lisa ulfah - psi.pdf

159

Click here to load reader

Upload: haminh

Post on 21-Jan-2017

272 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LISA ULFAH - Psi.pdf

i

PENGARUH KONSEPDIRI, TRAITS KEPRIBADIAN BIGFIVE, TIPE LONELINESS DAN JENIS KELAMIN

TERHADAPKOMPETENSI INTERPERSONALPADAREMAJA SMAN 6 TANGERANG SELATAN

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:Lisa Ulfah

NIM: 1110070000111

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1436 H/2015 M

Page 2: LISA ULFAH - Psi.pdf

ii

Page 3: LISA ULFAH - Psi.pdf

iii

Page 4: LISA ULFAH - Psi.pdf

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu

(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 24 April 2015

Lisa UlfahNIM: 1110070000111

Page 5: LISA ULFAH - Psi.pdf

v

MOTTO

“The biggest communication problem is we do not listen tounderstand”-No name-

Page 6: LISA ULFAH - Psi.pdf

vi

ABSTRACT

(A) Faculty of Psychology(B) April 2015(C) Lisa Ulfah(D) Influence of Self Concept, Big Five Personality Traits, Loneliness, andGender of Interpersonal Competence at Adolescence SMA N 6 South Tangerang(E) xv + 108 pages + appendix(F) This study was conducted to determine the effect of self concept, big fivepersonality traits, loneliness and gender of interpersonal competence atadolescence. Researcher hypothesis that self concept, big five personality traits(agreebleness, conscientiousness, neuroticism, extraversion, dan openness toexperience), loneliness (state loneliness dan trait loneliness) and gender has aninfluence on an interpersonal competence at adolescence.

This study uses a quantitative approach with multiple regression analysis. Thesample totaled 358 student at SMAN 6 South Tangerang. The sampel collectiontechnique using non-probability sampling technique, that is cluster sampling. Inthis study, the researcher modify data collection instruments, namelyInterpersonal Competence Questionnaire (ICQ), Tennessee Self Concept Scale(TSCS), MINI-IPIP (MINI International Personality Item Pool), and State versusTrait Loneliness Scale.

The result of this study indicate that there is significant influence of self concept,agreebleness, conscientiousness, neuroticism, extraversion, openness toexperience, state lonelines, trait loneliness and gender of the interpersonalcompetence at adolescence. Meanwhile, if based on regression coefficients ofeach independent variable only self concept, neuroticism, openness toexperience, state loneliness, trait loneliness and gender that influenceinterpersonal competence at adolescence.

The researcher hopes that the implications of these results can be reviewed andmay be developed in future studies. For example, by adding other variablesassociated with interpersonal competence that can be analyzed as anindependent variabel that may have a major influence on the interpersonalcompetence.

(G) Reading materials: 48; books: 27 + journals: 13 + thesis: 3 +article: 4 +dissertation: 1

Page 7: LISA ULFAH - Psi.pdf

vii

ABSTRAK

(H) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(I) April 2015(J) Lisa Ulfah(K) Pengaruh konsep diri, traits kepribadian big five, tipe loneliness, dan jeniskelamin terhadap kompetensi interpersonal pada remaja SMA N 6 TangerangSelatan(L) xv + 108 halaman + lampiran(M) Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh dari konsepdiri, trait kepribadian big five, tipe loneliness dan jenis kelamin terhadapkompetensi interpersonal pada remaja. Peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruhantara konsep diri, trait kepribadian big five (agreebleness, conscientiousness,neuroticism, extraversion, dan openness to experience), tipe loneliness (stateloneliness dan trait loneliness) dan jenis kelamin terhadap kompetensiinterpersonal pada remaja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresiberganda. Sampel berjumlah 358 siswa SMAN 6 Tangerang Selatan yangdiambil dengan teknik probability sampling, yakni cluster sampling. Alat ukuryang digunakan dalam penelitian ini adalah Interpersonal CompetenceQuetionaire (ICQ), Tennessee Self Concept Scale (TSCS), MINI-IPIP (MINIInternational Personality Item Pool), dan State versus Trait Loneliness Scale.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan konsep diri,trait kepribadian big five, tipe loneliness, dan jenis kelamin terhadap kompetensiinterpersonal pada remaja. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan hanya konsepdiri, neuroticism, openness to experience, state loneliness, trait loneliness sertajenis kelamin yang mempengaruhi kompetensi interpersonal pada remaja.

Peneliti berharap implikasi penelitian ini dapat dikaji ulang dan dapatditingkatkan untuk penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan menambahkanvariabel lain yang relevan mempengaruhi kompetensi interpersonal.

(N) Bahan bacaan: 48; buku: 27 + jurnal: 13 + skripsi: 3 sumber internet: 4 +disertasi: 1

Page 8: LISA ULFAH - Psi.pdf

viii

KATAPENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala berkah, rahmat, hidayah dan

kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan judul “pengaruh konsep diri, traits kepribadian big five,

tipe loneliness dan jenis kelamin terhadap kompetensi interpersonal pada

remaja SMA N 6 Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Sallallahu A’laihi Wa Sallam,

pemimpin dan tauladan bagi umat manusia, yang membawa manusia dari zaman

jahiliyah ke zaman yang terang benderang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak

akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali

ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, beserta seluruh jajaran wakil Dekan

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

arahan dan bimbingannya kepada seluruh mahasiswa demi terciptanya

kemajuan ilmu pengetahuan yang disertai perilaku yang mencerminkan

akhlak mulia.

2. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku dosen Pembimbing Skripsi atas

kesabaran dan keikhlasannya meluangkan waktu dan tenaga dalam

memberikan bimbingan, arahan serta koreksi kepada penulis agar mampu

menghasilkan skripsi yang bermutu dan berkualitas. Juga atas dorongan dan

dukungan yang tiada henti agar penulis tetap bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Miftahuddin, M.Si, Dosen pembimbing Akademik atas motivasinya

selama penulis mengerjakan skripsi dan selama penulis menjalani pendidikan

di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: LISA ULFAH - Psi.pdf

ix

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta atas segala bimbingan dan ilmu pengetahuan yang

diberikan kepada penulis demi kesuksesan penulis dimasa yang akan datang

dan seluruh Staff bagian Akademik, Umum, Keuangan dan Perpustakaan

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak membantu dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis

dalam pembelajaran dikampus ini.

5. Untuk Ibu Sri, selaku bidang kesiswaan di SMAN 6 Tangerang Selatan yang

telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di

sekolah ini.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Sudeswi dan Ibu Nedra untuk doa, kasih

sayang, semangat, dukungan dan kepercayaan yang selalu diberikan selama

ini. Terima kasih karena berkat doa, dukungan dan nasihat yang kalian

berikan penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini

dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu

memberikan rahmat, nikmat serta selalu melindungi Ayah dan Ibu. Kakak

penulis Muhammad Lukman serta adik penulis Nindia Wira Putri dan

Muhammad Lutfiansyah yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan

penulis sehingga penulis selalu bersemangat dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

7. Sahabat-sahabat penulis GG (Rahma, Mayang, Vina dan Nadiya) yang selalu

memberikan dukungan, bantuan, dan semangat yang tak ada hentinya

sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Terimakasih atas suka dan duka yang telah kita lalui selama ini. Terimakasih

pengalaman-pengalaman yang berharga yang telah kalian berikan. Semoga

kita akan selalu bersama sampai kakek-nenek. Aamiin.

8. Sahabat terdekat penulis Gina, Rossy, Irma dan Hanani yang selalu

memberikan doa, dukungan dan semangat sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

9. Sahabat-sahabat angkatan 2010 Iki, Dila, Yuni, Nisaul dan Amira yang telah

memberikan banyak bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis

Page 10: LISA ULFAH - Psi.pdf

x

sehingga penulis semakin termotivasi dan bisa menyelesaikan tugas akhir ini

dengan baik.

10. Sahabat-sahabat kelas C angkatan 2010 Urfi, Dufia, Mifti, Isqi, Liya, Anti,

Ama, Kaifa, Hana, Happy, Dian, Jeni, Icha, Turfa Echa, Aul, Fidia, Ais, Devi,

Dwi, Leo, Ey, Izar, Badai, Furqon, Alfi dan Jamal terima kasih atas segala

dukungan, bantuan dan kebersamaan selama kita kuliah. Banyak

pengalaman yang luar biasa yang telah kita lewati bersama. Semoga suatu

saat nanti kita bisa berkumpul kembali. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala

selalu merrahmati kalian.

11. Sahabat dan sudah peneliti anggap sebagai kakak sendiri, terima kasih

kepada Mba Endar atas doa, bantuan, dukungan dan semangat yang selalu

diberikan kepada peneliti sehingga peneliti semakin termotivasi dan mampu

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Terima kasih juga atas segala

pembelajaran dan nasehat yang bermanfaat yang telah diberikan selama ini.

12. Kepada wanita-wanita Tradasyn, terimakasih atas segala pengalaman yang

berharga ketika kita menari bersama. Semoga kalian semakin sukses, dan

bisa membawa nama Psikologi UIN di tingkat internasional.

13. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, Karena dukungan

moral, doa dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Hanya kata terima kasih yang sebesar-besarnya penulis dapat ucapkan,

semoga mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang mereka

berikan.

Hanya asa dan doa yang dapat penulis panjatkan. Semoga semua pihak yang

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan

yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata, sangat besar harapan penulis

agar skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasi lebih lanjut.

Tangerang, 24 April 2015

Penulis

Page 11: LISA ULFAH - Psi.pdf

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. iLEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... .... iiLEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. iiiLEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ivMOTTO ............................................................................................................... vABSTRAK.............................................................................................................. viKATAPENGANTAR............................................................................................ viiiDAFTAR ISI......................................................................................................... xiDAFTARTABEL.................................................................................................. xiiiDAFTAR GAMBAR........................................................................................... xivDAFTARLAMPIRAN......................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 11.1 Latar Belakang Masalah..................................................................... 11.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 12

1.2.1 Pembatasan masalah................................................................. 121.2.2 Perumusan masalah.................................................................. 13

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 141.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 15

1.4.1 Manfaat teoritis........................................................................ 151.4.2 Manfaat praktis...................................................................... . 16

1.5 Sistematika Penulisan......................................................................... 16

BAB 2 LANDASAN TEORI.............................................................................. 182.1 Kompetensi Interpersonal................................................................... 18

2.1.1 Pengertian kompetensi interpersonal........................................ 182.1.2 Aspek-aspek kompetensi interpersonal.................................... 192.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal.. 212.1.4 Pengukuran kompetensi interpersonal...................................... 232.1.5 Kompetensi interpersonal pada remaja .............................. 24

2.2 Konsep Diri........................................................................................ 262.2.1 Pengertian konsep diri............................................................... 262.2.2 Aspek-aspek konsep diri........................................................... 272.2.3 Pengukuran konsep diri........................................................... 31

2.2.4 Pengaruh konsep diri terhadap kompetensi interpersonal...... 312.3 Kepribadian........................................................................................ 32

2.3.1 Pengertian kepribadian.............................................................. 322.3.2 Trait kepribadian.................................................................... 33

2.3.3 Definisi trait kepribadian big five............................................. 342.3.4 Aspek-aspek trait kepribadian big five...................................... 352.3.5 Pengukuran trait kepribadian big five........................................ 382.3.6 Pengaruh trait kepribadian big five terhadap kompetensi

Page 12: LISA ULFAH - Psi.pdf

xii

Interpersonal........................................................................... 392.4 Loneliness........................................................................................... 41

2.4.1 Pengertian loneliness................................................................. 412.4.2 Tipe-tipe loneliness................................................................... 422.4.3 Pengukuran loneliness............................................................... 432.4.4 Pengaruh state dan trait loneliness terhadap kompetensi

Interpersonal............................................................................ 452.5 Kerangka Berfikir.............................................................................. 452.6 Hipotesis Penelitian............................................................................ 52

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................ 543.1 Populasi, Sampel danTeknik Pengambilan Sampel............................ 543.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................... 553.3 Instrumen Pengumpulan Data............................................................ 563.4 Uji Validitas Item Skala ..................................................................... 61

3.4.1 Uji validitas item skala kompetensi interpersonal..................... 633.4.2 Uji validitas item skala konsep diri........................................... 663.4.3 Uji validitas item skala trait kepribadian big five...................... 693.4.4 Uji validitas item skala state loneliness.................................... 753.4.5 Uji validitas item skala trait loneliness.................................... 78

3.5 Prosedur Pengumpulan Data……………………………….............. 803.6 Teknik Analisis Data................……................................................... 81

BAB 4 HASIL PENELITIAN……………….……………………........................ 834.1 Analisis Deskriptif……………….……………………………........ 83

4.1.1. Gambaran umum subjek penelitian….…………….…............ 834.2 Hasil Analisis Deskriptif……………….…………………………... 834.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian……………….…………....... 854.4 Uji Hipotesis Penelitian……………….…………………………..... 864.5 Proporsi Varian……………….…………………………………...... 93

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN…………………………......... 975.1 Kesimpulan……………….……………………………………....... 975.2 Diskusi……………….…………………………………………...... 975.3 Saran……………….……………………………………………...... 107

5.3.1 Saran metodologis……………….………………………........ 1075.3.2 Saran praktis……………….……………………………......... 107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: LISA ULFAH - Psi.pdf

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Kompetensi Interpersonal ..................... 57Tabel 3.2 Blueprint Skala Konsep Diri........................................... 58Tabel 3.3 Blueprint Skala Trait Kepribadian Big Five .................. 59Tabel 3.4 Blueprint Skala Loneliness .............................................. 60Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kompetensi Interpersonal.............. 64Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Kompetensi Interpersonal.............. 65Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Konsep Diri...................................... 67Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Konsep Diri...................................... 68Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Konsep Diri...................................... 69Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Agreebleness..................................... 70Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Conscientiousness............................ 71Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Neuroticism...................................... 73Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Extraversion..................................... 74Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Openness to experience.................... 75Tabel 3.15 Muatan Faktor Item State loneliness................................. 76Tabel 3.16 Muatan Faktor Item State loneliness................................. 77Tabel 3.17 Muatan Faktor Item State loneliness................................. 77Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Trait loneliness................................. 79Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Trait loneliness................................. 79Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian................................. 83Tabel 4.2 Analisis Deskriptif............................................................. 84Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor................................................ 85Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel................................................ 86Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi..................................... 87Tabel 4.6 Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan Independent Variabel

terhadap Dependent Variabel.............................................. 88Tabel 4.7 Koefisien Regresi................................................................ 89Tabel 4.8 Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variabel 94

Page 14: LISA ULFAH - Psi.pdf

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..............................................................................51

Page 15: LISA ULFAH - Psi.pdf

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A KuesionerLampiran B Path DiagramLampiran C Syntax & Output CFA Variabel Kompetensi Interpersonal

Page 16: LISA ULFAH - Psi.pdf

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah mencakup paparan fenomena yang

terjadi serta hasil beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan

penelitian kompetensi interpersonal, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Salah satu cara untuk bisa

mempertahankan hidup manusia adalah dengan berkomunikasi. Komunikasi

merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan

pengertian antara masing-masing individu yang terlibat (Berko, Aitken &

Wolvin, 2010). Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar

manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara

perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi.

Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk berinteraksi

yang paling menonjol terjadi pada masa remaja. Pada masa remaja, individu

berusaha untuk menarik perhatian orang lain, mendapatkan popularitas dan

kasih sayang dari teman sebaya. Semua hal tersebut akan diperoleh apabila

remaja mampu berinteraksi secara efektif.

Agar lebih berhasil dalam menjalin interaksi antar teman sebaya maupun

lingkungan sekitar, diperlukan adanya kompetensi atau kemampuan dalam diri

remaja untuk menjalin hubungan secara efektif. Kemampuan tersebut disebut

Page 17: LISA ULFAH - Psi.pdf

2

dengan kompetensi interpersonal. Menurut Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan

Reis (dalam Paulk, 2008), kompetensi interpersonal adalah keterampilan atau

kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan

efektif dengan orang lain, kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh individu tak

terkecuali para remaja.

Secara umum, kompetensi interpersonal didefinisikan sebagai kemampuan

individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif (Spitzberg & Cupach,

2012). Individu yang mempunyai kompetensi interpersonal yang tinggi akan

mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati

secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang

lain dan dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat dan kepribadian orang

lain, mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain semua

kemampuan ini akan membuat remaja tersebut lebih berhasil dalam berinteraksi

dengan orang lain. Fisher dan Adams (1994) menjelaskan bahwa dengan

kompetensi interpersonal akan mengembangkan perilaku empati yang

memungkinkan individu untuk mengerti dan merespon perasaan orang lain.

Kesadaran kognitif akan pentingnya kompetensi interpersonal dalam diri

individu ternyata tidak selamanya dapat tumbuh dan berkembang secara baik

pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Setidaknya secara empirik kerap

ditemukan ada individu yang mengalami konflik dengan sesamanya tidak

berusaha menyelesaikan konflik dengan baik, namun justru memilih

menyelesaikannya dengan pertengkaran. Kemampuan untuk mengatasi konflik

dengan baik merupakan indikasi adanya kompetensi interpersoanl, hal ini

Page 18: LISA ULFAH - Psi.pdf

3

sebagaimana diungkap oleh Buhrmester (dalam Paulk, 2008) bahwa ciri adanya

kompetensi interpersonal pada individu adalah kekampuan memulai kontak,

dukungan emosional, keterbukaan, bersikap asertif, dan mengatasi konflik.

Problem kompetensi interpersonal juga terjadi pada diri siswa remaja

SMA N 6 Tangerang Selatan, hal tersebut sebagaimana dilaporkan dari hasil

wawancara dengan salah satu guru SMA N 6 Tangerang Selatan, bahwa banyak

persoalan pribadi dan kompetensi interpersonal di kalangan siswa yang meliputi:

kesulitan hubungan dengan sesama maupun lawan jenis, kurang mampu

mengendalikan emosi, sering terlibat konflik dengan teman. Selain itu banyak

siswa yang mengeluhkan persoalan pribadi yang pada gilirannya dapat

menyulitkan mereka dalam melakukan hubungan interpersonal seperti, rendah

diri, sikap tertutup, kecemasan tinggi, tidak mampu mengendalikan diri, dan

mudah dipengaruhi orang lain.

Pentingnya kompetensi interpersonal ditujukan kepada para remaja dapat

dilihat dari banyaknya penelitian yang dilakukan. Salah satunya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Chow, Ruhl, dan Buhrmester (2013). Dalam

penelitiannya Chow et al. (2013) menjelaskan bahwa kompetensi interpersonal

penting bagi kualitas hubungan pertemanan pada remaja. Remaja yang miliki

kemampuan untuk berbagi perasaan dan mampu menempatkan diri sesuai

dengan perspektif orang lain, dapat meningkatkan kesejahteraan dalam hubungan

pertemanannya.

Penelitian lain yang mendukung pentingnya kompetensi interpersonal

pada remaja adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahoney, Cairns, dan Farmer

Page 19: LISA ULFAH - Psi.pdf

4

(2003), yang menjelaskan bahwa dengan kompetensi interpersonal mampu

meningkatkan kesuksesan seorang remaja dalam bidang pendidikan. Mahoney et

al. (2003) menjelaskan bahwa remaja yang memiliki kompetensi interpersonal

yang tinggi mampu mengatur dengan baik di bidang karir dan pendidikan ketika

mereka beranjak dewasa.

Dari beberapa penelitian di atas, dapat dilihat bahwa pada masa remaja

penting untuk memiliki kompetensi interpersonal. Hal ini juga didukung

penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester (1990) yang menjelaskan bahwa

kompetensi interpersonal sangat penting di miliki oleh para remaja dibandingkan

pra-remaja. Karena dibandingkan anak pra-remaja, pada masa remaja lebih di

tuntut untuk memiliki hubungan pertemanan yang dekat dan terbuka. Para

remaja harus bisa memulai percakapan dan memiliki hubungan pertemanan di

luar kelas. Mereka harus memiliki kemampuan untuk membuka diri mengenai

informasi pribadi dan dengan bijakasana dapat memberikan dukungan emosional

kepada teman-temannya.

Namun, tidak banyak para remaja yang berhasil dalam hubungan

interpersonalnya. Banyak remaja yang gagal dalam mengembangkan kompetensi

interpersonal sehingga mereka mengalami banyak hambatan dalam dunia

sosialnya. Akibatnya mereka mudah tersisihkan secara sosial. Seringkali konflik

interpersonal juga menghambat remaja untuk mengembangkan dunia sosialnya

secara matang. Akibat dari hal ini, remaja merasa tidak memiliki harga diri dan

suka mengisolasi diri. Pada akhirnya menyebabkan remaja mudah menjadi

depresi dan kehilangan kebermaknaan hidup. Dengan demikian diperlukan

Page 20: LISA ULFAH - Psi.pdf

5

hubungan yang baik antar teman sebaya agar perkembangan sosial remaja bisa

berjalan dengan normal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2002), yang menjelaskan bahwa

hubungan yang baik antarteman sebaya penting bagi perkembangan sosial yang

normal. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “melebur” ke dalam suatu

jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak kenakalan dan masalah. Dalam

suatu penelitian menjelaskan bahwa hubungan yang buruk di antara teman-teman

sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus

sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja. Dan pada penelitian lain

menunjukkan bahwa hubungan yang harmonis di antara teman-teman sebaya

pada masa remaja diasosiasikan dengan kesehatan mental yang positif pada

tengah baya (Santrock, 2002).

Beberapa fenomena yang banyak terjadi saat ini mengenai buruknya

hubungan teman sebaya yang diakibatkan rendahnya kompetensi interpersonal

pada remaja yaitu bisa dilihat dari kasus kenakalan remaja yang marak terjadi.

Salah satunya adalah tawuran. Contoh tawuran yang dilakukan oleh pelajar dari

SMA N 6 dengan pelajar dari sekolah lain. Tawuran ini disebabkan aksi saling

mengejek di media sosial yang mengakibatkan satu pelajar dari SMA N 6

mengalami luka di bagian keningnya (sindonews.com, 2014)

Contoh tawuran lainnya yaitu yang tejadi pada pelajar SMK Budi Murni

dengan SMK Pelayaran. Tawuran ini juga disebabkan karena saling mengejek.

(megepolitan.kompas.com, 2012). Selain tawuran kasus bullying juga merupakan

kasus remaja yang diakibatkan oleh hubungan yang buruk antar teman sebaya.

Page 21: LISA ULFAH - Psi.pdf

6

Contoh kasus bullying terjadi pada siswa SD di Bukittinggi. Kasus tersebut juga

terjadi karena aksi saling mengejek. Karena tidak senang orang tuanya di hina,

maka pelaku memukul korban (Republika.co.id, 2014). Hasil kajian Konsorsium

Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir

setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meski hanya bullying verbal dan

psikologis/mental. Contoh bullying verbal seperti membentak, meneriaki,

memaki, menghina, mempermalukan, menolak, mencela, merendahkan, atau

mengejek. Sedangkan bullying psikologis/mental seperti memandang sinis,

memelototi, mencibir, hingga mendiamkan. Melihat kompleksnya kasus-kasus

bullying yang ada, Susanto selaku Ketua Konsorsium Nasional Pengembangan

Sekolah Karakter menilai bahwa Indonesia sudah masuk kategori “darurat

bullying di sekolah”. Karena itu, negara perlu segera melakukan intervensi

(beritasatu.com, 2014).

Dilihat dari beberapa kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang

remaja yang memiliki kompetensi interpersonal yang rendah akan memicu

perilaku-perilaku buruk dan akan berdampak pada hubungan interpersonalnya.

Selain itu pada masa remaja juga rentan terhadap munculnya konflik, sehingga

sangat penting bagi remaja untuk memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.

Hal ini sesuai dengan kesimpulan dari beberapa ahli Psikologi (dalam Shantz dan

Hartup, 1992) yang menjelaskan bahwa masa remaja memang rentan terhadap

munculnya berbagai konflik. Terdapat berbagai alasan yaitu pengaruh

gelombang hormon pada masa remaja, remaja mulai mengantisipasi tuntutan

peran masa dewasa, perkembangan kemampuan kognitif remaja yang mulai

Page 22: LISA ULFAH - Psi.pdf

7

memahami ketidakkonsistenan dan ketidaksempurnaan orang lain dan mulai

melihat persoalan-persoalan yang terjadi sebagai persoalan pribadi daripada

memberikannya pada otoritas orang tua, remaja mengalami transisi tahapan

perkembangan dan perubahan-perubahan menuju kematangan yang

meningkatkan kemungkinan timbulnya konflik.

Dalam menjalin hubungan dengan lingkungan tentu kita harus mampu

menyesuaikan diri agar terciptanya hubungan yang efektif. Maka dibutuhkan

konsep diri pada diri individu. Konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of

reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan secara fenomenologis dan

ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan

arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia

menunjukkan sesuatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk

keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti ia lakukan terhadap

dunia di luar dirinya (Fitts & Warren, 1996).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2006) yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan

kompetensi interpersonal pada pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas

Diponegoro (UKM Undip). Semakin positif konsep diri yang dimiliki pengurus

UKM Undip, maka semakin tinggi kompetensi interpersonal yang dimiliki.

Sebaliknya, semakin negatif konsep diri pengurus UKM Undip, maka semakin

rendah kompetensi interpersonal yang dimiliki.

Hartanti (2006) menjelaskan bahwa dalam penelitiannya membuktikan

bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

Page 23: LISA ULFAH - Psi.pdf

8

keberhasilan seorang pengurus dalam menjalin hubungan dengan rekannya,

seorang pengurus yang mampu menerima diri apa adanya akan memiliki

penghargaan yang tinggi terhadap dirinya dan memiliki pandangan yang realistik

tentang keterbatasannya akan lebih mampu menjalin hubungan interpersonalnya

dengan orang lain.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Kresnawati (2009) mengenai hubungan

antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal pada anggota Rotaract Club

Semarang. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kompetensi

interpersonal pada anggota Rotaract Club Semarang. Semakin positif konsep diri

yang dimiliki maka semakin tinggi pula kompetensi interpersonal, demikian pula

sebaliknya.

Jika para remaja telah mengenal konsep dirinya dengan baik tentu akan

berusaha menyesuaikan dan memposisikan diri dengan orang yang diajak

berbicara dengan menjaga sikap yang baik. Sehingga tidak menimbulkan

perdebatan yang memacu timbulnya perkelahian. Remaja yang memiliki konsep

diri positif menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki keyakinan bahwa

dirinya mampu untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik, dengan

memposisikan diri dengan orang lain agar dapat saling menghargai satu sama

lain. Sebaliknya, remaja yang memiliki konsep diri negatif tidak memiliki

keyakinan dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga sulit untuk

mengkomunikasi apa yang dirasakan dan dipikirkannya (Rakhmat, 2005).

Selain konsep diri, trait kepribadian juga merupakan salah satu faktor

Page 24: LISA ULFAH - Psi.pdf

9

yang mempengaruhi kompetensi interpersonal. Seperti yang diungkapkan oleh

Nashori (2008) kepribadian juga mempengaruhi kompetensi interpersonal.

Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan trait kepribadian dari aspek

big five yaitu neuroticism (N), extraversion (E), openness to experience (O),

agreebleness (A), dan conscientiousness (C). Seperti penelitian yang dilakukan

oleh Frisbie, Fitzpatrick, Feng, dan Crawford (2000) mengenai “Women’s

Personality Traits, Interpersonal Competence and Affection for Dating Parteners:

A Test of the Contextual Model”. Frisbie et al. (2000) menjelaskan salah satu

hipotesisnya yaitu sejauh mana Big Five Personality berkontribusi terhadap

kompetensi interpersonal. Big Five Personality tersebut adalah extraversion,

neuroticism, agreeableness, conscientiousness dan openness to experience.

Sedangkan aspek dari kompetensi interpersonal adalah self-disclosure, emotional

support, assertion, dan conflict resolution. Dari hasil penelitian tersebut

menyebutkan bahwa agreeableness berhubungan dengan conflict resolution dan

emotional support, conscientiousness juga berhubungan dengan assertion dan

neuroticism secara negatif berhubungan dengan conflict resolution. Sedangkan

ekstraversion dan openness secara signifikan tidak berhubungan dengan aspek

kompetensi interpersonal. Berdasarkan penelitian tersebut, baru tiga dari lima

trait kepribadian big five yang ditemukan memiliki pengaruh dengan kompetensi

interpersonal, yiatu agreeableness, conscientiousness, dan neuroticism.

Meskipun begitu, peneliti juga ingin melihat kedua trait kepribadian big five

lainnya. Peneliti mengambil pendekatan big five personality sebagai variabel

kepribadian yang mempengaruhi kompetensi interpersonal dikarenakan

Page 25: LISA ULFAH - Psi.pdf

10

pendekatan ini menggunakan trait kepribadian yang terdiri dari lima faktor besar

yang telah diakui dan digunakan di berbagai negara.

Selanjutnya Paulk (2008), menjelaskan bahwa seseorang yang kompetensi

interpersonalnya baik, dilaporkan memiliki kesejahteraan dan kecemasan-depresi

serta loneliness yang lebih rendah. Maka semakin tinggi kompetensi

interpersonal pada diri seseorang maka semakin rendah kecenderungan seseorang

mengalami depresi dan loneliness. Loneliness menurut Peplau dan Perlman

(dalam Friedman, 1998).) adalah pengalaman yang tidak menyenangkan yang

terjadi ketika seseorang memiliki hubungan sosial yang rendah, baik secara

kuantitas maupun kualitas.

Sedangkan loneliness menurut Salkind (2006) adalah seseorang yang

memiliki kepuasan dalam berinteraksi yang rendah kepada teman dan

keluarganya. Lebih lanjut Salkind menjelaskan bahwa kesepian dan kesendirian

(aloneliness) adalah berbeda; kesendirian dapat dinikmati ketika seseorang ingin

sendirian, sedangkan kesepian dapat dirasakan ketika seseorang yang sedang

bersama teman-temannya namun dia tetap merasa kesepian. Kemudian dalam

bukunya, Salkind juga menjelaskan bahwa terdapat penelitian yang menjelaskan

bahwa individu yang memiliki tingkat loneliness yang tinggi cenderung kurang

terampil dan lebih menolak untuk berinteraksi dengan orang asing dibandingkan

individu yang memiliki tingkat loneliness yang rendah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester et al. (1988),

terdapat hubungan negatif antara loneliness dengan kompetensi interpersonal.

Dalam penelitiannya, Buhrmester meneliti mengenai pengaruh tipe loneliness

Page 26: LISA ULFAH - Psi.pdf

11

yaitu state loneliness dan trait loneliness. Dari hasil penelitiannya menemukan

bahwa state loneliness dan trait loneliness berhubungan secara negatif terhadap

kompetensi interpersonal. State loneliness adalah perasaan kesepian yang

dirasakan dalam situasi yang spesifik, kesepian yang bersifat temporer

(sementara) yang seringkali disebabkan oleh perubahan yang dramatis dan akan

hilang bila telah menemukan jaringan sosial baru. Sedangkan trait loneliness

adalah perasaan kesepian yang dirasakan dalam situasi secara umum, memiliki

kemampuan sosial yang rendah, pola perasaan yang stabil, sedikit berubah

tergantung situasi, biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki self-esteem

yang rendah (Peplau dan Perlman, dalam Friedman, 1998). Dengan

berpengaruhnya tipe loneliness ini penelitipun tertarik untuk meneliti pengaruh

tipe loneliness yaitu state loneliness dan trait loneliness terhadap kompetensi

interpersoal.

Perlu ditekankan bahwa konsep dari trait pada loneliness dalam penelitian

ini, berbeda dengan konsep dari trait pada kepribadian big five. Trait pada

loneliness merupakan perasaan kesepian yang dirasakan dalam waktu beberapa

tahun, sedangkan trait dalam kepribadian merupakan sifat-sifat kepribadian

dalam diri individu yang menetap dan konsisten. Trait loneliness disini adalah

bagaimana seseorang merasa kesepian berdasarkan pengalaman dari

ketidaksesuaian hubungan yang diharapkan dengan apa yang dialami dan

perasaan kesepian ini telah dirasakan paling sedikitnya dalam setahun.

Sedangkan traits pada kepribadian adalah kekonsistenan perilaku yang

dimunculkan oleh individu pada stimulus yang berbeda sehingga menjadi

Page 27: LISA ULFAH - Psi.pdf

12

karakter bagi masing-masing individu.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh konsep

diri, trait kepribadian big five dan tipe loneliness dan jenis kelamin terhadap

kompetensi interpersonal pada remaja SMAN N 6 Tangerang Selatan”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini, maka penulis membatasi

penelitian ini pada kompetensi interpersonal dan variabel-variabel yang

mempengaruhinya yaitu konsep diri, trait kepribadian big five dan tipe

loneliness dan jenis kelamin. Adapun definisi dari masing-masing variabel

adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan

efektif dengan orang lain (Buhrmester et al., dalam Paulk, 2008)

2. Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang

dimiliki remaja dalam mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya

serta memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang

dirinya. Konsep diri mencakup aspek internal dan eksternal. Di mana aspek

internal terdiri dari tiga bentuk yaitu identity self, behavioral self, judging

self. Sedangakn pada aspek eksternal terdiri dari physical self, moral-ethic

self, personal self, family self dan social self. (Fitts & Warren, 1996).

3. Trait kepribadian yang dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Big

Five personality. Big five personality adalah pengumpulan trait kepribadian

Page 28: LISA ULFAH - Psi.pdf

13

ke dalam lima aspek dasar, yaitu neuroticism (N), extraversion (E), openness

to experience (O), agreebleness (A), dan conscientiousness (C) (Goldberg,

dalam Donellan, 2006).

4. Loneliness dalam penelitian ini adalah rasa kesepian (loneliness) yang di

rasakan oleh remaja dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dapat dilihat

dari tipe-tipe loneliness yaitu state loneliness dan trait lonelinenss. State

loneliness adalah rasa kesepian yang dirasakan karena

pengalaman-pengalaman dramatis, sedangkan trait loneliness adalah rasa

kesepian yang bersifat lebih stabil dan memiliki sedikit interaksi sosial yang

berarti. (Peplau dan Perlman, dalam Friedman, 1998).

5. Remaja dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA N 6

Tangerang Selatan. Karena masa remaja sebagai periode yang penting pada

diri seseorang (Hurlock, 1999).

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan konsep diri, trait kepribadian big five,

tipe loneliness, dan jenis kelamin terhadap kompetensi interpersonal pada

remaja?

2. Seberapa besar sumbangan varian konsep diri, trait kepribadian big five, tipe

loneliness, dan jenis kelamin terhadap kompetensi interpersonal pada

remaja?

3. Apakah konsep diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi

Page 29: LISA ULFAH - Psi.pdf

14

interpersonal pada remaja?

4. Apakah kepribadian extraversion memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi interpersonal pada remaja?

5. Apakah kepribadian openess to experience memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kompetensi interpersonal pada remaja?

6. Apakah kepribadian agreebleness memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi interpersonal pada remaja?

7. Apakah kepribadian conscientiousess memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi interpersonal pada remaja?

8. Apakah kepribadian neuroticism memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi interpersonal pada remaja?

9. Apakah state loneliness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi interpersonal pada remaja?

10. Apakah trait loneliness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi interpersonal pada remaja?

11. Apakah jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi interpersonal pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh konsep diri terhadap kompetensi interpersonal

pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

2. Untuk mengetahui pengaruh trait kepribadian neuroticsm terhadap

komptensi interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

Page 30: LISA ULFAH - Psi.pdf

15

3. Untuk mengetahi pengaruh trait kepribadian extraversion terhadap

komptensi interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

4. Untuk mengetahui pengaruh trait kepribadian openes to experience terhadap

komptensi interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

5. Untuk mengetahi pengaruh trait kepribadian agreebleness terhadap

kompetensi interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

6. Untuk mengetahui pengaruh trait kepribadian conscientiousess terhadap

komptensi interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

7. Untuk mengetahui pengaruh state loneliness terhadap kompetensi

interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

8. Untuk mengetahui pengaruh trait loneliness terhadap kompetensi

interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

9. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kompetensi

interpersonal pada remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

10. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan varian konsep diri, trait

kepribadian, tipe loneliness, dan jenis kelamin terhadap kompetensi

interpersonal.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Apabila penelitian ini membuktikan adanya pengaruh, maka diharapkan hal ini

dapat memberikan sumbangan untuk ilmu psikologi, khususnya bidang

psikologi sosial dan psikologi perkembangan dengan menunjukkan bahwa

Page 31: LISA ULFAH - Psi.pdf

16

konsep diri, trait kepribadian big five dan tipe loneliness berpengaruh terhadap

kompetensi interpersonal pada remaja.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah

wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi

dan masalah penelitian yang sama dalam konteks psikologi. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat berguna untuk seluruh remaja untuk meningkatkan

pengetahuan tentang kompetensi interpersonal. Sehingga para remaja mampu

berinteraksi dengan teman-temannya secara efektif.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian dalam penelitian ini terdiri dari:

BAB 1 Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2 Landasan Teori

Pada bab ini diuraikan teori-teori terkait dengan variabel terikat (dependent

variabel), dan variabel bebas (independet variable), dilanjutkan dengan

kerangka berpikir dan hipotesis.

BAB 3 Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi mengenai populasi, sampel dan teknik sampling, variabel

penelitian instrument pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur

penelitian.

BAB 4 Hasil Penelitian

Page 32: LISA ULFAH - Psi.pdf

17

Pada bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis

deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan

pembatasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varians

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang

telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan

saran

Page 33: LISA ULFAH - Psi.pdf

18

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam peneltian ini. Terdiri dari

lima subbab yaitu teori kompentensi interpersonal, teori konsep diri, teori

kepribadian, teori loneliness, kerangka berfikir, dan hipotesis peneltian.

2.1 Kompetensi Interpersonal

2.1.1 Pengertian kompetensi interpersonal

Secara umum, menurut Bochner dan Kelly kompetensi interpersonal adalah

kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif kepada orang lain

(dalam Spitzberg & Cupach, 2012). Sedangkan menurut Spitzberg dan Cupach

(dalam DeVito, 1996) menyatakan bahwa kompetensi interpersonal adalah

kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif, yang ditandai

karakteristik- karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam

menciptakan dan membina hubungan antarpribadi yang baik dan memuaskan.

Hal ini didukung oleh pendapat Rickhet dan Strohner (2008) bahwa kemampuan

dalam berkomunikasi adalah pokok dari kesuksesan kehidupan sosial dalam

segala area kehidupan.

Menurut Buhrmester et al. (dalam Paulk, 2008) kompetensi interpersonal

adalah keterampilan atau kemampuan yang dimiliki individu untuk membina

hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai

kompetensi interpersonal yang baik akan terbuka, mampu menjalin komunikasi

yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Page 34: LISA ULFAH - Psi.pdf

19

Sedangkan menurut Howard Garner (2011) kemampuan interpersonal

merupakan bagian dari Multiple Intelligence yang terdiri atas linguistic, logical

mathematical, spatial, bodily kinesthetic, musical, interpersonal dan

intrapersonal. Menurut Gardner, interpersonal adalah kemampuan seseorang

untuk mengetahui dan menerima perbedaan dalam suasan hati (moods),

kehendak (intention), motivasi (motivation), perasaan dan dorongan yang ada

pada diri orang lain meskipun hal-hal tersebut tersembunyi, termasuk kepekaan

pada ekspresi emosi, suara, gesture, dan kemampuan untuk memberikan respon

secara efektif padasinyal-sinyal tersebut dengan cara pragmatis.

Dari penjelasan diatas, peneliti menggunakan teori Buhrmester et al.

(dalam, Paulk, 2008) yaitu yang menjelaskan bahwa kompetensi interpersonal

adalah keterampilan atau kemampuan yag dimiliki individu untuk membina

hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain.

2.1.2 Aspek-aspek kompetensi interpersonal

Menurut Buhrmester et al. (dalam Paulk, 2008) aspek-aspek kompetensi

interpersonal meliputi:

a. Initiation

Inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan

dengan orang lain, atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif

merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas

tentang dunia luar, juga tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk

Page 35: LISA ULFAH - Psi.pdf

20

mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih

memahaminya.

b. Negative assertion

Menurut Schwartz (2003) bersikap asertif adalah mempertahankan pendapat

dan mengekspresikan keyakinan, apa yang kita rasakan dan apa yang kita

inginkan. Seseorang yang asertif akan bertanggung jawab pada pendapatnya

dan berusaha berkomunikasi dengan sukses bahkan ketika pendapatnya

berselisih dengan orang lain.

c. Self-disclosure

Kemampuan membuka diri merupakan kemampuan untuk membuka diri,

menyampaikan informasi yang bersifat pribadi dan penghargaan terhadap

orang lain. Menurut Farber (2006), dengan membuka diri kita merasa dekat

dengan seseorang, seperti anggota keluarga, karena kita selalu bersama

mereka dan menjadi bagian dirinya. Kita menceritakan segala cerita kepada

mereka. Serta membiarkan mereka memasuki dunia kita, menceritakan

mengenai diri kita, termasuk perasaan, pikiran dan keinginan.

d. Emotional support

Kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk

mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar dua pribadi. Dukungan

emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa

nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan

bermasalah. Kemampuan ini lahir dari adanya empati dalam diri seseorang.

e. Conflict management

Page 36: LISA ULFAH - Psi.pdf

21

Kemampuan mengatasi konflik meliputi sikap-sikap untuk menyusun

strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atau

suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Menyusun

strategi penyelesaian masalah adalah bagaimana individu yang

bersangkutan merumuskan cara menyelesaikan konflik dengan

sebaik-baiknya.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal

Menurut Monks et al., (1990), ada beberapa faktor yang mempengaruihi

kompetensi interpersonal, yaitu:

a. Umur

Konformisme semakin besar dengan bertambahnya usia, terutama terjadi

pada remaja usia 15 atau belasan tahun.

b. Keadaan sekeliling

Kepekaan pengaruh dari teman sebayanya sangat mempengaruhi kuat

lemahnya interaksi teman sebaya.

c. Jenis kelamin

Kecenderungan perempuan untuk berinteraksi dengan teman sebaya lebih

besar daripada laki-laki

d. Kepribadian ekstrovert

Anak-anak ekstrovert lebih konformitas daripada introvert

e. Besar kelompok

Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok

bertambah

Page 37: LISA ULFAH - Psi.pdf

22

f. Keinginan untuk mempunyai status

Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan remaja

berinteraksi dengan teman sebayanya, individu akan menemukan kekuatan

dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat di dunia orang

dewasa.

g. Interaksi orang tua

Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua

menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

h. Pendidikan

Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam interaksi teman

sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan

pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya.

Sedangkan menurut Santrock (1996) kompetensi interpersonal dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Faktor pribadi (personal)

Hurlock (1999) berpendapat bahwa harga diri dan konsep diri merupakan

sumber penting lain dalam mempengaruhi perkembangan sosial remaja, di

mana harga diri dan konsep diri yang dimiliki seseorang dapat

membantunya dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain.

2. Faktor lingkungan

Sumber-sumber potensi yang berasal dari faktor lingkungan meliputi orang

tua, kelompok sebaya, guru, konselor, pelatih olah raga, bahkan kepala

sekolah. Lingkungan juga merupakan sumber yang dapat mendukung dan

Page 38: LISA ULFAH - Psi.pdf

23

mengembangkan kemampuan remaja untuk mengkoordinasikan emosi,

kognisi, tingkah laku baik dalam adaptasi jangka pendek maupun proses

perkembangan jangka panjang.

Sedangkan menurut Nashori (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

kompetensi interpersonal adalah

1. Berifat eksternal, yaitu kontak dengan orang tua, interaksi dengan

teman sebaya, aktivitas dan partisipasi sosial.

2. Bersifat internal, jenis kelamin, kepribadian, dan kematangan pada diri

individu.

Selain faktor-faktor diatas, peneliti juga mengambil faktor-faktor yang

mempengaruhi kompetensi interpersonal berdasarkan penelitian terdahulu. Yaitu

mengenai tipe-tipe loneliness. Penelitian ini dilakukan oleh Buhrmester et al.

(1988) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tipe-tipe

loneliness, yaitu state loneliness dan trait loneliness terhadap kompetensi

interpersonal.

Dari penjelasan di atas, peneliti memilih konsep diri, kepribadian, dan

tipe-tipe loneliness sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi

interpersonal. Faktor-faktor tersebut akan peneliti angkat menjadi independent

variabel dalam penelitian ini.

2.1.4 Pengukuran kompetensi interpersonal

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur komunikasi interpersonal, peneliti

menggunakan alat ukur baku yang dibuat oleh Buhrmester et al. (dalam Paulk,

2008) yaitu Interpersonal Competence Quetionnaire (ICQ). Pada skala ini

Page 39: LISA ULFAH - Psi.pdf

24

berjumlah 40 item yang terdiri dari lima aspek yaitu, initiation, negative

assertion, disclosure, emotional support dan conflict management.

2.1.5. Kompetensi interpersonal pada remaja

Masa remaja merupakan masa yang penting bagi individu untuk menentukan

masa depannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock (1999) bahwa masa

remaja merupakan masa yang penting, karena pada usia antara 12 dan 16 tahun

merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian dan menyangkut pertumbuhan

dan perkembangan. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan masa

di mana mereka ingin tahu tentang segala sesuatu yang mereka belum tahu,

termasuk di dalamnya adalah tentang bagaimana mereka melakukan hubungan

interpersonal yang baik agar mereka bisa diterima oleh lingkungan mereka.

Pada saat memasuki masa remaja, seseorang cenderung menghabiskan

waktu lebih banyak bersama teman-temannya dibandingkan bersama orang

tuanya (Santrock, 2002). Selanjutnya Santrock (2002) juga menjelaskan bahwa

hubungan yang baik antarteman sebaya penting bagi perkembangan sosial yang

normal. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “melebur” ke dalam suatu

jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak kenakalan dan masalah. Dalam

suatu penelitian menjelaskan bahwa hubungan yang buruk di antara

teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan suatu

kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja. Dan

pada penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan yang harmonis di antara

teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan kesehatan mental

yang positif pada tengah baya (Santrock, 2002).

Page 40: LISA ULFAH - Psi.pdf

25

Dari penjelasan tersebut sangat penting bagi para remaja untuk memiliki

hubungan yang efektif dengan teman sebayanya. Agar hubungan pertemanan

dengan teman sebaya dapat berjalan efektif maka para remaja di tuntut untuk

memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi. Individu yang mempunyai

kompetensi interpersonal yang tinggi akan mampu menjalin komunikasi yang

efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan dapat dengan

cepat memahami temperamen, sifat dan kepribadian orang lain, mampu

memahami suasana hati, motif dan niat orang lain semua kemampuan ini akan

membuat individu tersebut lebih berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dengan demikian para remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan

teman sebayanya sehingga perilaku buruk atau kasus-kasus kenakalan remaja

dan konflik diantara hubungan teman sebaya dapat dihindarkan.

Disimpulkan dari pendapat beberapa ahli Psikologi bahwa masa remaja

memang rentan terhadap munculnya berbagai konflik (Shantz & Hartup, 1992).

Terdapat berbagai alasan yaitu pengaruh gelombang hormon pada masa remaja,

remaja mulai mengantisipasi tuntutan peran masa dewasa, perkembangan

kemampuan kognitif remaja yang mulai memahami ketidakkonsistenan dan

ketidaksempurnaan orang lain dan mulai melihat persoalan-persoalan yang

terjadi sebagai persoalan pribadi daripada memberikannya pada otoritas orang

tua, remaja mengalami transisi tahapan perkembangan dan perubahan-perubahan

menuju kematangan yang meningkatkan kemungkinan timbulnya konflik.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa penting untuk remaja memiliki

Page 41: LISA ULFAH - Psi.pdf

26

kemampuan interpersonal dalam mencegah persoalan atau konflik yang terjadi di

masa remajanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Buhrmester et al. (1988) yang membuktikan bahwa kompetensi interpersonal

pada remaja berperan penting dalam keberhasilan seorang remaja dalam

menjalani kehidupan sosialnya. Hal ini mencapai popularitas kelompok teman

sebaya dalam keberhasilan atau kesuksesan remaja dalam menjalin hubungan.

Selain itu juga membuat interaksi dengan orang lain menyenangkan dan penuh

pengalaman yang nyaman.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa kompetensi interpersonal

sangat penting bagi remaja, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kompetensi

interpersonal pada remaja.

2.2 Konsep Diri (Self Concept)

2.2.1 Pengertian konsep diri

Fits dan Warren (1996) mengatakan bahwa konsep diri seseorang merupakan

kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan

secara fenomenologis dan ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi

terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi

tentang dirinya, berarti ia menunujukkan suatu kesadaran diri (self awareness)

dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti ia

lakukan terhadap dunia di luar dirinya.

Sedangkan menurut Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa

konsep diri adalah gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan

tentang diri, pengharapan tentang diri, dan penilaian terhadap diri. Pengetahuan

Page 42: LISA ULFAH - Psi.pdf

27

tentang diri adalah informasi yang dimiliki individu tentang dirinya: umur, jenis

kelamin, penampilan dan sebagainya. Pengharapan individu bagi dirinya adalah

gagasan tentang ingin menjadi apa kelak. Sedangkan penilaian adalah

pengukuran individu tentang keadaan dirinya yang dibandingkan dengan apa

yang menurutnya individu tersebut seharusnya terjadi pada dirinya.

Menurut Mercer (2011) konsep diri adalah konstruk psikologis yang

terdiri dari gambaran diri yang termasuk kemampuan dalam mengevaluasi

perasaan mengenai dirinya sendiri. Sedangkan menurut Rogers (dalam Cervon

& Pervin, 2013) konsep diri adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang

disadari dan disimbolisasikan, di mana “aku” merupakan pusat referensi setiap

pengalaman. Lebih lanjut Rogers menjelaskan bahwa konsep diri merupakan

bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan

disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa

aku” dan “apa yang harus aku perbuat”.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memilih teori Fitts dan Warren

(1996) yang menjelaskan bahwa konsep diri adalah gambaran seseorang atau

pandangan seseorang tentang dirinya sendiri melalui bagaimana seseorang

mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan

penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya.

2.2.2 Aspek-aspek konsep diri

Fitts dan Warren (1996) membagi konsep diri dalam dua aspek pokok, yaitu

sebagai berikut:

1) Aspek internal

Page 43: LISA ULFAH - Psi.pdf

28

Aspek internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal

frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian

yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam

dirinya. aspek ini terdiri dari tiga bentuk:

a. Diri identitas (identity self)

Merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu

pada pertanyaan, “siapakah saya”. Dalam pertanyaan tersebut tercakup

label-label dan simbol yang diberikan pada diri (self) oleh

individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan

membangun identitasnya.

b. Diri perilaku (behavioral self)

Merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan

segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”. Selain itu

bagian ini berkaitan dengan diri identitas.

c. Diri penerimaan/penilaian (judging self)

Diri penilaian berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan

evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri

identitas dan diri pelaku.

2) Aspek eksternal

Pada aspek eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas

sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Namun

aspek yang dikemukakan oleh Fitts dan Warren (1996) adalah aspek eksternal

yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:

Page 44: LISA ULFAH - Psi.pdf

29

a. Diri fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya

secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai

kesehatan dirinya, penampilan dirinya dan keadaan tubuhnya (tinggi,

pendek, gemuk, kurus).

b. Diri etik-moral (moral-ethic self)

Merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar

pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi

seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan

kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang

meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri pribadi (personal self)

Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan

pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan

dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa

puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai

pribadi yang tepat.

d. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam

kedukukannya sebagai anggota keluarga.

e. Diri sosial (social self)

Merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang

lain maupun lingkungan di sekitarnya.

Page 45: LISA ULFAH - Psi.pdf

30

Sedangkan menurut Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa

konsep diri memiliki tiga aspek, yaitu:

1. Pengetahuan

Aspek pertama dari konsep diri adalah apa yang individu ketahui tentang

dirinya, di mana dalam diri individu ada satu daftar julukan yang

menggambarkan usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain

sebagainya. Individu juga mengidentifikasikannya dengan kelompok sosial

lain yang menambah daftar julukan bagi dirinya. Julukan dapat diganti

setiap saat sepanjang individu mengidentifikasikan dengan suatu kelompok,

kelompok tersebut memberi individu sejumlah informasi lain yang masuk

dalam potret diri mental individu.

2. Harapan

Individu juga memiliki pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa

dirinya di masa mendatang, dengan kata lain individu mempunyai

pengharapan bagi diri mereka sendiri

3. Penilaian

Aspek ketiga dari konsep diri adalah penilaian individu tentang dirinya.

Individu berkedudukan sebagai penilaian tentang diri mereka sendiri setiap

hari, mengukur apakah individu bertentangan dengan “akan menjadi apa dan

seharusnya menjadi apa”

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek konsep diri dari Fitts dan

Warren (1996) dengan alasan aspek konsep diri dari Fitts dan Warren (1996)

mencakup dua aspek pokok yaitu internal dan eksternal. Di mana aspek tersebut

Page 46: LISA ULFAH - Psi.pdf

31

mencakup penilaian diri individu berdasarkan dunia di dalam dirinya dan

berdasarkan perbandingan dirinya dengan dunia di luar dirinya. Diasumsikan

bahwa setiap individu akan melakukan penilaian terhadap diri sendiri baik

berdasarkan dunia dalam dirinya maupun dunia di luar dirinya.

2.2.3 Pengukuran konsep diri

Untuk mengukur konsep diri, bentuk skala yang digunakan peneliti adalah skala

Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang dibuat oleh Fitss dan Warren (1996).

Ada delapan subskala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu identity self,

behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self,

family self dan socaial self. Skala tersebut terdapat 100 item, namun peneliti

mengadaptasi dengan menyesuaikan keperluan penelitian sehingga menjadi 24

item.

2.2.4. Pengaruh konsep diri terhadap kompetensi interpersonal

Konsep diri merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan

seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selain itu, konsep diri

yang positif juga dapat menghasilkan hubungan interpersonal yang baik (Ryan,

2005). Seseorang yang mampu menerima diri apa adanya akan memiliki

penghargaan yang tinggi terhadap dirinya dan memiliki pandangan yang realistik

mengenai keterbatasannya dan akan lebih mampu menjalin hubungan

interpersonalnya dengan orang lain (Hartanti, 2006). Dengan demikian seorang

remaja yang memiliki konsep diri yang positif mereka akan yakin terhadap

kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi hambatan dalam hubungan

interpersonal, mereka akan berusaha memposisikan dirinya dengan orang lain

Page 47: LISA ULFAH - Psi.pdf

32

dengan menjaga sikap sehingga kompetensi interpersonal pada diri remaja akan

meningkat.

2.3 Kepribadian

2.3.1 Pengertian kepribadian

Menurut Allport (dalan Suryabrata, 2008) kepribadian adalah organisai dinamis

dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas

dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Menurut Eysenck (dalam Suryabrata, 2008) kepribadian adalah jumlah

dari keseluruhan pola perilaku atau potensial organisme yang ditentukan oleh

faktor keturunan dan lingkungan; hal itu berasal dan berkembang melalui

interaksi dari empat faktor utama yaitu pola perilaku, sektor konatif, sektor

afektif dan sektor somatik.

Menurut Mischel (2003) kepribadian adalah :

1. Menunjukkan kontinuitas, stabilitas, koherensi.

2. Kepribadian diekspresikan dalam berbagai cara, dari perilaku

terbuka melalui pikiran dan perasaan.

3. Kepribadian terorganisir, bahwa pada kenyataanya ketika tidak

terorganisir itu menandakan adanya gangguan.

4. Kepribadian adalah determinan yang mempengaruhi bagaimana

individu berhubungan dengan dunia sosial.

5. Kepribadian adalah konsep psikologis tetapi juga diasumsikan untuk

menghubungkan karakteristik fisik dan biologis seseorang.

Page 48: LISA ULFAH - Psi.pdf

33

Selanjutnya Pervin (dalam Mischel, 2003) menjelaskan bahwa

kepribadian adalah organisasi kompleks dari kognisi, pengaruh, dan perilaku

yang memberikan arah dan pola (koherensi) untuk kehidupan seseorang. Seperti

tubuh, kepribadian terdiri dari kedua struktur dan proses dan mencerminkan sifat

(gen) dan nurture (pengalaman). Disamping itu kepribadian mencakup dampak

masa lalu, termasuk kenangan masa lalu, serta konstruksi masa kini dan masa

depan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan

suatu pola perilaku individu yang bersifat kontinuitas, stabilitas dan terorganisir

yang dikendalikan secara internal yaitu ditentukan oleh karakteristik pribadi

seseorang serta dikendalikan secara eksternal yaitu ditentukan oleh situasi

tertentu di mana perilaku itu terjadi.

2.3.2. Trait kepribadian

Dari teori-teori kepribadian, kepribadian dibagi menjadi beberapa pendekatan,

salah satunya adalah pendekatan trait. Terdapat banyak perbedaan pendapat

mengenai trait dari beberapa tokoh psikologi, dan tiga tokoh psikologi yang

paling berpengaruh yaitu Gordon Allport, Raymond B. Cattell, dan Hans J.

Eysenk (Mischel, Shoda & Ayduk, 2008).

Trait adalah perbedaan perilaku atau karakteristik pada individu dengan

individu yang lain secara konsisten (Mischel, Shoda & Ayduk, 2008). Trait

merupakan kualitas dan perbedaan individu yang memiliki tingkatan berbeda

dalam setiap stimulus yang sama. Ada yang memiliki tingkatan yang tinggi dan

Page 49: LISA ULFAH - Psi.pdf

34

ada yang memiliki tingkatan yang rendah dalam merespon stimulus. (Guilford,

dalam Mischel, Shoda & Ayduk, 2008).

Terdapat banyak alat ukur untuk mengukur peribadian berdasarkan trait

kepribadian, salah satunya adalah big five personality. Dalam dua dekade

terakhir, big five telah menjadi model yang utama untuk menggambarkan

struktur trait kepribadian (Rammstedt, Goldberg, & Borg, 2010). Dengan

demikian peneliti memilih trait kepribadian big five sebagai salah satu variabel

yang mempengaruh kopetansi interpersonal dikarenakan pendekatan ini

menggunakan trait kepribadian yang terdiri dari lima faktor besar yang telah

diakui dan digunakan di berbagai negara.

2.3.3 Definisi trait kepribadian big five

Kepribadian big five adalah salah satu trait kepribadian yang dapat memprediksi

dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi

untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah

domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.

Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreebleness,

conscientiousness, neuroticism, openness to experiences (Goldberg, 1999)

Menurut McCrae dan Costa (1997) model lima faktor kepribadian

merupakan struktur sifat (trait), yang dikembangkan dan dijabarkan dalam waktu

lima dekade terakhir. Faktor-faktor yang didefinisikan oleh sekelompok sifat

yang saling berkaitan.

Page 50: LISA ULFAH - Psi.pdf

35

2.3.4 Aspek-aspek trait kepribadian big five

Kepribadian big five merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam

psikologi untuk melihat dan mengukur struktur kepribadian manusia, yang

dilihat melalui lima buah domain kepribadian. Berikut penjelasan aspek-aspek

dalam pendekatan kepribadian big five.

Menurut Goldberg (dalam Donellan, 2006) aspek-aspek trait kepribadian

big five, yaitu:

1. Extraversion, yang terdiri dari sifa-sifat: friendliness, gregariousness,

assertiveness, activity level, excitement seeking, cheerfulness

2. Agreebleness, yang terdiri dari sifat-sifat: trust, morality, altruism,

cooperation, modesty, sympathy

3. Conscientiousness, yang terdiri dari sifat-sifat: self-efficacy, orderliness,

dutifulness, achievemen striving, self-discipline, cautiousnesss

4. Neuroticism, yang terdiri dari sifat-sifat: anxiety, anger, depression,

self-consciousness, immoderation, vulnerability

5. Openness, yang terdiri dari sifat-sifat: imagination, artistic interest,

emotionality, adventurousness, intellect, liberalism

Sedangkan menurut Costa dan McCrae (dalam Cloninger, 2004)

aspek-aspek trait kepribadian big five adalah sebagai berikut:

1. Extraversion (E)

Extraversion (E) sering disebut dengan surgency. Individu dengan skor

tinggi pada skor ekstraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang,

periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain

Page 51: LISA ULFAH - Psi.pdf

36

itu, individu tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi

dengan lebih banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor

(E) rendah. Ekstraversion dicirikan dengan kecenderungan yang positif

seperti memiliki antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan

banyak hal, mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah

terhadap orang lain.

Ekstraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul,

menjalin hubungan dengan sesama serta domain dalam lingkungannya.

Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai

untuk berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan

untuk mengungkapkan perasaan.

2. Agreebleness (A)

Agreebleness membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang

tak mengenal balas kasih. Individu dengan skor yang lebih mengarah pada

aspek ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kecenderungan untuk

memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima,

dan baik hati. Aspek ini juga disebut dengan social adaptibility yaitu

mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu

mengalah dan menghindari konflik interpersonal. Sedangkan pada individu

dengan tingkat agreebleness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak

ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik

orang lain serta kurang kooperatif.

3. Conscientiousness (C)

Page 52: LISA ULFAH - Psi.pdf

37

Conscientiousness (C) digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol,

teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian dan disiplin diri. Aspek ini dapat

juga disebut dengan dependability, impulse control dan will to achieve.

Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada aspek ini adalah

pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu

yang berskor rendah dalam aspek ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas,

dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan

dalam tugas-tugasnya.

4. Neuroticism (N)

Individu dengan skor tinggi pada aspek Neuroticsm (N), memiliki

kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani

diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stres.

Seseorang yang miliki neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas

terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi,

sedangkan individu dengan skor yang rendah, biasanya tenang,

bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.

5. Openness to Experience (O)

Aspek ini membedakan antara individu yang memilih variasi dibandingkan

dengan individu yang menutup diri serta individu yang mendapatkan

kenyamanan dalam hubungan mereka dengan hal-hal dan orang-orang yang

mereka kenal. Individu yang harus menerus mencari perbedaan dan

pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada aspek openness.

Page 53: LISA ULFAH - Psi.pdf

38

Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk

melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu

tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam

menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai

perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu yang tingkat openness

yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, dan tidak

menyukai adanya perubahan.

Dari aspek-aspek diatas, peniliti memilih menggunakan aspek trait

kepribadian big five dari Goldberg (dalam Donellan, 2006). Peneliti memilih

aspek tersebut karena pengelompokkan sifat-sifat yang digunakan lebih

mudah untuk dipahami dan diadministrasikan untuk struktur trait

kepribadian big five.

2.3.5 Pengukuran trait kepribadian big five

Terdapat beberapa alat ukut yang dikembangakn untuk mengukur kepribadian

big five, diantaranya:

1. NEO-PI-R (The Neuroticsm Extraversion Openess - Personality Inventory -

Revised). Alat ukur ini dikembangkan oleh Paul T. Costa dan Robert R.

McCrae, terdiri dari 240 item.

2. BFI (Big Five Instrument). Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue,

alat ukur ini terdiri dari 44 item. BFI menunjukkan validitas konvergen yang

tinggi dengan skala self-report lain dan dengan tingkatan sejajar pada Big

Five.

Page 54: LISA ULFAH - Psi.pdf

39

3. IPIP (International Personality Item Pool). Alat ukur ini merupakan alat

ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg (2006). Skala ini

berjumlah 50 item, di mana setiap aspeknya terdiri dari 10 item yaitu

Extrversion, Neuroticism, Agreebleness, Conscientiousness, dan Openess to

New Experience.

4. MINI-IPIP (MINI - International Personality Item Pool). Alat ukur ini

merupakan adaptasi dari IPIP-NEO di mana dari jumlah item yang semula

50 item, diperkecil menjadi 20 item. Alat ukur ini di adaptasi oleh Donellan

et al. (2006).

Dari beberapa alat ukur yang dipaparkan di atas, peneliti memilih MINI-IPIP

(MINI - International Personality Item Pool) yang dibuat oleh Donellan et al.

(2006) sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Alat ukur ini bentuk singkat dari

alat ukur item International Personality Item Pool yang di buat oleh Goldberg

(1999). Peneliti memilih alat ukur MINI-IPIP karena alat ukur ini merupakan

adaptasi dari IPIP-NEO dan telah dikembangkan dan divalidasi di lima studi.

Selain itu peneliti memilih skala ini karena mempertimbangkan efisiensi waktu

dengan 20 item pernyataan dan telah teruji validitasnya oleh Donellan et al.

(2006).

2.3.6 Pengaruh trait kepribadian big five terhadap kompetensi interpersonal

Menurut Nashori (2008) trait kepribadian merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kompetensi interpersonal. Karena seseorang cenderung akan

bertindak sesuai dengan kepribadian dalam dirinya. Secara keseluruhan

Page 55: LISA ULFAH - Psi.pdf

40

kepribadian seseorang dapat dilihat dari lima trait, yaitu neuroticism,

extraversion, openness to experienc, agreebleness, dan conscientiousness.

Para remaja yang memiliki sifat extraversion yang tinggi dapat

mempengaruhi kompetensi interpersonal yang tinggi pula. Menurut Leary dan

Hoyle (2009) individu dengan ciri extraversion tinggi ia senang dalam

besosialisasi, aktif berbicara dan asertif, sehingga ia mempunyai pengalaman dan

aktif dalam berhubungan dengan orang lain. Selanjutnya seseorang yang

memiliki sifat agreeableness yang tinggi juga dapat mempengaruhi kompetensi

interpersonal karena menurut Cloninger (2004) individu dengan ciri

agreeableness tinggi cenderung suka mengalah ketika menghadapi konflik

dengan teman sebaya, serta baik dalam memperlakukan teman-temannya

sehingga individu ini banyak disenangi oleh temannya dan mempunyai

hubungan interpersonal yang baik. Kemudian sifat conscientiouness, individu

yang memiliki ciri conscientiousness yang tinggi dapat mempengaruhi

kompetensi interpersonal tinggi pula, karena individu dengan ciri

conscientiouness ini cenderung mampu merespon segala keadaan, individu

tersebut kecenderung untuk berfikir, merasa dan berperilaku dalam satu waktu di

setiap situasi (Leary & Hoyle, 2009). Sehingga individu yang memiliki sifat ini

mampu secara efektif menjalin hubungan interpersonal dengan teman-temannya.

Selanjutnya pada sifat neuroticism, individu dengan sifat neuroticism yang tinggi

cenderung mempunyai kompetensi interpersonal yang rendah. Karena individu

yang memiliki ciri ini cenderung merasa cemas, emosional, dan mudah depresi

Page 56: LISA ULFAH - Psi.pdf

41

(Leary & Hoyle, 2009). Sehingga ia tidak mempu menjalin hubungan yang baik

dengan teman-temannya.

Dan sifat yang terakhir yaitu openness to experience. Individu yang

memiliki sifat openness yang tinggi memiliki kompetensi interpersonal yang

tinggi pula. Karena individu dengan sifat openness cenderung terbuka, senang

mencari pengalaman baru, serta mampu menyesuaikan diri terhadap situasi dan

ide yang baru (Leary & Hoyle, 2009). Dengan demikian individu dengan sifat

openness yang tinggi cenderung memiliki hubungan interpersonal yang efektif.

2.4 Loneliness

2.4.1 Pengertian loneliness

Loneliness atau kesepian didefinisikan sebagai pengalaman yang tidak

menyenangkan ketika seseorang memiliki hubungan sosial yang rendah dalam

hal kualitas maupun kuantitas (Peplau & Perlman, dalam Friedman, 1998).

Lebih lanjut Perlman dan Peplau (dalam Peplau & Goldston, 1984)

menjelaskan loneliness dari tiga poin:

1. Loneliness adalah hasil rendahnya hubungan sosial seseorang. Perasaan

kesepian terjadi ketika ada ketidakcocokan antara hubungan sosial yang

sebenarnya dengan hubungan sosial yang kita inginkan atau yang kita

butuhkan. Terkadang, loneliness dihasilkan dari pergeseran kebutuhan sosial

pada individu dan bukan dari perubahan tingkat kemampuan kontak sosial.

2. Loneliness adalah pengalaman subyektif; hal ini tidak sama dengan isolasi

sosial. Seseorang bisa menikmati kesendirian ketika dia sedang sendirian,

atau merasa kesepian ditengah keramaian.

Page 57: LISA ULFAH - Psi.pdf

42

3. Loneliness adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Meskipun

loneliness mungkin dapat memacu pertumbuhan pribadi seseorang, namun

pengalaman itu sendiri tidak menyenangkan dan sangat menyedihkan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa loneliness adalah suatu

perasaan kesepian yang diakibatkan karena ketidaksesuaian antara jenis

hubungan yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki.

2.4.2 Tipe-tipe loneliness

Tipe-tipe loneliness menurut Peplau dan Perlman (dalam Friedman, 1998) yaitu:

1. Tipe berdasarkan durasi:

- state loneliness: yaitu perasaan kesepian yang dirasakan dalam situasi yang

spesifik, kesepian yang lebih temporer (sementara) yang seringkali

disebabkan oleh perubahan yang dramatis dalam kehidupan dan akan hilang

bila telah ditemukan jaringan sosial baru

- trait loneliness: yaitu perasaan kesepian yang dirasakan dalam situasi

secara umum, memiliki kemampuan sosial yang rendah, pola perasaan yang

stabil, sedikit berubah tergantung situasi, biasanya dialami oleh orang-orang

yang memiliki self-esteem yang rendah.

2. Tipe berdasarkan tidak tersedianya hubungan sosial:

- Emotional loneliness: suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang

tidak memiliki ikatan hubungan yang intim, yaitu seperti orang dewasa yang

lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya. Gejala dari emotional

loneliness yaitu cemas, merasakan kesendirian, waspada pada ancaman,

Page 58: LISA ULFAH - Psi.pdf

43

kecenderungan kesalahan penafsiran dalam hal bermusuhan ataupun niat

kasih sayang dari orang lain.

- Social loneliness adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika

seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya, yaitu

seperti tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang

melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang

terorganisasi, peran-peran yang berarti, suatu bentuk kesepian yang

membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas. Gejala dari social

loneliness yaitu merasa bosan, kegelisahan, dan terasingkan (Weiss, dalam

Friedman, 1998) .

Dari penjelasan diatas, peneliti memilih tipe-tipe loneliness berdasarkan

durasi, yaitu state loneliness dan trait loneliness. Peneliti memilih tipe-tipe

loneliness ini karena perasaan kesepian yang dirasakan dapat dibedakan, baik

perasaan kesepian yang sudah dirasakan dalam beberapa hari maupun perasaan

kesepian beberapa tahun.

2.4.3 Pengukuran loneliness

1. UCLA loneliness scale

Skala ini dikembangkan oleh Rusell, D (1996) yang merupakan skala

unidemensional yang mengukur perasaan kesepian pada subjek seperti

halnya perasaan isolasi sosial. Skala ini terdapat 20 item dan dibuat dalam

bentuk skala likert yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu “tidak

pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, dan “sering”.

2. State versus trait loneliness scale

Page 59: LISA ULFAH - Psi.pdf

44

Skala ini dikembangkan oleh Gerson dan Perlman (dalam Robinson, Shaver,

& Wrightsman, 1991). Skala ini merupakan pengembangan dari skala UCLA

Loneliness yang kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama untuk

mengukur state loneliness dan kedua untuk mengukur trait loneliness. Di

mana skala state loneliness adalah skala yang mengukur perasaan kesepian

yang dirasakan dalam beberapa hari, sedangkan pada skala trait loneliness

adalah skala yang mengukur perasaan kesepian yang dirasakan dalam

beberapa tahun. Pada skala ini terdapat 12 item pada masing masing skala

dan di buat dalam bentuk skala likert yang memiliki empat alternatif

jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat

setuju”.

3. Differential loneliness scale (nonstudent version)

Skala ini dikembangkan oleh Schmidt dan Sermat (dalam Robinson, Shaver,

& Wrightsman, 1991). Skala differential loneliness (nonstudent version) ini

merupakan skala yang mengukur respon dari partisipan mengenai kualitas

dan kuantitas interaksi dalam empat hal hubungan yaitu, romantic-sexual

relationship, friendships, relationship with familly, dan relationship with

larger groups or the community. Pada skala ini terdapat 66 item dan dibuat

dalam bentuk pernyataan di mana pada setiap item partisipan diminta untuk

memilih jawaban “benar” atau “salah”.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur state versus trait

loneliness yang di adaptasi dari skala yang dibuat oleh Gerson dan Perlman

(dalam Robinson, Shaver, & Wrightsman, 1991). Peneliti memilih alat ukur ini

Page 60: LISA ULFAH - Psi.pdf

45

karena alat ukur ini meneliti loneliness secara berbeda, yaitu perasaan loneliness

yang diukur berdasarkan durasi. Selain itu, peneliti juga akan melakukan

penelitian ulang di mana sebelumnya tipe-tipe loneliness ini telah di teliti

sebelumnya oleh Buhrmester (1988) mengenai pengaruh state loneliness dan

trait loneliness terhadap kompetensi interpersonal.

2.4.4 Pengaruh state dan trait loneliness terhadap kompetensi interpersonal

Menurut Salkind (2006) loneliness adalah seseorang yang memiliki kepuasan

dalam berinteraksi yang rendah kepada teman dan keluarganya. Menurut

Spitzberg dan Cupach (2012) seseorang yang memiliki loneliness tinggi maka ia

juga memiliki self-disclosure yang rendah. Dengan demikian, seseorang yang

miliki state maupun trait loneliness yang tinggi dapat mempengaruhi kompetensi

interpersonal yang rendah, hubungan secara negatif ini bisa saja terjadi kepada

seseorang yang menarik dirinya dari lingkungan,dan sulit untuk membuka

dirinya kepada orang lain. Ia merasa harga dirinya rendah dan tetap merasa

kesepian walapun berada di tempat yang ramai sehingga hubungan

interpersonalnya tidak berjalan dengan baik.

2.5 Kerangka Berfikir

Salah satu cara untuk bisa mempertahankan hidup manusia adalah dengan

berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang

menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing

individu yang terlibat (Berko, Aitken & Wolvin, 2010). Komunikasi merupakan

dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi

antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak

Page 61: LISA ULFAH - Psi.pdf

46

mungkin terjadi. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

berinteraksi yang paling menonjol terjadi pada masa remaja.

Agar lebih berhasil dalam menjalin interaksi antar teman sebaya maupun

lingkungan sekitar, diperlukan adanya kompetensi atau kemampuan dalam diri

remaja untuk menjalin hubungan secara efektif. Kemampuan tersebut adalah

kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal adalah keterampilan atau

kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan

efektif dengan orang lain, kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh individu tak

terkecuali para remaja (Buhrmester et al., 1988).

Individu yang mempunyai kompetensi interpersonal yang tinggi akan

mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati

secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang

lain dan dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat dan kepribadian orang

lain, mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain semua

kemampuan ini akan membuat remaja tersebut lebih berhasil dalam berinteraksi

dengan orang lain.

Pentingnya kompetensi interpersonal pada remaja dapat dilihat dari

beberapa penelitian salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Chow et al.

(2013) yang menjelaskan bahwa dengan kompetensi interpersonal yang tinggi

mampu meningkat kualitas hubungan pertemanan pada remaja. Penelitian lain

juga menjelaskan bahwa remaja yang mempunyai kompetensi interpersonal yang

tinggi mampu meningkatkan kesuksesan dalam bidang pendidikan dan karir.

Pentingnya kompetensi interpersonal pada remaja juga didukung oleh

Page 62: LISA ULFAH - Psi.pdf

47

penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester (1990). Dalam penelitiannya

Buhrmester (1990) menjelaskan bahwa kompetensi interpersonal sangat penting

di miliki oleh para remaja dibandingkan pra-remaja. Karena dibandingkan anak

pra-remaja, pada masa remaja lebih di tuntut untuk memiliki hubungan

pertemanan yang dekat dan terbuka. Para remaja harus bisa memulai percakapan

dan memiliki hubungan pertemanan di luar kelas. Mereka harus memiliki

kemampuan untuk membuka diri mengenai informasi pribadi dan dengan

bijakasana dapat memberikan dukungan emosional kepada teman-temannya.

Namun, tidak banyak para remaja yang berhasil dalam hubungan

interpersonalnya. Banyak remaja yang gagal dalam mengembangkan

kemampuan interpersonal sehingga mereka mengalami banyak hambatan dalam

dunia sosialnya. Beberapa fenomena yang banyak terjadi saat ini mengenai

buruknya hubungan teman sebaya yang diakibatkan rendahnya kompetensi

interpersonal pada remaja yaitu bisa dilihat dari kasus kenakalan remaja yang

marak terjadi. Salah satunya adalah tawuran. Contoh tawuran yang dilakukan

oleh pelajar dari SMA N 6 dengan pelajar dari sekolah lain. Tawuran ini

disebabkan aksi saling mengejek di media sosial yang mengakibatkan satu

pelajar dari SMA N 6 mengalami luka di bagian keningnya (sindonews.com,

2014). Contoh tawuran lainnya yaitu yang tejadi pada pelajar SMK Budi Murni

dengan SMK Pelayaran. Tawuran ini juga disebabkan karena saling mengejek.

(megepolitan.kompas.com, 2012). Selain tawuran kasus bullying juga

merupakan kasus remaja yang diakibatkan oleh hubungan yang buruk antar

teman sebaya. Contoh kasus bullying terjadi pada siswa SD di Bukittinggi.

Page 63: LISA ULFAH - Psi.pdf

48

Kasus tersebut juga terjadi karena aksi saling mengejek. Karena tidak senang

orang tuanya di hina, maka pelaku memukul korban (Republika.co.id, 2014).

Dilihat dari beberapa kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada masa

remaja sangat penting untuk bisa berinteraksi secara efektif dengan teman

sebayanya, karena pada masa tersebut remaja rentan terhadap munculnya konflik.

Dengan kompetensi interpersonal, para remaja mampu mengatasi

hambatan-hambatan yang terjadi dalam hubungan pertemanan sehingga

kasus-kasus seperti tawuran atau bullying dapat dihindarkan. Para remaja akan

memiliki interaksi yang efektif, menyenangkan, dan penuh pengalaman yang

nyaman.

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi

interpersonal seseorang yaitu konsep diri. Menurut Fitts dan Warren (1996)

konsep diri merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan

secara fenomenologis dan ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi

terhadap dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan

untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti ia lakukan

terhadap dunia di luar dirinya. Menurut Nashori (2008) konsep diri yang positif

membentuk kepribadian yang lebih dapat menerima diri, menerima kekurangan

dan kelebihannya, bersikap hangat sehingga sebagai modal menjalin hubungan

interpersonal. Adanya konsep diri yang positif dapat melahirkan kemampuan

kompetensi interpersonal yang positif pula.

Jika para siswa telah mengenal konsep dirinya dengan baik tentu akan

berusaha menyesuaikan dan memposisikan diri dengan orang yang diajak

Page 64: LISA ULFAH - Psi.pdf

49

berbicara dengan menjaga sikap yang baik. Sehingga tidak menimbulkan

perdebatan yang memacu timbulnya perkelahian. Siswa yang memiliki konsep

diri positif menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki keyakinan bahwa

dirinya mampu untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang baik, dengam

memposisikan diri dengan orang lain agar dapat saling menghargai satu sama

lain. Sebaliknya siswa yang memiliki konsep diri yang negatif, tidak memiliki

keyakinan dengan kemampuan yang dimiliki sehingga sulit untuk

mengkomunikasi apa yang dirasakan dan dipikirkannya (Rakhmat, 2005).

Selain konsep diri, kepribadian juga bisa mempengaruh kompetensi

interpersonal. Seperti yang diungkapkan oleh Nashori (2008) kepribadian juga

mempengaruhi kompetensi interpersonal. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan trait. Trait kepribadian yang digunakan oleh peneliti

adalah model lima faktor oleh Goldberg (dalam Donellan, 2006). Model lima

faktor tersebut yaitu, extrversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

dan openness to experience.

Para remaja yang memiliki sifat extraversion yang tinggi dapat

mempengaruhi kompetensi interpersonal yang tinggi pula. Menurut Leary dan

Hoyle (2009) individu dengan ciri extraversion tinggi ia senang dalam

besosialisasi, aktif berbicara dan asertif, sehingga ia mempunyai pengalaman dan

aktif dalam berhubungan dengan orang lain. Selanjutnya seseorang yang

memiliki sifat agreeableness yang tinggi juga dapat mempengaruhi kompetensi

interpersonal karena menurut Cloninger (2004) individu dengan ciri

agreeableness tinggi cenderung suka mengalah ketika menghadapi konflik

Page 65: LISA ULFAH - Psi.pdf

50

dengan teman sebaya, serta baik dalam memperlakukan teman-temannya

sehingga individu ini banyak disenangi oleh temannya dan mempunyai

hubungan interpersonal yang baik. Kemudian sifat conscientiouness, individu

yang memiliki ciri conscientiousness yang tinggi dapat mempengaruhi

kompetensi interpersonal tinggi pula, karena individu dengan ciri

conscientiouness ini cenderung mampu merespon segala keadaan, individu

tersebut cenderung untuk berfikir, merasa dan berperilaku dalam satu waktu di

setiap situasi (Leary & Hoyle, 2009). Sehingga individu yang memiliki sifat ini

mampu secara efektif menjalin hubungan interpersonal dengan teman-temannya.

Selanjutnya pada sifat neuroticism, individu dengan sifat neuroticism yang tinggi

cenderung mempunyai kompetensi interpersonal yang rendah. Karena individu

yang memiliki ciri ini cenderung merasa cemas, emosional, dan mudah depresi

(Leary & Hoyle, 2009). Sehingga ia tidak mempu menjalin hubungan yang baik

dengan teman-temannya.

Dan sifat yang terakhir yaitu openness to experience. Individu yang

memiliki sifat openness yang tinggi memiliki kompetensi interpersonal yang

tinggi pula. Karena individu dengan sifat openness cenderung terbuka, senang

mencari pengalaman baru, serta mampu menyesuaikan diri terhadap situasi dan

ide yang baru (Leary & Hoyle, 2009). Dengan demikian individu dengan sifat

openness yang tinggi cenderung memiliki hubungan interpersonal yang efektif.

Selain konsep diri dan trait keperibadian big five, peneliti juga ingin

melihat pengaruh loneliness terhadap kompetensi interpersonal. Loneliness

menurut Peplau dan Perlman (dalam Friedman, 1998). adalah pengalaman yang

Page 66: LISA ULFAH - Psi.pdf

51

tidak menyenangkan yang terjadi ketika seseorang memiliki hubungan sosial

yang rendah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Sedangkan menurut Salkind

(2006) loneliness adalah seseorang yang memiliki kepuasan dalam berinteraksi

yang rendah kepada teman dan keluarganya. Dengan demikian seseorang yang

miliki loneliness yang tinggi dapat mempengaruhi kompetensi interpersonal

yang rendah, hubungan secara negatif ini bisa saja terjadi kepada seseorang yang

menarik dirinya dari lingkungan, merasa harga dirinya rendah dan tetap merasa

kesepian walapun berada di tempat yang ramai. Terdapat 2 tipe loneliness yang

digunakan sebagai variabel penelitian yaitu trait loneliness dan state loneliness.

Kompetensi interpersonal juga dipengaruhi oleh faktor demografis yaitu

jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Fajri (2013) menjelaskan terdapat

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kompetensi interpersonal.

Untuk lebih jelasnya peneliti membuat kerangka berfikir terkait penelitian

yang akan di buat:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Page 67: LISA ULFAH - Psi.pdf

52

2.6 Hipotesis Penelitian

Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan

diuji adalah hipotesis nol (nihil), lalu dipaparkan juga hipotesis alternatif sebagai

informasi tambahan, sebagai berikut:

Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari konsep diri, traits

kepribadian big five (extraversion, agreebleness, constienscioueness,

neuroticism, openness to experience), tipe loneliness (state loneliness dan trait

loneliness) dan jenis kelamin terhadap kompetensi interpersonal pada remaja.

Hipotesis Alternatif (Ha):

H1: Ada pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H2: Ada pengaruh yang signifikan extraversion terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H3: Ada pengaruh yang signifikan agreebleness terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H4: Ada pengaruh yang signifikan conscientiousness terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H5: Ada pengaruh yang signifikan neuroticism terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H6: Ada pengaruh yang signifikan openness to experience terhadap

kompetensi interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H7 : Ada pengaruh yang signifikan state loneliness terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

Page 68: LISA ULFAH - Psi.pdf

53

H8 : Ada pengaruh yang signifikan trait loneliness terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

H9: Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap kompetensi

interpersonal remaja SMA N 6 Tangerang Selatan

Page 69: LISA ULFAH - Psi.pdf

54

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari populasi

dan sampel, definisi operasional, instrumen pengumpulan data, prosedur

penelitian dan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja siswa SMA N 6 Tangerang Selatan.

Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas X dan kelas XI yang berjumlah 624

orang. Kelas XII tidak termasuk dalam populasi karena saat melakukan

penelitian, kelas XII sedang mengadakan ujian. Jumlah sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah 358 orang.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

metode probability sampling yaitu pengambilan sampel yang memberi peluang

sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel atau

probabilitas sampelnya tidak diketahui. Teknik yang digunakan adalah dan

menggunakan teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel yang mengacu

pada kelompok. Dalam penelitian ini setelah peneliti mendapatkan daftar

populasi, dari 18 kelas yang ada di SMA N 6 Tangerang Selatan, pihak sekolah

mengizinkan untuk mengambil data pada 10 kelas saja, peneliti menentukan

kelas sebagai sub populasi, peneliti menganggap bahwa tiap kelas memiliki

karakteristik yang sama dalam mewakili populasi. Sehingga peneliti melakukan

pengambilan secara acak sebanyak 10 dari 18 kelas tersebut sebagai sampel

penelitian.

Page 70: LISA ULFAH - Psi.pdf

55

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependent variabel) dan

variabel bebas (independent variabel). Adapun variabel penelitan yang akan

diteliti dalam penelitian ini yaitu:

a. Kompetensi interpersonal

b. Konsep diri

c. Extraverion

d. Agreebleness

e. Concientiousness

f. Neuroticism

g. Openness to experience

h. State loneliness

i. Trait loneliness

j. Jenis kelamin

Dependent variable dalam penelitian ini adalah kompetensi interpersonal,

sedangkan variabel lainnya merupakan independent variable.

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini sebagai

berikut:

a. Kompetensi interpersonal adalah suatu kemampuan yang dimiliki indvidu

dalam membina hubungan dengan orang lain, dengan berdasarkan

terpenuhnya aspek yang dibutuhkan untuk tercapainya hubungan

interpersonal yang baik dan efektif, yaitu aspek initiation, negative assertion,

disclosure, emotional support dan conflict management.

Page 71: LISA ULFAH - Psi.pdf

56

b. Konsep diri adalah gambaran seseorang atau pandangan seseorang tentang

dirinya sendiri berdasarkan perbandingan yang dilakukan terhadap dunia

dalam dirinya maupun diluar dirinya.

c. Extraversion adalah seseorang dengan extraversion yang tinggi cenderung

memiliki sifat ramah, suka berteman, dan periang.

d. Agreebleness adalah seseorang dengan agreebleness yang tinggi cenderung

memiliki sifat simpati, mengutamakan orang lain, mau bekerjasama, dan

sopan

e. Conscientiousness adalah seseorang dengan conscientiousness yang tinggi

cenderung memiliki sifat pekerja keras, tekun, disiplin, berfokus pada

pencapaian dan berhati-hati.

f. Neuroticism adalah seseorang dengan neuroticism yang tinggi cenderung

memiliki sifat cemas, mudah depresi, pemarah, dan mudah tersinggung.

g. Openness to experience adalah seseorang dengan openness to experience yang

tinggi cenderung memiliki sifat penuh dengan imajinasi, cerdas, mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan ide baru.

h. State loneliness adalah perasaan kesepian yang dirasakan pada individu dalam

kurun waktu beberapa hari.

i. Traits loneliness adalah perasaan kesepian yang dirasakan pada individu dalam

kurun waktu beberapa tahun

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Insrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat ukut.

Adapun alat ukur tersebut adalah:

Page 72: LISA ULFAH - Psi.pdf

57

1. Alat ukur kompetensi interpersonal

Untuk pengukuran kompetensi interperonal peneliti mengadaptasi dari skala

baku dari Buhrmester (dalam Paulk, 2008) yaitu Interperonal Competence

Quetionnaire (ICQ). Terdapat 40 item yang mengukur 5 aspek yaitu berinisiatif

dalam berinteraksi, bersikap asertif , bersikap terbuka tentang informasi pribadi

(self-disclosure), memberikan dukungan emosional dan kemampuan dalam

mengatasi konflik. Masing-masing aspek terdapat 8 item. Namun peneliti hanya

mengambil 5 item dari masing-masing aspek dengan tujuan untuk menyesuaikan

kebutuhan penelitian. Semua item pada skala ini merupakan favorable, di mana

penilaian tertinggi pada pernyataan “Sangat Sering” dan terendah pada

pernyataan “Tidak Pernah”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.1Blueprint Skala Kompetensi Interpersonal

No Aspek Indikator No. Item TotalFav Unfav

1 Initiation Usaha untuk memulai suatu bentukinteraksi dan hubungan dengan orang lain

1, 6, 11,16, 21 5

2 Negativeassertion Mempertahankan pendapat 22 1

Mengekspresikan keyakinan yangdirasakan dan diinginkan

2,7,12,17 4

3 DisclosureKemampuan membuka diri,menyampaikan informasi yang bersifatpribadi

3, 8, 18,23 4

Penghargaan terhadap orang lain 13 1

4 Emotionalsupport

Kemampuan untuk menenangkan danmemberi rasa nyaman kepada orang lain

4, 9, 14,19,24 5

5 Conflictmanagement

Menyusun strategi penyelesaianmasalah 15 1

Mempertimbangkan kembali penilaiansuatu masalah 20,25 2

Mengembangkan konsepharga diri yang baru 5,10 2

Jumlah total 25

Page 73: LISA ULFAH - Psi.pdf

58

2. Alat ukur konsep diri

Untuk pengukuran konsep diri, peneliti menggunakan skala Tennessee Self

Concept Scale (TSCS) yang dibuat oleh Fitts dan Warren (1996). Ada delapan

subskala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu identity self, behavioral self,

judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self dan

socaial self. Skala tersebut terdapat 100 item, namun peneliti mengadaptasi

dengan menyesuaikan keperluan penelitian sehingga menjadi 24 item.

Penskoran skala konsep diri memberikan penilaian tertinggi pada

pernyataan “sangat setuju” dan terendah pada pernyataan “sangat tidak setuju”

untuk pernyataan favorable. Sedangkan penilaian tertinggi pada pernyataan

“sangat setuju” dan terendah pada pernyataan “sangat tidak setuju” untuk

pernyataan unfavorable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.2Blueprint Skala Konsep Diri

No Aspek Indikator No. Item TotalFav Unfav

1 Eksternal Identity Self Memberikan label untukmembangun identitas diri 1, 9 17 3

2 BehavioralSelf

Persepsi individu tentang tingkahlakunya 2, 10 18 3

3 Judging Self Melakukan evaluasi diri 3, 11 19 34 Internal Physical Self Persepsi terhadap keadaan dirinya 4, 12 20 3

5 Moral-EthicalSelf

Membatasi tingkah laku yangsesuai dengan nilai moral dan etika 5, 13 21 3

6 Personal Self Perasaan puas terhadap dirinyasebagai pribadi yang tepat 6, 14 22 3

7 Family Self Peran dan fungsi yang dijalankansebagai anggota keluarga 7, 15 23 3

8 Social SelfPenilaian terhadap interaksi dirinyadengan orang lain danlingkungannya

8, 16 24 3

Jumlah total 24

Page 74: LISA ULFAH - Psi.pdf

59

3. Alat ukur trait kepribadian big five

Untuk pengukuran trait kepribadian big five, peneliti menggunakan MINI-IPIP

(MINI Iinternational Personality Item Pool) adaptasi oleh Donellan (2006) dari

alat ukur IPIP NEO (International Personal Item Pool - Neuroticism

Extraversion Openess) yang dibuat oleh Goldberg (2006). Skala ini terdiri dari

20 item dengan masing masing aspek berjumlah empat item. Penskoran skala

kepribadian big five memberikan penilaian tertinggi pada pernyataan “sangat

setuju” dan terendah pada pernyataan “sangat tidak setuju” untuk pernyataan

favorable. Sedangkan penilaian tertinggi pada pernyataan “sangat tidak setuju”

dan terendah pada pernyataan “sangat setuju” untuk pernyataan unfavorable.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.3

Blue Print Skala Trait Kepribadian Big Five

No Aspek Indikator No. ItemFav Unfav Total

1 Extraversion Cheerfulness 1, 1Friendliness 2, 1Excitementseeking 3, 1Activity level 4, 1

2 Agreebleness Sympathy 5,6 7, 3Altruism 8, 1

3 Conscientiousness Orderliness 9, 10, 2Cautiousness 11, 1Self diciplin 12, 1

4 Neuroticism Immoderation 12, 1Anxiety 14, 1Anger 15, 1Depression 16, 1

5 Openness toexperiences Imagination 17, 18, 2

Intellect 19,20 2Jumlah 9 11 20

Page 75: LISA ULFAH - Psi.pdf

60

4. Alat ukur tipe loneliness

Skala ini dikembangkan oleh Gerson dan Perlman (dalam Robinson, Shaver, &

Wrightsman, 1991). Skala ini merupakan pengembangan dari skala UCLA

Loneliness yang dibuat oleh Russell (1996) yang kemudian dibagi menjadi dua

bagian yaitu pertama untuk mengukur state loneliness dan kedua untuk

mengukur trait loneliness. Di mana skala state loneliness adalah skala yang

mengukur perasaan kesepian yang dirasakan dalam beberapa hari, sedangkan

pada skala trait loneliness adalah skala yang mengukur perasaan kesepian yang

dirasakan dalam beberapa tahun. Pada skala ini terdapat 12 item pada masing

masing skala dan dibuat dalam bentuk skala likert yang di bagi kedalam dua

bentuk. Pada item satu sampai sembilan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu

“sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”. Dan pada

item 10 sampai 12 memiliki alternatif pilihan jawaban yang berbeda-beda pada

masing-masing itemnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.4

Blueprint Skala Loneliness

No. Apek Indikator Jumlah1 State Loneliness - Bersifat temporer (sementara) 12

- Disebabkan karena pengalaman dramatis- Akan hilang jika menemukan jaringan baru

2 Trait Loneliness - Perasaan yang stabil 12- Sedikit berubah- Memiliki self-esteem yang rendah

Jumlah 24

Page 76: LISA ULFAH - Psi.pdf

61

3.4 Uji Validitas Item Skala

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun prosedur uji

validitas konstruk dengan CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):

1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait

yang hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan

item (stimulus) sebagai indikatornya.

2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah

valid mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan

(hipotesis) bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu konstruk yang

didefinisikan (model unidimensional).

3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

item, yang disebut matriks S.

4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

yang seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika

teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item

hanya mengukur satu faktor saja (unidimensional).

5. Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang dalam

hal ini terdiri dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan

pengukuran (residual)

b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian di estimasi (dihitung)

korelasi antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item

Page 77: LISA ULFAH - Psi.pdf

62

berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut

sigma)

6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=∑ atau

dapat dituliskan HO : S - ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan

menggunakan uji chi square, di mana jika chi square tidak signifikan

(p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa hiptesis nihil (H0) tidak ditolak.

Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu

konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.

7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3 kriteria, yaitu:

a. Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan di-drop karena

tidak memberikan informasi yang secara statistik bermakna

b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga di-drop karena

mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan.

Namun demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang

pernyataannya unfavorable atau negatif sudah disesuaikan (di reverse)

skornya sehingga menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item di

mana tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.

c. Item dapat juga di-drop jika residualnya (kesalahan pengukuran)

berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini

berarati item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang

hendak diukur.

Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang

Page 78: LISA ULFAH - Psi.pdf

63

valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, penulis

tidak menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item).

Item-item inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala.

Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur

apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true

score). True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.

Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis

mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi

T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak

ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah

8. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan

software LISREL 8.70. Uji validitas tiap alat ukur akan dipaparkan pada sub

bab berikut.

3.4.1 Uji validitas item skala kompetensi interpersonal

Peneliti menguji apakah 25 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur kompetensi interpersonal. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square =

1293.10, df = 275, P-value = 0.00000, RMSEA = 0,102. Oleh karena itu,

dilakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 71

kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-suare = 238.17, df = 204,

T score = (10 x skor faktor) + 50

Page 79: LISA ULFAH - Psi.pdf

64

P-value = 0.05071, RMSEA = 0.022. Nilai chi-square menghasilkan P-value >

0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor, di mana seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu kompetensi interpersonal.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti

pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Kompetensi Interpersonal

No item Lamba Eror T-Value Signifikan1 0.43 0.05 8.11 V2 0.4 0.05 7.56 V3 0.71 0.05 14.42 V4 0.47 0.05 5.84 V5 0.18 0.05 3.34 V6 0.42 0.06 7.42 V7 0.13 0.05 2.51 V8 0.51 0.05 9.75 V9 0.34 0.05 6.54 V10 0.41 0.05 7.78 V11 0.75 0.05 15.36 V12 0.55 0.05 11 V13 0.56 0.05 10.48 V14 0.28 0.06 4.89 V15 0.04 0.06 0.7 X16 0.43 0.05 8.19 V17 0.48 0.05 9.16 V18 0.47 0.05 9.41 V19 0.21 0.05 3.81 V20 0.45 0.05 8.68 V21 0.53 0.05 10.77 V22 0.18 0.05 3.5 V23 0.35 0.05 6.72 V24 0.07 0.06 1.23 X25 0.14 0.05 2.6 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Page 80: LISA ULFAH - Psi.pdf

65

Pada table 3.5 terdapat item yang memiliki nilai t < 1,96 yaitu item 15,

dan item 24. Hal ini menunjukkan bahwa item 15, dan item 24 di-drop, artinya

item tersebut tidak ikut serta di analisis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis

kembali tanpa memasukkan item 15, dan item 24, sehingga didapatkan hasil CFA

dengan chi-suare = 207.85, df = 177, P-value = 0.05612, RMSEA = 0.022.

Koefisien muatan faktor kompetensi interpersonal disajikan dalam table 3.6

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Kompetensi Interpersonal

No.item Lambda Standard

Error Nilai t Signifikan

1 0.37 0.06 6.55 V2 0.37 0.06 6.53 V3 0.56 0.05 10.34 V4 0.44 0.05 8.16 V5 0.23 0.06 4.15 V6 0.43 0.05 7.81 V7 0.16 0.06 2.74 V8 0.57 0.05 10.86 V9 0.45 0.06 8.15 V10 0.47 0.05 8.95 V11 0.64 0.05 12.33 V12 0.62 0.05 12.09 V13 0.51 0.05 9.71 V14 0.24 0.06 4.09 V16 0.42 0.06 7.52 V17 0.41 0.06 7.48 V18 0.52 0.05 9.7 V19 0.29 0.06 5.28 V20 0.47 0.05 8.65 V21 0.48 0.05 8.86 V22 0.21 0.06 3.73 V23 0.43 0.05 7.93 V25 0.17 0.06 2.89 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Page 81: LISA ULFAH - Psi.pdf

66

Dari tabel di atas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96.

Selanjutnya melihat muatan factor item, apakah ada yang bermuatan negatif.

Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada lagi item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

3.4.2 Uji validitas item skala konsep diri

Peneliti menguji apakah 24 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur konsep diri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 564.44, df = 252,

P-value = 0.00000, RMSEA = 0.059. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi

terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 26 kali pembebasan item,

diperoleh model fit dengan chi-square = 261.12 df=226, P-value = 0.05434,

RMSEA = 0.021. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor, di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti

pada tabel 3.

Page 82: LISA ULFAH - Psi.pdf

67

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Konsep Diri

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan1 0.34 0.06 5.59 V2 0.50 0.06 8.34 V3 0.35 0.06 5.50 V4 0.22 0.06 3.59 V5 0.39 0.06 6.46 V6 0.43 0.06 7.13 V7 0.30 0.06 4.94 V8 0.41 0.06 6.87 V9 0.24 0.06 3.88 V10 0.30 0.06 4.88 V11 0.50 0.06 8.41 V12 0.33 0.06 5.44 V13 0.32 0.06 5.19 V14 0.26 0.06 4.17 V15 0.34 0.06 5.63 V16 0.29 0.06 4.57 V17 0.23 0.06 3.66 V18 0.15 0.06 2.40 V19 0.14 0.06 2.26 V20 0.19 0.06 3.13 V21 0.14 0.06 2.22 V22 0.19 0.06 3.16 V23 0.12 0.06 1.94 X24 0.13 0.06 2.09 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Pada tabel 3.7 terdapat item yang memiliki nilai t < 1,96 yaitu item 23.

Hal ini menunjukkan bahwa item 23 di-drop, artinya item tersebut tidak ikut

serta di analisis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis kembali tanpa

memasukkan item 23, sehingga didapatkan hasil CFA dengan chi-square

=237.98, df =206 , P-value = 0.06260, RMSEA = 0.021. Koefisien muatan

faktor konsep diri disajikan dalam tabel 3.8

Page 83: LISA ULFAH - Psi.pdf

68

Tabel 3.8

Muatan faktor konsep diri

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan1 0.34 0.06 5.53 V2 0.50 0.06 8.37 V3 0.35 0.06 5.56 V4 0.22 0.06 3.61 V5 0.40 0.06 6.65 V6 0.44 0.06 7.32 V7 0.32 0.06 5.21 V8 0.40 0.06 6.77 V9 0.24 0.06 3.82 V10 0.29 0.06 4.84 V11 0.50 0.06 8.53 V12 0.33 0.06 5.37 V13 0.32 0.06 5.26 V14 0.31 0.06 4.98 V15 0.34 0.06 5.54 V16 0.28 0.06 4.36 V17 0.23 0.06 3.76 V18 0.15 0.06 2.35 V19 0.14 0.06 2.20 V20 0.20 0.06 3.21 V21 0.09 0.06 1.41 X22 0.21 0.06 3.37 V24 0.14 0.06 2.16 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Pada tabel 3.8 terdapat item yang memiliki nilai t < 1,96 yaitu item 21.

Hal ini menunjukkan bahwa item 21 di-drop, artinya item tersebut tidak ikut

serta di analisis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis kembali tanpa

memasukkan item 21, sehingga didapatkan hasil CFA dengan chi-square

=222.99, df =191 , P-value = 0.05623, RMSEA = 0.022. Koefisien muatan

faktor konsep diri disajikan dalam tabel 3.9

Page 84: LISA ULFAH - Psi.pdf

69

Tabel 3.9

Muatan Faktor Konsep Diri

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan1 0.33 0.06 5.40 V2 0.49 0.06 8.27 V3 0.36 0.06 5.74 V4 0.23 0.06 3.66 V5 0.41 0.06 6.86 V6 0.43 0.06 7.18 V7 0.31 0.06 5.19 V8 0.40 0.06 6.74 V9 0.24 0.06 3.90 V10 0.29 0.06 4.77 V11 0.50 0.06 8.52 V12 0.33 0.06 5.38 V13 0.32 0.06 5.25 V14 0.26 0.06 5.18 V15 0.32 0.06 5.36 V16 0.28 0.06 4.42 V17 0.28 0.06 4.48 V18 0.15 0.06 2.47 V19 0.14 0.06 2.27 V20 0.17 0.06 2.76 V22 0.22 0.06 3.54 V24 0.14 0.06 2.24 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan negatif.

Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada lagi item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

3.4.3 Uji validitas item skala trait kepribadian big five

1. Agreebleness

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur agreebleness. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square =

Page 85: LISA ULFAH - Psi.pdf

70

5.11, df = 2, P-value = 0.0777, RMSEA = 0,066. Oleh karena itu, dilakukan

modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan satu kali

pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 0.18, df = 1,

P-value = 0.66974, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan

P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

agreebleness.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.10.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Agreebleness

No item Lamba Standar Eror T-Value Signifikan1 0.17 0.07 2.35 V2 0.85 0.25 3.31 V3 0.79 0.24 3.28 V4 0.47 0.14 3.25 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien

t<1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan

negatif. Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

Page 86: LISA ULFAH - Psi.pdf

71

2. Conscientiousness

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square =

13.99, df = 2, P-value = 0.00092, RMSEA = 0,130. Oleh karena itu,

dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan

satu kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 0.11, df

= 1, P-value = 0.73563, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan

P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

conscientiousness.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.11.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Conscientiousness

No item Lamba Standar Eror T-Value Signifikan1 0.17 0.06 2.72 V2 0.26 0.06 4.04 V3 0.84 0.12 6.69 V4 0.58 0.09 6.12 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Page 87: LISA ULFAH - Psi.pdf

72

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan negatif.

Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

3. Neurotisicsm

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur neuroticism. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 4.52, df =

2, P-value = 0.10445, RMSEA = 0,059. Oleh karena itu, dilakukan

modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan satu kali

pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 0.73, df = 1,

P-value = 0.39175, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan

P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

neuroticism.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.12.

Page 88: LISA ULFAH - Psi.pdf

73

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Neuroticism

No item Lamba Standar Eror T-Value Signifikan1 0.32 0.11 3.03 V2 0.30 0.09 3.52 V3 0.34 0.11 3.11 V4 0.50 0.12 4.03 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien

t<1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan

negatif. Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

4. Extraversion

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan chi-square = 0.71, df = 2,

P-value = 0.70229, RMSEA = 0,000. Nilai chi-square menghasilkan

P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

extraversion.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien

Page 89: LISA ULFAH - Psi.pdf

74

muatan faktor, seperti pada tabel 3.13.

Tabel 3.13

Muatan Faktor Item Extraversion

No item Lamba Standar Eror T-Value Signifikan1 0.41 0.06 6.30 V2 0.58 0.07 8.49 V3 0.70 0.07 9.61 V4 0.40 0.06 6.11 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien

t<1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan

negatif. Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

5. Openness to experience

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur openness to experience. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square =

9.67, df = 2, P-value = 0.00793, RMSEA = 0,004. Oleh karena itu,

dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan

satu kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 0.42, df

= 1, P-value = 0.51678, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan

P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

Page 90: LISA ULFAH - Psi.pdf

75

openness to experience.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.14.

Tabel 3.14

Muatan Faktor Item Openness to Experience

No item Lamba Standar Eror T-Value Signifikan1 0.31 0.08 3.93 V2 0.61 0.08 7.25 V3 0.57 0.08 7.02 V4 0.45 0.07 6.30 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien

t<1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan

negatif. Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

3.4.4 Uji validitas item skala state loneliness

Peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur state loneliness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 88.86, df = 54,

P-value = 0.0197, RMSEA = 0,043. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi

terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan empat kali pembebasan item,

Page 91: LISA ULFAH - Psi.pdf

76

diperoleh model fit dengan chi-square = 63.39, df = 50, P-value = 0.09672,

RMSEA = 0.027. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor (unidimensional) di mana

seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu state loneliness.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat T-value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel

3.15.

Tabel 3.15

Muatan Faktor Item State Loneliness

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan1 0.09 0.07 1.21 X2 0.24 0.07 3.27 V3 0.30 0.07 4.32 V4 0.33 0.07 4.55 V5 0.11 0.07 1.56 X6 0.48 0.07 6.80 V7 0.23 0.07 3.33 V8 0.27 0.07 3.85 V9 0.27 0.07 3.80 V10 0.42 0.07 5.99 V11 0.36 0.07 5.08 V12 0.20 0.07 2.72 VKeterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Pada tabel 3.15 terdapat item yang memiliki nilai t < 1,96 yaitu item 1 dan

item 5. Hal ini menunjukkan bahwa item 1 dan 5 di-drop, artinya item tersebut

tidak ikut serta di analisis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis kembali tanpa

memasukkan item 1 dan 5, sehingga didapatkan hasil CFA dengan

Page 92: LISA ULFAH - Psi.pdf

77

chi-square=47.76, df =34 , P-value = 0.05890, RMSEA = 0.034. Koefisien

muatan faktor konsep diri disajikan dalam tabel 3.16

Tabel 3.16

Muatan Faktor Item State Loneliness

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan2 0.23 0.07 3.18 V3 0.30 0.07 4.17 V4 0.32 0.07 4.45 V6 0.48 0.07 6.58 V7 0.24 0.07 3.40 V8 0.28 0.07 3.87 V9 0.27 0.07 3.66 V10 0.42 0.07 5.78 V11 0.38 0.07 5.27 V12 0.14 0.07 1.92 X

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Pada tabel 3.16 terdapat item yang memiliki nilai t < 1,96 yaitu item 12.

Hal ini menunjukkan bahwa item 12 di-drop, artinya item tersebut tidak ikut

serta di analisis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis kembali tanpa

memasukkan item 12, sehingga didapatkan hasil CFA dengan chi-square =39.31,

df =27 , P-value = 0.05941, RMSEA = 0.036. Koefisien muatan faktor konsep

diri disajikan dalam tabel 3.17

Tabel 3.17

Muatan Faktor Item State Loneliness

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan2 0.20 0.07 2.76 V3 0.31 0.07 4.31 V4 0.33 0.07 4.55 V6 0.46 0.07 6.21 V7 0.24 0.07 3.37 V8 0.29 0.07 4.04 V9 0.22 0.07 3.11 V10 0.42 0.07 5.67 V11 0.40 0.07 5.45 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Page 93: LISA ULFAH - Psi.pdf

78

Dari tabel di atas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan negatif.

Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada lagi item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

3.4.5 Uji validitas item skala trait loneliness

Peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur trait loneliness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 465.48, df = 54,

P-value = 0.0000, RMSEA = 0,146. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi

terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 24 kali pembebasan item,

diperoleh model fit dengan chi-square = 43.61, df = 30, P-value = 0.05175,

RMSEA = 0.0000. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor (unidimensional) di mana

seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu trait loneliness. Selanjutnya dilihat

apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan atau

tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.18.

Page 94: LISA ULFAH - Psi.pdf

79

Tabel 3.18

Muatan Faktor Item Trait Loneliness

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan1 0.26 0.06 4.47 V2 0.68 0.05 13.82 V3 0.75 0.05 16.12 V4 0.78 0.05 15.75 V5 0.60 0.05 11.69 V6 0.55 0.05 10.95 V7 0.70 0.05 14.33 V8 0.77 0.05 15.82 V9 0.48 0.05 9.33 V10 0.15 0.05 2.81 V11 0.06 0.05 1.04 X12 0.18 0.06 3.24 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Pada tabel 3.18 terdapat item yang memiliki nilai t < 1,96 yaitu item 11. Hal ini

menunjukkan bahwa item 11 di-drop, artinya item tersebut tidak ikut serta di

analisis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis kembali tanpa memasukkan

item 11, sehingga didapatkan hasil CFA dengan chi-suare =37.93, df = 26,

P-value = 0.06154, RMSEA = 0.036. Koefisien muatan faktor trait loneliness

disajikan dalam tabel 3.19

Tabel 3.19

Muatan Faktor Trait Loneliness

No. item Lambda Standard Error Nilai t Signifikan1 0.25 0.06 4.36 V2 0.66 0.05 13.46 V3 0.77 0.05 16.38 V4 0.75 0.05 15.37 V5 0.59 0.05 11.30 V6 0.56 0.05 11.07 V7 0.72 0.05 14.74 V8 0.77 0.05 15.84 V9 0.48 0.05 9.22 V10 0.12 0.06 2.08 V12 0.19 0.06 3.28 V

Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Page 95: LISA ULFAH - Psi.pdf

80

Dari tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor item, apakah ada yang bermuatan negatif.

Pada tabel tidak terdapat item yang bermuatan faktor negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada lagi item yang di-drop dan setiap item dikatakan

signifikan.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan langkah-langkah yang diharapkan dapat

menunjang kelancaran penelitian. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1. Menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian, yaitu alat ukur kompetensi interpersonal yang diadaptasi dari

skala Interpersonal Competence Quetionaire (ICQ) yang buat oleh

Buhrmester (dalam Paulk, 2008), alat ukur konsep diri yang di adaptasi oleh

peneliti dari skala Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang dibuat oleh

Fitss dan Warren (1996), skala trait kepribadian big five yang diadaptasi

oleh peneiliti dari skala MINI-IPIP (MINI International Personality Item

Pool) yang diadaptasi oleh Donellan (2006) berdasarkan skala IPIP, dan alat

ukur State versus Trait Loneliness yang diadaptasi oleh Gerson dan Perlman

(dalam Robinson, Shaver, & Wrightsman, 1991).

2. Persiapan penelitian

a) Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah

b) Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti

c) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan

landasan teori yang tepat

Page 96: LISA ULFAH - Psi.pdf

81

d) Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan

digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala kompetensi interpersonal,

konsep diri, agreebleness, conscientiousness, neuroticism, extraversion,

openness to experience, state loneliness, trait loneliness yang dirancang

berupa skala likert.

3. Tahap pengambilan data

a) Menentukan jumlah sampel penelitian

b) Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta

kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian

c) Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden

4. Melakukan pengolahan dan pengujian dari hasil skala yang telah didapatkan

untuk dianalisis datanya.

3.6 Teknik Analisa Data

Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis

(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor

yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik

yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

variabel menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang

berarti. Melalui analisis faktor akan didaptkan data variabel konstruk (skor

faktor) sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis statistik,

maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil. Hipotesis

nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada penelitian ini

Page 97: LISA ULFAH - Psi.pdf

82

digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari satu

independent variable untuk mengetahu pengaruhnya terhadap dependent

variable. Pada penelitian ini terdapat sembilan independent variable dan satu

dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi,

yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .... + b9X9 + e

Keterangan:

Y = Kompetensi interpersonal

a = Konstan

b = Koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = Konsep diri

X2 = Agreebleness

X3 = Conscientiousness

X4 = Neuroticism

X5 = Extraversion

X6 = Openness to experience

X7 = State loneliness

X8 = Trait loneliness

X9 = Jenis kelamin

e = Residual

Page 98: LISA ULFAH - Psi.pdf

83

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis

deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis,

pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varians.

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Gambaran umum subjek penelitian

Subjek dalam penelitian adalah 358 orang dari siswa remaja SMA 6 Tangerang

Selatan. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan data

demografis responden yaitu jenis kelamin. Hal ini dilakukan untuk mengukur

apakah aspek tersebut memberikan kontribusi terhadap dependent variabel (DV)

yang ingin diteliti. Untuk sampel pada subjek penelitian dapat dilihat dalam

tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Variabel Frekuensi PersentaseJenis KelaminLaki-laki 137 38.26%Perempuan 221 61.73%Total 358 100%

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Pada tabel 4.2 digambarkan hasil deskriptif statistik dari variabel dalam

penelitian ini yang berisi nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimum dan

minimum dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2

Page 99: LISA ULFAH - Psi.pdf

84

Tabel 4.2

Analisis Deskriptif

Descriptive StatisticsN Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kompetensiinterpersonal 358 18.88 69.58 49.9999 9.07494

Konsep diri 358 21.05 74.06 50.0000 9.07370Extraversion 358 29.31 71.32 50.0001 7.68044Agreebleness 358 32.35 68.92 50.0001 7.76935Conscientiosness 358 30.12 69.73 50.0002 7.92071Neuroticism 358 34.83 64.08 49.9998 6.51553Openness 358 29.91 67.62 50.0003 7.92507State loneliness 358 27.64 72.00 50.0000 8.32957Trait loneliness 358 21.13 64.08 50.0003 8.99868Jenis kelamin 358 1.00 2.00 1.6173 0.48672Valid N (listwise) 358

Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa pertama-tama nilai minimum

variabel kompetensi interpersonal adalah 18.88 dengan nilai maksimum = 69.58,

mean = 49.9999, dan SD = 9.07494. Kedua, variabel konsep diri memiliki nilai

minimum = 21.05, nilai maksimum 74.06, mean = 50.0000, dan SD = 9.07370.

Ketiga, variabel extraversion memiliki nilai minimum 29.31, nilai maksimum =

71.32, mean = 50.0001, dan SD = 7.68044. Keempat, variabel agreebleness

memiliki nilai minimum = 32.35, nilai maksimum = 68.92, mean = 50.0001, dan

SD = 7.76935. Kelima, variabel conscientiousness memiliki nilai minimum=

30.12, nilai maksimum = 69.73, mean = 50.0002, dan SD = 7.92071. Keenam,

variabel neuroticism memiliki nilai minimum = 34.83, nilai maksimum = 64.08,

mean = 49.9998, dan SD = 6.51553. Ketujuh, variabel openness memiliki nilai

minimum = 29.91, nilai maksimum = 67.62, mean = 50.0003, dan SD = 7.92507.

Kedelapan, variabel state loneliness memiliki nilai minimum = 27.64, nilai

maksimum = 72.00, mean = 50.0000, dan SD = 8.32957. Kesembilan, variabel

Page 100: LISA ULFAH - Psi.pdf

85

trait loneliness memiliki nilai minimum 21.13, nilai maksimum = 64.08, mean =

50.0003, dan SD = 8.99868. Kesepuluh, variabel jenis kelamin memiliki nilai

minimum = 1.00, nilai maksimum = 2.00, mean = 1.6173, dan SD = 0.48672.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian

ini dibuat menjadi dua ketagori yaitu, tinggi dan rendah. Hal ini diketahu dari

informasi yang tertera pada alat ukur yang digunakan bahwa kategorisasi skor

menggunakan raw score dibagi menjadi dia kategori yaitu tinggi dan rendah.

Selanjutnya, peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk

membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan

menggunakan raw score tetapi merupakan true score yang skalanya telah

dipindahkan menggunakan rumus T score yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, pedoman interprestasi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pedoman Interpretasi Skor

Kategori RumusTinggi X > MeanRendah X < Mean

Setelah kategorisasi terebut didapatkan, maka akan diperoleh skor

persentase kategori untuk variabel kompetensi interpersonal, konsep diri,

extraversion, agreebleness, conscientiousness, neuroticism, openness, state

loneliness, dan trait loneliness. Seperti yang disajikan pada tabel 4.4 dibawah

ini:

Page 101: LISA ULFAH - Psi.pdf

86

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel

Variabel Frekuensi (%)Tinggi Rendah

Kompetensi Interpersonal 166 (46.36 %) 192 (53.6 %)Konsep diri 176 (49.16 %) 182 (50.83%)Extraversion 182 (50.83 %) 176 (49.16%)Agreebleness 181 (50.55 %) 177 (49.55 %)Conscientiousness 177 (49.55 %) 181 (50.55 %)Neuroticism 181 (50.55 %) 177 (49.55 %)Openness to experience 187 (52.34 %) 171 (47.76%)State Loneliness 177 (49.44%) 181 (50.55 %)Trait Loneliness 181 (50.55 %) 177 (49.44 %)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa skor variabel kompetensi

interpersonal cenderung rendah. Untuk skor variabel konsep diri diketahui

cenderung tinggi. Selanjutnya, pada variabel extraversion cenderung lebih tinggi.

Sedangkan skor untuk skor variabel agreebleness diketahui cenderung tinggi.

Sedangkan skor pada variabel conscientiousness diketahui cenderung lebih

rendah. Selanjutnya untuk skor variabel neuroticism diketahui cenderung lebih

tinggi. Dan skor pada variabel openness to experience cenderung lebih tinggi

pula. Selanjutnya, untuk skor variabel state loneliness diketahui cenderung

rendah. Dan yang terakhir untuk skor variabel trait loneliness diketahui

cenderung tinggi.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh antara

masing-masing IV terhadap DV dalam penelitian ini. Analisis dilakukan dengan

teknik multiple regression. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score

yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan digunakan faktor skor ini adalah

Page 102: LISA ULFAH - Psi.pdf

87

untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.

Pada tahapan ini dilakukan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 17. Dalam regresi ada 3 hal yang

dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen varian

dependent variabel yang dijelaskan oleh independent variabel, kedua; apakah

secara keseluruhan independent variabel berpengaruh secara signifikan terhadap

dependent variabel, kemudian terakhir melihat siginifikan atau tidaknya

koefisien regresi dari masing-masing independent variabel.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan berapa tahapan. Langkah pertama

peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen varians

dependent variabel yang dijelaskan oleh independent variabel. Selanjutnya

untuk tabel R-square, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Model Summary Analisis Regresi

Dari tabel 4.5, dapat kita lihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.603

atau 60.3 %. Artinya proporsi varians dari kompetensi interpersonal yang dapat

dijelaskan oleh konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousness,

neuroticism, openness to experience, state loneliness, trait loneliness, dan jenis

kelamin adalah sebesar 60.3%, sedangkan 39.7 % sisanya dipengaruhi oleh

Model SummaryModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate1 .777a .603 .593 5.78978a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, extraversion, agreebleness,conscientiousness, neuroticism, openness to experience, state loneliness, traitloneliness, konsep diri

Page 103: LISA ULFAH - Psi.pdf

88

variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini terjadi dikarenakan ada banyak faktor

yang mempengaruhi seseorang berperilaku tertentu. Dalam hal kompetensi

interpersonal pada remaja, tentu terdapat banyak hal yang memprediksi

terjadinya kompetensi interpersonal selain independent variabel yang dipakai

dalam penelitian ini. Seperti dijelaskan oleh Monks, dkk (1990) terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal selain jenis

kelamin, loneliness, konsep diri dan kepribadian, yaitu keinginan untuk

mempunyai status. Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang

menyebabkan remaja berinteraksi dengan teman sebayanya, individu akan

menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan

tempat didunia orang dewasa. Selain itu pendidikan juga bisa mempengaruhi

kompetensi interpersonal karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai

wawasan dan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya.

Faktor usia juga bisa mempengaruhi kompetensi interpersonal seseorang,

semakin bertambahnya usia maka konformisme semakin besar pula.

Selanjutnya dianalisis dampak dari seluruh independent variabel terhadap

kompetensi interpersonal. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan IV (independent variabel) TerhadapDV (dependent variabel)

ANOVAbModel Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1Regression 17735.025 9 1970.558 58.785 .000a

Residual 11665.519 348 33.522Total 29400.544 357

a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, extraversion, agreebleness, conscientiousness,neuroticism, openness to experience, state loneliness, trait loneliness, konsep dirib. Dependent Variable: kompetensi interpersonal

Page 104: LISA ULFAH - Psi.pdf

89

Jika melihat kolom ke-6 di kiri dapat diketahui bahwa jika tabel

signifikan (sig. < 0.05), maka hipotesis nol ditolak. Oleh karenanya hipotesis

alternatif yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan seluruh independent

variable terhadap kompetensi interpersonal diterima. Artinya, ada pengaruh

yang signifikan dari konsep diri,, extraversion agreebleness, conscientiousness,

neuroticism, openness to experience, state loneliness, trait loneliness, dan jenis

kelamin,terhadap kompetensi interpersonal.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent

variable. Jika nilai Sig. < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang

berarti bahwa independent variabel tersebut memiliki dampak yang signifikan

terhadap kompetensi interpersonal. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel

4.7.

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

ModelUnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 9.595 4.692 2.045 0.042Konsep diri 0.352 0.041 0.352 8.692 0.000Extraversion 0.028 0.042 0.023 0.659 0.510Agreebleness -0.014 0.041 -0.012 -0.347 0.729Conscientiousness 0.057 0.041 0.050 1.379 0.169Neuroticism 0.083 0.050 0.059 1.664 0.097Openness toexperience -0.112 0.041 -0.098 -2.701 0.007

State loneliness 0.548 0.042 0.503 13.130 0.000Trait loneliness -0.196 0.036 -0.195 -5.425 0.000Jenis kelamin 1.926 0.643 0.103 2.994 0.003

a. Dependent variable: kompetensi interpersonalDari tabel 4.7 untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi

Page 105: LISA ULFAH - Psi.pdf

90

yang dihasilkan, dengan melihat signifikan pada kolom paling kanan (kolom

ke-6), jika sig. < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan

pengaruhnya terhadap kompetensi interpersonal dan sebaliknya. Dari hasil di

atas hanya konsep diri, openness to experience, state loneliness, trait loneliness,

dan jenis kelamin saja yang signifikan, sedangkan variabel lainnya tidak

signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada

masing-masing independent variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel konsep diri : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.325 dengan

Sig. sebesar 0.000 (Sig. < 0,05), dengan demikian H01 yang menyatakan

tidak ada pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap kompetensi

interpersonal ditolak. Artinya, konsep diri memiliki pengaruh secara positif

yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal. Nilai koefisien regresi

yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif antara konsep diri

terhadap kompetensi interpersonal. Dari arah hubungan tersebut dapat

diartikan jika skor konsep diri seseorang itu tinggi maka skor kompetensi

interpersonalnya akan tinggi, begitupun sebaliknya.

2. Variabel extraversion : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.028

dengan nilai Sig. sebesar 0.510 (Sig. > 0.05), dengan demikian H02 yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari extraversion terhadap

kompetensi interpersonal di terima. Artinya, extraversion tidak memiliki

pengaruh secara positif yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal

3. Variabel agreebleness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.014

dengan nilai Sig. sebesar 0.729. (Sig. > 0.05), dengan demikian H03 yang

Page 106: LISA ULFAH - Psi.pdf

91

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari agreebleness terhadap

kompetensi interpersonal di terima. Artinya, agreebleness tidak memiliki

pengaruh secara negatif yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal.

4. Variabel conscientiousness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.057

dengan nilai Sig. sebesar 0.169 (Sig. > 0.05), dengan demikian H04 yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari conscientiousness

terhadap kompetensi interpersonal di terima. Artinya, conscientiousness

tidak memiliki pengaruh secara positif yang signifikan terhadap kompetensi

interpersonal.

5. Variabel neuroticism : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.083 dengan

nilai Sig. sebesar 0.097 (Sig. > 0.05), dengan demikian H05 yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari neuroticism terhadap

kompetensi interpersonal di terima. Artinya, neuroticism tidak memiliki

pengaruh secara positif yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal.

6. Variabel openness to experience : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

-0.112 dengan nilai Sig. sebesar 0.007 (Sig. < 0.05), dengan demikian H06

yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari openness to

experience terhadap kompetensi interpersonal di tolak. Artinya, openness to

experience memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi

interpersonal. Nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan arah

hubungan yang negatif antara openness to experience terhadap kompetensi

interpersonal. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika skor

Page 107: LISA ULFAH - Psi.pdf

92

openness to experience seseorang itu rendah maka skor kompetensi

interpersonalnya akan tinggi, begitupun sebaliknya.

7. Variabel state loneliness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.548

dengan Sig. sebesar 0.000 (Sig. < 0,05), dengan demikian H07 yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap

kompetensi interpersonal di tolak. Artinya, state loneliness memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal. Nilai

koefisien regresi yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif

antara state loneliness terhadap kompetensi interpersonal. Dari arah

hubungan tersebut dapat diartikan jika skor state loneliness seseorang itu

tinggi maka skor kompetensi interpersonalnya akan tinggi, begitupun

sebaliknya.

8. Variabel trait loneliness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.196

dengan nilai Sig. sebesar 0.000 (Sig. < 0.05), dengan demikian H08 yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait loneliness terhadap

kompetensi interpersonal di tolak. Artinya, trait loneliness memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal. Nilai koefisien

regresi yang negatif menunjukkan arah hubungan yang negatif antara trait

loneliness terhadap kompetensi interpersonal. Dari arah hubungan tersebut

dapat diartikan jika skor trait loneliness seseorang itu rendah maka skor

kompetensi interpersonalnya akan tinggi, begitupun sebaliknya.

9. Variabel jenis kelamin : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1.926

dengan nilai Sig. sebesar 0.003 (Sig. < 0.05), dengan demikian H09 yang

Page 108: LISA ULFAH - Psi.pdf

93

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap

kompetensi interpersonal di tolak. Artinya, jenis kelamin memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal.

Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada kompetensi

interpersonal, yaitu:

Kompetensi interpersonal = 9.695 + 0.325 (konsep diri) + 0.028 (extraversion)

- 0.014 (agreebleness) + 0.057 (conscientiousness) + 0.083 (neuroticism) -

0.112 (openness to experience) + 0.548 (state loneliness) - 0.196 (trait

loneliness) + 1.926 (jenis kelamin).

4.5 Proporsi Varian

Selanjutnya, dianalisa bagaimana penambahan proporsi varians dari

masing-masing independent variable (IV) terhadap kompetensi interpersonal.

Berikut ini akan disajikan tabel, di mana dalam tabel tersebut terdiri atas kolom

pertama (model) adalah IV yang dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R Square)

merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu persatu

tersebut, kolom keenam (R square change) merupakan nilai murni varians DV

dari tiap IV yang dianalisis satu persatu, kolom ketujuh (F change) adalah nilai F

hitung bagi IV yang bersangkutan, kemudian kolom df ialah derajat kebebasan

atau taraf nyata bagi IV yang bersangkutan dan df terdiri atas numerator dan

denumerator. Lalu yang terakhir adalah kolom signifikansi (Sig. F change).

Besarnya proporsi varians pada kompetensi interpersonal dapat dilihat pada tabel

4.8

Tabel 4.8

Page 109: LISA ULFAH - Psi.pdf

94

Proporsi Varians untuk Masing-masing Independet Variabel

1. Variabel konsep diri memberikan sumbangan sebesar 29 % terhadap varians

kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change

= 145.399, df1 = 1 dan df2 = 356 dengan Sig. F Change = 0.000 (Sig. F

Change < 0.05)

Model Summary

Model R

RSquare

AdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Change Statistics

R SquareChange F Change df1 df2

Sig. FChange

1 .539a .290 .288 7.65748 .290 145.399 1 356 .000

2 .539b .291 .287 7.66457 .001 .342 1 355 .559

3 .541c .293 .287 7.66194 .002 1.243 1 354 .266

4 .543d .295 .287 7.66121 .002 1.068 1 353 .302

5 .546e .298 .288 7.65863 .002 1.238 1 352 .267

6 .562f .316 .304 7.57120 .018 9.176 1 351 .003

7 .751g .546 .555 6.05420 .248 198.937 1 350 .000

8 .770h .593 .584 5.85549 .029 25.159 1 349 .000

9 .777i .603 .593 5.78978 .010 8.966 1 348 .003a. Predictors : (Constant), konsep dirib. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversionc. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness,d. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousnesse. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousness, neuroticismf. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousness,neuroticism, openness to experienceg. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousness,neuroticism, openness to experience, state lonelinessh. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousness,neuroticism, openness to experience, state loneliness, trait lonelinessi. Predictors : (Constant), konsep diri, extraversion, agreebleness, conscientiousness,neuroticism, openness to experience, state loneliness, trait loneliness, jenis kelaminj. Dependent variabel : kompetensi interpersonal

Page 110: LISA ULFAH - Psi.pdf

95

2. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0.1 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change = 0.342 , df1 = 1 dan df2= 355 dengan Sig.F Change =

0.559 (Sig. F Change > 0,05).

3. Variabel agreebleness memberikan sumbangan sebesar 0.2 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change = 1.243 , df1 = 1 dan df2= 354 dengan Sig.F Change =

0.266 (Sig. F Change > 0,05).

4. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 0.2 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change = 1.068 , df1 = 1 dan df2= 353 dengan Sig.F Change =

0.302 (Sig. F Change. > 0,05).

5. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 0.2 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change = 1.238 , df1 = 1 dan df2= 352 dengan Sig.F Change =

0.267 (Sig. F Change > 0,05).

6. Variabel openness to experience memberikan sumbangan sebesar 1.8 %

terhadap varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut signifikan

dengan F Change = 9.176 , df1 = 1 dan df2= 351 dengan Sig.F Change =

0.003 (Sig. F Change < 0,05).

7. Variabel state loneliness memberikan sumbangan sebesar 24.8 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

Page 111: LISA ULFAH - Psi.pdf

96

Change = 198.937 , df1 = 1 dan df2= 350 dengan Sig.F Change = 0.000 (Sig.

F Change < 0,05).

8. Variabel trait loneliness memberikan sumbangan sebesar 2.9 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

Change = 25.159 , df1 = 1 dan df2= 349 dengan Sig.F Change = 0.000 (Sig.

F Change < 0,05).

9. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 1 % terhadap

varians kompetensi interpersonal. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

Change = 8.966 , df1 = 1 dan df2= 348 dengan Sig.F Change = 0.003 (Sig. F

Change < 0,05).

Page 112: LISA ULFAH - Psi.pdf

97

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini, akan dipaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang dilakukan.

Bab ini terdiri dari kesimpulan, diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari

konsep diri, extraversion, agreebleness, conscienstiousness, neuroticism,

openness to experience, state loneliness, trait loneliness, dan jenis kelamin

terhadap kompetensi interpersonal. Berdasarkan proporsi varian keseluruhan,

kompetensi interpersonal dipengaruhi konsep diri, agreebleness,

conscienstiousness, neuroticism, extraversion, openness to experience, state

loneliness, trait loneliness, dan jenis kelamin yaitu sebesar 60.3 %. Jika

berdasarkan koefisien regresi masing-masing independet variabel hanya variabel

konsep diri, openness to experience, state loneliness, trait loneliness dan jenis

kelamin yang mempengaruhi kompetensi interpersonal. Berdasarkan proporsi

varians masing-masing variabel, ternyata ada lima variabel yang memberikan

sumbangan secara signifikan. Variabel-variabel tersebut yaitu, konsep diri,

openness to experience, state loneliness, trait loneliness dan jenis kelamin.

5.2 Diskusi

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh variabel

konsep diri, traits kepribadian big five, tipe loneliness, dan jenis kelamin

terhadap kompetensi interpersonal pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian dan

Page 113: LISA ULFAH - Psi.pdf

98

pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa memang ada pengaruh secara

bersama-sama antara variabel konsep diri, trait kepribadian big five, tipe

loneliness, dan jenis kelamin terhadap kompetensi interpersonal pada remaja.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kresnawati

(2009), yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri

dengan kompetensi interpersonal. Semakin positif konsep diri yang dimiliki

seseorang, maka semakin tinggi kompetensi interpersonal yang dimiliki. Begitu

pula sebaliknya, semakin negatif konsep diri seseorang, maka semakin rendah

kompetensi interpersonal yang dimiliki. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Siteresmi (2007) bahwa konsep diri yang positif bekorelasi

positif dengan kompetensi interpersonal. Semakin positif atau tinggi kualitas

konsep diri, maka akan diikuti kenaikan tingkat kompetensi interpersonalnya.

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Hartanti (2006) yang menjelaskan bahwa konsep diri merupakan salah satu

faktor yang ikut menentukan keberhasilan seorang pengurus unit kegiatan

mahasiswa dalam menjalin hubungan dengan rekannya, seorang pengurus yang

mampu menerima diri apa adanya akan memiliki penghargaan yang tinggi

terhadap dirinya dan memiliki pandangan yang realistik mengenai

keterbatasannya dan akan lebih mampu menjalin hubungan interpersonalnya

dengan orang lain. Dengan demikian seorang remaja yang memiliki konsep diri

yang positif mereka yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi

masalah, mereka akan berusaha memposisikan dirinya dengan orang lain dengan

menjaga sikap yang baik. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dan

Page 114: LISA ULFAH - Psi.pdf

99

memiliki kemampuan dalam mengungkapkan apa yang dirasakan dan

dipikirkannya terhadap temannya, maka interaksi yang aktif akan terjalin dan

konflik dalam pertemanan dapat di hindarkan.

Selain konsep diri, variabel lain yang secara signifikan mempengaruhi

kompetensi interpersonal adalah state loneliness. Ada hal yang menarik dari

penelitian ini, bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara state

loneliness dengan kompetensi interpersonal. Hal ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester et al. (1988) yang menyebutkan

bahwa terdapat hubungan negatif antara state loneliness terhadap kompetensi

interpersonal. Dalam hal ini state loneliness adalah variabel yang

menggambarkan perasaan kesepian yang dirasakan individu yang disebabkan

oleh perubahan yang dramatis dalam kehidupannya dan bersifat temporer

(sementara). Dengan perasaan kesepian ini seseorang akan menarik diri dari

lingkungan, dan kurang terampil dalam berhubungan interpersonal. Dan

sebaliknya, pada diri seseorang yang memiliki loneliness yang rendah cenderung

memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.

Hubungan positif yang dihasilkan dalam penelitian ini bisa disebabkan

karena partisipan memiliki state loneliness yang tinggi. Partisipan memiliki

keyakinan bahwa perasaan kesepian yang mereka alami hanya bersifat sementara,

mereka tidak ingin berlarut-larut dalam kesepian sehingga mereka aktif dalam

berinteraksi dengan lingkungan maupun mengikuti kegiatan baru guna

mengurangi rasa kesepian tersebut. Karena dengan berinteraksi dengan

seseorang, individu meyakini bahwa teman-teman atau lingkungannya dapat

Page 115: LISA ULFAH - Psi.pdf

100

membantu individu tersebut dalam mengahadapi masalah yang telah

menyebabkan individu tersebut merasa kesepian. Seperti yang dijelaskan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2010) yang menjelaskan bahwa terdapat

pengaruh antara dukungan sosial terhadap perasaan kesepian pada lansia.

Selain variabel konsep diri dan state loneliness, trait loneliness juga

secara signifikan mempengaruhi kompetensi interpersonal. Dalam penelitian ini

didapatkan hasil pengaruh yang signifikan dengan arah negatif antara trait

loneliness dengan kompetensi interpersonal. Dengan kata lain semakin tinggi

kompetensi interpersonal seseorang maka semakin rendah trait loneliness.

Individu yang mengalami trait loneliness ia akan mengasingkan diri dari

lingkungan sosialnya, ia tetap merasa kesepian meskipun sedang bersama

teman-temannya, orang dengan trait loneliness yang tinggi sangat sulit untuk

bersosialisasi karena ia mempunyai kepuasan hubungan yang sangat rendah.

Dengan demikian seseorang yang mengalami trait loneliness yang tinggi maka ia

akan memiliki kemampuan yang rendah dalam hubungan interpersonalnya. Hal

ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester et al. (1988) yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara trait loneliness

dengan kemampuan dalam mengatasi masalah dan dukungan emosional, yaitu

aspek dari kompetensi interpersonal. Hal ini masuk akal, karena dalam suatu

hubungan yang efektif diperlukan kemampuan dalam mengatasi masalah dan

dukungan emosional yang memberikan rasa nyaman kepada orang lain. Tentu

hal ini tidak bisa terwujud jika seseorang mengalami perasaan kesepian yang

mendalam. Sehingga hubungan efektif yang diharapkan tidak akan tercapai.

Page 116: LISA ULFAH - Psi.pdf

101

Perlu dijelaskan bahwa seseorang yang memiliki trait loneliness yang

tinggi tidak disebabkan karena individu tersebut memiliki trait kepribadian

neuroticism ataupun introvert yang tinggi, karena dalam penelitian, seseorang

yang memiliki trait loneliness yang tinggi disebabkan oleh hasil ketidakpuasaan

dalam menjalin hubungan dengan orang lain, dapat dilihat dari beberapa item

dalam pengukuran trait loneliness yaitu kurangnya hubungan dalam pertemanan,

individu merasa ditinggalkan oleh teman-temannya maupun tidak ada seseorang

yang mengenal individu tersebut dengan baik. Dengan demikian dapat dijelaskan

bahwa tidak adanya tumpang tindih dalam penelitian mengenai trait dalam

kepribadian dengan trait dalam loneliness.

Selanjutnya, aspek dari trait kepribadian big five yang mempengaruhi

kompetensi interpersonal secara signifikan hanya openness to experience.

Sedangkan empat aspek lainnya, yaitu extraversion agreebleness, dan

conscientiousness, dan neuroticism tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi interpersonal. Dalam penelitian ini menemukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan secara negatif antara openness to experience

terhadap kompetensi interpersonal. Seseorang yang memiliki skor openness to

experience yang tinggi cenderung terbuka, ingin tahu, imaginatif, penuh

wawasan serta mampu menyesuaikan diri terhadap situasi dan ide baru

(Cloninger, 2004). Hubungan negatif ini bisa saja terjadi karena individu yang

memiliki skor openness yang tinggi lebih memperhatikan interaksinya dengan

orang lain dibandingkan pembicaan mengenai diri mereka sendiri. Individu

tersebut juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan lebih memperhatikan

Page 117: LISA ULFAH - Psi.pdf

102

dunia disekitar mereka. Dengan demikian mereka kurang memperhatikan

kualitas dari hubungan interaksinya dengan orang lain tersebut. Maka tidak

jarang seseorang yang memiliki openness yang tinggi memiliki hubungan

pertemanan yang tidak lama (Frisbie, 1998). Selain itu, menurut G. H. Kickul

(dalam Leary & Hoyle, 2009) juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan

negatif openness dengan pencapaian hubungan yang harmoni dalam kelompok

kerja karena individu dengan openness yang tinggi sangat individualistik.

Selain itu, variabel jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi

kompetensi interpersonal. Monks et al. (1990), yang menjelaskan bahwa jenis

kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi

interpersonal. Selain Monks, Nashori (2008) juga menjelaskan bahwa

kompetensi interpersonal juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat

internal yaitu jenis kelamin, trait kepribadian dan kematangan individu. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fajri

(2013) yang menjelaskan bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kompetensi interpersonal.

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Apollo (2010)

menjelaskan bahwa remaja perempuan mempunyai kompetensi interpersonal

lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Hadiyono dan Kahn (dalam Apollo, 2010) melaporkan bahwa remaja perempuan

memiliki kompetensi interpersonal yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki.

Hal ini memungkinkan karena perbedaan kemampuan interpersonal yang

dimiliki oleh laki-laki dan perempuan cenderung berbeda.

Page 118: LISA ULFAH - Psi.pdf

103

Salah satu aspek dari trait kepribadian big five yang tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi interpersonal adalah agreebleness.

Dengan demikian tidak terdapat pengaruh individu yang ramah, baik hati, mudah

bergaul, serta seseorang yang menghindari konflik terhadap kompetensi

interpersonalnya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Frisbie et al. (2000) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif

agreebleness terhadap conflict management dan emotional support, yaitu aspek

dari kompetensi interpersonal. Hal ini bisa saja terjadi karena partisipan dari

penelitian sebelumnya adalah wanita-wanita yang mempunyai hubungan dengan

pasangannya. Dengan demikian para wanita dituntut untuk bersikap ramah, baik,

bahkan bersikap hangat terhadap pasangannya sehingga hubungan interpersonal

dalam hubungannya dapat berjalan efektif. Dan mereka akan lebih saling

menyayangi dan mempertahankan hubungan dengan pasanganya.

Selain itu menurut Hoyle dan Leary (2009) pengertian tentang aspek

agreebleness pada setiap budaya relatif berbeda-beda. Arti dari sifat ramah atau

baik disetiap negarapun berbeda. Sedangkan pada orang indonesia pada

umumnya terkenal dengan warga yang bersikap ramah, yang mana hal tersebut

bukan lagi suatu keharusan dalam setiap interaksi dengan seseorang, melainkan

sesuatu yang sudah menjadi identitas pada diri orang indonesia untuk bersikap

ramah dan baik. Dengan demikian hal tersebut tidak bisa menjadi dasar pengaruh

keramahan terhadap kompetensi interpersonal pada diri individu.

Selain agreebleness, aspek kepribadian big five lainnya yang tidak

mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap kompetensi interpersonal adalah

Page 119: LISA ULFAH - Psi.pdf

104

aspek extraversion. Dengan kata lain seseorang yang periang, banyak bicara,

aktif, dominan, dan mudah bergaul belum tentu memiliki kompetensi

interpersonal yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Frisbie et al., (2000) yang menjelaskan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan extraversioan dengan aspek-aspek dari kompetensi

interpersonal. Hal ini bisa saja terjadi karena siswa yang mempunyai skor

extraverision yang tinggi cenderung lebih mendominasi, serta lebih aktif

dikelasnya. Namun siswa yang lebih dominan dikelas biasanya mereka hanya

mencari perhatian dari teman-temannya, dan justru mereka tidak memiliki

hubungan pertemanan yang efektif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan observasi

yang dilakukan peneliti, bahwa beberapa siswa yang dominan di dalam kelas

terlihat senang mengganggu teman-temannya yang lain. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan siswa yang dominan, periang dan

aktif terhadap kompetensi interpersonalnya.

Selain agreebleness dan extraversion, aspek kepribadian big five lainnya

yang tidak mempengaruhi kompetensi interpersonal adalah conscientiousness.

Siswa yang memiliki skor conscientiousness yang tinggi mereka cenderung

patuh terhadap peraturan, rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan tepat

waktu, dan termotivasi dalam meningkatkan prestasi (Cloninger, 2004). Dalam

penelitian ini conscientiousness bukanlah variabel yang mempengaruhi

kompetensi interpersonal pada diri siswa. Karena siswa dengan skor

conscientiousness yang tinggi lebih kaku terhadap hubungannya dengan

teman-temannya dan mereka terlalu berambisi dengan pencapaian prestasi yang

Page 120: LISA ULFAH - Psi.pdf

105

ingin didapatkannya (Digman, dalam Cloninger, 2004). Dengan demikian siswa

yang ingin meningkatkan hubungan interpersonalnya tidak dipengaruhi oleh

bagaimana siswa tersebut berambisi dalam pencapaian prestasi melainkan

adanya rasa nyaman serta tanggung jawab yang tinggi atas kualitas dalam suatu

hubungan yang mereka jalani (Cloninger, 2004).

Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Frisbie et al., (2000) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang

positif conscientiousness terhadap sikap asertif, yaitu salah satu aspek

kompetensi interpersonal. Hal ini bisa saja terjadi karena partisipan dalam

penelitian tersebut adalah wanita yang memiliki pasangan, sehingga mereka

dituntut untuk memiliki skor conscientiousness yang tinggi. Dengan

conscientiousness yang tinggi, dalam suatu hubungan biasanya mengalami

sedikit pertentangan dan konflik karena mereka secara umum bisa mengontrol,

mengorganisir, serta bertanggung jawab pada hubungan dengan pasangannya.

Selanjutnya, aspek neuroticism juga tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap kompetensi interpersonal. Dapat dilihat individu yang

memiliki skor tinggi pada neuroticism berarti individu tersebut mengalami

ketidakstabilan emosional, kecemasan, moodiness, temperamental, cepat

bersedih dan rentan terhadap gangguan stres (Leary & Hoyle, 2009). Dengan

demikian individu tersebut memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan

lingkungannya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Frisbie et al. (2000) yaitu terdapat hubungan yang negatif antara neuroticism

Page 121: LISA ULFAH - Psi.pdf

106

terhadap kemampuan dalam mengatasi konflik, yaitu salah satu aspek

kompetensi interpersonal. Hal ini bisa saja terjadi, karena seseorang yang

memiliki skor neuroticism yang tinggi lebih melibatkan perilaku yang kurang

efektif dalam mengatasi konflik. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

Ayodele (2013) juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara

neuroticism terhadap hubungan interpersonal. Hasil tidak adanya hubungan

signifikan ini bisa disebabkan karena kecemasan yang dirasakan individu tidak

membuat individu tersebut untuk menjauh dari teman-temannya. Karena

individu juga membutuhkan seseorang yang mampu meredamkan rasa cemas

ataupun depresi yang di alaminya.

Hal yang patut dicatat berdasarkan adanya keunikan dari hasil penelitian,

yaitu tidak signifikannya variabel extraversion, agreebleness, conscientiousness,

dan neuroticism. Hal ini terjadi dikarenakan adanya beberapa keterbatasan atau

kelemahan dalam penelitian. Antara lain partisipan yang kurang serius saat

mengisi kuesioner sehingga partisipan tidak fokus dalam mengisi kuesioner, atau

kondisi serta situasi pada saat partisipan mengisi kuesioner yang tidak kondusif

menyebabkan partisipan menjadi tidak konsentrasi dalam memberikan

responnya, atau dapat juga dikarenakan oleh banyaknya item dan tidak semua

item mencakup konsep yang bisa dimengerti secara jelas oleh partisipan.

Pada penelitian ini ternyata pengaruh keseluruhan independent variabel

(konsep diri, extraversion, agreebleness, conscienstiousness, neuroticism,

openness to experience, state loneliness, trait loneliness, dan jenis kelamin)

terhadap dependent variabel (kompetensi interpersonal) hanya 60,3 %. Hal ini

Page 122: LISA ULFAH - Psi.pdf

107

membuktikan bahwa masih banyak variabel lain di luar penelitian ini yang ikut

mempengaruhi kompetensi interpersonal. Hal demikian bisa terjadi karena dalam

penelitian ini hanya meneliti sembilan independent variabel saja, sehingga

variabel lain yang mungkin ikut berpengaruh tidak ikut diteliti.

5.3 Saran

Terkait dengan hasil penelitian, peneliti akan memberikan beberapa saran yang

bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya dan sebagai masukan bagi pembaca.

Saran dibagi menjadi dua, yaitu saran metodologis, dan saran praktis. Saran

metodologis sebagai bahan pertimbangan untuk perkembangan penelitian

selanjutnya. Sedangkan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan

masukan bagi pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Selain populasi sekolah, penelitian ini juga bisa digunakan kepada

populasi lain, seperti bidang organisasi, karyawan ataupun

komunitas-komunitas yang aktif lainnya.

2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih beragam, variabel

lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini, seperti usia, keadaan

sekeliling, keinginan untuk mempunyai status, interaksi orang tua,

ataupun teman sebaya dapat dijadikan variabel yang diteliti untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap kompetensi interpersonal.

5.3.2 Saran Praktis

1. Untuk orangtua dan pembimbing

Page 123: LISA ULFAH - Psi.pdf

108

Dilihat dari hasil penelitian, diketahui bahwa konsep diri

merupakan variabel yang lebih besar dalam memberikan

pengaruhnya terhadap kompetensi interpersonal. Maka

disarankan untuk bisa memberikan pengawasan dan bimbingan

pada remaja agar remaja dapat mengembangkan konsep diri yang

positif bagi dirinya, sehingga dengan konsep diri yang positif

dapat membantu remaja dalam berinteraksi dengan teman

sebayanya. Karena lingkungan juga merupakan sumber yang

dapat mendukung dan mengembangkan kemampuan remaja

untuk mengkoordinasikan emosi, kognisi, tingkah laku baik

dalam adaptasi jangka pendek maupun proses perkembangan

jangka panjang.

2. Untuk remaja

Dapat memberi penilaian pada diri sendiri secara positif

mengenai kemampuan, keberartian, maupun keberhargaan

sehingga hal tersebut dapat membantu remaja dalam berinteraksi

dengan teman sebayanya maupun lingkungannya. Dengan

mengenali kemampuan diri remaja baik positif ataupun negatif,

remaja mampu menciptakan dan membina hubungan

interpersonal yang efektif sehingga konflik dalam pertemanan

dengan teman sebayanya dapat dihindari.

Page 124: LISA ULFAH - Psi.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Apollo. (2010). Hubungan antara peran jenis dengan kompetensi interpersonalpada remaja. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Mandala, Madiun.

Ayodele, K. O. (2013). The influence of big five personality factors on lectures -students interpersonal relationship. Journal of the african educationalresearch network, 13 (1).

Berko, R., Aitken, J. E., & Wolvin, A. (2010). ICOMM: interpersonal conceptand competencies: foundations of interpersonal communication. UnitedKingdom: Rowman & Littlefield Publishers, Inc.

Buhrmester, D. (1990). Intimacy of friendship, interpersonal competence, andadjustment during preadolescence and adolescence. Journal of ChildDevelopment, 1101-1111. doi: 10.2307/1130878.

Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1988). Five domainof interpersonal competence in peer relationships. Journal of Personalityand Social Psychology, 55 (6), 991-1008.

Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. (1990). Psikologi tentang penyesuaian danhubungan kemanusaiaan. Semarang: Press Semarang.

Cervon, D., & Pervin, L. A. (2013). Personality: Theory and research, 12thedition. New York: Wiley.

Chow, M. C., Ruhl, H., & Buhrmster. D. (2013). The mediating role ofinterpersonal competence between adolescents empathy and friendshipquality: A dyadic approach. Journal of Adolescence, 36 (4) 191-200.

Cloninger, S. C. (2004). Theories of personality understanding person, fourthedition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

DeVito, JA. (1996). The interpersonal communication book, 7th edition. NewYork: Harper Collins College Publishers.

Donellan, M. B., Oswald, F. L., Baird, B. M., Lucas, R. E. (2006). The mini IPIPscale: Tiny-yet-effective measure of the big five factors of personality.Journal of psychological asessment by the american psychologicalassociation, 18 (2), 192-203. doi: 10.1037/1040-3590.18.2.192

Farber, B. A. (2006) Self-disclosure in psychotherapy. United States of America:The Guilford Press.

Page 125: LISA ULFAH - Psi.pdf

Fisher, B. A. & Adams, K. L. (1994). Interpersonal communication: Pragmaticsof human relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.

Fitts, W. H. (1971). The self concept and self actualization, 1st edition. LosAngels Western Psychology.

Fitts, W. H., & Warren. L. W. (1996). Tennessee self-concept scale-secondedition (TSCS:2) manual. Los Angels: Western Psychological Service.

Friedman, H. S. (1998). Encyclopedia of mental health. San Diego: AcademicPress.

Frisbie, Shauna H., Fitzpatrich, Jacki, Feng, du & Crawford, Duane. (2000).Women’s Personality Traits, Interpersonal Competence and Affection ForDating Partness: A test of the contextual model. Journal of SocialBehavior and Personality, 28 (6), 585-594.

Goldberg, L. R. (1999). A broad-bandwidth, public-domain, personalityinventory measuring the lower-level facets of several five-factors models.Journal Personality Psychology in Europe,7 (2), 7-28.

Hartanti. (2005). Hubungan antara konsep diri dengan kompetensi interpersonalpada pengurus unit kegiatan mahasiswa universitas diponegoro (UKMUndip). Jurnal Psikologi. Universitas Diponegoro.

Hayati, S. (2010). Pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia.Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Gardner, H. (2011). Frames of mind: The theory of multiple intellegence for 21thCentury. New York: Basic Book.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjangrentang kehidupan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga.

Kresnawati, Sitra. (2009). Hubungan antara konsep diri dengan kompetensiinterpersonal pada anggota Rotaract Club Semarang. Skripsi, FakultasPsikologi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Leary, M. R. & Hoyle, R. H. (2009). Handbook of individual differences insocial behavior. New York: The Guilford Press.

Mahoney, J. L., Cairns, B. D., & Farmer, T. W. (2003). Promoting interpersonalcompetence and educational succsess through extracurricular activityparticipation. Journal of Educational Psychology, 95 (2), 409-418. doi:10.1037/0022-0663.95.2.409.

Page 126: LISA ULFAH - Psi.pdf

McCrae, R. R. & Costa, P. T. (1997). Personality trait structure as a humanuniversal. Journal of american psychologist, 52 (5), 509-516.

McCrae, R. R. & Costa, P. T. (2006). Personality in adulthood: A five-factortheory perspective second edition. New York: The Guilford Press.

Mercer, S. (2011). Towards an understanding of language learner self-concept.New York: Springer.

Mischel, W., Shoda, Y., Ayduk, O. (2008). Introduction to personality: Towardan integration science of the person, eight edition. United State ofAmerica: John Wiley & Sons, Inc.

Mischel, W., Shoda, Y., Smith, R. E. (2003). Introduction to personality: Towardan integration, seventh edition. United State of America: John Wiley &Sons, Inc.

Monks, F. J. (1990). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada.

Monks, F. J., & Knoers, A. M. P. (2006). Psikologi perkembangan: Pengantardalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Paulk, A. L., (2008). Romantic relationship attachment and identity style aspredictors of adolescent interpersonal competence: a mediation model.Dissertation. UMI: Proquest LLC.

Paulsel, M. L. & Mottet, T. P. (2004). Interpersonal communication motives: Acommunibiological perspective. Journal of Communication Quarterly, 52(2), 182-195.

Peplau & Goldston. (1984). Preventing the harmful consequences of severe andpersistent loneliness. U.S. Government Printing Office: DDH Publication.

Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Rammstedt, B., Goldberg, L. R., Borg, I. (2011) The measurement equivalenceof Big Five factor markers for persons with different levels of education.Journal Res Pers. Author manuscript, 44(4), 53-61. doi:10.1016/j/jrp.2009.10.005.

Rickheit, G. & Strohner, H. (2008). Handbook of communication competence.Germany: Walter de Gruyter GmbH & Co. KG, D-10785 Berlin.

Robinson, J. P., Shaver, P. R., Wrightsman, L. S. (1991). Measure of personalityand social psychological attitudes. California: Academic Press.

Page 127: LISA ULFAH - Psi.pdf

Rotenberg, K. J. (1994). Loneliness and interpersonal trust. Journal of social andclinical psychology, 13 (2), 152-173.

Russell, D. W. (1996). UCLA loneliness scale (version 3): Reliability, validity,and factor structure. Journal of personality assessment, 66(1), 20-40.

Salkind, Neil J. (2006). Encyclopedia of human development. United State ofAmerica: Sage Publication, Inc.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja, edisi keenam.Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup, Edisi5, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Schwartz, A. E. (2006). Assertiveness: Responsible communication. United Stateof America: A. E. Schwartz & Associates.

Shantz, C. U., Hartup, W. (1992). Conflict In Child And Adolescent Development.New York : Cambridge University Press.

Sitaresmi, L. (2007). Hubungan antara konsep diri positif dengan kemampuaninterpersonal aktivis dakwah kampus di LDK UIN Syarif HidayatullahJakarta. Skripsi, Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidatullah, Jakarta.

Spitzberg, B. H. & Cupach, W. R. (2012). Handbook of interpersonalcompetence research (recent research in psychology). Springer - Velag :New York.

Suryabrata, S. (2008). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan ajar fakultas psikologi UINJakarta. Tidak Dipublikasikan.

________. (2014). Saling ejek saat chatting tawuran pelajar pecah. Diunduhtanggal 23 Januari 2015 darihttp://metro.sindonews.com/read/840263/31/saling-ejek-saat-chatting-tawuran-pelajar-pecah-1393653527

________. (2012). Saling ledek dua kelompok pelajar adu senjata. Diunduhtanggal 23 Januari 2015 darihttp://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/12/16595124/Saling.Ledek.Dua.Kelompok.Pelajar.Adu.Senjata

Page 128: LISA ULFAH - Psi.pdf

________. (2014). Inilah kronologi kasus bully anak SD Bukittinggi. Diunduhtanggal 23 Januari 2015 darihttp://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/12/ndbsmg-inilah-kronologi-kasus-bully-anak-sd-di-bukittinggi

_________.(2014). Indonesia masuk kategori darurat bullying di sekolah.Diunduh tanggal 24 Januari 2015 darihttp://www.beritasatu.com/gaya-hidup/219515-indonesia-masuk-kategori-darurat-bullying-di-sekolah.html

Page 129: LISA ULFAH - Psi.pdf

LAMPIRAN

PENGANTAR

Page 130: LISA ULFAH - Psi.pdf

Assalamu’alaikumWr. Wb

Saya adalah mahasiswi semester 9 fakultas Psikologi UIN Syarif HidayatullahJakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhirsaya (Strata 1). Saya membutuhkan bantuan adik-adik sekalian untuk menjadiresponden dalam penelitian ini, dengan mengisi jawaban yang sesuai denganpengalaman adik-adik sangat membantu saya dalam penelitian ini. Identitas respondendan jawaban yang diberikan, akan dijaga dan dijamin kerahasiaannya.

Atas bantuan dan kerjasama adik-adik sekalian dalam mengisi kuesioner ini,saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikumWr.WbHormat saya,Peneliti

Lisa Ulfah

Identitas Responden (WAJIB DIISI)

Nama/Inisial : ..................................................Usia : .............. tahunJenis kelamin : *laki-laki/Perempuan*Coret yang tidak perlu

Pernyataan:

Saya bersedia mengisi kuesioner penelitian berikut ini. Data yang saya isikanmerupakan benar adanya.

Ttd Responden

Petunjuk Pengisian:

Bacalah dan pahami setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti. Berilah tanda checklist(V) pada kolom di sebelah kanan tiap pernyataan yang paling sesuai dengan pendapatadik-adik. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adik-adik hanyadiminta untuk menjawab pernyataan yang sesuai dengan diri adik-adik. Pilihan jawabantersebut adalah:

SS : Sangat sering J : JarangS : Sering TP : Tidak pernah

Page 131: LISA ULFAH - Psi.pdf

Sebelum adik-adik menyerahkan lembaran ini, harap periksa kembali dan pastikansemua nomor telah terisiContoh:Pernyataan TP J S SSSaya mengajak teman baru untuk melakukan sesuatu bersama. V

SS : Sangat setuju TS : Tidak setujuS : Setuju STS : Sangat tidak setuju

Contoh:Pernyataan STS TS S SSSaya rajin mengerjakan sholat 5 waktu V

>> Selamat Mengerjakan <<

Skala 1Pernyataan TP J S SSSaya mengajak teman baru untuk melakukan sesuatu bersama.Saya mengatakan kepada teman tentang perlakuan dia terhadap sayayang tidak saya sukai.Saya menceritakan sesuatu yang pribadi ketika sedang berbincangdengan teman baruSaya membantu teman saya untuk menentukan suatu pilihan hidup yangbesar, seperti pilihan karirSaya mengakui kesalahan ketika terjadi pertengkaran serius yangdisebabkan oleh perbedaan pendapat denganteman sayaSaya berusaha menjadi orang yang menarik dan menyenangkan ketikapertama kali mengenal teman baru.Saya mengatakan "tidak" apabila teman saya mengajak melakukansesuatu yang tidak saya sukai.Saya membiarkan teman baru untuk mengetahui "diri saya yangsebenarnya"Saya berusaha dengan sabar dan sensitif mendengarkan "curhatan" temansaya.Saya mengutarakan rasa penyesalan ketika bertengkar dengan teman sayaSaya menelepon teman baru untuk untuk merencakan waktu jalan-jalanbersamaSaya mengatakan kepada teman saya bahwa dia telah melakukan sesuatuyang menyakiti hati sayaSaya menceritakan kepada teman dekat betapa saya mengahargai danpeduli kepadanya.Saya membantu teman saya dalam mengatasi masalahnya dengankeluarga atau dengan temannya yang lainSaya berusaha menahan diri untuk tidak mengatakan hal yang bisamemicu pertengkaran besarSaya mengajak teman baru untuk melakukan sesuatu yang menurut sayadia teman yang menarik

Page 132: LISA ULFAH - Psi.pdf

Saya mengatakan kepada teman saya bahwa dia telah melakukan sesuatuyang membuat saya marahSaya mencari cara untuk memulai pembicaraan yang lebih pribadidengan teman agar lebih mengenal dekat satu sama lainSaya berusaha menjadi pendengar yang baik saat teman saya sedangmarah atau kesalKetika bertengkar dengan teman, saya mampu menerima sudut pandangyang diutarakannya, walaupun saya tidak setuju dengan pendapatnyaSaya mendatangi suatu perkumpulan dimana saya tidak terlalu mengenalimereka, karena saya ingin memulaihubungan pertamanan yang baru dengan merekaSaya tetap pada pendirian saya ketika teman saya mengabaikan atau tidakmemperdulikan sayaSaya menceritakan kepada teman dekat tentang hal memalukan yangpernah saya alamiSaya berusaha berbicara dan melakukan sesuatu untuk mensupport temanyang sedang sedih atau terpurukKetika bertengkar dengan teman saya, saya mampu mengetahuiperspektif dan memahami sudut pandangnya

Skala 2Pernyataan STS TS S SSSaya rajin mengerjakan sholat 5 waktuSaya adalah orang yang senang melakukan kegiatan positifSaya menyelesaikan pekerjaan tepat waktuSaya memilki tubuh yang sehatSaya orang yang santunSaya adalah orang yang ceriaSaya mengerti dengan baik tentang keluarga sayaSaya adalah orang yang ramahSaya senang menolong teman yang sedang kesusahanSaya adalah orang yang akan berusaha sebaik mungkin dalammengerjakan sesuatuTidak ada kesuliatan bagi saya untuk berbincang dengan orang lainSaya termasuk orang yang berpenampilan rapiSaya merasa puas dengan sopan santun dan perilaku sayaSaya mempunyai kontrol diri yang baikSaya dari keluarga yang bahagiaSaya mudah bersahabat dengan siapa sajaSaya tidak tahu diri saya yang sebenarnyaSaya kurang pandai dalam permainan dan olahragaTerkadang saya tidak jujur dengan apa yang saya katakanSaya merasa orang yang menderitaSaya adalah orang yang tidak dapat dipercayaSaya merasa banyak orang yang membenci sayaSaya sering bertengkar dengan keluarga sayaSaya tidak tertarik pada apa yang orang lain lakukan

Page 133: LISA ULFAH - Psi.pdf

Skala 3Pernyataan STS TS S SS1. Saya menghidupkan suasana kelas2. Saya berbicara dengan banyak orang di kelas3. Saya tidak suka jadi pusat perharian4. Saya tidak banyak bicara5. Saya simpati dengan perasaan orang lain6. Saya dapat merasakan emosi orang lain7. Saya tidak memikirkan orang lain8. Saya tidak tertarik pada masalah orang lain9 Saya suka keteraturan10. Saya mengacaukan segala hal11. Saya sering lupa mengembalikan barang-barang ke tempatnya12. Saya menyelesaikan tugas dengan segera13. Suasana hati saya sering berubah14. Saya orang yang tenang15. Saya mudah marah16. Saya jarang merasa sedih17. Saya mempunyai imajinasi yang tinggi18. Saya tidak memiliki imajinasi yang baik19. Saya kesulitan memahami ide-ide yang abstrak20. Saya tidak tertarik pada ide-ide yang abstrak

Skala 4

Pernyataan STS TS S SS1. Dalam beberapa hari ini, saya merasa dekatt dengan orang-orang

disekitar saya2. Dalam beberapa hari ini, saya merasa kurang mempunyai

pertemanan3. Dalam beberapa hari ini, saya merasa saya adalah bagian dari

kelompok teman-teman saya4. Dalam beberapa hari ini, ide dan pendapat saya tidak saya

ceritakan kepada orang-orang disekitar saya5. Dalam beberapa hari ini, ada orang-orang yang dekat dengan saya6. Dalam beberapa hari ini, saya merasa ditinggalkan7. Dalam beberapa hari ini, tidak ada orang yang mengenal saya

dengan baik8. Dalam beberapa hari ini, ada orang-orang yang bisa saya andalkan9. Dalam beberapa hari ini, ketika saya sendirian, saya merasa

kesepian10. Dalam beberapa hari ini, seberapa sering anda merasa

kesepian?1. Tidak pernah

Page 134: LISA ULFAH - Psi.pdf

2. Kadang-kadang3. Sering4. Hampir setiap waktu

11. Dalam beberapa hari ini, ketika anda merasa kesepian, seberapadalam anda merasa kesepian?1. Tidak merasa kesepian2. Sedikit merasa kesepian3. Cukup merasa kesepian4. Sangat merasa kesepian

12. Dibandingkan dengan teman-teman anda, seberapa dalam andamerasa kesepian dalam beberapa hari ini?1. Perasaan kesepian yang sangat di bawa rata-rata2. Perasaan kesepian yang sedikit di bawah rata-rata3. Perasaan kesepian yang sedikit di atas rata-rata4. Perasaa kesepian yang sangat di atas rata-rata

Skala 5

Pernyataan STS TS S SS1. Dalam beberapa tahun ini, saya merasa dekatt dengan orang-orang

disekitar saya2. Dalam beberapa tahun ini, saya merasa kurang mempunyai

pertemanan3. Dalam beberapa tahun ini, saya merasa saya adalah bagian dari

kelompok teman-teman saya4. Dalam beberapa tahun ini, ide dan pendapat saya tidak saya

ceritakan kepada orang-orang disekitar saya5. Dalam beberapa tahun ini, ada orang-orang yang dekat dengan

saya6. Dalam beberapa tahun ini, saya merasa ditinggalkan7. Dalam beberapa tahun ini, tidak ada orang yang mengenal saya

dengan baik8. Dalam beberapa tahun ini, ada orang-orang yang bisa saya

andalkan9. Dalam beberapa tahun ini, ketika saya sendirian, saya merasa

kesepian10. Dalam beberapa tahun ini, seberapa sering anda merasa

kesepian?1.Tidak pernah2. Kadang-kadang3. Sering4. Hampir setiap waktu

11. Dalam beberapa tahun ini, ketika anda merasa kesepian,seberapa dalam anda merasa kesepian?

Page 135: LISA ULFAH - Psi.pdf

1. Tidak merasa kesepian2. Sedikit merasa kesepian3. Cukup merasa kesepian4. Sangat merasa kesepian

12. Dibandingkan dengan teman-teman anda, seberapa dalam andamerasa kesepian dalam beberapa tahun ini?1. Perasaan kesepian yang sangat di bawa rata-rata2. Perasaan kesepian yang sedikit di bawah rata-rata3. Perasaan kesepian yang sedikit di atas rata-rata4. Perasaa kesepian yang sangat di atas rata-rata

>>Terima Kasih<<

Page 136: LISA ULFAH - Psi.pdf

Syntax dan Output

Syntax Kompetensi Interpersonal

UJI VALIDITAS KIDA NI=23 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21ITEM22 ITEM23KM SY FI=KI.CORMO NX=23 NK=1 LX=FR TD=SYLKKIFR TD 18 9 TD 16 12 TD 14 3 TD 23 19 TD 21 19 TD 22 19 TD 6 3 TD 18 13 TD 12 2 TD 3 2TD 16 2 TD 20 16 TD 8 6 TD 18 5 TD 19 3 TD 14 8 TD 19 1 TD 5 2 TD 12 9 TD 12 7 TD 18 14TD 15 13 TD 9 1 TD 22 17 TD 23 9 TD 13 1 TD 2 1 TD 20 4 TD 13 11 TD 16 3 TD 16 14 TD14 12 TD 14 11 TD 17 12 TD 11 3 TD 11 5 TD 16 4 TD 20 11 TD 20 3 TD 4 3 TD 3 1 TD 17 9TD 15 5 TD 23 11 TD 19 11 TD 6 1 TD 11 2 TD 7 5 TD 15 14 TD 15 8 TD 19 18 TD 23 18 TD15 3PDOU TV SS MI

Syntax Konsep Diri

UJI VALIDITAS KDDA NI=22 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21ITEM22KM SY FI=KD.CORMO NX=22 NK=1 LX=FR TD=SYLKKDFR TD 22 21 TD 21 18 TD 16 11 TD 18 10 TD 22 2 TD 21 19 TD 21 20 TD 3 1 TD 18 12TD 16 4 TD 16 15 TD 9 7 TD 9 4 TD 20 18 TD 3 2 TD 14 6 TD 19 1 TD 20 6PDOU TV SS MI

Syntax Kepribadian Agreebleness

UJI VALIDITAS AGREEDA NI=4 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4KM SY FI=AGREE.CORMO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SYLKAGREE

Page 137: LISA ULFAH - Psi.pdf

FR TD 3 2PDOU TV SS MI

Syntax Kepribadian Conscientiousness

UJI VALIDITAS CONSDA NI=4 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4KM SY FI=CONS.CORMO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SYLKCONSFR TD 2 1PDOU TV SS MI

Syntax Kepribadian Extraversion

UJI VALIDITAS EXTRDA NI=4 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4KM SY FI=EXTR.CORMO NX=4 NK=1 LX=FRLKEXTRPDOU TV SS MI

Syntax Kepribadian Neuroticism

UJI VALIDITAS NEURDA NI=3 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3KM SY FI=NEUR.CORMO NX=3 NK=1 LX=FRLKNEURPDOU TV SS MI

Syntax Kepribadian Openness to Experience

UJI VALIDITAS OPENDA NI=4 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4KM SY FI=OPEN.COR

Page 138: LISA ULFAH - Psi.pdf

MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SYLKOPENFR TD 3 1PDOU TV SS MI

Syntax State Loneliness

UJI VALIDITAS SLDA NI=9 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9KM SY FI=SL.CORMO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SYLKSLPDOU TV SS MI

Syntax Trait Loneliness

UJI VALIDITAS TLDA NI=11 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11KM SY FI=TL.CORMO NX=11 NK=1 LX=FR TD=SYLKTLFR TD 7 3 TD 10 1 TD 10 2 TD 8 4 TD 8 5 TD 7 6 TD 11 9 TD 11 6 TD 10 3 TD 10 9 TD 97 TD 9 5 TD 3 1 TD 4 1 TD 11 8 TD 10 5 TD 5 1 TD 7 5PDOU TV SS MI

Page 139: LISA ULFAH - Psi.pdf

Output Kompetensi Interpersonal

DATE: 2/ 5/2015TIME: 15:10

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively byScientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004

Use of this program is subject to the terms specified in theUniversal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file C:\Users\Aspire\Desktop\setelah revisi\skalakompetensi interpersonal\Setelah di drop\KI PRELIS.spl:

UJI VALIDITAS KIDA NI=23 NO=358 MA=PMLAITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11

ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21ITEM22 ITEM23KM SY FI=KI.CORMO NX=23 NK=1 LX=FR TD=SYLKKIFR TD 18 9 TD 16 12 TD 14 3 TD 23 19 TD 21 19 TD 22 19 TD 6 3 TD 18 13 TD 12 2 TD 3 2

TD 16 2 TD 20 16 TD 8 6 TD 18 5 TD 19 3 TD 14 8 TD 19 1 TD 5 2 TD 12 9 TD 12 7 TD 18 14TD 15 13 TD 9 1 TD 22 17 TD 23 9 TD 13 1 TD 2 1 TD 20 4 TD 13 11 TD 16 3 TD 16 14 TD14 12 TD 14 11 TD 17 12 TD 11 3 TD 11 5 TD 16 4 TD 20 11 TD 20 3 TD 4 3 TD 3 1 TD 17 9TD 15 5 TD 23 11 TD 19 11 TD 6 1 TD 11 2 TD 7 5 TD 15 14 TD 15 8 TD 19 18 TD 23 18 TD15 3PDOU TV SS MI

UJI VALIDITAS KI

Page 140: LISA ULFAH - Psi.pdf

Number of Input Variables 23Number of Y - Variables 0Number of X - Variables 23Number of ETA - Variables 0Number of KSI - Variables 1Number of Observations 358

UJI VALIDITAS KI

Correlation Matrix

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5ITEM6

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM1 1.00ITEM2 0.26 1.00ITEM3 0.32 0.41 1.00ITEM4 0.10 0.18 0.36 1.00ITEM5 0.05 0.20 0.07 0.09 1.00ITEM6 0.09 0.19 0.08 0.18 0.05 1.00ITEM7 0.06 0.10 0.09 0.09 0.13 0.10ITEM8 0.17 0.22 0.37 0.26 0.14 0.06ITEM9 0.23 0.06 0.16 0.22 0.09 0.24

ITEM10 0.15 0.16 0.27 0.16 0.11 0.25ITEM11 0.29 0.31 0.53 0.31 0.23 0.21ITEM12 0.22 0.46 0.38 0.27 0.18 0.26ITEM13 0.07 0.20 0.19 0.27 0.12 0.21ITEM14 0.12 0.07 -0.19 0.15 0.12 0.09ITEM15 0.24 0.13 0.13 0.20 -0.01 0.22ITEM16 0.15 0.38 0.39 0.29 0.09 0.21ITEM17 0.19 0.16 0.29 0.17 0.13 0.27ITEM18 0.01 0.02 0.02 0.15 0.22 0.17ITEM19 0.01 0.17 0.16 0.26 0.15 0.10ITEM20 0.24 0.16 0.40 0.39 0.01 0.19ITEM21 0.04 0.20 0.21 0.08 0.14 0.05ITEM22 0.10 0.16 0.21 0.20 0.08 0.22ITEM23 0.02 0.02 0.10 0.19 0.00 -0.03

Correlation Matrix

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM7 1.00ITEM8 0.15 1.00ITEM9 0.00 0.25 1.00

ITEM10 -0.02 0.31 0.25 1.00ITEM11 0.07 0.39 0.23 0.35 1.00ITEM12 -0.02 0.33 0.12 0.36 0.38 1.00ITEM13 0.12 0.28 0.20 0.18 0.25 0.33ITEM14 0.02 -0.05 0.14 -0.01 0.03 -0.02ITEM15 0.01 0.13 0.24 0.15 0.26 0.24ITEM16 0.07 0.22 0.12 0.28 0.24 0.56ITEM17 0.09 0.27 0.15 0.22 0.39 0.18

Page 141: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM18 0.02 0.16 0.48 0.15 0.11 0.21ITEM19 0.10 0.28 0.29 0.15 0.37 0.25ITEM20 0.05 0.24 0.20 0.23 0.43 0.28ITEM21 0.01 0.13 0.09 0.06 0.14 0.18ITEM22 0.03 0.26 0.22 0.19 0.24 0.29ITEM23 0.08 0.11 0.23 0.01 0.21 0.10

Correlation Matrix

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17ITEM18

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM13 1.00ITEM14 0.22 1.00ITEM15 0.30 0.23 1.00ITEM16 0.29 -0.09 0.15 1.00ITEM17 0.32 0.09 0.21 0.16 1.00ITEM18 0.29 0.24 0.13 0.11 0.20 1.00ITEM19 0.29 0.18 0.17 0.19 0.23 0.30ITEM20 0.27 0.11 0.15 0.37 0.24 0.06ITEM21 0.10 -0.05 0.00 0.16 0.15 0.02ITEM22 0.23 0.10 0.20 0.16 0.09 0.15ITEM23 0.15 0.05 0.05 0.10 0.07 0.16

Correlation Matrix

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23-------- -------- -------- -------- --------

ITEM19 1.00ITEM20 0.28 1.00ITEM21 0.26 0.10 1.00ITEM22 0.36 0.26 0.05 1.00ITEM23 0.40 0.16 -0.03 0.16 1.00

UJI VALIDITAS KI

Parameter Specifications

LAMBDA-X

KI--------

ITEM1 1ITEM2 2ITEM3 3ITEM4 4ITEM5 5ITEM6 6ITEM7 7ITEM8 8ITEM9 9

ITEM10 10ITEM11 11ITEM12 12

Page 142: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM13 13ITEM14 14ITEM15 15ITEM16 16ITEM17 17ITEM18 18ITEM19 19ITEM20 20ITEM21 21ITEM22 22ITEM23 23

THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5ITEM6

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM1 24ITEM2 25 26ITEM3 27 28 29ITEM4 0 0 30 31ITEM5 0 32 0 0 33ITEM6 34 0 35 0 0 36ITEM7 0 0 0 0 37 0ITEM8 0 0 0 0 0 39ITEM9 41 0 0 0 0 0

ITEM10 0 0 0 0 0 0ITEM11 0 44 45 0 46 0ITEM12 0 48 0 0 0 0ITEM13 52 0 0 0 0 0ITEM14 0 0 55 0 0 0ITEM15 0 0 60 0 61 0ITEM16 0 66 67 68 0 0ITEM17 0 0 0 0 0 0ITEM18 0 0 0 0 75 0ITEM19 80 0 81 0 0 0ITEM20 0 0 85 86 0 0ITEM21 0 0 0 0 0 0ITEM22 0 0 0 0 0 0ITEM23 0 0 0 0 0 0

THETA-DELTA

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM7 38ITEM8 0 40ITEM9 0 0 42

ITEM10 0 0 0 43ITEM11 0 0 0 0 47ITEM12 49 0 50 0 0 51ITEM13 0 0 0 0 53 0ITEM14 0 56 0 0 57 58ITEM15 0 62 0 0 0 0

Page 143: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM16 0 0 0 0 0 69ITEM17 0 0 72 0 0 73ITEM18 0 0 76 0 0 0ITEM19 0 0 0 0 82 0ITEM20 0 0 0 0 87 0ITEM21 0 0 0 0 0 0ITEM22 0 0 0 0 0 0ITEM23 0 0 95 0 96 0

THETA-DELTA

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17ITEM18

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM13 54ITEM14 0 59ITEM15 63 64 65ITEM16 0 70 0 71ITEM17 0 0 0 0 74ITEM18 77 78 0 0 0 79ITEM19 0 0 0 0 0 83ITEM20 0 0 0 88 0 0ITEM21 0 0 0 0 0 0ITEM22 0 0 0 0 92 0ITEM23 0 0 0 0 0 97

THETA-DELTA

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23-------- -------- -------- -------- --------

ITEM19 84ITEM20 0 89ITEM21 90 0 91ITEM22 93 0 0 94ITEM23 98 0 0 0 99

UJI VALIDITAS KI

Number of Iterations = 23

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-X

KI--------

ITEM1 0.37(0.06)

6.55

ITEM2 0.37(0.06)

6.53

Page 144: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM3 0.56(0.05)10.34

ITEM4 0.44(0.05)

8.16

ITEM5 0.23(0.06)

4.15

ITEM6 0.43(0.05)

7.81

ITEM7 0.16(0.06)

2.74

ITEM8 0.57(0.05)10.86

ITEM9 0.45(0.06)

8.15

ITEM10 0.47(0.05)

8.95

ITEM11 0.64(0.05)12.33

ITEM12 0.62(0.05)12.09

ITEM13 0.51(0.05)

9.71

ITEM14 0.24(0.06)

4.09

ITEM15 0.42(0.06)

7.52

ITEM16 0.41(0.06)

Page 145: LISA ULFAH - Psi.pdf

7.48

ITEM17 0.52(0.05)

9.70

ITEM18 0.29(0.06)

5.28

ITEM19 0.47(0.05)

8.65

ITEM20 0.48(0.05)

8.86

ITEM21 0.21(0.06)

3.73

ITEM22 0.43(0.05)

7.93

ITEM23 0.17(0.06)

2.98

PHI

KI--------

1.00

THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5ITEM6

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM1 0.87

(0.07)12.97

ITEM2 0.14 0.85(0.04) (0.07)

3.26 13.11

ITEM3 0.12 0.20 0.70(0.04) (0.04) (0.06)

3.08 5.15 12.35

Page 146: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM4 - - - - 0.13 0.81(0.04) (0.06)

3.30 12.88

ITEM5 - - 0.11 - - - - 0.95(0.04) (0.07)

2.59 13.30

ITEM6 -0.10 - - -0.17 - - - - 0.81(0.04) (0.04) (0.06)-2.37 -4.70 12.80

ITEM7 - - - - - - - - 0.11 - -(0.05)

2.19

ITEM8 - - - - - - - - - - -0.18(0.04)-4.23

ITEM9 0.13 - - - - - - - - - -(0.04)

3.05

ITEM10 - - - - - - - - - - - -

ITEM11 - - 0.08 0.17 - - 0.13 - -(0.04) (0.04) (0.04)

2.18 4.33 3.37

ITEM12 - - 0.20 - - - - - - - -(0.04)

4.99

ITEM13 -0.09 - - - - - - - - - -(0.04)-2.26

ITEM14 - - - - -0.28 - - - - - -(0.04)-6.71

ITEM15 - - - - -0.08 - - -0.12 - -(0.04) (0.04)-2.17 -2.56

ITEM16 - - 0.22 0.15 0.12 - - - -(0.04) (0.04) (0.04)

5.09 4.16 2.93

ITEM17 - - - - - - - - - - - -

ITEM18 - - - - - - - - 0.15 - -(0.04)

3.50

Page 147: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM19 -0.14 - - -0.10 - - - - - -(0.04) (0.03)-3.67 -3.14

ITEM20 - - - - 0.13 0.17 - - - -(0.04) (0.04)

3.18 4.00

ITEM21 - - - - - - - - - - - -

ITEM22 - - - - - - - - - - - -

ITEM23 - - - - - - - - - - - -

THETA-DELTA

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM7 0.98

(0.07)13.31

ITEM8 - - 0.67(0.06)12.12

ITEM9 - - - - 0.82(0.06)12.82

ITEM10 - - - - - - 0.78(0.06)12.89

ITEM11 - - - - - - - - 0.60(0.05)11.76

ITEM12 -0.14 - - -0.14 - - - - 0.60(0.04) (0.03) (0.05)-3.56 -4.47 11.55

ITEM13 - - - - - - - - -0.05 - -(0.03)-1.46

ITEM14 - - -0.18 - - - - -0.13 -0.17(0.04) (0.04) (0.04)-4.12 -3.24 -4.31

ITEM15 - - -0.09 - - - - - - - -(0.04)

Page 148: LISA ULFAH - Psi.pdf

-2.23

ITEM16 - - - - - - - - - - 0.27(0.04)

6.50

ITEM17 - - - - -0.11 - - - - -0.12(0.04) (0.03)-2.79 -3.53

ITEM18 - - - - 0.37 - - - - - -(0.05)

7.73

ITEM19 - - - - - - - - 0.09 - -(0.04)

2.53

ITEM20 - - - - - - - - 0.13 - -(0.04)

3.44

ITEM21 - - - - - - - - - - - -

ITEM22 - - - - - - - - - - - -

ITEM23 - - - - 0.15 - - 0.13 - -(0.04) (0.04)

3.29 3.29

THETA-DELTA

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17ITEM18

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM13 0.74

(0.06)12.68

ITEM14 - - 0.92(0.07)13.19

ITEM15 0.07 0.13 0.82(0.04) (0.05) (0.06)

1.67 2.71 12.76

ITEM16 - - -0.19 - - 0.83(0.04) (0.06)-4.35 13.09

ITEM17 - - - - - - - - 0.73(0.06)12.36

Page 149: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM18 0.13 0.11 - - - - - - 0.90(0.04) (0.04) (0.07)

3.46 2.88 13.42

ITEM19 - - - - - - - - - - 0.10(0.04)

2.67

ITEM20 - - - - - - 0.18 - - - -(0.04)

4.68

ITEM21 - - - - - - - - - - - -

ITEM22 - - - - - - - - -0.12 - -(0.04)-2.85

ITEM23 - - - - - - - - - - 0.10(0.05)

2.14

THETA-DELTA

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23-------- -------- -------- -------- --------

ITEM19 0.78(0.06)12.95

ITEM20 - - 0.77(0.06)12.78

ITEM21 0.19 - - 0.96(0.04) (0.07)

4.53 13.28

ITEM22 0.14 - - - - 0.81(0.04) (0.06)

3.37 12.88

ITEM23 0.30 - - - - - - 0.97(0.05) (0.07)

6.51 13.36

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5ITEM6

-------- -------- -------- -------- -------- --------0.13 0.14 0.31 0.19 0.05 0.18

Page 150: LISA ULFAH - Psi.pdf

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12

-------- -------- -------- -------- -------- --------0.02 0.33 0.20 0.22 0.40 0.39

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17ITEM18

-------- -------- -------- -------- -------- --------0.26 0.06 0.17 0.17 0.27 0.09

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23-------- -------- -------- -------- --------

0.22 0.23 0.04 0.18 0.03

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 177Minimum Fit Function Chi-Square = 213.87 (P = 0.031)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 207.85 (P = 0.056)Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 30.85

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 70.96)

Minimum Fit Function Value = 0.60Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.086

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.20)Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.02290 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.034)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 1.00

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.1490 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.05 ; 1.25)

ECVI for Saturated Model = 1.55ECVI for Independence Model = 11.28

Chi-Square for Independence Model with 253 Degrees of Freedom = 3981.82Independence AIC = 4027.82

Model AIC = 405.85Saturated AIC = 552.00

Independence CAIC = 4140.07Model CAIC = 889.03

Saturated CAIC = 1899.03

Normed Fit Index (NFI) = 0.95Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.66Comparative Fit Index (CFI) = 0.99Incremental Fit Index (IFI) = 0.99

Page 151: LISA ULFAH - Psi.pdf

Relative Fit Index (RFI) = 0.92

Critical N (CN) = 374.39

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.042Standardized RMR = 0.042

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.92

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.61

UJI VALIDITAS KI

Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X

No Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5ITEM6

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM1 - -ITEM2 - - - -ITEM3 - - - - - -ITEM4 3.92 0.51 - - - -ITEM5 0.30 - - 0.09 0.01 - -ITEM6 - - 1.59 - - 0.08 1.85 - -ITEM7 0.24 0.41 0.43 0.11 - - 1.64ITEM8 0.47 0.27 2.56 0.19 0.04 - -ITEM9 - - 1.52 0.46 0.02 1.26 0.71

ITEM10 0.55 0.61 0.36 1.48 0.01 1.73ITEM11 2.15 - - - - 0.44 - - 1.02ITEM12 0.29 - - 1.79 0.07 1.33 0.31ITEM13 - - 0.39 5.55 0.45 0.04 1.73ITEM14 1.77 0.09 - - 1.20 2.18 0.83ITEM15 3.07 0.29 - - 0.23 - - 1.62ITEM16 0.45 - - - - - - 0.07 0.38ITEM17 0.01 0.49 0.02 1.67 0.02 1.38ITEM18 1.71 0.45 2.52 0.35 - - 0.61ITEM19 - - 0.00 - - 0.01 0.51 2.80ITEM20 3.33 0.26 - - - - 3.44 0.03ITEM21 2.36 2.81 1.46 0.16 1.96 0.17ITEM22 1.58 0.24 0.25 0.00 0.07 1.15ITEM23 0.65 0.01 0.38 3.65 1.75 2.95

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM7 - -ITEM8 2.67 - -

Page 152: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM9 2.34 0.03 - -ITEM10 3.34 1.19 1.10 - -ITEM11 0.93 0.06 2.30 2.89 - -ITEM12 - - 0.88 - - 0.75 0.28 - -ITEM13 0.94 0.08 1.19 2.54 - - 0.09ITEM14 0.00 - - 0.07 3.19 - - - -ITEM15 1.06 - - 1.27 0.56 0.24 0.13ITEM16 0.06 0.00 3.28 2.75 0.18 - -ITEM17 0.05 1.58 - - 0.06 1.90 - -ITEM18 0.00 0.06 - - 0.29 0.08 1.63ITEM19 0.19 0.11 3.35 1.64 - - 0.70ITEM20 0.04 2.04 0.19 0.04 - - 0.22ITEM21 0.26 0.22 0.82 0.25 0.27 0.80ITEM22 0.50 0.04 0.03 0.00 2.01 0.78ITEM23 1.92 0.15 - - 2.40 - - 0.24

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17ITEM18

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM13 - -ITEM14 3.36 - -ITEM15 - - - - - -ITEM16 3.97 - - 0.00 - -ITEM17 1.82 2.12 0.06 2.64 - -ITEM18 - - - - 0.12 0.25 2.69 - -ITEM19 0.07 3.96 0.01 0.01 0.32 - -ITEM20 1.16 0.04 2.87 - - 0.22 2.03ITEM21 0.00 1.94 2.01 0.10 2.00 1.73ITEM22 0.00 1.58 0.17 2.03 - - 0.21ITEM23 1.77 0.35 0.96 0.14 0.05 - -

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23-------- -------- -------- -------- --------

ITEM19 - -ITEM20 1.18 - -ITEM21 - - 0.06 - -ITEM22 - - 3.31 0.49 - -ITEM23 - - 0.88 1.49 3.51 - -

Expected Change for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5ITEM6

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM1 - -ITEM2 - - - -ITEM3 - - - - - -ITEM4 -0.08 0.03 - - - -ITEM5 -0.02 - - -0.01 0.00 - -ITEM6 - - 0.05 - - -0.01 -0.06 - -ITEM7 0.02 0.03 0.02 0.01 - - 0.06

Page 153: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM8 -0.03 0.02 0.06 0.02 -0.01 - -ITEM9 - - -0.05 0.02 0.01 0.05 0.03

ITEM10 -0.03 -0.03 -0.02 -0.05 0.00 0.06ITEM11 0.06 - - - - 0.03 - - -0.04ITEM12 -0.02 - - 0.05 -0.01 0.04 -0.02ITEM13 - - 0.02 -0.09 0.03 -0.01 -0.06ITEM14 0.06 -0.01 - - 0.05 0.07 -0.04ITEM15 0.08 -0.02 - - 0.02 - - 0.06ITEM16 0.03 - - - - - - 0.01 0.02ITEM17 0.00 -0.03 0.00 -0.05 0.01 0.05ITEM18 -0.06 -0.02 -0.05 0.02 - - 0.03ITEM19 - - 0.00 - - 0.00 0.03 -0.06ITEM20 0.07 -0.02 - - - - -0.08 -0.01ITEM21 -0.07 0.07 0.04 -0.02 0.06 -0.02ITEM22 -0.06 0.02 -0.02 0.00 -0.01 0.05ITEM23 -0.04 0.00 -0.02 0.08 -0.06 -0.08

Expected Change for THETA-DELTA

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11ITEM12

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM7 - -ITEM8 0.07 - -ITEM9 -0.06 -0.01 - -

ITEM10 -0.09 0.05 0.04 - -ITEM11 -0.04 0.01 -0.05 0.06 - -ITEM12 - - -0.03 - - 0.03 -0.02 - -ITEM13 0.04 -0.01 -0.05 -0.07 - - -0.01ITEM14 0.00 - - -0.01 -0.08 - - - -ITEM15 -0.05 - - 0.04 -0.03 0.02 -0.01ITEM16 -0.01 0.00 -0.07 0.06 -0.01 - -ITEM17 -0.01 -0.06 - - -0.01 0.05 - -ITEM18 0.00 0.01 - - 0.02 -0.01 0.05ITEM19 0.02 0.01 0.08 -0.05 - - -0.03ITEM20 -0.01 -0.05 0.02 -0.01 - - -0.02ITEM21 -0.02 -0.02 0.04 -0.02 -0.02 0.03ITEM22 -0.03 0.01 0.01 0.00 -0.05 0.03ITEM23 0.06 -0.02 - - -0.07 - - 0.02

Expected Change for THETA-DELTA

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17ITEM18

-------- -------- -------- -------- -------- --------ITEM13 - -ITEM14 0.08 - -ITEM15 - - - - - -ITEM16 0.07 - - 0.00 - -ITEM17 0.06 -0.06 -0.01 -0.06 - -ITEM18 - - - - -0.01 0.02 0.07 - -ITEM19 0.01 0.08 0.00 0.00 -0.02 - -ITEM20 0.04 -0.01 -0.07 - - 0.02 -0.05ITEM21 0.00 -0.06 -0.06 0.01 0.06 -0.06ITEM22 0.00 -0.05 0.02 -0.05 - - 0.02

Page 154: LISA ULFAH - Psi.pdf

ITEM23 0.06 -0.03 -0.04 0.01 -0.01 - -

Expected Change for THETA-DELTA

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23-------- -------- -------- -------- --------

ITEM19 - -ITEM20 0.04 - -ITEM21 - - -0.01 - -ITEM22 - - 0.07 -0.03 - -ITEM23 - - 0.04 -0.06 0.09 - -

Maximum Modification Index is 5.55 for Element (13, 3) of THETA-DELTA

UJI VALIDITAS KI

Standardized Solution

LAMBDA-X

KI--------

ITEM1 0.37ITEM2 0.37ITEM3 0.56ITEM4 0.44ITEM5 0.23ITEM6 0.43ITEM7 0.16ITEM8 0.57ITEM9 0.45

ITEM10 0.47ITEM11 0.64ITEM12 0.62ITEM13 0.51ITEM14 0.24ITEM15 0.42ITEM16 0.41ITEM17 0.52ITEM18 0.29ITEM19 0.47ITEM20 0.48ITEM21 0.21ITEM22 0.43ITEM23 0.17

PHI

KI--------

1.00

Time used: 0.109 Seconds

Page 155: LISA ULFAH - Psi.pdf

Path Diagram

1. Path diagram kompetensi interpersonal

Page 156: LISA ULFAH - Psi.pdf

2. Path diagram konsep diri

3. Path diagram tipe kepribadian agreebleness

Page 157: LISA ULFAH - Psi.pdf

4. Path diagram tipe kepribadian conscientiousness

5. Path diagram tipe kepribadian extraversion

Page 158: LISA ULFAH - Psi.pdf

6. Path diagram tipe kepribadian neuroticism

7. Path diagram tipe kepribadian openess to experience

8. Path diagram state loneliness

Page 159: LISA ULFAH - Psi.pdf

9. Path diagram trait loneliness