lp fraktur

26
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR DI BANGSAL EDELWEIS RSUD BANYUMAS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktek profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah DISUSUN OLEH : YASINTA NUR ROHMAH 09/281928/KU/13175 PROFESI STASE KMB

Upload: yasinta-nur-rohmah

Post on 26-May-2017

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Fraktur

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR

DI BANGSAL EDELWEIS RSUD BANYUMAS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktek profesi Ners

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

YASINTA NUR ROHMAH

09/281928/KU/13175

PROFESI STASE KMB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: LP Fraktur

FRAKTUR

A. Pengertian

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga fisik, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang

akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur

lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak

melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat

truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok

Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur.

Fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian

proksimal femur. Yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan

kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada

wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis

pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu

misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor  langsung terbentur

dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan

exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada

fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan

hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion

wityh Internal Fixation).

Fraktur juga bisa dibedakan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur

tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka

adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi

infeksi.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi fraktur secara umum

adalah terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan

oleh rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan  normal atau patologis.

Page 3: LP Fraktur

Klasifikasi

Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi

menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa

komplikasi.

b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

2) Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui

kedua korteks tulang

b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

3) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan

akibat trauma angulasi atau langsung.

b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu

tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.

c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan

trauma rotasi.

d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot

pada insersinya pada tulang.

4) Berdasarkan jumlah garis patah.

a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang

yang sama.

5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen

tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

Page 4: LP Fraktur

b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut

lokasi fragmen.

6) Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

a) 1/3 proksimal

b) 1/3 medial

c) 1/3 distal

7) Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang

8) Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang

B. Etiologi

Berikut ini merupakan beberapa penyebab fraktur, antara lain:

a. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter

mendadak, kontraksi otot ekstrim.

b. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring.

c. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang

ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

d. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.

Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi

dari ketiganya, dan penarikan

e. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

f. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya

struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh

kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang

menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat

pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan.

Page 5: LP Fraktur

C. Patofisiologi

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma. Baik itu

karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak

langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa

karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot

trisep dan bisep mendadak berkontraksi.

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke

dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami

kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih

dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut.

Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin

(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.

Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.

Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk

membentuk tulang sejati.

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan

pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan

mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia

jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi

ini dinamakan sindrom kompartemen. Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif

maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai.

Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup

dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna.

Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian

yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas

tulang agak cepat. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita

komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka

akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila

sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan

diri.

Page 6: LP Fraktur

Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan

pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi,

pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang

sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan

selama tindakan operasi. Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat

mengakibatkan nyeri yang hebat.

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus,

penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

a) Inflamasi.

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan

pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami

devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi

oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut.

Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

b) Proliferasi Sel.

Setelah kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-

benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan

invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit,

sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai

matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan

(osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan

tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi

gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif

tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

c) Tahap Pembentukan Kalus.

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain

sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan

jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume

dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan

jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar

fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis

fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

Page 7: LP Fraktur

d) Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu

patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang

dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral

terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.

Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

e) Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan

reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan

waktu berbulan – bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang

yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan

kanselus – stress fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan

dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik

kompak langsung.

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami

remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang

tulang secara progresif . Remodelling tulang terjadi sebagai hasil proses antaa

deposisi dan reabsorbsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling

tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa

pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang

dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodelling juga terjadi setelah

penyembuhan suatu fraktur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan tulang:

a. Faktor yang mengganggu penyembuhan fraktur

1) Imobilisasi yang tidak cukup

Imobilisasi dalam balutan gips umumnya memenuhi syarat imobilisasi,

asalkan persendian proksimal dan distal dari patah tulang turut di imobilisasi.

Gerakan minimal pada ujung pecahan patah tulang di tengah otot dan di dalam

lingkaran kulit dalam gips, yang misalnya disebabkan oleh latihan ekstremitas

yang patah tulang tidak mengganggu, bahkan dapat merangsang

perkembangan kalus. Hal ini berlaku nutuk atah tulang yang ditangani gips

maupun traksi.

2) Infeksi

Page 8: LP Fraktur

Infeksi di daerah patah tulang merupakan penyulit berat. Hematom merupakan

lingkungan subur untuk kuman patologik yang dapat menyebabkan

osteomyelitis di kedua ujung patah tulang, sehingga proses penyembuhan

sama sekali tidak dapat berlangsung.

3) Interposisi

Interposisi jaringan seperti otot atau tendo antara kedua fragmen patah tulang

dapat menjadi halangan perkembangan kalus antara ujung patahan tulang.

Penyebab yang lain, karena distraksi yang mungkin disebabkan oleh kelebihan

traksi atau karena tonus dan tarikan otot.

4) Gangguan perdarahan setempat

Pendarahan jaringan tulang yang mencukupi untuk membentuk tulang baru

merupakan syarat mutlak penyatuan fraktur.

5) Trauma local ekstensif

6) Kehilangan tulang

7) Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang

8)  Keganasan local

9) Penyakit tulang metabolic (mis; penyalit paget)

10) Radiasi (nekrosis radiasi

11) Nekrosis avaskuler

12) Fraktur intra artikuler (cairan sinovial mengandung fibrolisin, yang akan

melisis bekuan darah awal dan memperlambat pembentukan jendala

13) Usia (lansia sembuh lebih lama)

14) Kortikosteroid (menghambat kecepata perbaikan)

b. Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur

1) Imobilisasi fragmen tulang

2) Kontak fragmen tulang maksimal

3) Asupan darah yang memadai

4) Nutrisi yang baik

5) Latihan-pembebanan berat badan untuk tulang panjang

6) Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid kalsitonin, vitamain D, steroid anabolic

7) Potensial listrik pada patahan tulang

Page 9: LP Fraktur

D. Pathway

Trauma Langsung Trauma tidak langsung Kondisi Patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri Akut

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang

Deformitas

Gangguan fungsi ekstrimitas

Hambatan mobilitas fisik

Laserasi kulit

Kerusakan fragmen tulang

Spasme otot

Peningkatan tekanan kapiler

Pelepasan histamin

Protein plasma hilang

Edema

Penekanan pembuluh darah

Putus vena/ arteri

Perdarahan

Kehilangan volume cairan

Resiko syok

Kerusakan integritas kulitResiko infeksi

Tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari kapiler

Melepaskan katekolamin

Metabolisme asam lemak

Bergabung dengan trombosit

Emboli

Menyumbat pembuluh darah

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Page 10: LP Fraktur

E. Tanda dan gejala

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

b. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat

di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melengketnya obat.

c. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm.

d. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik

tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau

beberapa hari setelah cedera.

f. Peningkatan temperatur lokal

g. Pergerakan abnormal

h. Kehilangan fungsi

F. Komplikasi

a. Komplikasi Akut

1. Infeksi

Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada

saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti

plate, paku pada fraktur.

2. Emboli lemak

Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang

lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit

dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil, yang

memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.

3. Sindrom Kompartemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan

untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika

tidak ditangani segera.

Page 11: LP Fraktur

4. Syok

Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan

yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.

b. Komplikasi Kronis

1. Mal union

Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi

terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan

atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna. Pada foto

roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang tidak sesuai

dengan keadaan yang normal. Etiologi mal union adalah fraktur tanpa pengobatan,

pengobatan yang tidak adekuat, reduksi dan imobilisasi yang tidak baik,

pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan, dan

osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma. Gambaran klinis

dari malunion antara lain deformitas dengan bentuk yang bervariasi, gangguan

fungsi anggota gerak, nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi, ditemukan

komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris , osteoarthritis apabila terjadi

pada daerah sendi , dan bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami

deformitas

2. Delayed union

Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan

(3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah). Pada

pemeriksaan radiologist tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah

fraktur, gambaran kista pada ujung – ujung tulang karena adanya dekalsifikasi

tulang, dan gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur. Etiologi delayed union

sama dengan non union, antara lain vaskularisasi pada ujung – ujung fragmen

yang kurang, reduksi yang tidak adekuat, imobilisasi yang tidak adekuat sehingga

terjadi gerakan pada kedua fragmen, waktu imobilisasi yang tidak cukup, infeksi,

distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang berlebihan, interposisi

jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang, terdapat jarak yang cukup besar

antara kedua fragmen, destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau

osteomielitis (fraktur patologis), disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia

(fraktur intrakapsuler), kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur

atau operasi, fiksasi interna yang tidak sempurna, pengobatan yang salah atau

sama sekali tidak dilakukan pengobatan, dan terdapat benda asing diantara kedua

Page 12: LP Fraktur

fraktur, misalnya pemasangan screw diantara kedua fragmen. Gambaran klinis

dari delayed union adalah nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu

berjalan, terdapat pembengkakan, nyeri tekan, terdapat gerakan yang abnormal

pada daerah fraktur, dan pertambahan deformitas

3. Non union

Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 – 8 bulan dan tidak

didapatkan konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu).

Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama – sama

dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis. Pada pemeriksaan radiologi

terdapat gambaran sklerotik pada ujung – ujung tulang, ujung – ujung tulang

berbentuk bulat dan halus, hilangnya ruangan meduler pada ujung – ujung tulang ,

salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung

(psedoarthrosis). Etiologi dari non union sama dengan etiologi delayed union dan

delayed union yang tidak diobati. Gambaran klinis dari non union adalah nyeri

ringan atau sama sekali tidak ada, gerakan abnormal pada daerah fraktur yang

membentuk sendi palsu yang disebut pseudoarthrosis, nyeri tekan atau sama sekali

tidak ada, pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat

pembengkakan sama sekali dan ada perabaan ditemukan rongga diantara kedua

fragmen. Terdapat dua jenin non union yang terjadi menurut keadaan ujung-ujung

fragmen tulang, yaitu:

a) Hipertrofik

Ujung – ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang

disebut gambaran elephant’s foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. Ruangan

antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini

vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi yang rigid

tanpa pemasangan bone graft.

b) Atrofik (Oligotrofik)

Tidak ada tanda – tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang

lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini disamping

dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft.

Page 13: LP Fraktur

G. Pemeriksaan khusus dan penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan

sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan

kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan

lateral. X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.

Venogram/ anterogram menggambarkan arus vaskularisasi. CT scan untuk

mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

b. Pemeriksaan Laboratorium

1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan

osteoblastik dalam membentuk tulang.

3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat

Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan

tulang.

4) Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna

pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel), peningkatan Sel darah

putih adalah respon stres normal setelah trauma

c. Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan

mikroorganisme penyebab infeksi.

2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan

diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang

berlebihan.

5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

H. Terapi/ Penatalaksanaan

Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan

pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi :

1. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat

diterima.

Page 14: LP Fraktur

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik

normalnya.

Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya

tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk

mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera

sudah mengalami penyembuhan.

Metode reduksi :

a. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)

dengan “Manipulasi dan Traksi manual”. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus

dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi

anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai

atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan

menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Rontgen harus dilakukan untuk

mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

b. Traksi

Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Secara umum traksi dilakukan dengan

menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan

sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :

1) Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan

emergency

2) Traksi mekanik, ada 2 macam :

Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot.

Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

Traksi skeletal

Page 15: LP Fraktur

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan

untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan

metal.

Kegunaan pemasangan traksi antara lain: Mengurangi nyeri akibat spasme otot, memperbaiki

& mencegah deformitas, immobilisasi, difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri

tulang sendi), mengencangkan pada perlekatannya.

Prinsip pemasangan traksi :

Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.

Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi

dapat dipertahankan

Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.

Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol.

Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang dipasang harus baik

dan terasa nyaman.

c. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan

bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,

palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang

dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Reduksi terbuka dengan

fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan

pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant

pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah.

2. Immobilisasi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi

penyembuhan.

Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat “eksternal” (bebat,

brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat

“internal” (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll)

Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan Tulang Fraktur

Page 16: LP Fraktur

3. Rehabilitasi

Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang

sakit.

Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi

dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status

neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,

partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara

bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada

aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

I. Diagnosa keperawatan

Page 17: LP Fraktur

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita fraktur antara lain:

1. Nyeri Akut

2. Resiko infeksi

3. Kerusakan integritas kulit

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

5. Hambatan mobilitas fisik

6. Resiko syok

Daftar Pustaka

Herdman, Heather. Nanda International Nursing Diagnoses: Definition Classification 2012-

2014. United State of America: Sheridan Books, Inc.

McCloskey, Joanne et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). United State of

America: Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Clasification (NOC). United State of America:

Mosby

Smeltzer, Suzanna. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner&Suddart edisi 8

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi

6. EGC : Jakarta.