lontar desember 2012

24

Upload: veco-indonesia

Post on 07-Mar-2016

230 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Edisi 5 tentang

TRANSCRIPT

Page 1: LONTAR Desember 2012

1LONTAR - #5 - 2012

E d i s i K h u s u s Ko l a b o ra s i V E C O I n d o n e s i a & V E C O V i e t n a m

Foto: Anton Muhajir

Mewujudkan PanganSehat di Indonesia

dan Vietnam

#52012

Page 2: LONTAR Desember 2012

2 LONTAR - #5 - 2012

VECO dengan bangga menghadir-

kan LONTAR edisi khusus kali ini . Kami

menyebut edisi khusus karena LONTAR

edisi sekarang merupakan hasi l kerja

bersama antara VECO Indonesia dan

VECO Vietnam. Sama-sama bekerja di

pengembangan rantai pertanian berke-

lanjutan, kedua kantor regional VECO ini

mendapatkan pengalaman sekaligus

tantangan yang sama. Pangan sehat

menjadi topik utama edisi ini karena

memang sedang menjadi isu hangat di

kedua negara.

Untuk mengumpulkan materi , kedua

staf komunikasi dan publikasi masing-

masing negara bertukar tempat selama

seminggu. Agustus lalu Carol ine

Huyghe, Penasehat Komunikasi dan Mo-

nitoring VECO Vietnam mengunjungi

Jawa di Indonesia. Anton Muhajir,

Koordinator Publikasi VECO Indonesia

melakukan reportase di Vietnam pada

Oktober.

Bagi VECO dan para mitra, publikasi

kal i ini merupakan kesempatan berharga

untuk bertukar pengalaman, mereflek-

sikan pekerjaan kami, dan memberikan

asupan untuk ide-ide baru di tahun-ta-

hun mendatang.

Semoga tahun depan Anda semua

mendapatkan yang terbaik. Semoga ta-

hun baru akan memberikan kesehatan,

kesenangan, keberhasi lan, dan tentu sa-

ja, makanan sehat yang berl impah!

2 Dari Redaksi

3 Editorial

4 Profil Negara

5 Profil

6 Reportase

Kini Sayur Sehat Lebih

Terjangkau di Vietnam

1 6 Testimoni Konsumen

17 Berita HFHL

18 Kabar Internasional

20 Opini

22 Profil

24 Poster

Lontar (n) daun pohon lontar (Borassus

flabellifer) yang digunakan untuk menulis

cerita; (n) naskah kuno yang tertul is pada

daun lontar; (v) melempar. Maka LONTAR

bagi kami adalah kata kerja (v) sekaligus

kata benda (n). Lontar adalah media

informasi untuk menyampaikan informasi

tentang pertanian yang memperhatikan

ni lai-ni lai lokal, sesuatu yang terus VECO

Indonesia perjuangkan.

Tim Redaksi

Penanggung jawab : Rogier Eijkens

Redaksi : Anton Muhajir, Carol ine Huyghe

Kontributor : Staf dan Mitra VECO

Indonesia

Layout : Syamsul "Isul" Arifin

Alamat Redaksi

VECO Indonesia

Jl Kerta Dalem No 7 Sidakarya Denpasar

Telp: 0361 - 7808264, 727378,

Fax: 0361 - 723217

Email: [email protected],

[email protected]

Website www.vecoindonesia.org

Twitter @vecoindonesia

Redaksi menerima berita kegiatan,

profil , maupun tips terkait praktik

pertanian berkelanjutan terutama yang

terkait dengan mitra VECO Indonesia

di berbagai daerah. Tulisan bisa dikirim

lewat email ataupun pos ke alamat di

atas.

VECO is proud to welcome you to

this special edition of the LONTAR, an

edition developed jointly by VECO In-

donesia and VECO Vietnam. Working on

sustainable agricultural chain develop-

ment both VECOs have gained valuable

experience, but also encounter similar

challenges. “Healthy Food” was chosen

as the theme of this publication, a hot

topic in both countries. To report on each

other’s work, the communication officers

swapped location for one week. Last Au-

gust Carol ine visited Java in Indonesia,

and Anton visited Vietnam in October.

For VECO and its partners this pub-

l ication is an excellent occasion to ex-

change experiences, to reflect on our

work and to give us some food for

thought, which wil l help us in planning for

the coming years.

VECO wishes you all the best for

201 3. That the new year may bring you

good health, a lot of joy, success, and of

course. . . lots of del icious healthy food!

2 LONTAR - #5 - 2012

Dari Redaksi Daftar Isi

Materi publikasi ini dicetak menggunakan

kertas daur ulang 50 persen sebagai ko-

mitmen VECO Indonesia pada ekologi

Edisi Spesial Dua Negara

Special “end-of-the-year” edition

Foto: Carol ine Huyghe

Page 3: LONTAR Desember 2012

3LONTAR - #5 - 2012

or even switching to organic farming of vegetable products.

One system to bui ld trust between these farmers and

consumers is the Participatory Guarantee System (PGS).

Through this system, consumers can see how the veget-

ables that they buy and consume are produced. They also

know where the money that they spend wil l go. This system

is interesting because it benefits both sides: the consumer

and the farmer.

So, the governments of both these countries should of-

fer more support to healthy vegetable farming in their re-

spective countries, rather than importing vegetables from

abroad. Support small farmers to switch to natural or organ-

ic farming. Spreading information to consumers about the

importance of eating healthy food. Faci l i tating consumers to

trust vegetable producers in their own country, rather than

thinking of locally grown vegetables as substandard.

In this way , consumers wil l be able to get healthier ve-

getables more quick and cheaper. And this wil l enable farm-

ers to increase their production and sales. Both sides

benefit, without having to rely on other countries that in fact

sel l poisoned vegetables. [Anton Muhajir]

mengurangi penggunaan bahan kimia atau bahkan beral ih

ke pertanian organik dalam produksi sayur.

Untuk membangun kepercayaan an-

tara petani dan produsen ini , salah satu

sistemnya adalah dengan Participatory

Guarantee System (PGS). Melalui

sistem ini, konsumen bisa melihat

bagaimana proses produksi sayur yang

mereka beli dan konsumsi. Mereka juga

tahu ke mana uang yang mereka

belanjakan akan kembali . Sistem ini

menarik karena memberikan manfaat

kepada dua pihak sekaligus, konsumen

dan petani.

Oleh karena itu, seharusnya peme-

rintah di masing-masing negara lebih

mendukung upaya pertanian produk

sayur sehat di masing-masing negara,

bukannya dengan mengimpor dari

negara lain. Dukung petani keci l agar

bisa beral ih ke pertanian alami atau

organik. Sebarkan informasi tentang perlunya pangan sehat

bagi konsumen. Fasi l i tasi konsumen agar percaya kepada

produk sayur dalam negerinya sendiri , tidak menganggap

sayur dalam negeri kalah gengsi. [Anton Muhajir]

BERITA dari Thai land itu mengejutkan bagi saya karena

selama ini saya pikir Thai land adalah negeri pengekspor

banyak produk pertanian ke Indonesia.

Tapi, nyatanya, negeri i tu pun kini

menghadapi tantangan serbuan produk

impor sayur tidak sehat, hal yang terjadi

juga di Vietnam dan Indonesia. Artinya,

tantangan perlunya sayur sehat itu terjadi

di banyak negara di kawasan Asia

Tenggara.

Serbuan sayur (dan buah-buahan)

tidak sehat tersebut merupakan ironi

ketika di sisi lain justru terjadi pening-

katan permintaan terhadap sayur sehat.

Di Indonesia sebagai contoh, makin

banyak konsumen sadar pentingnya

pangan alami ataupun nama lain, seperti

sehat, aman, organik, dan semacamnya.

Seiring dengan meningkatnya kelas

menengah baru, makin tinggi pula

permintaan produk organik di Indonesia.

Menariknya, peningkatan permintaan pangan sehat oleh

konsumen ini seiring sejalan dengan makin banyaknya

petani yang menerapkan pertanian sehat, alami atau

organik. Di Indonesia dan Vietnam, makin banyak petani

Memanjakan Konsumen untukMendukung Petani

THIS news from Thailand surprised me because I had

always thought that Thailand was an exporter of a wide

range of agricultural products to Indonesia. But, i t turns out,

l ike Vietnam and Indonesia, that country too is facing an

onslaught of unhealthy imported vegetables. Which means

that countries across South East Asia need to have their

own sources of healthy vegetables.

This attack of unhealthy vegetables (and fruit) is ironic in

view of the growing demand for healthy vegetables. In In-

donesia, for example, there is growing consumer aware-

ness of the importance of eating natural foods, also known

as healthy, safe, organic and so on. With the growing new

middle class, demand for organic products in Indonesia is

growing. In Bali , too. Organic outlets are springing up

everywhere as this new middle class chooses to l ive a

healthy l i festyle.

Interestingly, demand for healthy foods from these con-

sumers has coincided with an increase in the number of

farmers who are adopting healthy, natural or organic farm-

ing techniques. In Indonesia and Vietnam, an increasing

number of farmers are reducing their use of chemical inputs

Sambil menunggu pesawat pulang ke Bali sepulang dari Vietnam, saya menonton televisi di Bandara Suvarnabhumi,

Bangkok, Thailand. Ada satu berita yang mengagetkan saya, sayur di Negeri Gajah ini pun menghadapi tantangan serius:

banyak serbuan produk sayur dari China dengan kualitas tak sehat.

Spoiling Consumers to Support Farmers

On myway back to Indonesia from Vietnam midOctober, I had to transit at Suvarnabhumi Airport in Bangkok, Thailand.

While waiting for the plane to Bali, I watched television at the airport. One news item shockedme: apparently vegetable

production in Thailand is in crisis, and the country faces a flood ofunhealthily vegetable products from China.

Editorial

Page 4: LONTAR Desember 2012

4 LONTAR - #5 - 2012

Foto-foto: Anton Muhajir

Profil Vietnam

BEGITU pula pada Sabtu malam a-

wal Oktober lalu. Jalanan di sekitar Da-

nau Hoan Kiem adalah tempat keriuhan

itu. Ada perempatan jalan dengan bun-

daran keci l di tengahnya. Di sini lah keri-

uhan malam minggu itu berpuncak.

Warga tumpek blek di sekitar danau ini .

Ada yang duduk di bawah pohon dalam

keremangan cahaya bersama pasangan.

Ada yang jalan-jalan bergandengan ta-

ngan, main bersama teman-teman, dan

semacamnya.

Di tempat yang sama, lalu l intas

ruwet. Saya belum pernah menemukan

keruwetan lalu l intas separah di Hanoi.

Tiap kendaraan bermotor, baik sepeda

motor ataupun mobil , sal ing serobot

karena tidak ada polisi atau lampu me-

rah. Ini gambaran umum lalu l intas

Vietnam. Anehnya, saya hanya dua kali

melihat kecelakaan lalu l intas selama

sekitar 1 0 hari di negara ini . Lalu l intas

Vietnam seperti bergerak aman dalam

kekacauan.

Old Quarter menjadi salah satu

tempat orang berkumpul (melting point)

karena di sini juga terdapat beberapa

restoran. Satu di antaranya adalah Ken-

tucky Fried Chicken, yang sering jadi

ikon globalisasi dan amerikanisasi, sela-

in merk perusahaan trans nasional lain,

seperti McD, Coca-cola, MTV, dan se-

macamnya.

Duduk di lantai dua salah satu res-

toran di kawasan ini , saya bisa melihat

Old Quarter, Hanoi secara lebih leluasa.

Riuhnya manusia, kacaunya lalu l intas,

lalu lalang turis, serbuan merk-merk

asing, serta ekonomi negara yang terus

membaik.

“Saya tidak pernah membayangkan

ini semua bisa terjadi di negara kami,”

kata Nguyen Manh Hung, Wakil Ketua

Lembaga Perl indungan Konsumen Viet-

nam Vinastas. Kami ngobrol santai da-

lam mobilnya empat hari kemudian

dalam perjalanan ke kantornya seusai

kami mengikuti rapat koordinasi tentang

program VECO Vietnam. Beberapa o-

rang Vietnam yang saya ajak ngobrol ju-

ga menyampaikan hal serupa. Kemajuan

pembangunan Vietnam saat ini adalah

hal yang bagi mereka sendiri sesuatu

yang dulu terasa mustahi l .

Saat ini Vietnam berlari cepat dalam

pembangunan. Dari semula menjadi ne-

gara tertutup dan terisolasi karena me-

nganut komunisme murni, kini mereka

membuka diri terhadap modal asing,

kapital isme. Vietnam kini mengambil

jalan tengah antara komunisme dan

kapital isme, sosial isme. Semua bermula

pada 1 986 ketika Partai Komunis Viet-

nam, partai tunggal negara ini menca-

nangkan kebijakan Doi Moi sebagai

reformasi ekonomi di negara ini . Doi Moi

ibarat pembuka pintu masuknya modal

asing ke negara ini .

Lalu, tak ada lagi kepemil ikan mutlak

oleh negara. Warga atau perusahaan

swasta kini boleh beroperasi. Contoh

sederhana. Sebelum 1986, warga harus

bekerja untuk negara. Berapa pun

pendapatannya, mereka harus menye-

rahkannya pada negara. Jika tidak mau,

aparat negara akan memenjarakan me-

reka. Negara yang kemudian mendis-

tribusikannya kepada warga. Hal ini

termasuk kebutuhan pokok. Warga harus

antre berjam-jam untuk mendapatkan

jatah kebutuhan pokok tersebut. Semua

orang Vietnam yang saya ajak ngobrol

tentang masa-masa tersebut mengang-

gapnya sebagai sesuatu yang pahit.

Namun, kepahitan itu kini sudah

berlalu. Vietnam membuka lebar pada

modal asing. Mereka juga membuka diri

pada hubungan diplomatik internasional.

Misalnya dengan bergabung Organisasi

Perdagangan Dunia (WTO), Asosiasi

Negara Asia Tenggara (ASEAN), dan

lain-lain. Ekonomi mereka terus maju,

pergaulan mereka makin terbuka.

Toh, di bal ik semua kemajuan terse-

but, Vietnam juga masih menyimpan

tantangan. Rezim yang masih tertutup

pada demokrasi salah satu yang paling

penting. Serbuan produk-produk asing,

termasuk sayur dan buah-buahan dari

China, adalah contoh lainnya. Dua hal ini

yang masih menjadi pekerjaan rumah

Vietnam. Tak hanya oleh pemerintah tapi

juga masyarakat sipi l di sana, termasuk

petani. [Anton Muhajir]

Di Balik PesatnyaPembangunan VietnamOldQuarter, Hanoi, mungkin bisa mewakili gambaran Vietnam saat ini. Dari kawasan inilah ibukota Vietnam bermula.

Kawasan yang dibangun pada abad awal abadXXawalnya hanya terdiri dari 36 jalan kecil. Hingga sekarang dia menjadi

salah satu pusat keramaian Hanoi dan Vietnam bagian utara pada umumnya.

Foto: Anton Muhajir

Page 5: LONTAR Desember 2012

5LONTAR - #5 - 2012

Profil VECO Vietnam

PADA tahun 2001 , FADO kemudian

melebur dengan dua organisasi donor

lain di Belgia, yaitu Vredesei landen dan

Coopibo. Ketiganya memil iki kesamaan

tema dan lokasi program, bekerja di

negara berkembang untuk isu-isu pem-

bangunan berkelanjutan dan kemanusi-

aan. Mereka menggunakan satu nama,

Vredesei landen yang dikenal di tiap kan-

tor regional sebagai VECO, singkatan

dari Vredesei landen Country Office.

Dari semula bekerja untuk isu reha-

bi l i tasi bakau dan kredit, saat ini VECO

Vietnam justru fokus pada Pengem-

bangan Rantai Pertanian Berkelanjutan.

Ada tiga tujuan utama program VECO

Vietnam saat ini . Pertama, meningkatkan

posisi keluarga petani terorganisir dalam

rantai ni lai pertanian dari produksi

hingga konsumsi. Kedua, mengembang-

kan kebijakan di tingkat nasional dan

internasional yang mendukung petani.

Ketiga, mendorong konsumen agar

beral ih ke hasi l pertanian berkelanjutan.

“Kami berusaha melibatkan petani

dalam semua program,” kata Eduardo A

Sabio, Perwakilan Regional VECO Viet-

nam di kantornya awal Oktober lalu.

Seiring dengan perubahan fokus

program, maka VECO Vietnam pun

meninggalkan lokasi di mana mereka

pertama kali melaksanakan program,

Can Gio. Mereka kini justru fokus di tiga

provinsi di Vietnam bagian utara, yaitu

Phu Tho, Lang Son, dan Tuyen Quang

untuk tiga jenis komoditas berbeda,

sayur, teh, dan padi. Di tiga provinsi ini ,

VECO Vietnam bekerja bersama petani

dan mitra lokal, seperti lembaga konsu-

men, organisasi perempuan, dinas per-

tanian dan perl indungan tanaman, mau-

pun organisasi petani. Ada sekitar

25.000 penerima manfaat program

VECO Vietnam hingga 2007 lalu.

Seperti juga di Indonesia, petani

yang didukung VECO Vietnam adalah

petani keci l . Mereka hanya menggu-

nakan lahan rata-rata 0,25 hektar atau

bahkan kurang dari i tu. Sempitnya lahan

merupakan gambaran umum petani di

Vietnam, sekitar 60 persen dari total po-

pulasi negeri ini . Bedanya, akibat sistem

komunisme yang dianut negeri ini petani

Vietnam tak bisa memil iki tanah. Mereka

hanya memil iki hak guna karena hak

mil ik tetap ada pada negara. Pemerintah

bisa mengambil tanah tersebut j ika

diperlukan.

Ini lah salah satu tantangan VECO

Vietnam saat ini , bekerja di negara

dengan sistem politik yang relatif ter-

tutup. I tu pula tantangan mereka bekerja

di tujuan kedua, advokasi. Untuk mem-

perjuangkan kebijakan yang mendukung

petani keci l , terutama di rantai sayur

yang juga komoditas utama Vietnam,

VECO Vietnam bekerja sama dengan

lembaga pemerintah, seperti lembaga

riset dan dinas pertanian.

Kerja sama ini diwujudkan melalui

riset tentang keamanan pangan, pem-

buatan kebijakan pangan sehat, dan

seterusnya. Dua mitra utama dalam pro-

gram ini adalah Center of Agrarian Sys-

tems Research and Development

(CASRAD) dan Institute of Policy and

Strategy for Agriculture and Rural Deve-

lopment (IPSARD). Hasi l riset kemudian

dipublikasikan melalui seminar, lokakar-

ya, pertemuan lintas aktor, dan sema-

camnya.

Untuk program penyadaran konsu-

men, lembaga perl indungan konsumen

Vietnam, Vietnam Standard and Consu-

mer Association (VINASTAS) adalah

mitra yang sudah bekerja bersama

VECO Vietnam sejak 2008 lalu. Ber-

sama Vinastas, VECO Vietnam mela-

ksanakan lokakarya, kampanye, survei,

riset, dan upaya lain untuk mengenalkan

pangan sehat kepada konsumen.

Semua aktivitas VECO Vietnam ter-

sebut dikendalikan dari kantor empat

lantai mereka di kawasan sibuk Hanoi.

[Anton Muhajir]

Dari Rehabilitasi Bakau kePertanian BerkelanjutanVECOVietnam dan VECO Indonesia memiliki kesamaan. Keduanya bermula

dari program Flemish Organisation for Assistance in Development (FADO). Di

Indonesia, FADOmemulai program pertanian berkelanjutan di Flores, Nusa

Tenggara Timur (NTT). Adapun di Vietnam, FADOmemulai programnya di Can

Gio, Vietnam bagian selatan melalui program rehabilitasi hutan bakau dan kredit.

Foto-foto: Anton Muhajir

Page 6: LONTAR Desember 2012

6 LONTAR - #5 - 2012

Reportase

Kini Sayur Sehat LebihTerjangkau di VietnamMakanan layaknya pesta menyambut kami awalOktober lalu. Saya tak tahu nama

makanan tersebut satu per satu. Tapi, banyak. Ada sayur rebung, ayam kampung, tahu,

sup sayur hijau, terong kecil, dan banyak lagi.

Foto-foto: Anton Muhajir

Page 7: LONTAR Desember 2012

7LONTAR - #5 - 2012

Reportase

KAMI bertujuh duduk melingkar.

Selain saya, ada pula dua staf VECO

Vietnam, tiga petani lokal, dan satu sopir.

Kami lesehan mengeli l ingi menu besar

tersebut. Setelah berkenalan dan basa-

basi, kami pun mulai makan ala Vietnam.

Pertama minum ruou, arak lokal. Setelah

itu kami mengambil sayur sedikit demi

sedikit ke mangkuk masing-masing. Lalu

daging, tahu, sayur, bergantian dengan

segelas keci l ruou.

Siang itu kami makan bersama di

Komunitas Tan Duc, Viet Tri , Provinsi

Phu Tong, Vietnam. Jaraknya sekitar 2

jam perjalanan dari Hanoi ke arah utara.

Layaknya kota lain di Vietnam, kota ini

juga punya pertanian dalam kota (urban

farming) . Dari kebun-kebun perkotaan

ini lah kebutuhan sayur warga Viet Tri dan

sekitarnya terpenuhi, termasuk yang

kami nikmati siang itu.

Langka

Bagi orang Vietnam, sayur meru-

pakan kebutuhan utama saat makan,

terutama makan siang dan malam. Tiap

kali makan bisa ada dua sampai tiga

jenis sayur yang sebagian besar dalam

bentuk segar tanpa diolah dengan

bumbu tertentu. Nasi, menu utama bagi

orang Indonesia, justru dimakan pada

akhir makan. Karena itu, kebutuhan

sayur di Vietnam sangat tinggi. Tak ada

makan tanpa sayur. Sebagai gambaran,

pada tahun 2002 saja, konsumsi sayur

per kapita di Vietnam mencapai 80 kg. Di

Indonesia hanya sekitar 48 kg per kapita.

Karena tingginya permintaan terse-

but, maka petani pun menggunakan

banyak cara untuk memproduksi sayur.

Termasuk di dalamnya adalah penggu-

naan bahan-bahan kimia, seperti pupuk

dan pestisida. Petani menggunakan

bahan kimia tanpa mengikuti anjuran

pemakaian. Bahkan, kadang-kadang

mereka menggunakan bahan kimia yang

di larang. Maka, sayur sehat di negeri ini

pun termasuk langka. Menurut data

VECO Vietnam, pada tahun 2009,

terdapat hanya 4,8 persen lahan sayur

sehat di negeri ini . Sejak 2008 si lam,

petani di Tan Duc menjadi bagian dari

We sat in a circle. Besides me, there

were two VECO Vietnam staff, three

local farmers, and our driver. We sat on

the floor, circl ing this gastronomic feast.

After introductions and some chatting,

we started to eat, Vietnamese style. First

we had ruou, a local rice spirit. Then we

put a l ittle bit of each of the vegetables in

our bowl. Then meat, tofu, vegetables,

interspersed with a small glass of ruou.

That afternoon, we were eating at

Tan Duc Community, in Viet Tri , Phu Tho

Province, Vietnam. I t’s about a 2 hours’

drive north from Hanoi. Like other towns

in Vietnam, Viet Tri has urban farming.

These urban farms provide enough

vegetables for the people of Viet Tri and

the surrounding areas, as well as the fish

we enjoyed that afternoon.

Scarce

For the Vietnamese, vegetables are

an important part of their diet, particu-

larly for lunch and dinner. Every meal is

served with at least two or three kinds of

vegetable, mainly raw and unseasoned.

Rice, the staple food for Indonesians, is

in Vietnam eaten at the end of the meal.

So demand for vegetables in Vietnam is

very high. No meal is ever served

without vegetables. As an example, in

2002 alone, consumption of vegetables

in Vietnam was 80 kg per capita. In

Indonesia, this is only around 48 kg per

capita.

Because of this high demand, far-

Healthy Vegetables More ReadilyAvailable in VietnamA spread fit for a party greeted us earlyOctober. I don’t knowwhat each of the dishes were called. But there were

lots of them. There were bamboo shoots, free-range chicken, tofu, green vegetable soup, baby aubergines, to name

just a few.

Page 8: LONTAR Desember 2012

8 LONTAR - #5 - 2012

Reportase

mers use a wide range of techniques to

produce vegetables. This including the

use of a lot of chemical inputs, such as

ferti l iser and pesticide. Farmers use

chemicals without fol lowing the in-

structions. Sometimes they even use

banned chemicals. So, healthy vege-

tables are rare in this country. According

to VECO Vietnam data, in 2009, only

4.8% of farmland is used to grow healthy

vegetables in this country. Since 2008,

farmers in Tan Duc have been part of the

4.8%. They now produce healthy vege-

tables.

This change in production system

incorporates all stages, from land

preparation to sales. Farmers used to

use large volumes of chemicals.

Including, just as examples, B58,

Bonitox, Paragon and others. “Whenever

we got pests, we just sprayed the crops.

We had no idea how to apply them

properly,” said Nguyen Yan Thanh, a

local farmer.

Thanh began to change when he

became aware of the risks of excessive

use of chemicals. Now he uses organic

ferti l isers, such as compost. His

production system has also changed: by

rotating crops he is able to grow more

varieties of vegetables. On his 20 x 5

metre plot, Thanh produces around 700

kg to 1 ton of vegetables a year.

To ensure that the vegetables pro-

duced meet health standards, Thanh and

other farmers who are members of the

Tan Duc Cooperative adopt the Part-

cipatory Guarantee System (PGS).

Using this system, Thanh and the other

farmers in Tan Duc Cooperative are able

to produce healthier vegetables because

this system restricts the use of chemical

inputs. PGS is a guarantee for consu-

mers and buyers that the vegetables

from these farmers have been produced

in a healthy way.

Loyal

From the gardens near their homes,

the farmers in Tan Duc Community sel l

their vegetables every morning in Viet

Tri , a town about 1 0 km from their vi l lage.

Le Thi Minh is one of the members of the

Tan Duc Cooperative who sells

vegetables at the town’s market every

morning. Viet Tri market is packed with

vegetable and fruit sel lers every

morning. From around 6 a.m. , hundreds

of traders fi l l the market. Their stal ls are

open unti l around 1 0 a.m. This is also

what Minh does.

But Minh and his four col leagues are

different from most of the vegetable

sel lers in the market. While other

vegetable stal ls offer their goods from

plastic sheets spread on the dirt floor,

Minh and his friends sell theirs from a

special stal l . The vegetables are

arranged neatly on tables, in the 20 x 5

metre kiosk. Above them is a banner,

which says in Vietnamese Rau An Toan

Tan Duc, which means healthy vege-

tables from Tan Duc. Only members of

Tan Duc Cooperative and farmers who

apply PGS are allowed to sell vegetables

from this outlet.

This arrangement means that the

vegetables customers by from the Tan

Duc farmers are cleaner and healthier. “I

think that its cleaner and nicer to buy

from here,” said Le Thuy Hanh, a

customer at the kiosk.

Hanh is a regular customer at the

Tan Duc Cooperative’s outlet. Every

morning, this owner of a restaurant in

Viet Tri buys 4-5 varieties of vegetable.

Although the prices are higher than

elsewhere, this is not an issue. “Because

I know where the money I spend is going

to,” he said.

Page 9: LONTAR Desember 2012

9LONTAR - #5 - 2012

4,8 persen ini . Mereka kini memproduksi

sayur sehat.

Perubahan pola produksi tersebut

sejak penyiapan lahan hingga penjualan.

Semula, petani selalu menggunakan

bahan kimia dalam jumlah banyak.

Sekadar contoh, bahan-bahan kimia

seperti B58, Bonitox, Paragon, dan lain-

lain. “Begitu ada hama, kami langsung

semprot. Kami tidak tahu cara pakai

yang benar,” kata Nguyen Yan Thanh,

petani setempat.

Thanh mulai berubah setelah sadar

bahwa bahaya penggunaan bahan kimia

berlebihan. Kini dia lebih banyak meng-

gunakan pupuk organik, seperti kompos.

Pola produksinya juga kini berubah

dengan rotasi tanaman sehingga bisa

menanam lebih banyak jenis sayur. Dari

sekitar 20 x 5 meter persegi kebunnya,

Thanh menghasi lkan sekitar 700 kg – 1

ton sayur per tahun.

Untuk memastikan bahwa sayur yang

diproduksi memenuhi standar keseha-

tan, Thanh dan petani lain yang berga-

bung dalam Koperasi Tan Duc meng-

gunakan panduan Participatory Gua-

rantee System (PGS). Menggunakan

sistem ini, Thanh dan petani lain di

Komun Tan Duc ini bisa memproduksi

sayur lebih sehat karena di dalamnya

terdapat cara penggunaan bahan kimia

secara terbatas. PGS merupakan jami-

nan bagi konsumen maupun pembeli

bahwa sayur dari petani tersebut sudah

diproduksi dengan cara sehat.

Setia

Dari kebun-kebun di dekat rumahnya,

para petani di Komun Tan Duc menjual

sayurnya tiap hari ke Kota Viet Tri ,

berjarak sekitar 1 0 km dari desa mereka.

Le Thi Minh salah satu dari anggota

Koperasi Tan Duc yang menjual sayur di

pasar kota ini tiap pagi. Pasar Viet Tri

riuh oleh pedagang sayur ataupun buah

tiap pagi. Sejak sekitar pukul 6 waktu

setempat, ratusan pedagang memenuhi

pasar ini . Mereka akan berjualan hingga

sekitar pukul 1 0 pagi. Begitu pula

dengan Minh.

Namun, Minh dan empat temannya

berbeda dengan sebagian besar peda-

gang sayur di pasar tersebut. Ketika

pedagang sayur lain hanya menggelar

sayur dagangannya di tanah berlantai

plastik, Minh dan teman-temannya ber-

jualan di loket khusus. Sayur ditata rapi

di atas meja. Tempat mereka berjualan

semacam kios berukuran 20 x 5 meter

persegi. Di atas mereka ada spanduk

berisi tul isan Bahasa Vietnam, Rau An

Toan Tan Duc, artinya sayur sehat dari

Tan Duc. Hanya anggota Koperasi Tan

Duc dan petani menerapkan PGS yang

boleh menjual sayur di loket ini .

Dengan cara penjualan tersebut,

bagi pembeli , sayur yang dijual petani

dari Tan Duc menjadi lebih bersih dan

sehat. “Kalau beli di sini saya merasa

lebih bersih dan nyaman,” kata Le Thuy

Hanh, salah satu pelanggan di kios

tersebut.

Hanh termasuk pelanggan setia di

kios mil ik anggota Koperasi Tan Duc.

Tiap hari , pemil ik restoran di Veit Tri ini

membeli antara 4-5 jenis sayur.

Meskipun harga di kios tersebut lebih

mahal dibanding harga di tempat lain,

dia mengaku tidak keberatan. “Karena

saya tahu ke mana uang tersebut saya

belanjakan,” katanya.

Inspeksi

Perubahan pola produksi dan

penjualan sayur oleh petani di Komun

Tan Duc adalah bagian dari perubahan

Inspections

This change in the production and

marketing of vegetables by the farmers in

Tan Duc Community is part of a change

brought about by the VECO Vietnam

healthy vegetable chain program. Since

2008, VECO Vietnam has been

supporting these vegetable farmers to

switch to healthier production methods.

The healthy vegetable development

program in Tan Duc started with just 43

households in one area. As of June 2011 ,

the program had expanded to three other

areas and 1 98 households, although

around 300 households are now pro-

ducing healthy vegetables.

Together with local partners, such as

the Department of Plant Protection and

Reportase

Page 10: LONTAR Desember 2012

10 LONTAR - #5 - 2012

Reportase

the Phu Tho Provincial branch of the

Vietnam Standards and Consumer

Association (VINASTAS), VECO Vietnam

is training farmers to produce healthier

vegetables. This program for farmers

includes training in verifying healthy

vegetables, safe use of ferti l iser and

pesticide, composting, and certification

of products that meet PGS standards.

Periodical ly, staff from the Depart-

ment of Plant Protection also tests pro-

ducts in the fields to check whether or

not they meet PGS standards. “We want

to bui ld trust between the buyers and the

yang dihasi lkan oleh program VECO

Vietnam dalam rantai sayur sehat. Sejak

2008, VECO Vietnam mendukung

program petani sayur di sini agar beral ih

ke pola produksi yang lebih sehat.

Program pengembangan sayur sehat

di Tan Duc ini semula hanya untuk 43

rumah tangga di satu kawasan. Pada

Juni 2011 lalu, program berkembang ke

tiga kawasan lain dengan jumlah petani

penerima program 198 rumah tangga

meskipun rumah tangga petani produsen

sayur sehat sekitar 300.

Bersama mitra lokal, seperti Depar-

temen Perl indungan Tanaman serta

Asosiasi Standar dan Konsumen Viet-

nam Provinsi Phu Tho (Phutostas),

VECO Vietnam melatih petani tentang

cara produksi sayur lebih sehat. Program

untuk petani ini antara lain pelatihan cara

bercocok tanam sayur sehat, peng-

gunaan pupuk dan pestisida dengan a-

man, membuat kompos, hingga sertif-

ikasi produk yang sudah memenuhi

standar PGS.

Secara berkala, petugas Departemen

Perl indungan Tanaman juga akan mela-

kukan uji produk di lapangan untuk me-

meriksa apakah masih memenuhi stan-

dar PGS atau tidak. “Kami ingin mem-

bangun kepercayaan antara pembeli dan

petani melalui inspeksi,” ujar Nguyen Thi

Nhe dari Departemen Perl indungan

Tanaman Provinsi Phu Tho.

Selain di Phu Tho, program pengem-

bangan sayur sehat oleh VECO Vietnam

di provinsi lain, Lang Son. Di provinsi

yang berbatasan dengan China ini ,

VECO Vietnam juga bekerja sama

dengan koperasi petani, kelompok kon-

sumen, Departemen Perl indungan Tana-

man, serta kelompok perempuan. Saat

ini , VECO Vietnam mendukung 214 pe-

tani yang memproduksi dan menjual

sayur sehat di Lang Son. Seperti juga di

Phu Tho, program di provinsi ini juga

melibatkan lembaga konsumen, Depar-

temen Perl indungan Tanaman, kelompok

perempuan, serta petani. Program di

provinsi ini antara lain melatih petani

dalam produksi, penjualan, menyediakan

kios bagi pedagang, serta kampanye

bagi konsumen.

Peta

Seperti dalam rantai komoditas lain,

konsumen merupakan rantai terakhir

dalam rantai sayur sehat. Untuk itu, tak

hanya di tingkat produksi dan penjualan,

program penyediaan sayur sehat di

Vietnam juga menyasar konsumen.

VECO Vietnam mendukung lembaga

konsumen tingkat nasional, Vinastas,

farmers by conducting inspections,” said

Nguyen Thi Nhe from the Phu Tho Pro-

vince Department of Plant Protection.

VECO Vietnam also has a healthy

vegetable development program in

another province besides Phu Tho. In

Lang Son province on the border with

China, VECO Vietnam works with farmer

cooperatives, consumer groups, the

Department of Plant Protection, and the

Women’s Union. Currently, VECO

Vietnam is supporting 214 farmers who

produce and sell healthy vegetables in

Lang Son. As in Phu Tho, the program in

this province also involves consumer

associations, the Department of Plant

Protection, the Women’s Union, and

farmers. The program in this province

includes training farmers in the produc-

tion and sale of healthy vegetables,

providing kiosks for the traders, and

consumer campaigns.

Maps

As in other commodity chains, con-

sumers are the end point in the healthy

vegetable chain. So, the healthy vege-

table development program in Vietnam

Page 11: LONTAR Desember 2012

11LONTAR - #5 - 2012

Reportase

dalam program ini. Vinastas merupakan

lembaga perl indungan konsumen seperti

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI).

Kegiatan kunci dalam program ini

antara lain survei konsumen, kampanye

penyadaran untuk konsumen, pemetaan

toko-toko penyedia sayur sehat di Hanoi,

serta penguatan PGS sebagai jaminan

bagi petani dan konsumen. Program ju-

ga di lakukan melalui kantor tingkat pro-

vinsi , seperti di Phutostas di Phu Tong

dan Langsonstas di Lang Son.

Menurut Nguyen Manh Hung, Wakil

Ketua Vinastas, saat ini muncul kesa-

daran di kalangan konsumen di negeri

berpenduduk sekitar 85 juta tersebut

untuk mengonsumsi pangan sehat.

Namun, para konsumen menghadapi

tantangan susahnya informasi di mana

saja mereka bisa mendapatkan pangan

sehat tersebut. Untuk itulah, Vinastas

bekerja sama dengan Center of Agrarian

Systems Research and Development

(CASRAD) menyediakan peta lokasi to-

ko-toko di Hanoi, ibu kota Vietnam yang

menyediakan sayur sehat.

Dengan peta ini , konsumen lebih

mudah menemukan di mana saja lokasi

toko yang menjual makanan sehat, ter-

masuk sayur dan buah-buahan. Salah

satu toko adalah Bactom di kawasan Hai

Ba Trung, Hanoi. Meskipun ukurannya

termasuk keci l , sekitar 4 x 6 meter

persegi seperti bangunan di Vietnam

pada umumnya, toko ini termasuk ramai.

Penuh tak hanya oleh bahan pangan

sehat tapi juga oleh pengunjung.

Toko-toko yang menjual sayur sehat

ini umumnya tak hanya untuk jual bel i

sayur. Mereka juga melakukan pendi-

dikan tentang pangan sehat untuk kon-

sumen. Karena itu, di toko juga terdapat

beberapa media kampanye seperti

banner ataupun poster tentang pangan

sehat tersebut. Vinastas turut menye-

barkan media kampanye ini ke toko-toko

tersebut.

“Saya jadi tahu kenapa sayur yang

saya beli ini sehat dan dari mana mereka

berasal,” kata salah satu konsumen di

Bactom.

Secara kolaboratif dan terus mene-

rus, VECO Vietnam, lembaga konsu-

men, petani, lembaga pemerintah, peda-

gang sayur, dan konsumen bekerja sama

memperjuangkan agar warga bisa

mengonsumsi sayur lebih sehat. Selain

dengan informasi juga dengan penye-

diaan toko untuk menjual sayur-sayur

tersebut. Karena harga sayur sehat lebih

tinggi, petani juga kini memil iki penda-

patan lebih baik. Petani lebih bermar-

tabat, konsumen juga lebih sehat. [Anton

Muhajir]

focuses not only on production and mar-

keting, but also on consumers. VECO

Vietnam supports national consumer

organisation, VINASTAS, under this

program. VINASTAS is a consumer pro-

tection organisation, l ike Yayasan Lem-

baga Konsumen Indonesia (YLKI).

Key activities in this program include

consumer surveys, consumer awareness

campaigns, mapping healthy vegetable

outlets in Hanoi, and strengthening PGS

as a guarantee for farmers and consu-

mers. This program is also ran through

provincial level offices, such as Phutos-

tas in Phu Tho and Longsonstas in Lang

Son.

According to Nguyen Manh Hung,

deputy chair of VINASTAS, there is a

growing consumer awareness about

eating healthy vegetables in this country

of around 85 mil l ion people. But it is dif-

ficult for consumers to get information a-

bout where they can buy these healthy

vegetables. So VINASTAS is working

with the Centre of Agrarian Systems Re-

search and Development (CASRAD) to

provide maps of healthy vegetable out-

lets in the Vietnamese capital, Hanoi.

Armed with this map, consumers can

easi ly find out where healthy food

outlets, including outlets sel l ing healthy

vegetables and fruit, are located. One of

these shops is Bactom, in the Hai Ba

Trung district of Hanoi. Only 4 m x 6 m,

it may be small l ike most bui ldings in

Vietnam, but it is busy. Ful l not only of

healthy foods, but also customers.

Most of the shops do more than sell

healthy vegetables. They also provide

information about healthy food for

consumers. So in these shops there is a

range of communication material, such

as banners and posters about healthy

food. VINASTAS helps to distribute the

material to the shops. “Now I know why

the vegetables I ’m buying are healthy

and where they come from,” said one

customer at Bactom.

Through continuous collaboration,

VECO Vietnam, consumer organisations,

farmers, government agencies, vegeta-

ble sel lers, and consumers are working

together to encourage people to consu-

mer healthier vegetables. Not only by

providing information, but also through

the shops that sel l the vegetables,

because healthy vegetables are more

expensive the farmers get a better

income. The farmers prosper and the

consumers are healthier. [Anton Muhajir]

Page 12: LONTAR Desember 2012

12 LONTAR - #5 - 2012

Reportase

KONDISI ini tidak berbeda di

Indonesia dan menghadirkan peluang

bisnis besar bagi para petani. Di

Boyolal i , Jawa Tengah, petaninya telah

memproduksi beras organik sejak tahun

2005 dan berasnya memil iki reputasi

sangat baik. Untuk meyakinkan

konsumen bahwa beras yang mereka

beli adalah beras sehat, para petani

memutuskan untuk mendirikan Aliansi

Petani Organik Boyolal i (APPOLI) pada

tahun 2007. Anggotanya petani padi

organik. Visi APPOLI adalah mewujud-

kan organisasi petani kuat dan berorien-

tasi bisnis yang menghasi lkan beras

sehat dengan kualitas tinggi dan

tersertifikasi untuk memenuhi permin-

taan yang semakin meningkat.

Pada tahun 2007-2008, organisasi ini

memulai kegiatan peningkatan kesada-

ran konsumen dan di ikuti dengan pene-

rapan Internal Control System

(ICS)/Sistem Kendali Internal pada tahun

2009. Tujuannya untuk menjamin kuali-

tas, keterlacakan dan sertifikasi organik

beras yang mereka hasi lkan. Pada tahun

201 0, setelah APPOLI mendapatkan sta-

tus hukum sebagai asosiasi, organisasi

ini pun menjadi mitra VECO Indonesia.

Pada akhir Agustus lalu kami ber-

kumpul di kantor APPOLI untuk belajar

tentang standar organik dan ICS. Kami

disambut hangat oleh tim dan ketua

APPOLI yang sekaligus juga petani,

Susatyo. Dia menyampaikan kepada

kami tentang ambisi APPOLI untuk

meningkatkan pendapatan petani melalui

praktik pertanian organik. Untuk

mencapai tujuan ini , APPOLI membe-

rikan pembekalan teknis kepada para

petani mulai dari cara bertani organik

termasuk di dalamnya penggunaan pes-

tisida organik hingga cara merancang

sistem pemasaran bersama. Yang

terakhir ini masih merupakan tantangan

terbesar.

APPOLI menyediakan tiga jenis

layanan bagi anggota maupun non-

anggota yang terstruktur dalam tiga divisi

yang bekerja bersama. Divisi ICS men-

dukung petani untuk menghasi lkan beras

berkualitas tinggi. Divisi Bisnis bertang-

gung jawab pada penjualan dan meng-

hubungi pembeli baru. Divisi Jaringan

bertugas merangkul dan meyakinkan

lebih banyak petani untuk menerapkan

ICS.

Ketua APPOLI dengan bangga

menunjukkan kepada kami beberapa

angka menarik. Hingga akhir Agustus

lalu APPOLI terdiri dari 67 kelompok tani

Beras Organik

Beras merupakan salah satu bahan pangan terpenting di dunia yang memberikan pendapatan bagi jutaan petani kecil

serta menyediakan makanan untuk kita. Beras adalah menu yang tak tergantikan bagi sejumlah besarmasyarakat di

dunia. Permintaan beras terus meningkat di seluruh dunia. Tidak hanya terjadi pada beras anorganik, konsumen pun

makin mengingingkan beras organik tersertifikasi.

Tak Hanya Sehat tapi jugaBersertifikat

Foto: Carol ine Huyghe

Page 13: LONTAR Desember 2012

13LONTAR - #5 - 2012

Reportase

dengan 3.328 anggota dan 1 8 kelompok

tani, di mana 1 .027 di antaranya telah

menerapkan ICS. Sejak tahun 2011 ,

beras produksi tiga kelompok tani,

dengan anggota 68 petani, telah menda-

patkan sertifikasi SNI oleh BIOCERT,

sebuah badan sertifikasi organik na-

sional.

Muhdi, Manajer ICS, menegaskan

pentingnya dukungan VECO Indonesia

dan Lembaga Studi Kemasyarakatan

dan Bina Bakat (LSKBB), LSM lokal,

selama pelaksanaan kegiatan. “LSKBB

bekerja sebagai konsultan atau penyedia

layanan bagi APPOLI, mendukung kami

melobi pemerintah provinsi untuk men-

dapatkan dukungan dalam menerapkan

ICS dan mendanai peralatan serta infra-

struktur yang diperlukan,” kata Muhdi.

Menyambut ketertarikan kami untuk

mengetahui bagaimana ICS diterapkan,

Muhdi menjelaskan secara rinci pro-

sesnya. Setelah pengurus memberikan

informasi kepada para anggota tentang

penerapan ICS, kelompok tani mem-

bahas aturan dan regulasi sistem

tersebut. Proses ini memakan waktu

panjang dan melelahkan sampai akhir-

nya kami mencapai kesepakatan. Se-

telah itu pengurus mengembangkan

berbagai formulir dan dokumen, misal-

nya formulir pedaftaran, kontrak dengan

APPOLI, formulir input dan pemeriksaan,

serta sebuah manual tentang proses ICS

dari A sampai Z.

”Sepertinya, meyakinkan petani

untuk memproduksi beras organik sehat

tidak terlalu sul i t, tapi proses kendali

kual itasnya yang sul it,” kata Muhdi. ICS

mensyaratkan berbagai bentuk

dokumentasi dan setiap langkah harus

di ikuti secara saksama oleh petani.

Mendapatkan sertifikasi untuk beras

adalah proses panjang. Belum lagi j ika

ada faktor eksternal seperti kontaminasi

air yang sul it diawasi.

Divisi ICS di APPOLI terstruktur baik.

Setiap tugas terkoordinasi dengan baik

antar staf dan petani anggota. Setiap

awal musim, petugas lapangan

berkumpul untuk mengisi dokumen

petani, kemudian mengirimnya ke unit

THIS is not different in Indonesia,

presenting great business opportunities

for farmers. In Boyolal i , located in the

eastern part of Central Java farmers

have been producing organic rice since

2005 and its rice has a very good

reputation. To ensure consumers that the

rice they are buying is healthy farmers

decided in 2007 to set-up APPOLI

(Organic Farmer All iance Boyolal i ) , a rice

farmer organisation whose members are

organic rice producers. The vision of

APPOLI is to become a strong,

business-oriented farmer organisation,

producing high quality, certified and

healthy rice to tap the rising demand. In

2007-2008 the organisation started with

consumer awareness activities, after

which in 2009 they started implementing

the International Control System (ICS) to

guarantee the quality, traceabil i ty and

organic certification of the rice. When in

201 0 APPOLI received its legal status as

an association it became VECO’s

boundary partner.

On Wednesday morning August 29th

we gather at the APPOLI office to learn

dokumentasi di sekretariat. Di sini

mereka mengumpulkan dan memproses

data dalam komputer. Petani yang

ditunjuk kemudian melakukan pemerik-

saan internal dan menyerahkannya

kepada komisi persetujuan. Komisi ini

secara rinci memeriksa seluruh dokumen

yang dipersyaratkan. Pemeriksa ekster-

nal dari BIOCERT hanya datang sekali

setahun. Pengalaman kami, ketika petani

gagal dalam proses inspeksi, biasanya

disebabkan oleh jalan, air atau konta-

minasi stabi l .

Organic Rice in BoyolaliRice is one of the world’s most important food crops, bringing income to millions ofsmall scale farmers, and food to

the table...as rice is formany people around the world indispensable in their diet. The demand for rice is increasing

worldwide. Not only this is a trend for conventional rice, butmore andmore consumers want to eat certified organic

rice... healthy rice!

Foto: Carol ine Huyghe

Page 14: LONTAR Desember 2012

14 LONTAR - #5 - 2012

Reportase

APPOLI saat ini mempekerjakan 6 relawan yang menerima honorarium.

Mulai tahun 2013 dan seterusnya, para relawan akan menerima gaji. Hal ini

berarti bahwa organisasi petani tidak hanya menciptakan nilai tambah bagi

anggotanya tetapi juga membuka lapangan pekerjaan. Menarik anak-anak

muda.

Saat mengunjungi APPOLI saya mendapat kesempatan untuk mewa-

wancarai dua staf muda dan menanyakan apa yang memotivasi mereka.

Giyarti (1 8) dan Sidiq (25) adalah relawan APPOLI yang bersedia membagikan

ceritanya kepada saya.

Giyarti berasal dari keluarga petani dengan pendapatan kecil. Dia memiliki

2 kakak laki-laki, salah satunya bekerja di sawah keluarga dan satu lagi

bekerja sebagai supir. Dia dulunya bekerja di sebuah supermarket. “Ketika ada

kesempatan untuk menjadi relawan di APPOLI saya bergabung,” katanya.

Melalui pekerjaan ini, Giyarti merasa dapat berkontribusi dalam mewujudkan

masa depan yang lebih baik bagi keluarga petani melalui pengembangan

organisasi yang lebih berorientasi bisnis. “Melalui pekerjaan ini saya bertemu

dengan banyak orang, memiliki banyak teman dan belajar banyak tentang

pertanian organik,” tambahnya.

Giyarti ingin memperbaiki kemampuan fasil itasinya karena salah satu

tugasnya adalah menghubungi anggota yang potensial dan memberikan

informasi kepada mereka tentang ICS. “Di masa datang, saya melihat diri saya

bertanggung jawab dalam menjalin hubungan dan komunikasi serta mengurus

kontrak dengan pembeli nasional dan internasional; bekerja di bidang “bisnis

yang sesungguhnya”,” ucapnya yakin.

Lain lagi cerita Sidiq. Dia lulusan Fakultas Pertanian. “Saya sangat senang

dengan pekerjaan ini karena saya dapat menerapkan teori yang saya dapat di

universitas,” kata Sidiq sembari memperkenalkan diri dengan bangga.

Selama bergabung di APPOLI, Sidiq telah belajar banyak hal baru; mulai

pertanian organik hingga ICS, pemasaran dan dokumentasi. “Saya ingin

belajar bagaimana kita dapat menghubungkan kerja-kerja yang kita lakukan

dengan bisnis dan bagaimana memasarkan produk dengan lebih baik,”

ujarnya. [Caroline Huyghe]

about organic standards and ICS. We

are warmly welcomed by the team and

Mr. Susatyo Chairman of APPOLI (and

farmer) immediately clarifies APPOLI ’s

ambition to us, which is to increase

farmer’s income by organic farming

practices. To reach this goal APPOLI

trains farmers on technical ities, to

produce organic inputs l ike bio-ferti l iser

and to set-up a collective marketing

system. The latter sti l l remains the

biggest challenge.

The farmer organisation’s secretariat

offers three services (for members and

non-members of APPOLI), structured in

three divisions which work closely

together. The ICS division supports

farmers to deliver high quality rice, the

business division is responsible for sales

and contacting new buyers, whi le the

networking division contacts and

convinces more farmers to implement

ICS. The Chairman proudly presents us

some interesting numbers: “Today the

farmer organisation counts 67 farmer

groups with 3328 members, of which 1 8

groups are already implementing ICS

standards (1 027 farmers). Since 2011 the

rice of three farmer groups (68 farmers)

is certified organic under Indonesian

National Standard (SNI) by BIOCERT, a

national organic certification agency.

Mr. Muhdi, ICS Manager, highl ights

the importance of the support from

VECO Indonesia and LSKBB - a local

NGO - during implementation of the

activities. “LSKBB works as a

consultant/service provider to APPOLI,

supporting us with lobbying the

Provincial government asking for support

to set up the ICS and to fund necessary

equipment and infrastructure”.

Interested to learn how the ICS is

implemented Mr. Muhdi explains in detai l

the process: “After we informed the

members on the implementation of ICS,

the farmer groups had to discuss the

rules and regulations of the system. This

was a long and tiring process before we

all agreed. Afterwards we had to develop

different forms and documents

(registration form, contract with APPOLI,

map of farming area, input and

inspection form) and a manual explaining

KaumMuda di APPOLI

APPOLI berharap BIOCERT akan

memil iki reputasi internasional sehingga

lebih mudah bagi beras mereka

membuka jalan ke pasar internasional.

APPOLI baru-baru ini menghubungi tiga

pembeli baru, namun sayangnya kuan-

titas beras tersertifikasi belum cukup

untuk memenuhi permintaan pembeli-

pembeli tersebut. Saat ini , tiga kelompok

tani lagi yang akan mulai menerapkan

ICS. Dua kelompok tani beranggotakan

1 20 petani sedang dalam proses

mendapatkan sertifikasi internasional.

Jumlah total kelompok tani ICS

tersertifikasi menjadi 21 kelompok.

Selama kunjungan ke Boyolal i kami

mengunjungi 2 desa, Catur dan Dlingo.

Di Desa Catur, kelompok tani Budi

Rahayu terkenal karena memproduksi

pupuk organik berkualitas tinggi. Pupuk

ini di jual kepada anggota APPOLI dan

non anggota APPOLI. Di Desa Dlingo,

kami dapat melihat bagian lain dari

rantai produksi beras. Desa ini bertang-

gung jawab untuk proses pengeringan

dan penyimpanan beras dalam gudang

mereka untuk kemudian dikul i ti dan

dikemas. [Carol ine Huyghe]

well the whole ICS process from A-Z.” I t

seems that convincing farmers of

producing healthy organic rice was not

so hard, but control l ing the quality is. ICS

entai ls a lot of documentation and each

step has to be fol lowed careful ly by

farmers. Getting rice certified is a long

process. . . and then there are external

factors such as water contamination,

which are hard to control.

The ICS division of APPOLI is well

structured and tasks are well coordinated

amongst the staff and farmer members.

Every beginning of the season the field

workers gather the fi l led-out documents

of farmers, which they send to the

documentation unit at the secretariat.

Here they gather and process the data

into the computer. Assigned farmers then

perform the internal inspection which

then passes the critical eye of the

approval commission, who thoroughly

checks all required documents. The

Page 15: LONTAR Desember 2012

15LONTAR - #5 - 2012

Reportase

APPOLI currently employs six people working as volunteers, receiving

an honorarium payment. From 201 3 onwards salaries wil l be paid. This

means that the farmer organisation does not only create value for its

members, but also offers jobs. . . attracting young people.

Visiting APPOLI I had the pleasure to ask two young staff members

what it is that motivates them? Giyarti (1 8) and Sidiq (25) both volunteering

at APPOLI told me their story.

“I come from a farmer family with l i ttle income. I have two older bro-

thers, one of them works on the family farm, and the other is a driver,” says

Giyarti . “I used to have a small job in a supermarket but when this

volunteering opportunity at APPOLI arose I wanted to be involved. Through

this job I can contribute to a better future for family farmers and this through

developing the organisation in a more ‘business oriented way’. Through my

work here I have met a lot of people, made very good friends and have

learned so much on organic agriculture.

I would l ike to improve my faci l i tation ski l ls as one of my tasks is to

contact new, potential farmer members, informing them about ICS. In the

future I see myself in charge of setting up relationships and contracts with

buyers, national and international. . . so the real ‘business side’ of the work.”

“I studied agriculture and I am very happy with this job as I can put in

practice what I learned in theory at university,” Sidiq proudly introduces

himself.

“I have learned so many new things, from organic farming to ICS

(International Control System), marketing and documentation. I want to

learn how we can link the work we do with business and how to better mar-

ket our products.” [Carol ine Huyghe]

Youngsters at APPOLIexternal inspector from BIOCERT (Indo-

nesian certification body for organics)

only comes in once a year. When

farmers have fai led inspections in the

past it was mainly because of road,

water or stable contamination.

APPOLI hopes that BIOCERT wil l

become internationally recognised, so

their rice can more easi ly find its way to

the international market. APPOLI has

recently been contacted by three new

buyers, unfortunately there is not yet

enough certified rice to sell1 . Currently

three new farmer groups wil l start

implementing ICS and two groups with

1 20 farmers are in the process of

becoming internationally certified. This

wil l bring the total ICS certified farmer

groups to 21 .

During the visit to Boyolal i we had the

pleasure to visit two vi l lages, Catur and

Dlingo. In Catur the Budi Rahatu farmer

group is known for making high quality

organic ferti l izer which it sel ls to

members of APPOLI and other farmers

(the recipe is included). At Dlingo vi l lage

we could see another part of the rice

production chain, as this vi l lage is

responsible for the drying and storage of

rice in its warehouse, after which it is

mil led and packed. [Carol ine Huyghe]

Foto: Carol ine Huyghe

Page 16: LONTAR Desember 2012

16 LONTAR - #5 - 2012

Testimoni

Sudah lama jadi pelanggan?

Iya. Sudah tiga tahun ini .

Kenapa memilih kios ini?

Karena lebih rapi dan pasti sehat.

Seperti yang Anda lihat, pedagang

lainnya hanya menggelar sayur

dagangannya di bawah. Kalau di sini kan

rapi di atas meja sehingga pasti lebih

bersih dan sehat.

Kenapa memilih sayur sehat?

Karena lebih bersih. Tidak ada

campuran bahan kimianya.

“Bagi saya, makanan sehat adalah semua makanan

yang tidak mengandung bahan kimia!” – Giyarti (1 8),

staf APPOLI (Indonesia)

“Makanan sehat adalah makanan yang ditanam tanpa

penggunaan bahan kimia seperti pupuk atau pestisida

kimia, dan tidak mengandung pengawat atau penguat

rasa (seperti MSG), serta ditanam dengan penuh rasa

hormat kepada lingkungan hidup” – Rani Pajrin -

HFHL (Indonesia)

Kok bisa yakin tidak ada bahan

kimianya?

Iya. Karena saya pernah mengunjungi

lahan di mana sayur-sayur tersebut

diproduksi. Jadi saya melihat proses dari

pengolahan lahan, pembibitan, hingga

pemanenan. Semuanya sesuai standar

sayur sehat.

Apakah harganya lebih mahal?

Iya. Sekitar 30 persen lebih mahal

dibanding harga sayur di tempat lain.

Tapi saya setuju saja untuk

mendapatkan sayur yang lebih sehat.

Pemilik Restoran di Viet TriLe Thuy Hanh

Di antara riuhnya pasar sayur di

Kota Viet Tri, Provinsi Phu Tho,

Vietnam awalOktober lalu, Hanh

berbelanja. Pagi itu dia membeli

aneka sayur di kios sayur sehat

milik anggota Koperasi Petani Tan

Duc. Selain untuk keperluannya

sendiri, Hanh juga berbelanja

sayur untuk kebutuhan restoran

miliknya.

Selesai berbelanja, dia menjawab

beberapa pertanyaan tentang

pangan sehat dari LONTAR.

ApakahMakanan Sehat?

Komentar saat rapat bersama LSKBB (Indonesia) - . . . .

“Makanan Sehat” didefinisikan oleh peserta rapat tersebut

sebagai:

“Makanan yang diproduksi tanpa input sintetis,

. . . diproses tanpa bahan kimia tambahan,

. . . keterlacakan juga penting,

. . . tidak hanya sayur atau beras, tetapi termasuk daging dan

makanan lain. Kita ketahui bahwa banyak pengawet yang

digunakan untuk mempertahankan kesegaran ikan,

. . . makanan sehat juga sehat bagi l ingkungan hidup”.

Foto: Anton Muhajir

Page 17: LONTAR Desember 2012

17LONTAR - #5 - 2012

Berita HFHL

SEBAGAI penyuka makanan, saya

sendiri sependapat tentang pentingnya

menu makanan sehat dan seimbang.

Tetapi, saya sering khawatir dengan zat-

zat yang terkandung dalam makanan

saya. Jadi, saya merasa beruntung

dapat bertemu dengan empat anggota

HFHL dalam sebuah acara makan

malam karena kami dapat bertukar

pikiran dan pandangan tentang makanan

sehat dan gaya hidup sehat.

“Makanan sehat adalah keinginan

setiap orang, oleh karena itu kesadaran

konsumen tentang bagaimana makanan

mereka diproduksi, apa itu makanan

sehat dan di mana membelinya

sangatlah penting,” kata Heri Susi lo,

anggota yang bertanggung jawab untuk

komunikasi.

Di sini lah peran penting HFHL.

Melalui pendekatan kreatif dan inovatif,

tim ini merancang kampanye-kampanye

untuk memberikan informasi kepada

publik. Mereka berpartisipasi dalam

beberapa siaran radio dan televisi lokal

untuk membahas isu-isu seperti gaya

hidup, makanan sampah, dan air. “Untuk

isu terakhir ini kami berfokus pada

dampak berbahaya minuman ringan,”

katanya.

Saya terkesan dengan gairah dari

para remaja ini untuk mendiskusikan

makanan sehat dan hidup sehat. Mereka

mengganggap serius apa yang mereka

lakukan dan ingin menyebarkannya.

Melalui kegiatan-kegiatan yang fun

dan kreatif, anak-anak muda ini mem-

bawa informasi kepada publik untuk

meningkatkan kesadaran mereka terha-

dap isu-isu spesifik terkait makanan

sehat dan hidup sehat. Mereka menye-

lenggarakan sesi berkebun, kunjungan

lapangan, bahkan kelas memasak. “Ka-

mi juga menyelenggarakan lomba di ma-

na pesertanya menggunakan bahan ma-

kanan lokal yang sehat,” tambah Heri.

Senyum bangga menghiasi wajah-

wajah mereka yang berkumpul di meja

kami ketika Hari Pajrin, Koordinator

HFHL, menceritakan tentang “pertunju-

kan boneka” yang mereka gelar

beberapa bulan lalu untuk menyambut

Hari Anak di sebuah sekolah. Aktivitas

ini adalah contoh dari sebuah ide yang

orisinal dan kreatif yang merupakan cara

terbaik mengungkapkan ide dan

menyampaikan pesan. Isu khusus yang

dibicarakan dalam pertunjukan tersebut

adalah Es Krim.

Hari menjelaskan es krim murahan

yang dijual di jalanan menarik anak-anak

karena warnanya yang cerah. Orang-

orang tidak tahu bahwa makanan

tersebut berbahaya karena mengandung

pengawet, pewarna buatan dan bahan

kimia lain yang sering tidak mendapat-

kan izin untuk digunakan pada makanan.

Para remaja ini melihat makanan se-

hat sebagai gaya hidup dan mengubah

pola makan mereka juga. Bagi mereka,

makanan sehat adalah makanan yang

ditanam tanpa pestisida atau pupuk

kimia serta tidak mengandung pengawet

atau penguat rasa (seperti MSG).

Mereka juga menekankan pentingnya

keseimbangan antara makanan yang

masuk dengan aktivitas fisik serta

menghindari makanan instan seperti mie

dan makanan sampah lain yang

mengandung terlalu banyak pengawet,

penguat rasa dan kualitas daging yang

kadang amat rendah.

Malam itu salah seorang penasihat

dari LSM Lokal-KAKAK bergabung

bersama kami. Mereka bekerja sebagai

konsultan dan mendukung HFHL untuk

menyusun gagasan-gagasan mereka

dan memfasi l i tasi mereka untuk mewu-

judkan berbagai kegiatan.

Tim ini memil iki mimpi besar untuk

mendapat pengakuan nasional dan

internasional, mengembangkan jaringan

mereka melalui duta-duta di seluruh

dunia untuk memulai gerakan global

makanan sehat untuk hidup sehat.

Saya yakin kita akan terus men-

dengar kabar dari remaja-remaja yang

bersemangat ini . Sangat inspiratif!

[Carol ine Huyghe]

MMeelliibbaattkkaann AAnnaakk MMuuddaaMMeennggeennaallkkaann PPaannggaann SSeehhaatt

Pemuda KreatifuntukKesehatan adalah visi gerakan HealthyFoodHealthy Living (HFHL)/Makanan SehatHidup

Sehat yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Organisasi ini beranggotakan 25 remaja usia 14 hingga 24 tahun.

Mereka memulai kegiatannya pada tahun 2011 dengan misi jelas, meningkatkan kesadaran tentang “makanan

sehat dan hidup sehat.”

Foto: Carol ine Huyghe

Page 18: LONTAR Desember 2012

18 LONTAR - #5 - 2012

“RASANYA lezat untuk makan sehat

dari tanah sendiri” adalah slogan lengkap

kampanye yang menunjukkan fokus

positif untuk mendorong konsumsi pang-

an lokal. Ini adalah inti dari kampanye

membuat konsumen lebih sadar manfaat

pangan berkelanjutan, membawa mereka

lebih dekat kepada petani organik. Kam-

Internasional

panye ini di luncurkan awal tahun ini .

Al ih-al ih waktu kampanye yang sing-

kat, “Rasanya Lezat!” telah menyeleng-

garakan banyak kegiatan di seluruh ne-

geri melalui belasan organisasi anggota

beserta jaringan mereka. Kampanye

yang dipandu komisi konsumen ini ada-

lah bagian dari strategi komunikasi untuk

menjaga agar anggota, konsumen dan

media tetap mendapatkan informasi.

Hingga saat ini , kegiatan terbesar

adalah eco-fairs termasuk di dalamnya

workshop interaktif yang diselenggara-

kan di dua kota terbesar Ekuador yaitu

Quito dan Guayaqui l . Pameran ini , selain

dapat menghubungkan konsumen dan

produsen, juga mengajak pengunjung

menemukan sendiri apa itu konsumsi

berkelanjutan melalui workshop interak-

tif. Mereka dapat menjelajahi dunia

sayuran dan buah-buahan sehat melalui

l ima indera, belajar mendaur ulang, dan

menemukan manfaat konsumsi yang

bertanggung jawab dengan cara misal-

nya menyiapkan salad dari produk ber-

wawasan lingkungan dan produk ka-

lengan.

Komisi konsumen yang berbasis di

ibu kota Ekuador, Quito, melakukan

tindak lanjut dengan kegiatan yang sama

dan menggabungkannya dengan berba-

gai inisiatif lokal lain di seluruh negeri

yang berkaitan dengan kampanye ini .

Lebih lanjut, “Rasanya Lezat” juga berfo-

kus pada sisi praktis dari konsumsi

berkelanjutan yaitu bagaimana memper-

siapkan makanan yang sehat dan lezat?

Di mana membelinya? Ini adalah berba-

gai ni lai tambah yang sedang diupa-

yakan oleh kampanye ini .

Di masa depan, “Rasanya Lezat” be-

rencana untuk melibatkan lebih banyak

sekolah dan universitas dan bekerja

bersama dengan berbagai inisiatif lain di

Ekuador yang berkaitan dengan pangan

sehat dan berkelanjutan. Jika 1 0 persen

dari rakyat Ekuador meminta produk

berkelanjutan, maka petani keci l akan

memil iki pasar yang stabi l . Oleh karena

itu komisi konsumen adalah wadah

dinamis untuk peran konsumen dan

sarana kerja sama dengan pemerintah.

Rasanya lezat untuk makan sehat

dari tanah sendiri ! [Claudia Van Gool]

Makanan Kita Sendiri Rasanya Lezat!

Que Rico Es! adalah nama kam-

panye penyadaran konsumen di

Ecuador. Slogan ini dalam Bahasa

Indonesia berarti “Rasanya Lezat!”

Kampanye ini digagas oleh Komisi

Konsumen Nasional di mana

VECO Andino, kantor regional

kami di Ecuador, menjadi salah

satu anggotanya. Berbagai organ-

isasi masyarakat sipil menjadi ang-

gota komisi ini. Ia adalah bagian

dari badan negara yang dibentuk

untukmembangun dan mengawasi

kebijakan nasional tentang kedau-

latan pangan.

Foto: Claudia van Gool

Page 19: LONTAR Desember 2012

19LONTAR - #5 - 2012

Internasional

JARAK antara Antwerp, Belgia dan

Beij ing, China mungkin sangat jauh. Di

sisi lain, dua perempuan itu hanya punya

waktu setahun cuti dan melakukan per-

jalanan tersebut. Maka, mereka memu-

tuskan untuk menggunakan kereta api,

bus, truk, atau kapal yang bisa mereka

lakukan. Tidak ada pesawat terbang un-

tuk perjalanan ini karena mereka ber-

usaha menekan serendah mungkin jejak

karbon dengan alasan lingkungan. Kini ,

mereka sudah separuh jalan.

Pada Apri l 201 2, Marian dan Leen

meninggalkan Belgia. Mereka melewati

Bulgaria, Turki, Georgia, Azerbaijan,

Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Kir-

gizstan, dan semua jalan menuju China.

Mereka berharap bisa melewati batas

antara China dan Lao Cai pada 3

Desember 201 2 nanti . Setelah itu

mereka akan melanjutkan ke Hanoi di

mana tim VECO Vietnam akan menyam-

but mereka dengan hangat. Perempuan-

perempuan tangguh ini telah berjalan

sekitar 300 km, meninggalkan sepeda

motornya di rumah, dan mengurangi je-

jak karbon.

“Bersepeda untuk Pangan Sehat dan

Lingkungan” merupakan kegiatan berse-

peda tiga hari yang akan di laksanan

VECO Vietnam pada 7-9 Desember

201 2. Kegiatan ini untuk mempromosik-

an pangan sehat dan meningkatkan

kesadaran terhadap lingkungan. Per-

jalanan akan dimulai dari Hanoi, di mana

Marian dan Leen akan bergabung

dengan sekitar 1 5 anak muda dari

komunitas sepeda di Vietnam Go Green

Journey Club, staf VECO Vietnam, dan

pendukung lainnya.

Selama perjalanan, para peserta

akan mengunjungi lokasi program VECO

Vietnam, yaitu sayur aman dan teh di

Provinsi Phu Tho. Di sana mereka akan

menginap semalam untuk menikmati

budaya lokal dan kehidupan petani.

Media lokal akan meliput kegiatan ini

sedangkan mitra-mitra VECO Vietnam

akan terl ibat aktif dalam kampanye me-

ningkatkan kesadaran konsumen di Viet-

nam agar mengonsumsi sayur sehat dan

peduli l ingkungan.

Untuk mengikuti perjalanan dua per-

empuan tersebut di Vietnam, si lakan

buka website VECO Vietnam dan blog

mereka www.duo2east.blogspot.be.

[Carol ine Huyghe]

Bersepeda demi Pangan Sehatdan Lingkungan

“Apakah mungkin untukmelewati

Jalur Sutra dengan sepeda?” tan-

ya dua perempuan dari Belgia,

Marian dan Leen. Mereka bertan-

ya kepada diri sendiri lebih dari

setahun lalu.

Foto: Dokumentasi Pribadi Marian & Leen

Page 20: LONTAR Desember 2012

20 LONTAR - #5 - 2012

Akhirnya Undang Undang Pangan

disahkan DPR pada 1 8 Oktober

201 2. UU Pangan baru ini

memberikan harapan bagi masyarakat

Indonesia untuk berdaulat dan mandiri

memenuhi kebutuhan pangannya.

Selain menjamin ketersediaan, UU

Pangan juga menjamin keamanan

pangan. Pemerintah akan membentuk

lembaga khusus di bawah presiden

untuk melakukan prosedur keamanan

pangan, pengawasan maupun pelabe-

lan sebagai sarana informasi kepada

konsumen. Dengan sandaran legal

lebih jelas, semoga keamanan pangan

di Indonesia akan meningkat.

Selama ini , kondisi keamanan

pangan di Indonesia memang masih

memprihatinkan. Kualitas jajanan masih

menunjukkan adanya bahan tambahan

berbahaya seperti formalin, boraks, dan

bahan berbahaya lain. Adapun pada

kemasan masih ditemukan makanan

kedaluwarsa dan i legal di pasaran.

Untuk kualitas pangan segar, menurut

penelitian Consumer Report (CR),

beras impor dari Thai land dan India di Amerika Serikat

mengandung arsenik. Hal ini perlu diwaspadai karena

Indonesia juga mengimpor beras dari Thai land.

Berdasarkan penelitian CR itu, sekarang Kementerian

Pertanian sedang meneliti kandungan arsenik pada

beras di Indonesia.

Beberapa penelitian juga menunjukkan masih

tingginya kandungan pestisida pada pangan segar.

Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementan di Malang dan Cianjur menemukan

kandungan pestisida berbahaya di sayur. Misalnya

endosulfan pada kubis dan wortel.

Konsumen dan Pangan Sehat

Seiring maraknya informasi gaya hidup sehat, tren

konsumen untuk bisa memil ih makanan sehat pun

meningkat. Konsumen menuntut informasi kandungan

bahan makanan, ni lai gizi , dan informasi lain pada label

kemasan. Kewajiban terhadap kelengkapan informasi

pada label sudah dikenakan pada produsen pangan

kemasan. Begitu pula pangan segar sehat maupun

organik. Tren meningkatnya konsumsi pangan organik

berkisar 20 persen. Alasan konsumen mengonsumsi

pangan organik antara lain karena kenginan untuk sehat,

pedul i l ingkungan, dan peduli petani

organik. Konsumen seperti ini mem-

punyai idealisme mengenai konsumsi

berkelanjutan.

Tetapi, konsumen juga mengalami

beberapa tantangan ketika hendak

mengonsumsi pangan segar. Misalnya,

harga yang terlalu tinggi serta

kurangnya ketersediaan dan keber-

lanjutan. Tantangan paling penting

adalah kurangnya informasi mengenai

pangan segar sehat ini . Dari survei

YLKI, perbedaan harga antara beras

organik dengan beras biasa berkisar

antara 1 ,5 hingga 4 kali l ipat. Tingginya

harga pangan organik ini terutama

karena biaya sertifikasi yang sangat

mahal. Biaya sertifikasi ini berkontribusi

sebesar 60 persen dari harga pangan

organik.

Dari segi informasi di kemasan

pangan organik, juga terdapat bebe-

rapa tantangan. Misalnya klaim sepi-

hak produsen pangan organik yang

sul it ditelusuri kebenarannya. Untuk itu

perlu ketegasan pemerintah dalam

mengawasi peredaran pangan organik yang informasinya

menyesatkan. Di sisi lain retai l harus mengawasi produk

pangan yang masuk ke jaringan distribusinya. Klaim

palsu ini juga merugikan petani yang menerapkan

pertanian organik.

Untuk menjawab tantangan di atas, Pemerintah harus

mempercepat regulasi soal organik ini sehingga bisa

segera diterapkan di lapangan. Sebenarnya sudah ada

beberapa regulasi tentang pangan organik. Misalnya

Standar Nasional Indonesia mengenai Pangan Organik,

Pedoman Pengawasan Pangan Organik, dan Peraturan

Badan Pengawas Obat dan Makanan mengenai pangan

organik. Tetapi regulasi ini masih sebatas peraturan,

belum dilaksanakan di lapangan.

Terakhir, masalah sertifikasi. Ada wacana agar petani

keci l diberi subsidi untuk memperoleh sertifikat organik

sebagai pengganti subsidi pupuk kimia. Namun, wacana

ini belum jelas implementasinya seperti apa. Yang jelas,

peran pemerintah untuk mempercepat pertanian organik

ini sangat penting. Dengan demikian, petani organik bisa

menyediakan pangan segar sehat yang mencukupi,

berlanjut, terjamin dan terjangkau bagi konsumen. [I lyani

S. Andang, Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia]

Tantangan Konsumen Pangan Sehatdi Indonesia

Opini

Pemerintah harusmempercepatregulasi soalorganik ini

sehingga bisasegera diterapkandi lapangan.. .

Foto: Anton Muhajir

Page 21: LONTAR Desember 2012

21LONTAR - #5 - 2012

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan multipihak

pada Maret lalu, Institute of Policy and Strategy for

Agriculture and Rural Development (IPSARD)

melaksanakan pertemuan lanjutan pada 1 9 Juni 201 2.

Pertemuan ini bertema “Kesenjangan dalam

pengendalian pangan terhadap produk sayur. Kegiatan ini

merupakan upaya advokasi penting

karena bertujuan untuk membangun

aliansi untuk menjawab isu keamanan

pangan serta mendapatkan dukungan

dari lembaga lain, seperti Pusat

Penelitian Sistem Pertanian dan

Pembangunan Pedesaan (CASRAD)

dan Asosiasi Perl indungan Konsumen

Vietnam (VINASTAS).

Pada Apri l , IPSADR meluncurkan

Forum Keamanan Pangan di mana

setiap orang diundang untuk

mendiskusikan kebijakan, memberikan umpan balik,

memformulasikan rekomendasi, dan membahas kebi-

jakan pangan lebih lanjut. Sebagai informasi, Undang-

undang Keamanan Pangan disahkan pada 1 Jul i 2011

si lam. Meskipun forum online ini telah menarik banyak

pengunjung, para mitra VECO Vietnam, yaitu IPSARD

dan CASRAD, sepakat bahwa forum tatap muka tetap

penting untuk meningkatkan pemahaman terhadap situasi

aktual, baik terkait penerapan Keamanan Pangan

maupun belajar lebih lanjut tentang program lain untuk

mengontrol produksi sayur dan buah-buahan, misalnya

yang di lakukan oleh Japan International Cooperation

Agency (JICA) dan Agricultural Development Denmark

Asia (ADDA).

Lebih dari 50 peserta, termasuk wakil dari pembuat

kebijakan seperti Bagian Tanaman dari Departemen

Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Bagian

Perl indungan Konsumen dari Departemen Industri dan

Perdagangan, kelompok konsumen, produsen sayur

organik, pengusaha, serta media hadir dalam workshop

tersebut. Mereka juga aktif terl ibat diskusi.

Dalam forum tersebut, CASRAD menyampaikan hasi l

survei di Phu Tho, Hai Duong dan Hanoi. Hasi l survei

menunjukkan bahwa kontrol kualitas sayur menghadapi

banyak tantangan. Dr. The Anh, Direktur

CASRAD dan timnya menggarisbawahi

perlunya sistem manajemen mutu

seperti Sistem Jaminan Partisipatif

(PGS). Sistem ini merupakan solusi

tepat dan terjangkau bagi petani skala

keci l , mayoritas petani di Vietnam,

karena bisa memastikan keamanan

pangan dan keuntungan secara

ekonomis.

IPSARD menyampaikan

perkembangan aktual terkait distribusi

sayur sehat dan konsumsinya di Hanoi, Vietnam. Terl ihat

bahwa konsumsi sayur di sekitar Kota Hanoi saat ini

sangat besar, antara 1 .500 hingga 2.500 ton per hari .

Namun, jumlah sayur aman hanya sekitar 14 persen dari

total permintaan tersebut. Sebagian besar konsumen

tidak tahu cara membedakan sayur aman dengan sayur

biasa hanya dari penampilan. Akibatnya, konsumen

enggan membeli sayur aman. Selain itu, sekitar 55 persen

melihat label atau sertifikat ketikan mencari mutu sayur.

Ini menunjukkan pentingnya sistem kontrol mutu yang

baku, sebagaimana disebut oleh CASRAD.

Banyak isu diangkat dalam pelaksanaan VietGap,

antara lain perlunya lebih banyak dukungan pemerintah

dalam pertanian organik dan lebih banyak kegiatan untuk

peningkatan kesadaran konsumen. Lokakarya ini telah

berhasi l dan diterima semua peserta. VECO dan para

mitranya sepakat bahwa lokakarya kedua akan segera

di laksanakan. Segera!

Kolaborasi Mitra dalam ForumKeamanan Pangan

Opini

Sistem inimerupakan solusi

tepat dan terjangkaubagi petani skala

kecil

Foto: Anton Muhajir

Page 22: LONTAR Desember 2012

22 LONTAR - #5 - 2012

Di mana Anda bekerja sebelum

bergabung dengan VECO?

Saya memil iki pengalaman lebih

dari 1 2 tahun bekerja di bidang

pembangunan. Saya pernah bekerja

di Oxfam Quebec untuk

Pengembangan Kewirausahaan

Perempuan, Care International

sebagai Koodinator Pengembangan

Penghidupan untuk Ketahanan

Masyarakat dan Bencana Alam, di

PyD (LSM Spanyol) untuk

kewirausahaan perempuan dan

kekerasan dalam rumah tangga,

serta di Committee of Ethnic

Minorities Affairs (CEMA) sebagai

Koordinator Nasional. Keahlian saya

mencakup kewirausahaan keci l dan

mikro, gender dan advokasi.

Apa yang memotivasi Anda

dalam bekerja?

Ketika saya menaiki motor

untuk berangkat bekerja di

pagi hari , ide-ide baru

bermunculan di kepala.

Makanan sehat adalah isu

panas di Vietnam; setiap hari

kita mendengar di media

tentang keracunan makanan,

kontaminasi, bahan-bahan

kimia, dan lain-lain. Bekerja

untuk topik yang dekat

dengan keseharian

memberikan saya banyak

energi. Saya peduli kesehatan

diri dan orang lain.

Apakah tantangan utama dalam

pekerjaan Anda?

Tantangan utama yang

saya hadapi adalah

kompleksitas kemitraan dan

kolega. Namun, hal ini

menurut saya sangat

inspiratif. Menyenangkan

sekali menemukan berbagai

minat dan keahlian dari

pemangku kepentingan

berbeda serta

mempersatukan pemikiran

dan aksi menuju tujuan sama,

menggabungkan kekuatan

dan saling memotivasi untuk

isu-isu seperti makanan

Kepedulian KesehatanPanganMai Anh

Mai Anh adalah Koordinator Advokasi dan Konsumen VECOVietnam sejakMei 2011. Dia

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini karena ia ahli isu keamanan pangan di VECO

Vietnam.

sehat, perl indungan lingkungan,

gender, dan lain-lain.

Apa yang membuat Anda bangga?

VECO adalah pengalaman saya

bekerja di bidang pertanian, tetapi

dalam 1 ,5 tahun saya telah belajar

banyak dan sekarang memahami

dengan jelas tantangan-tantangan

besar yang dihadapi pertanian

terutama para petani keci l di kancah

global. Melalui kerja-kerja advokasi,

saya ingin memberika suara kepada

petani dan mendorong sistem

pangan untuk mengikuti jalan

keberlanjutan sehingga mengurangi

kerentanan petani. Saya sangat

senang dapat melibatkan media

untuk peningkatan kesadaran dan

advokasi.

Apa pesan Anda terkait makanan

sehat?

“Siapa yang membuat sedih

siapa?” adalah komentar menarik

dari seorang produsen sayur sehat

dan pedagang kaki l ima di Hanoi.

Petani itu menjelaskan pada saya

bahwa, “Orang-orang di Hanoi itu

buta makanan aman. Bagi mereka

yang terpenting adalah penampilan.

Untuk meningkatan produktivitas dan

menjamin penampilan yang

“sempurna,” kami petani sayuran

dipaksa untuk menyemprotkan bahan

kimia. Tapi kami tak ingin melakukan

itu. Konsumen harus berubah dan

memahami bahwa penampilan dan

keamanan sayuran tak selalu

sejalan.”

Untuk semua pembaca; tua dan

muda: “Belum terlambat untuk

belajar tentang makanan sehat dan

mengubah gaya hidup, rawatlah

kesehatan anda dan keselamatan

planet ini !”

Profil

Foto: Anton Muhajir

Page 23: LONTAR Desember 2012

23LONTAR - #5 - 2012

Apa keahlian dalam isu penyadaran

konsumen?

Penyadaran konsumen

merupakan hal baru bagi saya. Tapi,

saya mempunyai pengalaman cukup

lama di bidang kampanye. Saya pikir

pengalaman ini berguna dalam kerja

penyadaran konsumen. Pada

akhirnya adalah perubahan peri laku

yang ingin dituju.

Apa yang memotivasi bekerja di isu

pangan sehat?

Pertama, di tempat kerja lama,

saya dan teman-teman aktivis LSM

pernah menyelenggarakan lokakarya

penulisan praktik pertanian organik

bagi petani. Mereka kami ajak

menuliskan pengalaman mereka

dalam pertanian organik. Buku kami

cetak dan sebarkan sendiri kepada

petani. Di sela sebuah pembicaraan

tentang pertanian organik, seorang

praktisi pertanian organik di

Indonesia bi lang, "Bagus. . ".

Ungkapan itu menghidupkan kembali

memori saat saya bekerja bersama

petani produsen pangan sehat.

Kedua, konsumsi pangan sehat

yang diproduksi lewat pertanian

organik di Indonesia masih keci l .

Sayang sekali . Persepsi publik masih

cukup seragam. Pangan sehat susah

didapat dan harganya tidak

terjangkau. Ini tantangan dalam

konteks kampanye untuk penyadaran

publik dan harus secara konsisten

diatasi.

Inisiatif mitra-mitra VECO

Indonesia, termasuk Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI), mempertemukan petani

produsen dengan konsumen

merupakan langkah menarik untuk

mengubah persepsi tidak tepat ini .

Mitra lain, Perkumpulan Indonesia

Berseru (PIB), secara konsisten

melakukan penyadaran publik atas

pangan sehat lewat Majalah Respect.

Saya percaya kelak mereka

makin kritis memil ih pangan yang

mereka konsumsi. Pangan sehat

akan menjadi konsumsi sehari-hari

mereka. Saya percaya kelak pangan

sehat menjadi kebutuhan dan gaya

hidup bagi konsumen di Indonesia

seperti konsumen di negara-negara

maju, seperti Negara-negara di

Eropa dan Amerika Serikat.

Memori dan tantangan ini lah yang

senantiasa memotivasi saya untuk

bekerja di isu pangan sehat.

Sejauh ini apa keberhasilan utama

dalam program ini?

Mitra-mitra VECO Indonesia

makin trampil dan kreatif mengemas

pesan tentang pentingnya pangan

sehat bagi konsumen, terutama

konsumen menengah ke atas di

perkotaan. Mitra-mitra VECO

Indonesia di Jakarta cukup cerdik

untuk mendekati mereka. Selain

lewat majalah juga acara-acara

populer, misalnya demo masak

dengan chef terkenal.

Di Solo, Jawa Tengah mitra-mitra

VECO Indonesia juga tidak kalah

kreatif. Selain mendekati ibu-ibu

anggota PKK, mereka juga

mengorganisir acara-acara populer.

Mereka kreatif mengemas pesan

tentang pangan sehat lewat acara

tradisional.

J ika hal-hal ini di lakukan secara

konsisten, kelak dampak program

penyadaran konsumen akan semakin

nyata terl ihat. Konsumsi pangan

sehat meningkat dan, lebih-lebih,

produsen semakin termotivasi untuk

memproduksi pangan sehat dan

mendapatkan keuntungan dari

kegiatan produksi pangan tersebut.

Apa tantangan utama dalam

pekerjaan ini?

Mitra-mitra dan VECO Indonesia

harus senantiasa kreatif mendekati

konsumen. Menurut saya, ini hutan

rimba baru yang mesti dimasuki oleh

kami setelah bertahun-tahun kami

memasuki hutan rimba lainnya, yaitu

soal peningkatan produksi.

Kedekatan kami dengan petani

produsen sudah teruj i . Sedangkan,

dengan konsumen kami baru dua

atau tiga tahun terakhir ini

melangkah. Kami masih perlu belajar

keras untuk mendekati mereka dan

meyakinkan mereka program

penyadaran konsumen yang kami

kerjakan bermanfaat bagi mereka.

Sejak September lalu, Purnama AdilMarata mendapatmandat baru sebagai

Koordinator Advokasi dan Penyadaran Konsumen. Mandat ini menambah

pekerjaannya sejakOktober 2008 silam sebagai Koordinator Lapangan VECO

Indonesia di Jakarta. Dia menceritakan pengalamannya bekerja di isu kampanye

pangan sehat.

AAddiill YYaakkiinnKKoonnssuummeennAAkkaannMMaakkiinnKKrriittiiss

Foto: Anton Muhajir

Page 24: LONTAR Desember 2012

24 LONTAR - #5 - 2012