longcase bedah anakdocshare02.docshare.tips/files/20305/203051659.pdf• status generalis sakit...

29
LONGCASE BEDAH ANAK IDENTITAS PASIEN Nama : Restiani Mercia Mananga Jenis kelamin : Perempuan Umur : 5 bulan MR 539717 MRS 13/03/12 ANAMNESIS KU: BAB bercampur darah dan lendir AT: dialami sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya os buang-buang air besar, setelah diberi makan biskuit dan pisang kemudian BAB berdarah dan bercampur lendir. Demam (+) sejak tadi pagi, tidak terus-menerus. BAK lancar warna kuning. Riwayat perawatan dari RS Catherine Booth PEMERIKSAAN FISIS Status Generalis Sakit sedang/gizi cukup/sadar Status Vitalis HR : 116 x/mnt P : 40 x/mnt S : afebris Status lokalis : • Abdomen: I: tampak datar, ikut gerak napas A: peristaltik (+) kesan normal P: nyeri tekan (-) P: tympani 1

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LONGCASE BEDAH ANAK

    IDENTITAS PASIEN

    • Nama : Restiani Mercia Mananga

    • Jenis kelamin : Perempuan

    • Umur : 5 bulan

    • MR 539717

    • MRS 13/03/12

    ANAMNESIS

    • KU: BAB bercampur darah dan lendir

    • AT: dialami sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya

    os buang-buang air besar, setelah diberi makan biskuit dan pisang

    kemudian BAB berdarah dan bercampur lendir. Demam (+) sejak tadi

    pagi, tidak terus-menerus. BAK lancar warna kuning. Riwayat perawatan

    dari RS Catherine Booth

    PEMERIKSAAN FISIS

    • Status Generalis

    Sakit sedang/gizi cukup/sadar

    • Status Vitalis

    HR : 116 x/mnt

    P : 40 x/mnt

    S : afebris

    • Status lokalis :

    • Abdomen:

    – I: tampak datar, ikut gerak napas

    – A: peristaltik (+) kesan normal

    – P: nyeri tekan (-)

    – P: tympani

    1

  • • Rectal Toucher

    • Sfingter menjepit, mukosa licin, ampulla kosong

    • Handschoen: darah (+) lendir (+) feses (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Lab (13-3-2012)

    USG ABDOMEN (130312)−Hepar, lien, pankreas, gall bladder, ren, vesica urinaria echo normal

    −Banyak echo udara sesuai GEA. Doughnout sign di kanan atas, susp.

    Intususepsi usus.

    −Tak tampak cairan bebas di cavum peritoneum.

    2

  • Foto BNO dan Colon in Loop (140312)

    Kesan: Sesuai gambaran intususepsi

    RESUME

    Bayi perempuan, 5 bulan, masuk RS. Wahidin Sudirohusodo dengan

    keluhan BAB bercampur darah dan lendir, dialami sejak 2 hari yang lalu sebelum

    masuk rumah sakit. Awalnya os buang-buang air besar, setelah diberi makan

    biskuit dan pisang kemudian BAB berdarah dan bercampur lendir. Demam (+)

    sejak tadi pagi, tidak terus-menerus. BAK lancar warna kuning. Riwayat

    3

  • perawatan dari RS Catherine Booth. Dari pemeriksaan rectal touché, pada

    handscoen didapatkan darah dan lendir

    DIAGNOSIS

    Intususepsi

    TINDAKAN

    Laparotomi eksplorasi

    4

  • INTUSUSEPSI

    I. PENDAHULUAN

    Intususepsi ialah suatu keadaan di mana sebagian usus masuk ke dalam

    usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi

    sebaliknya. Bagian usus yang masuk disebut intususeptum dan bagian yang

    menerima intussusepturn dinamakan intususipiens. Intususepsi disebut juga

    invaginasi. Pemberian nama invaginasi bergantung hubungan antara intususeptum

    dan intususipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan invaginasi hanya melibatkan

    ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan colon sebagai

    intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica

    dan appendical-colica.1

    Pada kasus intususepsi, panjang usus masuk ke dalam lumennya sendiri.

    Ini sering terjadi pada anak-anak. Intususepsi pada anak-anak biasanya disebut

    idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada

    kelompok umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak laki-laki. Sering terdapat

    serangan rhinitis atau infeksi saluran napas mendahului serangan invaginasi.2

    Intususepsi idiopatik umunya merupakan intususepsi ileosekal yang

    kemudian masuk naik ke dalam kolon asendens dan mungkin terus sampai dapat

    keluar dari rektum. Invaginasi memang dapat mengakibatkan nekrosis iskemik

    bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Bila disertai

    strangulasi harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi.

    Pada orang dewasa, tumor yang membesar ke dalam lumen seperti polip dan

    disertai kontraksi peristaltik yang kuat, bisa menyebabkan terjadinya invaginasi.3

    5

  • A B

    Gambar 1: A) dan B) Intususepsi.4

    II. INSIDENS

    Intususepsi kebanyakan terjadi pada bayi, dengan mayoritas kasus terjadi

    pada anak antara 5 bulan sampai 1 tahun. Intususepsi terjadi pada 1-4 bayi dari

    1000 bayi kelahiran hidup.

    Intususepsi juga menyebabkan kegawat daruratan pada abdomen,

    kebanyakan terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun. Intususepsi lebih sering

    terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Angka kejadian pada anak laki-laki 3

    kali lebih besar bila dibandingkan anak perempuan (kidshealth. org, 2001).

    Seiring dengan pertambahan umur, perbedaan kelamin menjadi bermakna. Pada

    anak usia lebih dari 4 tahun, rasio insidensi anak laki-laki dengan anak perempuan

    adalah 8 : 1.7

    Angka kejadian intususepsi (invaginasi) dewasa sangat jarang,

    diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 5% dari kasus obstruksi. Menurut angka

    yang pernah dilaporkan adalah 0,08% dari semua kasus pembedahan lewat

    abdomen dan 3% dari kejadian obstruksi usus, angka lain melaporkan 1% dari

    semua kasus obstruksi usus, 5% dari semua kasus invaginasi (anak-anak dan

    dewasa). Segmen usus yang yang terlibat pernah dilaporkan Anderson, 281 pasien

    terjadi pada usus halus (jejunum, ileum), 7 pasien ileocolica, 12 pasien cecocolica

    dan 36 pasien colocolica dari 336 kasus yang dilaporkan. 5,7

    6

  • Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileo-ileo colica 15%,

    lain-lain 10%, paling jarang tipe appendical-colica. Pada umur 5-9 bulan sebagian

    besar belum diketahui penyebabnya. Penderita biasanya bayi sehat, menetek, gizi

    baik dan dalam pertumbuhan optimal. 1,2

    III. ETIOLOGI

    Penyebab pasti intususepsi belum diketahui. Ini mungkin berhubungan

    dengan infeksi pada anak, pengaruh dari perubahan diet, pemberian makanan

    padat. Infeksi virus pada anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar cerna,

    yang pada akhirnya menyebabkan intususepsi. Inveksi virus bisa menimbulkan

    perlawanan jaringan limpe terhadap infeksi sehingga mukosa usus tidak rata. Ini

    membuka peluang usus untuk memasuki bagian usus itu sendiri selama proses

    mencerna.5,7

    Pemberian makanan selain susu ketika umur kurang dari 4 bulan akan

    berakibat buruk terhadap bayi, karena sistem pencernaan bayi pada usia ini belum

    tumbuh kembang sempurna. Pemberian makanan pada usia itu berpeluang

    terjadinya invaginasi usus halus.7

    Ada yang menghubungkan terjadinya intususepsi karena gangguan

    peristaltik, 10% didahului oleh pemberian makanan padat dan diare. Diare dan

    invaginasi dihubungkan dengan infeksi virus, karena pada pemeriksaan tinja dan

    kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama intususepsi.

    Intususepsi pada umur 2 tahun ke atas, biasanya bersama-sama divertikel Meckel,

    polip, hemangioma dan limfosarkoma. Infeksi parasit sering juga menyertai

    invaginasi anak besar.

    Pada bayi lebih dari 3 tahun, bisa disebabkan faktor mekanik, seperti :7

    - Divertikulum Meckel

    - Polip pada intestinum

    - Limposarcoma intestinum

    - Trauma tumpul pada abdominal dengan hematom

    - Hemangioma

    7

  • Baru-baru ini diduga ada hubungan antara rotavirus dan intususepsi,

    walaupun laporan kasus terjadinya intususepsi selama bayi difaksin sangat kecil.

    Rotavirus merupakan penyebab gastroenteritis berat pada bayi dan anak usia di

    bawah 5 tahun di USA. Selama 1 September 1998 sampai 7 Juli 1999, dilaporkan

    ke VAERS (Vaccine Adverse Event Reporting System) 15 kasus intususepsi pada

    bayi yang menerima vaksin Rotavirus.5,7

    Pada studi Prelisensi, 5 kasus intususepsi terjadi pada 10.054 penerima

    vaksin dan 1 kasus pada 4.633 kontrol. Secara statistik perbedaannya tidak

    signifikan. 3 dari 5 kasus pada anak dengan vaksinasi terjadi selama 6-7 hari

    setelah divaksinasi Rotavirus.7

    IV. ANATOMI

    Anatomi usus halus

    Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum.

    Panjang duodenum 26 cm, sedangkan yejunum + ileum: 6 meter di mana 2/5

    bagian adalah yejunum (Snel, 89). Sedangkan menurut Schrock 1998 panjang

    usus halus manusia dewasa adalah 5-6 meter. Batas antara duodenum dan jejunum

    adalah ligamentum treitz.5

    Jejunum dan ileum dapat dibedakan dari:

    1. Lekukan-lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga atas

    peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak pada

    bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.

    2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada

    ileum. Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang

    lebih permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan pada

    jejunum lebih berdekatan; sedangkan pada bagian atas ileum lebar, dan

    pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.

    3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan

    kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan

    aorta.

    8

  • 4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua

    arkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang ke dinding usus

    halus. Ileum menerima banyak pembuluh darah yang pendek, yang berasal

    dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.

    5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan dan

    lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung

    mesenterium ileum lemak disimpan diseluruh bagian, sehingga lemak

    ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.

    6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa ileum

    bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.

    A B

    9

  • Gambar 2: A) Jejunum B) Ileum6

    Anatomi usus besar

    Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar

    5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter

    usus besar sudah pasti lebih besar dari pada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci

    (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.3

    Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat

    katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati

    sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol

    aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens,

    transversum desendens dan sigmoid. Tempat di mana kolon membentuk kelokan

    tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura

    hepatica dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan

    berbentuk suatu lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri

    waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, yang menjelaskan alasan anatomis

    meletakkan penderita pada sisi kiri bila diberi enema. Pada posisi ini, gaya berat

    membantu mengalirkan air dari rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus

    besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari kolon sigmoid.

    Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci (15 cm).3

    Arteria mensenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan

    (sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon transversum), dan arteria

    mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon

    transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Alir

    balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena hemoroidalis superior,

    yaitu bagian dari sisitem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena

    hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan

    bagian dari sirkulasi sistemik.3

    10

  • Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter

    eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Serabut parasimpatis berjalan

    melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum dan saraf pelvikus yang

    berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal.3

    Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air perhari, bandingkan dengan usus

    halus yang mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah

    sekitar 2000 ml/hari. Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 gram,

    75% diantaranya berupa air. Sisanya terdiri residu makanan yang tidak diabsorpsi,

    bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorpsi.3

    A B

    Gambar 3: A) Ileo-cecal junction B) Usus besar7

    Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi.

    Perbedaan eksterna:5

    1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobile, sedangkan colon asendens

    dan colon desendens terfiksasi dan tidak mudah bergerak.

    2. Ukuran usus halus umunya lebih kecil dibandingkan dengan usus besar

    yang terisi.

    3. Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke

    bawah menyilang garis tengah, menuju fossa iliaka kanan.

    11

  • 4. Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinu sekitar usus. Pada

    usus besar (kecuali appendiks) otot longitudinal tergabung dalam tiga pita

    yaitu taenia colli.

    5. Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada

    dindingnya. Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan

    appendices epiploidea.

    6. Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular.

    Perbedaan interna:5

    1. Mukosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan

    plika sirkularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.

    2. Mukosa usus halus mempunyai villi, sedangkan mukosa usus besar tidak

    mempunyai villi.

    3. Kelompokan jaringan lifoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa usus

    halus, jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar.

    KLASIFIKASI

    Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe:5,8

    1. Enterik: usus halus ke usus halus.

    2. Ileosekal: valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan

    menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apeks dari

    intususepsi.

    3. Kolokolika: kolon ke kolon.

    4. Ileokolika: ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.

    Umunya banyak yang menyetujui bahwa intususepsi paling sering ialah di

    valvula ileosekalis. Namun masih belum jelas perbandingan insisdensi untuk

    masing-masing jenis intususepsi. Perrin dan Linsay memberikan gambaran: 39%

    ileosekal, 31,5% ileokolika, 6,7% enterik, 4,7% kolokolika dan sisanya adalah

    bentuk-bentuk yang jarang dan tidak khas.5

    V. PATOFISIOLOGI

    12

  • Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada

    dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen

    yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainnya yang

    terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik

    adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang

    dari arah oral atau proksimal. Keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik

    usus, pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd

    intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi. Akibat adanya segmen usus

    yang masuk ke segmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus terjepit

    sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah

    akan menyebabkan nekrosis dinding usus.5

    Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama pada

    intususeptum. Intususipiens biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada

    intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari

    intususepiens, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat

    penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi.

    Pembengkakan dapat sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi.

    Adanya bendungan menimbulkan perembesan lendir dan darah ke dalam lumen.

    Ulserasi pada dinding usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang

    terjadi gangrene. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami

    prolaps. Pembengkakan dari intususeptum umumnya menutup lumen usus. Akan

    tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-

    kadang tidak terjadi pada intususepsi.5

    Intususepsi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik

    parsial maupun total dan strangulasi. Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang

    lebih mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian

    distal yang menerima (intususepiens) ini kemudian berkontraksi dan terjadi

    edema.5

    13

  • Gambar 4: Intususepsi.3

    VI. GEJALA KLINIS

    Manifestasi penyakit mulai tampak dalam waktu 3-24 jam setelah terjadi

    intususepsi. Gejala-gejala sebagai tanda-tanda obstruksi usus yaitu nyeri perut,

    muntah dan perdarahan. Nyeri perut bersifat serangan setiap 15-30 menit,

    lamanya 1-2 menit. Di antara 2 serangan, bayi tampak sehat. Perut berbentuk

    scaphoid. Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun

    (60,7%), 81,8% pada umur 1-2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun. Pada

    anak besar lebih 2 tahun, nyeri perut merupakan gejala yang menyolok. Nyeri

    perut mendadak dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik hingga menit

    dengan interval waktu 5-15 menit.1,5

    Biasanya nyeri disusul oleh muntah. Beratnya gejala muntah tergantung

    pada letak usus yang terkena. Semakin tinggi letak obstruksi, semakin berat gejala

    muntah. Pada bayi kecil muntah malahan dapat sebagai gejala pertama ialah

    muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung,

    kemudian berisi empedu. Sebanyak 95,5% gejala muntah terjadi pada anak

    berumur kurang dari 2 tahun. Timbulnya muntah dapat tejadi 3 jam pertama

    setelah berlangsungnya penyakit, masing-masing 73% pada umur kurang 2 tahun

    dan 52% pada umur lebih 2 tahun. Gejala muntah lebih sering pada invaginasi

    usus halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.1,5

    Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul

    oleh defekasi darah bercampur lender (currant jelly stool). Pada 59% penderita,

    perdarahan terjadi dalam waktu 12 jam. Darah lendir berwarna segar pada awal

    penyakit (hematokezia), kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis,

    14

  • disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.

    Hematokezia disebabkan oleh kembalinya aliran darah dari usus yang mengalami

    intususepsi.1,5

    Gambar 5: Berak darah campur lendir yang menyerupai selai anggur

    merah (red-current jelly stool).7

    VII. DIAGNOSIS

    VII.1 Anamnesis

    Anamnesis dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari

    riwayat pasien sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada

    riwayat dipijat, diberi makanan padat padahal umur anak dibawah 4 bulan. Trias

    invaginasi ialah:1,5

    1. Anak mendadak kesakitan episodik, menangis dan mengangkat kaki

    (craping pain), sakitnya kontinyu.

    2. Muntah warna hijau (cairan lambung)

    3. Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan

    dalam) dan red current jelly stool.

    VII.2 Pemeriksaan fisis

    15

  • Pemeriksaan fisis, dapat ditemukan distensi abdomen, pireksia, Dance’s

    sign dan sousage like sign. Tanda-tanda peritonitis dijumpai bila telah terjadi

    perforasi. Dance’s sign dan sousage like sign dijumpai pada kurang lebih 60%

    kasus, tanda ini patognominik pada invaginasi. Masa invaginasi akan teraba

    seperti batang sosis, yang tersering ditemukan pada daerah paraumbilikal. Daerah

    yang ditinggalkan intussuseptum akan teraba kosong dan tanda ini disebut sebagai

    dance’s sign. Pemeriksaan colok dubur teraba seperti portio uteri, feses bercampur

    lendir dan darah pada sarung tangan merupakan suatu tanda patognomonik.1,5

    VII.3 Pemeriksaan radiologi

    Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang detail, dilakukan

    juga pemeriksaan radiologi yaitu pemeriksaan foto polos abdomen posisi supine

    dan erect/upright position. Foto polos abdomen yang menunjukkan tanda-tanda

    intususepsi hanya didapatkan pada kira-kira 60% kasus. Foto polos abdomen

    mungkin bisa normal pada awal penyakit. Semakin penyakit berlangsung, bukti

    radiologi yang paling awal adalah tidak adanya udara di kuadran kanan bawah dan

    didapatkan densitas jaringan lunak di kuadran kanan atas didapatkan pada 25-60%

    pasien.adatan jaringan lunak hadir dalam 25-60% pasien.9

    Temuan ini diikuti dengan pola yang jelas tentang obstruksi usus kecil,

    dengan dilatasi dan air-fluid levels di usus halus saja. Jika distensi terjadi

    menyeluruh air-fluid levels juga terdapat di kolon, hasil radiologi ini lebih

    menunjukkan suatu gastroenteritis akut daripada suatu intususepsi.9

    Foto polos abdomen posisi dekubitus lateral kiri juga bisa sangat

    membantu. Jika didapatkan tanda-tanda udara di daerah sekum, intususepsi

    ileocecal sangat tidak mungkin. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita

    yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar.

    Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi

    adanya perforasi.5,9

    Foto polos abdomen untuk melihat tanda-tanda obstruksi dan massa di

    kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi.bisa

    16

  • didapatkan dilatasi lumen usus halus atau kolon dan terdapat densitas jaringan

    lunak di daerah usus halus atau kolon.10,11

    Foto colon in loop berfungsi sebagai diagnosis di mana terlihat gambaran

    cupping sign dan mengetahui letak invaginasi. Colon in loop juga bisa sebagai

    terapi dengan reposisi dengan tekanan tinggi apabila belum ada tanda-tanda

    obstruksi dan kejadian kurang 24 jam. 5

    A B

    Gambar 6: A) Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi usus halus dan udara di

    kuadran kanan bawah dan atas. B) “Air-Fluid Levels” pada posisi tidur samping

    left lateral decubitus.12

    Gambar 7: Foto colon in loop menunjukkan intususepsi di kolon desendens.12

    17

  • Pemeriksaan ultrasound (USG) bisa melihat kondisi secara umum dengan

    menggunakan gelombang untuk melihat gambaran usus di layar monitor. USG

    membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada

    potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan

    longitudinal invaginasi.5

    Ultrasonografi (USG) merupakan suatu modalitas yang noninvasive yang

    dapat digunakan untuk membantu diagnosis intususepsi. Karakteristik USG

    termasuk delineasi intussuseptum dan mesenterium dalam intussuscipiens (target

    dan pseudokidney signs). Penggunaan USG aman dan tidak ada efek radiasi. USG

    juga membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain nyeri abdomen.USG

    bisa mendeteksi adanya cairan (ascites), udara dan tidak adanya suplai darah di

    dinding usus sehingga kemungkinan sudah terjadinya gangren.9

    Intususepsi jejunogastrik sering didapatkan 10-30 tahun setelah operasi

    (Wheatley 1989; Su et al. 2001). Ini mengakibatkan obstruksi loop eferen

    sehingga menimbulkan nyeri di epigastrium dan muntah. Jika pengobatan

    terlambat, pasien bisa mengalami hematemesis dan nekrosis jaringan yang

    mengalami intususepsi (Brynitz and Rubinstein 1986; Hammond et al. 2001).

    Pemeriksaan USG merupakan pilihan utama, karena bisa mengetahui adanya

    dilatasi loop-loop usus, lambung yang berisi cairan dan intususepsi yang edema

    serta gambaran massa seperti sosis atau seperti pisang pada invaginasi jejunum ke

    dalam lumen lambung (seperti dalam gambar di bawah).9

    A B

    18

  • Gambar 8: A) Scan oblik hipokondrium kiri menunjukkan penumpukan cairan di

    lambung (ST) dengan banana-shaped mass di jejunogastric (tanda panah).9 B)

    Pada pemeriksaan USG tampak target sign yang merupakan karakteristik dari

    intususepsi.10

    A B

    Gambar 9: A) Doughnut sign pada intususepsi di kolon transversus. B) Pada scan

    long-axis menunjukkan multiple stripes sign.10

    CT scan juga bisa digunakan untuk membantu mendiagnosis intususepsi.

    Walau bagaimanapun, hasil CT scan tidak terlalu spesifik untuk suatu intususepsi.

    Tambahan lagi, terdapat efek samping penggunaan kontras, radiasi dan sedasi.9

    Gambar 10: CT scan menunjukkan tanda klasik ying-yang sign pada intususeptum

    dalam intususepiens.12

    19

  • Pada orang dewasa diagnosis preoperatif keadaan intususepsi sangatlah

    sulit, meskipun pada umumnya diagnosis preoperatifnya adalah obstruksi usus

    tanpa dapat memastikan kausanya adalah intususepsi. Pemeriksaan fisik saja tidak

    cukup sehingga diagnosis memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan

    radiologi (barium enema, ultrasonografi dan CT scan).5

    VIII. DIAGNOSIS BANDING 5,7,11

    1. Trauma abdomen

    Pada kasus trauma abdomen, bisa didapatkan nyeri di bagian

    abdomen yang bersifat terus-menerus akibat trauma yang dialami. Dari

    anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma sebelumnya, ada nyeri

    abdomen yang tidak hilang timbul. Pasien dengan trauma pada abdomen

    bisa mengeluh kencing berwarna merah (hematuri). Pada pemeriksaan

    fisis, tidak didapatkan gerakan peristaltik yang terlihat di dinding abdomen

    dari luar (sausage-like sign).13

    2. Appendicitis akut

    Pada appendicitis akut, terdapat gejala klasik yaitu nyeri dirasakan

    samar-samar dan tumpul (nyeri visceral) di daerah epigastrium. Awalnya

    dirasakan nyeri di ulu hati dan kemudian nyeri berpindah ke nyeri perut

    kanan bawah yang lebih tajam dan jelas letaknya sehingga merupakan

    nyeri somatik setempat (Mc Burney sign). Nyeri bertambah kalau batuk

    (batuk sign) dan disertai demam, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisis

    didapatkan blumberg sign positif, rovsing sign positif, obturatoar sign

    positif dan psoas sign positif.2

    3. Hernia

    Hernia ialah adanya penonjolan atau protusi isi suatu rongga

    melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada

    hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari

    lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin,

    20

  • kantong dan isi hernia. Biasanya pasien datang dengan keluhan adanya

    benjolan yang hilang timbul di tubuh pasien biasanya benjolan tersebut

    tidak nyeri. Nyeri baru timbul kalau sudah terjadi gangguan pasase atau

    gangguan vaskularisasi.2

    4. Gastroenteritis

    Adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala

    diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai

    peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar

    berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Faeses yang

    cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.14

    5. Torsio testis

    Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya

    mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu dikenal

    sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut

    sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan

    apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel atau

    tidak mau menyusui. Pada pemeriksaan fisis, testis membengkak, letaknya

    lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-

    kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi, dapat diraba adanya lilitan

    atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai

    dengan demam.15

    6. Volvulus

    Keadaan dimana usus terputar sehingga menyebabkan obstruksi

    lumen. Kadang-kadang aliran darah juga tersumbat, sehingga terjadi

    infark. Gejalanya tidak ada yang khas: muntah (kuning kehijauan), nyeri

    abdomen yang kembung dan berak darah.16

    7. Divertikulum Meckel

    21

  • Divertikulum meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang

    merupakan suatu kantung (divertikula) yang menjulur/menonjol dari

    dinding usus halus. Divertikula bisa mengandung jaringan lambung

    maupun jaringan pankreas. Divertikulum meckel biasanya tidak

    menimbulkan gejala, tetapi kantungnya dapat melepaskan asam dan

    menyebabkan ulkus, sehingga terjadi perdarahan melalui rektum yang

    tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan atau kehitaman.17

    Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum lebih cenderung

    menyebabkan penyumbatan usus, sehingga timbul nyeri kram dan muntah.

    Bisa terjadi peradangan mendadak pada divertikulum yang disebut

    divertikulitis akut. peradangan ini menyebabkan nyeri perut yang hebat,

    seringkali disertai muntah.17

    IX. PENATALAKSANAAN

    IX.1. Non operatif

    1. Reduksi hidrostatik

    Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan

    kateter dengan tekanan tertentu. Reposisi barium diikuti oleh pemeriksaan

    rontgen. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cuppimg pada

    tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar ¾-1 meter air, barium

    didorong ke arah proksimal. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah

    mencapai ileum terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang

    diberikan per os akan keluar melalui dubur. 5,18

    Seiring dengan pemberian zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring

    appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra

    sepanjang bekas tempat invaginasi.5

    22

  • Gambar 11: Barium enema. Tampak kontras mengisi daerah usus yang

    mengalami intusssusepsi.19

    2. Reduksi pneumatic.12,20,21

    Reduksi pneumatic merupakan pilihan terapi juga di beberapa banyak

    institusi. Resiko untuk terjadi komplikasi mayor dengan teknik terapi ini adalah

    kecil. Kadar keberhasilan menurun dibanding dengan agen reduksi yang lain pada

    pasien dengan intususepsi usus halus dan intususepsi yang mengalami prolaps.

    Ketika melakukan terapi enema, tekanan gas untuk insufflasi yang

    direkomendasikan adalah tidak boleh melebihi 120 cm air. Jika menggunakan

    barium atau kontras larut air (water-soluble contrast), kolom kontras tidak boleh

    melebihi 100 cm di atas pantat.20

    Secara dasarnya, percobaan reduksi dikatakan tidak berhasil sehingga

    agen reduksi (gas, barium atau kontras yang larut air) mengalami refluks kembali

    ke ileum terminal, tetapi ada bukti baru menunjukkan tidak semestinya harus ada

    refluks. Kebanyakan intususepsi yang tidak menunjukkan refluks ke dalam ileum

    adalah karena ileum yang edema atau akibat dari fungsi katup ileocecal. Tetapi

    didapatkan pada pasien-pasien ini, intususepsinya telah mengalami reduksi dan

    membaik. Berdasarkan penelitian, pasien yang mengalami perbaikan dengan

    reduksi ini yang tidak menunjukkan refluks dari agen reduksi ke ileum, memang

    mengalami perbaikan yang bagus.20

    23

  • Gambar 12: Ilustrasi diagram reduksi gas (pneumatic reduction) pada

    pasien.21

    Perbandingan reduksi dengan gas dan reduksi dengan barium.21

    Keuntungan reduksi gas ialah:

    • Dikatakan memberi kadar hasil reduksi yang lebih tinggi.

    • Penatalaksanaan yang lebih mudah

    • Alat-alat yang digunakan mudah.

    IX.2. Operatif

    Reduksi manual dan reseksi usus

    Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka

    lekosit, mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang

    ditandai dengan distensi abdomen, feses berdarah, gangguan sistem usus yang

    berat sampai timbul syok atau peritonitis, pasien segera disiapkan untuk operasi.

    Pada operasi, reposisi secara manual dan hasilnya langsung diketahui. Terapi

    intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Pada intususepsi yang

    mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya adalah suatu keganasan,

    oleh karena itu, ahli bedah dianjurkan untuk segera melakukan reseksi, dengan

    tidak usah melakukan usaha reduksi.5,7

    24

  • Pada intususepsi dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi dengan

    hati-hati. Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrosis, reduksi tidak perlu

    dikerjakan dan reseksi segera dilakukan. Pada kasus-kasus idiopatik, tidak ada

    yang perlu dilakukan selain reduksi. Tumor benigna harus diangkat secara local,

    tapi jika ada keragu-raguan mengenai keganasan, reseksi yang cukup harus

    dikerjakan.5,7

    1. Pre-operatif.

    Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti

    penanganan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan

    umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi deficit

    elektrolit.5,7

    2. Durante operatif.

    Penanganan secara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi,

    karena kausa terbanyak intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan

    neoplasma maka tindakan yang dianjurkan adalah reseksi anastomose

    segmen usus yang terlibat dengan memastikan lead pointnya, baik itu

    neoplasma yang bersifat jinak maupun yang ganas.5,7

    Tindakan manual reduksi tidak dianjurkan karena resiko:5,7

    a. Ruptur dinding usus selama manipulasi

    b. Kemungkinan iskemik sampai nekrosis pasca operasi

    c. Kemungkinan rekurensi kejadian intususepsi

    d. Ileus yang berkepanjangan akibat gangguan motilitas

    e. Pembengkakan segmen usus yang terlibat

    25

  • Batas reseksi pada umunya adalah 10 cm dari tepi-tepi segmen usus

    yang terlibat. Ada pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30 cm dari lesi,

    kemudian dilakukan anastomose end to end atau side to side. Pada kasus-kasus

    tertentu seperti pada penderita AIDS, lesi/lead ponitnya tidak ditemukan maka

    tindakan reduksi dapat dianjurkan, begitu juga pada kasus retrograde intususepsi

    pasca gastrojejunostomi tindakan reduksi dapat dibenarkan, keadaan lainnya

    seperti intususepsi pada usus halus yang kausanya pasti lesi jinak tindakan reduksi

    dapat dibenarkan juga, tetapi pada pasien intususepsi tanpa riwayat pembedahan

    abdomen sebelumnya sebaiknya dilakukan reseksi anastomose.5,7

    3. Pasca operatif.5

    • Hindari dehidrasi

    • Pertahankan stabilitas elektrolit

    • Pengawasan akan inflamasi dan infeksi

    • Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek mengganggu

    motilitas usus

    Pada invaginasi usus besar di mana resiko tumor ganas sebagai

    penyebabnya adalah besar, maka tidak dilakukan reduksi (milking) tetapi langsung

    dilakukan reseksi. Sedangkan bila invaginasinya pada usus halus, reduksi boleh

    dicoba dengan hati-hati, tetapi bila terlihat ada tanda nekrosis, perforasi, edema,

    reduksi tidak boleh dilakukan, maka langsung direseksi saja. Apabila akan

    melakukan reseksi usus halus pada invaginasi dewasa hendaknya

    dipertimbangkan juga sisa usus halus yang ditinggalkan, ini untuk

    menghindari/memperkecil timbulnya short bowel syndrome.5

    26

  • A B

    Gambar 13: A) Pada saat operasi, intususepsi ditarik. B) Usus halus dari operasi

    intususepsi. Tampak intussusepiens yang mengalami dilatasi.22

    X. KOMPLIKASI

    Jika intususepsi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa

    komplikasi berat seperti nekrosis usus, perforasi usus, infeksi dan kematian.7

    XI. PROGNOSIS

    Dengan terapi dini yang adekuat, prognosisnya baik dan jarang terjadi

    kekambuhan. Prognosis tergantung dari viabilitas usus setelah reposisi. Lebih dini

    diagnosis, lebih baik prognosis. Kemunculan peritonitis menunjukkan bahwa

    perjalanan penyakit akan memburuk. Karena alasan ini, tidak ada tindakan lain

    yang dilakukan selain mereduksi intususepsi, kecuali jika ditemukan kondisi-

    kondisi yang menyebabkan obstruksi seperti adanya polip atau divertikulum

    meckel pada saat operasi.23

    27

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Arifin S.Z., Abbas N., Aziz T., Invaginasi [Online] 2005 [cited 2010

    April 25]. Available from : URL :

    http://www.yenisymposium.net/fulltext/2005(4)/ys2005_43_4_5.pdf http://w

    ww.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_Invaginasi.pdf/14_Invaginasi.html

    2. Jong W. D. Buku Ajar Bedah.

    3. Waugh A., Grant A., Anatomy and Physiology in Health and Illness. Ninth

    edition. Churchill Livingstone. 2004. British. p 331-32

    4. Anonymous. Anatomy. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from :

    URL : http://www.netterimages.com/image/6710.htm

    5. Invaginasi ilmu bedah

    6. Netter F.H., Atlas of Human Anatomy. Second edition. Learning system.

    2001. USA. p 261-67

    7. Invaginasi\Medicine Computer Invaginasi.mht

    8. Norton J.A, Bollinger R.R. et al. Surgery Basic Science and Clinical

    Evidence. 2000. p 2080-81

    9. Dolinak D., Matshes E.W., Lew E.O., [Online] [cited 2010 April 25].

    Available from : URL: http://emedicine.medscape.com/article/930708-

    diagnosis

    10. Maconi G., Porro G.B.,Ultrasound of the Gastrointestinal Tract. 2007.

    Italy. p 48-52

    11. Tsokos M. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from : URL:

    http://emedicine.medscape.com/article/930708-diagnosis

    28

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_Invaginasi.pdf/14_Invaginasi.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_Invaginasi.pdf/14_Invaginasi.htmlhttp://www.yenisymposium.net/fulltext/2005(4)/ys2005_43_4_5.pdf

  • 12. Saatcioglu O, Derin D, Uygur N. [Online] [cited 2010 April 25]. Available

    from : URL: http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview

    13. Ashcraft K.W., Holcomb G.W., Murphy J.P., Paediatric Surgery. Fourth

    edition. Elsevier Saunders. 2005. Philadelphia. p 533-42

    14. Resnick P. J. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:

    http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/intussusception/

    15. Lindsey J.L. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:

    http://emedicine.medscape.com/article/930708-treatment

    16. Lumley J.S.P., Craven J.L., Surgery International Edition. First edition.

    The Medicine Group. p 213-16

    17. Stack C.G., Dobbs P., Essentials of Paaediatric Intensive Care. 2003.

    Greenwich Medical Media Limited. United Kingdom. p 125

    18. Handaya A.Y. Tanya Jawab tentang Invaginasi atau Intususepsi. [Online

    2009 Nopember 2009] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:

    http://www.emedicine.com/PED/topic2415.htm

    19. Leane S. M., [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:

    http://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20GASTROENTERITI

    S%20Oleh%20Leane%20S%20M.pdf

    20. Sukentro T. [Online 2009 Juni 24] [cited 2010 April 25]. Available from:

    URL:http://bedahumum.com/bu/index.php?

    option=com_content&view=article&id=4:meckel-

    divertikulum&catid=3:artikel&Itemid=5

    21. Idries A. M. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:

    http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/tortio-testis/

    22. Widiatmaka W., Sudiono S. [Online] [cited 2010 April 25]. Available

    from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/409870-imaging

    29

    http://emedicine.medscape.com/article/409870-imaginghttp://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/tortio-testis/http://bedahumum.com/bu/index.php?option=com_content&view=article&id=4:meckel-divertikulum&catid=3:artikel&Itemid=5http://bedahumum.com/bu/index.php?option=com_content&view=article&id=4:meckel-divertikulum&catid=3:artikel&Itemid=5http://bedahumum.com/bu/index.php?option=com_content&view=article&id=4:meckel-divertikulum&catid=3:artikel&Itemid=5http://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20GASTROENTERITIS%20Oleh%20Leane%20S%20M.pdfhttp://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20GASTROENTERITIS%20Oleh%20Leane%20S%20M.pdfhttp://www.emedicine.com/PED/topic2415.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/930708-treatmenthttp://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/intussusception/