lp2kd kk 2013

51
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Kotamobagu adalah dokumen tentang rencana aksi daerah kota kotamobagu dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Walikota/Wakil Walikota Kotamobagu. Hal tersebut sejalan dengan target Pemerintah pusat untuk mengurangi angka kemiskinan secara nasional hingga mencapai 8-10% pada akhir tahun 2014 dimana untuk tingkat kemiskinan Kota Kotamobagu berada pada posisi 7.57%, berada dibawah garis kemiskinan nasional (13.33%) dan garis kemiskinan provinsi (9.66%) untuk data tahun 2010. Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Kotamobagu juga memiliki sasaran operasional yang berdasar pada visi misi yang merupakan acuan dalam penyusunan program kegiatan kebijakan pembangunan.

Upload: ibnu-fachri-subhan-malah

Post on 24-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangLaporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Kotamobagu adalah dokumen tentang rencana aksi daerah kota kotamobagu dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Walikota/Wakil Walikota Kotamobagu. Hal tersebut sejalan dengan target Pemerintah pusat untuk mengurangi angka kemiskinan secara nasional hingga mencapai 8-10% pada akhir tahun 2014 dimana untuk tingkat kemiskinan Kota Kotamobagu berada pada posisi 7.57%, berada dibawah garis kemiskinan nasional (13.33%) dan garis kemiskinan provinsi (9.66%) untuk data tahun 2010.Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Kotamobagu juga memiliki sasaran operasional yang berdasar pada visi misi yang merupakan acuan dalam penyusunan program kegiatan kebijakan pembangunan.Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Kota Kotamobagu Tahun 2008-2013, Sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2008-2013, adalah sebagai berikut.1. Menurunkan jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka.Kondisi perekonomian dunia yang terjadi saat ini terutama mengenai crisis ekonomi yang sudah mulai masuk ke Indonesia, secara eksternal siginifikan mempengaruhi kondisi perekonomian Kota Kotamobagu. Akibatnya diperkirakan jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka akan meningkat. Tahun 2008 persentase penduduk miskin diperkirakan sebesar 10% dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di atas 9,00%. Usaha-usaha pemerintah nasional menstabilkan ekonomi nasional, termasuk berbagai kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah Propinsi Sulawesi Utara serta kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah Kota Kotamobagu untuk lima tahun kedepan dengan prioritas pembangunan untuk mengurangi persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran melalui kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan yang fokus pada pengembangan sektor industri dan jasa, serta pelaksanaan kebijakan pembangunan di berbagai bidang lain yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di berbagai sektor, maka berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diskenariokan dalam jangka menengah akan menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi di bawah 7,00% pada akhir tahun 2013 dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) akan turun menjadi 7,50% pada akhir tahun yang sama.2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitaSalah satu sasaran dari pembangunan jangka menengah Kota Kotamobagu 2008-2013 yaitu meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat jika pertumbuhan ekonomi meningkat. Berbagai kebijakan yang yang akan dilakukan oleh pemerintah Kota Kotamobagu saat ini melalui kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan yang fokus pada pengembangan sektor industria dan jasa, serta pelaksanaan kebijakan pembangunan di berbagai bidang yang diikuti semakin kondusifnya ekonomi nasional dan berkembangnya perekonomian propinsi, diyakini dapat mempercepat perputaran roda perekonomian daerah ini.Kinerja perekonomian Kota Kotamobagu diproyeksikan dari tahun 2008 hingga 2013 akan mengalami perkembangan dengan tren relatif cepat. Pertumbuhan ekonomi dalam kurun lima tahun ini diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar lebih dari 7,5% dengan skenario pertumbuhan yaitu 7,27% di tahun 2008, terus tumbuh cepat hingga tahun 2013 sebesar 7,84%. Bertumbuhnya perekonomian Kota Kotamobagu tersebut dikontribusikan dari pertumbuhan rata-rata per tahun sektor pertanian sebesar 6,78%, sektor industri pengolahan sebesar 7,05%, Bangunan 7,00%, Perdagangan, Hotel dan restoran sebesar 8,66%, Angkutan dan Komunikasi 7,21%, sektor jasa sebesar 6,39%.3. Meningkatkan Taraf Hidup PetaniSalah satu indikator yang mengukur peningkatan taraf hidup/kesejahteraan petani yaitu Indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Indeks ini menggambarkan jika angkanya 100 (seratus) berarti apa yang diterima petani sama dengan apa yang dibayar oleh petani. Untuk itu ditargetkan bahwa Nilai Tukar Petani yang ada di Kota Kotamobagu dari tahun 2008 2013 rata-rata setiap tahun harus mencapai angka 120. Ini berarti petani di Kotamobagu mengalami surplus pendapatan (yang diterima lebih besar dari yang dibayar).4. Kebutuhan Investasi Dan Pembiayaan PembangunanBerdasarkan berbagai arah kebijakan dalam rangka perbaikan ekonomi yang akan dilaksanakan di berbagai bidang pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kota Kotamobagu, tingkat efisiensi kegiatan ekonomi yang diukur dengan indikator ICOR (incremental capital output ratio) diperkirakan dalam kondisi terjaga/terkontrol yaitu sebesar 3,5 per tahun Perkiraan tingkat efisiensi investasi yang terkontrol tersebut, untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari 7,5% per tahun dibutuhkan total investasi (PMTB) kumulatif dari 2008 hingga 2013 sebesar lebih dari 2,93 triliun rupiah (harga berlaku) dan kumulatif sebesar lebih dari 705,61 miliar rupiah (harga konstan). Dari nilai investasi tersebut diperkirakan yang hanya mampu dibiayai dari investasi pemerintah Kotamobagu sendiri yang tertuang dalam APBD hanya 29,48 miliar rupiah di tahun 2008 dan hingga tahun 2013 hanya sebesar 147,45 miliar rupiah atau hanya sekitar 21%-32% dari total APBD. Secara kumulatif total investasi pemerintah Kota yang harus dialokasikan dari APBD Kota Kotamobagu dari 2008 hingga 2013 adalah sebesar 702,44 miliar rupiah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang sudah ditargetkan. Dengan kata lain bahwa pemerintah Kota Kotamobagu mampu membiayai keperluan investasi hanya sebesar 21% hingga 32% dari total investasi yang dibutuhkan. Sisa kebutuhan investasi yang ditargetkan tersebut yaitu sebesar lebih dari 68% hingga 80% diharapkan berasal dari investasi yang akan dilakukan oleh pemerintah propinsi yang berasal dari APBD propinsi dan pemerintah pusat lewat anggaran dekonsentrasi dan sebagainya termasuk investasi yang dilakukan oleh masyarakat dan swasta. keseluruhan upaya tersebut belum maksimal jika tanpa dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan, pemerintah Kota Kotamobagu merumuskan beberapa startegi utama. Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya:a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peran ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja.b) Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi.c) Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi.d) Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja.e) Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta (public-private partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas.f) Meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas ekonomi seperti pasar Moderen, Tradisional dan kawasan khusus PKL secara memadai bagi pelaku ekonomi dan masyarakat luas untuk mendukung kegiatan bisnis di Kota Kotamobagu, di samping menciptakan lapangan kerja.g) Mengembangkan program-program bagi perusahaan yang berskala mikro dengan menyediakan modal umpan (seed capital) melalui pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka membangun modal sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan pembentukan modal lokal di Kota Kotamobagu.h) Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha di Kota Kotamobagu sebagai bentuk bisnis yang dimiliki dan dikelola bersama-sama oleh pekerja untuk meningkatkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama.i) Membangun promosi bersama (joint marketing) dalam memasarkan potensi daerah dengan melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat.Guna mendukung efektivitas koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan dibentuk kelembagaan koordinasi penanggulangan kemiskinan. Di Pusat dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), sedangkan di daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Permendagri No. 42 Tahun 2010 sebagai pelaksanaan Perpres No. 15 Tahun 2010. TKPK-Daerah memiliki tugas untuk melakukan koordinasi kebijakan dan pengendalian pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di daerah. Dalam rangka pelaksanaan tugas koordinasi kebijakan penanggulangan kemiskinan, TKPK-Daerah menjalankan fungsi diantaranya melakukan penyusunan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) yang merupakan suatu dokumen yang berisi berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di daerah sesuai dengan karateristik dan kearifan lokal.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari disusunnya Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Kotamobagu adalah sebagai perwujudan rencana kerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Kotamobagu yang telah disusun sebelumnya. Dengan kegiatan ini diharapkan TKPK Kota Kotamobagu dapat melakukan tugas dan tanggung jawab pembinaan kelembagaan penanggulangan kemiskinan dalam daerah.Tujuan dari penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah adalah untuk melihat perkembangan data kemiskinan dan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan di Kota Kotamobagu.

1.3. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;2. Unang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah;4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 2025;5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembaangunan Jangka Menengah 2009-2014;6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;7. Peraturan Menteri Dalam Negeri R.I. Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;8. Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Percepatan Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) serta Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim (Climate Change) Provinsi Sulawesi Utara.9. SK Walikota Nomor Tahun Tentang pembentukan TKPK Daerah.

BAB 2KONDISI KEMISKINAN2.1. Kondisi Umum Kemiskinan Dilihat dari posisi relatif, Kota Kotamobagu termasuk daerah yang memiliki tingkat persentase kemiskinan yang rendah di Provinsi Sulawesi Utara. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan di Kota Kotamobagu mencapai 6,64% atau yang ke tiga terendah di Sulawesi Utara. Untuk lebih jelas perhatikan gambar Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kota Kotamobagu dibawah. Dari tahun ke tahun terjadi penurunan tingkat kemiskinan di Kota Kotamobagu meskipun laju penurunan melambat 0.6% setiap tahunnya. Pada tahun 2007 tingkat kemiskinan mencapai 10,02 persen dan turun menjadi 7,60 persen pada tahun berikutnya. Tingkat kemiskinan kembali turun menjadi 7,57 persen pada tahun 2009. Begitu juga dengan tahun 2010 dan 2011 yang masing-masing turun menjadi 7,16 persen dan 6,64 persen. Secara lebih rinci perkembangan jumlah penduduk miskin di Kota Kotamobagu priode tahun 2007-2011 dapat dilihat pada gambar dibawah.

Hal serupa juga ditunjukkan oleh data Indeks Keparahan Kemiskinan dan Kedalaman Kemiskinan yang masih sangat fluktuatif. Ini menunjukkan masih diperlukannya program kegiatan penunjang penurunan kedua indikator ini yang lebih tepat. Maksud dari Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah Semakin menurun kedalaman kemiskinan menunjukkan konsumsi penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan. Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan efektif dalam meningkatkan konsumsi golongan pendapatan rendah hingga mendekati garis kemiskinan. Dan untuk Keparahan Kemiskinan (P2) menggambarkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menurun. Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan efektif dalam mengurangi ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin.

BAB 3PRIORITAS TARGET BIDANG & INTERVENSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN3.1. Posisi Relatif Bidang Kesehatan

Kemiskinan juga dapat ditinjau dari bidang kesehatan. Bidang kesehatan berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat dan akses pada pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Tingkat kesehatan masyarakat bisa dilihat pada Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup (jiwa), rasio bidan per 100.000 penduduk, rasio dokter per 100.000 penduduk, proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (%), jarak puskesmas terdekat (km), penduduk dengan keluhan kesehatan (%), proporsi penduduk dengan pengobatan sendiri (%), kelahiran ditolong tenaga kesehatan terlatih (%), dan angka morbiditas (%). Berikut ini adalah capaian prioritas bidang kesehatan yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan di Kota Kotamobagu, yang dibandingkan dengan capaian prioritas di tingkat Provinsi Sulawesi Utara dan Nasional:

Pada Tahun 2009, Posisi Relatif Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1000 Kelahiran Hidup) ada pada posisi 23.19 Persen berada diatas capaian Provinsi Sulawesi Utara 21.43% dan dibawah capaian Nasional 31.42%.

3.2. Prioritas Target Bidang & Intervensi Bidang Kesehatan

3.2.1. 3.3. Prioritas Target Bidang & Intervensi Bidang Pendidikan 3.3.1. Prioritas Target

Posisi relatif APK SD/MI berada dibawah capaian Nasional dan Provinsi pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan perlu kerja keras untuk meningkatkan posisi capaian APK SD/MI Kota Kotamobagu. Dari data Perkembangan APK menunjukkan adanya penurunan pada 3 tahun terakhir meskipun tingkat rata-rata penurunan yang ada masih lambat.

Untuk APK SMP/MTS sendiri menunjukkan angka yang fluktuatif dalam perkembangannya dalam 5 tahun terakhir. Dengan capaian yang berada diantara Nasional dan Provinsi menunjukkan Kota Kotamobagu masih memerlukan formula yang tepat untuk membuat APK SMP/MTS tetap konsisten dalam peningkatannya.

Dari data makro bidang pendidikan Kota Kotamobagu menunjukkan APK SMA/MA memiliki capaian yang lebih memuaskan dibanding capaian APK SD/MI maupun SMP/MTS. Dengan capaian diatas rata-rata capaian Nasional dan Provinsi menjadikan Kota Kotamobagu berada pada posisi ke 4 tertinggi dalam capaian kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi utara dengan laju pertumbuhan rata-rata dalam 5 tahun terakhir sebesar 5.67%.

Posisi relative APM SD/MI Kota Kotamobagu berada pada posisi 91.28% diantara Provinsi dan Nasional dengan laju penurunan yang lambat dengan rata-rata laju penurunan laju pertumbuhan sebesar 0.68% per tahun. Pada tahun terakhir terjadi penurunan sebesar 0.40%.

Untuk APM SMP/MTS Kota Kotamobagu berada pada posisi 68.86% dan berada diantara capaian Nasional dan Provinsi dengan perkembangan APM yang fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Laju pertumbuhan APM SMP/MTS mengalami penurunan sebesar 2.37% per tahun dengan peningkatan sebesar 7.52% pada tahun terakhir.

APM SMA/MA Kota Kotamobagu berada pada posisi 64.03% diatas capaian Provinsi dan Nasional dengan laju pertumbuhan 1.9% per tahun meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang cenderung fluktuatif disetiap tahunnya.

3.4. Prioritas Target Bidang & Intervensi Bidang Prasarana Dasar3.4.1. Prioritas Target

BAB 4RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAKOTA KOTAMOBAGU4.1. EVALUASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KOTA KOTAMOBAGU Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Kotamobagu perlu dievaluasi untuk menunjukkan relevansi dan efektivitasnya dalam penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan dokumen Laporan Realisasi Anggaran (LRA) selama 5 tahun terakhir (tahun 2008-2012). Langkah pertama yang dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap besaran anggaran pendapatan dan belanja secara keseluruhan menyangkut struktur anggaran, besaran pendapatan dan belanja, sumber-sumber pendapatan, kapasitas fiskal, derajat otonomi fiskal dan pembagian proporsi belanja antara belanja langsung dan tidak langsung. Kapasitas fiskal dan derajat otonomi fikal akan ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga dapat dilihat kemandirian Kota Kotamobagu semakin besar atau kecil ketergantungan terhadap transfer pemerintah pusat. Dampaknya adalah terhadap fleksibelitas dalam perencanaan penganggaran untuk menjalankan program dan kegiatannya termasuk dalam penanggulangan kemiskinan, selain itu kemandirian suatu daerah juga dapat menjamin keberlangsungan (sustainability) program-program penanggulangan kemiskinan yang menjadi inisiatif daerah sendiri.Selain yang telah disebutkan di atas, analisis struktur anggaran pendapatan dan belanja juga melihat perkembangan pendapatan dan belanja dari tahun ke tahun, serta komposisi komponen pendapatan maupun belanja tersebut. Pendapatan dapat dilihat dari PAD, dana perimbangan (DAK dan DAU), serta pendapatan lain daerah yang sah. Dari sisi belanja dapat dilihat perkembangan proporsi antara belanja langsung dan tidak langsung. Selanjutnya pada analisis belanja yang lebih rinci akan melihat perkembangan proporsi masing-masing komponen dari belanja langsung dan tidak langsung tersebut.Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Kotamobagu terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan dan belanja. Tabel dibawah menunjukkan bahwa Kota Kotamobagu telah mampu meningkatkan pendapatannya dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya membuat pemerintah daerah dapat meningkatkan pula belanjanya untuk kepentingan publik.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KOTA KOTAMOBAGU

KOMPONENTAHUN2008TAHUN2009TAHUN2010TAHUN2011TAHUN 2012

PENDAPATAN 134,589,898,082.00 308,388,576,553.00 373,073,381,501.00 398,888,262,348.00 366,979,721,703.00

BELANJA 118,321,979,873.00 286,198,421,722.00 362,179,212,167.00 380,609,742,183.00 367,995,280,953.00

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012

Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2011 merupakan penyumbang terbesar pada pendapatan Kota Kotamobagu lima tahun terakhir. Penyumbang terbesar pendapatan Kota Kotamobagu terbesar adalah dana perimbangan dari Pemerintah Pusat sebagaimana ditunjukkan tabel berikut ini:KOMPONENTAHUN 2008TAHUN 2009TAHUN 2010TAHUN 2011TAHUN 2012

Pendapatan Asli Daerah (PAD)1,370,864,926.006,142,246,220.008,957,373,862.009,355,251,155.0011,188,179,886.00

Dana Perimbangan109,595,829,273.00290,226,092,873.00307,292,206,449.00352,566,748,616.00342,469,146,875.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yan Sah 19,107,142,858.00 4,557,150,000.00 49,447,010,113.00 27,786,387,420.00 -

Kapasitas Fiskal15.46%36.99%39.06%31.73%33.84%

Derajat Otonomi Fiskal1.02%1.99%2.40%2.35%3.05%

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012Tabel diatas menunjukkan APBK Kota Kotamobagu menurut pendapatan, kapasitas fiskal dan derajat otonomi daerah. Dapat disimpulkan bahwa Kota Kotamobagu memiliki kapasitas fiskal dan derajat otonomi fiskal yang rendah. Hampir setiap tahunnya (2008-2012) capaian PAD Kota Kotamobagu berada di bawah capaian dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Bila dihubungkan dengan jumlah penduduk miskin, Kota Kotamobagu belumlah mampu untuk menanggulanginya secara mandiri oleh karena kapasitas fiskal dan derajat otonomi fiskal yang sangat rendah. Tentunya peran dari Pemerintah Pusat sangat diharapkan dalan percepatan penanggulangan kemiskinan di daerah ini. Fleksibilitas dan sustainabilitas program-program penanggulangan kemiskinan di Kota Kotamobagu belum bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah, melainkan perlu peran serta Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Pusat yang secara perlahan perannya dapat dikurangi dimasa mendatang. Belanja di Kota Kotamobagu terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung sebagaimana ditunjukkan tabel berikut ini:

20082009201020112012

belanja langsung 4,407,387,100.00 11,414,383,605.71 18,666,348,609.00 22,394,558,234.00 19,544,341,565.00

belanja tidak langsung 82,770,784,280.00 111,293,380,513.00 139,259,219,887.00 159,427,809,311.00 185,345,663,389.00

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 20124.2 Evaluasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber pendapatan di Kota Kotamobagu terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu pajak derah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.Dari evaluasi Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah Kota Kotamobagu berupaya meningkatkan komponen pendapatan untuk meningkatkan kemandirian daerah. Untuk lebih jelas perhatikan Tabel berikut ini:20082009201020112012

pajak daerah 155,435,925.00 1,710,205,729.00 2,112,469,416.00 2,905,857,027.00 4,807,103,221.00

hasil retribusi daerah 901,727,935.00 1,945,334,250.00 2,206,448,879.00 1,937,897,007.00 1,508,246,462.00

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan - - - - -

lain-lain pad yang sah 313,701,066.00 2,486,706,241.00 4,638,455,567.00 4,511,497,121.00 4,872,830,239.00

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012

Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya retribusi secara nominal terus meningkat dari tahun ke tahun namun persentase komponennya berubah. Pada tahun 2008 komponen retribusi jasa umum memberikan sumbangan sebanyak 740,081,450.00. Kemudian diikuti oleh komponen retribusi perijinan tertentu sebesar 148,019,285.00 dan retribusi jasa usaha sebesar 13,627,200.00. Pada tahun 2009 sumbangan terbesar terhadap retribusi diberikan oleh komponen yang sama dari tahun sebelumnya, yaitu retribusi jasa umum sebanyak 1,473,005,825.00 atau lebih rendah dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelas perhatikan tabel dibawah ini:20082009201020112012

retribusi jasa umum 740,081,450.00 1,473,005,825.00 1,798,273,075.00 1,607,475,000.00 1,045,601,476.00

retribusi jasa usaha 13,627,200.00 92,852,500.00 106,407,300.00 92,500,000.00 44,410,000.00

retribusi perizinan tertentu 148,019,285.00 379,475,925.00 301,768,504.00 410,852,500.00 418,234,950.00

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 20124.3 Evaluasi Anggaran BelanjaEvaluasi anggaran belanja dilakukan untuk melihat proporsi belanja langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan perbaikan indikator utama pada tiap bidang. Evaluasi anggaran belanja pertama kali dilakukan dengan melihat komposisi belanja langsung dan tidak langsung beserta masing-masing komponennya, dalam analisis antar waktu dengan melihat perkembangan belanjannya. Poin-poin yang perlu dilihat adalah berapa (nominal dan proporsi) dan untuk apa belanja pegawai, belanja modal, belanja bansos, dan belanja subsidi. Kemudian evaluasi belanja dilakukan pada setiap bidang untuk melihat relevansi dan efektivitas belanja terhadap program prioritas dan perbaikan capaian program tersebut dari waktu ke waktu.Tabel dibawah menunjukkan belanja menurut belanja langsung dan belanja tidak langsung. Berdasarkan perkembangannya belanja langsung mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2010 dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2011 dan 2012. Sedangkan perkembangan belanja tidak langsung berdasarkan perkembangannya semakin bertambah dari tahun ke tahun secara persentase. Pada tahun 2012 komposisi anggaran belanja sektoral untuk membiayai program percepatan penanggulangan kemiskinan di Kota Kotamobagu ditetapkan berdasarkan prioritas program dan kegiatan yang mendesak yang perlu mendapat perhatian dan penanganannya. Program-program tersebut dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi baik dengan program dan kegiatan dari Pemerintah Pusat maupun dengan program dan kegiatan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara serta program yang dilaksanakan oleh dunia usaha (swasta) dan masyarakat.20082009201020112012

Belanja Langsung 40,077,057,614.00 182,015,750,451.00 222,396,094,900.00 210,507,359,272.00 171,844,137,664.00

Belanja Pegawai 4,072,085,100.00 10,793,063,120.00 17,182,244,435.00 22,394,558,234.00 19,544,341,565.00

Belanja Barang dan Jasa 12,650,745,135.00 39,249,890,730.00 55,569,062,717.00 71,532,901,974.00 64,766,334,030.00

Belanja Modal 23,354,227,379.00 131,972,796,601.00 149,644,787,748.00 116,579,899,064.00 87,533,462,069.00

Belanja Tidak Langsung 78,244,922,259.00 104,182,671,271.00 139,783,117,267.00 170,102,382,911.00 196,151,143,289.00

Belanja Pegawai 73,280,339,221.00 100,444,160,507.00 130,110,261,867.00 159,427,809,311.00 185,345,663,389.00

Belanja Bunga - - - - -

Belanja Subsidi - - - - -

Belanja Hibah 3,615,633,038.00 1,975,000,000.00 4,017,500,000.00 5,823,037,500.00 7,670,000,000.00

Bantuan Sosial 849,450,000.00 1,463,510,764.00 3,932,179,900.00 3,242,300,000.00 1,343,000,000.00

Bagi Hasil Kepada Provinsi Atau Pemerintah Daerah - - - - -

Bantuan Kepada Provinsi Atau Pemerintah Daerah 499,500,000.00 300,000,000.00 375,000,000.00 1,609,236,100.00 1,634,979,900.00

Belanja Tidak Terduga - - 1,348,175,500.00 - 157,500,000.00

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012Pada tahun 2012 sektor Pendidikan mendapat alokasi anggaran belanja yang cukup mememadai untuk membiayai program percepatan penanggulangan kemiskinan di Kota Kotamobagu. Sektor ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kemiskinan sehingga membutuhkan perhatian yang maksimal dan dana besar untuk penanganannya. Selanjutnya alokasi anggaran belanja terbesar kedua di sektor Prasarana Dasar, disusul kemudian sektor Kesehatan, Penanggulangan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan. Untuk lebih jelas perhatikan tabel tentang jumlah alokasi anggaran belanja sektoral untuk pelaksanaan program percepatan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2012.BidangTotalPresentase

Pendidikan [Pendidikan+Pemuda OR+Perpustakaan] 31,959,835,245.00 39.52%

Kesehatan 7,506,469,498.00 9.28%

Prasarana Dasar [PU+Perumahan] 39,257,710,987.00 48.54%

Penanggulangan Kemiskinan [sosial+naker+PMD+Perempuan dan anak+KKBN+KUKM] 1,935,213,649.00 2.39%

Ketahanan Pangan [Kelautan Perikanan+Pertanian+ Ketahanan Pangan] 214,669,000.00 0.27%

Total 80,873,898,379.00 100%

Sumber: LKPJ 2008-2012Komposisi Anggaran Belanja Sektoral Penanggulangan Kemiskinan Kota Kotamobagu Tahun 2012

BAB 5 KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS5.1. Pemetaan ProgramMasalah kemiskinan tidak dapat dipecahkan melalui kebijakan yangbersifat sektoral, parsial dan berjangka pendek, tetapi kebijakan yang konsisten,terpadu dan terencana. Kebijakan penanggulangan kemiskinan bertumpu padakebijakan publik yang berpihak kepada orang miskin (pro-poor policy). Kebijakanyang berpihak kepada orang miskin tersebut harus diterjemahkan dalampembangunan yang berpihak kepada orang miskin (pro-poor development) danpertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orang miskin (pro-poor growth).Atas dasar hal tersebut diperlukan sinkronisasi kebijakan sebagai acuanpenanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah,dunia usaha, organisasi non-pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.Penanggulangan kemiskinan merupakan hasil komulatif dari seluruh prosespembangunan, setiap upaya pembangunan hasilnya akan berkontribusi terhadappenanggulangan kemiskinan seperti pembangunan jalan, jembatan, investasisektor swasta, bahkan pengangkatan pegawai. Namun ada program-program yanglangsung dialokasikan dengan sasaran khusus penduduk miskin sebagai bentukafirmasi terhadap kemiskinan.Pergeseran paradigma pembangunan di Indonesia mulai dari paradigmapembangunan ekonomi, paradigma pembangunan kesejahteraan sosial, dan kinibergeser pada paradigma pembangunan manusia telah membawa dampakperubahan dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan. Selain itu, pengutamaankemiskinan dalam pembangunan membawa konsekuensi setiap kebijakanpembangunan harus berorientasi dan bermanfaat bagi orang miskin (pro-poordevelopment), baik di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum, dan keamanan.Paradigma penanggulangan kemiskinan yang dianut pemerintah saat ini adalahparadigma pemenuhan hak-hak dasar manusia yang lebih menekankan otonomiindividu dari sekedar pendekatan kebutuhan masyarakat. Komitmen pemerintahmenandatangani deklarasi pencapaian Millenium Development Goals (MDG's)pada September Tahun 2000 lalu merupakan langkah terukur dan signifikandalam menanggulangi kemiskinan dengan orientasi pemenuhan hak dasarmanusia.Meninjau pelaksanaan kebijakan pronangkis akhir-akhir ini memunculkankesepahaman bahwasanya pola dan paradigma baru penanganan kemiskinan.Secara umum memiliki ciri sebagai berikut:1. Kemiskinan tidak hanya dilihat dari karakteristik orang miskin yang statis,melainkan dilihat secara dinamis.2. Indikator untuk mengukur kemiskinan adalah komposit.3. Konsep kemampuan sosial (social capabilities) dipandang dari pendapatandalam memotret dinamika kemiskinan.4. Pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin pada beberapa indikatorkunci mencakup kemampuan keluarga miskin dalam memperoleh matapencaharian (lifelihoods capabilities), memenuhi kebutuhan dasar (basicneeds fulfilment), mengelola aset (asset management), berpartisipasi dalamkegiatan kemasyarakatan (access to social capital), serta kemampuan dalammenghadapi guncangan dan tekanan (cope with shocks and stresses)5. Berorientasi pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hakdasar (right-based approach) masyarakat miskin.6. Bertumpu pada community based development dengan pola memberikankewenangan kepada masyarakat sampai pada tingkat terbawah, khususnyamasyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan program(people centered development).7. Mengedepankan keterlibatan pelaku-pelaku kunci untuk diarahkan padapemberdayaan potensi masyarakat miskin.8. Mengarah pada pola-pola penanganan yang bersifat multisektoral namuntetap terkoordinir secara sistematis, holistik, partisipatif dan berkelanjutandalam sebuah wadah kelembagaan dan payung kebijakan nasional.9. Terintegrasi dalam skema perencanaan pembangunan dan penganggarandaerah.10. Bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin padaprogram-program nangkis berbasis perlindungan dan jaminan sosial sepertidalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, kesempatan kerja,sanitasi dan air bersih.11. Mengutamakan pendekatan partisipatif dalam setiap prosesnya, adanya unsurdesentralisasi dan pengembangan kapasitas kelembagaan pada Pronangkisberbasis pemberdayaan masyarakat.12. Dibidang pembangunan ekonomi, lebih berorientasi pada pemberdayaan danpengembangan usaha mikro dan kecil.13. Mengutamakan keterlibatan perempuan dan kelompok marjinal dalampengambilan keputusan dan seluruh proses pengelolaan program untukmengakses pelayanan dasar.14. Memperhatikan keragaman budaya, bersifat inovatif dan memberdayakanmasyarakat miskin.Dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang PercepatanPananggulangan Kemiskinan, pada pasal 1 disebutkan bahwa PenanggulanganKemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerahyang dilakukan secara sistematis terencana dan bersinergi dengan dunia usaha danmasyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangkameningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Sedangkan arah kebijakanpenanggulangan kemiskinan seperti disebutkan dalam pasal 2 adalah sebagaiberikut : (1) arah kebijakan penanggulangan kemiskinan nasional berpedomanpada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); (2) arah kebijakanpenanggulangan kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah (RPJPD). Terkait dengan hal ini penanggulangankemiskinan tidak termasuk kategori sektor atau urusan, namun merupakanprogram lintas sektor yang bersifat mainstreaming (pengutamaan), dan bisamelekat pada setiap urusan pembangunan daerah. Dalam pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 disebutkan bahwa Strategi percepatanpenanggulangan kemiskinan dilakukan dengan:1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil;4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.Sedangkan dalam pasal 5 disebutkan bahwa program percepatanpenanggulangan kemiskinan terdiri dari:1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untukmelakukan pemenuhan hak dasar,pengurangan beban hidup, dan perbaikankualitas hidup masyarakat miskin;2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaanmasyarakat, mengembangkan potensi dan kelompok masyarakat miskinpembangunan yang didasarkan pemberdayaan masyarakat;3. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaanusaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses danpenguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil;4. Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsungdapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.Kebijakan yang dilakukan dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinanperlu dilaksanakan secara koordinatif, terpadu, terukur, sinergis dan terencanayang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak dan dikelolasebagai suatu gerakan bersama penanggulangan kemiskinan. Berbagai kebijakanyang diambil Pemerintah Kota Kotamobagu antara lain:1. Kebijakan Ekonomi yang Pro Growth, Pro Job, dan Pro Poor. PemerintahKota Kotamobagu, mengarahkan kebijakan ekonomi pada terwujudnyalingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha dan terbukanyakesempatan berusaha yang luas bagi peningkatan kapabilitas masyarakat.Penjabaran dari kebijakan di bidang ini antara lain:a. Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui berbagaikebijakan yang diarahkan untuk mengembangkan iklim investasi diperdesaan, meningkatkan produktivitas, memperluas perdagangan danmeningkatkan pembangunan infrastruktur;b. Kebijakan pembangunan infrastruktur yang mendukung kegiatan sosialekonomi masyarakat miskin dan merangsang investor untukmengembangkan usaha di wilayah perdesaan;c. Kebijakan pengembangkan investasi yang mendasarkan padapertumbuhan ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja danpengembangan usaha, reformasi perijinan investasi,pengembangan industrialisasi untuk memicu dan memacuperkembangan wilayah, peningkatan daya tarik investasi dan menjaminkepastian investasi;d. Kebijakan di bidang pertanian ditempuh dengan berbagai upaya antaralain: reorientasi pengelolaan usaha tani, peningkatan akses petani terhadap modal, prasarana dan sarana, teknologi dan pasar;e. Kebijakan di bidang perdagangan ditempuh melalui peningkatankemudahan dalam perdagangan terutama bagi pelaku usaha kecil danmikro dan koperasi bagi petani dan nelayan, kelancaran aliran barang,jasa dan manusia antar wilayah, pemberian perlindungan padaperdagangan hasil pertanian dan usaha kecil;f. Kebijakan di bidang tenaga kerja ditempuh melalui penetapan upahminimum provinsi; jaminan perlindungan bagi tenaga kerja informal dankesetaraan antara pekerja laki-laki dan perempuan.2. Kebijakan Perluasan Kesempatan Kerja dan Berusaha. Upaya perluasankesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui berbagai kebijakan yangdiarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktifitastenaga kerja dan usaha.a. Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja. Kebijakan untukmenciptakan lapangan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan situasidan kondisi masyarakat miskin dan mampu menjamin penghasilan yangtetap. Selain itu juga mendorong masyarakat miskin untuk belajarberusaha secara mandiri melalui kelompok, sehingga mampu mewujudkanjiwa kewirausahaan.1. Peningkatan kesempatan kerja masyarakat miskin. Upaya peningkatankesempatan kerja dilakukan melalui penciptaan lapangan kerjaproduktif dengan memanfaatkan potensi lokal secara optimal dandilakukan secara mandiri.2. Peningkatan akses permodalan bagi masyarakat miskin. Peningkatanakses permodalan dilakukan dengan membangun kemitraan bersamakoperasi, instansi terkait, lembaga keuangan dan BUMN/BUMD.Selain itu dilakukan pula pendampingan pengelolaan manajerial danpemasaran.3. Pengembangan usaha. Pengembangan usaha dilakukan melaluipengembangan budaya usaha dan pelatihan kewirausahaan.b. Kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja antara lain :1. Pengembangan kewirausahaan. Upaya ini dilakukan denganpenguatan kelembagaan dan kemampuan manajemen usaha.2. Peningkatan kapasitas kerja masyarakat miskin. Upaya ini dilakukanmelalui peningkatan kualitas, kompetensi, kemampuan manajemendan penerapan teknologi tepat guna.c. Kebijakan untuk meningkatkan usaha produktif bagi masyarakat miskin,meliputi:1. Pengembangan usaha pada masyarakat miskin. Pengembangan usahadilakukan melalui pendampingan kegiatan usaha, peningkatanperlindungan usaha dan disertai pembentukan serta pengembangansentra-sentra usaha.2. Peningkatan akses sumberdaya produktif bagi kelompok masyarakatmiskin. Peningkatan akses sumberdaya produktif dilakukan melaluipemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal denganpenggunaan teknologi tepat guna, sehingga diharapkan mampumeningkatkan kegiatan usaha.3. Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar. Kebijakan penanggulangan kemiskinandipusatkan pada prioritas penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hakatas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah,lingkungan hidup dan sumber daya alam, rasa aman, dan berpartisipasidengan memperhitungkan kemajuan secara bertahap. Kebijakan pemenuhanhak dasar masyarakat meliputi:a. Pemenuhan hak pangan bagi masyarakat meliputi:1. Peningkatan produksi dan distribusi pangan secara merata;2. Peningkatan dan stabilitas ketahanan pangan lokal;3. Peningkatan pendapatan petani;4. Peningkatan pengetahuan masyarakat akan diversifikasi pangan;5. Peningkatan sistem kewaspadaan dini dalam gizi dan rawan pangan.b. Pemenuhan hak atas layanan kesehatan, meliputi :1. Peningkatan dalam penyediaan pelayanan kesehatan bagi masyarakatmiskin;2. Peningkatan pengetahuan masyarakat miskin tentang arti pentingnyakesehatan dan gizi masyarakat;3. Peningkatan kerjasama global dalam penanggulangan masalahkesehatan.c. Pemenuhan hak atas layanan pendidikan, meliputi :1. Peningkatan partisipasi layanan pendidikan baik formal maupun nonformal bagi masyarakat miskin;2. Pemberian kesempatan bagi anak berprestasi dari keluarga miskinuntuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi;d. Pemenuhan hak atas perumahan, meliputi:1. Penyediaan rumah yang layak dan sehat yang terjangkau bagimasyarakat miskin;2. Peningkatan perlindungan terhadap lingkungan permukiman danperumahan rakyat terutama komunitas adat.e. Pemenuhan hak atas air bersih dan sanitasi, meliputi :1. Penyediaan air bersih bagi masyarakat;2. Peningkatan sanitasi lingkungan masyarakat miskin.f. Pemenuhan sumber daya alam dan lingkungan hidup, meliputi:1. Pengembangan sistem pengelolaan sumber daya alam yangberkelanjutan.2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber dayaalam dan lingkungan hidup.3. Menjalin kerjasama global dalam pengelolaan sumber daya alam danlingkungan hidup secara berkelanjutan.g. Pemenuhan hak atas tanah, meliputi:1. Peningkatan peran masyarakat dalam penataan ruang daerah.2. Melindungi hak atas tanah bagi komunitas adat.3. Optimalisasi pemanfaatan tanah secara terencana dan sesuai tata ruangdaerah.h. Pemenuhan hak untuk berpartisipasi, meliputi:1. Pengembangan partisipasi masyarakat melalui mekanismetransparansi dalam proses pembangunan tanpa diskriminasi.2. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat miskin.i. Perwujudan keadilan, rasa aman dan kesetaraan gender, meliputi:1. Mendorong pengarusutamaan gender di masyarakat.2. Peningkatan pelayanan publik yang berkeadilan gender, perlindunganterhadap perempuan baik di sektor publik maupun domestik danpartipasi perempuan dalam pengambilan keputusan.3. Memperkuat kelembagaan dan organisasi perempuan.4. Memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam keseluruhan prosespembangunan.4. Kebijakan Percepatan Pembangunan Perdesaan. Upaya percepatanpembangunan perdesaan dilakukan dengan mengarahkan kembali orientasipembangunan ke perdesaan yang bersifat menyeluruh, terkait pengembangsumberdaya manusia, sumberdaya alam dan lingkungan, social budaya,politik dan kewilayahan. Segenap potensi masyarakat Kota Kotamobagu,baik pengetahuan, ketrampilan, teknologi, dan informasi serta permodalandiarahkan untuk mendukung pembangunan perdesaan secara terpadu.

BAB 7KESIMPULAN DAN RINGKASAN REKOMENDASI7.1. Kesimpulan 1. Jumlah penduduk miskin di Kota Kotamobagu dari tahun ke tahun mengalami penurunan, meskipun pada tahun 2010 mengalami kenaikan dimana pada tahun 2009 tingkat kemiskinan berada pada angka 7.16% dan pada tahun 2010 berada pada angka 7.57%.

2. Pemerintah Kota Kotamobagu telah menerbitkan Keputusan Walikota Kotamobagu No. 123.a Tahun 2010, tgl 29 Oktober 2010 tentang Pembentukan Kembali Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD), untuk menyesuaikan kelembagaan sesuai Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

3. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan masih dihadapi berbagai permasalahan baik yang bersifat umum maupun permasalahan khusus, terutama di bidang pembangunan kesehatan, pendidikan, perumahan dan ekonomi.

7.2. Rekomendasi dan Saran 1. Perlu adanya kesatuan data penduduk miskin (by name, by addres, by case) sebagai dasar penentuan target sasaran dan evaluasi keberhasilan pelaksanan program penanggulangan kemiskinan.

2. Perlu adanya sinergitas dan harmonisasi berbagai program/kegiatan penanggulangan kemiskinan terutama yang berkaitan penentuan fokus dan lokus dengan mempertimbangkan dimensi kewilayahan.

3. Perlu dipertimbangkan pembentukan sebuah badan/lembaga khusus yang menangani masalah kemiskinan dan pengangguran baik di tingkat pusat maupun daerah yang diberi kewenangan untuk melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan sesuai tingkatannya.

4. Perlu dikaji kembali kebijakan yang berdampak terhadap ketidakseimbangan alokasi anggaran untuk kepentingan politik (Pilkada) dengan alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan.

5. Perlu adanya komitmen dan konsistensi dalam percepatan penurunan jumlah penduduk miskin yang diarahkan untuk mendukung pencapaian target nasional, provinsi dan MDGs.

6. Perlu peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) terlatih dengan mengadakan pelatihan yang terfokus pada analisis pro-ram pencapaian penanggulangan kemiskinan yang dipergunakan untuk pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan secara kewilayahan, sekaligus sebagai bahan evaluasi dan pelaporan; 7. Perlu adanya pertemuan secara rutin/periodik baik di TKPK Provinsi maupun dengan TKPK Kabupaten/Kota guna membahas perkembangan penanganan kemiskinan.