lp herpes zoster

14
HERPES ZOSTER A. Definisi Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). B. Etiologi Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella zoster. Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan herpes zoster. Setelah sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam tubuh dalam tahap laten seumur hidup. Sebagai virus laten, Varicella tidak akan menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada tahap reaktivitas, Varicella muncul sebagai Herpes zoster yang sering disebut sebagai shingles. Virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-

Upload: seal-yama

Post on 21-Jan-2016

551 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Herpes Zoster

HERPES ZOSTER

A. Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan

vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg

menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah

infeksi primer.

Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak

mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak

terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).

B. Etiologi

Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella zoster.

Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan herpes zoster. Setelah

sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam tubuh dalam tahap laten seumur

hidup. Sebagai virus laten, Varicella tidak akan menunjukkan gejala apapun, tetapi

potensial untuk aktif kembali. Pada tahap reaktivitas, Varicella muncul sebagai Herpes

zoster yang sering disebut sebagai shingles. Virus varicella zoster terdiri dari kapsid

berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit

protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya virion yang

terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh

bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa

inkubasinya 14-21 hari.

Faktor resiko herpes zoster:

1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan

tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko

terserang nyeri.

2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan

leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari

immunocompromised.

3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

Page 2: Lp Herpes Zoster

4. Orang dengan terapi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang

Faktor pencetus kambuhnya herpes zoster:

Trauma/ luka

Kelelahan

Demam

Alkohol

Gangguan pencernaan

Obat-obatan

Sinar ultraviolet

Haid

Stress

C. Patofisiologi

Virus yang menyebabkan herpes zoster ini adalah golongan varicella yang mula-

mula adalah penyebab dari cacar air atau varicella yang sudah tidak aktif atau dorman

dan kemudian diaktifkan lagi oleh tubuh.

Herpes zoster disebabkan oleh virus herpes yang sama dengan virus penyebab

varisella. Herpes zoster atau shingles, biasanya menyerang pasien yang berusia lanjut.

Virus varicella yang dorman atau tidak aktif, akan diaktifkan lagi dan timbul vesikel-

vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami

edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului atau disertai dengan rasa nyeri

hebat dan / atau disertai dengan rasa terbakar.

Meskipun setiap syaraf dapat terkena, tetapi syaraf torakal, lumbal atau kranial

agaknya paling sering terserang. Herpes zoster dapat berlangsung selama kurang lebih

tiga minggu. Rasa nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgie

posterpetika dan biasanya berlangsung beberapa bulan, bahkan kadang-kadang sampai

beberapa tahun. Neuralgie posterpetika lebih sering dialami pasien yang lanjut usia. Jika

herpes zoster menyerang ke seluruh tubuh, paru-paru dan otak maka mungkin akan

terjadi suatu kefatalan. Penyebaran ini biasanya tampak pada pasien menderita limfoma

atau leukemia. Dengan demikian setiap pasien yang menderita herpes zoster yang

tersebar harus dievaluasi kemungkinan adanya factor keganasan.

Page 3: Lp Herpes Zoster

D. Manifestasi Klinis

a. Gejala prodormal

Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung selama 1-4

hari

Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea,

rash, kemerahan, sensitive, sore skin (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan

kesemutan.

Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul.

Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi.

Gejala yang mempengaruhi mata: berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,

pembengkakan kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan

sensasi penglihatan dan lain-lain.

b. Timbul erupsi kulit

Kadang terjadi limfadenopti regional

Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang

dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian

tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.

Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dan

dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga

berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari.

Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini

nyeri segmental juga menghilang.

Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang-kadang sampai hari ke-

7

Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan

parut (pitted scar).

Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive

terhadap nyeri yang dialami.

E. Pemeriksaan Penunjang

Page 4: Lp Herpes Zoster

Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes

zoster dan herpes simplex.

Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan diagnostic

herpes virus.

Immunoflourorescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.

Pemeriksaan histopatologik

Pemeriksaan mikroskop electron

Kultur virus

Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media

virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman

cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster

akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70%

dengan spesifitas mencapai 100%.

Identifikasi antigen/ asam nukleat VVZ

Deteksi antibody terhadap infeksi anti virus

Deteksi antigen, Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan

dengan teknik kultur sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel

(semacam pisau) atau jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan

antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan

mendeteksi glikoproten virus.

Uji serologi, Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster

adalah ELISA.

PCR, PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan

tubuh, contohnya cairan serebrospinal

F. Komplikasi

1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodie

(singkat dan tidak terus-menerus) sepanjang nervus yang terlihat. Nyeri menetap di

dermatom yang terkena setelah erupsi.

Page 5: Lp Herpes Zoster

2. Herpes zoster menghilang batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu

bulan setelah timbulnya erupasi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan

menghilang spontan setelah 1-6 bulan.

3. Gangren superfisialis, menunjukkan herpes zoster yang berat, mengakibatkan

hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

4. Komplikasi mata, antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder,

ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.

5. Herpes zoster diseminata/ generalisata

6. Komplkasi sistemik, antara lain: endokarditis, meningosefalitis, paralysis saraf

motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral

granulomatosa disertai hemiplegi (2 terakhir ini merupakan komplikasi herpes zoster

optalmik).

G. Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan

a. Pengobatan topical

Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin

untuk mencegah vesikel pecah

Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan

antiseptic atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20

menit

Apabila lesi dan berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotic

(basitrasin/polysporin) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari

b. Pengobatan sistemik

Drug of choise-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis

virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat

menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical,

atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca

kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap

postherpetic neuralgia.

Page 6: Lp Herpes Zoster

Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A Vira-A) dapat

diberika lewat infuse intravena atau salep mata.

Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan

efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan dan

menekan respon immune.

Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri

dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan pruritus.

2. Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukkan hubungan

dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus harus ditangani dengan konsultasi

opthalmologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topical dan mydriatik anti

virus dapat diberikan.

3. Neuralgia pasca herpes zoster

Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut maka

dapat diberikan anti depresan trisiklik (misalnya: amitriptilin 10-75mg/ hari)

Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan

bagian terpenting perawatan

Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang

tidak teratasi

H. Pencegahan

Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah

pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit

sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster

dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus

tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah

terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien

yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.

Page 7: Lp Herpes Zoster

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. identitas klien

b. status kesehatan klien saat ini

c. status kesehatan lalu

d. riwayat kesehatan keluarga

e. kebuthan fisiologi dasar

f. pengkajian fisik

2. Diagnosa keperawatan

1) Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan

2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan infeksi virus

3) Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal

4) Gangguan integritas kulit yang berhubungan vesikel yang mudah pecah

3. Intervensi keperawatan

1) Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan ditandai dengan:

Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah

Kriteria hasil :

Erupsi berkurang

Kulit tidak kemerahan dan terjadi iritasi yang lebih parah

Intervensi :

Lakukan mobilisasi semaksimal mungkin untuk menghindari periode

penekanan yang terlalu lama.

Ajarkan pada pasien atau keluarga pasien supaya mengerti tindakan-tindakan

yang tepat untuk mencegah penekenan,gesekan,pergeseran,

Ajarkan pada pasien untuk waspada terhadap tanda-tanda awal kerusakan

jaringan.

Ganti posisi sekurana-kurangnya tiap 2 jam

Usahakan kulit klien selalu bersih dan kering

Rasionalisasi :

Page 8: Lp Herpes Zoster

Dengan dilakukan mobilisasi secara rutin (alih posisi) diharapkan kulit pasien

tidak terlalu lama tertekan sehingga vaskularisasi menjadi lancar.

Memberikan dorongan pada pasien dan keluarga untuk secara aktif ikut serta

dalam proses penyembuhan dan asuhan keperawatan, sehingga dengan begitu

tujuan dapat segera tercapai.

Dengan meenjaga kulit yang senantiasa kering dan bersih hal ini akan dapat

mempercepat penyembuhan dimana keadaan kulit pasien terutama

luka/vesikel yang mudah pecah ( mencegah penularan dan penyebaran luka.

2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan infeksi virus, ditandai dengan :

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

Rasa nyeri berkurang/hilang

Klien bias istirahat dengan cukup

Ekspresi wajah tenang

Intervensi:

Kaji kualitas & kuantitas nyeri

Kaji respon klien terhadap nyeri

Jelaskan tentang proses penyakitnya

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

Hindari rangsangan nyeri

Libatkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang teraupeutik

Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan intensitas nyeri

3) Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal.

Tujuan : Pasien tidak mengalami pruritus

Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh gatal lagi

Intervensi:

Anjurkan pasien untuk mandi air hangat dan sabun antiseptik ( hati-hati

jangan sampai vesikel pecah )

Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit.

Anjurkan pasien untuk memakai bedak ( salisil 2% ) untuk mengurangi rasa

gatal.

Page 9: Lp Herpes Zoster

Observasi kerusakan jaringan akibat pecahnya vesikel.

Rasionalisasi :

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk ( karena semakin digaruk akan

semakin terasa gatal ) yang akhirnya akan lengket karena vesikel yang pecah.

4) Gangguan integritas kulit yang berhubungan vesikel yang mudah pecah

Tujuan : Integritas kulit tubuh kembali normal/bagus.

Kriteria hasil :

Tidak ada lesi baru

Lesi lama mengalami involusi

Intervensi:

Kaji tingkat kerusakan kulit

Jauhkan lesi dari manipulasi dan kontaminasi

Kelola tx topical sesuai program

Page 10: Lp Herpes Zoster

Daftar Pustaka

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

http://askepintegumen.blogspot.com/2012/01/herpes-zoster.html

http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/04/23/asuhan-keperawatan-pada-pasien-

herpes-zoster/