luka bakar

42
BAB I PENDAHULUAN Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, terlebih akhir- akhir ini dengan maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dengan demikian, kita sebagai dokter membutuhkan pemahaman yang baik tentang luka bakar itu sendiri, baik pada korban hidup maupun korban yang telah meninggal. Berangkat dari hal tersebut di atas, maka kami menyusun tulisan mengenai luka bakar dengan tujuan : 1. meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang luka bakar, meliputi definisi, ciri-ciri, dan penatalaksanaan luka bakar. 2. mahasiswa mampu membuat visum et repertum korban luka bakar, baik korban hidup maupun korban meninggal. Adapun manfaat yang kami harapkan dari penyusunan tulisan ini adalah agar tulisan ini dapat menjadi contoh dalam menyusun visum et repertum luka bakar. 1

Upload: christine-nora

Post on 31-Oct-2015

203 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

definisi dan macam- macam tentang etiologi penyebab luka bakar

TRANSCRIPT

Page 1: Luka Bakar

BAB IPENDAHULUAN

Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang sering kita jumpai dalam

kehidupan sehari-hari, terlebih akhir-akhir ini dengan maraknya kasus kekerasan dalam

rumah tangga. Dengan demikian, kita sebagai dokter membutuhkan pemahaman yang

baik tentang luka bakar itu sendiri, baik pada korban hidup maupun korban yang telah

meninggal.

Berangkat dari hal tersebut di atas, maka kami menyusun tulisan mengenai luka

bakar dengan tujuan :

1. meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang luka bakar, meliputi definisi, ciri-

ciri, dan penatalaksanaan luka bakar.

2. mahasiswa mampu membuat visum et repertum korban luka bakar, baik korban

hidup maupun korban meninggal.

Adapun manfaat yang kami harapkan dari penyusunan tulisan ini adalah agar

tulisan ini dapat menjadi contoh dalam menyusun visum et repertum luka bakar.

1

Page 2: Luka Bakar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti api , air panas , bahan kimia , listrik dan radiasi . Luka bakar

merupakan satu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi , yang memerlukan

penatalaksanaan khusus sejak awal sampai fase lanjut.1

FASE LUKA BAKAR:

Dalam perjalanan penyakitnya dibedakan 3 fase pada luka bakar yaitu

1. Fase awal / Fase akut/ Fase Syok .

Pada fase ini , problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas. Karena

adanya cedera inhalasi dan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan

sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis yang bersifat sistemik.

2. Fase setelah syok berakhir.

Fase berlangsung setelah syok berakhir/ dapat diatasi . Luka terbuka akibat

kerusakan jaringan menimbulkan masalah antara lain:

a. Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat

elektif, proses inflamasi disini terjadi lebih hebat disertai exudasi. dan

kebocoran protein yang mengakibatkan terjadinya system imunologik → SIRS

b. Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.

c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas yang menyebabkan perubahan

dan gangguan proses metabolisme.

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka samapi terjadi maturasi.

Masalah pada fase ini antara lain terjadi parut hipertrofi, kontraktur dan

deformitas.

2

Page 3: Luka Bakar

KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Luka bakar dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kedalaman

kerusakan jaringan,yaitu :

a. Berdasar penyebab

Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis antara lain

- luka bakar karena api

- air panas

- bahan kimia

- listrik dan petir

- radiasi

- frost bite

b. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan

Luka bakar derajat I:

- Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis

- Kulit kering,hiperemik berupa eritem

- Tidak dijumpai bula

- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari

Luka bakar derajat II:

- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi

disertai proses eksudasi.

- Dijumpai bula

- Nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi

- Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi diatas kulit

normal

- Dibedakan atas dua:

a.Derajat II Dangkal:

- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis

- Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

masih utuh

- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari

3

Page 4: Luka Bakar

b.Derajat II Dalam:

- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

masih utuh

- Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung epitel yang tersisa. Biasanya

penyembuhan lebih dari 1 bulan .

Luka bakar derajat III :

Kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yang lebih dalam

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar kulit, kelenjar sebasea

mengalami kerusakan . Tidak dijumpai bula.

Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering, letaknya lebih

rendah dari kulit sekitar .Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis

yang dikenal eskar tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-

ujung saraf sensorik mengalami kerusakan. Penyembuhan terjadi lama karena

tidak ada epitelisasi spontan dari dasar luka.2

Berat ringan luka bakar ditinjau dari kedalaman dan kerusakan jaringan ini

ditentukan oleh beberapa faktor :

1. Penyebab

2. Lama kontak

Bahan kimia , terutama asam dapat menyebabkan kerusakan hebat akibat reaksi

jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan

proses penyembuhan

Pembagian kerusakan jaringan

1. Zona koagulasi

2. Zona statis

3. Zona Hiperemi

Kategori penderita

Berdasarkan berat atau ringan luka bakar diperoleh beberapa kategori penderita :

1. Luka bakar berat

a. derajat II-III lebih dari 40 %

4

Page 5: Luka Bakar

b. derajat III pada muka tangan dan kaki

c. adanya trauma pada jalan nafas tanpa memperhitungkan luka bakar

d. luka bakar listrik

e. disertai trauma lainya

2. Luka bakar sedang

a. derajat II 15 – 40 %

b. derajat III < 10 % kecuali muka tangan dan kaki

3. Luka bakar ringan

a. derajat II < 15 %

b. Derajat III < 2 %

Temuan Forensik

Kejadian

Kematian dari kejadian kebakaran biasanya akibat dari bunuh dari atau

pembunuhan.Kematian akibat ketidaksengajaan yang diakibatkan kebakaran

kebanyakan terjadi pada bayi, anak-anak, dan dewasa. Kematian akibat

ketidaksengajaan akibat kebakaran biasanya terjadi pada orang dalam pengaruh

obat atau alkohol yang terperangkap oleh kobaran api. Pemabuk sering memulai

terjadinya kebakaran karena kelalaian tindakan. Salah satu contoh, seorang wanita

ditemukan tewas di tempat tidurnya, 3 botol kosong brandy dan 2 pak rokok

ditemukan di samping tempat tidur. Bukti menunjukkan bahwa korban telah

mabuk berat sebelum meninggal dan kemungkinan kain sprei terkena percikan

dari rokok.

Membakar diri jarang terjadi, biasanya ditemukan zat zat yang mudah terbakar di

tubuh korban dan pakaiannya,lalu setelah itu terjadi kebakaran.

Tubuh biasanya dibakar setelah korban meninggal untuk meninggalkan jejak luka

pembunuhan, oleh karena alasan ini otopsi komplit harus dilakukan terhadap

tubuh yang sudah dipindahkan dari lokasi kebakaran.

Mekanisme Kematian

Angka kejadian terbanyak dari luka bakar terjadi pada 24 jam pertama. Biasanya

akibat syok dan toksaemia. Toksemia berlangsung pada 72-96 jam dan dapat

5

Page 6: Luka Bakar

menyebabkan kematian. Sepsis adalah faktor yang paling penting pada kematian

pada kejadian 4-5 hari/lebih setelah luka bakar. Perubahan hepar diragukan untuk

mampu menjadi penyebab kematian. Angka kematian meningkat secara tidak

langsung akibat bronkopneumonia, pada bayi biasanya akibat erosi akut dari

duodenum dan traktus intestinal. Kerusakan fatal ginjal juga bisa menyebabkan

kematian.

Temuan Dini Otopsi Pada Kematian Luka Bakar

Kelainan Khusus Patologis

Lesi eksternal Luka bakar dapat ditemukan pada pemeriksaan luar tubuh.

Keadaan, luas, sifat dasar luka harus dideskripsikan. Luas luka sebanding dengan

angka kematian.

Luka bakar biasanya dideskripsikan sesuai dengan derajat I-VI, yang

diklasifikasikan oleh Dupuytren. Menurut Wilson, klasifikasi Dupuytren susah

dinilai oleh mata telanjang. Wilson menyarankan luka diklasifikasikan menjadi 3

tipe yaitu dermal, dermo-epidermal,deep burn.Selain dari kegunaan beda

klinis,klasifikasi Wilson berguna untuk mendskripsikan kematian anatomis pada

laporan post mortem.

Heat rigor.Dapat ditemukan pada otot.Fenomena ini dapat ditemukan pada kasus

dimana terjadi pada deep charring of the body

Liver neksrosis.Selama bertahun tahun sentrilobular neksrosis dari hepar telah

diobservasi pada luka bakar yang fatal.Bentuk ini ditemukan pada akut toksikemi

yang menyertai luka bakar,tapi pada beberapa tahun belakangan,bukti penelitian

dan klinis menunjukkan bahwa luka ini disebabkan oleh koagulasi agen yang

dilakukan daripada luka bakar tersebut.

Kelainan Umum Patologis

Kelainan ini seperti tanda perubahan kongestif organ visceral.Hemorrage

petechiae, pleura, pericardium dan endocardium.1

Poin Tambahan Pada Kepentingan Medical legal

Apakah orang ditemukan pada kebakaran masih hidup atau sudah meninggal

pada saat api membakar dirinya?

6

Page 7: Luka Bakar

Orang yang meninggal oleh kobaran api konsentrasi CO darah mencapai 10%,dan

partikel karbon ditemukan pada jalan napasnya.Dua tanda tadi tidak ditemukan

pada orang yang meninggal sebelum terjadi kebakaran.2 tanda diatas

menunjukkan bahwa korban tersebut masih hidup sesaat kebakaran.Jika kadar

CO-Hb tinggi akan didapatkan cherry red

Penyebab kematian pada kebakaran

Penyebab kematian biasanya karena terbakar,tapi mungkin juga disebabkan

keracunan akut karbonmonoksida atau gas beracun bentuk lain,seperti

nitrogen,amoniak dan hydrogen sianida,hydrogen sulfat,sulfur,akrolin.1

LUKA BAKAR DAN MAYAT YANG TERBAKAR

Derajat luka bakar menurut Wilson :

1. Tipe I : terbakarnya epidermis. Pada tipe ini lesi terletak di epidermis dan

menimbulkan eritema dengan atau tanpa lepuh.

2. Tipe II : terbakarnya dermoepidermial, dimana dermis dan epidermis terpisah dan

dermis mengalami kerusakan.

3. Tipe III : terbakarnya lapisan profunda, dimana seluruh kulit rusak dan jaringan

dibawahnya terlihat. Pada beberapa kasus, nampak pulau-pulau dermis yang intak

pada luka.3

Gambaran histologis luka bakar :

1. Derajat I : eritema.

Merupakan derajat luka bakar yang paling ringan, dimana timbul intravital pada

kulit yang terpapar. Kulit nampak merah dan sedikit bengkak, kadang hanya

terlihat secara histologis. Gambaran khas berupa vasodilatasi dan hiperemis,

terutama kapiler di stratum papilare kutis yang berlangsung selama 2-4 hari.

Jaringan ikat di sekitarnya mengalami disagregrasi dan sering disisipi oedema

yang mengandung protein, kadang nampak serbukan leukosit.

Temuan histologis eritema dapat dilihat dengan pengecatan HE. Temuan

ini akan berangsur menghilang dalam beberapa hari, kebanyakan 8 hari, pada

7

Page 8: Luka Bakar

individu yang bertahan hidup dan sembuh tanpa meninggalkan bekas. Eritema

dapat muncul postmortem dalam bentuk yang lebih lemah oleh efek panas pada

kulit mayat. Pada regio livor mortis, identifikasi histologis dari eritema akibat

panas menjadi lebih sulit karena bersuperposisi dengan hypostasis berat.

Temuan eritema tidak dapat dipercaya sebagai efek panas intravital.

2. Derajat II : lepuh

Secara histologis, lepuh berisi serum, yang merupakan tanda reaksi

peradangan yang kebanyakan mengandung sedikit limfosit, monosit, PMN..

Pada perifer dari lepuh, epitel dari epidermis yang tidak lepas nampak bengkak

dan beberapa mengalami perubahan nekrobiologis, dimana inti selnya sedikit

yang dapat di cat. Pada daerah transisi antara tepi area yang rusak dan area kutis

yang tidak berubah, inti sel dari stratum basale dan stratum granulosum

mengecil dan memanjang secara longitudinal (elongasi inti sel).

Bentuk lepuh akut bervariasi, tergantung dari area kulit yang terpapar, usia

korban, dan jenis panas yang terlibat. Pada anak-anak, kulitnya tipis dan kaya

air, lebih reaktif pada luka bakar dibanding dewasa. Pada beberapa kasus pada

efek panas yang lebih kuat, pembentukan lepuh dapat meliputi seluruh epidermis

termasuk stratum germinativum. Secara histologis pada kasus ini, dasar lepuh

terdiri atas stratum papilare kutis yang rusak. Vaskular, pada awalnya

terkontriksi dan kemudian terdilatasi dan secara ekstrim terkongesti,

mengandung eritrosit.

Diagnosa banding lepuh terbakar adalah lepuh akibat keracunan barbiturat.

Keduanya memperlihatkan reaksi peradangan akut yang serius. Pada lepuh

barbiturat, elongasi inti sel pada area perifer lebih sedikit. Pada setiap

pembentukan lepuh, perubahan inti sel pada area marginal menunjukkan

peregangan dan penarikan dari jaringan. Pengumpulan dan fragmentasi eritrosit

dan peningkatan basofil jaringan tidak muncul pada lepuh barbiturat. Lepuh

8

Page 9: Luka Bakar

akibat suhu dingin tidak dapat dibedakan secara histologis dengan lepuh

terbakar. Secara histologis, lepuh yang membusuk nampak lapisan epidermisnya

terlepas dan kutisnya nampak, tidak nampak tanda hiperemia dan peradangan,

lepuhnya berisi protein dan tidak mengandung sel. Pada area marginal, elongasi

seluler dan inti sel dapat dilihat pada epidermis yang teregang dan terangkat dari

jaringan dibawahnya.

Lepuh terbakar dengan fibrin, lekosit, dan reaksi vaskular pada jaringan

dianggap sebagai reaksi intravital. Lepuh di epidermis dapat disebabkan efek

panas pada waktu singkat setelah kematian, namun tidak diikuti reaksi

peradangan.

Penyembuhan dari lepuh terbakar biasanya dalam 10-12 hari jika tidak

terinfeksi. Isi lepuh akan diserap, dan epidermis yang terlepas akan mengering

dan berganti. Dari area marginal akan muncul epitelialisasi baru, sering dibawah

lepuh, setelah beberapa hari akan menutupi defek epidermis.

3. Derajat III : nekrosis kulit dan subkutis

Temuan histologisnya dipengaruhi faktor biofisik, klinis, dan kronologis.

Yang paling sering ditemukan adalah pusat nekrosis yang berupa proses

koagulasi pada kulit. Di daerah sekitarnya, ada bentuk bergradasi dari kerusakan

panas yang ringan hingga jaringan yang tidak rusak : oedema selular dan inti sel,

hilangnya granulasi basofilik sitoplasma, inti sel yang piknotik, terbentuknya

vakuole intrasitoplasma dengan isi basofilik, rusaknya kromatin, dan karioreksis.

Semua perubahan selular ini bisa dianggap awal dari devitalisasi yaitu

nekrobiosis.

Kutis yang terletak di sentrum kerusakan dibawah epidermis yang mencair

mengalami nekrosis. Hal yang paling sering ditemukan adalah oedema awal

yang muncul setelah beberapa menit pada zona perifer dari area kutis yang mati.

Terjadi vasokonstriksi vaskular superfisial dan vasodilatasi pada profunda. Pada

vaskular ditemukan pengumpulan eritrosit, fragmentasi termal, tanda hemolisis,

dan oklusi akibat koagulasi termal. Pada lesi termal profunda nampak reaksi

peradangan yang lambat. Infiltrasi leukosit tidak muncul hingga 6-24 jam. Juga

tidak ditemukan deposit fibrin dan perdarahan.

9

Page 10: Luka Bakar

Kerusakan jaringan lemak subkutis dengan pencairan berupa kolapsnya sel

dan cairan ekstraseluler, dan lemak netral teremulsi secara kasar. Batas membran

sel skeletal dan sarkoplasma menjadi kabur. Endomysium bengkak dan serat

lintang menjadi sulit dilihat secara langsung.

Pada kasus terbakar melalui kontak dengan metal panas (thermal

metallization) nampak luka seperti luka akibat sengatan listrik.

Sulit membedakan luka bakar derajat III baru pada intravital atau

postmortal. Karena semua tampilan histologis dan histokimianya mirip.

Luka bakar post mortem terdiri atas :

Lepuh dan kavitas kosong di epidermis

Struktur paralel seperti pita di jaringan lemak sunkutis (sesuai dengan

derajat panas)

Lepuh marginal pada vaskular

Luka bakar post mortem dapat ditegakkan bila tidak didapatkan :

o Hiperemia (di luar area lividitas postmortal

o Dilatasi vaskular

o Oedema dinding vaskular

o Termal koagulasi pada vaskuler di korium

o Fragmentasi eritrosit

o Metakromasia

4. Derajat IV : lapisan profunda dan charring.

Meliputi terpaparnya tulang, yang diikuti karbonisasi dan destruksi seluruh

ekstremitas dan seluruh bagian tubuh. Diakibatkan oleh nyala api langsung dengan

suhu tinggi.

General heat

Hepar

Nampak oedema perikapiler dan infiltrasi monosit limfositik pada trigonum

Glisson di lobulus hepar setelah beberapa jam terbakar. Pada lobulus perifer, epitel hepar

opak dan bengkak, nampak pemisahan sitoplasma dan distensi inti sel (Zinch 1940, Reh

1960). Nampak inti sel raksasa yang piknotik dan epitel PMN hepar.

10

Page 11: Luka Bakar

Pada anak-anak ditemukan infiltrasi difus dari partikel lemak berukuran besar

dan sel raksasa berinti banyak dengan akumulasi pigmen dan produk fagositosis seperti

plak yang terdiri atas asam amino.

Ginjal

Tidak spesifik, nampak hiperemia dan kongesti vaskular, bengkak yang opak

dan degenerasi hialin pada epitel tubulus, silinder hemoglobin, pelebaran kapsula

Bowman, lepasnya epiteltubulus dari membrana basalis, perubahan regresif epitel tubulus

menjadi nefrosis nekrositer, bertambahnya sel-sel di glomerolus, kolapsnya loop

glomerolus, glomerulohistolisis, eksudat serous pada spatium kapsulare, hilangnya

glomerolus, silinder protein, dan infiltrat septik fokal dan pencairan.

Jantung

Perubahan bentuk miokarditis serosa muncul bersama oedema fibrosa dan

bengkaknya serat lintang dan diskus interkalatum. Juga nampak area pucat fokal dan

homogen, terutama otot septum ventrikel kanan. Pada banyak kasus, terutama anak-anak,

akumulasi histiosit dan vakuole tanpa lemak perivaskuler ditemukan pada sel otot jantung

akibat hipoksia.

Paru-paru

Nampak oedema intertisisal umum, oedema fokal intra alveolar, perdarahan

intra alveolar, dinding vaskular bengkak dan disagregrasi. Pada regio kepala ditemukan

trakheobronkhitis pseudomembranosa, bronkhiolitis, perdarahan intertisial dan alveolar,

trombus fibrin pada arteri kecil dan arteriol, ateletaksis fokal, bronkhopneumonia, dan

emfisema akut.

Otak

Yang penting adalah oedema. Juga ditemukan fibrinolisis berat dan

pembentukan sel shadow, oedema akut dan homogenisasi sel ganglion.

Kelenjar adrenal

Hiperplasia korteks adrenal eksterna dan peningkatan produksi aldosteron dan

adrenalin beberapa jam setelah terbakar (Fain 1964). Terjadi penurunan jumlah lipid dan

kholesterol. Setelah 2-4 hari, temuan ini berbalik dan terjadi perubahan distrofia.

Pankreas

11

Page 12: Luka Bakar

Pada luka bakar jarang diperiksa namun sering diperiksa pada kondisi syok.

Ditemukan trombus fibrin pada kapiler dan arteriol, perdarahan, nekrosis sel parenkim

dan kadang-kadang sekelompok nekrosis.

Gaster dan intestinum

Ulkus gaster dan duodenum dengan komplikasi fatal, seperti ulkus akibat syok.

Ulkus terbentuk segera pada mukosa mencapai tunika muskularis dalam submukosa.

Adalah sulit untuk menilai sebab perdarahan dan perforasi pada dewasa, karena hal ini

dapat ditimbulkan oleh trauma sistemik setelah terbakar.

Frekuensi ulkus gastrointestinal + 25% dari peristiwa kebakaran yang dikenal

sebagai efek Curling (Druner dan Grozinger 1972).

Morfologi sindroma syok (Remmel 1975, Selles 1965) muncul ketika terjadi :

Mikrotrombus intravaskuler di paru-paru, hati, ginjal, dan saluran

gastrointestinal

Nekrosis epitel hati dan ginjal

Distensi tubulus renalis

Akumulasi sel myelopoetik intravaskular di ginjal

Erosi mukosa saluran gastrointestinal

Kematian akibat paparan panas tinggi dan panas yang dihirup memberikan karakter yang

khas yaitu :

Ruptura dengan perdarahan dan pelepasan fibrin di jaringan paru

Pembengkakan dan pelepasan lepuh epitel trakhea dan bronkhus

Oedema intraalveolar dan perivaskular pada paru-paru

Pembengkakan dan agregasi tunika intima dan septum vaskular kecil di

paru-paru

Pembengkakan tunika parietalis arteri kecil dan arteriol di kortek ginjal

Tanda hipoksia pada epitel alveolus dan organ berparenkim.

Kadang-kadang destruksi total mukosa trakheobronkhial dengan reaksi

peradangan dan oedema parietal.

Mayat yang terbakar

12

Page 13: Luka Bakar

Efek panas sering berlanjut dalam waktu kematian dan menghancurkan temuan

jaringan yang berhubungan dengan penentuan sebab kematian. Nampak perubahan pada

bronkus cabang kedua dan ketiga dan pada jaringan paru pada luka bakar inhalasi

intravital yang meliputi :

Pembengkakan dan nekrosis koagulasi epitel silindris berlapis superfisial

Elongasi inti sel epitel dan pembentukan struktur palisade

Evaginasi kelenjar mukosa superfisial

Fragmentasi dan pengumpulan eritrosit di mukosa vaskular

Oedema submukosa

Hiperemia mukosa ginjal

Pada luka bakar inhalasi nampak oedema parenkim paru dengan perdarahan

berbintik. Di dalam oedema ini, ada pneumosit makrofag yang bengkak dengan granula

pigmen coklat seperti plak yang mungkin terbentuk dari hemoglobin.

Sudah diketahui secara luas bahwa ada partikel jelaga pada mukosa traktus

respiratorius profunda dan alveoli. Pada kasus kematian akut akibat api dan efek asap,

partikel ini tidak menyatu dengan jaringan, pada paparan intravital partikel jelaga

menempel secara longgar di atas membrana mukosa atau mengelilingi cairan mukus.

Kadang-kadang ditemukan zona merah seluas 6-8 mm pada tepi area yang

terbakar post mortem. Antara zona ini dan perifer ada area dermis pucat seluas beberapa

milimeter. Secara histologis, pita merah ini terdiri atas vaskular yang terdistensi oleh

darah pada lapisan superfisial kutis dan subkutis. Hal ini bisa juga dimunculkan dalam

eksperimen pada mayat.

Emboli lemak merupakan tanda intravital pada mayat yang terbakar. Hal ini juga

dapat dihasilkan dalam eksperimen pada mayat dengan efek panas terhadap seluruh tubuh

mayat atau paparan langsung pada hepar (Schollmeyer 1962).

Pemeriksaan histologis pada otak jarang dilakukan sekalipun ada karbonisasi

eksterna dan kerusakan parsial pada area sentral. Karena kehilangan cairan dan

pengerutan, struktur otak menjadi lebih padat (Dotzauer dan Jacob 1952). Nampak proses

koagulasi intravaskular dengan pembentukan globulus fibrin, demineralisasi area

perivaskular dibentuk oleh sel glia, dan homogenisasi dinding vaskular (Jacob 1956).

13

Page 14: Luka Bakar

Epidural burn hematoma terbentuk postmortal setelah efek lokal yang hebat

pada tengkorak dan dapat dibedakan dengan hematom yang sama pada intravital secara

makroskopis. Secara histologis, burn hematoma nampak sebagai struktur yang

didominasi lemak yang mencair dan masa gelatin dan sedikit komponen darah.

Pemeriksaan hitologis pada tulang yang terbakar cukup sulit. Dari penelitian

didapatkan penurunan stabilitas mekanik seiring dengan peningkatan paparan panas.

Stabilitas minimal tercapai pada suhu 4000 C. Pada suhu 7000 C, terjadi fusi dari kristal-

kristal mineral tulang, struktur lamelar tulang memfasilitasi homogenisasi (Hermann

1973, 1975). Fusi kristal mineral membutuhkan hilangnya volume dan penyusutan khas

tulang sebanyak 10-15%.

HEAT DEATH

Identifikasi kematian akibat panas tanpa tanda terbakar adalah sulit. Tidak ada

perbedaan yang berarti antara luka bakar menyeluruh dengan efek lesi termal pada organ

dalam (“burning sickness”, general hyperpyrexia).

Pada hipertermia penyebab kematian sulit ditentukan, hanya ditemukan tanda

morfologis dari kegagalan kardiovaskular, sianosis keseluruhan, kongesti vaskular, dan

aspirasi ini perut (Maulhardt 1975).

KEMATIAN AKIBAT HIPOTERMIA

Pemeriksaan histologi pada frost bite, menimbulkan efek postmortal yaitu

pembentukan es pada jaringan organ berparenkim dan otot skeletal mayat. Hal ini

menyebabkan pembentukan kavitas dan kerusakan jaringan yang luas dengan efek

merugikan dalam perbandingan data histologis. Kadang-kadang kerusakan ini disebabkan

penyimpanan mayat dalam suhu yang terlalu rendah (< 00 C).

Local frostbite

Terbentuk pada area kontak dengan konduktor dingin dan area akral yang

terpapar dingin seperti telinga, hidung dagu, dan ekstremitas. Nampak erupsi lepuh yang

secara histologis tidak bisa dibedakan dengan lepuh akibat panas. Kerusakan syaraf

perifer karena dingin mengganggu inervasi dinding vaskular. Terjadi peningkatan

permeabilitas tunika intima menyebabkan influks cairan pada lapisan profunda vaskular

14

Page 15: Luka Bakar

disertai trombopati. Kondisi kulit sendiri tidak bisa dievaluasi sebagai indikator trauma

dingin yang sesungguhnya.

Penelitian Fischer dan Müller (1971) dan Shafer dan Thomsen (1955)

menunjukkan adanya efek yang tertunda akibat bekunya organ perifer.

Komplikasi fatal dari trauma dingin perifer yaitu emboli lemak pada paru-paru

ketika kedua ekstremitas bawah membeku (Hardmeier 1963). Emboli ini berasal dari

nekrosis jaringan lemak pada area yang beku.

General frostbite (fatal hypothermia)

Temuan pada hipotermia fatal sedikit dan tidak khas (Hirnoven 1976). Nampak

oedema kutis dan subkutan wajah dan eksteremitas, eritema dan lepuh pada area kontak,

perdarahan berbintik kasar pada mukosa lambung dan intestinum, nekrosis lemak di

pankreas, hemorrhagic pancreatitis, mikroinfark pada hampir semua organ dalam

diinduksi oleh koagulasi eritrosit pada vaskular kecil dan bronkopneumonia sebagai

komplikasi akhir. Perdarahan intrapulmoner terjadi pada anak-anak (Mant 1964, 1969;

H.Müller 1971). Juga terjadi deplesi glikogen pada hati, degenerasi lemak pada epitel

tubulus proksimal ginjal, lepasnya protein pada kapsula Bowman, dan perdarahan pada

endokardium dan pleura.

Tanda vital yang khas pada kematian akibat hipotermia adalah perdarahan pada

otot iliopsoas (Dirnhofer dan Sigrist 1979; Schneider dan Klug 1980). Adanya

perdarahan diapedesis akibat gangguan permeabilitas sister vaskular terminal pada area

otot. Lebih jauh, tanda hipoksia dinding vaskular dalam bentuk degenerasi vakuolar

ditemukan pada sel-sel lapisan medial.

Nampak perubahan degeneratif pada serat otot jantung berupa eosinifilia,

pembengkakan oedematik, pembentukan vakuol, piknosis inti sel, dan nekrosis fokal

(Müller 1975; Shuda 1964; Sarajas 1964). Pada kelenjar adrenal terjadi deplesi lipoid dari

kortek dan deplesi vakuol dari medula. Terjadi umpan balik negatif terhadap hipofise

berupa resorpsi koloid, hiperemia kapiler, dan desquamasi epitel pada kelenjar tiroid

(Simon dan Müller 1961).3

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Tindakan pertama dan utama menolong kasus luka bakar adalah menghentikan

kontak dengan sumber panas yaitu mematikan api misalnya dengan menutup bagian yang

15

Page 16: Luka Bakar

terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala. Kontak dengan

bahan yang panas juga harus cepat diakhiri misalnya dengan mencelupkan bagian yang

terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram air

panas. Bila penyebab luka bakar tsb adalah listrik segera putuskan aliran listrik.4

Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung

terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan

dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada

jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit

pertama dalam air sangat bermanfaat dalam menurunkan suhu jaringan sehingga

kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan

dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril.

Pertolongan pertama setelah sumber panas dipadamkan terdiri dari merendam

daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-

kurangnya 15 menit. Tidak benar melakukan pertolongan dengan memberikan minyak,

margarin, kopi, dsb karena akan menimbulkan reaksi dengan jaringan yang menambah

derajat kerusakan jaringan, termasuk infeksi.

Pada luka bakar sederhana prinsip penanganan utama adalah mendinginkan

daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel

epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara

tertutup atau terbuka.

Pada luka bakar berat selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan

kalau perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukan gejala syok. Bila

penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab

dan oksigen. Kalau terjadi udem laring dipasang pipa endotrakhea atau dilakukan

trakeostomi.Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang

mati dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran.

Perawatan lokal dilakukan dengan mengoleskan luka dengan antiseptik dan

membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut

steril untuk perawatan tertutup. Selanjutnya diberikan ATS dan/atau toksoid. Analgesik

diberikan bila penderita kesakitan.

16

Page 17: Luka Bakar

Pemberian Cairan Intravena

Sebelum pemberian cairan intravena dilakukan, luas dan dalamnya luka bakar

harus ditentukan secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan

dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan salah satunya dengan

cara Evans yaitu :

1. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi ml NaCl per 24 jam.

2. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi ml plasma per 24 jam. Keduanya

merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan untuk

mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan

osmosis sehingga mengurangi perembesan dan menarik kembali cairan yang keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan diberikan 2000 cc glukosa 5

% per 24 jam.

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16

jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan separuh jumlah cairan hari pertama. Pada hari

ketiga diberikan separuh jumlah cairan hari kedua. Kalau diuresis pada hari ketiga

memuaskan dan penderita dapat minumtanpa keulitan infus dapat dikurangi bahkan

dihentikan.

Cara lain yang lebih sederhana dengan rumus Baxter yaitu % x BB x 4 ml.

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama sisanya diberikan dalam 16

jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu Ringer laktat karena terjadi defisit

ion Na.

Obat-Obatan

Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang

dipakai adalah golongan Aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada

infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasid

diberikan untuk pencegahan tukak stres dan antipiretik diberikan bila panas.

Kebutuhan penderita luka bakar meliputi :

1. minuman :

17

Page 18: Luka Bakar

segera setelah peristaltik menjadi normal

25 ml/kgBB/hari

Sampai diuresis minimal 30 ml/jam

2. makanan oral:

segera setelah dapat minum tanpa kesulitan

2500 kalori/hari

100-150 gram protein/hari

3. sebagai tambahan diberikan perhari:

Vitamin A, B dan D

Vitamin C 500 mg

Fe sulfat 500 mg

Antasid

Penatalaksanaan luka bakar ringan

Hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Mengatasi rasa nyeri

Kompres air dingin minimal 15 menit. Suhu yang rendaah memberi efek

anestesi karena terjadi vasokonstriksi. Pemberian preparat mengandung

vehiculum jel memberi rasa nyaman ( misal Bioplasenton )

Analgetik

2. Penatalaksanaan luka

Luka bakar derajat I cukup dirawat dengan vaselin atau krim pelembab, tanpa

harus memberikan antibiotik.

Luka bakar derajat II superfisial

1. Luka bakar yang termasuk kategori ini ditandai dengan adanya bula.

Bila ukuran bula relatif kecil cukup dibiarkan dan akan mengalami

penyembuhan spontan. Bila mengganggu, cairan bula dilakukan

aspirasi tanpa melakukan pembuangan lapisan epidermis yang

menutupinya. Kemudian tutup dengan tulle dan kassa adsorben atau

hidrofil.

18

Page 19: Luka Bakar

2. Bagian tubuh terkena biasanya perlu diistirahatkan (immobilisasi)

dalam tenggang waktu tertentu untuk mempercepat proses

penyembuhan.

3. Dalam hal diet, tidak ada pantangan

Penatalaksanaan luka bakar sedang dan berat

Luka bakar sedang dan berat merupakan indikasi untuk dirawat/dirujuk ke rumah

sakit yang memiliki fasilitas perawatan luka bakar dengan tim penanganan luka bakar

terpadu, ahli bedah plastik atau ahli bedah yang terlatih menangani luka bakar.

Pada luka bakar dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang

mati dan memberi obat topikal. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka

maupun tertutup.

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah, permukaan luka yang

selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang . Sedapat

mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk

menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungan perawatan tertutup adalah

luka tampak rapi dan terlindung.

Antiseptik yang dipakai adalah nitras argenti ( betadin ) 0,5 %. Kompres nitras

argentiyang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatikuntuk semua kuman.

Obat lain yang banyak dipakai adalah zilversulfadiasin dalam bentuk krim 1 %.

Pada luka bakar derajat II sebaiknya keropeng dibiarkan menjadi kering. Keropeng ini

akan terlepas sendiri setelah 7-12 hari. Sedang pada luka bakar derajat III sebaiknya

keropeng dibiarkan kering selama 10-18 hari. Kemudian keropeng dapat diepaskan dan

dilakukan cangkok kulit.

Pengangkatan keropeng atau eskarotomi dilakukan juga pada lukabakar derajat III sebab

pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan

penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal mati. Tanda dini

penjepitan berupa nyeri kemudian kehilangan daya rasa pada ujung-ujung distal.

Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan cangkok kulit

yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri.4

19

Page 20: Luka Bakar

LUKA BAKAR AKIBAT LISTRIK DAN PETIR

LUKA BAKAR LISTRIK

Listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat perubahan energi listrik

menjadi energi panas. Pengaruh sengatan listrik terhadap kerusakan jaringan tubuh sangat

bergantung pada beberapa hal, yaitu :

1. Jenis arus : arus searah (Direct Current), atau arus bolak-balik (Alternating Current).

Disebutkan dalam kepustakaan bahwa arus bolak-balik lebih “efektif” menyebabkan

luka bakar daripada arus searah, dan hal ini masih dipengaruhi oleh frekuensi listrik.

Moritz menuliskan bahwa arus listrik berfrekuensi 60 Hz, seperti yang banyak

digunakan dalam rumah tangga dan industri, telah dapat mencederai jantung.

2. Besarnya arus listrik ( I ) – dengan satuan Ampere - yang melalui tubuh, yang

dipengaruhi oleh 2 hal:

- Potensial listrik ( V ) dinyatakan dalam Volt

- Resistensi tubuh ( R ) dinyatakan dalam Ohm

3. Lintasan arus listrik dalam tubuh.

Kematian akan lebih mudah terjadi jika jantung atau batang otak berada dalam

lintasan arus listrik yang melalui tubuh.

4. Durasi kontak dengan sumber listrik.

Derajat keparahan luka bakar akibat listrik ini berbanding sejajar dengan durasi

kontak.

Dengan demikian, listrik bertegangan tinggi (1200-2000 V) bisa jadi tidak menimbulkan

akibat yang fatal jika durasi kontak singkat, kontak yang buruk antara kulit dan

konduktor eksternal, atau organ vital tidak berada dalam perlintasan arus listrik. Di lain

pihak, listrik bertegangan 110 V dapat berakibat fatal jika terdapat kontak yang baik

antara kulit dan konduktor eksternal, durasi kontak yang lama, atau organ vital berada

dalam perlintasan arus listrik.

Kerusakan jaringan tubuh pada luka bakar listrik ini terjadi karena beberapa hal,

antara lain:

1. Arus listrik merupakan energi dalam jumlah besar.

Dari luka masuk – bagian tubuh yang kontak dengan sumber listrik/konduktor

eksternal – arus listrik mengalir melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling

20

Page 21: Luka Bakar

rendah – yaitu cairan: darah/pembuluh darah – menuju bumi melalui bagian tubuh

yang kontak dengan permukaan bumi (ground).

Kerusakan jaringan tubuh ini dapat bersifar ekstensif lokal maupun sistemik.

2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara, yang berubah menjadi api.

3. Kerusakan jaringan trjadi secara lambat tapi pasti, dan tidak dapat diperkirakan

luasnya. Hal ini disebabkan oleh kerusakan sistem pembuluh darah ( trombosis,

oklusi kapiler ) di sepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik.

Dalam klasifikasi derajat berat-ringannya luka bakar, maka luka bakar akibat listrik dan

petir menempati urutan teratas dengan kategori luka bakar derajat berat/kritis.

Kekhususan pada luka bakar listrik adalah adanya luka bakar masuk dan luka

bakar keluar. Pada luka bakar masuk, gambaran klinisnya sama dengan luka bakar pada

umumnya, namun terdapat perbedaan pendapat mengenai gambaran histologisnya :

sebagian ahli berpendapat tidak ada perbedaan antara luka bakar listrik dan luka bakar

biasa, sebagian lainnya berpendapat terdapat perbedaan yang nyata antara ke-2 jenis luka

bakar ini terutama pada sel-sel epidermis.

Pada korban hidup maka tata laksana luka bakar listrik adalah sama dengan luka

bakar biasa.

Kematian pada luka bakar listrik dapat terjadi segera setelah kejadian, dapat pula

terjadi beberapa jam kemudian. Sebab kematian segera pada luka bakar listrik adalah

karena gagal jantung, dan gagal nafas. Dalam hal ini gagal jantung terjadi karena adanya

fibrilasi ventrikel ataupun stimulasi kuat pada pusat Nervus Vagus di medulla oblongata.

Pada kasus luka bakar listrik yang tidak diikuti kematian segera, korban biasanya tidak

sadarkan diri (pingsan) meskipun otak tidak berada dalam jalur perlintasan arus listrik

dan seringkali disertai tanda dan gejala gagal sirkulasi dan gagal pernafasan. Pingsannya

penderita dikarenakan adanya hipoksia serebri sebagai akibat gagal sirkulasi dan gagal

nafas seperti telah disebutkan di atas.

LUKA BAKAR PETIR

Pada luka bakar akibat sambaran petir biasanya ditemukan lesi pada kulit, yang

oleh Spencer diklasifikasikan menjadi 3 jenis:

21

Page 22: Luka Bakar

1. Luka bakar linear

Berbentuk linear, berukuran lebar 6-25 mm dan panjang 2,5-30 cm atau lebih. Lebih

sering ditemukan pada daerah kulit yang lembab, antara lain pada lipatan kulit.

2. Luka bakar arborescent

Gambaran luka bakar jenis ini menyerupai cabang-cabang pohon: gambaran

berkelok-kelok ireguler yang tipis dan superfisial.

3. Luka bakar permukaan

Jenis luka ini terjadi di bawah benda-benda metal yang dikenakan korban, dan

seringkali terjadi pula magnetisasi benda-benda logam tersebut. Pakaian dan alas

kaki/sepatu yang dikenakan korban sambaran petir seingkali ikut terbakar dan robek.

Bisa jadi luas luka bakar permukaan berkorelasi dengan luas pakaian yang

terbakar/robek.1,2

CONTOH VISUM et REPERTUM LUKA BAKAR

CONTOH VISUM LUKA BAKAR LISTRIK PADA KORBAN MENINGGAL

C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR

1. Permukaan Kulit Tubuh

a. Kepala :

Wajah : kebiruan

i. Anggota Gerak

Anggota gerak atas:

* Kanan:-lecet di lengan atas sebelah luar berbentuk garis, panjang tiga sentimeter

-lecet di lengan atas sebelah depan berbentuk garis, panjang dua

setengah sentimeter

-lecet di atas siku berbentuk garis, panjang tiga sentimeter

-luka berupa kulit terkelupas pada pangkal jari kelingking, berukuran

satu kali setengah sentimeter, batas tegas, tepi tidak rata, dasar jaringan

ikat, berwarna pucat, dengan perabaan keras.

-luka berupa kulit terkelupas di antara pangkal jari manis dan

kelingking, berukuran tiga kali dua sentimeter, batas tegas, tepi tidak

rata, dasar jaringan ikat, warna pucat, dengan perabaan keras.

22

Page 23: Luka Bakar

-luka berupa kulit terkelupas di punggung ruas kedua jari manis,

berukuran satu setengah kali satu sentimeter, batas tegas, tepi tidak rata,

dasar jaringan ikat, warna pucat, dengan perabaan keras.

* Kiri : -sebuah luka berupa kulit terkelupas pada pergelangan tangan, berukuran

delapan kali tujuh sentimeter, bentuk tidak teratur, batas tegas, tepi tidak

rata, dasar jaringan ikat, dengan perabaan keras.

- luka berupa kulit terkelupas di telapak tangan, berukuran lima kali lima

sentimeter, bentuk tidak teratur, batas tegas, tepi tidak rata, dasar

jaringan ikat, dengan perabaan keras.

Anggota gerak bawah:

*Kanan :-sebuah luka lecet pada lutut kanan, berukuran tiga kali dua sentimeter.

-sebuah luka berbentuk lubang pada telapak kaki, berukuran dua

milimeter, batas tegas, tepi tidak rata.

*Kiri : -luka lecet pada telapak kaki kiri,berukuran dua setengah sentimeter kali

dua milimeter.

2. Bagian Tubuh Tertentu

a. Mata :

*selaput kelopak mata: - atas : pucat, tamapk pelebaran pembuluh darah

- bawah : kebiruan

b. Mulut :

* Bibir atas : biru gelap

* Bibir bawah : biru gelap

* Selaput lendir mulut : pucat

* Lidah : merah kebiruan

KESIMPULAN :

Dari fakta-fakta yang kami temukan sendiri dari pemeriksaan atas jenazah tersebut

maka kami simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki berumur dua

puluh delapan tahun. Dari pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda luka bakar derajat

tiga, dan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian tidak dapat ditentukan dari

pemeriksaan luar sesuai permintaan penyidik.

23

Page 24: Luka Bakar

CONTOH VISUM LUKA BAKAR API PADA KORBAN HIDUP

A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI tanggal 28 Jan 2005

1. Keadaan Umum:

- Tingkat kesadaran : sadar penuh, tampak kesakitan

- Tekanan darah : seratus tiga puluh per delapan puluh lima milimeter air raksa

- Denyut nadi : seratus dua belas kali permenit

- Pernapasan : dua puluh empat kali permenit

- Suhu badan : tidak diukur

2. Kelainan-kelainan Fisik

- Ditemukan sebuah luka bakar berupa kulit terkelupas pada paha kanan sisi

depan hingga sisi luar, ujung terendah sepuluh sentimeter di atas lutut, ujung

tertinggi tiga puluh sentimeter di atas lutut; bentuk tidak teratur; panjang dua

puluh sentimeter, lebar tujuh belas setengah sentimeter; garis batas luka tidak

teratur, tepi tidak rata, tebing luka tidak rata, dasar luka berupa jaringan ikat

berwarna kemerahan terlihat basah dan mengkilat.

- Ditemukan sebuah luka bakar berupa kulit terkelupas pada tungkai bawah kanan

sisi luar hingga sisi dalam , ujung terendah delapan sentimeter di atas tumit dan

ujung tertinggi lima sentimeter di bawah lutut, berukuran panjang dua puluh lima

sentimeter dan lebar empat belas sentimeter, bentuk tidak teratur, garis batas luka

tidak teratur, tepi tidak rata, tebing luka tidak rata, dasar luka berupa jaringan ikat

berwarna kemerahan terlihat basah dan mengkilat.

- Ditemukan sebuah luka bakar berupa kulit terkelupas pada tungkai bawah kiri

sisi depan, ujung terendah lima belas sentimeter di atas tumit dan ujung tertinggi

dua puluh lima sentimeter di atas tumit, berukuran panjang sepuluh sentimeter

dan lebar delapan sentimeter, bentuk tidak teratur, garis batas luka tidak teratur,

tepi tidak rata, tebing luka tidak rata, dasar luka berupa jaringan ikat berwarna

kemerahan terlihat basah dan mengkilat.

- Ditemukan sebuah luka bakar berupa gelembung pada lengan bawah kanan sisi

dalam, sepuluh sentimeter di bawah siku, berukuran tiga kali empat kali satu

24

Page 25: Luka Bakar

sentimeter, bentuk tidak teratur, garis batas luka tidak teratur, berisi cairan bening,

sekitar gelembung tampak kemerahan.

B. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN

C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR tanggal 28 Jan 2005

1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya : diharapakan dapat

sembuh sempurna dalam kurun waktu satu bulan

2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya : menimbulkan halangan dalam

menjalankan pekerjaan mata pencaharian selama kurang lebih satu bulan

KESIMPULAN:

Dari fakta-fakta yang kami temukan sendiri dari pemeriksaan orang tersebut maka

kami simpulkan bahwa telah diperiksa seorang laki-laki berusia tiga puluh satu tahun,

berkulit sawo matang. Dari pemeriksaan luar ditemukan beberapa buah luka bakar

derajat dua dalam, akibatnya korban tidak dapat menjalankan mata pencahariannya

sebagai sopir selama beberapa waktu dan luka diharapkan dapat sembuh sempurna

dalam kurun waktu satu bulan.

25

Page 26: Luka Bakar

BAB III

PENUTUP

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti api , air panas , bahan kimia , listrik dan radiasi . Luka

bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab, dan kedalaman kerusakan jaringan di

mana pada klasifikasi ini luka bakar memiliki 3 derajat dengan ciri-ciri tersendiri seperti

telah diuraikan dalam bab II.

Pada korban hidup, tata laksana utama adalah segera hentikan kontak dengan

sumber penyebab. Penatalaksanaan selanjutnya sesuai dengan derajat luka bakarnya.

Pada korban meninggal, sebab kematian utama adalah karena syok dan toksemia diikuti

oleh sepsis akibat infeksi sekunder.

Luka bakar dapat merupakan proses intravital maupun postmortal, untuk itu

diperlukan pemeriksaan histologis. Pada luka bakar intravital dapat ditemukan adanya

reaksi jaringan, hal ini tidak didapatkan pada luka bakar postmortal.

Luka bakar akibat listrik memiliki kekhususan berupa adanya luka bakar masuk

dan luka bakar keluar. Kerusakan jaringan terjadi secara lambat tapi pasti karena

kerusakan sistem pembuluh darah. Kematian pada luka bakar listrik terutama disebabkan

oleh gagal jantung dan gagal nafas.

26

Page 27: Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

1. Gordon I, Shapiro H A, Berson S D. Forensic medicine a guide

to principles. London : Churchill Livingstone. 1988 : 135-49

2. Moenadjat Y. Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :

Balai Penerbit FK UI. 2001 : 1-7, 95-98

3. Janssen W. Forensic hystopathology. Berlin : Springer-Verlag.

1984 : 235-60

4. Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.

27