lighting retail concept design

32
LAPORAN PENELITIAN RETAIL TATA CAHAYA Dosen J . Ade Prasetya Seputra S.T., M.T. Kelas A Yosef Vincentius Embu Dosi (13 01 14992)

Upload: ocep-saputra

Post on 17-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ligting concept in retail design

TRANSCRIPT

Page 1: lighting Retail Concept Design

LAPORAN PENELITIAN

RETAIL

TATA CAHAYA

Dosen J . Ade Prasetya Seputra S.T., M.T.

Kelas A

Yosef Vincentius Embu Dosi (13 01 14992)

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTAFAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTURYOGYAKARTA

2015

Page 2: lighting Retail Concept Design

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Laporan ini merupakan salah satu tugas wajib dalam rangka tugas besar matakuliah Penulisan Karya Ilmiah dan Desain semester 5.

Saya menyadari dalam laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki, namun demikian banyak pula pihak yang membantu saya dengan menyediakan dokumen atau sumber informasi, memberikan masukan pikiran

Yogyakarta, 3 Oktober 2015Peneliti

Page 3: lighting Retail Concept Design

BAB I. Pendahuluan

Bab. I.1 Latar Belakang

Arsitektur merupakan sebuah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Menurut Vitruvius dalam bukunya yang berjudul De Architectura, sebuah bangunan yang baik haruslah memiliki aspek Keindahan / Estetika (Venusitas), Kekuatan (Firmitas), Kegunaan / Fungsi (Utilitas), Sehingga seorang arsitek dituntut mampu untuk memunculkan kriteria itu dalam rancangannya.

Dahulu, sebelum ada teknologi komputer seorang arsitek mengambar manual dengan bantuan meja gambar yang tentunya membutuhkan ketelitian dan waktu yang cukup lama. Seiring berkembangnya Ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan merancang dalam arsitektur juga mengalami perkembangan dengan munculnya berbagai software yang dapat membantu seorang arsitektur dalam merancang dan menuangkan idenya ke sebuah gambar. Ada banyak sofware yang dapat digunakan seperti AutoCad, Sketchup, 3dsmax, Archicad, Dialux dan banyak lgi yang lainnya. Semua software itu biasanya memiliki fungsinya masing-masing, mulai dari untuk menggambar, membuat 3 dimensi sampai melakukan simulasi desain yang kita buat terhadap pencahayaan, penghawaan, pembebanan dll.

Di dalam merancang sebuah ruang dalam arsitektur, pencahayaan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan untuk menciptakan sebuah ruang-ruang yang mampu memberikan kenyamanan bagi aktifitas yang ada di dalamnya. Dalam Aspek pencahayaan terdapat software Dialux yang mampu berfungsi untuk mensimulasikan pencahayaan pada bangunan yang kita desain dan dapat mengetahui simulasi cahaya baik, pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Hal ini sangat berguna untuk perhitungan kebutuhan pencahayaan pada sebuah ruang sehingga dapat meningkatkan kualitas ruang yang sesuai dengan standard yang dibutuhkan ruangan itu sendiri.

Dari pemaparan singkat di atas bahwa karya arsitektur harus memenuhi aspek Keindahan / Estetika (Venusitas), Kekuatan (Firmitas), Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Tiga aspek ini dapat dicapai dengan salah satunya adalah dengan mempertimbangkan Pencahayaan dalam karya yang kita buat. Untuk mengetahui dan menghitung pencahayaan pada bangunan dapat menggunakan software “dialux” yang telah diajarkan pada mata kuliah Tata Cahaya. Hal inilah yang mendasari penulis dalam menyusun proposal ini, sehingga kita dapat mnegetahui apakah sebuah bangunan dalam hal ini objek studi penulis “PT. Ruamah Tropika Abadi “ memenuhi standard sebagai sebuah kantor yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pegawai yang bekerja di dalamnya.

Bab. I.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan proposal ini antara lain adalah utuk :

Mengetahui keadaan standar pencahayaan buatan pada desain sebuah retail.

Page 4: lighting Retail Concept Design

Menyajikan simulasi pencahayaan pada desain model retail melalui software “Dialux” untuk mengetahui perhitungan pencahayaannya

Memberikan Rekomendasi desain untuk meningkatkan kualitas ruang yang ada pada model desain Retail berdasarkan standard dan simulasi yang telah dilakukan dengan software : Dialux”.

Dari pemaparan tujuan penulisan di atas diharapkan penulisan proposal ini dapat memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca tentang bagaimana sebuah ruang yang memiliki kenyamanan sesuai dengan standard. Selain itu dalam proposal ini juga terdapat hasil-hasil simulasi dari software Dialux yang nantinya berfungsi untuk mengetahui pencahayaan pada model desain Retail yang di buat secara lebih detail dehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam merancang sebuah ruang Retail yang memiliki pencahayan alami yang nyaman.

Bab.I.3 Lingkup Studi

Dalam proposal ini, lingkup pembahasan yang dilakukan adalah tentang pencahayaan buatan pada sebuah model desain Retail. Pembahasan dilakukan melalui simulasi dengan software Dialux yang telah diajarkan pada mata kuliah Tata Cahaya, yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan rekomendasi desain untuk mendapatkan sebuah ruangan yang memenuhi standard, sesuai dengan fungsi ruang itu sendiri. Rekomendasi desain ini diperoleh dari hasil analisis terhadap objek studi dangan melakukan perhitunga di software Dialux. Sehingga dalam hal ini penggunaan software Dialux sangat berperan penting dalam proses pembahasan selain standard-standard yang ada di dalam materi yang telah diperoleh khususnya tengtang pencahayaan buatan.

BAB II.1.1 Pengertian

a Landasan teori

• Cahaya adalah energi yang terpancar. Cahaya biasanya terpancar ke semua arah dan menyebar ke area yang lebih besar ketika keluar dari sumbernya. Ketika menyebar, cahaya juga berbeda intensitas menurut jarak dari sumbernya. (Ching, Francis D.K, and Binggeli, Corky. 2011. Interior Desain dengan Ilustrasi, 2nd Edition. Jakarta: Indeks)

• Phytagoras (580 – 500 SM) dan Democritos (460 – 370 SM) berpendapat bahwa kita dapat melihat benda karena benda itu mengeluarkan butir-butir yang masuk ke dalam mata.

• Empedocles (484 – 424 SM), Plato (427 – 347 SM) dan Euclides (± 300 SM) berpendapat bahwa kita dapat melihat karena dari mata kita keluar sesuatu, kemudian menumbuk butir-butir yang dikeluarkan benda yang kita lihat itu.

Page 5: lighting Retail Concept Design

• Alhazan (965 – 1038) berpendapat bahwa kita dapat melihat karena ada cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh benda itu. (http://id.shvoong.com/ exact-sciences/physics [Februari, 2012])

b.Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Beberapa kelebihan menggunakan pencahayaan alami:

Bersifat alami(natural). Tersedia berlimpah. Tersedia secara gratiS. Terbarukan. Memiliki Spektrum cahaya lengkap. Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi mahluk hidup di bumi. Dinamis. Lebih alami bagi irama tubuh (bio-rhytym). Keperluaan fotografi alami.

Beberapa kelemahan pencahayaan alami untuk dipergunakan mencahayai ruangan adalah:

Pada bangunan berlantai banyak dan gemuk (berdenah rumit) sulit untuk memanfaatkan cahaya alami matahari(walau ada teknologi serat kaca yang dapat menyalurkan cahaya jauh kedalam ruangan).

Intensitasnya tidak mudah diatur,dapat sangat menyilaukan atau sangat redup. Pada malam hari tidak tersedia. Sering membawa serta panas masuk kedalam ruangan. Dapat memudarkan warna.c. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pada cuaca yang kurang baik dan malam hari, pencahayaan buatan sangat dibutuhkan. Perkembangan teknologi sumber cahaya buatan memberikan kualitas pencahayaan buatan yang memenuhi kebutuhan manusia (Lechner, 2001, p.472). Pencahayaan buatan membutuhkan energi untuk diubah menjadi terang cahaya. Segi efisiensi menjadi pertimbangan yang sangat penting selain menjadikan pencahayaan buatan sesuai dengan kebutuhan manusia. Pencahayaan buatan yang efisien mempunyai fokus kepada pemenuhan pencahayaan pada bidang kerja. Satwiko (2004, p.78) menyatakan pentingnya mengarahkan cahaya ke titik yang membutuhkan pencahayaan sebagai prioritas.d. pencahayaan pada bidang kerjaPencahayaan Ruang dari Bidang Kerja Berkaitan dengan kualitas pencahayaan bidang kerja terdapat aspek lain yang perlu diperhatikan pada ruang, yaitu: (1) Kontras Terang (Brightness Contrast) Kontras terang adalah perbandingan tingkat iluminasi antara bidang kerja dengan daerah di sekelilingnya. Dengan pengendalian kontras yang tepat dapat mengurangi pengaruh dari silau dan kelelahan pada mata. Kontras terang yang baik dapat menghasilkan color ambience (suasana warna) yang berkualitas. Secara umum tingkat kontras area kurang lebih sepertiga dari

Page 6: lighting Retail Concept Design

pencahayaan bidang kerja (Fordergemeinscaft Gutes Licht,2008, p.6). (2) Reflektansi Ruang (Room Reflectance) Reflektansi ruang adalah pengaruh pembatas ruang sebagai pemantul cahaya yang mengarahkan cahaya ke arah bidang kerja maupun bagian ruang lainnya yang mempengaruhi kondisi pencahayaan dalam ruang. Pengaruh reflektansi ruang sangat besar terutama pada ruang yang terbatas. Reflektansi ruang ini juga sangat dipengaruhi oleh jenis dan warna material.

BAB II.1.3 Pengarahan Cahaya

a. Bentuk dan Posisi Sumber Cahaya Bentuk luminer dapat mempengaruhi arah pancaran cahaya, ada luminer yang berbentuk memanjang, bentuk pada umumnya yaitu pada lampu fluorescent yang menghasilkan pencahayaan oprimum yang panjang. Ada pula luminer yang berbentuk bidang sehingga cahaya yang terpancar merupakan luasan. Dalam iluminasinya, sebuah titik luminer adalah berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya sehingga apabila jarak luminer menjadi dua kali lipat maka pengurangan intensitas cahaya akan menjadi 25% dari sebelumnya sebagai contoh luminer titik adalah lampu pijar (incandecent). Sedangkan untuk luminer yang berbentuk garis, iluminasinya berbanding terbalik dengan jarak luminer sehingga apabila jarak menjadi dua kali lipat maka intensitas berkurang menjadi 50 % seperti pada bentuk lampu TL (Lechner, 2007, p.481).

Gambar. Pengaruh Posisi cahaya dan bentuk luminerSumber: www.zumtobelStaff.com

BAB II.1.4 STANDAR TINGKAT PENCAHAYAAN (SNI- 03-6197-2000)

Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan.Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan ditunjukkan pada tabel:

Page 7: lighting Retail Concept Design

Gambar 2.1Tingkat pencahayaan minimum dan

renderasi warna yang direkomendasikan

(Sumber : http://ciptakarya.pu.go.id)

Page 8: lighting Retail Concept Design

Gambar 2.2 Tingkat pencahayaan minimum dan

renderasi warna yang direkomendasikan

(Sumber : http://ciptakarya.pu.go.id)

Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan buatan dalam bangunan gedung agar diperoleh sistem pencahayaan buatan yang sesuai dengan syarat kesehatan, kenyamanan, keamanan dan memenuhi ketentuan yang beriaku untuk bangunan gedung. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan adalah tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja, yakni bidang horisontal imajiner yang tedetak 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan. Standar ini memberikan tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan. Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi : Sistem pencahayaan merata, Sistem pencahayaan setempat, serta sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat. Untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang optimal, perlu mempertimbangkan Pemilihan peralatan : Lampu, Armatur (rumah lampu), serta Komponen listrik dalam armatur Pengujian dilakukan untuk memeriksa, mengamati dan mengukur tingkat pencahayaan (Lux) dan indeks kesilauan. Pada pengoperaslan instalasi sistem pencahayaan dalam suatu bangunan, maka perencanaan penempatan alat pengendaii perlu mendapatkan perhatian sehingga tata cahaya dapat dikendalikan dengan baik Pemeliharaan mencakup penggantian lampu dan komponen listrik dalam armatur yang rusak/putus atau sudah menurun kemampuannya, pembersihan armatur dan permukaan ruangan secara terjadwal

BAB III. STUDI KASUS

.1.1 DEFINISI PROYEK

Retail adalah satu atau lebih aktivitas yang menambah nilai produk dan jasa kepada konsumen baik untuk kebutuhan keluarga atau untuk keperluan pribadi. Banyak orang berpikir bahwa Alfamart/Indomart merupakan retail yang sesungguhnya. Padahal berbisnis dalam dunia retail sangat menarik karena memerlukan ketelitian. Bahkan ada yang slogan yang berkata “retail is detail”. Slogan ini menandakan bahwa orang yang ingin berkecimpung dalam dunia retail haruslah orang yang mau bekerja keras, kreatif serta detail dalam setiap aktfitasnya. Retail tidak selalu berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari yang biasa dijual di Alfamart/Indomart. Contoh Pizza Hut, McD dan KFC merupakan contoh retail makanan yang sukses. Adapun retail mengcangkup dalam dunia jasa seperti Air Asia, Prudential dan TIKI yang menawarkan retail dalam bentuk jasa.

             Jadi kesimpulannya retail bisa menjual produk ataupun jasa tergantung kebutuhan pasar saat ini.Barang dan Jasa yang kita nikmati saat ini tidak terlepas dari jasa retail, retail membantu produsen/distributor dan konsumen agar setiap kebutuhan akan keduanya dapat terpenuhi. Secara garis besar dunia retail dibagi 4 bagian yaitu, peran dan fungsi retail, strategi retail, merchandising management dan

Page 9: lighting Retail Concept Design

store managemen.Dalam retail ada proses – proses yang dilakukan oleh beberapa badan usaha sebelum barang tersebut sampai kepada konsumen aktifitas ini dinamakan supply chain. Badan usaha tersebut yaitu Produsen/pabrik-Distributor/suplier-Retailer-Konsumen. Secara teknis alurnya berjalan secara vertical, namun seiring dengan perkembangan zaman sistem ini mengalami pembaharuan yang lebih modern.

Dalam tahap perkembangannya retailpun mengalami beberapa kali transformasi, pada tahapan perkembangannya, dimana pada awalanya bentuk ratail diawali dari sebuah tempat yang dilakukannya kegiatan jual dan beli yang sederhana, hingga menjadi sebuah tempat yang khusus dengan konsep yang menarik, sehingga dapat menarik pengujung untuk berkunjung dan membeli barang dagangan yang dijual pada retail itu sendiri.

Gambar 3.1. Bentuk retai pada era abad 19-anSumber : indiesoftware14.wordpress.com

BAB III.1.3 PRESEDEN

The Arvind Store by Restore, Guwahati – IndiaArvind merupakan salah satu toko busana yang terbesar dan tertua dari prusahaan

fashion di India. Toko ini membawa nama perusahaannya sendiri yaitu The Arvind Store dan merupakan sebuah tokoh yang mengkhususkan kain khusus Arvind.karena ini merupakan perwujudtan dari merek, maka toko ini memilih pemilihan warna dari motif kayu sebagai konsep pewarnaan dan beberapa mengunakan material alami seperti kayu yang memberika efek elegan pada desain tokonya.

Page 10: lighting Retail Concept Design

Gambar 3.2 . Bentuk retail Arvind yang menggunakan pewarnaan kayu sebgai konsep pewarnaan retail

Sumber : http://retaildesignblog.net/2015/11/08/the-arvind-store-by-restore-guwahati-india/

Pencahayaan buatan pada toko ini juga lebih difokuskan pada sejumlah barang-barang yang dijual pada toko tersebut, hal ini dapat dilihat dari pengkondisian pencahayaan berupa lampu sorot yang digunakan yang dioptimalkan pada pencahayaan pada spot-spot tertentu yang menyajikan barang-barang yang diperjual belikan.

(a)

(b)

Page 11: lighting Retail Concept Design

Gambar 3.3. Pengunaan cahaya buatan untuk mempertegas keberadaan barang-barang yang dijual.

Sumber: http://retaildesignblog.net/2015/11/08/the-arvind-store-by-restore-guwahati-india/

.1.2 KONSEP DESAIN

Page 12: lighting Retail Concept Design

Gambar 3.4 KonsepDesainSumber: Doc. Pribadi

Melihat fenomena saat ini yaitu bentuk retail haruslah memiliki suatu ketertarikan sendiri, disamping tuntutannya sebagai bangunan komersil, dimana memiliki harga jual, sehingga pada dawasa ini bentuk retail tidak hanya sebatas tempat menjual sesuatu, tapi suatu tempat yang juga dapat menawarka suatu kosep ruangan yang tidak hanya nyaman dan fungsional, tapi juga memiliki nilai estetika dengan penawaran bermacam konsep, yang mana semuanya itu bertujuan untuk manrik hati pengunjung, dan salah satu dari konsep tersebut yaitu, dengan penggunaan dan mengolahan pencahayaan buatan yang nyaman dan mempunyai nilai estektis.

Pada pengunaan materialnya mempunyai pengunaan pewarnaan dengan material kayu, yang pada dasarnya memiliki warna oranye kecoklatan, sehingga dapat menghemat biaya pengecatan dan lebih terkesan natural.Penggunaan jenis kayu furniture ini, antara lain:

Kayu Solid – Kayu UtuhSesuai namanya, kayu solid menggunakan bahan baku kayu utuh, sehingga lebih kuat dan lebih kokoh daripada “kayu olahan”. Sebanding dengan kualitasnya, maka furniture dengan kayu solid harganya sangat mahal.

Jenis kayu yang banyak digunakan untuk furniture ini biasanya kayu jati, sungkai ataupun nyatoh. Kayu jati dipilih karena memiliki urat kayu yang cantik sehingga bagus untuk di expose atau ditonjolkan dan lebih tahan terhadap cuaca ataupun rayap. Namun harganya

elegan

hangat/friendly

Estetika

Kenyamanan

Konsep retail yang ditujukan pada kaum lelaki, sehingga berusaha menampilka kesan elegan lewat material yang digunakan

Menciptakan sebuah rungan yang terkesan hangat dan frienly melalui penggunaan warna yang sesuai

Kesan estetik seperti apa yangIngin ditampilkan atau dibangkitkan untuk dapat menik pengunjung

Penggunaan pencahayaan yang standar dapat memfasilitasi

kegiatan atau kebutuhan pengunjung dengan baik?

Page 13: lighting Retail Concept Design

sangat mahal, sehingga sering digunakan untuk furniture berkelas atau furniture ekspor. Kayu sungkai sering digunakan sebagai pengganti kayu jati karena harganya lebih murah. Warnanya pun cenderung lebih terang daripada kayu jati. Selain kayu sungkai, kayu nyatoh kini juga popular digunakan sebagai pengganti kayu jati.

Gambar 3.5. Kayu solid-kayu utuh (berbahan kayu jati)Sumber: http://www.mozaikfurniture.com/2014/11/mengenal-jenis-jenis-material-untuk.html

Layered ( plywood: multiplex, triplex, dll )

Gambar 3.6. Kayu solid-kayu utuh (berbahan kayu jati)Sumber: http://www.mozaikfurniture.com/2014/11/mengenal-jenis-jenis-material-untuk.html

Kayu lapis merupakan hasil perekatan/press dari beberapa lembaran kayu/triplek/multiplek dengan tekanan tinggi. Kayu lapis memiliki beberapa jenis ketebalan. Ketebalan plywood menentukan kekuatan furniture tersebut. Kayu lapis yang terdiri dari tiga lembar kayu disebut tripleks. Sedangkan yang terdiri dari lebih dari tiga lembar kayu, disebut multipleks. Harga plywood sudah pasti lebih murah dari pada kayu solid.

Page 14: lighting Retail Concept Design

Umumnya plywood digunakan untuk membuat lemari pakaian, kitchen set, meja, tempat tidur, ataupun rak buku. Ketebalan kayu lapis dipasaran bervariasi, mulai dari 3mm, 4mm, 9mm, dan 18mm dengan ukuran penampang standart yaitu 120cm x 240cm. Untuk plywood yang memiliki beberapa motif, diantaranya adalah motif jati, sungkai, nyatoh, dll. Masing-masing motif mempunyai ciri khas dan warna tersendiri. Untuk fungsinya, Papan plywood kerap digunakan sebagai pelapis bagian atas lemari ataupun kitchen set. Untuk Plywood yang polos atau tanpa motif, biasanya dilapisi dengan HPL, veneer PVC atau melaminto untuk memberikan motif/tekstur finishing pada permukaannya.Salah satu tipe playwood yang memiliki kelebihan anti air adalah Melaminto. Tipe ini pada penggunaannya biasa dipasang pada bagian dalam kitchen set atau furniture lainnya. Melaminto yang tersedia dipasaran saat ini telah memiliki beberapa pilihan warna.

BAB IV . ANALISIS PEMBAHASAN PEMODELAN

1.1 PEMODELAN DESAIN I

Page 15: lighting Retail Concept Design

Gambar 4.1. Kondisi desain retail awal

Sumber: Doc. Pribadi

Analisa Dialux

Page 16: lighting Retail Concept Design

Gambar 4.2. Kondisi hasil calculate desain retail awal

Sumber: Doc. Pribadi

Disesuaikan dengan standar SNI ruangan toko pakaian yaitu 500 lux

Page 17: lighting Retail Concept Design

Lampu yang digunakan

Gambar 4.3. Kondisi hasil calculate lampu yang digunakanSumber: Doc. Pribadi

Page 18: lighting Retail Concept Design

Deskripsi hasil calculation

Gambar 4.4. Kondisi hasil perhitungan calculate Sumber: Doc. Pribadi

Belum memenuhi standar SNI yaitu 500 lux

Belum memenuhi standar SNI yaitu 20 W/m2

Page 19: lighting Retail Concept Design

Dari tahapan desain awal ini dapat dilihat dari hasil calculation, bahwa desain awal ini sesuai dengan pencahayaan yang diinginkan dengan konsep yang ditawarkan hanya memeberikan nilai estetiknya saja, namun dari segi kanyamanan kondisi ini belum sepenuhnya nyaman, dikarenakan jumlah dari perhitungan lux dan Watt/m2 belum memenuhi standar rata-rata. Oleh karena itu desain ini perlu dievalusai dan diredesain, sehingga dapat memenuhi tuntutan standar SNI yang ada.

1.2 PEMODELAN DESAIN II

Gambar 4.5. Kondisi desain retail setelah diredesain

Sumber: Doc. Pribadi

Analisa Dialux

Page 20: lighting Retail Concept Design

Gambar 4.6. Hasil Analisis Calculation Dialux

Sumber: Doc. Pribadi

Pada redesain retail ini, beberapa usaha dilakukan untuk mengurangi intensitas cahaya buatan dari lampu dianaranya yaitu:Pengurangan jenis lampu yang mempunyai intensitas cahaya yang besar yang digantikan dengan lampu yang mempunyai intensitas cahaya yang sedang, yaitu sebagai berikut:

Lampu type DIAL 12

Gambar 4.7. Keadaan sebelum dan sesudah dari jumlah lampu DIAL 8 yang digunakan.

Disesuaikan dengan standar SNI ruangan toko pakaian yaitu 500 lux

Lampu ini dikurangi dari awalnya 8 lampu dengan arah hadap cahaya lampu ke bawah, menjadi 4 lampu dengan arah hadap lampu ke atas. Perubahan ini menyebabkan turunnya intensitas lux pada bagian atas plafon.

AfterBefore

Page 21: lighting Retail Concept Design

Sumber: Doc. Pribadi

Lampu type DIAL 8

Gambar 4.8. Keadaan sebelum dan sesudah dari jumlah lampu DIAL 8 yang

digunakan.Sumber: Doc. Pribadi

Lampu type DIAL 6

Lampu ini dikurangi dari awalnya 8 lampu dengan dua kubuh, masing-masing kubuh dengan 4, menjadi 2 lampu dengan masing-masing kubuh 1 lampu, ini menyebabkan turunnya intensitas lux dan watt, namun dirasa tetap tidak menurunkan kualitas pengelihatan pada area yang ditempatkan

AfterBefore

AfterBefore

Disamping beberapa lampu dikurangi, pada lampu DIAL 6 malah mengalami penambahan dari jumblahnya dari 10, menjadi 14 lampu. Hal ini dikarenakan jumlah watt lampu DIAL 6 tidak terlalu besar, serta pencahayaannya yang terbagi merata, mejadikan lampu ini menjadi lampu inti penerang ruangan.

Page 22: lighting Retail Concept Design

Gambar 4.9. Keadaan sebelum dan sesudah dari jumlah lampu DIAL 6 yang

digunakan.Sumber: Doc. Pribadi

Lampu yang digunakan

Gambar 4.10. Keadaan dan jumlah lampu yang digunakan pada saat redesain

AfterBefore

Page 23: lighting Retail Concept Design

Sumber: Doc. PribadiSelain usaha untuk mengurangi dan menambah lampu, upaya lainya yaitu dengan

menurunkan Colour Temperature kedalam angka standar SNI yaitu <3500 Kelvin.

Gambar 4.11. Keterangan penurunan Colour Temperature pada lampuSumber: Doc. Pribadi

Efek dari perubahan Colour Temperature ini menyebabkan suasana yang timbul pada ruangan menjadi terasa lebih hangat, hal ini ditandai dengan perubahan suasana warna, yang semula lebih terlihat lebih putih, setelah diturunya Colour Temperatura menjadi terlihat lebih oranye kecoklatan.

Type DIAL 18 mempunyai Colour Temperature diturunkan menjadi 2000k

Type DIAL 20 mempunyai Colour Temperature diturunkan menjadi 3000k

Type DIAL 6 mempunyai Colour Temperature diturunkan menjadi 3000k

Type DIAL 8 mempunyai Colour Temperature diturunkan menjadi 3000k

Type DIAL 12 mempunyai Colour Temperature diturunkan menjadi 3000k

AfterBefore

Page 24: lighting Retail Concept Design

Gambar 4.12. Perubahan suasan ruangan dari penurunan Colour Temperature yang disesuaikan dengan standar (<3000K)

Sumber: Doc. Pribadi

Deskripsi perbandingan Hasil Calculation

Gambar 4.13. Hasil Calculate dari redesain retailSumber: Doc. Pribadi

Dari hasil ini dapat diliahat bahwa adanya perubahan, yaitu penurunan intensitas cahaya yaitu dari 642 lux menjadi 610 lux, dan dari 28.71 lux menjadi 20.81 lux (mendekati standar yang berkisar pada 20 lux untuk toko pakaian).

Page 25: lighting Retail Concept Design

Deskripsi perbandingan Hasil Calculation

Gambar 4.14=. Hasil Calculate dari redesain retailSumber: Doc. Pribadi

BAB V. KESIMPULAN

Dari desain yang telah dibuat, untuk menciptakan sebuah Retail yang bernuansa hangat, bersahabat, elegan dan nyaman. Pada desain retail yang pertama yang tecapai hanyalah semata nilai estetikanya saja, sedangkan mengenai kenyamanan dan nuansa kehangatan retail dirasa belum diperlihatkan, yang mana hal tersebut dilihat dari belum tecapainya juga standar pencahayaan yang didesain dengan standar pencahayaan yang dimiliki SNI.Pada desain awal retailnya sendiri, perolehan angkal luxnya mencapai 642 turun menjadi 610 lux dan angkat W/m2 mencapai 28.71 W/m2 turun menjadi 20.81W/m2. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk memperbaiki desain sehingga dapat memenuhi kriteria Standar SNI.

Dalam kasus ini usaha yang dilakukan dalam menurunkan intensitas cahaya buatan yaitu dengan mengurangi serta mengefisienkan penggunaan lampu, sehingga kualitas kesilauan yang dikarenakan oleh kelebihan cahaya dapat diminimalisir.Selain itu juga menurunkan intensitas cahaya juga dapat dilakukan dengan menurunkan Colour Temperature ke dalam keadaan standar, sehingga memberikan efek suasana retail yang lebih nyaman bersahabat, lewat efek warna oranye kecoklatan yang ditimbulkan.

Before After