lp sepsis perinatologi

23
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN BESERTA ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATAL Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Pediatric Di Ruang Perinatologi RS. dr. Saiful Anwar Malang PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: ina-karania-widhi

Post on 02-Jan-2016

114 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP SEPSIS Perinatologi

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN DAN

LAPORAN PENDAHULUAN BESERTA ASUHAN KEPERAWATAN

SEPSIS NEONATAL

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Pediatric Di Ruang Perinatologi RS. dr. Saiful

Anwar Malang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN DAN

Page 2: LP SEPSIS Perinatologi

LAPORAN PENDAHULUAN BESERTA ASUHAN KEPERAWATAN

SEPSIS NEONATAL

DI RUANG HCU RSSA MALANG

Oleh:

Malang, 15 Juli 2013

Mengetahui,

Preseptor Klinik

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATORUM

A. DEFINISI

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat

minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005)

2

Page 3: LP SEPSIS Perinatologi

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-

gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.

(Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).

B. ETIOLOGI

a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu

menyebabkan sepsis.

b. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering

dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan

sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus

grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans,

virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki,

hepatitis, influenza, parotitis.

c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.

d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga

kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui

sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk

dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak

mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu

(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko

utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari

pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi

pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum

terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga

melemahkan pertahanan kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya

terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati

3

Page 4: LP SEPSIS Perinatologi

plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal

tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak

diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi

imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan

fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih

besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor diluar ibu dan neonatal

a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan

tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin

terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko

pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,

sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan

resisten berlipat ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering

akibat kontak tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh

E.colli.

C. KLASIFIKASI SEPSIS :

1. Sepsis dini

terjadi 7 hari pertama kehidupan.

Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,

biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial

yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca

lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan

organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering

mengalami komplikasi.

D. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara yaitu :

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu

setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi

4

Page 5: LP SEPSIS Perinatologi

darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus

plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,

parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan

toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena

kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion

akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus

masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah

terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus

respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui

cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de

entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis.

Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).

c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui

alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol

minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat

menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.

Pohon Masalah

5

Faktor yang dapat diubah-Sterilisasi lingkungan-Paparan bakteri

Faktor yang tidak dapat diubah-BBL malnutrisi-BBLR < 1500 gr-Prematur-Gangguan sistem imun

-Zat patogen (bakteri, virus, jamur)

Page 6: LP SEPSIS Perinatologi

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Umum : hipertermi kemudian hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum

b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, napas cuping hidung, merintih,

sianosis.

d. Sistem kardiovaskuler : sianosis,hipotensi,takikardi,bradikardia.

e. Sistem saraf pusat :tremor, kejang,penurunan kesadaran

6

Rangsangan endotoksin /eksotoksin

Sistem imunologi

Aktivasi makrofag Pengeluaran mediator

Aktivasi komplemen dan neutrofil

Kerusakan endotel

Arteri dan arteriola dilatasi

Kegagalan menahan cairan intravena

Terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler

Cairan masuk ke paru-paru

Alveoli kolaps

Pertukaran O2 dan CO2 terganggu

Distress napas

Aliran darah sistemik terganggu

Resiko Syok

Defisit volume cairan

Pola napas tidak efektif

Hipoksia pada jantung

Sepsis

Gagal Jantung

Gangguan pada multipel organ

Hipertermi

Page 7: LP SEPSIS Perinatologi

f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, pendarahan.

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan darah rutin (hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT)

b. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

c. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat

mendeteksi organisme.

d. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan

neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.

e. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya

inflamasi.

G. KOMPLIKASI

Meningitis

Hipoglikemia, asidosis metabolik

Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial

ikterus/kernikterus

H. PROGNOSIS

Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut

berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat

prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan

ruang bayi atau unit perawatan. Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah 2

kali lebih besar.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Suportif

- Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

- Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia

- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

- Awasi adanya hiperbilirubinemia

- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif

Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan

golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin.

Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di

7

Page 8: LP SEPSIS Perinatologi

ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan

aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji

sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila

terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk

Meningitis.

J. PENCEGAHAN

Pada masa Antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,

pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,

penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan

janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

Pada masa Persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

Pada masa pasca Persalinan

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan

peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

- Biodata

- Identitas orang tua

Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran

8

Page 9: LP SEPSIS Perinatologi

2. Riwayat Prenatal

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan

3. Riwayat Persalinan

Cara persalinan, trauma persalinan

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

- Kesadaran

- Vital sign

- Antropometri

2. Kepala

Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep

3. Mata

Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva

perdarahan dan anemis.

4. Sistem Gastrointestinal

Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah,

distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.

5. Sistem Pernapasan

Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas

6. Tali Pusat

Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah

(2 arteri dan 1 vena)

7. Sistem Genitourinaria

Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali

8. Ekstremitas

Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,

normal/abnormal.

9. Muskuloskletal

Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris

10. Kulit

Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

Pemeriksaan Spesifik

11. Apgar Score

12. Frekuensi kardiovaskuler

Apakah ada takikardi, bradikardi, normal

9

Page 10: LP SEPSIS Perinatologi

13. Sistem Neurologis

- Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif

- Refleks menghisap : kuat, lemah

- Refleks menjejak : baik, buruk

- Koordinasi refleks menghisap dan menelan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan pola nafas b/d terganggunya suplay oksigen kedalam

jaringan   

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pemb darah

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

dehidrasi

d. Resiko tinggi septik syok berhubungan dengan imaturitas system imun

e. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas b/d terganggunya suplay oksigen berkurang

Tujuan umum :

-    Jaringan mendapat suplay oksigen yang optimal

- Reduksi suplay oksigen tertangani

- Pertukaran darah arteri dan vena tanpa hambatan

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan kebutuhan oksigen terpenuhi

Kriteria hasil : 

- Pasien tidak sesak

- Pernafasan 30-60x/menit

- tidak tampak cianosis

Intervensi Rasional

MandiriPertahankan jalan nafas

Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas     

Membuat jalan nafas tetap tanpa obstruksi   

Pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin    

10

Page 11: LP SEPSIS Perinatologi

Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi        

Catat adanya sianosis     

Selidiki perubahan pada sensorium  

Sering ubah posisi       

KolaborasiBerikan suplemen oksigen sesuai indikasi kondisi bayi baru lahir

Kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial           

Menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate    

Fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi         

 Mengurangi ketidakseimbangan ventilasi        

Penurunan oksigen yang tidak dapat dihentikan meningkatkan keadaan hipoksia, mengakibatkan asidosis metabolik

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah

Tujuan Umum :

- Mencegah terjadinya syok

- Jaringan mendapat suplay darah yang normal/tidak terhambat

- Mencegah terjadi iskhemik dan nekrotik jaringan

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan intervensi keperawatan perfusi jaringan terpenuhi

Kriteria Hasil :

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

- Nadi perifer kuat dan reguler

- Kulit hangat dan kering

- Akral hangat

Intervensi RasionalMandiriPantau tekanan darah, catat perkembangan hipotensi

Pantau frekuensi dan irama jantung

Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer

Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran adrah

Bila terjadi takhikardi mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menekan respons dan untuk menggantikan kerusakan pada hipertensi

Bila nadi menjadi lambat harus diwaspadai adanya penurunan curah jantung dan vasokontriksi perifer jika terjadi syok

11

Page 12: LP SEPSIS Perinatologi

Kaji frekuensi pernafasan,kedalaman,dan kualitas.perhatikan dispnoe berat

Kaji kulit terhadap perubahan warna,suhu dan kelembaban

Auskultasi bising usus

KolaborasiBerikan cairan parenteral

Pantau pemeriksaan laboratorium,mis GDA

Berikan suplay O2 tambahan

Peningkatan pernafasan terjadi sebagai responsterhadap efek-efek langsung dari endotoksin pada pusat pernafasan di dalam otak

Mekanisme kompensasi dari vasodilatasi mengakibatkan kulit hangat, merah muda, kering adalah karakteristik dari hiperfusi pada fase hiperdinamik dari syok sepsis dini

Penurunan aliran darah pada mesenterium menurunkan peristaltik dan dapat menimbulkan illeus paralitik

Untuk mempertahankan perfusi jaringan,cairan dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi

Perkembangan asidosis respiratorik/metabolik merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasi

Memaksimalkan O2 yang tersedia untuk masukan seluler

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler.

Tujuan Umum :

- Mencegah terjadi dehidrasi

- Mencegah terjadi syok hipovolemi

- Mencegah gagal ginjal

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan volume cairan dapat dipertahankan secara

adekuat

Kriteria Hasil :

- Jumlah urine normal 0.5cc-1cc/kg BB

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi :Turgor kulit elastis,membran mukosa

lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan

- Tekanan darah ,nadi 100-120x/menit,suhu tubuh 36-37°c

Intervensi Rasional

12

Page 13: LP SEPSIS Perinatologi

Mandiri

Catat/ukur pengeluaran urin dan berat

jenisnya

Kaji membrane mukosa, turgor kulit dan

rasa haus

Amati edema dependen/perifer pada

sacrum, skurutum, punggung kaki

Timbang popok jika diperlukan

Monitor status hidrasi (kelembaban

membran mukosa,turgor kulit,kekuatan

nadi)

Kolaborasi

Berikan cairan IV

Pantau nilai laboratorium,mis : Ht,jumlah

SDM

Penurunan keluaran urine dan berat jenis

urine akan menyebabkan hipovolemi

Hipovolemi/cairan ruang ketiga akan

memperkuat tanda-tanda dehidrasi

Kehilangan cairan dari kompartemen

vaskuler ke dalam ruang interstisial akan

menyebabkan edema jaringan

Untuk mengetahui jumlah pengeluaran

urine

Untuk mengetahui keberhasilan therapi

cairan yang telah diberikan

Sejumlah cairan diperluakn untuk

mengatasi hipovolemi

Mengevaluasi perubahan didalam

hidrasi/viskositas darah

4. Resiko tinggi terhadap septik syok berhubungan dengan imaturitas sistem imun

Tujuan Umum :

- Sistem imun kembali normal

- Pasien terbebas dari infeksi

- Pasien terbebas dari purulensi/drainase atau eritema atau afebris

Tujuan Khusus :

- Setelah dilakukan intervensi keperawatan sepsis syok tidak terjadi

Kriteria hasil

Suhu afebris

Penurunan kadar leukosist dalam darah

Kesadaran compos mentis (CM)

Denyut nadi kuat dan reguler

13

Page 14: LP SEPSIS Perinatologi

Intervensi

Rasional

Mandiri

Lakukan isolasi/pantau pengunjung

sesuai indikasi

Cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan intervensi walaupun

menggunakan sarung tangan steril

Pantau kecenderungan peningkatan

dan penurunan suhu tubuh pasien

Amati adanya menggigil dan diaforesis

Pantau tanda-tanda penyimpangan

kondisi selama masa therapi

Infeksi rongga mulut terhadap

plak,selidiki rasa gatal

Kolaborasi

Dapatkan spesimen

urine,darah,sputum sesuai petunjuk

Pembatasan pengunuung dubutuhkan

untuk melindungi pasien imunosupresif

serta menguransi resiko terpapar infesi

nsokomial

Mengurangi kontaminasi silang

Demam disebabkan oleh efek-efek dari

endotoksin pada hipotalamus dan endokrin

yang melepaskan pirogen.Hipotermi

adalah tanda-tanda genting yang

merefleksikan perkembangan status

syok/penurunan ferpusi jaringan

Menggigil seringkali mendahului

memuncaknya suhu pada adanya infeksi

umum

Dapat menunjukan ketidakadekuatan

therafi antibiotik atau pertumbuhan

berlebihan dari organisme oportunik

Depresi sistem imun dan penggunaan dari

antibiotik dapat meningkatkan resiko

infeksi sekunder

Identifikasi terhadap portal entry dan

organisme penyebab septisemia adalah

14

Page 15: LP SEPSIS Perinatologi

untuk pewarnaan gram,kultur dan

sensitivitas

Berikan obat anti infeksi sesuai

petunjuk

penting bagi efektivitas pengobatan

Dapat membasmi/memberikan imunitas

sementara untuk infeksi

5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

Tujuan Umum :

- Pasien terhindar dari febris /suhu dalam batas normal

- Menghindari dari komplikasi akibat peningkatan suhu tubuh

- Pasien merasa nyaman,kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

Tujuan Khusus:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan suhu tubuh pasien kembali normal

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh 36°c-37°c

- Tidak ada perubahan warna kulit dan pasien tidak mengeluh pusing

- Nadi 100x/menit-120x/menit

- RR 30-60x/menit

Intervensi Rasional

Mandiri

Pantau suhu pasien (derajat dan

pola),perhatikan menggigil dan diaforesis

Pantau suhu lingkungan ,batasi/tambah

linen tempat tidur sesuai indikasi

Beri kompres hangat hindari penggunaan

alkohol

Demam menunjukan proses infeksius

akut. Pola demam dapat membantu

dalam diagnosis Menggigil sering

mendahului puncak suhu.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus

diubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal

Dapat membantu mengurangi

demam,alohol dapat menyebabkan

pasien merasa kedinginan

15

Page 16: LP SEPSIS Perinatologi

Anjurkan pasien untuk banyak minum

Tingkatkan sirkulasi udara

Kolaborasi

Berikan obat antipiretik

Mencegah dehidrasi serta mempertahan

jumlah cairan tubuh dalam batas normal

Untuk menghindari udara yang pengap

serta mencegah peningkatan suhu

ruangan

Digunakan untuk mengurangi demam

dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

16

Page 17: LP SEPSIS Perinatologi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hasan, Rusepno. 1986. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 3. Jakarta: Bagian Ilmu

Kesehatan Anak. FKUI.

Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta: FKUI.

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 2. Jakarta: EGC.

Pusdiknakes. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta: Depkes RI.

Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC

17