lima menit jadi presiden

3
Lima Menit Aku Jadi Presiden Karya: Nala Orida Hatiku merasakan benci sedalam-dalamnya, momok yang paling pahit jika kuingat. Berceramah dengan bodohnya di depan teman-teman sekelasku. Tak tahu apa yang akan kulontarkan lagi, padahal teks ini sudah kuhafal seminggu yang lalu. Setiap hari senin, aku adalah sarapan pagi yang empuk untuk dilumat-lumat dengan gelak tawa terbahak-bahak oleh liliput di kelasku. “Lagi-lagi pelajaran ini!”, apa tak ada lagi pelajaran lain yang bisa membuat jiwaku tenang. Aku tak ingin lagi menjadi domba bodoh jika berdiri di depan kelas sambil melipat-lipat teks karanganku. Senin, minggu keempat aku di kelas dua. Aku paling takut dengan nomor urut tiga puluh enam, Zaki Zaman. Jika Bu Zaskia sudah menyebut nama Yolanda, teman-teman akan menyambut gembira karena ada penampilan yang ditunggu dan disiarkan langsung melalui satelit-satelit bola mata mereka tampa sensor sedikitpun. “Selanjutnya, Zaki Zaman”. Bu Asnah memanggil namaku. Jantungku berdentum kencang. Semua ruas mata menatap wajahku yang sudah memerah duluan, karena karanganku selalu paling jelek. “Tem… teman!”. Dengan suara parau terbata-bata. Belum saja kumulai mereka sudah tertawa dengan girangnya mendegar suaraku seperti ceracau bebek sekandang. “Sang Raja memesuki singasana kerajaan”. Ujarnya dengan pongah sambil berdiri di tempat duduknya. Belum sempat mulutnya tertutup rapat, penghapus papan tulis sudah mendarat di bibirnya yang tak pernah berhenti berkicau. Ari Murai, julukan yang diberikan padanya karena tak pernah berhenti berkicau seperti Burung Murai saja. Semuanya tertawa lepas, melihat lipstik putih berdebu mengempul di bibirnya. Tono teman sebangkunya paling benci jika ia sudah berisik akan merusak konsentrasinya. Aku pun tertawa dalam hati. “Selamat pagi teman-teman”, sambil membuka lipatan kertas, membacakan judul karanganku. Jika Aku seorang presiden Suasana semakin riuh, “Si Zaman menjadi presiden?”. Ari bersorak kegirangan menertawaiku. Semua mulut tersulut tertawa luar biasa. Buk Asnah hanya diam. Semuanya langsung terdiam tanpa kata menyaksikan paras Buk Asnah yang sedih bercampur marah. Matanya berkaca-kaca

Upload: ilhamabdulnurhakim

Post on 17-Aug-2015

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ini adalah 5 menit jadi presiden

TRANSCRIPT

Lima Menit Aku Jadi PresidenKarya: Nala OridaHatiku merasakan benci sedalam-dalamnya, momok yang paling pait !ika kuingat" #ercerama dengan bodonya di depan teman-teman sekelasku" $ak tau apa yang akan kulontarkan lagi, padaal teks ini suda kua%al seminggu yang lalu" &etiap ari senin, aku adala sarapan pagi yang empuk untuk dilumat-lumat dengan gelak ta'a terbaak-baak ole liliput di kelasku"(Lagi-lagi pela!aran ini)*, apa tak ada lagi pela!aran lain yang bisa membuat !i'aku tenang" Aku tak ingin lagi men!adi domba bodo !ika berdiri di depan kelas sambil melipat-lipat teks karanganku" &enin, minggu keempat aku di kelas dua" Aku paling takut dengan nomor urut tiga pulu enam, +aki +aman" Jika #u +askia suda menyebut nama ,olanda, teman-teman akan menyambut gembira karena ada penampilan yang ditunggu dan disiarkan langsung melalui satelit-satelit bola mata mereka tampa sensor sedikitpun"(&elan!utnya, +aki +aman*" #u Asna memanggil namaku"Jantungku berdentum kencang" &emua ruas mata menatap 'a!aku yang suda memera duluan, karena karanganku selalu paling !elek"($em- teman)*" .engan suara parau terbata-bata" #elum sa!a kumulai mereka suda terta'a dengan girangnya mendegar suaraku seperti ceracau bebek sekandang"(&ang /a!a memesuki singasana kera!aan*" 0!arnya dengan ponga sambil berdiri di tempat duduknya" #elum sempat mulutnya tertutup rapat, pengapus papan tulis suda mendarat di bibirnya yang tak perna berenti berkicau" Ari Murai, !ulukan yang diberikan padanya karena tak perna berenti berkicau seperti #urung Murai sa!a" &emuanya terta'a lepas, meliat lipstik puti berdebu mengempul di bibirnya" $ono teman sebangkunya paling benci !ika ia suda berisik akan merusak konsentrasinya" Aku pun terta'a dalam ati"(&elamat pagi teman-teman*, sambil membuka lipatan kertas, membacakan !udul karanganku"Jika Aku seorang presiden&uasana semakin riu, (&i +aman men!adi presiden1*" Ari bersorak kegirangan menerta'aiku" &emua mulut tersulut terta'a luar biasa" #uk Asna anya diam" &emuanya langsung terdiam tanpa kata menyaksikan paras #uk Asna yang sedi bercampur mara" Matanya berkaca-kaca (Kalian tak pandai mengargai teman se-kelas, apa ini yang 2bu a!arkan kepada kalian1* &uasana kelas terasa seperti di tenga utan belantara" diam" #egitu pandainya bu Asna menaklukan kelas kami, u!arku dalam ati"&emua raut 'a!a tertekuk layu mendengar suara #uk asna yang lembut memindakan karakter seorang guru kepada kami" Lututku yang semula gugur berdiri sekarang suda berdiri tegak membusungkan dada dengan penu semangat seperti %oto duo proklamator negeri ini yang menempel di dinding kelas"&uasana kelas masi ribut kandang ayam, suara cempreng dengan na%as lepas" Aku mulai membacakan rentetan kalimat yang tela kua%alkan itu" Aku masi ingat desa na%as #apak menuntunku untuk menger!akan tugas ini" ($atap kedua bola mataku*, u!arnya sambil memegang bauku agar kau berani untuk berbicara di depan teman-temanmu" (Patakan mereka dengan pandangmu*, lepaskan tepat di sela kedua bola mata mereka, dan bungkam mereka dengan perasaan ingin tau di setiap kalimat yang akan kau lontarkan, !angan kau seperti pemimpin yang ada saat ini, anyala pembual yang bertopengkan paras 'a!a yang elok, membidik pandanganku lurus"&epata dua pata kata mulai beramburan keluar menggema keras di kelas 3#"" &emuanya melongo membuka mulutnya antusias mendengarkan tugasku kali ini" $ak ada lagi yang berbisik-bisik apalagi berbicara, aku pun bingung mengapa semua teman-teman dan #uk Asna diam tampa suara"Alinia kedua, kulontarkan ta!am meninggikan suara dan mengangkat selembar kertas yang ku genggam itu" Aku ingin mengangkat martabat teman-teman sekelasku, karena kami sering dicemookan teman-teman lain yang sekola di kota, sekola di kampung meridnya cupu-cupu alias gak gaul dan ndeso"&ekarang kita adala generasi yang arus meruba negeri ini, negeri kita sedang dilanda krisis besar" Apaka kita nanti akan men!adi buru di negeri sendiri1 Kata demi kata kukuakan ke gendang telinga teman-temanku, (inila kita, bangsa yang terluka karena tersandung batu di negeri sendiri" /angkaian kata terlalap suda ole teman-temanku yang belum pantas terusik ole sebua animasi politik yang akan mengangu keasikan bermain mereka" $api aku tak memperdulikan apa tanggapan mereka setela ini, sekarang aku puas karena aku tela men!adi presiden di kelas ini, aku tak ingin dianggap kambing congek yang akan di!adikan tumbal setiap ari &enin" &ekarang tinggal alinea terakir, tatapan ku masi ta!am membelunggu pandangan mereka, (teman-teman mari kita ber%ikir dan merenung dalam-dalam*" Akan !adi apa kita !ika kita bela!ar seperti ini terus" nlo