linguistik fonologi

41
PENGANTAR LINGUISTIK UMUM

Upload: darwis-maulana

Post on 17-Jun-2015

4.538 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Linguistik fonologi

PENGANTAR LINGUISTIK UMUM

Page 2: Linguistik fonologi

APA LINGUISTIK

Berdasarkan Kamus: Hassan Shadily (1977:633-634): Linguistik

adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Tujuan utamanya ialah mempelajari suatu bahasa secara deskriptif. Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau ilmu perbandingan bahasa, berarti mempelajari hubungan satu bahasa dengan bahasa lainnya.

Page 3: Linguistik fonologi

APA LINGUISTIK A.S. HORNBY, E.V. GATENBY, H. WAKEFIELD

(1961:733) Sebagai kata sifat: Linguistics: the study of

languages. Sebagai kata benda: Linguistics: the science of

language; methods of learning and s tudying languages. (Linguistik: ilmu pengetahuan bahasa; metoda pelajaran dan belajar bahasa).

Linguist kata benda yang berarti a person who is clever in foreign languages/ orang yang mengetahui bahasa asing (menguasai banyak bahasa.)

Page 4: Linguistik fonologi

Jadi

berdasarkan kamus, Linguistik bermakna ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa.

APA LINGUISTIK

Page 5: Linguistik fonologi

APA LINGUISTIK Secara etimologis Linguistik lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama

dengan langue, langage (Perancis) berpadanan dengan lengua (spanyol) dan lingua (Italia)

Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana swiss yang merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de linguistique générale (1916) mengemukakan istilah langage, langue dan parole

Langage dalam bahasa Perancis berarti bahasa pada umumnyaLangue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu

misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll. Parole berarti logat, ucapan, perkataan (speech Ingris)Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi

langue dan langage dalam bahasa Perancis.

Page 6: Linguistik fonologi

APA LINGUISTIK Pendapat Linguis

Ronald W. Longacker (1973:5) Linguistics is the study of human language / Linguistik adalah studi tentang bahasa manusia

John Lyons (1975:1) Linguistics my be defined as the scientific study of language/ Linguistik studi ilmiah tentang bahasa.

Linguistik adalah Ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah

Jadi

Page 7: Linguistik fonologi

Mengapa Linguistik Umum?

Tidak hanya mempelajari bahasa tertentu /langue

Mempelajari kedudukan bahasa tertentu/ langue dalam langage

Page 8: Linguistik fonologi

Bahasa yang bagaimana?

Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.

Bagaimana Maksudnya ?

Page 9: Linguistik fonologi

Bahasa Sebagai Sistem

Bahasa bukanlah unsur yang terkumpul secara tak beraturan.

Karena bersistem maka bahasa bersifat sitematis: bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi denga kaidah-kaidah yang dapat diramalkan.

Selain itu bahasa juga sistemis: bahasa bukanlah sistem yang tunggal melainkan terdiri dari beberapa subsistem yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika dan subsistem leksikon.

Page 10: Linguistik fonologi

Bahasa adalah sistem lambang penggunaannya berdasarkan perjanjian dan untuk memahaminya harus dipelajari.

Karena lambang maka bermakna: berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat pemakainya.

Karena lambang maka konvensional: harus dipelajari dan disepakati oleh pemakainya.

Page 11: Linguistik fonologi

Bahasa adalah sistem bunyi: Wujud alamiah bahasa adalah bunyi.

Bersifat arbitrer: tak ada hubungan wajib antara satuan-satuan bahasa dengan yang dilambangkannya.

Bersifat produktif:: unsurnya terbatas tetapi dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Abjad sedikit, kata banyak, kalimat lebih banyak lagi.

Page 12: Linguistik fonologi

Bersifat unik: setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain.

Bersifat universal. Ada sifat bahasa yang bersifat umum ada yang agak umum/ agak universil.

Bahasa memiliki variasi, dialek, sosiolek dll. Berfungsi mengidentifikasikan diri. Dengan ciri khas

bahasa maka suatu kelompok sisial berbeda dengan kelompok sosial yang lain. Bahasa menunjukkan bangsa.

Page 13: Linguistik fonologi

RUANG LINGKUP LINGUISTIK

Mikrolinguistik

Bidang teoritisUmum (1) Teori Linguistik (2) Linguistik deskriptif (3) Linguistik historis komparatif

Khusus(1) Linguistik deskriptif (3) Linguistik historis komparatif

Page 14: Linguistik fonologi

Mikrolinguistik

Bidang interdisipliner Fonetik Stilistika Filsafat bahasa Psikolinguistik Sosiolinguistik Etnolinguistik Filologi Semiotika Epigrafi

Page 15: Linguistik fonologi

Makrolinguistik

Bidang terapan Pengajaran bahasa Penterjemahan Leksikografi Fonetik terapan Sosiolinguistik terapan Pembinaan bahasa internasional Pembinaan bahasa khusus Linguistik medis Grafologi Mekanolinguistik

Page 16: Linguistik fonologi

Sejarah linguistik

Page 17: Linguistik fonologi

HAKIKAT BAHASAA. Chaedar Alwasiah

Sistematik Manasuka (Arbitrer) Ucapan/vokal/bunyi Simbul Mengacu pada dirinya Manusiawi Komunikasi

Page 18: Linguistik fonologi

HAKEKAT BAHASAMansoer Pateda

Berwujud deretan bunyi yang bersistem Sebagai alat (instrument), mengganti

(represent) Bersifat individual Bersifat koperatif

Page 19: Linguistik fonologi

HAKEKAT BAHASA Harimurti Kridalaksana

1. System

2. Lambang

3. Bermakna

4. Konvensional

5. Bunyi

6. Arbitrer

7. Produktif

8. Unik

9. Universal

10. Mempunyai variasi

11. Mengidentifikasikan diri

Page 20: Linguistik fonologi

SISTEM-SISTEM (UNIT ANALISIS) Sistem Fonologi Di Amerika fonologi terbagi atas Fonemik dan

Fonetik Di Eropa (Ingris, Belanda) Fonemik disebut

fonologi. Jadi ada fonologi dan fonetik.

Page 21: Linguistik fonologi

Fonetik

Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa

Ada tiga cabang ilmu fonetik:

Page 22: Linguistik fonologi

JENIS FONETIK

Fonetik akustis: bagaimana serta alat ucap yang mana bunyi bahasa dihasilkan. Bunyi yang dihasilkan ditulis dengan tulisan fonetik.

Fonetik akustis: mempelajari bunyi bahasa sebagai gelombang bunyi. Dengan alat khusus (spektograf) didapat grafik yang menunjukkan frekuensi, intensitas, dan waktu bunyi bahasa tertentu. Perlu ilmu matematika dan fisika.

Fonetik auditoris: Menyelidiki bunyi bahasa sebagai sesuatu yang diterima oleh pendengar. Menjadi objek ahli syaraf.

Page 23: Linguistik fonologi

BAGAN JENIS FONETIK

FonetikArtikulatoris

FonetikAkustis

FonetikAuditoris

1 2 3

Page 24: Linguistik fonologi

ALAT UCAP

1. Bibir atas2. Gigi atas3. Gusi4. Langit-langit keras5. Langit-langit lunak

6. .Anak tekak7. .Bibir bawah8. .Gigi bawah9. .Ujung lidah10. .Daun lidah11. .Tengah lidah

12.Punggung lidah13.Glotis14.Rongga mulut15.Rongga hidung16.Rongga tekak17.Pangkal

tenggorokan

Page 25: Linguistik fonologi

Aliran Udara

Tiga macam mekanisme aliran udara: mekanisme aliran udara paru-paru; mekanisme aliran udara glotal, dan mekanisme aliran udara langit-langit lunak.

Hanya mekanisme aliran udara paru-paru yang dipergunakan menghasilkan bunyi bahasa.

Mekanisme aliran udara paru-paru terdiri dari paru-paru dan otot-otot pernapasan. Otot-otot itu menggerakkan paru-paru yang merupakan pemangkal atau inisiator sehingga udara dikeluarkan atau dimasukkan.

Aliran udara ke luar (egresif) digunakan dalam berbicara. Aliran udara ke dalam (ingresif) menyertai peristiwa nonlinguistis seperti menguap atau mendengkur.

Aliran udara paru-paru (pulmonik) yang keluar masuk paru-paru melewati batang tenggorokan (trachea) yang pada bagian atasnya terdapat pangkal tenggorokan (atau larings) atau kotak suara. Pada kotak suara terdapat pita-pita suara, memanjang dari depan ke belakang di bagian atas pangkal tenggorokan.

Celah di antara pita-pita suara yang merupakan pintu dari batang tenggorokan ke tenggorokan disebut glotis. Pita-pita suara dapat mengubah-ubah posisinya dengan merapatkan, mendekatkan, ataupun menjauhkan satu sama lain, keadaan glotis pun ikut berubah-ubah. Keadaan glotis itu merupakan salah satu ciri yang ikut menentukan macam bunyi yang terjadi.

Page 26: Linguistik fonologi

Tiga Macam Keadaan Glotis

Jika pita-pita suara berjauhan, sehingga glotis menjadi terbuka cukup lebar, udara bisa keluar dengan bebas. Keadaan ini terjadi bila kita bernapas atau bila kita sedang mengucapkan bunyi tak bersuara seperti s,f,p.t,dan k.

Jika pita-pita suara berdekatan, sehingga glotis menjadi sempit, udara yang hendak kelar menjadi agak terhambat. Akibatnya udara yang terpaksa melewati celah yang sempt itu menggetarkan pita-pita suara. Getaran ini menimbulkan bunyi yang disebut suara. Karena itu, bunyi yang dihasilkan dengan keadaan glotis menyempit seperti itu misalnya o, i, z, m, dan g, disebut bunyi bersuara.

Getaran suara dapat kita rasakan bila kita memegang bagian luar tenggorokan bagian depan atau menutup telinga pada waktu kita mengucapkan bunyi bersuara.

Jika pita-pita suara merapat dengan kekuatan yang cukup untuk mencegah terbukanya pita-pita itu, dengan kata lain glotis menjadi tertutup sama sekali, aliran udara sama sekali terhambat dan paru-paru tidak mempunyai hubungan dengan udara luar. Membuat penutupan seperti ini memang fungsi yang asli dari pita-pita suara, misalnya pada waktu kita batuk atau menahan beban yang berat. Penutupan ini juga menghasilkan bunyi bahasa yang disebut hambat glotal atau hamzah.

Page 27: Linguistik fonologi

Dua Jalan Keluar Aliran Udara Hidung dan mulut Jalan melalui hidung dapat dibuka atau ditutup oleh suatu klep yang berada

pada persimpangan jalan ke luar. Klep ini disebut anak tekak (uvula) Dalam rongga mulut bagian atas terdapat langit-langit keras (palatum) dan

langit-langit lunak (velum). Palatum berada di belakang gigi depan atas. Velum terletak di belakang langit-langit keras sampai ke anak tekak yang juga lunak. Langit-langit keras tak dapat bergerak, langit-langit lunak dapat digerakkan ke atas dan ke bawah oleh otot-otot yang ada padanya.

Langit-langit lunak (atau velum) merupakan bagian yang menguasai jalan udara melalui hidung. Bila langit-langit lunak bergerak ke bawah maka jalan udara ke hidung terbuka, tetapi bila langit-langit lunak bergerak ke atas dan merapat pada dinding belakang rongga tekak (kerongkongan atau farings) maka jalan udara ke hidung tertutup.

Bila langit-langit lunak naik, satu-satunya jalan ke luar aliran udara ialah melalui mulut; sedangkan bila turun, udara dapat ke luar melalui kedua jalan, yaitu melalui mulut dan melalui hidung. Tiap bunyi yang dihasilkan tanpa penutupan langit-langit lunak disebut bunyi sengau atau nasal, sedangkan tiap bunyi yang dihasilkan dengan penutupan langit-langit lunak disebut bunyi mulut atau oral (lihat gambar)

Page 28: Linguistik fonologi

Analisis bunyi: vokal dan konsonan Bunyi-bunyi bahasa tidak diucapkan lepas-lepas dalam ujaran,

melainkan selalu dalam rangkaian dengan bunyi-bunyi lain. Karena itu, untuk mempelajari bunyi bahasa itu satu persatu, kita perlu memecah rangkaian tempat bunyi itu berada.

Rangkain bunyi yang dapat kita pakai untuk memulai pekerjaan kita ialah suku kata, karena suku kata inilah bentuk yang paling kecil yang dapat diucapkan.

Analisa suku kata menghasilkan segmen (segmen) yang terdiri dari dua kelas, yaitu vokal dan konsonan. Segmen vokal ditandai oleh tidak adanya hambatan yang berarti terhadap udara yang keluar. Segmen inilah yang biasanya menjadi puncak dari suku kata yang mengandung segmen itu. Sebagai puncak suku kata, vokal merupakan segmen yang paling nyaring. Sebaliknya, jika sebuah segmen ditandai oleh hambatan sempurna terhadap udara atau hambatan yang menyebabkan gangguan lokal terhadap udara, segmen itu adalah konsonan. Konsonan pada umumnya tidak merupakan puncak suku kata, karena kenyaringannya yang rendah

Page 29: Linguistik fonologi

Konsonan

Telah kita sebutkan bahwa pada pembentukan konsonan aliran udara menemui berbagai hambatan atau penyempitan. Sifat dan tempat hambatan atau penyempitan inilah yang banyak memberikan ciri kepada konsonan yang terjadi. Penutupan atau penyempitan dapat terjadi di mana saja menurut kemampuan alat-alat ucap kita.

Untuk memberikan suatu konsonan kita harus memperlihatkan ukuran-ukuran berikut. Pertama, bagaimana posisi glotis. Jika glotis dalam keadaan terbuka, maka konsonan itu konsonan tak bersuara; sedangkan jika

glotis menyempit dan pita suara bergetar, maka konsonan itu konsonan bersuara. Kedua, artikulator mana yang aktif menghalangi udara. Artikulator aktif ialah alat ucap yang secara aktif bergerak menghalangi

perjalanan udara, terutama bibir bawah dan lidah. Karena lidah dapat melakukan penghalangan yang bermacam-macam dengan bagian lidah yang berbeda-beda, lidah dibagi menjadi beberapa bagian. Banyaknya bagian bergantung kepada keperluan ketelitian pemerian. Di sini kita akan membagi lidah menjadi ujung lidah, daun lidah (yang berada di belakang ujung lidah bertentangan dengan gusi atas depan jika sedang istirahat), tengah lidah (yang berada di bawah langit-langit keras), dan punggung lidah atau belakang lidah (yang berada di bawah langit-langit lunak).

Konsonan yang menggunakan bibir bawah bagian artikulator aktif disebut konsonan labial, misalnya p, b, dan m. Konsonan yang berartikulator ujung lidah, misalnya O, disebut konsonan apikal. Yang berartikulator daun lidah misalnya c dan j, disebut konsonan laminal; sedangkan yang verartikulator punggung lidah, seperti g dan k, disebut konsonan dorsal.

Ketiga, bagian mana yang menjadi artikulator pasif. Artikulator pasif adalah alat ucap yang pada umumnya tidak bergerak yang disentuh atau didekati artikulator aktif. Artikulator pasid yang disebut juga titik artikulasi atau daerah artikulasi, terdiri dari bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit-langit keras, langit-langit kunak, dan dinding belakang kerongkongan. Pembagian artikulator pasif ini juga dilakukan menurut keperluan ketelitian pemerian.

Konsonan yang memakai artikulator pasif bibir atas disebut konsonan labial, misalnya b dan m; yang berartikulator pasif gigi atas disebut konsonan dental, misalnya Q; yang menggunakan langit-langit keras disebut konsonan palatal, misalnya c dan j; dan yang menggunakan langit-langit lunak, misalnya k dan g, disebut konsonan velar.

Keempat, bagaimana cara menghalangi udara. Cara menghalangi udara yang disebut juga cara (ber)artikulasi, adalah cara artikulator aktif menghalangi udara di daerah artikulasinya. Tujuh cara berartikulasi diberikan di bawah ini

Ertikulator menghambat sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat di belakang penutupan itu. Cara ini menghasilkan konsonan hambat. Karena pembukaan hambatan ini menyebabkan terjadinya letupan, konsonan hambat disebut juga konsonan letupan. Contoh konsonan ini ialah : p, t, k, b, d, g.

Artikulator aktif mendekati artikulator pasof, membentuk velah sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Cara ini menghasilkan kondonan geseran atau frikatif, misalnya f, s, dan z.

Artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator p-asif. Cara ini merupakan gabungan cara (1) dan (2) dan menghasilkan konsonan paduan atau afrikat, misalnya t dan d dalam kata inggris chair dan bridge.

Artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui rongga mulut tetapi membiarkan udara melewati rongga hidung dengan bebas. Cara berartikulasi ini menghasilkan kondonan sengauan atau nasal, misalnya m dan n.

Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif seperti dalam pengucapan r. Cara ini menghasilkan konsonan getar atau tril. Artikulator akhtif menghambat udara di bagian tengah mulut, tetapi membiarkan udara ke luar melewati samping lidah, seperti penguvapan l.

Konsonan yang dihasilkan dengan cara ini disebut kondonan sampingan atau lateral. Dengan saliran udara di tengah mulut artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (seperti dalam pembentukan vokal),

tetapi tidak cukup sempit untuk dapat menghasilkan geseran. Cara ini menghasilkan kondonan hampiran atau aproksiman, misalnya w dan y.

Page 30: Linguistik fonologi

4.3.2 Penamaan konsonan

Konsonan diberi nama dengan menyebutkan secara berurut cara berartikulasi, artikulator aktif dan daerah artikulasi, dan keasaan glotis. Dibawah ini diberikan beberapa contoh.

t adalah konsonan letupan lamino-alveolar tak bersuara d adalah konsonan letupan lamino-alveolar bersuara g adalah konsonan letupan dorso-velar bersuara s adalah konsonan geseran lamino-alveolar tak bersuara m adalah konsonan sengauan labio-labial bersuara atau

sengauan bilabial bersuara

Page 31: Linguistik fonologi

4.3.3 Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan tanpa penutupan atau penyempitan di atas glotis. Bunyi vokal berbeda-beda menurut bentuk rongga di atas glotis yang dilalui udara pada saat pengucapan vokal-vokal itu. Kebanyakan vokal dibuat dengan menutup jalan udara melalui hidung. Jika dalam pembuatan vokal jalan ke hidung dibuka juga, maka yang terjadi adalah vokal sengau seperti yang terdapat dalam kata-kata Prancis bon, grand, dan vin, atau seperti bunyi huruf a dalam kata mangkir.

Bentuk rongga terutama dipengaruhi oleh posisi lidah dan bentuk bibir. Lidah yang lincah itu dapat bergerak ke depan, ke belakang, ke bawah, ke atas. Bibir dapat membulat atau memipih. Sekarang dapat kita katakan bahwa kualitas vokal ditentukan oleh tiga faktor: faktor maju-mundurnya lidah, faktor naik-turunnya lidah, dan faktor bentuk bibir.

Untuk pembicaraan tahap pengantar ini kita akan membagi gerak horisontal menjadi tiga posisi : depan, pusat, belakang; gerak vertikal menjadi tiga: tinggi atau atas, tengah, rendah atau baeah; bentuk bibir menjadi dua: bulat dan tak bulat. Berdasar pembagian itu kita menggolongkan vokal sebagai vokal depan, vokal pusat, vokal belakang, vokal tinggi atau atas, vokal tengah, vokal rendah atau bawah, vokal bulat atau vokal tak bulat.

Vokal depan, misalnya i dan e, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi depan di rongga mulut. Vokal belakang, misalnya u dan o, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut. Vokal tinggi, misalnya i dan u, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi tinggi di rongga mulut. Demikian seterusnya, setiap possis menunjukkan letak bagian yang tertinggi dari lidah. Vokal bulat, misalnya u dan o, dibuat dengan membulatkan bibir; sedangkan vokal tak bulat, misalnya i dan e, dibuat dengan tidak membulatkan bibir.

Page 32: Linguistik fonologi

Penamaan vokal

Vokal diberi nama dengan menyebutkan faktor maju mundurnya lidah, faktor naik-turunnya lodah, dan faktor bentuk bibir, misalnya,

i adalah vokal depan tinggi (atau atas) tak bulat u adalah vokal belakang tinggi (atau atas) bulat e adalah vokal depan tengah tak bulat ə adalah vokal pusat tengah tak bulat a adalah vokal depan rendah (atau bawah) tak bulat ɑ adalah vokal pusat rendah (atau bawah) tak bulat

Page 33: Linguistik fonologi

TINGGI

TENGAH

RENDAH

DEPAN PUSAT BELAKANG

Page 34: Linguistik fonologi

4.3.5 Diftong

Dalam banyak bahasa terdapat rangkaian bunyi yang segmen pertamanya berupa vokal dan segmen keduanya berupa bunyi hampiran. Rangkaian ini selalu berada dalam satu suku kata.

Karena ciri bunyi hampiran dekat sekali dengan ciri vokal, banyak orang mengatakan bahwa segmen yang kedua tersebut adalah vokal. Karena itu rangkaian demikian dahulu disebut vokal rangkap. Sebutan vokal rangkap sebenarnya kurang tepat. Dua vokal yang kebetulan muncul berurutan selalu merupakan angguta dari dua suku kata. Jika demikian maka diftong sebenarnya adalah sebuah vokal.

Diftong dibedakan berdasarkan tinggi rendah posisi unsur-unsurnya. Jika posisi bunyi keduanya lebih tinggi (misal pada kata gulai) disebut diftong naik (rising diphtong), sebaliknya disebut diftong tutun (falling diphtong) misal: ear dalam bahasa Inggris.

Gambar berikut menunjukkan arah pergerakkan unsur pertama ke unsur kedua dari diftong.

Page 35: Linguistik fonologi

Arah Pergerakan Unsur Diftong

Page 36: Linguistik fonologi

Tulisan Fonetis Pembicaraan secara tertulis mengenai bunyi bahasa memerlukan alat

ayau cara untuk menunjukkan bunyi-bunyi tersebut. Alat itu disebut tulisan atau abjad fonetik yang berupa huruf-huruf Latin dengan beberapa huruf tambahan dan tanda-tanda pemerlain (atau tanda diakritik).

Sebagai contoh penggunaan huruf tambahan dapat dikemukakan huruf ə dan ŋ yang melambangkan bunyi huruf e dan ng dalam kata senang. Tanda diakritik ~ pada ã misalnya, menunjukkan ciri sengau vokal itu; sedangkan tanda : sering dipakai untuk menunjukkan panjang.

Huruf tambahan dan tanda pemerlain itu diperlukan mengingat bahwa jumlah atau macam bunyi bahasa melebihi jumlah huruf dalam abjad latin. Setiap huruf dalam tulisan fonetis melambangkan satu bunyi bahasa. Huruf-huruf itu ditulis dalam kurung siku [ ]. Berikut ini adalah sebagian dari simbol fonetik yang ditetap kan oleh IPA (International Phonetics Asosiation). Daftar simbol fonetik selengkapnya dapat dilihat pada situs WWW.ipa.com atau WWW.uefap.com.

Page 37: Linguistik fonologi

Contoh Simbol Fonetik

Simbol Contoh Simbol Contoh

Page 38: Linguistik fonologi

Asimilasi Fonetis

Saling pengaruh diantara bunyi-bunyi yang saling berangkai, dengan akibat bunyi-bunyi tersebut menjadi sama atau mirip.

Contoh: vokal yang berada dalam satu rangkaian dengan konsonan sengau dalam bahasa Indonesia pada umumnya memperoleh warna sengau, seperti dalam kata lengang [l∂ŋăŋ]. Vokal yang berada dalam suku kata tertutup (yakni suku kata yang berakhir dengan konsonan) cenderung lebih pendek daripada yang terdapat dalam suku kata terbuka (yakni suku kata yang berakhir dengan vokal).

Page 39: Linguistik fonologi

Unsur Suprasegmental Unsur-unsur seprasegmental: panjang pendek, tekanan, dan nada. Panjang-pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu

dipertahankannya posisi alat ucap. Dalam tulisan fonetik, tanda : dan :: atau lambang rangkap seperti

tt, kk, dan ss dapat dipakai untuk menandai panjang. Keras lemahnya tekanan ditandai oleh gerak alat-alat ucap yang

lebih bertenaga dan menggunakan otot-otot yang lebih tegang dalam menghasilkan bunyi.

Dalam tulisan fonetik tanda / menunjukkan tekanan keras, ^ untuk tekanan sekunder, dan \ untuk tekanan tersier.

Nada didasarkan pada frekuensi getaran yang ditimbulkan pita suara. Makin tinggi frekuensi makin tinggi nadanya.

Dalam tulisan fonetik nada ditandai dengan angka. Angka 1,2,3, dan 4 berturut-turut menunjukkan nada rendah, normal, tinggi, dan amat tinggi.

Page 40: Linguistik fonologi

Fonemik

Tidak semua perbedaan bunyi menimbulkan perbedaan makna (fungsional) Orang awam pada umumnya hanya memperhatikan perbedaan yang

fungsional, yang dalam bahasanya berfungsi membedakan makna. Fungsional atau tidak perbedaan suatu bunyi bergantung kepada

bahasanya. Fungsional dalam bahasa Indonesia tidak harus fungsional dalam bahasa lain.

Contoh, perbedaan r dengan l yang jelas terdengar oleh para pemakai bahasa Indonesia pada umumnya tidak akan terdengar oleh telinga Jepang atau Mandarin, karena perbedaan itu tidak bersifat fungsional dalam bahasa Jepang atau Mandarin. Sebaliknyam bagi pembicara bahasa lain, perbedaan i pertama dengan i kedua dalam kata pemimpin mungkin terdengar jelas sekali.

Page 41: Linguistik fonologi

Fonem

Dalam tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai bunyi yang diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang disebut fonem. Fonem, penggolongan fonem, distribusi fonem adalah hal-hal yang dipelajari dalam fonemik.

Berdasarkan keterangan di atas dapatlah dikatakan fonem adalah abstraksi dari bunyi-bunyi bahasa.

Walaupun fonem tidak sama dengan bunyi bahasa, fonem diberi nama sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang merealisasikannya. Nama-nama itu misalnya konsonan bilabial, konsonan bersuara, konsonan geseran velar bersuara, vokal depan atas, dan sebagainya. Lambang yang digunakanpun sama dengan yang digunakan untuk melambangkan bunyi. Bedanya, lambang fonem ditaruh di antara dua garis miring, sedangkan lambang bunyi ditaruh dalam tanda kurung suku. Jadi, misalnya, /m/ adalah fonem konsonan sengau bilabial, sedangkan [m] adalah bunyi konsonan sengau bilabial.