah pecah dengan

dasar kemerahan dan hiprestesia. Merujuk pada pemeriksaan fisik itu maka bisa

disimpulkan bahwa luka bakar di regio thoraks-abdomen 18%, regio brachii-

manus sinistra 4,5%, regio brachii dextra 1%, regio perineum 1%, regio femur

dextra – regio pedis dextra 8,5%, regio femur sinistra ukuran 10x12cm + 2%,

regio cruris sinistra posterior ukuran 20x5cm + 2%. Luas luka ditentukan menurut

rules of nine dari Wallace. Total luas luka bakar mencapai 3.7% dengan

37

Page 38: Luka bakar

kedalaman derajat II. Pasien ini masuk dalam kriteria untuk dirawat inap di rumah

sakit, walaupun hanya 3.7% luas luka bakarnya namun pasien ini luka bakar

derajat II yang melibatkan area kritis wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum

yang merupakan risiko signifikan untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi,

hal ini merupakan salah satu indikasi untuk dilakukan perawatan rawat inap di

rumah sakit menurut American Burn Association.

Luka bakar pada pasien ini digolongkan derajat II sebab kerusakan

meliputi epidermis dan sebagian dermis yang terlihat dari reaksi inflamasi akut

dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar luka berwarna merah atau pucat dan

nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar pada pasien tidak digolongkan

dalam derajat I sebab pada luka bakar derajat I kelainannya hanya berupa eritema,

kulit kering, nyeri tanpa disertai eksudasi. Luka bakar juga tidak digolongkan

dalam derajat III sebab pada luka bakar derajat III dijumpai kulit terbakar

berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah (cekung) dibandingkan kulit

sekitar dan tidak dijumpai rasa nyeri/hilang sensasi akibat kerusakan total ujung

serabut saraf sensoris.

Dari pemeriksaan laboratorium darah tepi tanggal 4/7/2015 ditemukan

peningkatan leukosit. Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh reaksi inflamasi

pada fase akut luka bakar. Pada takar urin 1 jam pertama 20 cc, 1 jam kedua 20

cc, 1 jam ketiga 20 cc, 1 jam keempat 20 cc. Penatalaksanaan yang dilakukan

pada pasien ini adalah reusitasi cairan. Dengan cara Baxter dapat dihitung

kebutuhan cairan pasien yaitu:

Hari I: (2 cc x kgBB x % luas luka bakar) + kebutuhan faal =

(2 x 25 x 3,7%) + 1875 = 2060 mL / 24 jam

Hari II: sesuai kebutuhan faal

Cairan yang digunakan yaitu Ringer Laktat (RL). Hal yang dimonitor selama

resusitasi yaitu output urin 0,5 – 1 mL/kg BB/jam dan tanda-tanda vital.

Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar dibersihkan

dengan NaCl yang mengalir. Hal ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan

suhu di daerah cedera, sehingga dapat menghentikan proses combustio pada

38

Page 39: Luka bakar

jaringan. Kemudian diberikan krim SIBRO untuk perawatan luka bakarnya.Obat

oles yang dipakai ini untuk membuat luka bebas infeksi, selain itu mengurangi

rasa nyeri, bisa menembus eskar, selain itu untuk mempercepat epitelisasi. Untuk

menutup luka, digunakan kasa steril. Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam.

Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena berdasarkan luas luka

bakar hanya 3,7% dengan hasil laboratorium, takar urin, selama perawatan

menunjukkan perbaikan.

39

Page 40: Luka bakar

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Tn.VK umur 21 tahun datang dengan keluhan luka dan nyeri di tangan

kiri akibat tersengat listrik dialami penderita sejak ± 4 jam sebelum masuk Rumah

Sakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada Regio frontalis sinistra terdapat

luka lecet ukuran ± 1x1 cm, Regio antebrachii sinistra terdapat luka bakar ukuran

± 20x8 cm bula (-) nyeri (+) dasar subkutis. Berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik penderta didiagnosa dengan Luka Bakar Listrik.

Saran untuk pasien agar kontrol rutin di Poliklinik Bedah Plastik untuk

perawatan luka, minum obat secara teratur, dan sesekali melakukan pemeriksaan

EKG dan pemeriksaan fungsi ginjal. Hal ini agar supaya dapat melihat apakah

trauma listrik yang dialami sebelumnya memberikan dampak pada organ jantung

dan ginjal atau tidak. Selain itu, hendaknya pasien berhati-hati jika nantinya akan

bekerja kembali di instalasi listrik dengan menggunak sandal jepit dengan sol

karet agar dapat mengurangi resiko cedera listrik.

40

Page 41: Luka bakar

DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery.

3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p 118-129

4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259

5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal. November 2006

6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari 2008

7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Agustus 2008

8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19. http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007

10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari 2006

41