lidokain

40
BAB 2 PEMBAHASAN LIDOKAIN Lidokain merupakan obat anestesi golongan amida, selain sebagai obat anestesi lokal lidokain juga digunakan sebagai obat antiaritmia kelas IB karena mampu mencegah depolarisasi pada membran sel melalui penghambatan masuknya ion natrium pada kanal natrium. Pemakaian lidokain di klinik antara lain sebagai: anestesi lokal, terapi aritmia ventrikuler, mengurangi fasikulasi suksinilkolin dan untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler serta menekan batuk pada tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea. Dosis yang diberikan pada terapi aritmia ventrikuler (takikardi ventrikel) adalah 1-1,5 mg/kgBB 3

Upload: sri-afni

Post on 17-Jul-2016

115 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

BAB 2PEMBAHASAN

LIDOKAIN

Lidokain merupakan obat anestesi golongan amida, selain sebagai obat

anestesi lokal lidokain juga digunakan sebagai obat antiaritmia kelas IB karena

mampu mencegah depolarisasi pada membran sel melalui penghambatan

masuknya ion natrium pada kanal natrium.

Pemakaian lidokain di klinik antara lain sebagai: anestesi lokal, terapi

aritmia ventrikuler, mengurangi fasikulasi suksinilkolin dan untuk mengurangi

gejolak kardiovaskuler serta menekan batuk pada tindakan laringoskopi dan

intubasi endotrakhea.

Dosis yang diberikan pada terapi aritmia ventrikuler (takikardi ventrikel)

adalah 1-1,5 mg/kgBB bolus intravena kemudian diikuti infus 1-4

mg/kgBB/menit. Cara ini biasanya menghasilkan kadar dalam plasma 2-6 mg/L,

bila tidak diikuti dengan infus, kadar dalam plasma akan menurun dalam 30 menit

setelah dosis bolus. Hal ini memerlukan bolus lanjutan 0,5 mg/kgBB. Untuk

mengurangi gejolak kardiovaskuler pada tindakan laringoskopi biasanya diberikan

3

4

dosis 1-2 mg/kgBB bolus intravena sebelum tindakan. Efek ini sebagian

disebabkan oleh efek analgesik dan efek anestesi lokal dari lidokain.

Sebagai obat anestesi lokal lidokain dapat diberikan dosis 3-4 mg/kgBB,

bila ditambahkan adrenalin dosis maksimal mencapai 6 mg/kgBB. Lidokain

menyebabkan penurunan tekanan intrakranial (tergantung dosis) yang disebabkan

oleh efek sekunder peningkatan resistensi vaskuler otak dan penurunan aliran

darah otak.

Sifat analgesik intravena (IV) lidokain pertama kali dilaporkan pada

pasien kanker dan pasien pasca operasi. Kemudian, lidokain terbukti memberikan

analgesia, dengan memblokir saluran natrium bergantung voltase pada saraf

perifer dan sentral. Dalam rute pemberian IV, lidokain dapat meringankan nyeri

baik deaferentasi maupun sentral. Sifat antinosiseptif lidokain tampaknya berasal

dari proses yang lebih beraneka ragam, bukan hanya penghambatan sederhana

dari pelepasan neuronal ektopik.

Lidokain intravena digunakan secara luas dalam pengelolaan nyeri

neuropatik, nyeri pasca operasi, neuralgia post herpetik, nyeri yang dimediasi

saraf sentral, sakit kepala dan lesi neurologis ganas infiltratif. Lidokain adalah

obat yang relatif aman, yang dapat digunakan pada dosis rendah tanpa masalah

keamanan penting. Sensitivitas terhadap lidokain merupakan komplikasi

berbahaya namun sangat jarang terjadi, yang dapat ditandai dengan dispnea dan

peningkatan kejadian detak jantung yang tak beraturan (disritmia). Komplikasi

yang paling sering dilaporkan adalah mati rasa periorbital, pusing, vertigo dan

disartria yang disebabkan karena akumulasi lidokain dalam tubuh. Efek samping

5

yang lebih jarang terjadi seperti takikardia, reaksi alergi, mulut kering, insomnia,

tremor, dan rasa logam, kadang-kadang dilaporkan. Lidokain mempunyai harga

yang murah dan mudah untuk diakses.Komplikasi ketika menggunakan lidokain

jauh lebih jarang ditemui dibandingkan ketika menggunkan opioid dan analgesik

lainnya. Lebih jauh lagi, efek samping lidokain intravena dapat diprediksi

sehingga memberikan margin keamanan yang luas. Lidokain mempunyai waktu

paruh yang pendek sehingga gejala toksisitasnya bersifat sementara dan reversibel

cepat. Hal tersebut menambah popularitasnya di antara dokter yang bekerja di

departemen gawat darurat dan rumah sakit. Seperti dijelaskan sebelumnya,

lidokain memiliki berbagai aplikasi dalam pengelolaan nyeri neuropatik, nyeri

pasca operasi, neuralgia post herpetik, nyeri yang dimediasi saraf sentral, sakit

kepala dan lesi neurologis ganas infiltratif.

A. Struktur Lidokain

Sampai saat ini lidokain masih merupakan obat terpilih untuk berbagai

tindakan dalam bidang kedokteran gigi, karena lidokain mempunyai potensi

anestesi yang cukup kuat, mula kerja cepat, masa kerja cukup panjang dan

batas keamanan yang lebar. Obat ini ter- masuk golongan amino asilamid

yang jarang menimbulkan alergi. Rumus kimianya terdiri dari tiga komponen

dasar yaitu: gugus amin hidrofil, gugus residu aromatik dan gugus

intermedier.

6

Gambar 2 : Rumus bangun lidokain

Lidokain pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Swedia yaitu Nils

Lofgren pada tahun 1943. Lidokain dengan nama dagang Xylocain merupakan

anestetik lokal golongan - amino asid amid yang pertama kali ditemukan.

Lidokain mempunyai rumus dasar yang terdiri dari gugus amin

hidrofil, gugus residu aromatik dan gugus intermedier yang menghubungkan

kedua gugus tersebut. Gugus amin merupakan amin tarsier atau sekunder,

antara gugus residu aromatik dan gugus intermedier dihubungkan dengan

ikatan amid. Bersifat basa lemah dengan pKa antara 7,5 9,0 dan sulit larut

dalam air, kemampuan berdifusi ke jaringan rendah dan tidak stabil dalam

larutan. Oleh karena itu preparat anestetik lokal untuk injeksi terdapat dalam

bentuk garam asam dengan penambahan asam klorida. Dalam sediaan

demikian, anestetik lokal mempunyai kelarutan dalam air tinggi, kemampuan

berdifusi ke jaringan besar dan stabil dalam larutan.

Lidocaine dapat dibuat dalam dua langkah oleh reaksi 2,6-xylidine

dengan klorida chloroacetyl, diikuti oleh reaksi dengan dietilamina:

7

B. Mekanisme Kerja

Setelah disuntikkan, obat dengan cepat akan dihidrolisis dalam

jaringan tubuh pada pH 7,4 menghasilkan basa bebas (B) dan kation

bermuatan positif (BH). Proporsi basa bebas dan kation bermuatan positif

tergantung pada pKa larutan anestetik lokal dan pH jaringan. Hubungan kedua

faktor tersebut dinyatakan dengan rumus: pH = pKa log (BH/B) yang dikenal

sebagai persamaan Henderson Hasselbach. Anestetik lokal dengan pKa tinggi

cenderung mempunyai mula kerja yang lambat. Jaringan dalam suasana asam

(jaringan inflamasi) akan menghambat kerja anestetik lokal sehingga mula

kerja obat menjadi lebih lama. Hal tersebut karena suasana asam akan

menghambat terbentuknya asam bebas yang diperlukan untuk menimbulkan

efek anestesi. Dari kedua bentuk di atas yaitu B dan BH, bentuk yang berperan

dalam menimbulkan efek blok anestesi masih banyak dipertanyakan.

Dikatakan baik basa bebas (B) maupun kationnya (BH) ikut berperan dalam

proses blok anesteri. Bentuk basa bebas (B) penting untuk penetrasi optimal

melalui selubung saraf, dan kation (BH) akan berikatan dengan reseptor pada

sel membran. Cara kerja anestetik lokal secara molekular (teori ikatan reseptor

8

spesifik) adalah sebagai berikut : molekul anestetik lokal mencegah konduksi

saraf dengan cara berikatan dengan reseptor spesifik pada celah natrium.

Seperti diketahui bahwa untuk konduksi impuls saraf diperlukan ion natrium

untuk menghasilkan potensial aksi saraf.

C. Indikasi

Beberapa indikasi pemberian lidokain untuk manajemen nyeri di

adalah:

1. Nyeri Viseral / Sentral

Infus lidokain intravena telah dianjurkan untuk diberikan dalam

manajemen nyeri viseral dan sentral, bahkan pada pasien dengan kondisi

dimana pemberian opiat dapat menimbulkan efek samping atau gagal untuk

menimbulkan analgesia yang sesuai.

2. Kolik Ginjal

a. Pendekatan Injeksi Titik Pemicu

Pendekatan ini telah berhasil digunakan dalam pengelolaan kolik ginjal.

Dalam sebuah penelitian, pasien yang menerima suntikan lokal lidokain 1%

(10-15 mL) pada titik pemicu kolik ginjal dilaporkan mengalami penurunan

rasa sakit secara signifikan dibandingkan dengan yang pasien yang menerima

suntikan IV kombinasi analgesik [butylscopolamine bromida (40 mg),

Sulpyrine (500 mg) dan glukosa 5% (20 mL)]. Tingkat keberhasilan 29/30 vs

22/30 dilaporkan pada kelompok lidokain dibandingkan kelompok

butylscopolamine (hanya satu pasien dalam kelompok lidokain yang

memerlukan analgesia tambahan). Tidak ada komplikasi yang dilaporkan

9

pada kelompok lidokain. Oleh karena itu, pendekatan injeksi titik pemicu

menggunakan lidokain adalah metode yang aman, mudah dan efisien dalam

pengelolaan kolik ginjal.

b. Pendekatan Intravena

Lidokain mengubah tonus simpatik otot polos dengan mengurangi

transmisi dalam jalur sensorik aferen. Pada akhirnya, pengurangan nyeri yang

cukup besar dapat dicapai dengan pemberian lidokain IV, kemungkinan yang

telah mengubah lidokain menjadi alternatif yang sesuai untuk kasus-kasus di

mana opioid tidak efektif atau berhubungan dengan komplikasi yang tidak

diinginkan.

Dalam sebuah studi yang dilakukan pada delapan pasien dengan kolik

ginjal refrakter yang telah dikelola dengan obat anti-inflamasi non steroid

(AINS) dan opioid, pasien diberikan infus lidokain IV (1,5 mg / kg dalam 5

menit). Yang menarik, rata-rata visual analog score (VAS) menurun 8,87-1,

hanya dalam 30 menit setelah menerima analgesik IV. Nyeri kolik hilang

sepenuhnya dalam waktu 10, 20, dan 30 menit dalam masing-masing 4, 6,

dan 7 pasien. Mengenai komplikasi, dua pasien mengalami pusing ringan

sementara dan tiga mengalami kesulitan berbicara minimal, sementara tidak

ada efek samping serius yang dilaporkan. Penurunan nyeri keseluruhan

dilaporkan pada tujuh pasien setelah pemberian lidokain, yang berlangsung

sampai keluar rumah sakit. Satu pasien diperlukan analgesia tambahan setelah

30 menit. Pada periode follow-up, kekambuhan kolik ginjal dilaporkan pada

enam pasien, yang kemudian dikelola dengan terapi AINS.

10

Dalam penelitian lain yang dilakukan pada 240 pasien kolik ginjal yang

dirujuk ke gawat darurat, dilakukan pembandingan khasiat morfin dan

lidokain intravena. Pasien dalam kelompok lidokain menerima lidokain IV

2% (1,5 mg / kg) dan orang-orang dalam kelompok morfin menerima larutan

morfin IV (0,1 mg / kg). Keberhasilan dalam manajemen nyeri didefinisikan

sebagai skor nyeri kurang dari 3 selama 30 menit setelah pemberian dosis

analgesik terakhir, atau jika seluruh 10 mL larutan dalam jarum suntik telah

habis. Respon yang tepat terhadap pengobatan diamati pada 90% vs 70% dari

pasien dalam kelompok lidokain vs morfin (P = 0,0001). Tidak ada

komplikasi serius atau mengancam jiwa dilaporkan dalam salah satu pasien

kelompok lidokain, menekankan fakta bahwa lidokain IV adalah pilihan yang

aman dan efisien pada pasien dengan kolik ginjal.

c. Pendekatan Blok Subkutan Paravertebral

Blok paravertebral subkutan pertama kali berhasil digunakan dalam

pengobatan kolik ginjal pada wanita hamil dengan usia kehamilan 29 minggu,

yang dirujuk ke pusat gawat darurat dengan nyeri yang parah di sisi kanan.

Pemberian meperidine (150 mg) dan morfin (8 mg) gagal untuk mengurangi

rasa sakit berat yang dialaminya. Blok paravertebral subkutan dengan

lidokain 2% (6 mL) dipertimbangkan dan dilakukan dalam posisi dekubitus

lateral kiri. Nyeri pasien menurun drastis dari 10/10 sampai 2/10 dan 0/10

pada 5 dan 10 menit setelah blok. Namun, rasa sakitnya meningkat menjadi

7/10 dalam 2 jam kemudian. Selanjutnya, pasien diberi injeksi bupivakain SC

0,25% (6 mL), yang efektif menghilangkan rasa sakit selama 2 jam.

11

Kemudian analgesia dipertahankan dengan meperidine IV (75 mg). Setelah

kejadian ini, anestesi spinal dilakukan bagi pasien yang akan menjalani

nefrostomi dan stenting pelvis.

3. Pasien Dengan Penyakit Terminal

Infus lidokain intravena telah dilaporkan efektif sebagai upaya terakhir

untuk nyeri refrakter pada pasien yang sakit parah. Pada pasien wanita

berusia 51 tahun dengan tumor neuroectodermal primer dan nyeri parah

(10/10) yang disebabkan oleh kompresi tulang belakang pada T6-T8, morfin

IV (bolus dosis 25 mg dan laju infus dari 50 mg / jam) dilaporkan telah gagal

untuk mengurangi rasa sakit. Analgesik tambahan lainnya yang dicoba tidak

ada yang menunjukkan keberhasilan signifikan. Oleh karena itu, IV lidokain

dipertimbangkan dengan pemberian awal yang terdiri dari 100 mg lidokain

(1,5 mg / kg) dalam waktu 20 menit, kemudian dikaitkan dengan penurunan

dramatis dalam skor nyeri pasien. Kemudian, infus lidokain IV sebesar 100

mg / jam dipilih untuk pemeliharaan analgesia. Sepanjang program

pengobatan, rute pemberian lidokain yang berbeda telah dilakukan; bolus dan

infus kontinu lidokain adalah pendekatan yang paling efektif.

4. Sakit Kepala

Meskipun lidokain tidak diakui sebagai pilihan lini pertama dalam

pengobatan migrain, lidokain dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari

rejimen terapi harian untuk meringankan sakit kepala yang tidak terkendali.

Hipotesisnya adalah untuk menjenuhkan saluran Na+ dengan sangat lambat

untuk mencapai blokade yang paling tepat. Tujuan utama dari rejimen

12

tersebut adalah untuk memberikan waktu bagi pengobatan yang lain untuk

dapat menimbulkan efek, karena program pengobatan dengan lidokain sering

tidak berlangsung lama (kurang dari 48 jam). Lidokain intravena dan calcium

channel blocker (melalui MgSO4 IV) dapat sangat efektif bila diberikan

bersama dengan deksametason IV, terutama untuk sakit kepala harian kronis /

chronic daily headache (CDH). Namun, masih banyak mekanisme terapeutik

yang masih harus dicari.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada pasien CDH, infus

lidokain IV berhasil mengurangi rata-rata VAS pasien 7,9-3,9, dalam waktu

8,5 hari (21). Dalam studi lain yang berfokus pada pengobatan intravena sakit

kepala kronis pada pasien yang dirujuk ke klinik rawat jalan, disimpulkan

bahwa respon terhadap lidokain IV jauh lebih baik bagi pasien dengan CDH.

5. Postherpetik Neuralgia

Infus lidokain telah dianjurkan untuk diberikan dalam perawatan

postherpetik neuralgia, yang didasarkan pada beberapa penelitian. Dalam

salah satunya, efek IV lidokain pada dua dosis (0,5 mg / kg / jam dan 2,5 mg /

kg / jam selama 2 jam) pada nyeri PHN dan alodinia dievaluasi. Sebuah efek

yang signifikan pada nyeri PHN dan allodynia muncul setelah infus IV

singkat lidokain, menunjukkan fakta bahwa infus lidokain mungkin efektif di

postherpetik neuralgia.

6. Sindrom Nyeri Pasca-Stroke

Dianggap sebagai suatu nyeri yang bersifat paling refrakter, sindrom

nyeri pasca stroke tampak sulit untuk diobati. Dalam sebuah studi yang

13

dilakukan pada empat pasien dengan sindrom nyeri pasca stroke refrakter,

infus lidokain selama 48-jam diberikan setelah pemberian bolus intravena

awal 50-100 mg. Skor nyeri dari semua pasien menurun secara signifikan

dalam 12 jam pertama infus; Untuk mempertahankan analgesia, mexiletine

(sebuah substansi kimia oral terkait dari lidokain) diberikan. Kemudian, 50%

dari pasien diupayakan menerima medikasi tersebut dengan hasil penurunan

rasa sakit yang memuaskan selama periode follow-up 12 bulan, sedangkan

50% dari pasien gagal melanjutkan program perawatan karena munculnya

efek samping. Oleh karena itu, diusulkan sebuah algoritma untuk pengobatan

sindrom nyeri pasca stroke.

7. Sindrom Nyeri Regional Kompleks

Sebelumnya dikenal sebagai distrofi refleks simpatis dan kausalgia,

sindrom nyeri regional kompleks jenis I dan / atau II adalah suatu kondisi

medis menantang yang dapat dikaitkan dengan gejala lain seperti alodinia,

hiperpatia, disestesia, perubahan pertumbuhan rambut dan kuku, penurunan

rentang gerak dari ekstremitas yang terlibat dan perubahan warna dan suhu.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada pasien sindrom nyeri regional

kompleks, dipertimbangkan pemberian infus subkutan lidokain 10% yang

diberikan kontinu selama 4 - 8 minggu. Regimen tersebut menurunkan skor

nyeri secara signifikan di sebagian besar pasien, efek tersebut juga tetap

berlangsung setelah diakhirinya infus subkutan kontinu. Namun, dalam

beberapa kasus, diperlukan infus pemeliharaan secara periodik (15).

8. Nyeri Neuropatik

14

Nyeri neuropatik didefinisikan oleh International Association for the

Study of Pain sebagai "nyeri akibat kerusakan pada sistem saraf perifer atau

pusat". Hal ini ditandai dengan gambaran klinis utama seperti bersifat

lansinasi dan spontan, onset variabel setelah cedera, berhubungan dengan

alodinia dan hiperestesia, dan sumasi nyeri dan hiperpatia. Saluran natrium

yang diekspresikan dengan berlebihan dalam saraf perifer yang terluka

disalahkan karena menciptakan pembuangan spontan terus-menerus, sehingga

menimbulkan keadaan hipereksitabel sentral. Lidokain menghambat

pembuangan ektopik yang berasal dari saraf yang terluka, akar dorsal

ganglion, dan neuromata perifer. Infus subkutan lidokain 10% telah terbukti

efektif dalam pengobatan nyeri neuropatik.

9. Injeksi Lidokain Intra-artikular untuk Reduksi Bahu

Dislokasi bahu merupakan peristiwa yang sering terjadi dan banyak dari

kasus dislokasi direduksi tanpa atau dengan analgesia yang tidak tepat, baik

pada pasien rawat jalan atau situasi gawat darurat. Penggunaan injeksi

lidokain intra-artikular untuk reduksi dislokasi bahu anterior telah dilaporkan

berguna bagi pasien baik rawat jalan maupun gawat darurat.

10. Anestesi Topikal

Lidokain topikal tersedia dalam bentuk larutan, gel, dan bentuk salep.

Lidokain kental dapat dimanfaatkan sementara pada membran mukus yang

meradang. Untuk pemasangan kateter (Foley kateter dan tabung nasogastrik)

atau prosedur serupa yang menyakitkan, lidokain gel adalah pilihan yang

tepat. Namun, perlu diperhatikan bahwa pemberian segala bentuk obat tidak

15

boleh melebihi dosis maksimal. Kombinasi beragam anestesi topikal sebagian

besar mengandung lidokain, misalnya lidokain epinefrin tetrakain (LET) dan

lidokain prilokain (EMLA). Kombinasi LET umumnya digunakan dalam

anestesi infiltrasi dan memiliki keuntungan yaitu menjaga homeostasis yang

tepat, tidak menimbulkan rasa sakit, tanpa persyaratan injeksi, dan tidak

mendistorsi tepi luka. Dalam rangka untuk mencapai efek maksimal, LET

harus diaplikasikan setidaknya selama 20 menit dan tidak boleh digunakan

pada selaput lendir atau dalam daerah dimana arteri berakhir. Krim EMLA

merupakan kombinasi 1: 1 lidokain 2,5% dan Prilocaine 2,5%, yang

digunakan sebelum operasi pada pasien anak. Disarankan untuk diaplikasikan

selama 45 menit sampai 2 jam. Krim ini memberikan analgesia untuk

prosedur minor pada tingkat yang memuaskan dalam toleransi nyeri.

11. Anestesi Regional Intravena : Bier Block

Pertama kali diperkenalkan oleh August Bier pada tahun 1908, blok ini

bertujuan menghilangkan darah pada ekstremitas dengan tourniquet arteri.

Selanjutnya, anestesi lokal disuntikkan ke dalam sistem vena dari ekstremitas

dalam rangka memberikan anestesi. Blok ini banyak digunakan dalam

prosedur pembedahan yang akan selesai dalam waktu 40-60 menit dan

melibatkan lengan bawah dan kaki (prosedur terbuka atau reduksi tertutup).

Sejumlah mekanisme telah diusulkan untuk anestesi regional intravena,

namun mekanisme pastinya masih harus dicari. Efek anestesi segera dari

anestesi lokal adalah karena pengeruhnya pada batang saraf utama, saraf

kecil, dan ujung saraf. Hipotermia dan asidosismerupakan faktor yang dapat

16

meningkatkan kerja anestesi lokal. Lidokain 0,5% (dosis maksimal 3 mg / kg)

dianggap sebagai pilihan yang sangat baik karena memiliki toksisitas relatif

rendah dan indeks terapeutik yang tinggi. Lidokain tidak boleh mengandung

epinefrin atau pengawet karena dapat mengakibatkan konsekuensi

katastropik.

12. Anestesi Lokal dan Regional

Lidokain, dengan onset aksi 2-5 menit dan durasi 1-2 jam, adalah

pilihan yang paling sesuai. Nyeri pada tempat suntikan yang disebabkan oleh

lidokain dapat dikurangi dengan menambahkan bikarbonat (dalam proporsi 1

NaHCO3: 9 lidokain), menggunakan jarum dengan ukuran kecil (27 atau 30),

pemanasan larutan sebelum injeksi dan injeksi yang diperlambat. Epinefrin,

jika ditambahkan dengan lidokain, dapat meningkatkan pemblokiran dan

menyediakan jangka waktu yang lebih lama dari anestesi, homeostasis luka,

berkurangnya absorbsi sistemik sehingga menurunkan toksisitas, tetapi juga

akan menurunkan pH larutan dan meningkatkan rasa sakit di tempat suntikan.

Epinefrin mengurangi perfusi lokal sehingga tidak boleh digunakan pada blok

cincin digiti, penis, hidung, telinga atau di tempat yang ada risiko iskemia.

Dosis maksimum lidokain adalah 4.5 mg / kg tanpa epinefrin, dan 7 mg / kg

dengan epinefrin. Namun, dosis aman maksimum dalam blok saraf interkostal

10 kali lebih kecil dari dosis standar. Untuk menghindari reaksi alergi pada

pasien dengan riwayat alergi anestesi lokal, perlu dilakukan tes kulit dengan

0,1 mL larutan anestesi bebas pengawet dari kelas lain. Sebagai alternatif,

difenhidramin (0,5-1%) dapat digunakan secara bersamaan dengan anestesi.

17

13. Anestesi Lokal Infiltrasi

Anestesi lokal infiltrasi adalah cara pemakaian anestesi lokal yang

paling umum untuk memberikan anestesi untuk berbagai prosedur invasif.

Tepi luka sayatan diinfiltrasi dengan anestesi lokal, atau disuntikkan langsung

ke luka, yang disebut "field block". Untuk menghindari rasa sakit lebih lanjut

pada kulit yang masih utuh, membesarkan bentolan kulit dapat mencegah rasa

sakit yang disebabkan oleh infiltrasi. Anestesi lokal juga dapat digunakan

dalam prosedur ortopedi, seperti pada reduksi fraktur dan sendi, dengan

langsung menyuntikkan anestesi lokal ke sendi yang terkena atau hematoma

fraktur.

Blok aksila pleksus brakialis, pertama kali dideskripsikan oleh Halstead

pada tahun 1884, adalah pilihan anestesi untuk prosedur yang dilakukan pada

lengan bawah, luka dan patah tulang tangan. Pemberian anestesi lokal

volume besar (35- 40 mL) diperlukan untuk menjamin anestesi. Lidokain 2%

dalam kombinasi dengan bikarbonat dan epinefrin akan memberikan

analgesia selama 3-6 jam, dengan waktu onset 5-15 menit. Dalam blok ini,

direkomendasikan injeksi secara lambat dengan aspirasi sering karena bidang

injeksi sangat vaskular sehingga injeksi intravaskular secara tidak sengaja

dapat terjadi.

14. Blok Digital

Blok digital dilakukan pada jari tangan atau kaki besifat unik. Hal ini

karena memerlukan volume anestesi yang lebih sedikit, tetapi didapatkan

kualitas anestesi yang baik. Namun demikian, onset yang lebih lambat tidak

18

bisa dihindari. Sebelum memblokir, pemeriksaan neurovaskular harus

dilakukan dan administrasi epinefrin harus dihindari. Meskipun jarang,

komplikasi termasuk cedera saraf dan toksisitas sistemik dapat terjadi setelah

injeksi intravaskular.

15. Blok Hematoma

Blok hematoma dengan lidokain secara teratur digunakan di

departemen gawat darurat untuk reduksi fraktur Colles'. Lidokain 2% (5-10

mL) dapat secara langsung disuntikkan ke dalam hematoma fraktur.

Meskipun hematoma blok merupakan pendekatan yang sangat praktis,

toksisitas lidokain adalah salah satu potensial komplikasi yang dapat dicegah

dengan dosis anestesi lokal yang tepat.

Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi,

blockade saraf, anesthesia epidural ataupun anesthesia selaput lender. Pada

anesthesia infitrasi biasanya digunakan larutan 0,25% – 0,50% dengan atau

tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh melebihi 200mg

dalam waktu 24 jam, dan dengan adrenalin tidak boleh melebihi 500 mg untuk

jangka waktu yang sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan

larutan 1 – 2 % dengan adrenalin; untuk anesthesia infiltrasi dengan mula

kerja 5 menit dan masa kerja kira-kira satu jam dibutuhkan dosis 0,5 – 1,0 ml.

untuk blockade saraf digunakan 1 – 2 ml.

Lidokain dapat pula digunakan untuk anesthesia permukaan. Untuk

anesthesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas

19

digunakan larutan 1-4% dengan dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam

beberapa dosis. Pruritus di daerah anogenital atau rasa sakit yang menyertai

wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau bentuk salep dan krem 5 %.

Untuk anesthesia sebelum dilakukan tindakan sistoskopi atau kateterisasi

uretra digunakan lidokain gel 2 % dan selum dilakukan bronkoskopi atau

pemasangan pipa endotrakeal biasanya digunakan semprotan dengan kadar 2-

4%.

Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga

digunakan sebagai aritmia.

D. Kontra Indikasi

Kontraindikasi untuk penggunaan lidocaine meliputi: Kontraindikasi

obat Inflamasi lokal dan atau sepsis, septicemia, tirotoksikosis, ekstremitas,

hipersensitif terhadap anestesi lokal tipe amida.

E. Cara Pemakaian

Lidocaine, biasanya dalam bentuk hidroklorida lidocaine, tersedia

dalam berbagai bentuk termasuk:

1. Anestesi lokal Injected (kadang dikombinasikan dengan epinephrine untuk

mengurangi perdarahan)

20

2. Dermal patch (kadang dikombinasikan dengan prilocaine)

3. Injeksi intravena (kadang dikombinasikan dengan epinephrine untuk

mengurangi perdarahan)

4. Intravena infuse

5. Pembangkitan berangsur-angsur semprot / hidung (dikombinasikan dengan

fenilefrin)

6. Gel oral (sering disebut sebagai "lidocaine kental" atau disingkat "visc

lidocaine" atau "visc lidokain hcl" dalam farmakologi; digunakan sebagai

gel tumbuh gigi)

7. Oral cair

8. Topikal gel (seperti gel lidah buaya yang mencakup lidokain) [13]

9. Topical cair

10. Topikal patch (patch lidokain 5% dipasarkan sebagai "Lidoderm" di AS

(sejak 1999) dan "Versatis" di Inggris (sejak 2007 oleh Grünenthal))

11. Semprot aerosol Topical

12. Dihirup melalui nebulizer

21

F. Efek Samping

1) Pada SSP

Adanya reaksi psikotik dilaporkan terjadi pada 6 pasien dengan

pemberian lidokain IV untuk pengobatan penyakit jantung. Pada kasus lain

pasien mengalami gejala ataxia serebral setelah penggunaan lidokain topikal

untuk endoskopi.

Obat anestesi lokal dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat

(SSP), kelelahan dan tremor, serta kejang klonik. Secara umum, obat anestesi

lokal yang lebih poten lebih cepat menyebabkan kejang. Stimulasi diikuti

oleh depresi SSP dapat menyebabkan kematian yang biasanya disebabkan

oleh kegagalan pernafasan.

Gejala stimulasi diikuti depresi SSP disebabkan obat anestesi lokal

menekan aktifitas neuron pada fase eksitasi. Penggunaan obat anestesi secara

sistemik dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan atau tanpa tanda

awal stimulasi SSP. Konsentrasi obat mungkin meningkat secara cepat

sehingga mencapai seluruh saraf yang tertekan secara simultan. Jalan nafas

harus diperhatikan dan pemberian oksigen merupakan langkah terapi

terpenting pada intoksikasi lanjut. Benzodiazepin atau barbiturat intravena

merupakan obat pilihan untuk mencegah dan menghilangkan kejang.

Keluhan yang sering ditemukan pada penggunaan obat anestesi lokal

adalah mengantuk, sedangkan lidokain dapat menyebabkan euforia dan

kejutan otot. Lidokain dan prokain dapat menyebabkan kehilangan kesadaran

22

yang ditandai dengan gejala sedasi. Kokain secara khusus mempengaruhi

tabiat dan perilaku, oleh karena itu kokain sering disalahgunakan.

2) Pada kulit

Eritema dan pigmentasi pada bibir atas terjadi pada anak-anak setelah

infiltrasi dental lokal dari lidokain. Eritema juga terjadi setelah pemberian

topikal pada beberapa formula lidokain seperti transdermal patch.

3) Kehamilan

Efek samping serius dari anestesi epidural jarang terjadi tetapi

lidokain mungkin memberikan efek transientpada sistem auditory neonatal.

4) Vasovagal

Vasovagal merupakan efek samping anestesi karena stimulasi N.

Vagus, hal ini disebabkan peningkatan tonus saraf parasimpatis. Manifestasi

reaksi vasovagal adalah rasa cemas, nyeri kepala, sinkop, diaforesis,

bradikardi dan hipotensi. Posisi trendelenburg dapat mengurangi gejala

vasovagal dengan cepat, sedangkan untuk menghindari reaksi vasovagal

dianjurkan dalam posisi berbaring.

5) Sistem kardiovaskuler

Obat anestesi lokal mempengaruhi sistem kardiovaskuler karena

absorbsi sistemik. Tempat kerja utama obat anestesi lokal adalah pada

miokardum yaitu dengan cara menurunkan eksitasi listrik, frekuensi

konduksi, dan kekuatan kontraksi. Kebanyakan obat anestesi lokal

menyebabkan dilatasi arteriol. Efek terhadap kardiovaskuler biasanya

ditemukan pada konsentrasi tinggi dalam sirkulasi. Dosis tinggi obat anestesi

23

lokal dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan kematian, hal ini

disebabkan karena pengaruhnya pada pacemaker atau awitan mendadak

fibrilasi ventrikel. Bupivakain dapat menyebabkan takikardi dan fibrilasi

ventrikel. Lidokain dan prokain dapat juga digunakan sebagai obat

antiaritmia.

6) Otot polos

Obat anestesi lokal menekan kontraksi otot polos usus, dan

menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan bronkus, meskipun

pada konsentrasi rendah awalnya menyebabkan kontraksi. Obat anestesi lokal

dapat meningkatkan bising usus dan menurunkan kontraksi otot uterus.

7) Neuromuscular junction dan ganglion sinapsis

Obat anestesi lokal mempengaruhi transmisi pada neuromuscuaer

junction. Sebagai contoh, prokain dapat menghambat respons otot skeletal

pada motor-neuron dan terhadap asetilkolin pada konsentrasi di mana otot

memberi respons secara normal oleh rangsangan listrik secara langsung; efek

tersebut disebabkan hambatan pada kanal ion reseptor asetilkolin karena

konsentrasi tinggi obat anestesi lokal.

8) Hipersensitifitas terhadap obat anestesi lokal.

Obat anestesi lokal jarang menyebabkan reaksi hipersensitifitas.

Reaksi dapat berupa dermatitis kontak alergika atau berupa serangan asma.

Reaksi alergi harus dibedakan dengan efek samping toksik atau akibat

vasokonstriktor yang ditambahkan pada obat anestesi lokal. Reaksi

hipersensitivitas sering ditemukan akibat obat anestesi lokal golongan ester

24

dan turunannya. Sebagai contoh, individu yang sensitif terhadap prokain juga

bereaksi terhadap obat anestesi lokal dengan struktur kimia yang sama,

misalnya tetrakain, serta metabolitnya. Golongan amida jarang menyebabkan

reaksi hipersensitifitas, kecuali metilparaben. Obat anestesi lokal yang

mengandung vasokonstriktor juga dapat menyebabkan reaksi alergi karena

mengandung sulfida.

G. Farmakokinetik

Lidokain hanya efektif bila diberikan intravena. Pada pemberian

peroral kadar lidokain dalam plasma sangat kecil dan dicapai dalam waktu

yang lama. Pada pemberian intravena kadar puncak dalam plasma dicapai

dalam waktu 3-5 menit dan waktu paruh 30-120 menit. Lidokain hampir

semuanya dimetabolisme di hati menjadi monoethylglycinexylidide melalui

proses dealkylation, kemudian diikuti dengan hidrolisis menjadi xylidide.

Monoethylglycinexylidide mempunyai aktivitas 80% dari lidokain sebagai

antidisritmia, sedangkan xylidide mempunyai aktivitas antidisritmia hanya

10%. Xylidide diekskresi dalam urin sekitar 75% dalam bentuk hydroxy-2,6-

dimethylaniline. Lidokain sekitar 50% terikat dengan albumin dalam plasma.

Pada penderita payah jantung atau penyakit hati, dosis harus dikurangi karena

waktu paruh dan volume distribusi akan memanjang. Indikasi utama

pemakaian lidokain selain sebagai anestesi lokal juga dipakai untuk mencegah

takikardi ventrikel dan mencegah fibrilasi setelah infark miokard akut.

Lidokain tidak efektif pada aritmia supraventrikuler kecuali yang berhubungan

dengan sindroma wolf parkinson white atau karena keracunan obat digitalis.

25

Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati

sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar

dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami deakilasi oleh enzim

oksidase fungsi ganda (Mixed-Function Oxidases) membentuk monoetilglisin

xilidid  dan glisin xilidid. Kedua metabolit monoetilglisin xilidid maupun

glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik local. Pada manusia 75%

dari xilidid akan disekresi bersama urin dalam membentuk metabolit akhir, 4

hidroksi-2-6 dimetil-anilin.

H. Farmakodinamik

Sebagai obat antiaritmia kelas IB (penyekat kanal natrium) lidokain

dapat menempati reseptornya pada protein kanal sewaktu teraktivasi (fase 0)

atau inaktivasi (fase 2), karena pada kedua fase ini afinitas lidokain terhadap

reseptornya tinggi sedangkan pada fase istirahat afinitasnya rendah. Bila

resptornya ditempati maka ion Na+ tidak dapat masuk ke dalam sel (Gambar

2-b). Lidokain menempati reseptornya dan terlepas selama siklus perubahan

konformasi kanal Na+ . Kanal sel normal yang dihambat lidokain selama

siklus aktivasi-inaktivasi akan cepat terlepas dari reseptornya pada dalam fase

istirahat. Sebaliknya kanal yang dalam keadaan depolarisasi kronis yaitu

potensial istirahatnya (Vm) lebih positif, bila diberi lidokain (atau penyekat

kanal Na+ lainnya) akan pulih lebih lama. Dengan cara demikian, maka

lidokain menghambat aktivitas listrik jantung berlebihan pada keadaan

misalnya takikardi.

26

Pada sistem kardiovaskuler lidokain merupakan stabilisator membran

dengan efek elektrofisiologinya meliputi pengurangan durasi aksi potensial,

periode refrakter efektif, respon dan otomatisasi membran sistem his-purkinje

dan otot ventrikel secara bermakna, tetapi kurang berefek pada atrium. Pada

penderita dengan gangguan konduksi atrioventrikuler sebelumnya dapat

menginduksi blokade otot jantung total atau henti jantung. Pada blok total

atrioventrikuler, lidokain dapat menyebabkan bradikardi berat sampai asistol.

27

Lidokain mempunyai efek elektrofisiologi yang kecil pada jaringan

jantung normal. Sebaliknya, sebagian kanal natrium yang terdepolarisasi tetap

terhambat selama diastolik. Lidokain menekan aktivitas listrik jaringan

aritmigenok yang terdepolarisasi, sehingga lidokain dapat untuk menekan

aritmia yang berhubungan dengan depolarisasi, tetapi kurang efektif terhadap

aritmia yang terjadi pada jaringan dengan polarisasi normal (fibrilasi atrium).

Lidokain menekan masa kerja potensial aksi dan masa refrakter efektif

pada serabut otot ventrikel dan serabut purkinje secara bermakna tetapi tidak

berefek pada atrium. Lidokain meninggikan nilai ambang fibrilasi ventrikel

pada serabut purkinje. Lidokain meninggikan konduksi ion K+ transmembran

tetapi tidak mempengaruhi potensial istirahat. Pada depolarisasi parsial awal

potensial membran, lidokain menurunkan respon ion Na+ pada kanal cepat

yang disebabkan oleh peningkatan aliran ion K+ keluar. Hal ini merupakan

pengaruh langsung konsentrasi ion kalium ekstrasel.

Sebagai obat anestesi lokal lidokain enstabilisasi membran sel saraf

dengan cara mencegah depolarisasi pada membran sel saraf melalui

penghambatan masuknya ion natrium. Lidokain berdifusi menembus membran

yang merupakan matriks lipoprotein terdiri dari 90% lemak dan 10% protein

masuk ke dalam aksoplasma kemudian memasuki kanal natrium dan

berinteraksi dengan reseptor di dalamnya. Lidokain bekerja pada

penghambatan transmisi (salah satu rangkaian proses nyeri) yaitu proses

penyaluran impuls nyeri melalui serabut A delta dan serabut C tak bermielin

dari perifer ke medula spinalis.