lp obstruksi usus fix

16
LAPORAN PENDAHULUAN PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT FIK UI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OBSTRUKSI USUS KONSEP OBSTRUKSI USUS A. Definisi dan klasifikasi Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegaha aliran normal melalui saluran pencernaan (Brunner and Suddarth, 2002). Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi yaitu : 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses. 2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik) Nama : Astutiningrum Puspa Damayanti NPM : 0806333625 Tempat : ICU Dewasa RSCM

Upload: astutiningrumd

Post on 13-Aug-2015

60 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Obstruksi Usus Fix

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OBSTRUKSI USUS

KONSEP OBSTRUKSI USUS

A.     Definisi  dan klasifikasi

Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegaha aliran normal

melalui saluran pencernaan (Brunner and Suddarth, 2002). Obstruksi usus dapat akut dengan

kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma

dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.

Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan

tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

Ada dua tipe obstruksi yaitu :

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus

obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma

yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi

batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik

usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya

amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan

neurologis seperti penyakit parkinson (Brunner and Suddarth, 2002).

B. Etiologi

Penyebab obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu

(Brunner and Suddarth, 2002):

Nama : Astutiningrum Puspa DamayantiNPM : 0806333625Tempat : ICU Dewasa RSCM

LAPORAN PENDAHULUAN

PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT FIK UI

Page 2: LP Obstruksi Usus Fix

1. Mekanis: terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus,

contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan,

hernia dan abses.

2. Fungsional/non-mekanis: muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang

usus.

C. Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang

apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.

Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan

pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.

Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan

cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan

kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen

meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia

dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan

bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik

ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik.

Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan

menyebabkan kematian. (Price and Wilson, 2006)

Pada ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena

adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus

terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian

proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi

kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang

menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai

seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus

yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti

peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.

D. Manifestasi Klinis

1.      Nyeri tekan pada abdomen

Page 3: LP Obstruksi Usus Fix

2.      Muntah

3.      Konstipasi (sulit BAB).

4.      Distensi abdomen.

5.      BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Brunner and Suddarth, 2002)

E. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

1.      Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen

2.      Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,

volvulus, hernia)

3.      Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan

dalam usus.

4.      Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah

lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan

kemungkinan infeksi.

5.      Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa

obstruksi usus. (Doengoes, 2000)

F. Penatalaksanaan Bedah dan Medis

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan

elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,

memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk

memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

  Obstruksi Usus Halus

1.  Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam

mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka

strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan,

terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit

(natrium, klorida dan kalium).

2. Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi.

Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan

pembedahannya adalah herniotomi.

  Obstruksi Usus Besar

Page 4: LP Obstruksi Usus Fix

Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk

membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang

dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap

pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang

biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi.

Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.

G. Komplikasi

1.    Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan

atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.

2.    Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra

abdomen.

3.    Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.

4.     Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

(Brunner and Suddarth, 2002)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, dan

gaya hidup

2. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang (PQRST),

riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga

3. Pemeriksaan fisik, meliputi aktivitas/istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan/cairan,

nyeri/ketidaknyamanan, pernapasan.

4. Tes diagnostic, meliputi X ray, rontgen (thorax dan abdomen), pemeriksaan darah

(leukosit, ureum, elektrolit, Hb), pemeriksaan simtologi, sigmoidoskopi.

B. Diagnosa keperawatan :

1. Dx nyeri b/d pembuatan stoma (ileostomi atau jejunostomi)

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 3x24jam di harapkan gangguan rasa

nyaman (nyeri) dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

1.      Tidak ada tanda-tanda nyeri

Page 5: LP Obstruksi Usus Fix

2.      Skala nyeri (0-3).

3.      Ekspresi wajah rileks.

4.      TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-

20x/mnt, S: 36,5-37,5 oC)

5. Bising Usus normal (5-12x/menit)

INTERVENSI RASIONAL

1.      Observasi tingkat nyeri

2.      Pantau status abdomen tiap 4 jam

3.      Dorong ambulasi dini dan hindari duduk

yang lama

4.      Pertahankan klien pada posisi semi fowler

5.      Pertahankan puasa sampai bising usus

kembali, distensi abdomen berkurang dan

flatus keluar

6.      Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi

7.      Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi

dan evaluasi keefektifannya

1.      Memudahkan perawat dalam

menentukan tingkat nyeri

2.      Diduga inflamasi peritoneal,

memerlukan intervensi medis yang

cepat.

3.      Menurunkan kekakuan otot dan sendi

ambulasi atau perubahan posisi sering

menurunkan tekanan perianal

4.      Menurunkan tekanan diafragma yang

terdorong oleh organ visceral

5.      Memungkinkan makanan peroral

dengan tidak ada bising usus akan

meningkatkan distensi dan

ketidaknyamanan

6.      Mengurangi nyeri dengan mengalihkan

perhatian klien ke hal yang lain

7.      Menurunkan ambang nyeri dan

meningkatkan kenyamanan

2. Dx 2: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan berlebihan jalan normal

(muntah), kehilangan berlebihan jalan tidak normal (drainase), keluaran ileostomi

dengan volume tinggi, pembatasan masukan cairan, gangguan absorpsi cairan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairan

dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal

Kriteria Hasil:

1. TTV dalam batas normal.

-          TD: 110/70-120/80 mmHg

Page 6: LP Obstruksi Usus Fix

-          N: 80-100x/mnt

-          RR: 16-20x /mnt

-          S: 36,5-37,5oC

2. Turgor kulit normal (<2 detik)

3. Membran mukosa bibir basah

4. Balans cairan seimbang

5. Mata tidak cekung

INTERVENSI RASIONAL

1.      Observasi TTV

2.      kaji turgor kulit,kelembaban membran

mukosa (bibir, lidah)

3.      Observasi intake dan output

4.      Berikan cairan tambahan intravena sesuai

indikasi

5.      Kolaborasi: pemberian cairan parenteral,

transfusi sesuai indikasi

1.      Peningkatan suhu/memanjangnya

demam meningkatkan laju metabolik, TD

ortostatik berubah dan peningkatan

takikardia menunjukkan kekurangan

cairan sistemik

2.      Indikator langsung keadekuatan volume

cairan

3.      Indikator keseimbangan cairan

terutama kehilangan cairan

4.      Mengurangi sekresi lambung dan

mencuci elektrolit

5.      Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,

menurunkan risiko dehidrasi

3. Dx 3: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorpsi

nutrisi, anoreksia

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi optimal

Kriteria Hasil :         

1.      BB meningkat atau normal sesuai umur

2.      Nafsu makan meningkat

3.      Pasien tidak mengalami mual, muntah

INTERVENSI RASIONAL

1.      Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase 1.      Menurunkan kebutuhan metabolik untuk

Page 7: LP Obstruksi Usus Fix

akut

2.      Anjurkan istirahat sebelum makan

3.      Tingkatkan diet oral baik cairan maupun

makanan rendah residu

4.      Konsultasi dengan ahli gizi

Kolaborasi:

5.      Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,

mis: proklorperazin (Compazine).

mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi

2.      Menurunkan kebutuhan metabolik untuk

mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi

3.      Diet rendah residu dapat dipertahankan 6

– 8 minggu untuk memberikan waktu

yang adekuat untuk penyembuhan usus

4.      Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam

perubahan pencernaan dan fungsi usus

5.      Untuk mencegah mual dan muntah

4. Dx 4: resiko infeksi b/d trauma jaringan post operasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan

gejala infeksi.

Kriteria Hasil:

1.      Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)

2.      Leukosit normal 4.000-11000 µml

INTERVENSI RASIONAL

1.      Pantau kualitas&intensitas nyeri, observasi

TTV, distensi abdomen

2.      Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu,

lingkaran abdomen terus meningkat.

3.      Siapkan pasien untuk pembedahan bila

direncanakan

4.      Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan

sebelum dan sesudah perawatan

1.      Deteksi dini terhadap potensial masalah

2.      peningkatan suhu indikasi

Perkembangan infeksi, peningkatan

lingkar abdomen memungkinan penyakit

bertambah parah menjadi peritonitis

sehingga dapat memperlambat

pemulihan.

3.      Obstruksi vaskuler atau mekanis

umumnya memerlukan intervensi bedah

4.      Menghindari dan melindungi klien dari

infeksi nosokomial.

Page 8: LP Obstruksi Usus Fix

5.      Kolaborasi : Berikan obat antibiotik sesuai

indikasi

5.      Untuk membantu mengobati atau

mencegah infeksi dalam perut

Referensi:

Brunner & Suddarth. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing, 8th ed. (Agung Waluyo et. al., Penerjemah). Philadelphia: Lippincott

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., and Geissler, A.C. (2000). Nursing care plans: guidelines for planning and documentating patientcare. (I Made K. dan Ni Made S., Penerjemah). Philadelphia: F.A. Davis Company.

Price, S.A. and Wilson, L.M. (2006). Pathophysiology: clinical concepts of disease processes vol 1, 6/e. (Brahm U.P., Penerjemah). Elsevier: Mosby

Page 9: LP Obstruksi Usus Fix

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik.

Page 10: LP Obstruksi Usus Fix

Etiologi Ileus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu: Mekanis dan

fungsional/ non-mekanis.

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus itu sama, tanpa memandang apakah

obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau funsional.

Manifestasi klinis pada ileus Nyeri tekan pada abdomen, Muntah, Konstipasi (sulit BAB),

Distensi abdomen, BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus.

Pemeriksaan diagnostik meliputi: rontgen thorax, Rontgen Abdomen, Pemeriksaan sinar x,

Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap),

Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis

dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi

usus kembali normal serta dilakukan tindakan kolostomi dan stent.

Asuhan keperawatan: Pengkajian, diagnosa dan perencanaan

3.2  Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Bagi para pembaca diharapkan dapat mengatur

pola hidup sehat mulai dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: LP Obstruksi Usus Fix

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII, EGC: Jakarta.

Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi Usus (http://keperawatan-

gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 18 Nopember 2011).

Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi . (http://barryvanilow.blogspot.com/. Diakses

tanggal 18 Nopember 2011).