lp kista ovarium

32
BAB I KONSEP MEDIS A. Defenisi Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000). Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Lowdermilk, dkk. 2005: 273) Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

Upload: fhatma-viiciiouuzdt-triiyzniivouur

Post on 13-Jul-2016

98 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LP KISTA OVARIUM

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Kista Ovarium

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi

cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000). Kista adalah kantong berisi

cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya

bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista termasuk tumor jinak yang

terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah

dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian

tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan

pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada

ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional

adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus

mentsruasi (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,

folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat

pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada

indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh

semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly,

2008).

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang

paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar

kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus

haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista ovarium adalah

benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di

indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk

selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu

ovulasi. (Yatim, 2005).

Page 2: Lp Kista Ovarium

Klasifikasi kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)

Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri

setelah 2 hingga 3 bulan

a. Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi,

namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel

primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak

mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista.

(Prawirohardjo, 2002). Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis,

sementara dan seringkali multiple, yang berasal dari kegagalan

resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling

sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan

merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal.

b. Kista korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi

korpus albikans. Terkadang korpus lutem akan mempertahankan diri

(korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di

dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna

merah coklat karena darah tua.  Dinding kista terdiri atas lapisan

berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel

teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa

amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat

juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan

yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.

c. Korpus Teka Lutein

Kista ini dapat terjadi pda kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.

Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum

hematoma. Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang

dibanding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi

oleh cairan berwarna kekuning-kuningan, seacar perlahan-lahan

Page 3: Lp Kista Ovarium

terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya

tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat

yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein

sehingga pada kista teka ltein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam

jaringan-jaringan perut. (Wiknojosastro,2005).

2. Kista ovarium Neoplastik

Kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung

pada ukuran dan sifatnya.

a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan

halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi

besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna

kuning.

b. Kistadenoma Ovarii Muscinosum

Bentuk kista multilokular dan biasanya unilatelar, dapat tumbuh

menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista

dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlengketan kista dengan

omentum, usus, dan peritonem parietale. Kista ini berasal dari

teratoma. Selain itu, bisa  terjadi ileus karena perlekatan dan produksi

musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya unilokular,

bila multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat

membesar, tetapi tidak sebesar musinosum. Selain teraba massa

intraabdominal juga dapat timbul asites.

d. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal

berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan

entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi

sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi

perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini

Page 4: Lp Kista Ovarium

diduga berasal dari sel telut melalui proses partenogenesis. (Smeltzer,

2002).

B. Etiologi

Sampai sekarang ini penyebab terjadinya kista ovarium belum

sepenuhnya di mengerti, tetapi beberapa teori menyebabkan adanya gangguan

dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium –

hipotalamus. Beberapa dari literature menyatakan bahwa penyebab

terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur ( folikel ) untuk

berovulasi. Folikel  tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal dalam

melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa

faktor pemicu yaitu :

1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :

a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b. Zat tambahan pada makanan

c. Kurang olah raga

d. Merokok dan konsumsi alcohol

e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius

f. Sering stress

g. Zat polutan

2. Faktor genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker,

yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya

karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia

tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi

onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

C. Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan

kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi

Page 5: Lp Kista Ovarium

fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh

wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.

Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan

folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,

terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista

di dalam ovarium.

Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang

disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan

diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture

akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2

cm dengan kista di tengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,

korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.

Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar

kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional

dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-

kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh

gonadotropin, termasuik FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat

terbentuk karena stimulasi gonadotropin atausensitivitas terhadap

gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak

berbahaya ini berasal dari folikel de graaf yang tidak pecah atau folikel yang

sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah

multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi

ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa

yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak sampai

mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit

pada daerah pelvis.

Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole

danchoriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan

diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien

Page 6: Lp Kista Ovarium

dalam terapi infertilitas,induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin

(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan

sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.

Kista neopalasia dapat tumbuh dari prolifelasi sel yang berlebih dan tidak

terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia

yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh

ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan

sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan

keganasan ni adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas

yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel

granulosa dari sec cord sel dan germ cel tumor dari germa sel primordial.

Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan

germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

D. Tanda dan Gejala

Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan

gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan

aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita

dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama.

Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.

Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :

a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.

c. Nyeri saat bersenggama.

d. Perdarahan.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a. Gangguan haid

b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering

berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang

menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.

Page 7: Lp Kista Ovarium

d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut :

a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga

perut (usus dan hati)

c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d. Gangguan buang air besar dan kecil.

e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada tumor ovarium yaitu:

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor

berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor

itu.

2. Ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah

tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor

kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga

perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam

tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan

pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.

Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum

peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.

Page 8: Lp Kista Ovarium

5. Pap smear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya

kanker/kista.

6. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan

Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat

mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000:743 ).

F. Komplikasi

Komplikasi – komplikasi yang daPat terjadi pada kista ovarium adalah :

1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga

berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan

gejala-gejala klinik minimal. Akan tetapi apabila perdarahan terjadi

sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi

cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

2. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5

cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi

meskipun gangguan ini jarang bersifat total.

3. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula

sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut,dan lebih

sering pada waktu persetubuhan.

4. Infeksi pada tumor

Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu

aktifitas sehari-hari.

5. Keganasan kista ovarium

Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45

tahun. .( Wiknjosatro, H. 2007 hal 348 ).

Page 9: Lp Kista Ovarium

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Mengurangi Nyeri

b. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope

akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa

mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.

c. Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat

luka di rumah          

d. Mencegah kekurangan volume Cairan

e. Mempertahankan integritas kulit

f. Memberikan nutrisi yang adekuat

g. Mengurangi ansietas

2. Penatalaksanaan medis

a. Pengangkatan kista ovarium

Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui

tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi

salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium

dan menghilangkan kista.

c. Perawatan pasca operasi

Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista

ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan

abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen

yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya

mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah

dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.

d. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang

pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan

kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik

Page 10: Lp Kista Ovarium

relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan

terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.

e. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas

ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian

ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar

atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya

disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).

(Wiknjosastro, et.all, 1999).

f. Asuhan post operatif

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang

mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau

infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital,

asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik

dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan

pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa

sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).

H. Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di

jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena

karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali

dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk

stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka

bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista

dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel

germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik..

Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2% (william,

2005)

Page 11: Lp Kista Ovarium

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit

Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di

daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen

bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak

berhenti, rasa mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.

d. Riwayat perkawinan

Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya

kista ovarium.

4. Riwayat kehamilan dan persalinan

Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk

tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.

5. Riwayat menstruasi

Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan

bahkan sampai amenorhea.

6. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.

Page 12: Lp Kista Ovarium

a. Kepala

1) Hygiene rambut

2) Keadaan rambut

b. Mata

1) Sklera                  : ikterik/tidak

2) Konjungtiva        : anemis/tidak

3) Mata                    : simetris/tidak

c. Leher

1) Pembengkakan kelenjer tyroid

2) Tekanan vena jugolaris.

d. Dada

1) Pernapasan

a) Jenis pernapasan

b) Bunyi napas

c) Penarikan sela iga

e. Abdomen

1) Nyeri tekan pada abdomen.

2) Teraba massa pada abdomen.

f. Ekstremitas

1) Nyeri panggul saat beraktivitas.

2) Tidak ada kelemahan.

g. Eliminasi, urinasi

1) Adanya konstipasi

2) Susah BAK

7. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai

tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

8. Data Spritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan

kepercayaannya.

Page 13: Lp Kista Ovarium

9. Data Psikologis

Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium

sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut

sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat

maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya

keturunan.

10. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam

aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri

11. Pemeriksaan Penunjang

Data laboratorium

a. Pemeriksaan Hb

b. Ultrasonografi (Untuk mengetahui letak batas kista)

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang dapat timbul untuk kanker ovarium yaitu

sebagai berikut:

1. Preoperasi

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit

(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.

b. Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan

adanya edema pada jaringan lokal.

c. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan

2. Post operasi

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi

b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska

pembedahan)

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah

kulit (jaringan, perubahan sirkulasi).

Page 14: Lp Kista Ovarium

C. Intervensi Keperawatan

1. Preoperasi

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit

(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.

Tujuan : Rasa nyeri klien hilang/ berkurang

Kriteria hasil:

a. Klien tidak mengeluh nyeri / nyeri berkurang

b. TTV normal

c. Menunjukkan nyeri berkurang/terkontrol

d. Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks

e. Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat

f. Skala nyeri 0 dari skala nyeri 0-10.

Intervensi :a. Kaji penyebab nyeri

Rasional : Penyebab diketahui sehingga dapat dengan mudah menentukan intervensi

b. Kaji skala nyeri secara komprehensifRasional : Skala nyeri menunjukan respon px terhadap nyeri.

c. Monitor TTVRasional : Perubahan TTV merupakan identifikasi diri terhadap perkembangan klien

d. Ajarkan tehnik relaksasiRasional : Tehnik relaksasi akan membantu otot-otot berelaksasi sehingg persepsi nyeri akan berkurang

e. Atur posisi yang nyamanRasional : Posisi yang sesuai/nyaman akan mambantu otot-otot berelaksasi sehingga nyeri berkurang

f. Kolaborasi pemeberian obat analgetikRasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri

b. Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan

adanya edema pada jaringan lokal.

Tujuan : Gangguan eliminasi urin dapat berkurang/hilang 

Kriteria Hasil :

Page 15: Lp Kista Ovarium

Klien dapat mempertahankan atau memperoleh pola eliminasi yang efektif♦      Klien ikut serta dalam pengobatan.♦      Memulai perubahan gaya hidup yang diperlu

Intervensi :

Pantau pola penolakan.Informasi ini sangat penting untuk merncakan perawatan dan mempengaruhi pilihan intervensi invidu.

♦         Palpasi kandung kemihDistensi kanung kemih mengindikasi retensi urinarius.

♦         Tingkatkan masukan cairan 2000 – 3000 ml/hari (28 tpm -  48 tpm)Mempertahankan hidrasi aekuat dan meningkatkan fungsi ginjal.♦         Hindari tanda - tanda penolakan verbal atan nonverbal.Ekspresi kekecewaan akan menurunkan rasa percaya diri dan tidak membantu mensukseskan

program.

c. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan

Tujuan : cemas dapat berkurang dan hilang dan pengetahuan klien bertambahKriteria Hasil :

Klien dapat menuturkan pemahanan kondisi, efek prosedur dan pengobatan♦       Klien dapat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan

suatu tindakan♦      Klien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

program perawatan

Intervensi :

Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.

♦       Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.

Page 16: Lp Kista Ovarium

Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya.

♦       Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.

Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya.♦         Libatkan orang terdekat ssesuai indikasi bila keputusan penting akan dibuat.

Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat.

2. Post operasi

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi

Tujuan : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berkurang / hilang

Kriteria Hasil :

a. Klien mengatakan tidak pernah nyeri lagi

b. Klien tidak tampak meringis lagi

c. Klien tidak lagi memegangi area nyeri

d. Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri) dari skala nyeri 0-10.

e. TTV dalam batas normal

f. Klien tampak rileks

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri

b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Rasional : Dapat membantu perawat dalam memberikan intervensi

berikutnya

c. Observasi TTV

Rasional : Peningkatan Tekanan Darah dan nadi menandakan

adanya nyeri

d. Atur posisi klien senyaman mungkin

Rasional : Mengurangi rasa nyeri

e. Anjurkan tehnik relaksasi

Page 17: Lp Kista Ovarium

Rasional : Memberikan rasa nyaman pada klien

f. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri

Rasional : Agar klien tidak terlalu merasakan nyerinya

g. Ciptakan lingkungan nyaman bagi klien

Rasional : Memberikan kenyamanan sehingga mengurangi nyeri

h. Kolaborasi: Berikan analgetik sesuai indikasi

Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri

b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan

Tujuan : Resiko infeksi pada luka post operasi dapat dicegah

Kriteria Hasil :

a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak,

nyeri, panas pada area luka post op

b. Insisi luka operasi tampak mongering

c. Suhu tubuh klien dalam batas normal (36-37,2 C)

Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda infeksi

Rasional : Dapat menentukan intervensi yang tepat

b. Observasi TTV klien

Rasional : Mengetahui status kesadaran umum klien

c. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan anti septic

Rasional : Meminimalkan masuknya mikro organisme

d. Jaga kebersihan area sekitar luka. Diskusikan dengan klien dan

keluarga klien tentang perawatan luka post operasi

Rasional : Mencegah penyebaran infeksi

e. Tingkatkan istirahat

Rasional : Istirahat menurunkan proses metabolisme,

memungkinkan O2 dan nutrien digunakan untuk penyembuhan

f. Kolaborasi: Beri Antibiotik sesuai indikasi

Rasional : Anti biotik untuk mematikan mikro organisme

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska

pembedahan)

Page 18: Lp Kista Ovarium

Tujuan : Defisit perawatan diri tidak terjadi

Kriteria Hasil :

a. Klien dapat mandi sendiri

b. Klien bebas dari bau

c. Klien tampak menunjukkan kebersihan

d. Klien nyaman

Intervensi :

a. Kaji defisit perawatan diri klien

Rasional : Untuk menentukan dan mengetahui tingkat defisit

perawatan klien guna memberikan perawatan.

b. Anjurkan keluarga untuk menyeka klien tiap pagi dan sore hari

Rasional : Agar kebersihan diri klien tetap terjaga

c. Anjurkan keluarga klien untuk mengganti pakaian klien 2 × sehari

Rasional : Agar klien merasa nyaman dengan pakaian yang bersih.

d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya

kebersihan diri setelah post operasi.

Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang

personal hygene setelah post operasi

e. Mengganti sprei

Rasional : Agar klien merasa nyaman dan bersih

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah

kulit (jaringan, perubahan sirkulasi).

Tujuan : Luka operasi mencapai penyembuhan

Kriteria Hasil :

a. Tercapainya penyembuhan luka

b. Mencegah komplikasi

c. Tidak timbul jaringan parut

Intervensi :

a. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.

Rasional : Mengobservasi adanya kegagalan proses penyembuhan

luka

Page 19: Lp Kista Ovarium

b. Anjurkan  pasien untuk tidak menyentuh daerah luka

Rasional : Mencegah kontaminasi luka

c. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut saat mengganti

balutan

Rasional : Mengurangi resiko trauma kulit

d. Kolaborasi : Pemberian antibiotic

Rasional : Diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati

infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi keempat. Jakarta:EGC.

Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Mansjoer ,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGC

Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran, Jakarta.

Doenges, M.E. (2000) Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC

http://www.ibudanbalita.net/830/penanganan-terhadap-penyakit-kista.html diakses tanggal 17 September 2013 pukul 11.00 WIB

Wiknojosastro, Hanifa. Editor. Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi. 2005.Ilmu Kebidanan.  Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Penerbit Pustaka Populer Obor

Linda Juall Carpenito, Alih Bahasa Monika Ester, Diagnosa Keperawatan, EGC, 2001.

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Page 20: Lp Kista Ovarium

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21

jini 2014

http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni

2014

http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista-ovarium.html

diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-ovarium_31.html diakse

s pada tanggal 21 juni 2014

http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-

ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI

Page 21: Lp Kista Ovarium

Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta;

EGC.

Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

A.Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marylinn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC

Lowdermilk, Perta. (2005). Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. (2005). American College of Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Arif Mansjoer, dkk.1999 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.2.      Carpenito, Lynda Jual. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8.Jakarta:

EGC3.      Doenges E. Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan

Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.4.      Hanifa, 1997. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: EGC.5.      Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit. Jakarta:

EGC6.      Sardjadi. 1995.Patologi Ginekologi. Jakarta; EGC.7.      Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.8.      Ignatavicius, D.D. dan M.V. Bayne. 1991. Medical Surgical Nursing A Nursing

Process Approach. Vol 2. Philadelphia. W.B. Saunders Company.