lp eliminasi urine

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN RASA NYAMAN Oleh: Ni Putu Pande Satya Systa Dewi 1102105058

Upload: annde-scysta

Post on 08-Dec-2014

560 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

makalah eleminasi urine

TRANSCRIPT

Page 1: LP Eliminasi Urine

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUAN RASA NYAMAN

Oleh:

Ni Putu Pande Satya Systa Dewi

1102105058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: LP Eliminasi Urine

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI GANGGUAN ELIMINASI URINEEliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme. Eliminasi urine

normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada

fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. (A.Aziz, 2008 :

62).

B. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi

membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Ginjal selain

berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: renin-

angiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D)

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bb4-Ginjal.pdf).

1. GINJALGinjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homoestasis

tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan, termasuk keseimbangan fisika dan

kimia. Ginjal mensekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi

eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal mengatur cairan

tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang normal.

(Mary Baradero, 2008 : 1)

Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine

sebagai zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang

merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui

nefron, urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui

ureter ke kandung kemih. (A.Aziz, 2008 : 62).

Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri renalis yang merupakan percabangan

dari aorta abdominalis. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum. Setiap ginjal berisi

1 juta nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal kemudian membentuk urine.

Darah masuk ke nefron melalui arteiola aferen. Sekelompok pembuluh darah ini

membentuk jaringan kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah

dan pembentukan urine. Apabila dalam urine terdapat protein yang berukuran besar

Page 3: LP Eliminasi Urine

(proteinuria), maka hal ini merupakan tanda adanya cedera pada glomelorus. Normalnya

glomelorus memfiltrasi sekitar 125 ml filtrat/menit.

Sekitar 99 % filtrat direabsorsi ke dalam plasma, dengan 1 % sisanya

diekskresikan sebagai urine. Dengan demikian ginjal memiliki peran dalam pengaturan

cairan dan eletrolit.

Ginjal juga sebagai penghasil hormon penting untuk memproduksi eritrisit,

pengatur tekanan darah dan mineralisasi mineral. Ginjal memproduksi eritropoietin,

sebuah hormon yang terutama dilepaskan dari sel glomerolus sebagai penanda adanya

hipoksia ( penurunan oksigen) eritrosit. Setelah dilepaskan dari ginjal, fungsi eritropoesis

( produksi dan pematangan eritrosit ) dengan merubah sel induk tertentu menjadi

eritoblast. Klien yang mengalami perubahan kronis tidak dapat memproduksi hormon ini

sehingga klien tersebut rentan terserang anemia.

Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal berfungsi untuk mengatur

aliran darah pada saat terjadi iskemik ginjal ( penurunan suplai darah ). Fungsi renin

adalah sebagai enzim untuk mengubah angiotensinogen ( substansi yang disentesa oleh

hati ) menjadi angiotensin I. Kemudian angiotensi I bersikulasi dalam pulmonal ( paru-

paru ), angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan angeotensin III. Angeotensin II

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menstimulasi pelepasan aldosteron dari

korteks adrenal.

Aldesteron menyebabkan retensi air sehingga meningkatkan volume darah.

Angiotensin III mengeluarkan efek yang sama namun dengan derajat yang lebih ringan.

Efek gabungan dari keduanya adalah terjadinya peningkatan tekanan darah arteri dan

aliran darah ginjal (fundamental of nursing hal 1679 – 1681, 2001).

2. URETER

Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih

di dalam rongga panggul ( pelvis ) pada sambungan uretrovesikalis. Dinding ureter

dibentuk dari tiga lapisan jaringan. Lapisan dalam, merupakan membran mukosa yang

berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung kemih. Lapisan tengah merupakan

serabut polos yang mentranspor urine melalui ureter dengan gerakan peristaltis yang

distimulasi oleh distensi urine di kandung kemih. Lapisan luar adalah jaringan

penyambung fibrosa yang menyokong ureter.

Page 4: LP Eliminasi Urine

Gerakan peristaltis menyebabkan urine masuk kedalam kandung kemih dalam

bentuk semburan. Ureter masuk dalam dinding posterior kandung kemih dengan posisi

miring. Pengaturan ini berfungsi mencegah refluks urine dari kandung kemih ke dalam

ureter selama proses berkemih ( mikturisi ) dengan menekan ureter pada sambungan

uretrovesikalis ( sambungan ureter dengan kandung kemih ). (fundamental of nursing hal

1679 – 1681, 2001)

3. KANDUNG KEMIH

Merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan

otot serta merupakan wadah tempat urine dan ekskresi. Vesica urinaria dapat

menampungan sekitar 600 ml walaupun pengeluaran urine normal 300 ml. Trigonum

( suatu daerah segetiga yang halus pada permukaan bagian dalam vesica urinaria )

merupakan dasar dari kandung kemih.

Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang berbentuk seperti cincin

berfungsi sebagai pencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di bawah kontrol

volunter ( parasimpatis : disadari ) (fundamental of nursing hal 1679 – 1681, 2001).

4. URETRA

Urine keluar dari vesica urinaria melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui

meatus uretra. Uretra pada wanita memiliki panjang 4 – 6,5 cm. Sfingter uretra eksterna

yang terletak sekitar setengah bagian bawah uretra memungkinkan aliran volunter urine.

Panjang uretra yang pendek pada wanita menjadi faktor predisposisi mengalami

infeksi. Bakteri dapat dengan mudah masuk ke uretra dari daerah perineum. Uretra pada

ria merupakan saluran perkemihan dan jalan keluar sel serta sekresi dari organ reproduksi

dengan panjang 20 cm. (fundamental of nursing hal 1679 – 1681, 2001).

C. PROSES PEMBENTUKAN URINE

Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses,

yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.

1. Penyaringan (filtrasi)

Page 5: LP Eliminasi Urine

Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di

kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan

permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain

penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah,

dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma

darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat

melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus

disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium,

kalium, dan garam-garam lainnya.

2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)

Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di

tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan

zat-zat sisa dan urea.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap

melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi

pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.

Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat

dikeluarkan bersama urin.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat

yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa

metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.

3. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di

tubulus kontortus distal.Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal,

selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah

penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang

air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui

uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang

berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

Page 6: LP Eliminasi Urine

D. PROSES BERKEMIH

Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).

Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250 - 450 cc

(pada dewasa) dan 200 - 250 cc (pada anak-anak). (A.Aziz, 2008 : 63)

Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat

menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian

rangsangan tersebut diteruskan melali medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih

yang terdapat di korterks serebral. Selanjutnya otak memberikan impuls/ragsangan

melalui medulla spinalis neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksi otot

detrusor dan relaksasi otot sphincter internal. (A.Aziz, 2008 : 63)

Urine dilepaskan dari vesika urinaria tetapi masih tertahan sphincter eksternal. Jika waktu

dan tempat memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sphincter eksternal dan urine

kemungkinan dikeluarkan (berkemih). (A.Aziz, 2008 : 64)

Ciri-ciri urine yang normal

          Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan

yang dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak makan makanan

yang mengandung protein, sehingga tersedia cukup cairan yang melarutkan ureanya.

Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir tipis

tampak terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus

dengan PH rata-rata 6,   berat jenis berkisar dari 1,010 sampai 1,025 (Pearce, 2009 : 305)

         Komposisi urine normal:

-          Air (96%)

-          Larutan (4%)

a.       Larutan organik : urea, ammonia, kreatin, dan asam urat.

b.      Larutan anorganik : natrium (sodium), klorida, kalium (potassium), sulfat, magnesium,

fosfor. Natrium klorida merupakan garam yang paling banyak. (A.Aziz, 2008 : 306)

Page 7: LP Eliminasi Urine

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE

a. Intake cairan

Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine

atau defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar,

kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output

urine lebih banyak.

b. Aktivitas

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine

membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan

eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang

menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus

menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan

dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah

urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh

c. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra

d. Infeksi

e. Kehamilan

f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat

g. Trauma sumsum tulang belakang

h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.

i. Umur

j. Penggunaan obat-obatan

F. PENYAKIT YANG MENIMBULKAN MASALAH ELIMINASI URINE

1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak

sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter

eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.

Page 8: LP Eliminasi Urine

3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal

enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.

4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.

5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.

6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500

ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.

7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1.      Pielogram Intravena

Memvisoalisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter, kandung kemih

dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu menerima injeksi pewarna

radiopaq secara intra vena.

2.      Computerized Axial Tomography

Merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi yang digunakan untuk memperoleh

gambaran terperinci mengenai struktur bidang tertentu dalam tubuh. Scaner temografik

adalah sebuah mesin besar yang berisi komputer khusus serta sistem pendeteksi sinar X

yang berfungsi secara simultan untuk memfoto struktur internal berupa potongan lintang

transfersal yang tipis.

3.      Ultra Sonografi

Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji gangguan

perkemihan. Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar,

berfrekuensi tinggi, yang memantul dari struktur jaringan.

4.      Prosedur Invasif

a.       Sistoscopy

Sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi ukurannya lebih

besar sistoscpy diinsersi melalui uretra klien. Instrumen ini memiliki selubung plastik

atau karet. Sebuah obturator yang membuat skop tetap kaku selama insersi. Sebuah

teleskop untuk melihat kantung kemih dan uretra, dan sebuah saluran untuk menginsersi

kateter atau isntrumen bedah khusus.

Page 9: LP Eliminasi Urine

b.      Biopsi Ginjal

Menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil

irisan jaringan korteks ginjal untuk diperiksa dengan tekhnik mikroskopik yang canggih.

Prosedur ini dapat dilakukan dengan metode perkutan (tertutup) atau pembedahan

(terbuka).

c.       Angiography (arteriogram)

Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengefaluasi sistem arteri ginjal. Digunakan

untuk memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya untuk mendeteksi adanya

penyempitan atau okulasi dan untuk mengefaluasi adanya massa (cnth: neoplasma atau

kista)

5.      Sitoure Terogram Pengosongan (volding cystoureterogram)

Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto saluran kemih

bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih.

Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal, stenosis) dan untuk

menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.

6.      Arteriogram Ginjal

Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdominis sampai melalui arteria

renalis. Zat kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan mengalir dalam arteri renalis

dan kedalam cabang-cabangnya.

Indikasi :

a.    Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hiperrtensi

b.    Mendapatkan gambaran pembuluh darah suatuneoplasma

c.    Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah korteks, untuk

pengetahuan pielonefritis kronik.

d.   Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan tranplantasi

ginjal.

7.      Pemeriksaan Urine

Hal yang dikaji adalah warna,kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat kejanggalan

dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll.

8.      Tes Darah

Page 10: LP Eliminasi Urine

Hal yang di kaji BUN,bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi, intravenus,

pyelogram. (fundamental of nursing hal 1700 - 1704,2001)

H. PATHWAY

TERLAMPIR

Page 11: LP Eliminasi Urine

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas Klien2. Kebiasaan berkemih

- Pola berkemih- Frekuensi berkemih- Volume urine

No Usia Jumlah/Hari

1 1 – 2 hari 15- 60 ml

2 3 – 10 hari 100 – 300 ml

3 10 – 2 bulan 250 – 400 ml

4 2 bln – 1 tahun 400 – 500 ml

5 1 – 3 tahun 500 – 600 ml

6 3 – 5 tahun 600 – 700 ml

7 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml

8 8 – 13 tahun 800 – 1400 ml

9 14 – dewasa > 1500 ml

10 Dewasa tua ≤ 1500 ml

3. Factor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih- Diet dan asupan- Respon keinginan awal untuk berkemih- Gaya hidup- Stress psikologis- Tingkat aktivitas

4. Keadaan Urine-          Warna-          Bau-          PH

Page 12: LP Eliminasi Urine

-          Kejernihan-          Jumlah-          Protein-          Darah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL Inkontinensia urine refleks berhubungan dengan gangguan neurologis yang

ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk berkemih.

Retensi urine berhubungan dengan penurunan absorpsi cairan ditandai dengan

distensin kandung kemih

Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan gangguan sensorik

C. Rencana Asuhan Keperawatan

( terlampir )

D. Evaluasi

( terlampir )

Page 13: LP Eliminasi Urine

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Evaluasi

1.Inkontinensia

urine refleks

berhubungan

dengan

gangguan

neurologi yang

ditandai

dengan tidak

adanya

dorongan

untuk

berkemih

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama...x24 jam

diharapkan inkontinensia urine

pada klien dapat berkurang

dengan criteria hasil :

Urinaria elemination

Nokturia pada

klien

berkurang(skala

4)

Frekuensi urine

normal(skala 5)

Karakteristik

urine

normal(skala 5)

Pengosongan

kandung kemih

normal(skala 5)

Urinaria

catheterization:

-Jelaskan prosedur

dan rasional dari

pemasangan kateter

-Monitor intake dan

output cairan

(jumlah,warna

frekuensi)

-Agar klien

mengetahui

kegunaan dan

tujuan dari

pemasangan kateter

-Agar perawat

mengetahui intake

dan output cairan

dan karakterikstik

cairan

S:klien

mengatakan

sudah lebih

bisa

mengontrol

eleminasi

urinenya

O: frekuensi

berkemih

mulai

berkurang

A: diagnosa

inkontinensia

refleks

P:lanjutkan

intervensi

2. Retensi

urine

berhubungan

dengan

penurunan

absorpsi cairan

ditandai

dengan distensi

kandung kemih

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama...x24 jam

diharapkan retensi urine pada

klien dapat berkurang dengan

criteria hasil :

Urinary elemination:

Retensi urine dapat

teratasi dengan skala 4

Pasien dapat

Urinary retention care:

Anjurkan

pasien atau

keluarga untuk

melaporkan

Agar bisa

mengetahui

intake dan

S:klien

mengatakan

perut bagian

bawah sudah

terasa tidak

penuh lagi

O:intake dan

output cairan

sudah

Page 14: LP Eliminasi Urine

mengosongkan kandung

kemih sepenuhnya

dengan skala 5

Bau dan jumlah urine

dalam batas normal

dengan skala 5

output urine

Urinary elemination

management:

Monitoring

output urine

meliputi

frekuensi,

konsistensi,

bau, volume

dan warna.

Monitor tanda

dan gejala

pasti dari

retensi urine

klien.

output

urine.

Agar bisa

mengetahui

adanya

ketidaknor

malan saat

berkemih

Agar

mengetahui

tanda dan

gejala pasti

dari retensi

urine

seimbang

A:diagnosa

retensi urine

P:lanjutkan

inntervensi

3. Gangguan

eleminasi urin

berhubungan

dengan

gangguan

sensorik

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama...x24 jam

diharapkan gangguan eleminasi

klien dapat teratasi dengan KH:

Urinary continence:

Mempertahankan pola

berkemih pada skala 5

Mengenal keinginan

untuk berkemih pada

skala 5

Urinary elemination

management:

Monitoring

output urine

meliputi

frekuensi,

konsistensi,

bau, volume

dan warna.

Monitor tanda

dan gejala

pasti dari

retensi urine

Agar bisa

mengetahui

adanya

ketidaknor

malan saat

berkemih

Agar

mengetahui

tanda dan

S: klien

mengatakan

sudah bisa

mnegontrol

pola eleminasi

urinenya

O: intake dan

output cairan

seimbang

A: diagnosa

gangguan

eleminasi urine

P: lanjutkan

Page 15: LP Eliminasi Urine

klien.

Catat waktu

terakhir

berkemih

Urinary cateterization:

Jelaskan

prosedur dan

rasional dari

pemasangan

kateter

Monitor intake

dan output

cairan(jumlah,

warna

frekuensi)

gejala pasti

dari retensi

urine

Agar

mengetahi

interval

berkemih

selanjutnya

Agar klien

mengetahui

kegunaan

dan tujuan

dari

pemasangan

kateter

Agar

perawat

mengetahui

intake dan

output

cairan dan

karakterikst

ik cairan

intervensi

Page 16: LP Eliminasi Urine

Pathway

Penuaan Sel Prostat

Merangsang hipotalasia jaringan prostat

Ketidakseimbangan hormone testosterone dan esterogen

Degenerative

Pembesaran bagian periuretra

Sel mati berkurang

Penyempitan lumen posterior Kerusakan otot sfingter eksterna

Obstruksi VU dan uretra Inkontinensia Urine

BPH

Inkontinensia Urinarius Fungsional

Inkontinensia Urine Aliran Berlebih

Inkontinensia Urine Refleks Inkontinensia Urine Stress Inkontinensia Urine Dorongan

Retensi Urine Peningkatan tekanan pada daerah obstruksi

DisuriaUrine

Gangguan Eliminasi Urine