lp finger tip injury

23
FRAKTUR JARI (Finger Tip Injury) A. Konsep Penyakit 1. Definisi Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Price and Wilson, 1995). Fraktur adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial (Rasjad, 2003). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2001). Fraktur femur-tibia-fibula adalah terputusnya kontinuitas tulang femur, tibia, dan fibula. 2. Etiologi Corwin dalam Ilham (2008) menyebutkan beberapa penyebab fraktur diantaranya: a. Trauma 1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut. 2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Upload: fatymah-azzahra-ririn

Post on 25-Jul-2015

858 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Finger Tip Injury

FRAKTUR JARI

(Finger Tip Injury)

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada

fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Price and

Wilson, 1995).

Fraktur adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial (Rasjad, 2003).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2001).

Fraktur femur-tibia-fibula adalah terputusnya kontinuitas tulang femur,

tibia, dan fibula.

2. Etiologi

Corwin dalam Ilham (2008) menyebutkan beberapa penyebab fraktur

diantaranya:

a. Trauma

1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat

tersebut.

2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan.

b. Fraktur Patologis

Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker

tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

Page 2: LP Finger Tip Injury

3. Klasifikasi

a. Klasifikasi klinis

1. Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak mempuyai hubungan dengan dunia

luar.

2. Fraktur terbuka : Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar

melalui luka pada kulit dan jaringan lunak

Tipe I: luka kecil kurang dari 1cm panjangnya, terdapat sedikit kerusakan

jaringan & tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada

jaringan lunak.

Tipe II: Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan

yang hebat.

Tipe III: terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot,

kulit & struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat

Tipe IIIa: jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah

walaupun terdapat laserasi yang hebat. Fraktur bersifat

segmental atau kominutif yang hebat.

Tipe IIIb: fraktur disertai trauma hebat dengan kerusakan &

kehilangan jaringan, terdapat pendorongan periost,

tulang terbuka, kontaminasi yang hebat serta fraktur

kominutif yang hebat.

Tipe IIIc: fraktur terbuka disertai dengan kerusakan arteri yang

memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat

kerusakan jaringan lunak (Rasjad, 2003)

b. Klasifikasi jenis khusus fraktur:

a. Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi

lainnya membengkok.

b. Tranversal: Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

c. Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

d. Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

e. Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

Page 3: LP Finger Tip Injury

f. Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam

(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

g. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang)

h. Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, penyakit pegel, tumor)

i. Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon

pada perlekatannya

j. Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

k. Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

lainnya (Smeltzer and Bare, 2001).

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema

b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang

melekat diatas dan dibawah tempat fraktur

d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit (Smeltzer and Bare,

2001).

5. Proses Penyembuhan Tulang

a. Inflamasi. Tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada cedera

lain di tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera

dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Tempat

cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag yang akan membersihkan

daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan & nyeri.

b. Proliferasi sel. Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami

organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah,

membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi osteoblast &

fibroblast. Fibroblast & osteoblast akan menghasilkan matriks kolagen

pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus & tulang rawan

Page 4: LP Finger Tip Injury

(osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang

rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah

tulang tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus.

c. Pembentukan kalus. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang

rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah telah terhubungkan.

Fragmen tulang dihubungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan &

tulang serat imatur. Perlu waktu 3 smpai 4 minggu agar fragmen tulang

tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.

d. Osifikasi. Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2

sampai 3 minggu melalui proses penulangan endokondral.Pada patah

tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan proses 3-4

bulan.

e. Remodelling. Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan

jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural

sebelumnya (Smeltzer and Bare, 2001).

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah

trauma).

e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal

(Doenges dalam Ilham, 2008).

7. Penatalaksanaan

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a. Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya

adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis

Page 5: LP Finger Tip Injury

kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh

penderita sendiri.

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak

asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang

gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama

tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf

lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik

fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan

cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuan klien. Latihan isometric diusahakan untuk meminimalkan

atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah (Ilham, 2008),

8. Komplikasi

a. Komplikasi Awal

1) Syok

Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke

jaringan yang rusak

2) Sindrom emboli lemak

Globula lemak dapat masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum

tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang

dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak yang

bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang kemudian

menyumbat pembuluh darah kecil

Page 6: LP Finger Tip Injury

3) Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi

jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Ini dapat disebabkan

karena (1) penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang

membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat, atau

(2) peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan.

4) KID

Koagulopati intravaskuler diseminata meliputi sekelompok kelainan

perdarahan dengan manifestasi ekimosis, perdarahan tak terduga setelah

pembedahan, perdarahan dari membran mukosa, tempat tusukan jarum

infuse, saluran gastrointestinal & kemih (Smeltzer and Bare, 2001)..

b. Komplikasi Lambat

1) Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan

Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan

kecepatan normal dan mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan

distraksi fragmen tulang. Tidak adanya penyatuan terjadi karena

kegagalan penyatuan ujung-ujung tulang.Faktor yang berperan dalam

masalah penyatuan meliputi infeksi pada tempat fraktur, interposisi

jaringan di antara ujung-ujung tulang, imobilisasi dan manipulasi yang

tidak memadai yang menghentikan pembentukan kalus, jarak yang terlalu

jauh antara fragmen tulang, kontak tulang yang terbatas, dan asupan darah

yang menyebabkan nekrosis avaskuler.

2) Nekrosis Avaskuler Tulang

Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.

Dapat terjadi setelah fraktur atau dislokasi

3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna

Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indicator utama telah terjadinya

masalah. Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis (pemasangan &

stabilisasi yang tidak memadai), alat yang cacat atau rusak, berkaratnya

alat yang menyebabkan inflamasi lokal, respon alergi terhadap campuran

logam(Smeltzer and Bare, 2001).

Page 7: LP Finger Tip Injury

Penyimpangan KDM Fraktur

Kondisi patologisDegenerasiSpontan

Kegagalan tulang menahan tekanan

Fraktur

Mengaktivasi respon peradangan ( pelepasan mediator kimia oleh mast sel: Bradikinin,

histamin, prostaglandin)

↑permeabilitas kapiler

↓ tekanan kapiler

Globula lemak masuk ke dalam darah & bergabung dengan trombosit menjadi trombus

↓ aliran darah ke perifer Menyumbat aliran darah ke paru-paru

Risiko disfungsi neurovaskuler perifer

Risiko gangguan pertukaran gas

Menstimulasi nosisseptor

Mekanisme nyeri (transduksi, Transmisi, modulasi, persepsi)

Nyeri

Ketidaknyamanan dlm gerak/ mobilisasi

Kerusakan mobilitas fisik

Fraktur terbuka

Pintu masuk bakteri

Kerusakan integritas kulit

Resiko infeksi

Perubahan status kesehatan

Kurang Mengenal sumber informasi ttg prognosis dan

kondisinya

Kurang pengetahuan tentang kondisi,

prognosis & pengobatan

trauma

Kerusakan integritas tulang

Risiko trauma

Page 8: LP Finger Tip Injury

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Data Dasar

1) Aktivitas / istirahat

Tanda: Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

(perkembangan sekunder dari jaringan yang bengkak/nyeri)

2) Sirkulasi

Tanda: Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /

ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)

Takikardia (respon stress , hipovolemi)

Penurunan nadi pada distal yang cidera, pengisian kapiler

lambat, pusat pada bagian yang terkena

Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera

3) Neurosensori

Gejala: Hilang gerakan / sensasi, spasme otot

Kebas / kesemutan (parestesia)

Tanda: Deformitas lokal, pemendekan, rotasi

4) Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme

otot merupakan penyebab nyeri di rasakan

5) Keamanan

Tanda: Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

Pembengkakan lokal

6) Pengetahuan

Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan

pengobatan serta perawatannya.

2. Prioritas Keperawatan

a. Mencegah cedera tulang/ jaringan lanjut

b. Menghilangkan nyeri

c. Mencegah komplikasi

d. Membeikan informasi ttg kondisi dan kebutuhan pengobatan

Page 9: LP Finger Tip Injury

3. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko cedera b.d. kehilangan integritas tulang

b. Nyeri b.d.cedera jaringan lunak

c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b.d. pembentukan trombus

d. Risiko kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan aliran darah: emboli

lemak

e. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler:

nyeri/ketidaknyamanan

f. Kerusakan integritas kulit b.d. fraktur terbuka, pemasangan traksi pen,

kawat, sekrup, imobilisasi fisik

g. Risiko infeksi b.d. tidak adekuatnya pertahanan primer: kerusakan kulit,

trauma jaringan, terpajan pada lingkungan

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan

4. Intervensi

a. Risiko cedera b.d. kehilangan integritas tulang

Kriteria Hasil: Mempertahankan stabilisasi & posisi fraktur

Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan

stabilitas pada sisi fraktur

Menunjukkan pembentukan kalus/menunjukkan penyatuan

fraktur dengan tepat

Intervensi:

1. Pertahankan tirah baring sesuai indikasi. Rasional: meningkatkan

stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi, penyembuhan

2. Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. Rasional: mencegah

gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi.

3. Kolaborasi: kaji ulang foto/evaluasi. Rasional: Memberikan bukti

visual adanya pembentukan kalus/proses penyembuhan

Page 10: LP Finger Tip Injury

b. Nyeri b.d.cedera jaringan lunak

Kriteria hasil: Menyatakan nyeri hilang

Menunjukkan tindakan santai mampu berpartisipasi dalam

aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi:

1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,

pembebat. Rasional: menghilangkan nyeri & mencegah kesalahan

posisi tulang/tegangan jaringan yang cedera

2. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi & karakteristik termasuk

intensitas. Rasional: mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan

intervensi.

3. Jelaskan prosedur sebelum dimulai. Rasional: memungkinkan pasien

untuk siap secara mental untuk aktivitas juga berpartisipasi dalam

mengontrol tingkat kenyamanan.

4. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi.

Rasional: meningkatkan sirkulasi umum; menurunkan aea tekanan

lokal & kelelahan otot.

5. Dorong menggunakan teknik manajemen stres, contoh : relaksasi,

latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik.

Rasional: meningkatkan rasa kontrol & kemampuan koping dalam

manajemen nyeri.

6. Kolaborasi: berikan/awasi analgesik yang dikontrol pasien (ADP) bila

indikasi. Rasional: Pemberian rutin ADP mempertahankan kadar

analgesik darah adekuat.

c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b.d. pembentukan trombus

Kriteria hasil: Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya

nadi, kulit hangat/kering, sensasi normal, tanda vital stabil,

haluaran urine adekuat.

Intervensi

Page 11: LP Finger Tip Injury

1. Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur.

Rasional: Warna kulit putih menunjukkan gangguan arterial. Sianosis

diduga gangguan vena. Kembalinya warna harus cepat.

2. Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali

dikontraindikasikan dengan meyakinkan adanya sindrom kompartemen.

Rasional: meningkatkan drainase vena. Adanya peningkatanan tekanan

kompartemen, peninggian ekstremitas secara nyata menghalangi aliran

arteri, menurunkan perfusi.

3. Dorong pasien untuk secara rutin latihan jari. Rasional: meningkatkan

sirkulasi & menurunkan pengumpulan darah.

4. Awasi tanda vital. Perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umu, kulit

dingin, perubahan mental. Rasional: ketidakadekuatan volume sirkulasi

akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.

5. Kolaborasi: Awasi Hb. Rasional: membantu dalam kalkulasi kehilangan

darah & membutuhkan keefektifan terapi penggantian.

d. Risiko kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan aliran darah: emboli lemak

Kriteria hasil: Mempertahankan fungsi pernapasan adekuat, dibuktikan oleh

adanya dispnea/sianosis, frekuensi pernapasan dalam batas

normal

Intervensi

1. Awasi frekuensi pernapasan & upayanya. Perhatikan penggunaan otot

bantu, retraksi. Rasional: Takipnea, dispnea mungkin hanya indikator

tanda terjadinya emboli paru pada tahap awal.

2. Auskultasi bunyi napas, perhatikan ketidaksamaan, bunyi hiperresonans,

ronki, mengi. Rasional: adanya bunyi tambahan menunjukkan terjadinya

komplikasi pernapasan.

3. Instruksikan dan bantu napas dalam. Rasional: meningkatkan ventilasi

alveolar & perfusi.

Page 12: LP Finger Tip Injury

e. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler:

nyeri/ketidaknyamanan

Kriteria hasil: Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat

paling tinggi yang mungkin

Mempertahankan posisi fungsional

Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit

Menunjukkan teknik yang memapukan melakukan aktivitas

Intervensi

1. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan &

perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi. Rasional: pasien

mungkin dibatasi oleh pandangan diri tentang keerbatasan fisik aktual.

2. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak psien/aktif pada

ekstremitas yang sakit & tidak sakit. Rasional: meningkatkan aliran

darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,

mempertahankan gerak sendi, mencegah atrofi, resorpsi kalsium karena

tidak digunakan.

3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tidak

sakit. Rasional: kontraksi isometrik tanpa menekuk sendi atau

menggerakkan tungkai dapat membantu mempertahankan kekuatan dan

massa otot. Latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan dan edema.

4. Berikan papan kaki, bebat pergelangan yang sesuai. Rasional: berguna

dalam mempertahankan posisi fungsional.

f. Kerusakan integritas kulit b.d. fraktur terbuka, pemasangan traksi pen,

kawat, sekrup, imobilisasi fisik

Kriteria hasil: Menunjukkan perilau/teknik utuk mencegah kerusakan

kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi

Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan

lesi terjadi

Page 13: LP Finger Tip Injury

Intervensi:

1. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau

drainase. Rasional: memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan

masalah yang mungkin disebabkan oleh pemasangan bebat.

2. Tempatkan bantalan air/batalan lain bawah tumit sesuai indikasi.

Rasional: menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko kerusakan

kulit

3. Balik pasien dengans sering untuk untuk melibatkan sisi yang tidak

sakit. Rasional: meminimalkan tekanan pada kulit.

g. Risiko infeksi b.d. tidak adekuatnya pertahanan primer: kerusakan kulit,

trauma jaringan, terpajan pada lingkungan

Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase

purulen, atau eritema, demam.

Intervensi

1. Observasi luka, perubahan warna kulit kecoklatan, bau drainase yang

tidak enak/asam. Rasional: tanda perkiraan infeksi gas gangren

2. Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema

lokal/eritema ekstremitas cedera. Rasional: dapat mengindikasikan

adanya osteomielitis.

3. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium, seperti hitung darah

lengkap, LED. Rasional: anemia dapat terjadi pada osteomielitis,

leukositosis biasanya ada dengan proses infeksi. LED meningkat pada

osteomielitis.

4. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi. Antibiotik spektrumluas

dapat digunakan sebagai profilaksis atau dapat ditujukan pada

mikroorganisme khusus.

Page 14: LP Finger Tip Injury

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan

Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan

pengobatan

Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan

menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi:

1. Kaji ulang patologi, prognosis, dan harapan yang akan datang.

Rasional: memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat

membuat pilihan informasi.

2. Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara

mandiri dan yang memerlukan bantuan. Rasional: penyusunan

aktivitas sekitar kebutuhan dan memerlukan bantuan.

3. Identifikasi tanda-tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis,

contoh nyeri berat, demam/menggigil, bau tak enak, perubahan

sensasi, pembengkakan, paralisis, ujung jari putih/dingin. Rasional

intervensi cepat dapat menurunkan beratna komplikasi seperti infeksi

dan gangguan sirkulasi.

Page 15: LP Finger Tip Injury

DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta.

EGC.

Ilham. (2012). Kondas Fraktur Tibia Fibula. (online). (http://www.healthreference-ilham.blogspot.com, diakses 26 Februari 2012.

Price Sylvia, A (2006), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid

2 . Edisi 6. Jakara. EGC.

Rasjad, Chairuddin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar. Bintang

Lamumpatue.

Smeltzer Suzanne, C (2001). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddarth.

Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC.