lp gadar fraktur

20
FRAKTUR A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner&Suddarth: 2002). Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 1999). Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma (Tambayong: 2000). Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik ( Price, 1995) Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan nyeri serta gangguan fungsi. B. Etiologi Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (1995) ada 3 yaitu: 1. Cidera atau benturan 2. Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis. 3. Fraktur beban Fraktur beban atau fraktur kelelahan teradi pada orang- orang yang baru saja menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari. C. Tanda & Gejala Klinik Adapun tanda dan gejala dari fraktur, sebagai berikut : 1. Nyeri Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Hilangnya fungsi dan deformitas

Upload: doni-septz

Post on 28-Oct-2015

598 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: LP GADAR FRAKTUR

FRAKTUR

A. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya

yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner&Suddarth: 2002). Fraktur adalah

pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 1999).

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma (Tambayong:

2000). Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

( Price, 1995)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang

yang disebabkan trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan nyeri serta gangguan fungsi.

B. Etiologi

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (1995) ada 3 yaitu:

1. Cidera atau benturan

2. Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah

oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

3. Fraktur beban

Fraktur beban atau fraktur kelelahan teradi pada orang-orang yang baru saja

menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau

orang-orang yang baru mulai latihan lari.

C. Tanda & Gejala Klinik

Adapun tanda dan gejala dari fraktur, sebagai berikut :

1. Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai alamiah yang

dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Hilangnya fungsi dan deformitas

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah. Cruris tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi

normal otot berrgantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.

3. Pemendekan ekstremitas

Terjadinya pemendekan tulang yang sebenarnya karena konstraksi otot yang

melengket di atas dan bawah tempat fraktur.

Page 2: LP GADAR FRAKTUR

4. Krepitus

Saat bagian tibia dan fibula diperiksa, teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainya.

5. Pembengkakan lokal dan Perubahan warna

Terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

D. Patofisiologi

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan

lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi

perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast

berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast

terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin

direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan

pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan

mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan

mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia

mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan

sindrom compartment (Brunner dan Suddarth, 2002).

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan,

fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak

disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah

( Smeltzer dan Bare, 2001).

Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara

lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri

dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan

prawatan diri.

Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan

dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya

infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang

seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan

selama tindakan operasi (Price dan Wilson: 1995).

Page 3: LP GADAR FRAKTUR

E. Pathway

Page 4: LP GADAR FRAKTUR

F. Klasifikasi Fraktur

1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi

menjadi 2 antara lain:

a) Fraktur tertutup (closed)

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak

sekitar trauma, yaitu:

i. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.

ii. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

iii. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

pembengkakan.

iv. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman

sindroma kompartement.

b) Fraktur terbuka (opened)

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang

memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke

dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang terbuka :

i. Derajat I Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.

ii. Derajat II Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.

iii. Derajat III Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

2. Menurut derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Patah tulang lengkap (Complete fraktur)

Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau

garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang

biasanya berubak tempat.

b) Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )

Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah

yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Menurut Price dan

Wilson ( 2006) kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di

sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur

tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

3. Menurut bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5 yaitu:

a) Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan

akibat trauma angulasi atau langsung.

Page 5: LP GADAR FRAKTUR

b) Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu

tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.

c) Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh trauma

rotasi.

d) Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong

tulang kea rah permukaan lain.

e) Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

insersinya pada tulang.

4. Menurut jumlah garis patahan ada 3 antara lain:

a) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

c) Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang

yang sama.(Mansjoer: 2000)

G. Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) antara lain:

1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement,

kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

a) Syok

Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah

eksternal maupun yang tidak kelihatan yang biasa menyebabkan penurunan oksigenasi)

dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur

ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.

b) Sindrom emboli lemak

Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah

karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin

yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan

memudahkan terjadinya globula lemak pada aliran darah.

c) Sindroma Kompartement

Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh

darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan

pembengkakan interstisial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai

daerah tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini

menimbulkan hipoksia jaringan dan dapat menyebabkan kematian syaraf yang

mempersyarafi daerah tersebut. Biasanya timbul nyeri hebat. Individu mungkin tidak

Page 6: LP GADAR FRAKTUR

dapat menggerakkan jari tangan atau kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi

pada ekstremitas yang memiliki restriksi volume yang ketat, seperti lengan.resiko

terjadinya sinrome kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot dengan patah

tulang karena pembengkakan yang terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas

yang fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan di

kompartemen ekstremitas, dan hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya

ekstremitas dapat terjadi. (Corwin: 2009)

d) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma biasanya ditandai dengan tidak ada nadi, CRT

menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang

disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan

reduksi, dan pembedahan.

e) Infeksi

Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya

terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam

pembedahan seperti pin dan plat.

f) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau

terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya

Volkman’s Ischemia (Smeltzer dan Bare, 2001).

2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union,

dan non union.

a) Malunion

Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam

posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring. Conyoh yang khas adalah

patah tulang paha yang dirawat dengan traksi, dan kemudian diberi gips untuk imobilisasi

dimana kemungkinan gerakan rotasi dari fragmen-fragmen tulang yang patah kurang

diperhatikan. Akibatnya sesudah gibs dibung ternyata anggota tubuh bagian distal

memutar ke dalam atau ke luar, dan penderita tidak dapat mempertahankan tubuhnya

untuk berada dalam posisi netral. Komplikasi seperti ini dapat dicegah dengan melakukan

analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi, dan mempertahankan reduksi itu sebaik

mungkin terutama pada masa awal periode penyembuhan. Gibs yang menjadi longgar

harus diganti seperlunya. Fragmen-fragmen tulang yang patah dn bergeser sesudah

direduksi harus diketahui sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiografi

serial. Keadaan ini harus dipulihkan kembali dengan reduksi berulang dan imobilisasi,

atau mungkin juga dengan tindakan operasi.

Page 7: LP GADAR FRAKTUR

b) Delayed Union

Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan

yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakan kegagalan fraktur

berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini

disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.

c) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan

adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau

pseuardoarthrosis. Banyak keadaan yang merupakan faktor predisposisi dari nonunion,

diantaranya adalah reduksi yang tidak benar akan menyebabkan bagian-bagian tulang

yang patah tetap tidak menyatu, imobilisasi yang kurang tepat baik dengan cara terbuka

maupun tertutup, adanya interposisi jaringan lunak (biasanya otot) diantara kedua

fragmen tulang yang patah, cedera jaringan lunak yang sangat berat, infeksi, pola spesifik

peredaran darah dimana tulang yang patah tersebut dapat merusak suplai darah ke satu

atau lebih fragmen tulang.

H. Penyembuhan Fraktur

Jika satu tulang sudah patah, maka jaringan lunak di sekitarnya juga rusak,

periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah

terbentuk pada daerah tersebut, bekuan akan membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel

pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas.

Kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang merangsang deposisi

kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) di sekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal

dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu. Fusi dari

kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh

osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur. Persatuan

(union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih

kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami re-medolling di mana osteoblas

akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak

sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya. (Price:

1995)

I. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hb, Hct sedikit rendah, di sebabkan perdarahan.

1. LED meningkat bila kerusakan jaringan emak sangat luas.

2. Peningkatan jumlah leukosit adalah respon stress norma; setelah trauma.

Page 8: LP GADAR FRAKTUR

a. Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X untuk melihat gambaan fraktur deformitas

2) CT – Scan untuk mmperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur

3) Venogram untuk menggambarkan arus vaskularisasi

4) Radiograf, untuk menentukan integritas tulang

5) Antroskopi, untuk mendeteksi keterlibatan sendi

6) Angiografi, bila dikaitkan dengan cedera pembuluh darah

7) Konduksi saraf dan elektromiogram, untuk mendeteksi cedera saraf

b. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan kedaruratan

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi

(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah

lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya

kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat

golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan

foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah

terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses

pembuatan foto.

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari

adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai

adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagain tubuh segara sebelum pasien

dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan

sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah

tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan

tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan

menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang

memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.

Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan

bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang

panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai

bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang

cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah

Page 9: LP GADAR FRAKTUR

yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk

menntukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk

mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi

fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai

yang diterangkan diatas.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan

dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian

pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan

sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

2. Penatalaksanaan bedah ortopedi

Banyak pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal harus menjalani

pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Masalah yang dapat dikoreksi meliputi

stabilisasi fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan

peredaran darah (mis; sindrom komparteman), adanya tumor. Prpsedur pembedahan yang

sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF

(Open Reduction and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortoped dan

indikasinya yang lazim dilakukan :

• Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah

terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah

• Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan

pin logam

• Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk

memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.

• Amputasi : penghilangan bagian tubuh

• Artroplasti : memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang memungkinkan

ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan

sendi terbuka

• Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak

• Penggantian sendi : penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis

• Penggantian sendi total : penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi dengan

logam atau sintetis

• Transfer tendo : pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki fungsi

• Fasiotomi : pemotongan fasia otot untuk menghilangkan konstriksi otot atau mengurangi

kontraktur fasia. (Ramadhan: 2008)

Page 10: LP GADAR FRAKTUR

3. Terapi Medis

Pengobatan dan Terapi Medis

a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone

b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut

c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot

d. Bedrest, Fisioterapi

(Ramadhan: 2008)

4. Prinsip 4 R pada Fraktur

Menurut Price (1995) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani

fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi (Pengenalan )

Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa

dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali

dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas

rangka. fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak.

2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk

memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal.

Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka.

Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak

kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada

kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai

mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002).

3. Retensi (Immobilisasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode

fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips,

atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang

brperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah

alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan

memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian

proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain

Page 11: LP GADAR FRAKTUR

dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan

untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur,

humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000).

4. Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari

atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan

latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi

(Mansjoer, 2000).

Page 12: LP GADAR FRAKTUR

ASKEP GAWAT DARURAT FRAKTUR

A. Pengkajian

1. Pengkajian primer

a. Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat

kelemahan reflek batuk

b. Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit

dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

c. Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi

jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,

sianosis pada tahap lanjut.

2. Pengkajian sekunder

a. Aktivitas/istirahat

i. kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

ii. Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi

1) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

2) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

3) Tachikardi

4) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

5) Cailary refil melambat

6) Pucat pada bagian yang terkena

7) Masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori

1) Kesemutan

2) Deformitas, krepitasi, pemendekan

3) kelemahan

d. Kenyamanan

1) nyeri tiba-tiba saat cidera

2) spasme/ kram otot

e. Keamanan

1) laserasi kulit

2) perdarahan

3) perubahan warna

4) pembengkakan local

Page 13: LP GADAR FRAKTUR

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan4. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan

Page 14: LP GADAR FRAKTUR

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed, 3. Jakarta: EGC

Editor, Aru W Sudoyo dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Jakarta:

Interna Publishing

Dongoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Editor, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4

Vol.1. Jakarta: EGC

Price, Silvia Anderson dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-

Proses penyakit Edisi Vol. 2. Jakarta: EGC

Price A S, Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Edisi Vol. 2.

Jakarta: EGC

Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamupate.

Smeltzer Suzanne, C . 2001. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Jakarta: EGC

Tambayong, Jan. 2000 . Patofisiologi. Jakarta: EGC

Wilkinson M J. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Ktriteria

Hasil NOC. Jakarta: EGC

Page 15: LP GADAR FRAKTUR

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FRAKTUR

OLEH

DONI SEPTYANA

070112b010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2013

Page 16: LP GADAR FRAKTUR