link pemb. efektif

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang membelajarkan/mengajar. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku hasil belajar pada diri individu atau diartikan sebagai perubahan konsepsi atau kebiasaan berpikir peserta didik (Arnyana, 2006). Sedangkan pengertian kegiatan mengajar yaitu usaha untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar (Subagia & Wiratma, 2007). Proses pembelajaran optimal tidak hanya ditentukan dari persiapan guru dalam mengajar, tetapi juga lingkungan pembelajarannya. Tersedianya lingkungan belajar yang efektif sangat mendukung keberhasilan pembelajaran. Penyediaan lingkungan belajar yang efektif merupakan salah satu strategi guru untuk mencegah atau mengurangi perilaku buruk siswa, serta memanfaatkan waktu belajar di kelas dengan baik dan menciptakan atmosfer yang kondusif dan memperbolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa. Penyediaan lingkungan kelas yang efektif melibatkan beberapa hal, yakni; pengorganisasian kegiatan di kelas, kegiatan pembelajaran, penggunaan waktu efektif 1

Upload: tina-smith

Post on 24-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pembelajaran efektif

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahProses pembelajaran adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang membelajarkan/mengajar. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku hasil belajar pada diri individu atau diartikan sebagai perubahan konsepsi atau kebiasaan berpikir peserta didik (Arnyana, 2006). Sedangkan pengertian kegiatan mengajar yaitu usaha untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar (Subagia & Wiratma, 2007).Proses pembelajaran optimal tidak hanya ditentukan dari persiapan guru dalam mengajar, tetapi juga lingkungan pembelajarannya. Tersedianya lingkungan belajar yang efektif sangat mendukung keberhasilan pembelajaran. Penyediaan lingkungan belajar yang efektif merupakan salah satu strategi guru untuk mencegah atau mengurangi perilaku buruk siswa, serta memanfaatkan waktu belajar di kelas dengan baik dan menciptakan atmosfer yang kondusif dan memperbolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa. Penyediaan lingkungan kelas yang efektif melibatkan beberapa hal, yakni; pengorganisasian kegiatan di kelas, kegiatan pembelajaran, penggunaan waktu efektif di kelas, lingkungan belajar yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan gangguan. Dulunya, penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai cara dalam mengatasi perilaku buruk masing-masing siswa. Namun, kini penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif diartikan menejemen pembelajaran, yaitu keseluruhan cara yang membuat siswa yang berperilaku buruk menurun/berkurang jumlahnya. Manajemen pembelajaran juga mengandung pengertian upaya untuk membuat siswa tetap tertarik, terlibat dan menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran yang sekaligus untuk mencegah munculnya perilaku buruk (Slavin, 2009).Namun, banyak pihak belum memahami cara menciptakan lingkungan belajar yang efektif atau belum mampu mengatur pembelajaran tersebut. Guru terkadang hanya memikirkan mengajar dan kurang mempedulikan seberapa efektif pembelajaran yang mereka kelola. Guru pun akan menghadapi masalah disiplin dan perilaku siswa yang buruk atau menyimpang yang tidak diharapkan muncul dalam atau setelah pembelajaran itu dilakukan.Oleh karena itu, penulis memandang perlunya suatu kajian tentang lingkungan pembelajaran efektif yang di dalamnya telah mencakup pengelolaan waktu pembelajaran, masalah perilaku dan cara mengatasi masalah perilaku yang muncul.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1) Apakah yang dimaksud dengan lingkungan pembelajaran efektif?2) Bagaimanakah pengaruh waktu dalam pembelajaran?3) Faktor-faktor apa saja yang berperan mewujudkan manajemen pembelajaran yang efektif?4) Bagaimana cara mengelola perilaku buruk yang sering dilakukan?5) Apakah penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan siswa?6) Bagaimakah pencegahan masalah perilaku yang serius?

1.3 TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut.1) Pengertian lingkungan pembelajaran efektif2) Pengaruh waktu dalam pembelajaran3) Faktor-faktor yang berperan mewujudkan manajemen pembelajaran yang efektif4) Cara mengelola perilaku buruk yang sering dilakukan5) Penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan siswa6) Pencegahan masalah perilaku yang serius

1.4 Manfaat Secara umum manfaat penulisan makalah ini adalah dapat memberikan informasi tentang lingkungan pembelajaran yang efektif. Adapun manfaat khusus yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.1) Bagi Penulisa) Menambah pemahaman tentang lingkungan pembelajaran yang efektif.b) Memperoleh pemahaman tentang dampak waktu dalam pembelajaran.c) Memperoleh pemahaman dan cara mengatasi perilaku buruk siswa di sekolah.2) Bagi Pembacaa) Menambah wawasan tentang masalah pembelajaran di sekolah.b) Menambah wawasan tentang upaya mengatasi perilaku siswa yang buruk/menyimpang, serta dapat memberikan pengalaman cara mengatasi masalah sejenis yang ditemukan.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Pembelajaran yang EfektifPenyediaan lingkungan pembelajaran yang efektif meliputi strategi yang digunakan guru untuk menciptakan kelas yang positif dan produktif. Manajemen kelas (classroom management) merupakan strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya mencegah dan menanggapi perilaku yang buruk tetapi yang lebih penting menggunakan waktu kelas dengan baik, menciptakan atmosfer yang kondusif dan membolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa. Kelas yang tidak mempunyai masalah perilaku sama sekali tidak dapat dianggap sebagai kelas yang dikelola dengan baik. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan penggorganisasian kegiatan di kelas, pembelajaran, ruang kelas untuk memungkinkan penggunaan waktu yang efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan gangguan. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif menyangkut beberapa teknik yang dapat dipelajari dan diterapkan setiap guru. Pada masa lalu, penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai cara mengatasi perilaku buruk masing-masing siswa. Pemikiran saat ini menekankan manajemen kelas sebagai keseluruhan cara yang mengakibatkan masing-masing orang yang berperilaku buruk menjadi semakin jarang. Upaya membuat siswa tetap tertarik, untuk terlibat dan bersedia memperlihatkan antusiasme berperan penting untuk mencegah perilaku buruk (Slavin, 2009).

2.2 Pengaruh Waktu Terhadap PembelajaranIstilah untuk waktu pembelajaran yang tersedia adalah alokasi waktu (time alocation) atau waktu yang tersedia bagi siswa untuk memperoleh kesempatan belajar. Ketika guru mengajar, siswa belajar dengan memberikan perhatian. Aspek terpenting waktu ialah sesuatu yang berada dalam pengendalian langsung oleh guru, pengorganisasian dan penggunaan waktu di ruang kelas. Ketika siswa mempunyai tugas tertulis atau tugas lain, mereka dapat belajar dengan mengerjakannya. Sehingga Nampak jelas, jika tidak ada waktu yang digunakan untuk mengajarkan mata pelajaran, siswa tidak akan mempelajarinya. Metode untuk memaksimalkan alokasi waktu meliputi; pencegahan waktu yang hilang, pencegahan waktu yang hilang dengan cara tepat waktu saat memulai dan mengakhiri pelajaran, mencegah gangguan, menangani prosedur rutin dengan lancar dan cepat, meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin, dan menggunakan waktu sibuk dengan efektif. 1) Mencegah waktu yang hilang.Salah satu penyebab banyak waktu pembelajaran hilang ialah banyaknya waktu efektif yang digunakan untuk ujian, libur nasional, rapat sekolah dan lain-lain. Penggunaan semua waktu di kelas dengan baik bukan berarti memadatkan beberapa menit atau jam pengajaran setiap tahun, tetapi mengkomunikasikan kepada siswa bahwa pembelajaran adalah persoalan penting yang sebanding dengan waktu dan upaya mereka.2) Mencegah waktu yang hilang dengan cara tepat waktu saat memulai dan mengakhiri pelajaran.Waktu pembelajaran banyak hilang karena guru terlambat masuk kelas pada awal pembelajaran. Apabila siswa tahu bahwa guru tidak mulai dengan tepat waktu, mereka mungkin tidak akan bersemangat untuk masuk ke kelas dengan tepat waktu dan sikap ini akan menyebabkan pelajaran yang dimulai dengan tepat waktu makin sulit pada masa mendatang.3) Mencegah gangguanSalah satu penyebab penting alokasi waktu yang hilang untuk pengajaran ialah gangguan. Gangguan dapat diberikan dari luar seperti pengumuman atau perlunya penandatanganan formulir yang dikirim dari kantor kepala sekolah, atau dapat disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak hanya langsung mengurangi waktu untuk pembelajaran, gangguan juga dapat memutuskan semangat pembelajaran tersebut, yang dapat mengurangi perhatian siswa pada tugas yang ada.

4) Menangani prosedur rutinBeberapa guru menghabiskan terlalu banyak waktu untuk rutinitas sederhana di ruang kelas. Guru seharusnya menggunakan tenaga siswa sebanyak mungkin.5) Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplinKalau memungkinkan kalimat atau tindakan disipliner seharusnya tidak menggangu jalannya pelajaran. Tatapan tajam, pergerakan dengan diam dekat siswa yang mengganggu atau isyarat tangan seperti meletakkan jari pada bibir untuk mengingatkan siswa untuk diam, biasanya berjalan efektif untuk masalah perilaku kecil yang terus- menerus harus diatasi guru. Waktu untuk menyelesaikan tugas adalah waktu yang digunakan masing-masing siswa untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan sungguh-sungguh. Alokasi waktu dan waktu untuk menyelesaikan tugas memiliki pengertian yang berbeda. Alokasi waktu merujuk pada kesempatan bagi seluruh kelas untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan waktu untuk menyelesaikan tugas dapat berbeda untuk masing-masing siswa tergantung pada daya perhatian siswa dan kesediaan bekerja. Guru dapat memaksimalkan waktu untuk menyelesaikan tugas dengan memberikan pelajaran yang menarik, mempertahankan kelancaran pembelajaran, mengelola peralihan, mempertahankan fokus kelompok, mempraktikkan kejelian, dan tumpang tindih. Di ruang kelas yang berpusat pada siswa, manajemen ruang kelas lebih memungkinkan partisipasi dengan siswa yang terlibat dalam menetapkan standar perilaku namun peraturan masih diperlukan dan harus dikomunikasikan secara konsisten (Slavin, 2009).

2.3 Faktor-Faktor yang Berperan Mewujudkan Manajemen Ruang Kelas yang EfektifFaktor yang memberi andil pada manejemen ruang kelas yang efektif meliputi waktu untuk memulai tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas demi pembelajaran yang efektif, penetapan peraturan dan prosedur kelas tentang perilaku siswa. Ada tiga prinsip dalam menentukan proses manajemen awal peraturan kelas, yaitu (1) peraturan kelas seharusnya berjumlah sedikit, (2) peraturan kelas seharusnya masuk akal dan dipandang adil oleh siswa dan (3) peraturan kelas seharusnya diterangkan dengan jelas dan sengaja diajarkan kepada siswa. Siswa dapat diminta untuk membantu menetapkan peraturan atau mereka dapat diberi seperangkat peraturan dan diminta untuk memberi contoh peraturan ini. Seperangkat peraturan kelas yang cocok untuk segala tujuan adalah sebagai berikut.1) Bersikaplah sopan kepada orang lain. Peraturan ini melarang mengganggu orang lain atau berbicara diluar giliran, menggoda atau menertawakan orang lain, dan seterusnya.2) Hormatilah harta benda orang lain.3) Tetaplah dalam tugas. Hal ini meliputi mendengarkan ketika guru atau siswa lainnya sedang berbicara, mengerjakan tugas kelas, terus bekerja selama gangguan apa pun, tetap duduk di kursi sendiri, berada di kursi sendiri dan mengikuti perintah.4) Acungkan tangan untuk dikenali. Ini adalah peraturan yang bertentangan dengan berteriak atau bangun dari tempat duduk sendiri untuk meminta bantuan tanpa permisi (Slavin, 2009).

2.4 Beberapa Strategi Untuk Mengelola Perilaku Buruk Yang Sering DilakukanPelajaran yang efektif dan penggunaan waktu kelas yang baik bukanlah satu-satunya sarana untuk mencegah atau mengatasi perilaku yang tidak baik. Guru pun harus mempunyai strategi untuk mengatasi masalah perilaku siswa. Sebagian besar masalah perilaku yang harus diatasi guru adalah gangguan yang relatif kecil, seperti berbicara saat tidak mendapat gilirannya, bangkit dari tempat duduk tanpa permisi, tidak menaati peraturan kelas, dan tidak memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa seharusnya menyadari bahwa mereka adalah siswa yang berkompeten dan pembelajaran yang mereka lalui itu menyenangkan dan memuaskan. Lingkungan ruang kelas yang hangat, penuh motivasi, dan perhatian akan menumbuhkan sifat siswa yang diinginkan tersebut.Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak dapat tercipta, jika siswa tidak menghormati guru atau guru tidak menghormati siswa. Dalam mewujudkan hal tersebut, guru layaknya menjadi seorang pemimpin di kelas yang berwenang dalam mengatur dan menegakkan peraturan di kelas. Guru yang belum menanamkan wewenangnya di kelas, kemungkinan akan menghabiskan waktu yang banyak untuk mengatasi masalah atau berteriak pada siswa dalam pembelajaran. Namun, apabila struktur dan prosedur rutin di kelas sudah jelas, maka makin banyak kebebasan yang dapat diberikan guru kepada siswanya. Beberapa strategi guru untuk mengatasi masalah perilaku siswa adalah, sebagai berikut. Guru seharusnya memperbaiki perilaku buruk siswa dengan memberikan intervensi yang paling sederhana serta benar-benar bermanfaat. Apabila benar-benar memungkinkan, guru mengajar di kelas sambil terus mengatasi masalah perilaku buruk siswanya. Beberapa contoh intervensi yang diberikan adalah sebagai berikut.1) Pencegahan Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan materi pelajaran yang menarik dan hidup, menjelaskan peraturan dan prosedur kelas, mengupayakan siswa tetap sibuk dalam tugas-tugasnya yang bermakna, dan menggunakan keterampilan dasar dalam mengajar yang efektif lainnya.Guru dapat melaksanakan berbagai hal dalam pembelajaran, seperti mengubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis humor, menggunakan pembelajaran kooperatif atau berbasis proyek dan semua hal yang dapat menimbulkan kebosanan. Kelelahan dapat dikurangi dengan istirahat, memvariasikan kegiatan, dan merancang jadwal pembelajaran di pagi hari agar lebih segar. 2) Isyarat nonverbalGuru dapat menghilangkan perilaku buruk di ruang kelas dengan memberikan isyarat nonverbal. Contoh pemberian isyarat nonverbal oleh guru yaitu; menatap siswa saat ada siswa yang bercakap-cakap dan mendekati siswa yang berperilaku buruk saat pelajaran sedang berlangsung. Kelebihan pemberian isyarat nonverbal yaitu pembelajaran tidak terganggu. Sedangkan, penggunaan isyarat verbal memiliki efek yang luas, misalnya; banyak siswa berhenti bekerja ketika seseorang sedang diperingatkan oleh guru.3) Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku burukPujian adalah salah satu strategi yang ampuh untuk mengurangi perilaku buruk siswa. Misalnya, pujilah siswa yang melakukan perilaku yang baik, hal ini dapat mengurangi kecenderungan siswa berperilaku buruk. 4) Memuji siswa lainnyaSering terjadi di kelas, guru mengupayakan siswa berperilaku baik dengan memuji siswa lain yang berperilaku baik. Misalnya, guru memuji siswa yang telah mengumpulkan tugas tepat waktu, maka siswa yang belum mengumpulkan tugasnya akan berupaya segera mengumpulkan tugas agar memperoleh pujian juga. 5) Peringatan lisanJika isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan tersebut seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk. Peringatan yang tertunda biasanya tidak efektif. Peringatan seharusnya bersifat positif dan terfokus pada perilaku, bukan pada siswanya. Walaupun perilaku siswa tertentu mungkin tidak dapat dibiarkan, namun siswa itu sendiri selalu diterima dan disambut di ruang kelas tersebut.6) Peringatan berulangKetika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi untuk dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut. Guru seharusnya memutuskan apa yang mereka inginkan untuk dilakukan oleh siswa, mengungkapkan hal ini dengan jelas kepada siswa tersebut, dan kemudian mengulanginya hingga siswa tersebut taat.7) Menerapkan konsekuensiJika semua langkah sebelumnya tidak efektif memaksa siswa menaati permaintaan yang diungkapkan dengan jelas dan masuk akal, langkah terakhir adalah yaitu menerapkan konsekuensi kepada siswa. Contoh penerapan konsekuensi adalah; meminta siswa keluar dari kelas, membuat siswa kehilangan waktu istirahat, memanggil orang tua siswa untuk menghadap kepala sekolah, memanggil siswa untuk menghadap wali kelas atau kepala sekolah, dan sebagainya. Setelah siswa memperoleh konsekuensi tersebut, maka seharusnya guru menerima kembali siswa tanpa menyindir atau menuduhnya kembali. Siswa tersebut berhak memulai sesuatu yang baru. Urutan strategi untuk mengatasi perilaku buruk siswa di kelas, mulai dari yang tidak mengganggu hingga yang paling mengganggu disajikan dalam Tabel 01 berikut.

Tabel 01. Prinsip Intervensi TerkecilNo.ProsedurContoh Penerapan

1PencegahanGuru memperlihatkan antusiasme, mengubah-ubah kegiatan, mengupayakan siswa tetap tertarik

2Isyarat non-verbalGuru mengernyitkan dahi ketika ada siswa yang terlambat mengumpulkan tugas

3Pujian atas perilaku yang benar yang bertentangan dengan perilaku yang burukGuru memuji siswa yang memperoleh prestasi dalam pembuatan makalah

4Pujian terhadap siswa lainGuru memuji siswa lainnya di kelas yang telah mengumpulkan tugas tepat pada waktunya

5Peringatan lisanGuru menyuruh dengan tegas agar siswa menyerahkan tugas makalah tepat waktu

6Peringatan berulangGuru menyuruh siswa menyerahkan makalah tepat waktu, namun peringatan tersebut diberikan pada siswa lebih dari satu kali

7Konsekuensi Guru menyuruh siswa yang terlambat mengumpulkan makalah untuk mengulang membuat makalahnya dengan topik yang baru

(Sumber: Slavin, 2009).

2.5 Analisis Perilaku Terapan Untuk Mengelola Masalah Perilaku yang Lebih Serius2.5.1 Penyebab Perilaku Buruk Dipertahankan SiswaPrinsip dasar teori pembelajaran perilaku ialah bahwa, apabila perilaku apapun berlangsung dari waktu ke waktu, maka perilaku itu dipertahankan oleh penguatan. Untuk mengurangi perilaku buruk, maka harus dipahami terlebih dahulu tindakan penguatan mana yang mempertahankan perilaku buruk sejak awal.Tindakan penguatan yang paling umum bagi perilaku buruk di ruang kelas, adalah perhatian, baik dari guru, kelompok teman sebaya, atau pun keduanya.1) Perhatian GuruTerkadang siswa berperilaku buruk karena menginginkan perhatian guru, walaupun hal itu bersifat negatif. Ketika siswa terlihat berperilaku buruk karena alasan ini, maka jalan keluarnya relatif mudah yaitu; berikan mereka perhatian ketika mereka berperilaku baik, dan abaikan mereka sebanyak mungkin ketika mereka berperilaku buruk. Apabila tindakan tersebut tidak berpengaruh pada perilaku mereka, maka berikanlah skorsing.2) Perhatian Teman SebayaAlasan yang sangat lazim lainnya dari diterapkannya perilaku buruk oleh siswa adalah untuk memperoleh perhatian dan dukungan teman sebaya mereka. Bahkan, motivator utama dari banyak bentuk perilaku buruk pada siswa adalah adanya perhatian dan dukungan dari sebaya. Beberapa siswa yang berperilaku buruk tidak menghiraukan kemungkinan dampak perilakunya terhadap teman sekelas mereka. Pengabaian perilaku buruk tidak akan efektif jika perilaku tersebut didukung oleh teman sebayanya.Ada dua tanggapan utama terhadap perilaku buruk yang didukung teman, yaitu; (1) mengeluarkan orang yang bersalah dari kelas tersebut, (2) menggunakan kebergantungan kelompok.3) Pembebasan dari keadaan atau kegiatan yang tidak menyenangkanIni merupakan kegiatan penguatan penting bagi perilaku buruk. Kegiatan ini berupa pembebasan diri dari kebosanan, frustasi, kelelahan atau kegiatan yang tidak menyenangkan. Solusi terbaik bagi perilaku buruk yang timbul dari kebosanan, frustasi, atau kelelahan ialah pencegahan. Siswa jarang berperilaku buruk selama pelajaran di kelas dia rasakan menarik, bervariasi, dan memikat (Slavin, 2009).

2.5.2 Prinsip Analisis Perilaku TerapanPembentukan dan penggunaan setiap program analisis perilaku terapan memerlukan tindak lanjut. Langkah-langkah yang disebutkan di sini kurang lebih adalah bagian dari semua program analisis perilaku terapan:1) Identifikasi perilaku dan tindakan penguatan sasaranPada langkah ini dilakukan pengamatan/observasi terhadap perilaku buruk pada siswa.2) Tentukan garis dasar (patokan) untuk perilaku sasaranLangkah ini merupakan lanjutan dari langkah 1, yaitu mengamati tindakan yang paling sering dilakukan.3) Pilihlah tindakan penguatan dan kriteria untuk penguatanBeberapa tindakan penguatan yang lazim ditemukan di runag kelas meliputi pujian, istimewa, mendapat imbalan langsung.4) Kalau perlu, pilihlah tindakan hukuman Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran perilaku, namun seharusnya dihindari karena tidak kondusif bagi penciptaan lingkungan kelas yang bahagia dna sehat.5) Amatilah perilaku selama implementasi program, dan bandingkanlah hal itu dengan garis dasar6) Apabila program manajemen perilaku berjalan baik, kurangilah frekuensi penguatanBegitu suatu program penguatan dijalankan beberapa waktu, dan perilaku siswa membaik, dan distabilkan pada tingkat yang baru (Slavin, 2009).

2.5.3 Program Analisis Perilaku TerapanAnalisis perilaku terapan yang melibatkan mabing-masing siswa, contohnya adalah; (1) penguatan berbasis keluarga, (2) program kartu laporan harian, (3) program kebergantungan kelompok.1) Penguatan berbasis keluarga, merupakan pengelolaan yang paling praktis dan efektif dalam strategi penguatan berbasis keluarga. Tekniknya adalah; guru memberikan siswa sebuah kartu laporan, baik harian atau mingguan, kemudian orang tua diberikan petunjuk untuk memberikan hak istimewa atau imbalan pada siswa berdasarkan laporan guru.Kelebihannya adalah; (1) orang tua dapat memberikan imbalan dan hak istimewa yang jauh lebih bermanfaat daripada pemberian imbalan atau hak istimewa di sekolah, (2) penguatan berbasis keluarga ini sering memberi berita baik kepada orang tua tentang anak mereka, (3) mudah dilaksanakan. Sedangkan kelemahannya adalah berdampak buruk bagi orang tua dan sekolah apabila sang anak melakukan perilaku sanag kalah.2) Kartu laporan harian, berkaitan dengan pelaksanaannya maka ada beberapa langkah untuk membentuk dan mennginplementasikan kartu laporan harian, yaitu indentifikasi perilaku bermasalah, menjelaskan program pada orang tua, dan ketika perilaku membaik, lakukanlah pengurangan frekuensi laporan.3) Program kebergantungan kelompok, merupakan sistem penguatan di mana seluruh kelompok diberikan imbalan atau hukuman, karena menaati atau pun melanggar peraturan (Slavin, 2009).

2.6 Pencegahan Masalah Perilaku yang SeriusSetiap orang memiliki perilaku buruk. Namun, terkadang perilaku buruk beberapa orang jauh lebih sering atau serius daripada perilaku buruk kebanyakan orang. Apabila perilaku buruk yang serius ini dialami oleh siswa, maka akan menimbulkan persoalan yang besar bagi dirinya sendiri, orang tua, guru dan pengurus sekolah.Masalah perilaku yang serius tidak terdistribusi secara merata di kalangan siswa. siswa laki-laki cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk mempunyai masalah perilaku yang parah dibandingkan dengan siswa perempuan. Angka perbandingannya yaitu 1:3 hingga 1:8. Kenakalan serius lebih sering ditemukan di kalangan siswa berlatar belakang miskin, khususnya di daerah perkotaan. Siswa yang mengalami masalah dalam keluarganya, juga mempunyai kecenderungan besar untuk berperilaku buruk atau terlibat kasus kenakalan serius. Hal yang sama juga dapat menimpa siswa yang tidak berprestasi, serta sering membolos dari kegiatan pembelajaran di sekolah.Sekolah berperan penting untuk mencegah atau mengelola perilaku buruk dan kenakalan siswa yang serius. Namun, kehidupan siswa tidak hanya di sekolah, di mana sebagian besar aktivitas siswa terjadi di luar jangkauan sekolah. Sehingga perilaku nakal sering melibatkan kepolisian, pengadilan, lembaga pelayanan sosial, orang tua dan teman siswa. Meskipun demikian, ada beberapa pedoman untuk mencegah siswa berperilaku buruk dan terlibat dalam masalah kenakalan yang serius. 1) Program Pencegahan Masalah Perilaku yang SeriusBeberapa program mencegah masalah perilaku yang serius, yaitu sebagai berikut.a) Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan prososial dan dengan terbuka membahas perilaku yang berisiko dan cara untuk menghindarinya.b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan sosial sebagai sukarelawan, pengajar pribadi, atau pemimpin dalam kegiatan yang member manfaat bagi sekolah atau komunitas mereka.c) Menciptakan pembelajaran yang demokratis dan partisipatif.d) Menciptakan program yang meningkatkan pencapaian akademis.e) Pengadaan sekolah yang kecil dan tidak begitu personal.2) Mengidentifikasi Penyebab Perilaku BurukMunculnya perilaku buruk pada siswa cenderung disebabkan oleh beberapa hal, yaitu; (1) adanya anggapan bahwa imbalan berperilaku buruk lebih besar daripada berperilaku baik, misalnya siswa yang tidak berprestasi cenderung lebih mudah terjerumus dalam perilaku buruk, dan (2) dukungan teman sebaya atau kelompok yang memiliki perilaku yang buruk atau bertindak antisosial, misalnya perkelahian yang terjadi antar kelompok remaja (geng), dan tawuran antar siswa di sekolah.3) Menegakkan Pelaksanaan Peraturan yang telah ditetapkanPeraturan sekolah yang telah ditetapkan harus selalu diingatkan terus-menerus. Misalnya hukuman bagi yang mencoret-coret dan melakukan pengrusakan fasilitas sekolah yaitu harus memperbaiki segera fasilitas yang dirusak tersebut. Pelaksanaan peraturan yang konsekuen akan menciptakan lingkungan belajar yang tertib dan aman.4) Menegakkan Kehadiran di SekolahKemalasan dan kenakalan siswa sangat berkaitan, sebab saat siswa membolos dari sekolah, mereka sering menimbulkan masalah dalam masyarakat. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk mengatasi siswa membolos dari sekolah adalah memperketat pengecekan/pemeriksaan kehadiran siswa di sekolah. Hal ini akan membuat siswa yang sering membolos merasa segan membolos karena akan ketahuan guru serta orang tua mereka di rumah.5) Sistem Pemeriksaan dan Hubungan Berbagai Komponen MasyarakatSistem ini adalah sistem yang berbasis sekolah dan bekerja sama dengan siswa, keluarga, dan karyawan sekolah untuk meningkatkan kehadiran dan keterlibatan siswa di sekolah. Unsur-unsur sistem pemeriksaan dan hubungan adalah sebagai berikut.a) Pembinaan hubungan; saling percaya dan komunikasi dan terbukab) Pemantauan rutin indikator yang dapat diubahc) Intervensi individualisasi dan ketepatan waktud) Komitmen jangka panjange) Ketekunan plus; mempertahankan sumber motivasi akademis yang tetap, keberlanjutan pengenalan komponen terdekat, dan konsistensi pada pesan.f) Penyelesaian masalah; meningkatkan perolehan kemampuan untuk menyelesaikan konflikg) Afiliasi dengan sekolah dan pembelajaran 6) Menghindari Jalur KhususPenggunaan jalur khusus (pengelompokkan kemampuan antar kelas) seharusnya dihindari kalau memungkinkan. Hal ini dikarenakan, kelas yang berlajur rendah adalah tempat perkembangan kelompok siswa yang nakal dan antisosial. Masalah perilaku dan akademis siswa sebaiknya diatasi dalam konteks kelas biasa sebanyak mungkin, tidak di kelas khusus yang terpisah.7) Melaksanakan Intervensi dan Ikut Keterlibatan KeluargaStrategi pengelolaan ruang kelas seharusnya digunakan untuk mengurangi perilaku buruk siswa sebelum hal tersebut menjadi kenakalan. Peningkatan perilaku baik dan keberhasilan siswa di sekolah dapat mencegah kenakalan. Intervensi guru di kelas perlu dilakukan serta ditingkatkan frekuensi pemakaiannya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Apabila perilaku buruk anak semakin menjadi-jadi maka diperlukanlah keterlibatan keluarga siswa dalam mengatasinya, terutama orang tua siswa.8) Menggunakan Mediasi Teman SebayaSiswa dapat berperan sebagai mediator teman sebaya, khususnya untuk menyelesaikan konflik antara sesama siswa. Siswa yang mempunyai masalah dengan siswa lain dapat diminta membawa masalah ini kepada mediator sebaya, bukannya kepada orang dewasa. Teman sebaya sebagai mediator akan aktif menawarkan bantuan dalam memecahkan masalah-masalah di antara temannya. Namun mediator perlu dilatih dan dipantau dengan saksama agar tampil efektif. 9) Menerapkan Konsekuensi dengan BijaksanaGuru harus menghindari pemberian hukuman dengan cara mengeluarkan atau mengusir siswa apabila dia berperilaku buruk, kecuali jika perilakunya memang sangat keterlaluan. Seringkali, pengusiran siswa berakibat memperburuk masalah perilaku siswa, karena hal tersebut mengakibatkan siswa tertinggal dalam pelajaran atau pekerjaannya. Oleh sebab itu perlu dipikirkan cara lain untuk memberikan hukuman bagi siswa. Hukuman yang terlalu keras atau tidak memungkinkan siswa untuk kembali ke kelas dengan kedudukan setara dengan siswa lainnya mempunyai risiko siswa akan masuk ke budaya yang antisosial dan nakal. Setelah siswa membayar utangnya dengan kehilangan hak istimewa, atau jenis hukuman lainnya, dia harus sepenuhnya diterima kembali sebagai anggota kelas tersebut (Slavin, 2009).

BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan Berdasarkan pemaparan mengenai lingkungan pembelajaran yang efektif ini, maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut.1) Lingkungan pembelajaran yang efektif merupakan lingkungan pembelajaran yang dapat menciptakan atau memberikan pengalaman pembelajaran yang positif dan produktif bagi siswa.2) Peranan waktu dalam pembelajaran siswa amat penting, yaitu menentukan guru mengajar, siswa membuat tugas, mencegah gangguan dalam pembelajaran, dan lain sebagainya.3) Faktor yang berperan mewujudkan pembelajaran yang efektif adalah rancangan tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas yang efektif, penetapan prosedur kelas, penjelasan harapan guru terhadap siswa.4) Strategi mengelolaan perilaku buruk, yaitu memberikan intervensi terkecil, yang terdiri dari; pencegahan, isyarat nonverbal, memuji perilaku yang baik, memuji siswa lainnya, peringatan lisan, peringatatan berulang, dan menerapkan konsekuensi.5) Analsis perilaku terapan ditujukan untuk mengetahui perilaku buruk siswa, dan cara mengatasinya.6) Pencegahan masalah perilaku yang serius, meliputi; program pencegahannya, identifikasi penyebabnya, menegakkan aturan, menegakkan kehadiran di sekolah, pemeriksaan dan hubungan dengan masyarakat, menghindari jalur sekolah khusus, intervensi dan keterlibatan keluarga, mediasi teman sebaya dan pemberian konsekuensi.

3.2 SaranAdapun saran yang dapat saya sampaikan, adalah1) Lingkungan pembelajaran yang efektif menjadi tanggung jawab semua pihak, baik siswa, pihak sekolah, dan pihak keluarga.2) Lingkungan pembelajaran yang efektif diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arnyana, I. B. Putu. 2006. Perencanaan dan Desain-Desain Model Pembelajaran. Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi, Undiksha.

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.

Subagia, I Wayan & I G. Lanang Wiratma. 2007. Model Siklus Belajar Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Bali. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

19