listyani-pem3
DESCRIPTION
ppt hematoTRANSCRIPT
Demam Tinggi, Gelsah dan Ngigau
Listyani Gunawan405090258
MM kelainan dan fungsi leukosit MM patfis kelainan leukosit MM uji lab kelainan leukosit MM gejala klinis dan penatalaksanaan
Learning Object
Gangguan klonal Berasal dari 1 sel prekursor dg semua sel yang terkena(progeni) memperlihatkan gambaran trunan dari sel prekursor◦ Ganguan mieloproliferatif akut/kronis◦ Limproliferatif akut/kronis◦ Mielodisplasia
Gangguan non klonal◦ Kelainan pengaturan pertumbuhan(neutropenia
siklik&konstitutional)◦ Reaksi leukemoid(peningkatan respon proliferatif thd
berbagai rangsangan)◦ Aplasia & hipoplasia sumsum tulang◦ Gangguan kulitatif leukosit(herediter/didapat)
Penyakit SDP
Gangguan Fungsi Leukosit
Gangguan kuantitatif Non-neoplastik(nonklonal)
Gangguan Leukosit Neoplastik klonal
NeutrofilKemotaksis dan fagositosisPeny granulamatosa kronisSindrom Chediak HigashiDef mieloperoksidase
Neutropenia Gangguan mieloproliferatif•Gangguan mieloproliferatif akut•Gangguan mieloproliferatif kronis•Sindrom mielodisplastik
Agranulositosis Gangguan limpoproliferatifLeukemia limfoblastik akutGangguan limpoproliferatif kronis leukemikLimfoma non-HodgkinLimfoma Hodgkin
Reaksi Leukemoid Peny. Imunoproliferatif•Makroglobulinemia Waldenstrom•Mieloma multiple•Gamopati monoklonal •Amiloidosis primer•Peny rantai berat
Gangguan fungsi limfosit-monosit dan makrofag
Mononukleosis infeksiosa
Klasifikas
i Pen
y SDP
Peny.Leukosit Non Klonal
Gangguan kemotaksis◦ Defisiensi komplemen
kongenital◦ Penurunan pembentukan
faktor kemotatik(kongenital,uremia)
◦ Pembentukan inhibitor didapat(kanker, dialisis ginjal, infeksi kronis, idiopatik)
◦ Tidak adanya glikoprotein membran kongenital
◦ “Sindrom job”◦ “Lazy leukocyte syndrome”
Gangguan fagositosis dan pemusnahan bakteri◦ Peny. Granulomatosa kronis◦ Def G6PD◦ Def mieloperoksidase ◦ Def enzim detoksifikasi H2O2
Gangguan pada kemotaksis dan pemusnahan bakteri◦ Tidak adanya granula spesifik
kongenital◦ Tidak adanya polimerasi aktin
kongenital◦ Defek pada penyusunan
mikrotubulus◦ Diabetes dan penyebab
hiperosmolaritas◦ Intoksikasi alkohol
Gangguan pada molekul perekat◦ Leukocyte adhesion
deficiency, tipe I(def integrin CD11/CD18)
◦ Leukocyte adhesion deficiency, tipe II(Def ligan untuk L selektin)
Gangguan Fungsi LeukositNeutrofil
Jumlah & fungsi limfositimunodefisiensi
Gangguan fungsi limfosit
Peny imunodef Primer Peny imunodef Sekunder
Sel T•Imunodefisiensi kombinasi berat•Sindrom d George•Sindrom Wiskott-Aldrich•Kandidiasis mkokutis kronis
Infeksi virus
Splenektomi
Luka bakar
Obat imunosupresif
Sel B•Def IgA selektif bersama berbagai keadaan•Agamaglobulinemia terkait-X•Common variable hypogammaglobulinemia•Def IgM selektif•Def sub kelas IgG
Radiasi
Prematuritas
Gangguan hematologik
Diabetes
Peny yg menyebabkan tubuh kehilangan prot
Sindrom nefrotik
Enteropati
Penuaan
Makrofag normalmenyintesis dan menguraikan sfingolipid
Defekpenimbunan lipid di sel Efek utamapembesaran RES dan
penimbunan histiosit di sumsum tulang
Gangguan fungsi Monosit & Makrofag
Neutropenia◦ Penurunan dalam hitung neutrofil absolut di bawah 2000/L◦ Klasifikasi :
Ringan : 1000-2000 /L Sedang : 500-1000 /L Parah/agranulositosis : <500 /L
◦ Penyebab : Konstitusional Def produksi
Konstitusional (Neutropenia benigna familial, neutropenia siklik, agranulositosis genetik infatil,dll)
Didapat (def gizi, leukemia, an.aplastik, respon thd infeksi, obat sitotoksik) Reaksi obat(kloramfenikol,fenotiazin, fenilbutazon,dll) Dekstruksi berlebih
Diperantarai sistem imun(neutropenia autoimun, granulositotoksisitasakut/leukoaglutinasiyg berkaitan dgn transfusi darah, granulositopenia aloimun neonatus, antibodi anti-obat)
Nonimun(splenomegali, sirkulasi ekstra korporeal, gangguan mikrosirkulasi paru)
Kelainan distribusi(splenomegali, marginating shift) Neutropenia siklik
Gangguan Kuantitatif Non-Neoplastik
Agranulositosis◦ Neutropenia akut berat, ditandai dengan
menghilangnya prekursor neutrofil di sumsum tulang dan hitung granulosit di darah perifer(<500 /L)
◦ Tanda pulih : Di darah perifer tjdi jumlah monosit, kemudian sel
batang Di sumsum tulang terdapat predominansi promielosit
◦ Penyebab Reaksi obat Penyakit autoimun Infeksi Leukemia akut
Obat yg sering menyebabkan Neutropenia & Agranulositosis :
Anti-inflamasi Fenilbutazon, oksifenbutazon
Antimikroba Kloramfenikol, sulfonamid, trimetoprim
Antikkonvulsan Fenitoin, karbamazepin
Obat penenang Gol fenotiazin
Obat hipoglikemi Gol tiourasil
dll Tolbutamid
Alopurinol, klorotiazid, simetidin, emas, isozianid, ibuprofen
Mononukleosis Infeksiosa◦ Disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr(EBV)
Reaksi Leukemoid◦ Leukositosis reaktif yang berlebihan, dg SDP
matur&imatur membanjiri sirkulasi◦ Sel yang sering terlibat : granulosit, monositosis
terjadi pada TBC, limfositosis leukemoid prnh terjadi pada TBC batuk rejan, dan mononukleosis infeksiosa
◦ Granulositosis dg proporsi leukemoid dapat menyertai tumor ganas dg/tanpa metastasis ke tulang, infeksi TBC,/piogenik yg parah, keracunan logam berat, krisis sel sabit, gangguan metabolik berat(ginjal&hati), ketoasidosis diabetes
Perbandingan Reaksi Leukemoid Dengan Leukemia Mielogenosa Kronis
Reaksi Leukemoid
• SDP biasanya < 50.000/µL• Granulasi toksik dan badan
Dohle• Basofilia tidak ada• Sel batang menonjol• Fosfatase alkali leukosit
(LAP) meningkat (>100)• Limpa biasanya tidak
teraba• Tidak terdapat kromosom
Philadelphia
Leukemia Mielogenosa Kronis
SDP biasanya >50.000/µL
Granulasi toksik ±-0 Hitung basofil
meningkat (biasa) LAP< 10 Limpa biasanya
membesar Kromosom
Philadelphia terdapat pada 90% kasus
Perbedaan Reaksi Leukemoid dan Leukemia Kronik
Reaksi Leukemoid Leukemia kronik
I. Klinis
Etiologi jelas Etiologi tidak jelas
Tidak ada splenomegali Dijumpai splenomegali
II. Pemeriksaan laboratorium
Jarang disertai anemia Disertai anemia
Tidak disertai trombositopenia Dapat disertai trombositopenia
Tidak dijumpai basofilia, eosinofilia,atau monositosis
Sering dijumpai basofilia, eosinofilia, monositosis
Aktivitas NAP meningkat Aktivitas NAP rendah
Sumsum tulang hiperplastik, tanpa penekanan aktivitas seri lain.
Sumsum tulang hiperplastik dengan penekanan aktivitas seri lain
Gangguan Leukosit Klonal
Gangguan Mieloproliferatif akut : leukemia nonlimfositik akut, ditandai dg pertumbuhan tanpa kendali dg diferensiasi terbatas/tanpa diferensiasi
Gangguan Mieloproliferatif kronis :gangguan yg menyebabkan proliferasi sel2 tidak terkendali dan berlebihan dg diferensiasi yg cukup substansial
Sindrom mielodisplastik : sekelompok peny dg pertumb sel yg tidak stabil dan tidak terkendali disertai diferensiasi dengan derajat berbeda-beda
Gangguan Mieloproliferatif
Gambaran Nama Alternatif Sitogenetik Gen
M0 Berdiferensiasi minimal
M1 Mieloblastik tanpa pematangan (<10%)
Mielositik akutLeukemia granulositik akut
M2 Mieloblastik dengan pematangan(>10%)
Leukemia nonlimfositik akut
T(8;21) LMA 1-ETO
M3 Promielositik(LPA) Progranulositik akut T(15;17) RAR-LPM
M3v Varian mikrogranular LPA
M4 Mielomonoblastik Leukemia tipe-Naegeli
11q23 HRX/MLL
M45o Mielomonoblastik dengan eosinofil abnormal
Inv(16) CBF-MYH11
M5A Monoblastik, tanpa pematangan (<20%)
Jenis Schilling 11q23 HRX/MLL
M5B Monoblastik, dengan pematangan (>20%)
M6 Eritroblastik(blas>30% sel noneritroid) (eritroleukemia)
Peny GiGugliemoMielosis eritremik
- -
M7 Megakarioblastik Mielofibrosis akut 3q27 ?TPO
Klasifikasi Leukemia Nonlimfositik Akut(LNLA)
Klasifikasi Gangguan Mieloproliferatif KronisNama yang dianjurkan
Singkatan Sinonim umum
Leukemia mielogenosa kronis
LMK Leukemia mielositik kronisLeukemia mieloid kronisLeukemia granulositik kronis
Polisitemia vera P.vera EritrosisEritremiaPolisitemia sejati
Metaplasia mieloid agnogenik
MMA MielofibrosisMielofibrosis idiopatikOsteomielosklerosis
Trombositemia esensial TE Trombositemia primerTrombositemia hemoragikTrombositosis primer
Epidemiologi dan Gambaran Klinis◦ LNLA cenderung peny org dwsa, sdkn LLA menyerang anak2◦ LNLA lebih sering terjadi pada orang berkulit putih daripada
yg berkulit hitam; rasio laki2:wanita=3:2◦ Sebagian besar sindrom mieloproliferatif akut menyebabkan
kegagalan sumsum tulang dengan derajat bervariasi◦ Gejala awal M3 sindrom DIC disertai manifestasi
perdarahan yang substansial◦ M4&M5 dapat bermanifestasi awal sebagai hipertrofi gusi
akibat invasi monositik ke dalam jar gusi; gejala universal: rasa lelah, demam; hit darah putih sulit diduga; sel’a secra morfologis abnormal dan imatur
◦ Kadar as.urat tinggi dan kadar laktat
Gangguan Mieloproliferatif Akut(LNLA)
SUBTIPE
CIRI MORFOLOGI
BATANG AUER
CIRI SITOKIMIAMyleoperoksidase/Sudan black
Kloroasetat Nonspesific esterase
M0 leukemia mieloblastik akut tapa maturasi
Mieloblast tanpa granul- - - -
M1 leukemia mieloblastik akut dengan minimal maturasi
Mieloblast dengan/tanpa sedikit granul ±* + ± -
M2 leukemia mieloblastik dengan maturasi
Mieloblas dengan granula, promielosit, sedikit mielosit + + ± -
M3 leukemia promielositik akut
Promielosit dengan granula utama ++ + + -
M4 leukemia mielomonositik
Mieloblast & Promielosit > 20% sel sumsum; promonoblas dan monoblas > 20%
± + + +†
M5a leukemia monoblastik tanpa diferensiasi
Monoblas besar dengan kromatin nuclear sedikit dan sitoplasma yang berlebihan
- - - +‡
M5b leukemia monoblastik dengan diferensiasi
Monoblas, promonosit, monosit, dan monositosis darah
- - - +‡
M6 eritroleukemia Precursor eritroid megaloblastik > 50%; mieloblas > 30%
+ + - ±
M7 leukemia megakariositik
Megakarioblast, morfologi “limfoid” (L1, L2, M1), tumbuhnya sitoplasma
- - ± ±‡
Diagnosis :◦ Pembuktian adanya sel imatur di darah perifer
dan sstl(20%morfologi “blastik”)◦ Mengategorisasi sel leukemik sbg LNLA/LLA◦ Mengategorisasi tipe sel dalam klasifikasi FAB
Diagnosis Lab Leukemia aku & Diferensiasi Subtipe
Tujuan pengobatan : mengeradikasi klona ganas shg hematopoiesis normal dapat berlangsung kembali
Efek pengobtan thd pem Lab
Gangguan klonal sel bakal hematopoietik yang berkaitan dg pertumbh dan proliferasi tanpa kendali sel2 multipoten yg mampu berdiferensiasi menjadi sel matang
Gejala : gangguan fungsi sstl(anemia&infeksi berulang), perdarahan, atau cenderung mengalami trombosis
Temuan lab :◦ An.normositik normokrom(kec di p.vera)◦ Polikromatofilia difus◦ Poikilositosis tetesan air(trtma pada metaplasia mieloid
agnogenik mielofibrosis)◦ Kadar as.urat darah, kadar vit B12, kdg disertai kadar
fosfatase alkali leukosit(kec pada leukemia mielogenosa kronis)
Sindrom Mieloproliferatif Kronis
Gambaran utama penyakit mieloproliferatif kronis :
Gambaran LMK Polisitemia Vera
Trombositemia Esensial
Metaplasia Mieloid Agnogenik
Kelainan klinis utama
Leukositosis Eritrositosis Trombositosis Hematopiesis ekstramedula, fibrosis SSTL
Tipikal usia onset 40-60 60 + 40-70 60+
Ht Biasanya ↓ ↑ N atau ↑ ↓
SDP ↑↑↑ ↑ ↑ ↓, N, atau ↑
Trombosit N atau ↑ ↑ ↑↑↑↑ ↓, N, atau ↑
Kromosom Ph + - - -
LAP ↓ ↑↑ ↑ N atau ↑
Kecenderungan mengalami transformasi mjd leukemia akut
++++ + +/- +
Tanda : pertumbh, proliferasi, dan diferensiasi tanpa kendali prekursor mieloid yg commited ke arah perkembangan granulosit
Gejala klinis : anemia ringan, dapat terjadi pendarahan abnormal walaupun hit trombosit , limpa hampir selalu membesar, hepatomegali, nyeri sumsum tulang
3 std klinis : fase stabil kronis, fase metamorfosis, fase leukemik akut
Temuan sel darah putih : lebih banyak mielosit dan metamielosit, NAP hampir selalu rendah/0, adanya kromosom Philadelphia(translokasi bahan genetik dari lengan pjng kromosom 22 ke kromosom lain)
Leukemia Mielogenosa Kronis(LMK)
P.vera : massa eritrosit, tanpa memperdulikan jumlah leukosit dan trombositeritrositosis : jumlah dan vol, menghasilkan penurunan vol plasma
P. sekunder/reaktif : eritrosit untk memenuhi rangsangan fisiologik yg jelas
P. vera/sejati : produksi eritrosit dan vol darah spontan/tanpa rangsangan
Gambaran klinis :◦ Gambaran proliferasi eritrosit b’lebihan, kulit kemerahan,
hiperviskositas(nyeri kepala, gangguan penglihatan, serangan trombosis), gejala histamin darah(gatal), wajah bulat, splenomegali
Untuk menegakkan diagnosis◦ Massa eritrosit, ht, hit eritrosit ◦ Mielosit&metamielosit kadang ditemukan di darah perifer◦ Hitung basofil ◦ Kelainan morfologi trombosit◦ Sstl hiperselular
Polisitemia Vera
Eritrositosis relatif/polisitemia(pseudoeritrositosis)◦ Hemokonsentrasi◦ Polisitemia spurious(sindrom Gaisbok)
Polisitemia/Eritrositosis absolut◦ Polisitemia primer
Polisitemia vera Polisitemia familial primer
◦ Polisitemia sekunder Sekunder oleh karena penurunan oksigenasi jar(physiologically
appropriate polycythemia/hypoxia erythrocytosis) High-altitude erytthrocytosis(Monge disease) Peny paru Cyanotic congenital heart disease Sindrom hipoventilasi Hb abnormal Polisitemia familial
Sekunder oleh karena penyimpangan respon/produksi eritropoietin(physiologically inappropriate polycythemia)
◦ Polisitemia idiopatik
Klasifikasi eritrositosis
3 fase tanda dan gejala :◦ Gejala awal darah tinggi, sakit kepala, mudah lelah,
tinitus, dll◦ Gejala akhir dan komplikasi
perdarahan(hemorrhage)/trombosis◦ Fase splenomegali tjd kegagalan sstl dan pasien
mengalami anemia berat, kebt transfusi ,hepatosplenomegali
Pemeriksaan lab :◦ Eritrosit pria >6juta/ml dan perempuan >5,5juta/mL,
sediaan apus normositik normokrom(kec bagi def Fe), adanya poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya transisi ke arah metaplasia mieloid
◦ Granulositterjadi peningkatan◦ Trombosit450-800ribu/mL, kadang morfologinya
abnormal◦ B12 serum◦ Pemeriksaan sstl◦ Pemeriksaan sitogenetika
Tatalaksana◦ Flebotomi◦ Fosfor radioaktif(P32)◦ Kemoterapi sitostatik(hidroksiurea)◦ Kemoterapi biologi(sitokin)◦ Pembedahan◦ Pencegahan tromboemboli peri operatif
Penyebab prognosis buruk:◦ Trombosis◦ Komplikasi perdarahan◦ PV berkembang menjadi mielofibrosis dan
pansitopenia◦ PV berkembang menjadi leukemia akut dan sindrom
mielodisplasia
Suatu gangguan klonal sel bakal hematopoietik yg ditandai dgn proliferasi tidak terkendali prekursor2 hematopoietik di dalam sstl dan jar.ekstramedula
Komponen klinis : ekspansi organ RE dan penggantian sst oleh jar fibrosa
Pem lab : an.normositik normokrom/makrositik, morfologi eritrosit abnormal&poikilosit(tear drop cell), eritrosit berinti, badan Howell-Joly, as urat, LDH,pengikat vit B12 , LAP , reaksi leukoeritroblastik
Metaplasia Mieloid Agnogenik/Mielofibrosis
Gangguan klonal pada sel bakal pluripoten yg ditandai dengan proliferasi beelebihan sel turunan megakariosit disertai pembentukan trombosit dalam jumlah sangat besar
Gambaran Lab : hit trombosit , banyaknya trombosit dan fragmen megakariosit disertai kelainan morfologi
Trombositopenia Esensial
Pengikatan Tpo pada trombosit&megakariosit
abnormal
Kadar Tpo bebas di plasma
Walaupun reseptor Tpo b(-), megakariosit
menjadi hipersensitif thd aksi Tpo
Megakakariositopoietik dan produksi trombosit
Patofisiologi
Diagnosis :◦ Hit trombosit>450000L◦ Tidak ditemukan penyebab lain peningkatan hit trombosit◦ Tidak ditemukan sindrom mielodisplasia/ggg mieloproliferatif
lain◦ Sstl dgn hiperplasia megakariositik dan fibrosis<1/3bagian◦ *tambahan: splenomegali
Tatalaksana :◦ Pengelolaan thd faktor resiko KV◦ Ps dg risiko tggi(riwayat trombosis dan
>60th)hidroksiurea,Anaglerid&iterferon alfa sbg pilihan ke2◦ Ps dg resiko menengah(usia 40-60th & tidak didapat
gambaran resiko tinggi)aspirin dosis rendah&pertimbangan terapi cytoreductive jka didapat faktor resiko KV
◦ Ps dg resiko rendah(usia<40th & tidak didapat gambaran resiko tggi)aspirin dosis rendah
Sekelompok gangguan heterogen dg pertumbh klonal, tanpa kendali dan tidak stabil yg ditandai dg gangguan pematangan, ketidak responsivan thd terapi vit dan besi standar dan kecenderungan untuk mengalami leukemia akut.
Tanda utama: hematopoiesis yg tidak efektif, yg mencakup perkemb eritroid, perkemb granulopoietik dan pembentukan trombosit
Gambaran klinis :an tidak responsif thd pengobatan hematonik std, demam, infeksi berulang, hipermetabolik, pertukaran sel
Sindrom Mielodisplastik
Gangguan limfoproliferatif akut : hanya sedikit/tidak terjadi diferensiasi ke arah pematangan akhir
Gangguan limfoproliferatif kronis : pertumbuhan tanpa kendali dg diferensiasi dan banyak terdapat sel matang
Subklasifikasi : gangguan sel T dan gangguan sel B
Subkategorisasi (distribusi anatomi) : ◦ Leukemia : gangguan yang mengenai sumsum tulang
dan darah perifer◦ Limfoma : gangguan yang mengenai organ
retikuloendotel(kel limfe, limpa, hati)
Gangguan Limfoproliferatif
Leukemia limfoblastik akut(LLA) banyak terdapat pada anak2◦ Gejala klinis : pembesaran kelj limfe,
hepatosplenomegali, nyeri tulang dan lesi tulang◦ SSP menjadi tempat perlindungan untk
relaps,walaupun sumsum tulang dan darah memperlihatkan remisi thp lanjut : meningitis leukemia
◦ Th/ : kemoterapi profilaksis dan terapi radiasi SSP◦ Ada kromosom philadelphia pada org dewasa yg
mengidap LLA
Gangguan Limfoproliferatif Akut
Karakteristik sel
L1 L2 L3/Tipe Burkitt
Ukuran sel Terutama sel kecil, homogen
Besar, heterogen
Besar, homogen
Kromatin inti sel Homogen di setiap kasus
Heterogen Berbutir, homogen
Bentuk inti sel Teratur, bulat, kadang2 bercelah
Tidak teratur, bercelah
Teratur, bulat sampai lonjong
Nukleolus Jarang Bervariasi, cukup banyak
Satu atau lebih mencolok
Sitoplasma Sedikit Bervariasi, cukup banyak
Cukup banyak, sangat basofilik
Vakuolisasi sitoplasma
Bervariasi Bervariasi Mencolok
Karakteristik Sel pada Leukemia Limfoblastk Akut(FAB)
Temuan di darah dan sumsum tulang◦ Neutrofil jrg ditemukan di darah perifer◦ Eritrosit dan leukosit normal sulit ditemukan di sstl◦ Sel predominan di darah perifer&sstl: blast◦ Hit trombosit rendah◦ Retikulosit sedikitanemia
Pengobatan : ◦ Mengeradikasikan semua sel ganas spya tidak
kambuh◦ Kemoterapi kombinasi(obat : vinkristin, prednison, L-
asparaginase)◦ Profilaksis SSP: pemberian metotreksat
Leukemia limfositik kronis(LLK) Leukemia prolimfositik Hairy cell leukemia
Gangguan Limfoproliferatif Kronis
Peny hodgkin, Peny non-hodgkin
Limfoma
Limfoma non hodgkin Kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal
dari limfosit B, limfosit T dan kadang dari sel NK(natural killer) yang berada dalam sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respons terhadap pengobatan
Klasifikasi◦ Limfoma maligna derajat rendah◦ Limfoma derajat sedang◦ Limfoma derajat tinggi
Etiologietiologi belum diketahui secara jelas, tetapi memiliki faktor-faktor resiko :◦ Imunodefisiensi
severe combined immunodeficiency, hypogamaglobulinemia, Wiskott-aldrich syndrome, dll
◦ Agen infeksiusinfeksi awal EBV dan faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan gen
◦ Paparan dan lingkungan pekerjaanpaparan herbisida dan pelarut organik
◦ Diet dan paparan lainnyaresiko tinggi pada orang yang merokok, terpapar sinar UV, dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani
Patofisiologi ◦ Limfoma maligna derajat rendah
terjadi ekspansi klonal limfosit kecil yang berdiferensiasi baik menggantikan arsitektur normal kelenjar limfe, menyebabkan pembengkakakan
◦ Limfoma derajat sedangadanya pertumbuhan tidak terkendali dari limfosit B.
◦ Limfoma derajat tinggiterjadi pebesaran timus dan peningkatan limfoblas T di darah perifer
Pemeriksaan laboratoriumtemuan tidak konsisten. Mungkin tampak gambaran darah leukoeritroblastik, bergantung pada derjata keterlibatan sumsum tulang kadang ditemukan limfosit abnormal di darah perifer. lakukan biopsi dan aspirasi sumsum tulang untuk menentukan stadium penyakit.
Penyakit hodgkin Etiologi :
faktor resikonya adalah infeksi virus onkogenik yang diperkirakan berperan dalam menimbulkan lesi genetik. Virus-virus tersebut adalah CMV, Epstein-Barr, HIV, dan human herpes virus-6. faktor resiko lainnya adalah defisiensi imun.
Pemeriksaan laboratoriumdarah perifer anemia normokrom normositik, anemia hemolitik auto imundapat terjadi monositosis dan eosinofiliaHitung trombosis sering meningkatPeningkatan LED peningkatan pertukaran sel dan peradangan
Gejala klinisHepatosplenomegali, neuropati, pembengkakan kelenjar limfe asimetrik yang tidak nyeri sebagai gejala awal. Beberapa pasien datang dengan gejala konstitusional yang mencakup keringat malam, demam dan penurunan berat badan.
Penatalaksanaandengan radioterapi ditambah kemoterapi, tergantung dari staging
Gangguan imunoproliferatif : kelompok heterogen peny yg ditandai dengan pertumbuhan dan proliferasi tanpa kendali limfosit B yang mungkin mampu memproduksi imunoglobulin◦ Ditandai gangguan sekresi imunoglobulin
Makroglobulinemia Waldenstrom : tjd pembentukan tanpa kendali sel2 yg transformasi fisiologiknya berada di pertengahan antara limfosit B matang dari sel plasma◦ Biasanya terdapat limfosit plasmasitoid berlebih◦ Patofisiologi
Infiltrasi sumsum tulang, sel-sel normal terdesak pansitopenia dan perdarahan
Gangguan Imunoproliferatif dan Diskrasia sel plasma
Kelainan MorfologiSITOPLASMA
vakuolisasi Lubang pada sitoplasmaPada keracunan atau infeksi berat
Granulasi toksik Granula kasar warna: biru hitam. Dijumpai pada infeksi bakteri akut dan luka bakar, intoksikasi
Agranulasi polimorfonuklear Granulasi sedikit, tidak ada netrofilDijumpai pada mielodisplasia, leukimia
Badan dohle Bdan kecil bentuk oval warna biru muda terdapat dlm sitoplasma netrofilInfeksi berat keracunan dan luka bakar
Batang auer Btg kecil merah jingga di sitoplasmaLeukimia akut non limfositik
Limfositik plasma biru Limfositik dengan plasma biru pada infkrsi virus
Smudge cell Leukosit rusak waktu pembuatan sediaan hapusLeukimia limfositik kronik
GRANULASI TOKSIK BADAN DOHLE
BATANG AUER LIMFOSIT PLASMA BIRU
SMUDGE CELL
VAKUOLISASI
KELAINAN MORFOLOGI LEUKOSIT
Kelainan MorfologiInti sel
Hipersegmentasi Inti neutrofil berlobus 5 / lebihPd anemia megaloblastik, uremia , leukimia granulositik kronik
Inti piknotik Inti mengalami penggumpalanDijumpai pd sepsis, leukimia
Anomali pelger huet Kegagalan inti untuk membuat segmenPada mielodisplastik atua leukimia kronik
Hipersegmentasi Anomali pelger Huet
Pewarnaan Sitokimia
Peroksidase leukosit• Sudan Black B• Periodic Acid Shiff (PAS)• Esterase• NAP
Penetapan LED
Metode Wintrobe
Teknik Westergreen
Penetapan LEDLED : Laju eritrosit mengendap
Manfaat :- Alat bantu untuk mendeteksi suatu proses
peradangan- Pemantau perjalanan atau aktivitas
penyakit- Pemeriksaan penapisan untuk peradangan
atau neoplasama
NAP Prinsip:
◦ Enzim fosfatase alkali dr neutrofil menghidrolisis substrat naftol, melepaskan naftol akan berikatan dgn zat warna diazo amine membentuk presipitat berwarna tengguli.
Granula neutrofil yg mengandung enzim akan berwarna tengguli
Interpretasi:◦ Rx warna menunjukkan derajat aktifitas enzim dlm granula◦ Derajat aktivitas dpt dibagi atas 4 kategori dari derajat 0-4◦ Derajat aktivitas NAP ditentukan dalam 100 sel neutrofil
Normal aktivitas NAPu/ pria : 22-124/100 neutrofilwanita : 33-149/100 neutrofil
Aktivitas NAP◦ : leukositosis, rx leukemoid, polisitemia vera.◦ : Leukemia granulositik kronik
Kegunaan :Membedakan antara leukemia mielositik kronikdan rx leukemoid.
Ditemukan kromosom Philadelphia(Ph) 3fase :
◦ Fase kronik : leukemia mielomonositik kronik, trombositosis esensial, leukemia netrofilik kronik
◦ Fase akselerasi : leukositosis sulit dikontrol obat mielosupresif, mieloblas di perifer 15-30%, promielosit>30%, trombosit <100000/mm3
◦ Fase krisis blas : leukemia mieloblastik akut, sindrom mielodisplasia
Faktor yang memperburuk prognosis :◦ Pasien : usia, keadaan umum buruk, disertai
gejala sistemik◦ Lab : anemia berat, trombositopenia,
trombositosis, basofilia, eosinofilia, kromosom Ph(-), BCR-ABL (-)
◦ Terapi : perlu waktu lama untuk mencapai remisi, terapi harus dosis tinggi, waktu remisi singkat
Leukemia Granulositik Kronis
Keluhan
SplenomegaliLemah badanBB HepatomegaliKeringat malamCepat kenyangPendarahan/purpuraNyeri perutDemam
Pemeriksaan penunjang :◦ Hematologi rutin : Hb N/sdkt, leukosit 20-60000/mm3,
eosinofil dan atau basofil meningkat, trombosit biasanya ◦ Apus darah tepi : eritrosit normokrom normositer, kadang
ditemukan polikromatofil, tampak seluruh tingkatan deferensiasi dan maturasi seri granulosit, persentasi sel mielosit, metamielosit , demikian juga persentasi eosinofil dan atau basofil
◦ Apus sstl : hiperselular(rasio mieloid:eritroid ), megakariosit tampak lebih banyak, stroma mengalami fibrosis
◦ Karyotipik : aberasi kromosom +8,+9,+19,+21,i(17)◦ Pemeriksaan lab lain : ditemukan hiperurikemia
PengobatanTujuan : mencapai remisi lengkap(hematologi, sitogenik, biomolekular)◦ Hydroxyurea(Hydrea) untk induksi remisi hematologik◦ Busulfan(Myleran)◦ Imatinib mesylate untuk menghambat aktivitas tirosin kinase
dari fusi gen BCR-ABL◦ Interferon -2a/Interferon-2b untuk remisi biologik