lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · sekolah musik tradisional indonesia di...

188
SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK AKHIR disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur Dosen Pembimbing: Andi Purnomo, ST, MA Moch Fathoni Setiawan, ST, MT Dosen Pembahas: Diharto, ST, Msi oleh Putra Ipha Ramadhan 5112412073 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: vothien

Post on 21-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA

DI BANDUNG

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PROYEK AKHIR

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Dosen Pembimbing:

Andi Purnomo, ST, MA

Moch Fathoni Setiawan, ST, MT

Dosen Pembahas:

Diharto, ST, Msi

oleh

Putra Ipha Ramadhan

5112412073

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

ii

Page 3: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

iii

Page 4: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

When hungry, eat your rice; when tired, close your eyes.

Fools may laugh at me, but wise men will know what I mean.

(Lin-Chi)

Persembahan

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah

SWT saya persembahkan karya saya untuk orang – orang yang

sangat saya sayangi yaitu kedua orang tua saya yang selalu

mendoakan, memberi semangat dan membimbing saya

serta untuk adik saya Cika Rania Alya Putri yang selalu

mendoakan dan memberi saya semangat.

iv

Page 5: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proyek Akhir

tepat pada waktunya. Penyusun menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan

pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi Proyek Akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik,

saran, dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan Proyek Akhir ini.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Yth:

1. Bapak Teguh Prihanto, ST, MT selaku ketua program studi S1-Teknik Arsitektur

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan baik.

2. Andi Purnomo, ST, MA dan Moch Fathoni Setiawan, ST, MT sebagai dosen

pembimbing yang selalu memberikan pengarahan, dan bimbingan dengan penuh

kesabaran sehingga Proyek Akhir ini dapat terselesaikan.

3. Bapak/Ibu Dosen program studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penyusun.

4. Pihak dari di Institut Kesenian Jogjakarta yang bersedia memberi ijin survey

bangunan, terimakasih atas kerjasamanya.

5. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, cinta, doa dan dorongan

semangat yang senantiasa mengiringi dalam setiap langkah hidup penyusun.

6. Adikku, Cika tersayang yang selalu membantu dan memberi semangat serta doa

sehingga Proyek Akhir ini dapat terselesaikan.

7. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan nasehat demi kelancaran

menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman seperjuangan, yang terkasih, Putri Rizky Rohmadhoni yang senantiasa

mengingatkan akan kewajiban menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-

baiknya.

9. Teman teman Arsitektur Unnes 2012, yang berjuang bersama di bangku kuliah.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga semua bantuan dan amal kebaikan yang diberikan kepada penyusun mendapatkan

imbalan pahala dan keridhoan dari Allah SWT. Penyusun menyadari tugas akhir ini jauh

dari kata sempurna dan sangat banyak kekurangannya, oleh karena kritik dan saran

v

Page 6: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

membangun sangat penyusun harapkan demi sempurnanya tugas akhir ini. Harapan dari

penyusun semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis

pada khususnya.

Penyusun,

Putra Ipha Ramadhan

NIM 5112412073

vi

Page 7: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

ABSTRAK

Ramadhan, Putra Ipha. 2016. Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia di Bandung

dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing 1 Andi Purnomo, ST, MA, Dosen

Pembimbing2 Moch Fathoni Setiawan, ST, MT.

Kata kunci: Sekolah Musik Tradisional, Bandung, Arsitektur Neo Vernakular.

Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia adalah suatu sekolah seni nonformal untuk

masyarakat yang ingin belajar musik tradisional. Pada saat ini masyarakat lebih mengenal

musik modern yang banyak dipengaruhi budaya luar negeri daripada kesenian musik

tradisional daerah Indonesia. Dengan adanya sekolah musik tradisional daerah Indonesia ini

diharapkan masyarakat bisa belajar musik tradisional, bisa mengenal kesenian musik

tradisional daerah Indonesia sekaligus untuk melestarikan musik tradisional daerah Indonesia.

Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki penduduk yang cukup

banyak dengan jumlah 2.470.802 jiwa. Dengan adanya wadah pembelajaran kesenian musik

tradisional yang memadahi diharapkan dapat menghasilkan generasi pecinta musik tradisional

yang potensial dengan kemampuan bermusik yang baik. Maka perlu adanya sekolah musik

tradisional untuk masyarakat agar dapat mengasah kemampuan sekaligus melestarikan

kesenian musik tradisional salah satunya dengan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia. Tujuan adanya Sekolah Musik Indonesia Adalah sebagai sarana edukasi,

konservasi, dan memfasilitasi media pembelajaran pendidikan seni musik tradisional untuk

masyarakat, serta meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap kesenian musik tradisional

daerah Indonesia.

Konsep yang diangkat dalam perancangan dan perencanaan Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia di Kota Bandung dapat menampung kegiatan pendidikan seni musik

tradisional dalam satu kawasan dengan pendekatan desain arsitektur neo vernakular.

vii

Page 8: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................................. i

Pengesahan .................................................................................................................................................... ii

Pernyataan ............................................................................................. ........................................................ iii

Motto dan Persembahan .......................................................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................................................................. v

Abstrak ............................................................................................................................................................ vii

Daftar Isi ......................................................................................................................................................... viii

Daftar Gambar .............................................................................................................................................. xii

Daftar Tabel ................................................................................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Permasalahan ..................................................................................................................... 2

1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................................................................. 3

1.5 Lingkup Pembahasan ...................................................................................................... 3

1.6 Metode Pembahasan........................................................................................................ 3

1.7 Sistematika Pembahasan ............................................................................................... 6

1.8 Alur Pikir .............................................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................................

2.1 Pengertian Sekolah .......................................................................................................... 9

2.2 Pengertian Musik.............................................................................................................. 9

2.3 Pengertian Sekolah Musik............................................................................................. 10

2.4 Musik Tradisional Daerah Indonesia ........................................................................ 11

viii

Page 9: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

2.5 Alat Musik Tradisional Indonesia .............................................................................. 14

2.6 Arsitektur Neo Vernakular ........................................................................................... 26

2.6.1 Pengertian Arsitektur Neo Vernakular ...................................................... 26

2.6.2 Ciri-ciri Arsitektur Neo Vernakular ............................................................ 28

2.6.3 Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular .............................................. 29

2.6.4 Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular .......................................................... 29

2.6.5 Perbandingan Neo Vernakular dengan Regionalisme ......................... 32

2.6.6 Tokoh Arsitek Neo Vernakular ..................................................................... 35

2.6.7 Contoh Bangunan Neo Vernakular .............................................................. 38

2.7 Studi Kasus.......................................................................................................................... 43

2.7.1 Institut Seni Indonesia Yogyakarta ............................................................. 43

2.7.2 Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta .................................................. 51

2.7.3 Senzoku Gakuen College of Music................................................................ 53

2.7.4 House of Music .................................................................................................... 57

BAB III TINJAUAN LOKASI .......................................................................................................................

3.1 Tinjauan Kota Bandung.................................................................................................. 62

3.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah ................................................................... 62

3.1.2 Kondisi Topografi ............................................................................................ 63

3.1.3 Kondisi Geologi ................................................................................................. 63

3.1.4 Kondisi Klimatologi ......................................................................................... 64

3.1.5 Kondisi Penduduk............................................................................................ 66

3.1.6 Kondisi Pendidikan ......................................................................................... 66

3.1.7 Kondisi Pariwisata........................................................................................... 67

3.1.8 Musik dan Komunitas di Bandung............................................................. 68

3.1.9 Kriteria Pemilihan Site ................................................................................... 70

3.1.10 Peruntukan Lahan ........................................................................................... 71

3.2 Pendekatan Tapak............................................................................................................ 75

3.2.1 Persyaratan Tapak........................................................................................... 75

3.2.2 Alternatif Tapak................................................................................................ 76

3.3 Site Terpilih ........................................................................................................................ 81

ix

Page 10: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN................................

4.1 Pendekatan Dasar Perencanaan ................................................................................. 85

4.2 Pendekatan Site................................................................................................................ . 86

4.3 Pendekatan Aspek Fungsional .................................................................................... 87

4.3.1 Pendekatan Material Bangunan ................................................................. 87

4.3.2 Pendekatan Kegiatan Utama........................................................................ 93

4.3.3 Pendekatan Ruang Penunjang .................................................................... 99

4.3.4 Analisis Pelaku .................................................................................................. 101

4.3.5 Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang................................................ 102

4.3.6 Analisis Sirkulasi Kegiatan Pengguna ...................................................... 105

4.3.7 Analisis Sirkulasi Ruang ................................................................................ 106

4.3.8 Pendekatan kebutuhan Ruang .................................................................... 109

4.3.9 Pendekatan Besaran Ruang ......................................................................... 110

4.4 Pendekatan Aspek Keruangan .................................................................................... 113

4.4.1 Ruang kelas........................................................................................................... 113

4.4.2 Concert Hall .......................................................................................................... 116

4.4.3 Studio Musik......................................................................................................... 122

4.4.4 Galeri ....................................................................................................................... 123

4.5 Pendekatan Aspek Struktur dan Konstruksi ......................................................... 124

4.6 Pendekatan Aspek Utilitas ............................................................................................ 127

4.6.1 Sistem Komunikasi ............................................................................................ 127

4.6.2 Sistem Transportasi .......................................................................................... 127

4.6.3 Sistem Energi/Listrik ....................................................................................... 127

4.6.4 Sistem Plumbing ................................................................................................. 128

4.6.5 Sistem Penangkal Petir .................................................................................... 129

4.6.6 Sistem Pemadam Kebakaran ......................................................................... 130

4.7 Pendekatan Aspek Arsitektural .................................................................................. 131

4.7.1 Tampilan Bangunan .......................................................................................... 131

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN .................................................................

5.1 Konsep Dasar Perencanaan .......................................................................................... 133

x

Page 11: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

5.2 Konsep Site .......................................................................................................................... 134

5.3 Konsep Bangunan ............................................................................................................. 135

5.3.1 Konsep Massa Bangunan................................................................................. 135

5.3.2 Konsep Gubahan Massa .................................................................................. . 136

5.3.3 Konsep Penekanan Desain.............................................................................. 137

5.3.4 Konsep Ruang Galeri........................................................................................ . 141

5.3.5 Konsep Tata Luar dan Tata Lanskap .......................................................... 143

5.4 Konsep Struktur Bangunan........................................................................................... 144

5.4.1 Sistem Modul .................................................................................................... . 144

5.4.2 Sistem Struktur ................................................................................................. 144

5.5 Konsep Fungsional ........................................................................................................... 145

5.5.1 Konsep Sirkulasi ke Bangunan ................................................................... 145

5.5.2 Konsep Pragram Ruang ................................................................................. 146

5.5.3 Organisasi Ruang ............................................................................................. 149

5.5.4 Sirkulasi Ruang ................................................................................................. 150

5.5.5 Zoning ................................................................................................................... 153

5.6 Konsep Utilitas ................................................................................................................... 158

5.6.1 Sistem Pencahayaan .......................................................................................... 158

5.6.2 Sistem Pengkondisian Udara ......................................................................... 159

5.6.3 Sistem Komunikasi............................................................................................ . 160

5.6.4 Sistem Transportasi........................................................................................... 160

5.6.5 Sistem Elektrikal ................................................................................................. 161

5.6.6 Sistem Plumbing ................................................................................................. 161

5.6.7 Sistem Penangkal Petir..................................................................................... 162

5.6.8 Sistem Perlindungan Bahaya Kebakaran .................................................. 162

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................

xi

Page 12: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Serune Kalee ....................................................................................................................... 15

Gambar 2.2 : Aramba ............................................................................................................................. .... 15

Gambar 2.3 : Saluang.................................................................................................................................. 16

Gambar 2.4 : Gambus ................................................................................................................................. 16

Gambar 2.5 : Gambus Jambi .................................................................................................................... 16

Gambar 2.6 : Accordion............................................................................................................................ . 17

Gambar 2.7 : Doll ......................................................................................................................................... 17

Gambar 2.8 : Bende..................................................................................................................................... 18

Gambar 2.9 : Gendang Melayu................................................................................................................ 18

Gambar 2.10 : Gendang Panjang............................................................................................................ 18

Gambar 2.11 : Tehyan............................................................................................................................. ... 19

Gambar 2.12 : Angklung ........................................................................................................................... 19

Gambar 2.13 : Gamelan ............................................................................................................................. 19

Gambar 2.14 : Gendang ............................................................................................................................. 20

Gambar 2.15 : Bonang ............................................................................................................................... 20

Gambar 2.16 : Gendang ............................................................................................................................. 20

Gambar 2.17 : Gengceng ........................................................................................................................... 21

Gambar 2.18 : Serunai ........................................................................................................... .................... 21

Gambar 2.19 : Sasando .............................................................................................................................. 21

Gambar 2.20 : Tuma ................................................................................................................................... 22

xii

Page 13: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 2.21 : Sampe ............................................................................................................................. .... 22

Gambar 2.22 : Japen ............................................................................................................................. ...... 22

Gambar 2.23 : Panting ............................................................................................................................... 23

Gambar 2.24 : Kulintang ........................................................................................................................... 23

Gambar 2.25 : Ganda .................................................................................................................................. 24

Gambar 2.26 : Keso ..................................................................................................................................... 24

Gambar 2.27 : Ladolado ............................................................................................................................ 24

Gambar 2.28 : Kecapi ............................................................................................................................. .... 25

Gambar 2.29 : Nafiri ............................................................................................................................. ...... 25

Gambar 2.30 : FU ......................................................................................................................................... 25

Gambar 2.31 : Tifa ....................................................................................................................................... 26

Gambar 2.32 : Sir Edwin Landseer ....................................................................................................... 36

Gambar 2.33 : Aldo van Eyck .................................................................................................................. 37

Gambar 2.34 : Joseph Esherick............................................................................................................... 37

Gambar 2.35 : Kampus ITB ...................................................................................................................... 38

Gambar 2.36 : Bandara Soekarno Hatta ............................................................................................. 39

Gambar 2.37 : Bandara Minangkabau ................................................................................................. 40

Gambar 2.38 : Bandara Minangkabau ................................................................................................. 41

Gambar 2.39 : Kantor Bupati Kampar ................................................................................................. 42

Gambar 2.40 : Kantor Bupati Kampar ................................................................................................. 43

Gambar 2.41 : Lokasi Kampus ISI ......................................................................................................... 43

xiii

Page 14: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 2.42 : Sketsa Denah Ruang Jurusan Seni Musik Lantai 1 ............................................ 44

Gambar 2.43 : Sketsa Denah Ruang Jurusan Seni Musik Lantai 2 ............................................ 45

Gambar 2.44 : Sketsa Denah Ruang Jurusan Seni Musik Lantai 3 ............................................ 45

Gambar 2.45 : Sketsa Denah Ruang Jurusan Seni Musik Lantai 4 ............................................ 45

Gambar 2.46 : Auditorium ....................................................................................................................... 47

Gambar 2.47 : Ruang Kelas ...................................................................................................................... 47

Gambar 2.48 : Ruang Dosen .................................................................................................................... 48

Gambar 2.49 : Studio ............................................................................................................................. ..... 48

Gambar 2.50 : Ruang Praktek ................................................................................................................. 49

Gambar 2.51 : Ruang Perkusi ................................................................................................................. 49

Gambar 2.52 : Ruang Gesek ..................................................................................................................... 50

Gambar 2.53 : Ruang Piano ..................................................................................................................... 50

Gambar 2.54 : Ruang Penyimpanan ..................................................................................................... 51

Gambar 2.55 : Concert Hall TBY ............................................................................................................ 52

Gambar 2.56 : Dinding Concert Hall..................................................................................................... 52

Gambar 2.57 : Sistem Utilitas Penunjang Pertunjukan................................................................. 53

Gambar 2.58 : Ruang Pameran TBY ..................................................................................................... 53

Gambar 2.59 : Senzoku Gakuen ............................................................................................................. 54

Gambar 2.60 : Senzoku Gakuen College of Music ........................................................................... 54

Gambar 2.61 : Denah Senzoku Gakuen ............................................................................................... 55

Gambar 2.62 : Sekuen Interior Senzoku Gakuen ............................................................................ 55

xiv

Page 15: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 2.63 : Sekuen Interior Senzoku Gakuen ............................................................................ 56

Gambar 2.64 : Potongan Senzoku Gakuen ......................................................................................... 56

Gambar 2.65 : House of Music ................................................................................................................ 57

Gambar 2.66 : House of Music ................................................................................................................ 58

Gambar 2.67 : Atrium House of Music ................................................................................................ 59

Gambar 2.68 : Concert Hall House of Music ...................................................................................... 59

Gambar 2.69 : Tampak House of Music .............................................................................................. 60

Gambar 3.1 : Peta Bandung ..................................................................................................................... 62

Gambar 3.2 : Jumlah Wisatawan yang Datang ke Kota Bandung.............................................. 68

Gambar 3.3 : Alternatif Site 1.................................................................................................................. 76

Gambar 3.4 : Alternatif Site 2.................................................................................................................. 77

Gambar 3.5 : Alternatif Site 3.................................................................................................................. 79

Gambar 3.6 : Eksisting Site Terpilih ..................................................................................................... 82

Gambar 3.7 : Potongan Kontur A-A ...................................................................................................... 83

Gambar 3.8 : Potongan Kontur B-B ...................................................................................................... 83

Gambar 4.1 : Lokasi Site............................................................................................................................ 86

Gambar 4.2 : Eksisting Site ...................................................................................................................... 87

Gambar 4.3 : Batu Bata ............................................................................................................................. . 87

Gambar 4.4 : Kayu ....................................................................................................................................... 88

Gambar 4.5 : Batu Alam ............................................................................................................................ 88

Gambar 4.6 : Kaca........................................................................................................................................ 88

xv

Page 16: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 4.7 : ACP ......................................................................................................................................... 89

Gambar 4.8 : Rockwool ............................................................................................................................ . 89

Gambar 4.9 : Beton Pra Pabrikasi ......................................................................................................... 90

Gambar 4.10 : Logam Pra Pabrikasi ..................................................................................................... 90

Gambar 4.11 : Genteng Tanah Liat ....................................................................................................... 90

Gambar 4.12 : Genteng Aspal.................................................................................................................. 91

Gambar 4.13 : Genteng Metal.................................................................................................................. 91

Gambar 4.14 : Gypsum .............................................................................................................................. 91

Gambar 4.15 : Plafond Akustik............................................................................................................... 92

Gambar 4.16 : Keramik ............................................................................................................................. 92

Gambar 4.17 : Parquet............................................................................................................................. .. 92

Gambar 4.18 : Karpet ............................................................................................................................. .... 92

Gambar 4.19 : Vinyl .................................................................................................................................... 93

Gambar 4.20 : Kursi .................................................................................................................................... 93

Gambar 4.21 : Papan Tulis ....................................................................................................................... 94

Gambar 4.22 : Piano ................................................................................................................................... 94

Gambar 4.23 : Aramba............................................................................................................................... 94

Gambar 4.24 : Gambus .............................................................................................................................. 95

Gambar 4.25 : Doll....................................................................................................................................... 95

Gambar 4.26 : Bende .................................................................................................................................. 95

Gambar 4.27 : Gendang Melayu ............................................................................................................. 96

xvi

Page 17: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 4.28 : Gendang Panjang............................................................................................................ 96

Gambar 4.29 : Angklung ........................................................................................................................... 96

Gambar 4.30 : Gamelan ............................................................................................................................. 97

Gambar 4.31 : Gendang ............................................................................................................................. 97

Gambar 4.32 : Bonang ............................................................................................................................... 97

Gambar 4.33 : Sampe ............................................................................................................................. .... 98

Gambar 4.34 : Panting ............................................................................................................................... 98

Gambar 4.35 : Kulintang ........................................................................................................................... 98

Gambar 4.36 : Kecapi ............................................................................................................................. .... 99

Gambar 4.37 : Tifa ....................................................................................................................................... 99

Gambar 4.38 : Arena Lingkaran ............................................................................................................. 99

Gambar 4.39 : Arena Bujur Sangkar..................................................................................................... 99

Gambar 4.40 : Transerve Stage .............................................................................................................. 100

Gambar 4.41 : Sudut Pengelilingan 210-220 .................................................................................... 100

Gambar 4.42 : Sudut Pengelilingan 180 ............................................................................................. 100

Gambar 4.43 : Arena Lingkaran ............................................................................................................. 100

Gambar 4.44 : Arena Bujur Sangkar..................................................................................................... 100

Gambar 4.45 : Standar Jarak dan Sudut Pandang ........................................................................... 101

Gambar 4.46 : Langit-Langit Pemantul Bunyi .................................................................................. 115

Gambar 4.47 : Potongan Concert Hall ................................................................................................. 117

Gambar 4.48 : Langit-langit concert hall ........................................................................................... 117

xvii

Page 18: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 4.49 : Lantai penonton bertingkat di Theatre Port Royal........................................... 118

Gambar 4.50 : Penyebar Marmer di Komplek ruang konser...................................................... 119

Gambar 4.51 : Cacat Akustik ................................................................................................................... 120

Gambar 4.52 : Contoh Ruang Studio Musik....................................................................................... 123

Gambar 4.53 : Pondasi Foot Plat ........................................................................................................... 125

Gambar 4.54 : Pondasi Tiang Pancang ................................................................................................ 125

Gambar 4.55 : Rangkaian Paralel .......................................................................................................... 128

Gambar 4.56 : Sistem dengan Tangki Atap........................................................................................ 129

Gambar 4.57 : Sistem Franklin ............................................................................................................... 130

Gambar 4.58 : Sistem Faraday................................................................................................................ 130

Gambar 4.59 : Pendekatan Gubahan Massa ...................................................................................... 131

Gambar 5.1 : Eksisting Site ...................................................................................................................... 135

Gambar 5.2 : Analisis Arah Orienasi Bangunan .............................................................................. . 136

Gambar 5.3 : Gubaha Massa .................................................................................................................... 137

Gambar 5.4 : Konsep Atap Julang Ngapak ......................................................................................... 138

Gambar 5.5 : Eksterior menggunakan Batu Alam........................................................................... 138

Gambar 5.6 : Eksterior menggunakan ACP ....................................................................................... 138

Gambar 5.7 : Beton Pra Pabrikasi ......................................................................................................... 139

Gambar 5.8 : Plafond Akustik ................................................................................................................. 140

Gambar 5.9 : Rockwool ............................................................................................................................ . 140

Gambar 5.10 : MDF ..................................................................................................................................... 140

xviii

Page 19: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 5.11 : Gypsum .............................................................................................................................. 141

Gambar 5.12 : Keramik ............................................................................................................................. 141

Gambar 5.13 : Pameran Alat Musik ...................................................................................................... 142

Gambar 5.14 : Koleksi Alat Musik ......................................................................................................... 142

Gambar 5.15 : Ruang Visual di URA ..................................................................................................... 143

Gambar 5.16 : Sketsa Tempat Duduk ................................................................................................. 144

Gambar 5.17 : Modul Kolom ................................................................................................................... 144

Gambar 5.18 : Pondasi Tiang Pancang ................................................................................................ 145

Gambar 5.19 : Rangka Baja ...................................................................................................................... 145

Gambar 5.20 : Analisis klimatologi ....................................................................................................... 153

Gambar 5.21 : Zoning Hasil Analisis Klimatologi ............................................................................ 154

Gambar 5.22 : Analisis Kebisingan ....................................................................................................... 154

Gambar 5.23 : Zoning Hasil Analisis Kebisingan ............................................................................. 155

Gambar 5.24 : Analisis View From Site ............................................................................................... 155

Gambar 5.25 : Zoning Hasil Analisis View From Site .................................................................... 156

Gambar 5.26 : Analisis View To Site..................................................................................................... 156

Gambar 5.27 : Zoning Hasil Analisis View To Site .......................................................................... 157

Gambar 5.28 : Hasil Zoning Akhir ......................................................................................................... 157

Gambar 5.29 : Down Light ....................................................................................................................... 158

Gambar 5.30 : Spot Light .......................................................................................................................... 159

Gambar 5.31 : Track Light........................................................................................................................ 159

xix

Page 20: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Gambar 5.32 : Wall Waasher Light ....................................................................................................... 159

xx

Page 21: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular ............................................................................. 30

Tabel 2.2 : Perbandingan Neo Vernakular dengan Regionalisme ............................................ 33

Tabel 2.3 : Program Ruang Jurursan Seni Musik............................................................................. 44

Tabel 3.1 : Temperatur rata-rata Kota Bandung ............................................................................. 65

Tabel 3.2 : Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut ijazah tertinggi ........................................... 67

Tabel 3.3 : Sekolah Musik di Bandung................................................................................................. 70

Tabel 4.1 : Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Siswa ......................................................................... 102

Tabel 4.2 : Aktivitas dan Kebutuhan Ruang pengajar dan Pimpinan...................................... 103

Tabel 4.3 : Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Penunjang ............................................................... 104

Tabel 4.4 : Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Utilitas ...................................................................... 104

Tabel 4.5 : Kebutuhan Ruang .................................................................................................................. 109

Tabel 4.6 : Pendekatan Besaran Ruang Utama ................................................................................ 110

Tabel 4.7 : Pendekatan Besaran Ruang Pengelola.......................................................................... 111

Tabel 4.8 : Pendekatan Besaran Ruang Penunjang ........................................................................ 111

Tabel 4.9 : Pendekatan Besaran Ruang Servis ................................................................................. 112

Tabel 5.1 : Besaran Ruang Utama ......................................................................................................... 146

Tabel 5.2 : Jumlah Besaran Ruang Utama .......................................................................................... 147

Tabel 5.3 : Besaran Ruang Pengelola ................................................................................................... 147

Tabel 5.4 : Besaran Ruang Penunjang ................................................................................................. 147

Tabel 5.5 : Besaran Ruang Servis ......................................................................................................... 148

xxi

Page 22: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Tabel 5.6 : Total Luas Ruang ................................................................................................................... 149

xxii

Page 23: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musik adalah salah satu cabang kesenian yang sudah menjadi bagian hidup

bagi sebagian besar orang, karena melalui musik kita bisa berkespresi, berkarya

dan menyalurkan bakat atau hobi kita. Musik terdiri dari berbagai jenis aliran,

tiap aliran mempunyai ciri khas tersendiri yang menjadikan musik itu unik dan

beragam. Di Indonesia yang terkenal dengan negara kepulauan dan terdiri dari

berbagai jenis suku dan budaya juga punya jenis musik tradisional dan alat alat

musik yang beragam di tiap daerah. Keberagaman jenis musik tradisonal inilah

yang juga perlu dilestarikan dan dieksplor karena termasuk warisan leluhur

bangsa Indonesia. Akan tetapi, di jaman sekarang ini hampir mayoritas

masyarakat Indonesia lebih mengenal musik modern yang banyak di pengaruhi

oleh budaya barat dan luar negeri daripada musik tradisional asli Indonesia.

Padahal musik tradisional beserta alat alat musik Indonesia sangat beragam dan

sangat potensial untuk dikembangkan. Banyak yang bisa dieksplor dari musik

tradisional untuk bisa menjadi lebih menarik lagi bagi penikmat musik

sehingga bisa mengangkat musik asli Indonesia sendiri. Untuk itu perlu adanya

suatu wadah bagi masyarakat yang tertarik dengan musik sebagai sarana

pelatihan agar bisa meningkatkan skill bermusik sekaligus melestarikan musik

asli Indonesia. Di Bandung, menurut situs kompasiana.com hingga saat ini

terdapat lebih dari 400-an kelompok bermusik dan masih terus bermunculan

kelompok baru. Khusus untuk musik tradisional, tempat yang paling terkenal di

Bandung adalah Saung Angklung Ujo. Di Saung Angklung Ujo, pengunjung

tidak hanya menonton pertunjukan, tetapi terlibat langsung dengan bermain

angklung, melihat pembuatan angklung, belajar memainkan peralatan musik

arumba dan sebagainya. Selain Saung Angklung Ujo, ada juga komunitas

Karinding Sagala Awi. Komunitas ini adalah sebuah wadah atau jembatan bagi

grup anak bangsa yang kreatif dalam pelestarian seni budaya sunda khususnya

1

Page 24: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

2

alat musik buhun sunda yang terancam punah keberadaannya. Komunitas yang

berjumlah 5610 orang ini sudah seringtampil mentas di berbagai event seperti

pentas di Car Free Day, Konferensi Asia Afrika, dan masih banyak lagi. Maka

tak heran wisata kesenian musik di Bandung terlihat sangat berkembang.

“Sempat dijuluki barometer musik Independen di Indonesia, Kota Bandung

memang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas dalam scene nasional”

(jube, 2008). Dengan melihat data dan fakta tersebut, tentunya kota Bandung

bisa menjadi lokasi strategis untuk mendirikan sekolah musik, dan sebagai

salah satu sentral pelatihan musik tradisional di Indonesia.

1.2. Permasalahan

1.2.1 Permasalahan Umum

Bagaimana merancang sebuah sekolah musik yang menarik, nyaman dan

juga dengan fasilitas lengkap guna menunjang kegiatan di sekolah musik

sehingga masyarakat berminat untuk mempelajari musik tradisional

Indonesia.

1.2.2 Permasalahan Khusus

Permasalahan khusus yang ada adalah bagaimana sekolah musik ini

mampu untuk menampung semua kegiatan bermusik dengan fasilitas yang

memadahi untuk melakukan kegiatan bermusik dengan nyaman.

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Memfasilitasi bagi peminat kesenian musik untuk mengasah kemampuan

dan meningkatkan kemampuan untuk menjadi pemusik yang mempunyai

skill bagus dan berkualitas, serta untuk memperkenalkan dan melestarikan

musik asli Indonesia.

1.3.2 Tujuan

(a) Sebagai sarana edukasi

(b) Sebagai sarana pelestarian kesenian musik tradisional asli Indonesia

(c) Mengangkat kembali musik tradisional asli Indonesia

Page 25: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

3

(d) Sebagai tempat untuk belajar dan mengembangkan bakat

(e) Daya tarik kota Bandung

1.4. Manfaat

Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia ini diharapkan mampu menjadi

pencetak pemusik pemusik berbakat dan mempunyai skill yang bagus,selain

itu mempu mengenal kesenian musik tradisional asli Indonesia dan

mengangkat kembali kesenian musik asli Indonesia yang mulai ditinggalkan.

1.5. Lingkup Pembahasan

1.5.1 Ruang Lingkup Substansial

Lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan

Sekolah musik dengan titik berat pada hal-hal yang berkaitan dengan

disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar ke-arsitekturan yang

mempengaruhi, melatar belakangi dan mendasari faktor-faktor

perencanaan akan di batasi, dipertimbangkan dan diasumsikan tanpa

dibahas secara mendalam.

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial

Perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia yang terletak di kota Bandung.

1.6. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar

perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia di Bandung adalah metode deskriptif. Metode

ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan mengenai design

requirement (persyaratan desain) dan design determinant (ketentuan desain)

terhadap perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia.

Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah nantinya akan

ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan

dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil

Page 26: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

4

penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan, batasan dan

juga anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan Sekolah

Musik Tradisional Daerah Indonesia.

Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang

digunakan dalam perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia sebagai landasan dalam desain grafis arsitektur.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

1.6.1 Data Primer

- Observasi Lapangan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan

tapak perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia dan studi banding.

- Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola serta berbagai

pihak-pihak yang terkait dalam perencanaan dan perancangan Sekolah

Musik Tradisional Daerah Indonesia.

1.6.2 Data Sekunder

Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai

perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan studi kasus

perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia.

Berikut ini akan dibahas design requirement dan design determinant yang

berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia :

a. Pemilihan Lokasi dan Tapak

Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan

terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

penentuan suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan

Page 27: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

5

dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia,

adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan

dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia.

2) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan

bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga

terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang terhadap

perencanaan dan perancangan sebuah Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia.

Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak, kemudian

dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria lokasi

dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian memberi scoring

terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari

nilai yang terbesar.

b. Program Ruang

Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih

dahulu mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan

perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia, yaitu

dilakukan dengan pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu

sendiri beserta kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan

baik studi kasus maupun dengan studi banding, serta dengan standar

atau literatur perencanaan dan perancangan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia.

Persyaratan ruang yang didapat melalui studi banding dengan

standar perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia, sehingga dari hasil analisa terhadap kebutuhan

dan persyaratan ruang akan diperoleh program ruang yang akan

digunakan pada perencanaan dan perancangan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia.

Page 28: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

6

c. Penekanan Desain Arsitektural

Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan

dengan observasi lapangan melalui studi banding pada Sekolah

Musik Tradisional Daerah Indonesia lain serta dengan standar atau

literatur mengenai perencanaan dan perancangan yang kaitannya

dengan persyaratan bangunan di Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia.

Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Aspek konstektual pada lokasi dan tapak terpilih dengan

pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.

2) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan Sekolah

Musik Tradisional Daerah Indonesia.

Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisa antara

data yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan

dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia

Indonesia sehingga akan diperoleh pendekatan arsitektural yang akan

digunakan pada perencanaan dan perancangan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia.

1.7. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran,

manfaat, ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan,

serta alur bahasan dan alur pikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas tinjauan mengenai Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia, kaitannya dengan pengertian, peraturan perundangan, sistem

pengelolaan, persyaratan teknis, culture, dan studi banding.

Page 29: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

7

BAB III TINJAUAN LOKASI

Membahas tentang gambaran umum pemilihan tapak berupa data fisik

dan non fisik, potensi dan kebijakan tata ruang pemilihan tapak,

gambaran khusus berupa data tentang batas wilayah dan karakteristik

tapak terpilih.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep

perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan

fungsional, pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan

kelompok ruang, sirkulasi, pendekatan kebutuhan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia pendekatan kontekstual, optimaliasi

lahan, pendekatan besaran ruang, serta analisa pendekatan konsep

perancangan secara kinerja, teknis dan arsitektural.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab ini menjelaskan tentang uraian konsep perencanaan dan

perancangan meliputi beberapa aspek seperti aspek fungsional, pelaku

dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan kelompok ruang,

sirkulasi, kebutuhan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia

dalam aspek kontekstual, optimalisasi lahan, besaran ruang, serta

konsep perancangan secara kinerja, teknis dan arsitektural.

Page 30: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

8

1.9.

1.10.

1.11.

1.12.

1.13.

1.14.

1.15.

1.16.

1.17.

1.8. Alur Pikir

Latar Belakang

Aktualita - Banyak peminat kesenian musik yang belum memperoleh kesempatan

memperdalam ilmu bermusiknya. - Sangat kurang sekali antusiasme masyarakat untuk mempelajari musik

tradisional Indoneisa

Urgensi Dibutuhkan wadah yang memfasilitasi para peminat musik untuk belajar dan mengembangkan kemampuan serta melestarikan musik tradisional asli Indonesia.

Originalitas Perencanaan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia Indonesia dengan fasilitas

penunjang yang memadahi dan representatif ditekankan untuk edukasi.

Pengumpulan Data

Studi Pustaka :

- Tinjauan

Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia

- Literatur kesenian musik

Studi Lapangan

Tinjauan tapak

Studi Banding:

- Sekolah

musik yang ada di Indonesia

Analisis Data

Interview:

Pengelola

dan pihak

terkait

Konsep

Desain

Page 31: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sekolah

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1976), dalam

Zulkifli (2011), sekolah adalah :

a. Bangunan/lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran.

b. Waktu pertemuan ketika murid-murid diberi pelajaran.

Menurut Oxford Dictionary, sekolah adalah :

a. Sebuah institusi untuk mendidik atau memberi pengarahan.

b. Sebuah bangunan yang digunakan untuk kegiatan mengajar.

c. Tempat dimana ujian suatu universitas diadakan.

2.2. Pengertian musik

a. Menurut Buce Fairbairm dalam buku History of Rock & Roll

“Bunyi-bunyian yang ditimbulkan secara sengaja dengan frekuensi

tertentu dan memiliki ritme”.

b. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta,

Jakarta 1976

1. Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan,

kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan

komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan.

2. Nada yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung

irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang

menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-

bunyi itu).

c. New Book of Knowledge, Grolier, Canada 1979

“...music may be defined as the art of organizing sound and

silences into meaningfull patterns. The word “music” comes from

“muse” the bane for the goodness of ancient greek mythology who

9

Page 32: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

10

presided over the art and sciences. Music is the one of the oldest of

the art. No civilization in history has been without some form of

music”.

Dari kutipan di atas, dapat diamati bahwa musik merupakan suatu

seni yang berhubungan dengan bunyi-bunyian, disamping itu juga

terlihat bahwa usia musik dalah hampir sama dengan usia

kebudayaan Indonesia. Jadi, musik sebenarnya adalah bagian dari

kehidupan masyarakat Indonesia, seperti halnya kebudayaan yang

menjadi kekayaan masyarakat Indonesia saat ini.

Jika disimpulkan musik sangat erat hubungannya dengan bunyi-

bunyian ataupun suara yang dapat diterima dan dinikmati oleh

menusia melalui pendengaran. Sehingga diciptakan untuk memberi

kepuasan dan kenikmatan pada indera pendengaran manusia.

Seiring dengan perkembangan zaman, musik tidak lagi hanya

sebagai susunan nada-nada yang indah untuk didengarkan, tapi

musik sudah merupakan bentuk pengekspresian diri.

2.3. Pengertian Sekolah Musik

Sekolah Musik menurut Zulkifli, 2011 adalah lembaga atau instansi yang

khusus mempelajari musik dengan aturan di dalamnya dan mempunyai

visi dan misi yang jelas. Sekolah musik itu sendiri terdiri dari beberapa

pelaku, antara lain pelajar dan pengajar. Pelajar adalah murid atau siswa

yang menerima dan menuntut ilmu dalam waktu tertentu dan terikat oleh

instansi/sekolah. Sedangkan pengajar adalah orang, dosen atau guru yang

memberikan ilmu atau pelajaran kepada pelajar/siswa. Pelajar dan

pengajar harus bisa bekerjasama, untuk mendukung kelancaran proses

belajar mengajar, sehingga diharapkan sekolah musik yang bersangkutan

mampu mencetak lulusan yang bisa mengembangkan musik itu sendiri,

baik teori maupun praktek.

Page 33: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

11

2.4. Musik Tradisional Daerah Indonesia

Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun

temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang

saling mempengaruhi di antaranya seniman, musik itu sendiri dan

masyarakat penikmatnya. Berikut ini adalah beberapa jenis musik

tradisional daerah Indonesia menurut Putra, 2014 :

1. Musik Gong Renteng

Seperangkat gamelan gong renteng disebut juga kesenian gamelan

Mbah Bandong. Kesenian tersebut berasal dari desa Lebakwangi

Batukarut kecamatan Pameungpeuk, provinsi Jawa Barat. Fungsi

kesenian ini digunakan khusus untuk upacara Muludan/Maulid Nabi.

Gamelan gong renteng terdiri dari instrumen bonang, saron, kecrek,

beri, goong, dan kendang. Adapun lagu yang dibawa diantaranya lagu

sodom, lagu seserengan, lagu pucung lingkup, dan lagu pangkur.

Bentuk gamelan gong renteng ini sebenarnya merupakan sempalan dari

jenis musik gamelan yang berkembang di Jawa Barat, yang kemudian

diberi nuansa khusus kedaerahan yang kental menjadi ciri khas daerah.

2. Musik Senandung Jolo

Senandung jolo merupakan salah satu musik tradisional yang ada di

provinsi Jambi, terutama yang ada di kecamatan Muara Sabak

Kabupaten Jabuk timur. Senandung Jolo ini biasanya diadakan pada

saat orang turun ke sawah yang sering disebut sebagai manunggal padi.

Pada saat manunggal padi tersebut, para pemuda dan pemudi

mengungkapkan isi hatinya dengan mengucapkan pantun secara

bergantian yang diiringi dengan musik yang terdiri dari alat alat musik

kutilang kayu, biola, gendang satu, gendang dua, serta gong.

3. Musik gaghahanggase

Gaghahanggase adalah salah satu musik tradisional masyarakat

Sangihe Talaud yang sudah lama hidup dan berkembang di kalangan

anak anak. Musik Gaghahanggase merupakanpaduan dari beberapa

jenis alat musik baik yang sifatnya diatonis maupun non diatonis.

Page 34: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

12

Masing-masing instrumin yang mendukung musik Gaghahanggase

adalah musik bambu, musik kentel/tunuta, musik seheng, musik tateng

korang, musik tagonggong, musik tambur, musik kalikitong, musik

behongang, dan musik karoncongang/juk kecil. Dalam penyajiannya

musik ini didukung oleh vokal pria maupun wanita, dengan

membawakan lagu lagu daerah maupun lagu nasional.

4. Musik Tradisi Krombi

Musik krombi berasal dari pantai Irian Jaya, berasal dari kata nai

krombi, yang artinya memetik atau mempermainkan. Alat musik

krombi terbuat dari bambu, dimainkan terpadu dengan alat musik

tradisional diantaranya piko, nailavos, fu akuika, karapra, dan tifa.

Fungsi musik ini sebagai hiburan, upacara adat maupun upacara

keagamaan.

5. Musik Tabuh Salimpat

Musik ini merupakan musik tradisional daerah lampung yang hingga

saat ini masih hidup dan berkembang di daerah masyarakat

pendukungnya. Tabuh Salimpat menggunakan alat musik tabuh dan

alat musik petik. Di dalam penampilan musik ini, instrumen yang

paling menonjol adalah instrumen kerenceng dan gambus lunik.

6. Musik Syair Telimaa

Syair Telimaa adalah salah satu syair yang cukup terkenal. Dahulu

syair ini dilantunkan pada saat pesta resmi dan pertemuan pertemuan

kerabat sesepuh Tanah Mandalam di bumi Uncok Kapuas. Isi syair ini

merupakan pesan agar para generasi muda mempertahankan dan

melestarikan nilai kejayaan budaya bangsa nenek moyang.

7. Musik Panting

Musik panting merupakan musik tradisional Kalimantan Selatan.

Musik ini dalam penyajian dahulunya banyak dipentaskan pada malam

hari, dan sekarang sudah dipergunakan untuk menyambut tamu

kehormatan atau sebagai musik hiburan rakyat. Musik tradisional

Page 35: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

13

panting terdiri dari instrumen penting itu sendiri, babaun, agung,

marakas, dan talinting.

8. Musik Sasando Gong

Sasando merupakan alat musik khas pulau Rote, Nusa Tenggara

Timur. Sasando gong merupakan jenis alat musik petik yang terdiri

dari sebatang bambu sebagai tempat untuk menyangkutkan kawat

halus untuk dipetik. Sedangkan untuk resonansi bunyi menggunakan

daun lontar yang disusun berbentuk timba atau lontar.

9. Musik Gambang kromong

Gambang Kromong merupakan salah satu Seni musik tradisional

Betawi yang merupakan perpaduan antara musik asli pribumi jawa

yaitu gamelan dan non pribumi yang memiliki nada dasar pentatonis

bercorak Cina. Instrumen gamelan pad agambang kromong terdiri dari:

Gambang kayu, Bonang yang disebut kromong. Selain itu terdapat

Kendang, suling, kecrek serta gong. Sementara untuk instrumen Cina

ada pada alat musik gesek Cina dengan 2 senar yaitu tehyan.

10. Musik Santi Swara dan Laras Madya

Musik ini merupakan salah satu musik tradisional Jawa Tengah. Musik

ini membawakan lagu Shalawatan dengan bentuk lagu jawa yang

bernada slendro dan pelog yang digarap dengan memasukkan unsur

karawitan, yang lazim dinamakan santi swara. Kemudian musik laras

madya bentuknya seperti koor tetembangan yang instrumen

pengiringnya berupa terbang (pokok), ditambahkankendang, kemanak,

dan bogem. Bentuk penyajian kedua musik tersebut diatas hampir

sama, perbedaannya terletak pada materilagu dan kecakepannya.

11. Musik Gong Luang

Musik ini berasal dari Bali, sebuah gamelan yang sifatnya sakral yang

pada umumnya dipergunakan untuk mengiringi upacara kematian

(ngaben). Kata gong artinya mengacu pada nama itu sendiri, dan kata

luang berarti ruang ataupun rong, yang artinya ruang atau bidang unrun

Page 36: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

14

yang mengatakan bahwa bidang atau motif ruang-ruang kosong yang

akan diberi motif hiasan lainnya.

12. Musik Karang Dodou

Musik karang dodou adalah musik tradisional khas daerah Tanah

Siang, wilayah Barito Utara, Kalimantan Tengah. Musik karang dodou

merupakan jenis musik yang dapat disaksikan pada saat upacara adat

tertentu, misalnya acara memandikan bayi. Upacara tersebut diberi

nama upacara nambang morua. Dalam musik ini banyak melantunkan

vokal atau lagu lagu yang mengucapkan mantera mantera yang berisi

doa doa kepada Motohara ( Tuhan Yang Maha Esa )

13. Musik Krumpyung

Awal mulanya adala sebutan yang digunakan untuk sebuah instrumen

yang terdiri dari serangkaian alat musik buluh/bambu yang biasanya

disebut dengan nama Angklung. Nama krumpyung ini berasal dari

bunyi instrumen ini sendiri apabila musik ini digerakkan. Kesenian

yang satu ini berasal dari kelurahan Agrowilis, wilayah kecamatan

Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Pencipta kesenian

tersebut adalah Bapak Sumitra dari dusun tersebut yang sudah kami

beritahu diatas.

14. Musik Huda

Musik ini berangkat dari tiga jenis musik tradisional Minangkabau

seperti Dikil Rabaro, Dikil Mundan, dan Salaulaik Dulang. Ketiga

musik ini bernafaskan islam. Alat musik terbang itu sendiri sebenarnya

merupakan alat musik yang berasal dari Jazirah Arab dan sekitarnya

lalu berkembang di Indonesia dalam konteks nuansa islami.

2.5. Alat Musik Tradisional Daerah Indonesia

Alat-alat musik tradisional indonesia memiliki keunikan tersendiri dan

menjadi ciri khas kebudayaan yang ada di Indonesia. Melihat berbagai

macamnya alat musik tradisional indonesia maka bisa dikatakan bahwa

Indonesia sangat kaya dengan harta kebudayaannya. Tidak hanya alat

Page 37: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

15

musik tradisional indonesia yang dimiliki akan tetapi rumah adat dan

tarian daerah yang juga sangat berbeda-beda sesuai dengan ciri khas pada

setiap daerah. Dengan kekayaan budaya yang kita miliki seharusnya kita

bangga menjadi bangsa Indonesia, dan sebagai orang indonesia harus

mengetahui seperti apa kebudayaan yang ada di Indonesia, salah satu

contoh dengan mengetahui alat musik tradisional indonesia yang ada saat

ini. Tentunya Indonesia memiliki 33 provinsi yang masing-masing

memiliki alat musik tradisional yang berbeda-beda. Sebenarnya ada

banyak alat musik tradisional indonesia, hanya saja terdapat 33 alat musik

tradisional yang populer dan terkenal pada setiap daerah tersebut. Berikut

adalah Alat-alat musik tradisional Indonesia menurut Supriadi, 2012 :

1. Serune Kalee

Serune kalee berasal dari daerah Aceh yang mempunyai jenis bunyi

Aerofon, alat digunakan dengan cara ditiup dan pada lubang yang

terdapat pada serune kalee berfungsi untuk mengatur nada dengan

menggunakan jari-jari kita.

Gambar 2.1 : Serune Kalee (sumber : Supriadi, 2012)

2. Aramba

Alat musik Aramba ini berasal dari daerah Sumatra Utara yang

memiliki jenis bunyi yakni ideofon, untuk penggunaannya yaitu

dengan cara dipukul dengan memakai pemukul yang khusus.

Gambar 2.2 : Aramba (sumber : Supriadi, 2012)

Page 38: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

16

3. Saluang

Alat musik saluang ini berasal dari daerah sumatra barat dengan

mempunyai jenis bunyi yakni aerofon, adapun cara penggunaannya

dengan ditiup dan pada lubang yang ada di alat musik diperuntukkan

sebagai pengatur nada dimana jari-jari tangan sebagai penutup

lubangnya.

Gambar 2.3 : Saluang (sumber : Supriadi, 2012)

4. Gambus

Alat musik yang bernama Gambus ini berasal dari daerah Riau yang

mempunyai jenis bunyi kordofun yang difungsikan dengan cara dipetik

menggunakan jari dan memainkan nada dengan jari.

Gambar 2.4 : Gambus (sumber : Supriadi, 2012)

5. Gambus Jambi

Alat musik Gambus ini juga termasuk berasal dari daerah Jambi yang

mempunyai jenis bunyi Kordofon dengan cara penggunaan lewat

dipetik di bagian senarnya.

Gambar 2.5 : Gambus Jambi (sumber : Supriadi, 2012)

Page 39: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

17

6. Accordion

Alat musik Accordion ini berasal pada daerah Sumatera Selatan yang

memiliki jenis bunyi Aerofon, adapun cara penggunaannya dengan

memakai kedua tangan kita, pada tangan yang satu difungsikan sebagai

pengatur alunan suara, sedangkan pada tangan yang kedua digunakan

untuk mengatur nada.

Gambar 2.6 : Accordion (sumber : Supriadi, 2012)

7. Doll

Alat musik doll ini berasal dari daerah Bengkulu yang memiliki jenis

suara berupa Membranofon yang digunakan dengan cara dipukul

memakai alat pemukul. Alat musik Doll dapat dilihat pad gambar 2.7.

Gambar 2.7 : Doll (sumber : Supriadi, 2012)

8. Bende

Alat musik bende ini berasal dari daerah lampung yang memiliki jenis

suara yakni ideofon yang difungsikan menggunakan alat pemukul

khusus untuk memukul alat.

Page 40: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

18

Gambar 2.8 : Bende (sumber : Supriadi, 2012)

9. Gendang Melayu

Gendang melayu ini termasuk alat musik yang berasal dari daerah

kepulauan Bangka Belitung yang mempunyai jenis suara

membranofon, adapun cara pemakaian yakni dengan menepuk area

lunak dengan menggunakan telapak tangan kita.

Gambar 2.9 : Gendang Melayu (sumber : Supriadi, 2012)

10. Gendang Panjang

Gendang panjang ini adalah alat musik yang berasal dari kepulauan

Riau yang memiliki jenis bunyi berupa Membranofon yang digunakan

dengan cara menepuk deangan tangan pada bagian yang lunak

gendang.

Gambar 2.10 : Gendang Panjang (sumber : Supriadi, 2012)

Page 41: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

19

11. Tehyan

Tehyan berasal dari daerah ibu kota Jakarta yang memiliki jenis suara

kordofon yang digunakan dengan cara digesek menggunakan alat

khusus dibagian dawai atau senarnya sama dengan memainkan biola.

Gambar 2.11 : Tehyan (sumber : Supriadi, 2012)

12. Angklung

Angklung termasuk alat musik yang memiliki jenis suara ideofon yang

berasal dari daerah Jawa barat dengan cara pemakaian yakni dengan

menggetarkan menggunakan tangan kita.

Gambar 2.12 : Angklung (sumber : Supriadi, 2012)

13. Gamelan

Gamelan adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa

Tengah yang memiliki jenis bunyi berupa ideofon yang digunakan

dengan cara dipukul-pukul dengan alat pemukul khusus.

Gambar 2.13 : Gamelan (sumber : Supriadi, 2012)

Page 42: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

20

14. Gendang

Gendang termasuk alat musik yang berasal dari daerah Yogyakarta

yang memiliki jenis bunyi yaitu ideofon, adapun penggunaaanya yakni

dengan cara ditepuk memakai telapak tangan pada bagian lunak

gendang.

Gambar 2.14 : Gendang (sumber : Supriadi, 2012)

15. Bonang

Bonang termasuk alat musik yang berasal dari jawa timur dengan jenis

suara yakni Ideofon yang dipukul dengan pemukul khusus.

Gambar 2.15 : Bonang (sumber : Supriadi, 2012)

16. Gendang

Gendang ini berasal dari daerah banten yang memiliki khas bunyi

berupa membranofon yang digunakan dengan cara menepuknya

memakai telapak tangan.

Gambar 2.16 : Gendang (sumber : Supriadi, 2012)

17. Gengceng

Gengceng ini adalah alat musik yang unik berasal pada daerah Bali

dengan memiliki khas bunyi yakni Ideofon yang diletakkan pada kedua

Page 43: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

21

telapak tangan lalu ditepuk sehingga bisa saling berbenturan dan dapat

mengeluarkan suara.

Gambar 2.17 : Gengceng (sumber : Supriadi, 2012)

18. Serunai

Serunai termasuk alat musik yang unik dimana berasal dari Nusa

Tenggara Barat yang berjenis suara Aerofon dengan cara ditiup lalu

nadanya dimainkan dengan menggunakan jari-jari tangan untuk

menutup lubang-lubang pada Serunai.

Gambar 2.18 : Serunai (sumber : Supriadi, 2012)

19. Sasando

Alat musik daerah sasando ini berasal dari daerah Nusa Tenggara

Timur yang berbunyi chordofon yang dipetik dengan hanya

menggunakan jari-jari di senarnya.

Gambar 2.19 : Sasando (sumber : Supriadi, 2012)

Page 44: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

22

20. Tuma

Tuma adalah alat musik yang berasal pada daerah Kalimantan Barat

yang berkhas bunyi membranofon dengan cara ditepuk menggunakan

telapak tangan kita.

Gambar 2.20 : Tuma (sumber : Supriadi, 2012)

21. Sampe

Sampe ini termasuk alat musik yang unik dan berasal dari daerah

Kalimantan timur yang memiliki jenis bunyi yakni Kordofon dengan

cara dipetik dibagian senarnya.

Gambar 2.21 : Sampe (sumber : Supriadi, 2012)

22. Japen

Japen ini adalah alat musik yang digemari oleh masrayakat yang ada

didaerah Kalimantan tengah dengan cara dipetik dibagian senarnya dan

akan menghasilkan jenis bunyi Kordofon.

Gambar 2.22 : Japen (sumber : Supriadi, 2012)

Page 45: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

23

23. Panting

Panting ini termasuk alat musik yang sangat digemari oleh masyarakat

yang ada di kalimantan selatan dengan jenis suara yang dimiliki yakni

kordofon dengan cara dipetik dibagian senarnya.

Gambar 2.23 : Panting (sumber : Supriadi, 2012)

24. Kulintang

Kulintang ini adalah alat musik yang begitu digemari oleh orang-orang

yang ada di Sulawesi utara, adapun penggunaannya dengan cara

dipukul dengan pemukul yang khusus dan akan mengeluarkan jenis

suara Ideofon.

Gambar 2.24 : Kulintang (sumber : Supriadi, 2012)

25. Ganda

Ganda termasuk alat musik yang berasal pada daerah Sulawesi tengah

yang memiliki jenis suara Membranofon, adapun cara pemakaiannya

dengan menepuk menggunaan telapak tangan pada bagian yang lunak.

Page 46: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

24

Gambar 2.25 : Ganda (sumber : Supriadi, 2012)

26. Keso

Keso merupakan alat musik yang berasal di Sulawesi Selatan yang

mempunyai jenis suara Chordofon yang digesek di bagian senar

menggunakan alat yang khusus.

Gambar 2.26 : Keso (sumber : Supriadi, 2012)

27. Ladolado

ladolado termasuk alat musik yang ada di daerah sulawesi tenggara

dengan memiliki jenis bunyi Ideopon yang dipakai dengan cara

dipukul memakai pemukul yang khusus.

Gambar 2.27 : Ladolado (sumber : Supriadi, 2012)

Page 47: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

25

28. Kecapi

Kecapi termasuk alat musik yang berada di sulawesi barat yang

mempunyai jenis suara yang khas yakni Kordofon dimana

pemakaiannya dengan cara dipetik di bagian senarnya.

Gambar 2.28 : Kecapi (sumber : Supriadi, 2012)

29. Nafiri

Nafiri merupakan salah satu alat musik yang berasal dari daerah

Maluku yang mengeluarkan suara jenis membranofon dengan cara

ditepuk menggunakan telapak tangan.

Gambar 2.29 : Nafiri (sumber : Supriadi, 2012)

30. FU

FU merupakan alat musik yang banyak ditemukan di maluku utara

dengan mengeluarkan suara yang berjenis Aerofon, adapun

penggunaannya yakni dengan cara meniup serta mengendalikan lewat

telapak tangan yang menjadi pengatur suara.

Gambar 2.30 : FU (sumber : Supriadi, 2012)

Page 48: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

26

31. Guoto

Guoto termasuk alat musik yang terkenal di Papua Barat yang

mengeluarkan jenis suara berupa Kordofon dengan cara memetik di

bagian senarnya.

32. Tifa

Tifa ini termasuk alat musik yang mengeluarkan jenis suara

membranofon dimana banyak ditemukan didaerah Papua, adapun

untuk penggunaannya dilakukand dengan cara memukul lewa telapak

tangan.

Gambar 2.31 : Tifa (sumber : Supriadi, 2012

2.6. Arsitektur Neo Vernakular

2.6.1 Pengertian Arsitektur Neo Vernakular

Dalam Zikri, 2016, Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan

elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga

elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi

dan lain-lain.

Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan

dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap

iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier).

Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti

baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan

cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen

Page 49: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

27

arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik

(konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal

yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian

sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang

lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi

setempat.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur

Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang

mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi

perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan

arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-

kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan

masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

“pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara

bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19”

Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen

arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material

lokal.

Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki

kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail

terpotong, banyak keindahan dan bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi

slogannya begitu manusiawi.

Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat

modern namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama

daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-

vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih

memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan

adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-

vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang

dikembangkan dalam bentuk modern.

Page 50: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

28

2.6.2 Ciri – Ciri Arsitektur Neo Vernakular

Dalam Zikri, 2016, Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya

“language of Post-Modern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri

Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut :

a. Selalu menggunakan atap bumbungan

Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke

tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen

pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai

elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian

yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan

dengan proporsi yang lebih vertikal.

d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern

dengan ruang terbuka di luar bangunan.

e. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak

ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih

pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas

ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend

akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

a. Pemakaian atap miring

b. Batu bata sebagai elemen local

c. Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara

unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan

unsur setempat.

Ciri-ciri :

a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim

Page 51: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

29

setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak

denah, detail, struktur dan ornamen).

b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi

juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak

yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep

dan

kriteria perancangan.

c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip

bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan

visualnya).

2.6.3 Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular

Dalam Zikri, 2016, Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur

Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu :

a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan

adaptif

terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari

bangunan sekarang.

b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan

yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan

arsitektur.

c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan

lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim

d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,

bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur

e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi

kondisi yang akan datang.

2.6.4 Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular

Dalam Zikri, 2016, Neo vernakular berbeda dengan tradisional maupun

vernakular, ketiganya memiliki karakteristik dan prinsip yang berbeda.

Berikut adalah perbandingan antara tradisional, vernakular, dan neo

vernakular.

Page 52: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

30

Tabel 2.1 : Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular

Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular

Ideologi

Terbentuknya

oleh tradisi yang

diwariskan

secara turun-

temurun,

berdasarkan

kultur dan

kondisi lokal.

Terbentuknya

oleh tradisi turun

temurun tetapi

terdapat

pengaruh dari

luar baik fisik

maupun non

fisik, bentuk

perkembangan

arsitektur

tradisional.

Penerapan elemen

arsitektur yang

sudah ada dan

kemudian sedikit

atau banyaknya

mengalami

pembaruan menuju

suatu karya yang

modern.

Prinsip

Tertutup dari

perubahan

zaman, terpaut

pada satu kultur

kedaerahan dan

mempunyai

peraturan dan

norma-norma

keagamaanyang

kental.

Berkembang

setiap waktu

untuk

merefleksikan

lingkungan,

budaya dan

sejarah dari

daeah dimana

arsitektur

tersebut berada.

Transformasi

dari situasi

kultur homogen

ke situasi yang

lebih heterogen.

Aritektur yang

bertujuan

melestarikan

melestarikan unsur-

unsur lokal yang

telah terbentuk

secara empiris oleh

tradisi dan

mengembangkannya

menjadi suatu

lenggam yang

modern. Kelanjutan

dari arsitektur

vernakular.

Bentuk desain lebih

Page 53: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

31

Ide Desain

Lebih

mementingkan

fasad atau

bentuk, ornamen

sebagai suatu

keharusan.

Ornamen sebagai

pelengkap, tidak

meninggalkan

nilai-nilai

setempat tetapi

dapat melayani

aktifitas

masyarakat di

dalam.

modern.

(sumber : Zikri, 2016)

Dalam hal ini, pengertian vernakular arsitektur sering juga disamakan

dengan arsitektur tradisional dan dapat diartikan bahwa secara konotatif

kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma

adat istiadat atau pewaris budaya yang turun temurun dari generasi ke

generasi. Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil seni budaya

tradisional, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup

manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan lahir batin.

Di dunia global, kata tradisional sering digunakan untuk membedakan

dengan modern. Di indonesia, sebutan yang berasal dari kata belanda

“traditionell Architectur”, pada waktu itu istilah ini diberikan untuk

karya-karya arsitektur asli daerah di indonesia, salah satu alasannya adalah

untuk membedakan jenis arsitektur yang timbul dan berkembang dan

merupakan karakteristik suku-suku bangsa di indonesia dari jenis

arsitektur yang tumbuh dan berkembang atas dasar pemikiran dan

perkembangan arsitektur di Eropa, khususnya arsitektur kolonial Belanda.

Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang di indonesia sama artinya

dengan adat, kata adat ini di adopsi dari bahasa Arab. Sehingga seringkali

Page 54: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

32

bangunan tradisional disebut dengan “rumah adat”. Pada prinsipnya, baik

di dunia global dan indonesia, kata tradisional diartikan sebagai sesuatu

yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Selain itu istilah-istilah lain sering bersentuhan arti dan maknanya dengan

vernakular arsitektur yaitu arsitektur rakyat (folk architecture), arsitektur

lokal atau kontekstual (indigenous architecture) bahkan ada juga yang

kemiripan dengan arsitektur alamiah (spontanous architecture). Secara

garis arsitektur rakyat diartikan sebagai arsitektur yang menyimbolkan

budaya suatu suku bangsa dengan beberapa atribut yang melekat

dengannya. Sementara itu, arsitektur lokal atau kontekstual, adalah

arsitektural yang beradaptasi dengan kondisi budaya, geografi, iklim dan

lingkungan, dan arsitektur alamiah adalah arsitektur yang dibangun oleh

satu masyarakat berdasarkan proses alamiah seperti kebutuhan dasar

manusia.

Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip asrsitektur Neo-

vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan

sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti

penghawaan, pencahayaan alamiah, antisipasi terhadap regionalisme yang

merupakan aspek mendasar. Dalam pendekatan ini arsitektur Neo

Vernakular yang digunkan adalah arsitektur tradisional aceh.

2.6.5 Perbandingan Neo Vernakular dengan Regionalisme

Dalam Zikri, 2016, Neo vernakular dan regionalisme adalah dua

pendekatan yang berbeda tetapi banyak yang bingung menganai

perbedaannya karena bila tidak didalami, keduanya terlihat sangat mirip.

Berikut adalah perbandingan antara Regionalisme dan Neo Vernakular.

Page 55: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

33

Tabel 2.2 : Perbandingan Neo Vernakular dengan Regionalisme

Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular

Pengertian

Region adalah daerah dan

isme adalah paham, jadi

faham bersifat kedaerahan.

Neo berarti baru, masa

peralihan dan vernakular

adalah native/asli/bahasa

setempat, jadi peralihan dari

bentuk setempat.

Ideologi

Menciptakan arsitektur

yang kontekstual yang

tanggap terhadap kondisi

lokal dan senantiasa

mengacu pada tradisi,

warisan sejarah serta makna

ruang dan tempat.

Fokus kepada penerapan

elemen arsitektur yang sudah

ada dari hasil vernakular dan

kemudian sedikit atau

banyaknya mengalami

pembaruan menjuru suatu

karya yang modern.

Prinsip

Mengarah pada pemenuhan

kepuasan dan ekspresi jati

diri yang mengacu pada

masa lalu, sekarang dan

masa yang akan datang dan

masih tergantung pada

vernakularisme.

Arsitektur yang bertujuan

melestarikan unsur-unsur lokal

yang telah terbentuk secara

empiris oleh tradisi dan

mengembangkannya menjadi

suatu lenggam yang modern

dan kelanjutan dari arsitektur

vernakular.

Page 56: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

34

Konsep

Desain

Masih cenderung hanya

meniru bentuk fisik, ragam

dan gaya-gaya tradisional

yang sudah dimiliki oleh

masyarakat setempat.

Bentuk desain lebih modern

dan mencoba menampilkan

karya baru

kriteria

Menggunakan bahan

bengunan lokal dengan

teknologi modern. Tanggap

dalam mengatasi pada

kondisi iklim setempat

mengacu pada tradisi,

warisan sejarah serta makna

ruang dan tempat. Mencari

makna dan substansi

kultural, bukan gaya/style

sebagai produk akhir

Bentuk bentuk menerapkan

unsur budaya, lingkungan

termasuk iklim setempat

diungkapkan dalam bentuk

fisik arsitektural (tata letak

denah, detail, struktur dan

ornamen) tidak elemen fisik

yang diterapkan dalam bentuk

modern, tetapi juga elemen

nonfisik yaitu budaya pola

pikir, kepercayaan, tata letak

yang mengacu pada makro

kosmos, religius dan lainnya

menjadi konsep dan kriteria

perancangan. Produk pada

bangunan ini tidak murni

menerapkan prinsip-prinsip

bangunan vernakular

melainkan karya baru

(mengutamakan penampilan

visual)

(sumber : Zikri, 2016)

Dalam prinsip perancangan Henri M.P, yang mencoba memadukan

kekuatan-kekuatan lokal berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan alam,

dimana pada bangunan yang dirancangnya. Tidak pernah menemukan

suatu karya arsitektur yang dapat mewakili ciri khas budaya san sosial

Page 57: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

35

daerah masing-masing, serta mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh

lingkungan di sekitarnya. Dengan teori-teorinya, Henri Maclaine Pont

berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada.

Dalam membangun suatu bangunan, Henri M.P, memegang teguh

beberapa filsafat arsitektur yang menginginkan agar keberadaan bangunan

dapat menjadi bagian dari lingkungan sekitar bangunan tersebut dengan

sangat memperhatikan tentang iklim dan masyarakat sekitar bangunannya.

Sehingga dapat memperhatikan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat

setempat.

Teori Henri M.P, kaidah arsitektur yang pernah ditampilkan pada karya-

karyanya adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan pada faktor budaya dan alam dimana ia membangun

sehingga karya arsitektural merupakan jawaban dari kebutuhan sosial.

2. Pada setiap karya arsitektural harus dapat tercermin adanya hubungan

yang logis antara bangunan dengan lingkungannya.

3. Menggali akar budaya arsitektur klasik, dikaji dan kemudian

dipadukan

dengan arsitektur modern.

Falsafah adaptasi regionalisme yaitu adanya dialog antara tradisional dan

modern. Struktur bangunan dapat berkembang mengikuti teknik dan

metode baru, namun ungkapan arsitektural tetap dalam semangat tempat

dan budaya lokal. Henri M.P, memberikan penekanan pada kesatuan

antara bentuk, fungsi dan kontruksi. Sebagai ungkapan spiritual dari suatu

kelompok masyarakat, maka gaya arsitektur harus mempunyai jawaban

dari kebutuhan sosial masyarakat tersebut.

2.6.6 Tokoh Arsitek Neo Vernakular

a. Sir Edwin Landseer Lutyens

Menurut Zikri, 2016, Sir Edwin Landseer Lutyens lahir di London pada

tahun 1869 dan meninggal tujuh puluh lima tahun kemudian. Gaya

berarsitekturnya mengalami banyak perubahan dari “Art and Craft pada

abad 19, ke gaya lebih klasik pada awal 2000-an, lalu percampuran

Page 58: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

36

antara gaya eropa dan Indian di 1920-an. Karya karya Sir Edwin

Landseer Lutyens antara lain adalah British Embassy di Washington,

the Vicecory’s House di New Delhi, Kastil Drogo di Devon, Gereja,

komplek perkantoran, monument , the Cenotaph di Whitehall dan masih

banyak lagi.

Gambar 2.32 : Sir Edwin Landseer Lutyens (sumber : search engine google.com

dengan kata kunci Sir Edwin Landseer Lutyens )

b. Aldo van Eyck

Menurut wikipedia, 2016, Aldo van Eyck lahir pada 16 maret 1918 dan

meninggal pada 14 januari 1999. Aldo van Eyck adalah seorang arsitek

dari Belanda yang paling berpengaruh pada pergerakan arsitektur

Strukturalism. Aldo van Eyck adalah anggota di CIAM dan di tahun

1954 adalah salah satu pendiri dari “Team 10”. Van Eyck belajar di

seluruh eropa dan amerika utara mengemukakan untuk menolak

Functionalism dan menyoroti kurangnya orisinalitas dalam kebanyakan

Post-war Modernism. Posisi Van Eyck sebagai co-editor pada forum

Dutch Magazine membantu mempublikasikan “Team 10” untuk

mengembalikan “humanism within Architectural design. Aldo van

Eyck menerima penghargaan RIBA Royal Gold Medal di tahun 1990.

Karya-karya Aldo van Eyck antara lain Housing for the Elderly di

Amsterdam, Amsterdam Orphanage, Primary School di

Noordoostpolder, Hubertus House di Amsterdam, ESA-ESTEC

restaurant and conference centre di Noordwijk.

Page 59: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

37

Gambar 2.33 : Aldo van Eyck (sumber : search engine google.com dengan kata kunci

Aldo Van Eyck)

c. Joseph Esherick

Menurut wikipedia, 2016, Joseph Esherick adalah seorang arsitek dari

Amerika yang lahir pada 28 Desember 1914 di Philadelphia,

Pennsylvania. Joseph Esherick adalah lulusan dari University of

Pennsylvania pada tahun 1937, praktek kerja di San Francisco Bay Area

pada 1953 dan menjadi dosen di University of California selama

beberapa tahun. Joseph Esherick pernah menerima penghargaan AIA

Gold Medal pada tahun 1989. Mewarisi tradisi arsitektur the Bay Area

dari tokoh seperti Bernard Maybeck dan William Wurster, desain

Esherick untuk ratusan rumah selama karirnya memperhatikan regional

traditions, site requirements, dan user needs. Karya-karya Joseph

Esherick antara lain House at Kentwoodlands di California, Cary House,

Bermak house, Garfield School di San Francisco, Flora Lamson Hewlett

Library, Silver Lake Lodge di Utah, Hermitage Condominiums di San

Francisco, dan masih banyak lagi.

Gambar 2.34 : Joseph Esherick (sumber : search engine google.com dengan kata kunci

Joseph Esherick)

Page 60: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

38

2.6.7 Contoh Bangunan Neo Vernakular

a. Kampus Institut Teknologi Bandung

Menurut wikipedia, Keunikan kampus ITB Ganesha dengan

bangunan-bangunan lamanya dan kerimbunan pepohonannya, tetap

dapat dinikmati hingga saat ini. Bangunan utama kampus pada masa

kolonial, yakni aula Barat dan aula Timur yang dirancang oleh Ir.

Henri MacLaine Pont merupakan sebuah eksperimen seni bangunan

dalam memadukan langgam arsitektur tradisional nusantara dengan

kemajuan teknik konstruksi modern. Meskipun di beberapa bagian

kampus telah terjadi penambahan dan pembuatan gedung-gedung

baru sebagai bagian dari upaya mengakomodasi kebutuhan baru

dalam kegiatan belajar mengajar. Walaupum dibangun dalam

bermacam gaya, ada beberapa konsep yang masih dipegang teguh

dalam pengembangan kampus ITB sesuai rancangan awal master

plan yang dibuat Ir. Henri Maclaine Pont – arsitek pertama kampus

ini yaitu :

1) Sumbu imajiner poros utara-selatan yang membagi dua kampus

dengan vista ke arah Gunung Tangkuban Perahu.

2) Selasar penghubung bangunan dengan jejeran kolom berbentuk

silinder.

3) Penggunaan batu alam pelapis dinding dan kolom selasar, serta

penutup atap dengan berbentuk “julang ngapak” pada gedung-

gedung yang dibangun di kawasan pelestarian.

4) Fleksibilitas penggunaan ruang/gedung tertentu.

Gambar 2.35 : Kampus ITB (sumber : search engine google.com dengan kata

Kampus ITB)

Page 61: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

39

b. Bandara Internasional Soekarno Hatta

Berada di daerah sub urban kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta

orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Sebagian besar

berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa baja) yang diekspose. Unit-

unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat

tropikal, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar

matahari. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur Joglo dalam

dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem

konstruksinya tidak berbeda dari soko guru dan usuk, dudur, takir,

dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa. Penggunaan kayu yang

diterapkan pada kolom-kolom di ruang tunggu memberikan kesan

yang modern namun natural.

Gambar 2.36 : Bandara Internasional Soekarno Hatta (sumber : search engine

google.com dengan kata kunci Bandara Soekarno Hatta)

Pendekatan Pemikiran Rancangan :

Bandara Soekarno Hatta ini merupakan bangunan neo vernakular

yang dengan sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya

seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap joglo dan atap pelana

yang banyak digunakan pada bangunan tradisional Indonesia.

penggunaan material modern yang berkesan natural pada kolom-

kolom bangunan ini dapat diterapkan pada bangunan bandara agar

terlihat kesan kedaerahan namun modern.

Page 62: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

40

Selain itu penerapan konsep arsitektur setempat dalam penggunaan

tata ruang yang linear yang dipadu dengan teknologi modern cocok

diterapkan pada bandara, agar dapat terciptanya suatu bangunan

modern yang masih memiliki image daerah, seperti Ulee Gajah pada

sambungan balok-kolom yang saling menembus yang banyak

terdapat pada bangunan tradisional aceh.

c. Bandara Internasional Minangkabau

Gambar 2.37 : Bandara Internasional Minangkabau (sumber : search engine

google.com dengan kata kunci Bandara Minangkabau)

Bangunan ini terletak di provinsi Sumatra Barat yang merupakan

salah satu bangunan neo vernakular. Memiliki fungsi sebagai tempat

lepas landas, mendarat, dan pergerakan di darat pesawat udara,

dengan kapasitas mencapai 1,3 juta, dua kali lipat lebih dari yang

ditargetkan pad atahun 2010 yaitu 622.000 penumpang. Bandar udara

ini merupakan bandar udara pertama dan satu-satunya di dunia yang

memiliki nama suatu suku atau etnik dimana dinamakan sesuai

dengan etnik yang mendiami provinsi Sumatra Barat yaitu

Minangkabau. Bangunan ini sangat lekat sekali dengan budaya

minangkabau.

Bandara ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional

minangkabau yang menggunakan atap gonjong atau bagonjong

dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk

kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai

puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti

Page 63: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

41

dengan atap seng. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas

sekali dipadukan dengan material yang modern menjadikan bandara

Internasional Minangkabau ini terlihat modern namun tetap memiliki

ciri khas daerah Minangkabau yang terletak pada atapnya.

Gambar 2.38 : Bandara Internasional Minangkabau (sumber : search engine

google.com dengan kata kunci Bandara Minangkabau)

Penerapan tema neo vernakular pada Bandara Internasional

Minangkabau ini mengambil konsep vernakular dari rumah

tradisional Padang dengan sangat jelas terdapat pada atap gonjong

atau bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang

menyerupai tanduk kerbau.

d. Kantor Bupati Kabupaten Kampar

Kantor Bupati Kabupaten Kampar berada di kompleks kantor

pemerintah kabupaten Kampar di bukit Candika kota Bangkinang,

daerah ini merupakan kompleks terpadu kantor pemerintahan

kabupaten Kampar yang baru dimana sebelumnya kantor bupati

Kampar berada di jalan SM. Amin. Karena berada di jalan lintas

Sumatra, pemindahan kantor pemerintah ke tempat yang lebih luas

dan berada jauh dari aktivitas perdagangan serta jalan lintas,

pemindahan ini juga bisa memicu perkembangan kota Bangkinang

lebih besar lagi. Tidak terfokus di daerah yang lama saja sehingga

akan menyebabkan kesamarataan kota. Kompleks kantor pemerintah

secara langsung maupun tidak langsung meniru konsep kantor

Page 64: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

42

pemerintah di negara malaysia yang semua kantor pemerintah

dibangun di dalam satu kompleks agar lebih mudah untuk segala

urusan.

Gambar 2.39 : Kantor Bupati Kampar (sumber : search engine google.com dengan

kata kunci Kantor Bupati Kampar)

Kantor Bupati Kabupaten Kampar ini berada di kompleks

Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kampar. Di sekitar kantor

bupati ini juga terdapat beberapa kantor dinas, kantor DPRD

Kabupaten Kampar dan juga Gedung Olahraga. Kampar sebagai

kabupaten senior yang bukan kabupaten pemekaran cukup berani

juga menganggarkan pembangunan kantor baru.

Kantor baru bupati Kampar ini terlihat megah dengan arsitektur

lokal yang dipadukan dengan arsitektur modern. Di depan kantor

bupati ini juga dilengkapi sebuah kolam renang yang cukup besar.

Penerapan konsep arsitektur neo vernakular dari rumah tradisional

Kampar yang sangat jelas terlihat pada bentuk perabung

(bubungan) atapnya melentik mengarah langit.

Page 65: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

43

Gambar 2.40 : Kantor Bupati Kampar (sumber : search engine google.com dengan

kata kunci Kantor Bupati Kampar)

2.7. Studi Kasus

2.7.1 Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Studi pada kampus ISI yogyakarta bertujuan untuk mengetahui gambaran

umum sebuah pendidikan musik, dalam hal ini fasilitas, bentuk dan

tampilan bangunan, pola tatanan masa serta perancangan ruang bangunan

seni musik.

a. Lokasi

Kampus ISI Yogyakarta berada di atas tanah seluas 18 hektar yang

berlokasi di sebelah selatan pusat kota Yoyakarta, tepatnya di Jl.

Parangtritis KM. 6 Sewon, Bantul. Di atas tanah tersebut berdiri

fasilitas umum, pendidikan dan fasilitas penunjang.

Gambar 2.41 : Lokasi kampus ISI (sumber : Google Earth)

Page 66: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

44

b. Jurusan Seni Musik ISI Yogyakarta

1. Program Ruang Jurusan Seni Musik

Tabel 2.3 : Program Ruang Jurusan Seni Musik

No Ruang Besaran Ruang

1. Ruang Kuliah 4m x 7m

2. Ruang Studio 3m x 4m

3. Ruang Perkusi 3m x 4m

4. Ruang Gesek 3m x 4m

5. Ruang Praktek 3m x 4m

6. Ruang Piano 2m x 4m

7. Ruang Piano 2 5m x 5m

8. Ruang Dosen ±4m x 7m

9. R. Penyimpanan

Alat Musik

Orkestra

±3m x 7m

10. Auditorium ±20m x 10m

11. Mushola ±3m x 3m

12. Kantin ±2m x 3m

(sumber : data pribadi, 2016)

2. Denah Jurusan Seni Musik

Gambar 2.42 : Sketsa denah ruang jurusan seni musik lantai 1 (sumber

: data pribadi, 2016)

Page 67: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

45

Gambar 2.43 : Sketsa denah ruang jurusan seni musik lantai 2 (sumber

: data pribadi, 2016)

Gambar 2.44 : Sketsa denah ruang jurusan seni musik lantai 3 (sumber

: data pribadi, 2016)

Gambar 2.45 : Sketsa denah ruang jurusan seni musik lantai 4 (sumber

: data pribadi, 2016)

Page 68: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

46

3. Organisasi Ruang

Main Entrance

Mushola

Ruang Studio Ruang Kuliah Auditorium Ruang Penyimpanan Alat

Musik

R. Piano R. Piano 2 Ruang Dosen

Kantin

R Perkusi Ruang Gesek

Ruang Praktek

4. Hasil Studi Banding di Jurusan Seni Musik Institut Seni

Indonesia Yogyakarta

Dari hasil studi banding ke Institut Seni Indonesia Yogyakarta,

penulis memperoleh data-data tentang kebutuhan ruang dan

besaran ruang yang ada pada gedung jurusan seni musik Institut

Seni Indonesia Yogyakarta. Berikut adalah hasil studi banding

yang dilakukan oleh penulis :

(a) Auditorium

Auditorium jurusan seni musik ini lebih berfungsi sebagai

tempat pertunjukan bagi mahasiswa jurusan seni musik sendiri,

karena jurusan seni musik tidak memiliki concert hall sendiri.

Concert Hall hanya disediakan untuk skala Institut Seni

Indonesia. auditorium jurusan seni musik ini berukuran ±20m

x 10m, tidak terlalu besar namun cukup untuk mementaskan

Page 69: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

47

suatu pertunjukan musik skala lokal jurusan seni musik.

Kondisi auditorium bisa dilihat pada gambar 2.46.

Gambar 2.46 : Auditorium (sumber : data pribadi, 2016)

(b) Ruang Kelas

Ruang kelas pada jurusan seni musik ini berukuran 4m x 7m

yang bisa menampung sekitar 40 mahasiswa. Seperti ruang

kelas pada umumnya, di ruang kelas jurusan seni musik ini

memiliki fasilitas papan tulis sebagai media mengajar dan juga

terdapat piano di setiap ruang kelasnya. Dipilih piano sebagai

alat musik yang wajib ada dalam setiap kelas karena piano

dianggap sebagai alat musik yang general.

Gambar 2.47 : Ruang Kelas (sumber : data pribadi, 2016)

(c) Ruang Dosen

Ruang dosen pada jurusan seni musik terlihat seperti ruang

dosen pada umumnya, hanya terdapat meja dan kursi sebagai

elemen pada ruang. Kondisi ruang dosen dapat dilihat pada

gambar 2.48.

Page 70: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

48

Gambar 2.48 : Ruang Dosen (sumber : data pribadi, 2016)

(d) Ruang Studio

Tidak seperti studio musik yang biasanya memakai peredam

suara dan tertutup, ruang studio di jurusan seni musik Institut

Seni Indonesia terkesan seperti ruang kelas biasa,

perbedaannya hanya terdapat seperangkat alat musik di

dalamnya yang memang diperuntukkan sebagai media

mahasiswa untuk berlatih dan belajar.

Gambar 2.49 : Ruang Studio (sumber : data pribadi, 2016)

(e) Ruang Praktek

Ruang praktek ini difungsikan sebagai tempat praktek yang

sifatnya personal, jadi ruang ini hanya khusus bagi mahasiswa

yang ingin praktek bermain alat musik secara personal

didampingi oleh dosen. Karena bersifat personal, ruang

praktek ini berdimensi tidak terlalu besar, hanya sekitar 3m x

4m. Pada dinding ruang praktek ini dilapisi gypsum dengan

aksen lubang-lubang yang difungsikan untuk meredam suara,

tetapi tidak terlalu efektif dikarenakan ruang masih tergolong

Page 71: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

49

terbuka. Untuk lebih jelas ruang praktek dapat dilihat pada

gambar 2.50.

Gambar 2.50 : Ruang Praktek (sumber : data pribadi, 2016)

(f) Ruang Perkusi

Ruang Perkusi mempunyai fungsi khusus yaitu sebagai ruang

praktek untuk alat musik perkusi. Sama seperti ruang praktek,

dinding pada ruang perkusi juga dilapisi gypsum dengan akses

lubang yang berfungsi sebagai peredam suara. Dimensi ruang

perkusi ini adalah 3m x 4m.

Gambar 2.51 : Ruang Perkusi (sumber : data pribadi, 2016)

(g) Ruang Gesek

Ruang gesek juga merupakan ruang khusus yang berfungsi

sebagai ruang praktek alat musik gesek. Dimensi ruang gesek

tidak sebesar ruang perkusi karena kebanyakan alat musik

gesek berdimensi kecil tidak sebesar alat musik perkusi. Untuk

lebih jelas dapat diliat pada gambar 2.52.

Page 72: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

50

Gambar 2.52 : Ruang Gesek (sumber : data pribadi, 2016)

(h) Ruang Piano

Ruang piano merupakan ruang khusus juga seperti ruang

perkusi dan ruang gesek. Tetapi ruang piano sendiri terbagi

menjadi 2, yaitu ruang piano bagi mahasiswa yang mengambil

konsentrasi alat musik piano dan ruang piano bagi mahasiswa

yang tidak mengambil konsentrasi alat musik piano. dibagi

menjadi 2 ruang karena pada jurusan seni musik di Institut

Seni Indonesia ini mewajibkan bagi seluruh mahasiswa untuk

bisa memainkan lat musik piano. jadi bagi mahasiswa yang

tidak mengambil konsentrasi alat musik piano tetap

diwajibkan untuk belajar memainkan piano. dimensi ruang

piano bagi mahasiswa yang berkontrasi pada alat musik piano

lebih besar daripada ruang piano untuk mahasiswa diluar

konsentrasi alat musik piano.

Gambar 2.53 : Ruang Piano (sumber : data pribadi, 2016)

(i) Ruang Penyimpanan Alat Musik Orkestra

Ruang penyimpanan alat musik orkestra ini berada di samping

auditorium. Ruang ini memang khusus untuk menyimpan alat

Page 73: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

51

alat musik orkestra. Namun keadaannya bisa dibilang tidak

standart karena alat alat musik orkestra hanya ditempatkan

pada lemari yang seadanya, padahal seharusnya alat- alat

tersebut disimpan pada tempat khusus dengan pengatur suhu

untuk memastikan kondisi alat alat musik tetap terjaga

kualitasnya.

Gambar 2.54 : Ruang Penyimpanan Alat Orkestra (sumber : data pribadi,

2016)

2.7.2 Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta

Pusat kebudayaan merupakan representasi keberadaan seniman di suatu

kota. Di Yogyakarta, terdapat pusat kebudayaan yang bernama Taman

Budaya Yogyakarta. Berlokasi tidak jauh dari pasar Beringharjo, tepatnya

di jalan Sriwedani, Taman Budaya Yogyakarta selalu diramaikan oleh

berbagai kegiatan para seniman Yogyakarta.

Berdasarkan sejarahnya, Taman Budaya Yogyakarta pertama kali

dibangun di sekitar kawasan Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur pada

11 maret 1977. Kemudian diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono

IX yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden Republik Indonesia.

Saat itu, Taman Budaya Yogyakarta masih menggunakan nama Purna

Budaya. Dahulu tempat ini didedikasikan untuk membina, memelihara,

dan mengembangkan kebudayaan, serta sebagai pusat kesenian masyarakat

Yogyakarta.

Pada tahun 2002 Taman budaya Yogyakarta memasuki babak baru.

Berdasarkan kesepakatan beberapa pihak terkait, akhirnya Taman Budaya

Page 74: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

52

Yogyakarta dibangun lagi di sekitar kawasan Benteng Vredeburg. Saat

itulah Taman Budaya Yogyakarta memperkaya visi dan misinya sebagai

kantung kebudayaan dan menjadi salah satu laboratorium seni di

Indonesia.

Taman Budaya Yogyakarta memiliki dua bangunan utama, Concert Hall

Taman Budaya dan Societet Miltair. Gedung Societet Militair yang

bergaya Belanda biasa difungsikan sebagai tempat diskusi sastra,

penyelenggaraan pameran, dan pelatihan. Sedangkan gedung Concert Hall

khusus digunakan untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan

pertunjukan seni lainnya.

Gambar 2.55 : Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta

Concert Hall pada Taman Budaya Yogyakarta mampu menampung sekitar

500 penonton. Concert Hall ini memiliki fasilitas pendukung yang cukup

lengkap seperti ruang operator, back stage dan juga sistem utilitas untuk

keperluan pertunjukan. Untuk menunjang akustik, dinding pada Concert

Hall Taman budaya Yogyakarta dilapisi papan kayu dengan pemasangan

selang seling menonjol dan tenggelam.

Gambar 2.56 : Dinding concert hall dilapisi papan kayu (sumber : data pribadi, 2016)

Page 75: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

53

Gambar 2.57 : sistem utilitas penunjang pertunjukan di Concert Hall TBY (sumber : data

pribadi, 2016)

Selain Concert Hall, di lantai pertama terdapat satu ruang yang cukup luas

berfungsi sebagai ruang pameran. Ruang ini biasa digunakan sebagai

tempat para seniman memamerkan karya-karyanya. Banyak acara-acara

pameran yang sering diadakan pada Taman Budaya Yogyakarta ini, baik

skala regional Yogyakarta maupun skala Nasional.

Gambar 2.58 : Ruang Pameran di Taman Budaya Yogyakarta. (sumber : data pribadi,

2016)

2.7.3 Senzoku Gakuen College of Music, Jepang

Senzoku Gakuen College of Music di Kanagawa, Jepang. Menurut

Khoirunisa, 2016, Senzoku Gakuen College of Music merupakan sekolah

musik yang berdiri sejak tahun 1924 yang menempati area tanah seluas

65.744 m2 dan luas bangunan 5.084 m2 yang baru saja mengalami renovasi

perluasan area dengan bentuk bangunan yang unik. Disamping gedung

vertikal geometris, bersanding sebuah bangunan berbentuk seperti

gelembung dengan warna silver. Bangunan gelembung yang dilapisi oleh

Page 76: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

54

7.800 panel stainless steel ini merupakan buah karya dari desainer

Kunihide Oshinomi. Senzoku Gakuen College of Music ini di desain

dengan teknologi kontemporer.

Gambar 2.59 : Senzoku Gakuen College of Music (sumber : Khoirunisa, 2016)

Gambar 2.60 : Senzoku Gakuen College of Music (sumber : Khoirunisa, 2016)

Bangunan silver mountain yang berbentuk menyerupai kubah ini memiliki

kerangka yang kuat dan menjadi ciri khas yang mengagumkan dari

kampus Senzoku Gakuen. Dengan struktur 3 lantai, bangunan ini berfungsi

sebagai ruang latihan studio utama. Bangunannya ditopang dengan

struktur beton bertulang di kombinasikan dengan batang stainless steel dan

bentuk cetakan mesh. Ukuran plat stainless steel eksterior sekitar 600mm x

400mm untuk membungkus lapisan luar bangunan. Kemudian, permukaan

kurva yang kompleks tersebut dipasangkan pelat satu per satu untuk

menutup lapisan luar.

Page 77: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

55

Gambar 2.61 : Denah Senzoku Gakuen College of Music (sumber : Khoirunisa, 2016)

Gambar 2.62 : Sekuen Interior Senzoku Gakuen College of Music (sumber : Khoirunisa,

2016)

Page 78: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

56

Gambar 2.63 : Sekuen Interior Senzoku Gakuen College of Music (sumber : Khoirunisa,

2016)

Di sisi lain gedung vertikal berwarna merah yang disebut juga Red Cliff,

berbentuk persegi panjang adalah kantor sekolah. Di gedung ini juga

terdapat lounge fakultas dan ruang duduk untuk para siswa. Dengan pola

geometris acak, fasadnya dikelilingi oleh gabungan tiga skema warna

merah.

Selain kedua gedung tersebut, ada juga bangunan ketiga yang bentuknya

begitu kecil di area sekolah. Diberi nama Cloud, penampungan cahaya

yang terbuat dari material kaca ini terletak di sisi untuk pejalan kaki utama

kampus. Secara visual Cloud menghubungkan kedua gedung sebelum anda

masuk ke pintu masuk.

Gambar 2.64 : Potongan Senzoku Gakuen College of Music (sumber : Khoirunisa, 2016)

Page 79: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

57

Bagian interior, Senzoku Gakuen College of Music masih menampilkan

desain yang memukau. Untuk bangunan silver mountain, foyernya

didesain dramatis bagaikan masuk ke dalam goa.

Di ruang latihan, dindingnya didesain bergelombang untuk menghindari

gema suara. Sementara untuk gedung Red Cliff, interiornya diisi oleh

furnitur berbentuk persegi.

2.7.4 House of Music, Aalborg

House of Music, menurut Architectaria.com, gedung pertunjukan sekaligus

sekolah musik yang berada di kota Aalborg, Denmark ini adalah karya dari

Coop Himmelb(I)au sebuah perusahaan arsitektur dari Austria. Tempat ini

diklaim sebagai salah satu tempat yang paling tenang dan cocok untuk

perhelatan pertunjukan musik simfoni di eropa.tempat ini dibuka dan

diresmikan tanggal 29 maret 2014 oleh Ratu Denmark Margrethe II. Pada

acara pembukaan ini, diselenggarakan pergelaran seni selama 13 hari

berturut-turut, mulai dari konser, pertunjukan seni, film, dan atraksi

kembang api.

Gambar 2.65 : House of Music (sumber : Architectaria.com)

bangunan ini terletak di tepi Limfjord ( aliran air yang menjadi batas kota )

dan dirancang oleh Coop Himmelb(I)au sebagai pusat budaya. Di

bangunan ini terdapat venue untuk konser musik dengan kapasitas

penonton mencapai 1300 orang.

Para arsitek yang terlibat dalam pembangunan proyek ini bekerja sama

dengan konsultan akustik untuk mengembangkan sebuah auditorium yang

besar, sehingga bisa menyajikan pertunjukan akustik yang megah.

Page 80: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

58

Bangunan ini didominasi volume yang berbentuk U, dimana di dalamnya

terdapat ruang kelas dan area latihan sebelum mengadakan konser.

Gambar 2.66 : House of Music (sumber : Architectaria.com)

Desainer utama, Wolf D. Prix mengatakan bahwa konsep gedung ini

sangat jelas terlihat dari bentuk luarnya, dimana sebuah sekolah musik

menyatu dengan gedung pertunjukan. Dilihat dari sisi eksternal, bagian

fasadnya memiliki karakter volume boxy, kanopi dengan atap yang

bergelombang, jendela sirkuler, dan kisi-kisi pada dindingnya yang

berperan sebagai glazing, menciptakan efek mengkilat yang menambah

kesan eksklusif bangunan ini. Menurut Prix, desain ini dimaksudkan untuk

mengkombinasikan karakter musik dan arsitektur, sehingga merangsang

kreatifitas siswa untuk terus berkarya.

a. Bagian Bangunan

1. Atrium

Pengunjung yang ingin memasuki bangunan ini harus melewwati

sebuah atrium yang tingginya hampir 5 lantai dengan menapaki

sebuah tangga yang berkelok-kelok hingga ke bagian pusatnya.

Tangga ini menjadi akses bagi pengunjung yang ingin berpindah dari

satu lantai ke lantai yang lain.

Page 81: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

59

Gambar 2.67 : Atrium House of Music (sumber : Architectaria.com)

Jendela jendela yang terpasang di dalam interior menawarkan

pemandangan auditorium secara sekilas yang bisa diamati dari ruang

di sekitarnya. Ada juga tiga ruang pertunjukan yang berukuran lebih

kecil dari auditorium dan terletak di bawah serambi.

Pipa-pipa berisi air disalurkan melalui papan pada lantai yang

berfungsi sebagai penghangat ruangan di musim dingin sekaligus

sebagai pendingin ruangan di musim panas. Suhu dan aliran air akan

dikendalikan oleh sistem manajemen bangunan.

2. Concert Hall

Bentuk auditorium yang bergelombang dan sedikit melengkung

terlihat sangat kontras dengan fasad bangunan, yang memiliki karakter

yang sedikit kaku dan tegas. Penataan kursi orkestra pada balkon

disusun sedemikian rupa guna menampilkan performa akustik yang

terbaik. Konsep akustik yang sangat kompleks ini dikembangkan

bekerjasama dengan Tateo Nakajima di Arup.

Gambar 2.68 : Concert Hall House of Music (sumber : Architectaria.com)

Page 82: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

60

Struktur desain amorf plester pada dinding dan langit-langitnya dibuat

berdasarkan perhitungan yang tepat oleh ahli dalam bidang akustik

guna memastikan pengunjung bisa menikmati alunan musik dengan

optimal. Concert Hall pada House of Music menjadi salah satu tempat

yang paling tenang dan tempat untuk penyelenggaraan musik simfoni

di eropa dengan penurunan tingkat kebisingan hingga mencapai level

terendah. Berkat kualitas arsitektur yang dipandu dengan teknik

akustik yang baik, tak heran banyak konser-konser besar sudah

mengantri untuk diselenggarakan di balai ini.

3. Serambi

Serambi berfungsi sebagai tempat pertemuan bagi siswa, seniman,

guru, dan pangunjung. Di sini mereka akan disuguhkan pemandangan

bangunan setinggi 5 lantai, balkon, jendela berukuran raksasa, serta

pemandangan Fjord. Dengan konsep seperti ini, tak heran bangunan

ini dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan.

b. Konsep efisiensi energi House of Music

House of Music ini menggunakan konsep efisiensi energi. Seperti

yang sudah disebutkan di atas, bangunan ini tidak menggunakan fan (

kipas angin ) untuk menjaga sirkulasi udara, melainkan dengan

menggunakan pipa-pipa berisi air yang dikontrol suhunya. Dinding

yang terbuat dari beton disekitar concert hall bertindak sebagai

mekanisme penyimpanan tambahan untuk energi termal. Fjord di sini

juga difungsikan sebagai pendingin alami yang tentunya tidak

membutuhkan biaya perawatan.

Gambar 2.69 : Tampak House of Music (sumber : Architectaria.com)

Page 83: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

61

Pipa dan ventilasi udara dilengkapi dengan heat exchangers yang

berputar secara otomatis. Sistem ventilasi udara dengan hembusan

angin berintensitas rendah terpasang di bawah kursi di ruang konser.

Udara diekstrak melalui langit-langit di atas sistem pencahayaan

sehingga panas yang dihasilkan tidak akan menaikkan suhu udara di

ruangan ini. Bangunan ini juga dilengkapi dengan sistem manajemen

yang terkontrol guna memastikan tidak ada sistem atau perangkat

yang menyala saat tidak dibutuhkan. Dengan demikian, konsumsi

energi bisa dikurangi.

Page 84: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN

LOKASI

3.1 Tinjauan Kota Bandung

3.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah

Kota Bandung terletak pada posisi 107º36’ Bujur Timur dan 6º55’

Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha.

Perhitungan luasan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kota

Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kota Daerah Tingkat II Bandung sebagai

tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987

tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Daerah Tingkat II Bandung

dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa

daerah kabupaten/kota lainnya, yaitu:

1. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan

Kabupaten Bandung Barat;

2. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan

Kota Cimahi;

3. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan

4. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Gambar 3.1 : Peta Bandung (sumber : search engine google.com

dengan kata kunci Peta Kota Bandung)

62

Page 85: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

63

Secara morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah

“Cekungan Bandung”, yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha.

Secara administratif, cekungan ini terletak di lima daerah

administrasi kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten

Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan 5

Kecamatan yang termasuk Kabupaten Sumedang.

3.1.2 Kondisi Topografi

Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan

laut (dpl). Titik tertinggi berada di daerah utara dengan ketinggian

1.050 m dpl, dan titik terendah berada di sebelah selatan dengan

ketinggian 675 m dpl. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan

permukaan tanahnya relatif datar, sedangkan di wilayah kota

bagian utara permukaannya berbukit-bukit. Wilayahnya yang

dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung menjadi

semacam cekungan (Bandung Basin).

3.1.3 Kondisi Geologi

Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas

lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis

material di wilayah bagian utara umumnya jenis tanah andosol,

sedangkan di bagian selatan serta timur terdiri atas jenis aluvial

kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat

tersebar jenis tanah andosol. Secara geologis Kota Bandung berada

di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh Gunung Berapi yang

masih aktif dan berada di antara tiga daerah sumber gempa bumi

yang saling melingkup, yaitu (i) sumber gempa bumi Sukabumi-

Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi BogorPuncak-

Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-

Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang ada,

sehingga menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat

terjadi. Selain itu Kota Bandung yang berpenduduk banyak dan

Page 86: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

64

padat serta kerapatan bangunan yang tinggi juga berisiko tinggi

pada berbagai bencana.

3.1.4 Kondisi Klimatologi

Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di

sekitarnya. Namun pada beberapa tahun terakhir mengalami

peningkatan suhu, serta musim hujan yang lebih lama dari

biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan

dirasakan lebih lama terjadi di Kota Bandung. Secara alamiah,

Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk. Selama tahun

2014 tercatat suhu rata rata tertinggi di kota Bandung mencapai

24,70º C yang terjadi di bulan Oktober. Suhu rata rata terendah di

Kota Bandung pada tahun 2014 adalah 22,50º C yaitu pada bulan

Januari. Kondisi temperatur rata - rata Kota Bandung pada tahun

2014 dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 3.1 : Temperatur rata-rata kota Bandung

Bulan Temperatur (ºC)

max min Rata-rata

Januari 27 20.20 22.50

Februari 27.80 20.20 22.90

Maret 29 20 23.30

April 29.60 20.40 23.70

Mei 29.40 20 23.50

Juni 28.90 19.90 23.50

Juli 28.70 19.30 23

Agustus 29 18.80 23.10

September 30.60 18.30 23.70

Oktober 30.90 19.50 24.20

November 29.60 19.90 23.60

Desember 29.10 20.70 23.70

Page 87: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

65

Tahunan 29.10 19.80 23.40

(sumber : BPS kota Bandung)

Curah hujan tertinggi di kota Bandung pada tahun 2014 terjadi di

bulan Maretyaitu sebesar 418,70 mm. Sementara curah hujan

terendah terjadi di bulan September sebesar 0,60 mm. Temperatur

ini dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan laut, lingkungan

pegunungan atau cekungan dan berbagai danau besar yang terletak

di sekitarnya. Namun pengukuran kualitas udara ambien (SO2, CO,

NOx, O3, HC, Pb, dan debu) di beberapa tempat menunjukkan

masih terdapat parameter yang mendekati dan bahkan melebihi

Baku Mutu (BM).

Semakin sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta

meningkatnya pencemaran udara karena aktivitas penduduk

berkontribusi dalam meningkatkan iklim mikro di Kota Bandung.

Aktivitas pencemar yang tergolong besar adalah dari pertumbuhan

jumlah kendaraan. Selain pertumbuhan jumlah kendaraan,

keberadaan jalan Tol Cipularang turut meningkatkan jumlah

kendaraan menuju Kota Bandung. Hasil penelitian Departemen

Teknik Lingkungan ITB, menunjukkan bahwa keberadaan tol

Cipularang telah berimplikasi terhadap kualitas udara di Kota

Bandung. Di titik masuk Kota Bandung seperti gerbang tol Pasteur

dan jembatan Cikapayang, kandungan CO rata-rata pada hari

Page 88: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

66

Jumat dan Sabtu meningkat sekitar 38% (di hari normal sekitar

1.800 kg/hari menjadi 2.500 kg/hari pada Jumat dan Sabtu),

sedangkan NOx meningkat 59% dan HC meningkat 50%.

Meningkatnya pencemaran udara di Kota Bandung juga

dipengaruhi oleh tidak terawatnya mesin kendaraan. Data BPLH

Kota Bandung menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji emisi gas

buang kendaraan bermotor, lebih dari 60% kendaraan berbahan

bakar solar tidak memenuhi baku mutu emisi, sementara untuk

yang berbahan bakar bensin berfluktuasi dari sekitar 10% hingga

52%.

3.1.5 Kondisi Penduduk

Kota Bandung menurut data Badan Statistik pada tahun 2014

memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.470.802 jiwa dengan

komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.248.478 jiwa dan

penduduk perempuan sebanyak 1.222.324 jiwa.

3.1.6 Kondisi Pendidikan

Manusia yang berkualitas, bermutu serta mampu bersaing dalam

menghadapi jaman merupakan hasil dari proses pendidikan baik

pendidikan formal maupun informalnya berkualitas. Penduduk

yang bermutu akan mampu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan

pembangunan. Berikut adalah data penduduk 10 tahun ke atas

menurut jenis kelamin dan ijazah tertinggi yang dimiliki di kota

Bandung tahun 2014 :

Page 89: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

67

Tabel 3.2 : Penduduk 10 tahun ke atas menurut jiazah tertinggi yang dimiliki di

kota Bandung tahun 2014

2014

Ijazah Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki (Jiwa) Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan

Tidak punya ijazah 103252 105380 208632

Tamat SD / MI / Sederajat 188602 243545 432147

Tamat SLTP / MTs / Sederajat 202389 214994 417383

Tamat SMU / MA / Sederajat 289184 238799 527983

Tamat SMKt/ Sederajat 93629 58308 151937

Perguruan Tinggi 163427 162438 325865

Total 1040483 1023464 2063947

(sumber : BPS kota Bandung)

3.1.7 Kondisi Pariwisata

Perbaikan infrastruktur dan fasilitas umum bagi masyarakat kota

Bandung ternyata juga telah meningkatkan daya tarik kota

Bandung bagi wisatawan untuk datang berkunjung ke kota

Bandung. Sejak tahun 2012 tren jumlah wisatawan yang datang ke

kota Bandung menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2012

wisatawan yang datang mencapai 3.354.857 orang dan meningkat

10,92 persen menjadi 3.726.447 orang pada tahun 2013. Kemudian

pada tahun 2014 mengalami peningkatan cukup drastis sebesar

49,01 persen sehingga total wisatawan yang datang mencapai

5.627.421 orang. Selain tempat hiburan yang menjadi tujuan

wisata, seperti Trans Studio Bandung dan kebun binatang

Bandung, juga menjadi tujuan wisata adalah lokasi kuliner dan

belanja yang tersebar di berbagai sudut kota Bandung.

Page 90: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

68

Gambar 3.2 : jumlah wisatawan yang datang ke kota Bandung tahun 2010 –

2014 (sumber : Data statistik daerah kota Bandung)

3.1.8 Musik dan Komunitas di Bandung

Di Bandung, hampir semua kategori wisata terdapat disini, hanya

pantai saja yang tidak ada. Mungkin harus ke Pangandaran atau

Pelabuhan Ratu untuk objek pantai yang paling dekat. Selain itu,

hampir semua jenis wisata bisa dilakukan di Bandung, termasuk

Desa Wisata Urban, Creative Tourism, Youth Tourism dan Music

Tourism.

Apabila kita focus kepada Music tourism hal ini juga berkaitan

dengan Special Interest Tourism yang sangat spesifik. Music

tourism di Bandung berbicara mengenai seni pertunjukan, produk

yang berupa karya seni music, sastra, gambar (grafis maupun

manual) dan yang paling penting adalah manusia sebagai

penggerak ide atau bias disebut dengan komunitas di dalamnya.

Untuk komunitas di Bandung, yang paling vital adalah komunitas

music Ujungberung. Mereka layak disebut sebagai salah satu

penggerak wisata di Bandung. Mereka secara militant bergerak

melalui kegiatan seni, contoh yang paling mudah adalah membuat

acara musik berskala kota, tetapi mampu menarik pengunjung dari

berbagai daerah di Indonesia, dari luar Pulau Jawa bahkan

Page 91: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

69

beberapa dating dari negara tetangga. Pertunjukan music berskala

kota rutin setiap tahun dan diadakan tidak dengan satu kali

penyelengaraan saja. Dalam satu tahun bahkan terdapat beberapa

agenda event music besar, contohnya : Bandung Berisik, Bandung

Deathfest, Cimahi Bergetar, Hellprint Festival, dan yang paling

baru adalah Mari Berdanska. Beberapa acara yang disebutkan tadi

adalah sebagian dari event besar penyelenggaraan musik dari

kategori music indie di Bandung, belum ditambah dengan puluhan

event music berskala kecil (gigs). Untuk acara pertunjukan music

berskala besar biasanya mampu mendatangkan penonton diatas

10.000 orang. Hal tersebut tercatat hanya dari genre

Rock/Metal/Punk dan Ska/Reggae saja, belum termasuk genre

musik lain seperti pop, seni musik tradisional, dan yang lainnya.

Hingga saat ini di Kota Bandung terdapat lebih dari 400-an

kelompok bermusik dan masih terus bermunculan kelompok baru.

Khusus untuk perkembangan komunitas musik di Ujungberung

pada tahun 2007 sedikitnya terdapat 165 band yang khusus

beraliran Deathmetal, belum termasuk band yang beraliran lain.

Secara umum penikmat musik independen tersebut diperkirakan

mencapai 40.000 dan 20.000 diantaranya terlibat aktif dalam

komunitas musik Ujungberung yang sudah menyebar di pelosok

kota Bandung. Khusus untuk musik tradisional, tempat yang paling

terkenal di Bandung adalah Saung Angklung Ujo. Di Saung

Angklung Ujo, pengunjung tidak hanya menonton pertunjukan,

tetapi terlibat langsung dengan bermain angklung, melihat

pembuatan angklung, belajar memainkan peralatan musik arumba

dan sebagainya. Selain Saung Angklung Ujo, ada juga komunitas

Karinding Sagala Awi. Komunitas ini adalah sebuah wadah atau

jembatan bagi grup anak bangsa yang kreatif dalam pelestarian

seni budaya sunda khususnya alat musik buhun sunda yang

terancam punah keberadaannya. Komunitas yang berjumlah 5610

Page 92: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

70

orang ini sudah seringtampil mentas di berbagai event seperti

pentas di Car Free Day, Konferensi Asia Afrika, dan masih banyak

lagi.

Tabel 3.3 : Sekolah Musik di Bandung

No. Nama Sekolah Alamat

1.

Sekolah Tinggi Musik

Bandung

Jl. Lamping No.16 Cipaganti,

Bandung

2.

Purwacaraka Music Studio

Jl. Sriwijaya No.44 BKR,

Bandung

3.

Sinfonia Music School

Jl. Lembah Sarimadu Barat

No.7 Sarijadi, Bandung

4. Sakura Music Jl. Cihampelas No.19

5. Braga Music Jl. Purnawatman No.9

6. Georama Music

Jl. Sukawangi No.7

7. Irama Musik Jl. R.E Martadinata No.75

8.

Irama Majesty

Jl. Lemahnendeut

2/Suryasumentri No.97 Majesty,

Bandung.

9. Yamaha Music School Jl. Purnawarman

(Sumber : Haryanto, 2014)

3.1.9 Kriteria Pemilihan Site

Untuk menentukan site yang akan dijadikan lahan bangunan

sekolah musik tradisional daerah Indonesia perlu diperhatikan

kriteria-kriteria yang diperlukan, antara lain sebagai berikut:

a. Site berada di daerah yang berdekatan dengan area pendidikan,

fasilitas pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran, dan

Page 93: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

71

permukiman penduduk dengan sarana dan prasarana yang baik

dan memadahi.

b. Pencapaian menuju site harus mudah dan baik.

c. Luas site harus mampu menampung semua aktivitas yang ada

di Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia.

d. Kondisi Fisik lokasi yang harus mendukung perencanaan dan

perancangan bangunan serta mendukung kegiatan yang ada di

Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia.

e. Memiliki jaringan infrastruktur yang memadahi.

f. Site memiliki tingkat kebisingan yang tidak terlalu tinggi.

g. Site memiliki keamanan lingkungan.

3.1.10 Peruntukan Lahan

a. Zona Sarana Pelayanan Umum

Zona sarana pelayanan umum meliputi :

1. Sub Zona SPU Pendidikan

2. Sub Zona SPU Kesehatan

3. Sub Zona SPU Peribadatan

4. Sub Zona SPU Olahraga

5. Sub Zona SPU Transportasi

6. Sub Zona Sosial Budaya

Berdasarkan zonasi pada peraturan pemerintah kota Bandung

tentang rencana detail tata dan peraturan zonasi kota Bandung

tahun 2015, Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia yang

akan didesain oleh penulis termasuk dalam zona sarana

pelayanan umum yang termasuk ke dalam sarana pelayanan

umum pendidikan.

b. Sub Wilayah Kota

Berdasarkan hasil survei di kota Bandung telah didapatkan tiga

alternatif lahan yang salah satunya akan dijadikan site utama

untuk Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia berdasarkan

hasil penilaian. Tiga alternatif lahan tersebut masing masing

Page 94: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

72

berada pada Sub Wilayah Kota Bojonagara, Tegalega, dan

Karees. Berikut adalah sub zona sarana pelayanan umum

pendidikan pada masing masing Sub wilayah Kota yang akan

menjadi site utama Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia

:

1) SWK Bojonagara

Sub zona sarana pelayanan umum pendidikan pada SWK

Bojonagara seluas kurang lebih 99,32 hektar dengan sebaran

yaitu :

1) Blok Kebon Jeruk Kecamatan Andir;

2) Blok Ciroyom Kecamatan Andir;

3) Blok Dunguscariang Kecamatan Andir;

4) Blok Arjuna Kecamatan Cicendo;

5) Blok Garuda Kecamatan Andir;

6) Blok Maleber Kecamatan Andir;

7) Blok Pasirkaliki Kecamatan Cicendo;

8) Blok Pamoyanan Kecamatan Cicendo;

9) Blok Sukabungah Kecamatan Sukajadi;

10) Blok Pajajaran Kecamatan Cicendo;

11) Blok Cempaka Kecamatan Andir;

12) Blok Husein Sastranegara Kecamatan Cicendo;

13) Blok Sukaraja Kecamatan Cicendo;

14) Blok Sukawarna Kecamatan Sukajadi;

15) Blok Pasteur Kecamatan Sukajadi;

16) Blok Cipedes Kecamatan Sukajadi;

17) Blok Sukagalih Kecamatan Sukajadi;

18) Blok Sukarasa Kecamatan Sukasari;

19) Blok Sarijadi Kecamatan Sukasari;

20) Blok Gegerkalong Kecamatan Sukasari; dan

21) Blok Isola Kecamatan Sukasari.

Page 95: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

73

Lahan alternatif pertama untuk SWK Bojonagara berada di

Blok Pajajaran kecamatan Cicendo (poin ke 10)

2) SWK Tegalega

Sub zona pelayanan umum pendidikan pada SWK Tegalega

seluas kurang lebih 16,98 hektar dengan sebaran yaitu :

1) Blok Babakan Kecamatan Babakan Ciparay;

2) Blok Babakan Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay;

3) Blok Babakan Tarogong Kecamatan Bojongloa Kaler;

4) Blok Caringan Kecamatan Bandung Kulon;

5) Blok Cibadak Kecamatan Astana Anyar;

6) Blok Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul;

7) Blok Cibaduyut Wetan Kecamatan Bojongloa Kidul;

8) Blok Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon;

9) Blok Cigondewah Kaler Kecamatan Bandung Kulon;

10) Blok Cigondewah Kidul Kecamatan Bandung Kulon;

11) Blok Cigondewah Rahayu Kecamatan Bandung Kulon;

12) Blok Cijerah Kecamatan Bandung Kulon;

13) Blok Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay;

14) Blok Gempolsari Kecamatan Bandung Kulon;

15) Blok Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler;

16) Blok Karanganyar Kecamatan Astana Anyar;

17) Blok Kebonlega Kecamatan Bojongloa Kidul;

18) Blok Kopo Kecamatan Bojongloa Kaler;

19) Blok Margahayu Utara Kecamatan Babakan Ciparay;

20) Blok Margasuka Kecamatan Babakan Ciparay;

21) Blok Mekarwangi Kecamatan Bojongloa Kidul;

22) Blok Nyengseret Kecamatan Astana Anyar;

23) Blok Panjunan Kecamatan Astana Anyar;

24) Blok Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar;

25) Blok Situ Saeur Kecamatan Bojongloa Kidul;

26) Blok Sukaasih Kecamatan Bojongloa Kaler;

27) Blok Sukahaji Kecamatan Babakan Ciparay;

28) Blok Warungmuncang Kecamatan Bandung Kulon;

Page 96: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

74

29) Blok Cibaduyut Wetan Kecamatan Bojongloa Kidul;

30) Blok Sukahaji Kecamatan Babakan Ciparay; dan

31) Blok Babakan Asih Kecamatan Bojongloa Kaler.

Lahan alternatif kedua untuk SWK Tegalega berada di Blok

Cibadak Kecamatan Astana Anyar (poin ke 5)

3) SWK Karees

Sub zona pelayanan umum pendidikan pada SWK Karees

seluas kurang lebih 58,04 hektar dengan sebaran yaitu :

1) Blok Ciseureuh Kecamatan Regol;

2) Blok Kebonwaru Kecamatan Batununggal;

3) Blok Kacapiring Kecamatan Batununggal;

4) Blok Maleer Kecamatan Batununggal;

5) Blok Samoja Kecamatan Batununggal;

6) Blok Cibangkong Kecamatan Batununggal;

7) Blok Ciateul Kecamatan Regol;

8) Blok Pungkur Kecamatan Regol;

9) Blok Cigereleng Kecamatan Regol;

10) Blok Sukapura Kecamatan Kiaracondong;

11) Blok Turangga Kecamatan Lengkong;

12) Blok Lingkar Selatan Kecamatan Lengkong;

13) Blok Balonggede Kecamatan Regol;

14) Blok Pasirluyu Kecamatan Regol;

15) Blok Burangrang Kecamatan Lengkong;

16) Blok Cikawao Kecamatan Lengkong;

17) Blok Gumuruh Kecamatan Batununggal;

18) Blok Binong Kecamatan Batununggal;

19) Blok Kebongedang Kecamatan Batununggal;

20) Blok Cijagra Kecamatan Lengkong;

21) Blok Malabar Kecamatan Lengkong;

22) Blok Paledang Kecamatan Lengkong;

23) Blok Kebonjayanti Kecamatan Kiaracondong;

24) Blok Kebonkangkung Kecamatan Kiaracondong;

25) Blok Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong;

Page 97: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

75

26) Blok Cicaheum Kecamatan

Kiaracondong;dan

27) Blok Babakansari Kecamatan Kiaracondong.

Lahan alternatif ketiga untuk SWK Karees berada di Blok

Balonggede Kecamatan Regol (poin ke 13)

3.2 Pendekatan Tapak

3.2.1 Persyaratan Tapak

Untuk menentukan lokasi Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia,

maka perlu diperhatikan sifat atau karakteristik kegiatan-kegiatan yang ada

pada bangunan tersebut yang bersifat pendidikan dan sarana hiburan.

Pengguna yang terdiri dari lapisan masyarakat umum yang mempunyai

minat terhadap musik tradisional Indonesia. untuk menentukan lokasi

perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a. Dari segi aksesibilitas (bobot 20)

1) Lokasi harus mempertimbangkan kemudahan berkaitan dengan kualitas

jalan.

2) Faktor keamanan terhadap kecelakaan dan arus sirkulasi kendaraan

dengan pencapaian yang tidak mengganggu tapak.

b. Dari segi peruntukan lahan/tata guna lahan (bobot 20)

1) Sebagai bangunan yang bersifat pendidikan.

2) Berada di lokasi yang tata guna lahannya diperuntukkan untuk fasilitas

pendidikan.

c. Dari segi lingkungan (bobot 20)

1) Sosial kemasyarakatan di lingkungan yang sudah dinilai baik

2) Tingkat kriminalitas rendah pada lokasi tersebut

3) Kebersihan yang sudah terjamin oleh Dinas Kebersihan.

d. Dari segi utilitas kota (bobot 15)

1) Lokasi harus memiliki kelengkapan infrastruktur kota, yaitu jaringan air

bersih, listrik dan pembuangan air kotor untuk menunjang kegiatan

bangunan.

e. Dari segi daya tarik lokasi (view) (bobot 15)

1) Bangunan ini bersifat pendidikan dan hiburan yang harus menampilkan

identitas bangunan sebagai daya tarik khusus yang didukung

lingkungan sekitar.

f. Kondisi topografi dan luas lahan (bobot 10)

1) Bangunan ini memerlukan lahan yang relatif luas serta memungkinkan

keluar masuk kendaraan, baik besar maupun kecil yang mengangkut

pengguna bangunan maupun barang.

2) Kontur permukaan lahan datar/sedikit landai

Page 98: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

76

3.2.2 Alternatif Tapak

a. Alternatif Tapak 1

Gambar 3.3 : Alternatif site 1 (sumber : google earth)

Lokasi : Jl. Dr. Djunjunan, Bandung

Tata Guna Lahan : SWK Bojonagara

Lingkungan : -Kawasan padat

-Area Perdagangan, Permukiman dan Pendidikan

-Berseberangan dengan Bandung Trade Center

Batas Site Utara : Jl. Babakan Jeruk III A

Selatan : Jl. Dr. Djunjunan

Timur : Pertokoan

Barat : Pertokoan

Kondisi Eksisting : Lahan Kosong (Mei 2016)

Kondisi Tapak : Datar

Potensi Sekitar : -Berseberangan dengan Bandung Trade Center.

-Dekat dengan area jasa perdagangan dan jasa serta

permukiman

-Terletak di Jalan utama dan akses langsung ke TOL

Pasteur

Page 99: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

77

a. Alternatif Tapak 2

Gambar 3.4 : Alternatif site 2 (sumber : google earth)

Lokasi : Jl. Jendral Sudirman, Bandung

Tata Guna Lahan : SWK Tegalega

Lingkungan : -Lalu lintas ramai

-Area Perdagangan, jasa dan Pendidikan

Batas Site Utara : Jl. Jendral Sudirman

Selatan : Area Perdagangan dan Permukiman

Page 100: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

78

Timur : Pertokoan

Barat : Pertokoan

Kondisi Eksisting : Lahan Kosong (Mei 2016)

Kondisi Tapak : Datar

Potensi Sekitar : -Tidak terlalu jauh dari Alun-alun Bandung dan pusat

kota

-Dekat dengan area jasa perdagangan

-terletak di Jalan Jendral Sudirman yang merupakan

jalan utama kota Bandung dengan lalu lintas ramai

satu arah.

Page 101: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

79

b. Alternatif Tapak 3

Gambar 3.5 : Alternatif site 3 (sumber : goole earth)

Lokasi : Jl. Dewi Sartika, Bandung

Tata Guna Lahan : SWK Karees

Lingkungan : -Kawasan padat

-Area Perdagangan dan Pendidikan

-Bersebelahan dengan SMP 43 Bandung

Batas Site Utara : Jl. Dewi Sartika

Selatan : SMP 43 Bandung

Timur : Jl. Balonggede

Barat : Jl. Dewi Sartika

Kondisi Eksisting : Lahan Kosong digunakan untuk area parkir (Mei 2016)

Kondisi Tapak : Datar

Potensi Sekitar : -Sangat Dekat dengan Alun-alun Bandung dan pusat

kota, ±250m.

-Dekat dengan area jasa perdagangan dan jasa

-terletak di kawasan padat yang terbilang sangat dekat

dengan pusat kota dan area shopping center.

Page 102: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

80

Page 103: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

81

3.3 Site Terpilih

Berdasarkan hasil skoring maka terpilih alternatif site 3 yang akan menjadi lahan

dalam perencanaan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia.

Berikut adalah data dari site terpilih:

Luas : ±10.200m2

Lokasi : Jalan Dewi Sartika

Tata Guna Lahan : SWK Karees

KDB : 80%

Lingkungan :-kawasan padat

-area perdagangan dan pendidikan

-bersebelahan dengan SMP 43 Bandung

Batas Site

Utara : Jl. Dewi Sartika

Selatan : SMP 43 Bandung

Timur : Jl. Balonggede

Barat : Jl. Dewi Sartika

Kondisi Eksisting : Lahan kosong digunakan untuk lahan parkir (Mei 2016)

Kondisi Tapak : Datar

Potensi Sekitar : -Sangat Dekat dengan Alun-alun Bandung dan pusat

kota, ±250m.

-Dekat dengan area jasa perdagangan dan jasa

-terletak di kawasan padat yang terbilang sangat dekat

dengan pusat kota dan area shopping center.

Page 104: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

82

Gambar 3.6 : Eksisting Site terpilih (sumber : Anali

Page 105: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

83

Gambar 3.7 : Potongan Kontur A-A (sumber : Google EartGh,a2m0b1a6r) 3.8 : Potongan Kontur B-B (sumber : Google Earth, 20

Page 106: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

84

Page 107: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

BAB IV

PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1 Pendekatan Dasar Perencanaan

Pendekatan dasar perencanaan dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun

landasan program perencanaan dan perancangan “Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia di kota Bandung” akan lebih mendekati kelayakan dalam

memenuhi persyaratan pembangunan sebuah bangunan sekolah musik tradisional di

kota Bandung.

Dasar pendekatan yang diperlukan adalah:

a. Pendekatan Aspek Fungsional

Pendekatan fungsional berisi pada analisis pelaku, analisis aktivitas dan

kebutuhan ruang, analisis sirkulasi kegiatan pengguna, analisis studi ruang dan

kelompok aktivitas, pendekatan struktur organisasi tata pengelola, analisis

sirkulasi ruang, pendekatan kebutuhan ruang, pendekatan kegiatan utama,

pendekatan ruang penunjang, pendekatan besaran ruang.

b. Pendekatan Aspek Keruangan

Pendekatan aspek keruangan berisi pada pendekatan pola sirkulasi ruang,

pendekatan formasi, pendekatan sistem pencahayaan, pendekatan penghawaan

dan pendekatan akustik.

c. Pendekatan Aspek Struktur dan Konstruksi

Pendekatan aspek struktur dan konstruksi berisi jenis-jenis struktur dan

konstruksi yang mungkin dapat digunakan pada perencanaan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia dan sesuai dengan jenis tanah yang ada pada site

terpilih.

d. Pendekatan Aspek Utilitas

Pendekatan aspek utilitas berisi pada pendekatan sistem komunikasi, pendekatan

sistem transportasi, pendekatan sitem elektrikal, pendekatan sistem plumbing,

pendekatan sistem penangkal petir, pendekatan sistem pemadam kebakaran.

85

Page 108: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

86

e. Pendekatan Aspek Arsitektural

Pendekatan aspek arsitektural berisi pada pendekatan eksterior, pendekatan

interior, pendekatan bahan material bangunan.

4.2 Pendekatan Site

Site terpilih untuk perencanaan bangunan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia di kota Bandung berada di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Balong Gede,

Kecamatan Regol, Bandung yang termasuk ke dalam SWK Karees. Dengan total

luas site ±10.200m2.

Batasan Site

Utara : Jl. Dewi Sartika

Selatan : SMP 43 Bandung

Timur : Jl. Balonggede

Barat : Jl. Dewi Sartika

Gambar 4.1 : Lokasi Site (sumber : Google Earth)

Page 109: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

87

Gambar 4.2 : Eksisting Site (sumber : Analisis Pribadi, 2016)

4.3 Pendekatan Aspek Fungsional

Pendekatan aspek fungsional merupakan upaya untuk mendapatkan fungsi dan

kebutuhan bangunan Sekolah Musik. Maka perlu adanya pemenuhan fungsi dengan

beberapa analisis dan pendekatan berdasarkan standart arsitektur. Analisis tersebut

menjadi acuan dasar bagi perancangan dan perencanaan bangunan.

4.3.1 Pendekatan Material bangunan

Bahan material bangunan disini adalah bahan-bahan yang mungkin diaplikasikan

pada bangunan Sekolah Musik

a. Penutup Dinding

1) Batu Bata

Gambar 4.3 : Batu Bata (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci batu bata)

Batu bata merupakan bahan bangunan konstruksi sebagai dinding. Kelebihan

menggunakan dinding batu bata adalah pemasangan relatif lebih cepat, tidak

membutuhkan waktu lama dan proses yang rumit. Sedangkan kekurangannya

adalah mudah menyerap air sehingga sering menyebabkan tembok menjadi

lembab dan dalam pengerjaan yang tidak sesuai bisa menimbulkan keretakan.

Page 110: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

88

2) Kayu

Gambar 4.4 : Kayu (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci kayu)

Kayu adalah bahan produk alam yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-

pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam. Pada pekerjaan sipil kayu digunakan

sebagai salah satu bahan material atau bahan bangunan. Dimana kayu ini

merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan

tampilan maupun kekuatan. Dilihat dari aspek kekuatan, kayu ini cukup kuat dan

kaku, walaupun tidak sekuat material bahan bangunan baja atau beton, selain

mudah dikerjakan dengan cara disambung dengan alat sambung kayu, mudah di

daur ulang dan juga kayu merupakan bahan material yang ramah lingkungan.

3) Batu Alam

Gambar 4.5 : Batu Alam (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci batu alam)

Tujuan pemakaian batuan alam adalah agar tampilan bangunan tidak kaku,

massif, ramah dan segar. Selain itu, pemilihan jenis batuan alam sebagai elemen

bangunan bisa menyeimbangkan komposisi suatu bangunan secara keseluruhan

4) Kaca

Gambar 4.6 : Kaca (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci kaca)

Page 111: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

89

Aplikasi kaca pada bangunan, saat ini bukan hanya sekedar sebagai jendela dan

pintu yang berfungsi untuk menghantarkan cahaya matahari ke dalam ruangan.

Juga bukan untuk sekedar menyelimuti gedung-gedung tinggi, namun

penggunaan kaca kini lebih berkembang dalam dunia bangunan. Karena kaca

adalah material yang mempunyai nilai estetika, baik untuk eksterior maupun

interior.

5) ACP

Gambar 4.7 : ACP (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci ACP)

Alumunium Composite panel banyak digunakan sebagai panel pelapis dinding

dari suatu bangunan baik di in door maupun out door, selain untuk aplikasi

dinding Alumunium Composite Panel juga dapat di gunakan dalam

berbagaimacam aplikasi salah satunya sebagai perangkat interior dan exterior.

6) Rockwool

Gambar 4.8 : Rockwool (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci rockwool)

Rock wool menyediakan berbagai keuntungan, termasuk tahan api dan kedap

suara. Karena serat yang tidak mudah terbakar dan memiliki titik leleh yang

ekstrim lebih dari 2.150 derajat F, isolasi rockwool bertindak sebagai penghalang

api. Karakteristik tahan apinya dapat menunda penyebaran api, yang bisa

menambahkan menit berharga untuk melarikan diri saat kebakaran. Rock juga

menolak air, anti membusuk dan jamur, termasuk berbagai jenis pertumbuhan

bakteri. Karena menolak air, rockwool tidak akan melemah atau kendur. Isi dari

rockwool padat, sehingga mengurangi aliran udara dan transmisi gelombang

suara.

Page 112: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

90

7) Beton Pra Pabrikasi

Gambar 4.9 : Beton Pra Pabrikasi (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci beton

pra pabrikasi)

Beton pra pabrikasi mempunyai fungsi sebagai dinding pagar peredam

kebisingan. Sifatnya yang mampu meredam kebisingan ini tentunya cocok untuk

digunakan sebagai pagar luar bangunan Sekolah musik yang menuntut tingkat

kebisingan rendah.

8) Logam Pra Pabrikasi

Gambar 4.10 : Logam Pra Pabrikasi (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci

logam pra pabrikasi)

Logam pra pabrikasi mempunyai fungsi yang sama dengan beton pra pabrikasi

yaitu sebagai dinding pagar peredam kebisingan. Bedanya hanya pada bahan

dasar dari logam.

b. Penutup Atap dan Plafond

1) Genteng Tanah liat

Gambar 4.11 : Genteng Tanah Liat (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci

genteng tanah liat)

Genteng tanah liat relatif mempunyai harga yang murah, beban genteng ringan.

Sedangkan kekurangannya adalah mudah berlumut dan berjamur, serta kurang

kuat apabila dipijak.

Page 113: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

91

2) Genteng Aspal

Gambar 4.12 : Genteng Aspal (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci genteng

aspal)

Atap aspal (bitumen) kuat dan tidak mudah pecah. Struktur bahan dasar bitumen

diproses dengan teknik penekanan dan pemanasan tinggi sehingga atap jenis ini

lebih fleksibel, kuat, dan tidak mudah patah. Agar tidak licin, permukaannya

diberi lapisan resin dan bertekstur yang fungsinya sebagai pencegah bocor serta

rembesan air yang muncul dari badan atap.

3) Genteng Metal

Gambar 4.13 : Genteng Metal (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci genteng

metal)

Genteng metal mempunyai kelebihan yaitu mudah dipasang dan cepat,

mempunyai bentang yang lebar sehingg bisa menghemat. Dilapisi bahan anti

karat. Kekurangannya adalah berbunyi berisik saat hujan.

4) Gypsum

Gambar 4.14 : Gypsum (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci gypsum)

Gypsum bisa berfungsi macam-macam, bisa sebagai konstruksi plafond,

pembuatan dinding sekat, sebagai ornamen dan hiasan.

Page 114: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

92

5) Plafond Akustik

Gambar 4.15 : Plafond Akustik (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci plafond

akustik)

Plafond akustik digunakan sebagai penutup bagian atas dalam ruang yang

mempunyai fungsi sebagai peredam yang tahan pada batas ambang kebisingan

tertentu.

c. Penutup Lantai

1) Keramik

Gambar 4.16 : Keramik (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci keramik)

Keramik adalah bahan bangunan yang bisa digunakan sebagai finishing ruang,

penutup lantai, penutup dinding, pelapis meja dapur dan sebagai elemen estetika.

2) Parquet

Gambar 4.17 : Parquet (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci parquet)

Fungsi Parquet sebagai penutup lantai mempunyai kelebihan mampu mengatasi

masalah cuaca dalam ruangan, dan dapat menahan kelembaban di ruang ber-AC.

3) Karpet

Gambar 4.18 : Karpet (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci karpet)

Page 115: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

93

Karpet adalah bahan penutup lantai yang mempunyai kelebihan bisa meredam

bunyi. Tentunya dengan sifat karpet ini cocok digunakan sebagai penutup lantai

di bangunan Sekolah Musik.

4) Vinyl

Gambar 4.19 : Vinyl (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci vinyl)

Sebagai penutup lantai, vynil mempunyai beberapa kelebihan antara lain lebih

mudah dipasang, dapat meredam suara dan benturan, stabil terhadap suhu,

motifnya bervariatif, dilengkapi dengan teknologi anti rayap dan anti air.

4.3.2 Pendekatan Kegiatan Utama

Adapun perhitungan kegiatan utama berdasarkan dimensi elemen ruang yang akan

digunakan, adalah sebagai berikut :

a. Ruang Kelas

1) Kursi

Gambar 4.20 : Kursi (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci dimensi kursi

kuliah)

Kursi yang mungkin digunakan adalah model kursi lipat dengan dimensi

0,58m x 0,86

Page 116: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

94

2) Papan Tulis

Gambar 4.21 : Papan Tulis (sumber : Arifah, 2015)

Papan tulis dengan sirkulasi manusia dengan dimensi 1m x 2,7m

3) Upright Piano

Gambar 4.22 : Piano (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci dimensi upright

piano)

Tiap kelas memiliki sebuah upright piano dengan dimensi 1.53m x 0,61m

b. Ruang Studio dan Ruang Praktek

Ruang Studio dan Ruang Praktek dihitung berdasarkan dimensi jenis alat musik

yang mungkin ditempatkan di dalam ruang yang membutuhkan sirkulasi cukup

besar dan dimensi pengguna.

1) Aramba

Gambar 4.23 : Aramba (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

aramba)

Alat musik aramba mempunyai diameter 60cm sampai dengan 90cm.

Page 117: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

95

2) Gambus

Gambar 4.24 : Gambus (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

gambus)

Alat musik gambus mempunyai dimensi kurang lebih 1,02m x 0,25m x 0,11m

3) Doll

Gambar 4.25 : Doll (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik doll)

Dimensi alat musik doll mempunyai diameter sekitar 40cm sampai 70cm

dengan tinggi bervariasi

4) Bende

Gambar 4.26 : Bende (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

bende)

Alat musik bende mempunyai diameter 40cm sampai 60cm dengan tebal

kurang lebih 10cm sampai 20cm

Page 118: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

96

5) Gendang Melayu

Gambar 4.27 : Gendang Melayu (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat

musik gendang melayu)

Gendang melayu mempunyai diameter 20cm sampai 40 cm.

6) Gendang Panjang

Gambar 4.28 : Gendang Panjang (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci

gendang panjang)

Gendnag panjang mempunyai tinggi sekitar 53cm dengan diameter sekitar

15cm sampai 30cm.

7) Angklung

Gambar 4.29 : Angklung(sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

angklung)

Angklung mempunyai berbagai jenis dan ukuran, diambil ukuran terbesarnya

mempunyai panjang kurang lebih 1,5 meter dengan lebar 30cm sampai 50cm

dan tinggi menyesuaikan.

Page 119: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

97

8) Gamelan

Gambar 4.30 : Gamelan (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

gamelan)

Gamelan sesuai jenis dan karakterstiknya memiliki ukuran sendiri dimana

rata-rata ukuran panjang gamelan berkisar antara 150cm hingga 230cm.

Sedangkan lebar gamelan berkisar antara 25cm hingga 85cm.

9) Gendang

Gambar 4.31 : Gendang (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

gendang)

Ukuran panjang gendang sekitar 35cm sampai 45cm dan mempunyai

diameter sekitar 10cm sampai 20cm

10) Bonang

Gambar 4.32 : Bonang (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

bonang)

Bonang mampunyai dimensi panjang 1m sampai 1,5m dan lebar 50cm sampai

60cm.

Page 120: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

98

11) Sampe

Gambar 4.33 : Sampe (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

sampe)

Alat musik sampe mempunyai panjang 1m sampai 1,25m dan lebar sekitar

15cm sampai 30cm.

12) Panting

Gambar 4.34 : Panting (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

panting)

Panting mempunyai panjang sekitar 1m dan lebar sekitar 25cm.

13) Kulintang

Gambar 4.35 : Kulintang (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

kulintang)

Kulintang memiliki panjang sekitar 1m sampai 1,5m dan lebar 50cm sampai

70cm.

Page 121: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

99

14) Kecapi

Gambar 4.36 : Kecapi (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik

kecapi)

Alat musik kecapi memiliki panjang sekiat 1m sampai 1,25m dan lebar 20cm

sampai 30cm.

15) Tifa

Gambar 4.37 : Tifa (sumber : search engine Google.com dengan kata kunci alat musik tifa)

Tifa mempunyai panjang sekitar 80cm sampai 1m dan memiliki diameter

15cm sampai 20cm.

4.3.3 Pendekatan Ruang Penunjang

a. Concert Hall

Adapun bentuk dasar tempat pertunukan seni musik atau konser musik (Ham

Roderick, Theatre Planing, Architecturral Press, 1972) yang cocok untuk ruang

pertunjukan di sekolah musik Indonesia adalah:

1) Arena (sudut mengelilingi 360º)

Gambar 4.38 : Arena Lingkaran Gambar 4.39 : Arena Bujur Sangkar

(sumber : Ham Roderick, 1972) (sumber : Ham Roderick, 1972)

Page 122: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

100100100

2) Transerve Stage

Gambar 4.40 : Transerve Stage

(sumber : Ham Roderick, 1972)

3) Sudut Pengelilingan 210º-220º

Gambar 4.41 : Sudut Pengelilingan 210º-220º

(sumber : Ham Roderick, 1972)

4) Sudut Pengelilingan 180º

Gambar 4.42 : Sudut Pengelilingan 180º

(sumber : Ham Roderick, 1972)

5) Sudut Pengelilingan 90º dan tanpa sudut pengelilingan

Gambar 4.43 : Arena Lingkaran Gambar 4.44 : Arena Bujur Sangkar

(sumber : Ham Roderick, 1972) (sumber : Ham Roderick, 1972)

Page 123: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

101101101

b. Ruang Pameran

Ruang pameran memiliki fungsi untuk memamerkan koleksi dari alat – alat

musik tradisional yang dimiliki oleh Sekolah Musik Indonesia serta koleksi

prestasi dalam bidang musik yang pernah dicapai oleh sekolah musik Indonesia

beserta dokumentasi. Pameran adalah berhubungan dengan sudut pandang

manusia yang biasanya 54º atau 27º dari ketinggian dapat disesuaikan terhadap

objek yang dipamerkan.

Gambar 4.45 : Standar jarak dan sudut pandang untuk ruang pamer dalam grafis (sumber :

Neufert, 1991)

4.3.4 Analisis Pelaku

Analisis pelaku untuk memperoleh macam kegiatan berdasarkan aktivitas pelaku

yang berlangsung di dalam Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia. adalah:

a. Siswa

Siswa yang melakukan kegiatan belajar/praktek alat musik di Sekolah Musik

Indonesia dari beragam tingkatan usia dan kelas. Sekolah Musik Tradisional

Daerah Indonesia ini akan menampung sebanyak 180 siswa dan 30 siswa tiap

ruang kelasnya. Jumlah 30 dianggap ideal, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu

sedikit. Hal ini dimaksudkan agar siswa bisa lebih memahami apa yang diajarkan

oleh pengajar dan pengajar tidak terlalu berat beban mengajarnya dengan jumlah

siswa yang tidak terlalu banyak.

b. Pengunjung

Pengunjung berasal dari kalangan masyarakat umum yang ingin menonton

apabila diadakan pertunjukan musik atau pameran di Sekolah Musik Tradisional

Page 124: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

102102102

Daerah Indonesia ini. dari data yang diperoleh, dalam event-event musik berskala

besar, penonton yang datang bisa mencapai 10.000 orang. Untuk kapasitas di

concert hall akan mengacu pada hasil studi banding di Concert Hall Taman

Budaya Yogyakarta yaitu 500 orang dan akan disesuaikan dengan kondisi luasan

lahan.

c. Pengajar

Guru yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam bidang musik,

khususnya musik tradisional Indonesia sebagai tenaga pengajar untuk

mendampingi siswa dalam prosen belajar musik tradisional Indonesia.

Dibutuhkan pengajar minimal 1 orang pengajar mampu menguasai 2 alat musik

agar pengajar di Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia ini ringan dalam

mengajar.

d. Pimpinan

Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia adalah Badan Usaha Swata yang

dimiliki oleh perseorangan/ swasta bukan pemerintah membutuhkan seorang

pimpinan untuk memimpin guna keberlangsungan kegiatan di dalam sekolah

musik tradisional daerah Indonesia ini.

e. Karyawan

Seseorang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab khusus semisal penjaga

dan petugas perawatan alat musik, petugas keamanan, petugas kebersihan, dan

petugas perawatan gedung.

4.3.5 Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Analisis aktivitas untuk memperoleh kebutuhan Ruang berdasarkan aktivitas pelaku

yang berlangsung di Sekolah Musik Tradisinal Indonesia.

Tabel 4.1 : Aktivitas dan kebutuhan ruang siswa

Aktivitas Jenis Ruang Persyaratan Ruang Karakter Ruang

Belajar Ruang Kelas Cukup cahaya publik

Ada ventilasi

Praktek Ruang Studio kedap suara publik

Cukup cahaya

Page 125: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

103103103

Praktek alat musik

tertentu

Ruang Gesek

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Ruang Piano

Akustik ruang bagus publik

Cukup cahaya

Mempertunjukkan /

memamerkan

karya

Concert hall

Galeri

Cukup cahaya publik

Akustik ruang bagus

Buang air Kamar mandi Bersih dan nyaman privat

Beribadah dan istirahat Mushola

Kantin

Bersih dan nyaman publik

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 4.2 : Aktivitas dan kebutuhan ruang pengajar dan pimpinan

aktivitas Jenis ruang Persyaratan ruang Karakter ruang

Mengajar (bagi

pengajar)

Ruang kelas Cukup cahaya publik

Ada ventilasi

Mengajar alat musik

(bagi pengajar)

Ruang praktek alat

musik

Akustik ruang bagus publik

Cukup cahaya

Menilai / menonton

pertunjukan atau

pameran

Concert Hall

Galeri

Akustik bagus publik

Cukup cahaya

Bekerja (bagi pimpinan)

Ruang pimpinan Nyaman Semi publik

Cukup cahaya

Bersih

Bekerja (bagi

pengajar)

Ruang pengajar Nyaman Semi publik

Page 126: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

104104104

Cukup cahaya

bersih

Beribadah dan

istirahat

Mushola

kantin

Bersih dan nyaman publik

Buang air Kamar mandi Bersih dan nyaman privat

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 4.3 : Aktivitas dan kebutuhan ruang Penunjang

aktivitas Jenis ruang Persyaratan ruang Karakter ruang

Menyimpan alat

musik

Ruang penyimpanan Bersih dan tidak

lembab

Servis

Menjaga keamanan Ruang keamanan Bersih dan nyaman Privat

Buang air bagi

pengunjung

Kamar mandi umum Bersih dan nyaman Privat

Beribadah dan

istirahat bagi

pengunjung

Mushola

Kantin

Bersih dan nyaman publik

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 4.4 : Aktivitas dan kebutuhan ruang utilitas

aktivitas Jenis ruang Persyaratan ruang Karakter ruang

Tempat penyimpanan

AHU

Ruang AHU Bersih dan ventilasi

baik

Servis

Menyimpan pipa-pipa

penyimpanan

Ruang plumbing Bersih Servis

Efisiensi tinggi

Menyimpan pompa Ruang pompa Bersih Servis

Page 127: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

105105105

Akses rendah

Mengontrol dan

memperbaiki

Ruang mekanikal

elektrikal

Bersih dan berada

pad area servis

Servis

Menyambung

Komunikasi Telepon

Ruang Kontrol Bersih Servis

Ventilasi baik

Sumber : Analisis, 2016

4.3.6 Analisis Sirkulasi Kegiatan Pengguna

a. Siswa

Datang Drop Off

Parkir

Masuk Ke

Dalam

Bangunan

Belajar Parkir Pulang

b. Pengelola/Pengajar

Datang Drop Off

Parkir

Masuk Ke

Dalam

Bangunan

Bekerja Parkir Pulang

c. Pengunjung

Datang Drop Off

Parkir

Masuk Ke

Dalam

Bangunan

Menonton

pertunjukan/

Pameran

Parkir Pulang

Page 128: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

106106106

4.3.7 Analisis Sirkulasi Ruang

Berikut ini adalah sirkulasi ruang yang ada di Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia tiap pengguna:

a. Alur sirkulasi ruang siswa

Ruang Kelas

ME

Parkir

Ruang Studio

Ruang Gesek

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Kamar Mandi/WC

Mushola Kantin

Ruang Piano

Hall

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

Page 129: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

107107107

Kamar Mandi/WC Mushola

Kantin

b. Alur sirkulasi ruang Pengajar & Pengelola

Ruang Kelas

ME Ruang Studio

Ruang Gesek

Parkir

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Hall

Ruang Piano

Ruang Pengelola

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

Page 130: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

108108108

c. Alur sirkulasi ruang Pegawai Operasional Servis

Ruang Kelas

ME

Hall

Parkir

Ruang Studio

Ruang Gesek

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Ruang Piano

Ruang Pengelola

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Kamar Mandi/WC

Mushola Kantin

Ruang

Penyimpanan

Ruang Mekanikal

Elektrikal

Ruang AHU

Ruang Plumbing

Ruang ME

Ruang PABX

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

Page 131: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

109109109

Kamar Mandi/WC Mushola

Kantin

d. Alur sirkulasi ruang Pegawai Keamanan

Ruang Kelas

ME Ruang Studio

Ruang Gesek

Hall

Parkir

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Ruang Piano

Ruang Pengelola

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Ruang

Penyimpanan

Ruang Mekanikal

Elektrikal

Ruang AHU

Ruang Plumbing

Ruang ME

Ruang PABX

Pos Jaga

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

4.3.8 Pendekatan Kebutuhan Ruang

Berdasarkan analisis pelaku dan kegiatan, maka didapatkan kebutuhan ruang berikut

pengelompokan berdasarkan fungsinya

Tabel 4.5 : Kebutuhan Ruang

Kelompok Kegiatan Nama Ruang

Kelompok Kegiatan

Utama

Ruang Kelas

Ruang Studio

Ruang Gesek

Ruang Tiup

Page 132: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

110110110

Ruang Perkusi

Ruang Piano

Kelompok Kegiatan

Pengelola

Ruang Pimpinan

Ruang Staff/Pengajar

Ruang Rapat

Kelompok Kegiatan

Penunjang

Hall

Concert Hall

Galeri

Perpustakaan

Kelompok Kegiatan Servis

Mushola

Kamar Mandi/WC

Ruang Penyimpanan

Ruang AHU

Ruang Plumbing

Ruang ME

Ruang Kontrol

Ruang Pompa

Pos Jaga

Sumber : Analisis, 2016

4.3.9 Pendekatan Besaran Ruang

Tabel 4.6 : Pendekatan Besaran Ruang Utama

No. Jenis Ruang Kapasitas Standar (m2) Sumber

1. Ruang kelas 30 siswa 1 Pengajar

1 Papan Tulis 1 Piano

2 Rak Loker

0.31 2

2.7 0.93 0.12

A

2. Ruang Studio 5 Siswa 1 Pengajar

5 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

1,65 (5) 2.7

A

3. Ruang Gesek 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik

0.31 2

0,5

A

Page 133: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

111111111

1 Papan Tulis 12.7

4. Ruang Tiup 2 siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

0,5 2.7

A

5. Ruang Perkusi 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2 1

2.7

A

6. Ruang Piano 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

3,7 2.7

A

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 4.7 : Pendekatan Besaran Ruang Pengelola

No. Jenis Ruang Kap. (org) Standar (m2) Sumber

1. Ruang Pimpinan 1 20 DA

2. Ruang

Staff/Pengajar

17 4.5

DA

3. Ruang Rapat 20 2 DA

4. Ruang Tamu 1 12 DA

5. Resepsionis 3 4,5 DA

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 4.8 : Pendekatan Besaran Ruang Penunjang

No. Jenis Ruang Kap. (org) Standar (m2) Sumber

1. Hall 50 2 A

2. Concert Hall Ruang tunggu

Panggung Area Penonton

R. latian R. sound control

R. ganti

40

850 25 4 25

2

1.05

2 6 4

A

TP TP TP A

3. Galeri 150 2 A

4. Perpustakaan Ruang Staff Rak Buku

Loker

Ruang Baca

2

2000 buku 80 80

4.5

1m2 / 100 buku

1

1.5

DA

DA

A

DA Sumber : Analisis, 2016

Page 134: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

112112112

Tabel 4.9 : Pendekatan Besaran Ruang Servis

No. Jenis Ruang Kap (org) Standar (m2) Jumlah

1. Mushola R. sholat T. wudhu

30

1.03

25% dari luas r.sholat

DA

DA

2. Toilet Perempuan Toilet

Wastafel Toilet Laki-laki

Toilet Wastafel

Urinoir

15 15

15

15 20

2,7 0,48

2,7

0,48 0,18

DA DA

DA

DA

DA

3. Ruang

Penyimpanan

1 21 A

4. Ruang PABX - 8 S

5. Ruang AHU - 20 S

6. Ruang ME - 8 S

7. Ruang Plumbing - 20 S

8. Pos Jaga 2 4 S

9. Ruang Genset - 20/unit S

10. Tempat Sampah - 12

11. Parkir Pengelola Mobil Motor

20

20

15

2

DA

DA

12. Parkir Siswa/ Pengunjung

Mobil

Motor

50

165

15 2

DA DA

Sumber : Analisis, 2016

Keterangan :

DA : Erenst Neufert, Architec’s Data

TSS : Josp De Chire and John Hand Book, Time server standart for building

A : Analisis dan Studi Banding

TP : Theater Planning

TD : Theater Design

H : Hotel and Planning Design

S : Asumsi

Page 135: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

113113113

4.4 Pendekatan Aspek Keruangan

Ruang utama adalah ruang-ruang vital yang memerlukan perhatian dan ruangan

khusus. Oleh karena itu ada beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi agar

dapat memenuhi fungsinya. Adapun ruang-ruang utama dapat diuraikan sebagai

berikut:

4.4.1 Ruang Kelas

Ruang kelas terbagi menjadi ruang kelas instrumen dan ruang kelas vokal.

Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi oleh ruang kelas antara lain:

a. Pendekatan Teknis

1) Pencahayaan

Intensitas dan jenis penerangan pada tiap jenis ruang secara umum harus

disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis kegiatan yang ada pada tiap

ruang. Untuk ruang kelas mengunakan cahaya alami pada siang hari dan

cahaya buatan pada sore hari. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

beban pencahayaan buatan dan beban energi pada siang hari. Oleh karena

itu diperlukan bukaan secukupnya untuk keperluan cahaya tanpa

mengabaikan penggunaan sunscreen untuk menghindari kondisi termal

yang berlebihan ataupun discomfort glare/jendela harus benar-benar

diperhitungkan.

Seperti menggunakan material kaca tembus pandang. Disamping itu,

bukaan-bukaan tersebut sebisa mungkin harus dihadapkan kearah utara

atau selatan. Penyimpanan dari ketentuan ini harus ada penyelesaian

sedemikian rupa, seperti pemberian penyaring untuk menghindari sinar

matahari masuk langsung ke dalam ruang. Sehingga tidak mengganggu

aktivitas di dalam ruangan. Namun, pengggunaan bukaan ini berpa kaca

bening, dengan tidak ada celah sehingga udara dan suara dari luar tidak

bisa masuk.

Penempatan titik lampu untuk penerangan buatan harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Diperhitungkan terhadap bidang kerja pada tiap ruang yang bervariasi

antara 0.75 m sampai 1.50 m

Page 136: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

114114114

b) Kemudahan penjangkauan dalam rangka pemeliharaan dan

penggantian komponen yang rusak.

2) Penghawaan

Penghawaan ruangan, apabila tidak disyaratkan lain, menggunakan

sistem penghawaan silang. Letak dan ukuran lubang penghawaan harus

dipertimbangkan berdasarkan kegiatan, terutama posisi orang yang ada

dalam ruang. Udara kotor sebagai akibat kegiatan dalam ruang harus

dinetralisir sebelum dibuang keluar ruang. Udara yang keluar dari salah

satu ruangan, diupayakan tidak masuk ke ruangan yang lain walaupun

bau dan kandungan materinya tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun,

pada ruangan ini menggunakan penghawaan buatan yaitu AC.

Penggunaan penghawaan buatan disesuaikan dengan tuntutan akustik

ruang yang memerlukan ketenangan tanpa gangguan suara dari luar.

Dengan dasar itu, maka bukaan ruang tidak ada, sehingga tidak mungkin

untuk mengandalkan sirkulasi udara dengan penghawaan alami.

3) Akustik

Secara umum desain ruang harus dibuat sedemikian rupa sehingga

tercapai akustik ruang yang baik tanpa bantuan alat pengeras maupun

peredam suara. Suara bising timbul dalam ruangan tertentu harus dapat

ditolak sedemikian rupa sehingga tidak menjalar ke ruangan lain. Dalam

hal-hal tertentu yang mengharuskan digunakannya material pengontrol

akustik, diupayakan menggunakan bahan akustik yang relatif murah

harganya, mudah pelaksanaannya dan murah pemeliharaannya. Namun,

pada ruang tertentu seperti ruang kelas musik, persyaratan akustik yang

harus dipenuhi adalah dengan adanya sound proofing pada ruang agar

suara yang dihasilkan terdengar dengan baik di dalam ruangan dan

penyebaran suara yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Selain

itu, agar suara tidak terdengar dari luar, yang dapat mengganggu aktivitas

di kelas lainnya.

Page 137: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

115115115

langit-langit pemantul bunyi

sederet panel panel dalam ruang

kuliah dengan 350tempat duduk

di universitas Montreal.

Gambar 4.46 : Langit-langit pemantul bunyi (sumber : Zulkifli, 2011)

Disamping itu, persyaratan untuk mendapatkan kondisi akustik yang baik

adalah:

1) Tingkat tekanan suara yang cukup.

2) Tingkat tekanan suara merata.

3) Waktu dengung yang optimum.

4) Bebas dari bising yang mengganggu.

b. Syarat Tambahan

Pada kelas vokal minor, sekeliling dinding dalamnya dipasang cermin yang

fungsinya supaya mahasiswa yang bernyanyi dapat melatih ekspresi

wajah/mimik dengan baik maupun koreografi. Pada kelas vokal mayor, kelas

mayor ini digunakan untuk paduan suara. Adapun syarat syarat yang harus

dipenuhi adalah:

1) Barisan kelompok paduan suara diatur menurut alternatif tatanan paduan

suara.

2) Ruang yang cukup luas agar anggota paduan suara dapat duduk dan

berdiri tanpa berdesakan.

3) Tersedianya alat musik pengiring untuk paduan suara, berupa piano atau

keyboard.

c. Syarat Psikologis Arsitektural:

1) Normal scale (skala langit-langit/plafond dengan ketinggian manusia)

2) Suhu dan temperatur yang pas untuk menciptakan suasana belajar yang

kondusif.

3) Akustik ruangan sangat terpengaruh oleh bentuk ruang kelas.

Page 138: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

116116116

4) Penataan ruang kelas disesuaikan dengan jenis ruang

kelas(vokal/instrumen), dan antar ruang dihubungkan oleh koridor.

5) Ruang harus memiliki lantai yang rata dan pintu dengan lebar minimal

180 cm supaya alat-alat musik dapat dikeluar masukkan dengan leluasa,

terutama piano.

6) Ukuran ruang disesuaikan dengan jumlah murid dengan perhitungan 6-7

m2 per orang, termasuk sirkulasi, ruang musik stand dan alat musik yang

dimainkan. Untuk kelas vokal 4-5 m2 per orang. (setyowati, 2003).

7) Tinggi plafond/langit-langit tergantung jumlah murid (luas ruangan).

Tinggi plafond yang dipakai biasanya 4,5-5,5 m. Tetapi untuk kelas vokal

tinggi plafond bisa diperkecil.

4.4.2 Concert Hall

Concert Hall merupakan tempat pertunjukan konser musik, oleh karena itu

sebuah concert hall harus mampu digunakan lebih dari satu jenis aliran musik.

Maka pendekatan akustik yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan akustik

umum.

Secara umum, merancang sebuah concert hall adalah upaya untuk

menyeimbangkan antara kebutuhan artistik, performance dan komersial serta

persyaratan ruang yang sifatnya khusus. Adapun persyaratan ruang yang harus

dipenuhi antara lain:

a. Syarat Teknis

1) Pencahayaan

Pencahayaan yang dipakai adalah pencahayaan buatan. Tingkat iluminasi

cahaya di panggung lebih kuat, dengan maksud bahwa panggung menjadi

pusat orientasi

2) Akustik

Tiap-tiap bagian, bahkan elemen dari ruang tertutup seperti concert hall

akan sangat berpengaruh bagi kondisi atau peampilan akustik pada ruang

tersebut sehingga diharapkan persyaratan akustik disini tidak membatasi

kreatifitas dan kebebasan perancang dalam mendesain. Dalam hal ini

masalah akustik dapat dipecahkan melalui beberapa cara, yaitu:

Page 139: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

117117117

a) Kekerasan suara

Untuk mempertahankan kekerasan bunyi, dapat diatasi dengan:

1) Concert hall dirancang posisi penonton berada sedekat mungkin

dengan sumber suara untuk mengurangi jarakyang harus

ditempuh oleh gelombang suara.

Gambar 4.47 : Potongan Concert Hall (sumber : Zulkifli, 2011)

2) Sumber suara sebaiknya dinaikkan agar sebanyak mungkin

terdengar oleh penonton, sehingga penonton dapat mendengarkan

bunyi langsung tanpa pemantulan. Hal ini akan mendukung

kekerasan bunyi.

Gambar 4.48 : Langit-langit concert hall dikelilingi pemantul bunyi (sumber :

Zulkifli, 2011)

3) Lantai penonton dibuat dengan kemiringan yang cukup. Karena

bunyi/suara akan mudah mengalir dalam sudut datang yang

miring. Aturan perbandingannya dibuat agar memberikan garis

pandang yang nyaman bagi penonton dan aliran bunyi yang

memuaskan. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

a) Menaikkan titik tujuan pandang.

b) Mengurangi selisih jarak antara sudut pandang penonton

dengan tinggi kepala penonton yang berada di depannya.

Page 140: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

118118118

c) Pandangan selang-seling agar penonton yang berada di

belakang dapat melihat di antara kepala penonton yang berada

di depannya.

d) Sumber bunyi sebaikknya dikelilingi oleh permukaan-

permukaan pemantul suara.

e) Permukaan pemantul bunyi yang sejajar, terutama dengan

jarak dekat harus dihindari, agar pemantulan bunyi tidak

kacau.

f) Daerah penonton yang lebar harus dihindari dan juga

penggunaan lorong antar tempat duduk longitudinal pada

concert hall. Hal ini akan menambah jarak tempuh suara.

g) Pemantulan suara tambahan atau peralatan elektrik juga

disediakan untuk menambah kekuatan gelombang bunyi juga

memberikan pantulan bunyi ke panggung.

h) Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga agar cukup

kecil, sehingga jrak yang harus ditempuh bunyi langsung dan

bunyi pantul lebih pendek.

Gambar 4.49 : lantai penonton bertingkat di theatre Port Royal dengan 800 tempat duduk, memungkinkan banyak bunyi langsung ke penonton, (Doeloe, 1972 dalam Zulkifli, 2011)

i) Difusi suara merata dalam ruang

Hal yang paling penting dalam pengadaan difusi ruang adalah

penempatan permukaan yang tidak teratur dalam ruang

dengan jumlah banyak. Selain itu, pemakaian material

Page 141: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

119119119

penyerap dan pemantul bunyi akan sangat membantu untuk

mencapai efek akustik yang baik.

Gambar 4.50 : Penyebar marmer di kompleks ruang konser di Groote Zaal

of Rotterdam, (doeloe, 1972 dalam Zulkifli, 2011)

j) Eliminasi terhadap cacat akustik

Untuk mendapatkan hasil akustik yang baik, maka perlu untuk

mengeliminir cacat akustik berupa:

a) Gema, yang dapat diatasi dengan menggunakan bahan

penyerap suara, seperti papan serat (fiber board), plesteran

lembut (soft plasters), mineral wols, selimut isolasi,

acoustic space units, ubin geocoustics, zonolite, rock

wool, karpet, dan lain-lain, terutama pada penonton.

Selain itu dapat juga menghindari pemakaian pemantul

suara secara berlebihan.

b) Pemusatan bunyi (hot spot), yaitu pemusatan bunyi yang

dikarenakan jalannya pemantulan suara yang memusat.

Dapat diatasi dengan cara meniadakan dinding-dinding

cekung yang besar dan tidak terputus terutama yang

mempunyai jari-jari kelengkungan yang besar atau

melapisinya dengan bahan penyerap bunyi yang efisien.

c) Coupled Space, yaitu ruang yang berhubungan secara

akustik. Hal ini dapat diatasi dengan pemisah secara

akustik (dalam pemilihan material), memberikan nilai RT

yang hampir sama pada ruangan.

Page 142: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

120120120

d) Distorsi, dapat dihindari dengan cara mengoptimalkan

kualitas penyerapan suara secara proporsional pada

frekuensi-frekuensi yang berpengaruh.

e) Resonansi ruang, yang kemudian dapat disebut sebagai

fluter echo.

f) Bayangan bunyi, diatasi dengan cara pemasangan speaker

dengan time delayed, ataupun dengan proporsi ruang yang

tepat.

Gambar 4.51 : Cacat akustik dalam auditorium: 1. Gema. 2.

Pemantulan dengan waktu tunda yang panjang, 3. Bayang-banyang

bunyi, 4. Pemusatan bunyi, (neufert, 1989 dalam Zulkifli, 2011)

g) Menghindari bising dan getaran lingkungan.

Untuk menghindari kebisingan yang tidak diharapkan

dapat dilakukan sesuai dengan karakter dan penyebab

kebisingan. Berikut sumber bising dan cara

penangkalannya:

(1) Site Planning

(a) Pengaturan massa yang tepat.

(b) Pemilihan lahan yang tepat.

(2) Rancangan Arsitektural

(a) Zoning dan organisasi ruang yang memisahkan

antar daerah bising dan tidak bising.

(b) Insulasi bukaan dan posisi bukaan.

(c) Melakukan penyerapan bunyi.

Page 143: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

121121121

b. Syarat Tambahan

(3) Rancangan mekanikal dan elektrikal

(a) Pemilihan mesin yang relatif tidak bising.

(b) Mesin dengan getaran tinggi diletakkan di bawah

dengan struktur terpisah anti getar.

(c) Pipa-pipa utilitas dirancang agar tidak

menimbulkan getaran.

1) Ukuran pintu setidaknya lebar 240 cm dan tinggi 420 cm, dengan semua

pintu yang mengarah ke dan dari panggung memiliki ukuran lebar yang

tidak biasa. Pintu yang mengarah ke auditorium harus solid, tanpa ada

jendela untuk menghindari kebocoran cahaya. Pintu harus dapat dibuka

dan ditutup tanpa suara.

2) Tempat duduk penonton diatur agar semua penonton dapat melihat ke

panggung tanpa saling menghalangi dan memiliki sirkulasi yang cukup

supaya orang yang berjalan tidak mengganggu orang yang duduk.

3) Tiap pemusik membutuhkan tiap lantai sekitar 1,1 m2 sampai 1,4 m2 dan

tiap anggota paduan suara membutuhkan 0,3 m2 sampai 0,4 m2.

4) Panggung orkestra tidak boleh terlalu dalam atau terlalu lebar.

Kedalaman maksimum sekitar 9 m dan lebar maksimum 18 m untuk

daerah orkestra saja. Kedalaman yang ditambahkan untuk anggota

paduan suara tidak boleh melebihi sekitar 3 m di bagian belakang atau

salah satu sisi.

5) Hubungan letak antara panggung dan instalasi organ harus dekat.

6) Panggung orkestra harus mempunyai jalan masuk horizontal dan vertikal

yang bagus ke gudang instrumen untuk penyerahan instrumen secara

cepat.

c. Syarat Penunjang

Persyaratan penunjang adalah:

1) Peralatan panggung (mekanikal, elektrikal, lighting, dan sistem lainnya).

2) Sistem sirkulasi panggung dan area penonton.

3) Utilitas concert hall

Page 144: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

122122122

4) Fire protection, hal ini sangat perlu diperhatikan, mengingat elemen

interior akustik cenderung rentan terhadap bahaya kebakaran.

d. Syarat Psikologis/Arsitektural

Syarat bangunan dengan nilai estetika yang tinggi sehingga mampu menarik

perhatian.

4.4.3 Studio Musik

Studio musik yang dimaksud adalah studio musik yang digunakan untuk berlatih

dan studio musik rekaman. Secara umum tidak terdapat perbedaan antara

keduanya, yang membedakan hanyalah pada studio rekaman terdapat peralatan

musik untuk merekam dalam bentuk pita besar/master rekaman.

a. Persyaratan Teknis

1) Pencahayaan

Sepenuhnya menggunakan cahaya buatan, karena ruang studio ini

merupakan ruang tanpa bukaan/jendela dengan alasan tuntutan akustik

ruang.

2) Penghawaan

Dipakai penghawaan buatan, karena ruang studio ini tidak

memungkinkan cross ventilation

3) Akustik

a. Ruang ini dibuat tanpa bukaan, untuk menghindari suara dari luar

masuk ke studio dan sebaliknya.

b. Membutuhkan sound proofing yang baik.

c. Adanya ruang perantara untuk menambah perlindungan akustik

ruang.

d. Ukuran dan bentuk studio yang optimum harus diadakan.

e. Derajat difusi yang tinggi harus dijamin.

f. Karakteristik dengung harus ideal.

g. Cacat akustik harus ditiadakan.

h. Bising dan getaran harus diminimalisir.

Page 145: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

123123123

4) Ruang Penunjang

Ruang penunjang yang ada adalah ruang controller studio yang mengatur

suara di dalam studio sendiri dan berisi peralatan.

b. Syarat Psikologis/Arsitektural

1) Intimate scale, yang dapat diciptakan dengan membuat atap perseptual

yang terbentuk oleh sistempencahayaan.

2) Dimensi terkecil tidak boleh kurang dari 2,4 m2

3) Tenang, hal ini adalah tuntutan membuat suasana ruang yang dingin dan

kalem sehingga pengguna dapat berkonsentrasi dengan baik.

Gambar 4.52 : Contoh ruang studio musik (setyowati, 2003 dalam Zulkifli, 2011)

4.4.4 Galeri

Galeri yang dimaksud adalah ruang pamer sekaligus sebuah memorabilia dan

tempat penyimpanan koleksi alat-alat musik yang memiliki nilai historis.

a. Persyaratan Teknis

1) Benda-benda koleksi harus benar benar terlindung dari kerusakan baik

alami maupun buatan.

2) Display hendaknya dapat dilihat tanpa kesulitan.

Page 146: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

124124124

3) Pencahayaan dapat merupakan paduan alami dengan buatan yang diatur

sehingga benda pamer dapat terlihat dengan baik. Sirkulasi linier lebih

pas untuk ruang pamer.

b. Syarat Psikologis

1) Normal scale, sehingga tercipta suasana yang uniti antara pengunjung

dengan benda pamer.

2) Sirkulasi yang lenggang.

4.5 Pendekatan Aspek Struktur dan Konstruksi

Terdapat 3 bagian sistem Struktur pada bangunan yaitu:

a. Sub Structure

Struktur bagian bawah bangunan terdiri dari pondasi dan tanah pendukung

pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan

meneruskan beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu

sistem pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban

bangunan diatasnya, termasuk haya-gaya luar seperti gaya angin, gempa, dll.

Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami

penurunan dan tidak mengalami pematahan. Oleh karena itu perlu

diperhatikan kriteria dalam pemilihan pondasi yaitu berat bangunan yang

harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, beban mati serta beban-

beban lain dan beban yang diakibatkan gaya-gaya ekstrnal, jenis tanah dan

daya dukung tanah.

Berdasarkan kriteria sistem pondasi diatas, maka sistem sub struktur yang

direkomendasikan adalah:

1. Foot Plat

Pondasi foot plat digunakan pada kondisi tanah dengan daya dukung

tanah antara 1,5 – 2,00 kg/cm2. Pondasi Foot Plat ini biasanya digunakan

untuk bangunan gedung 2 sampai 4 lantai, dengan kondisi tanah yang

baik dan stabil.

Page 147: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

125125125

Gambar 4.53 : Pondasi Foot Plat (sumber : struktur konstruksi 3, 2013 dalam Arifah,

2015)

2. Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu

menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap

lenturan. Pondasi tiang pancang digunakan pada tanah lembek, tanah

berawa, dengan kondisi daya dukung tanah kecil, kondisi sir tanah tinggi

dan tanah keras pada posisi sangat dalam.

Gambar 4.54 : Pondasi Tiang Pancang (sumber : struktur konstruksi 3, 2013 dalam

Arifah, 2015)

b. Mid Structure

Mid Structure adalah struktur bagian tengah bangunan yang terdiri atas,

struktur rangka kaku (ring frame structure) dan struktur dinding rangka geser

(frame shear wal structure)

c. Upper Structure

Upper Structure adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan

tanah atau pada bagian ini dapat berupa sistem konvensional untuk grid

dengan bentang kecil, dan sistem struktur advance seperti Shell Structure,

Space Frame, Folded Plate, Cable untuk bangunan dengan bentang lebar.

Page 148: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

126126126

Berdasarkan kriteria sistem struktur diatas, maka sistem upper Structure yang

direkomendasikan adalah:

1) Baja Konvensional

Kuda-kuda ini banyak dipergunakan pada bangunan dengan bentang

atap yang lebar, misalnya gedung pertemuan, aula, atau pabrik. Baja

konvensional ini mempergunakan baja profil yang cukup tebal. Cukup

banyak jenis profil yang tersedia di pasaran, misal profil C, profil I,

profil H, profil siku, atau bentuk lain seperti pipa dan persegi. Jarak di

antara kuda-kuda bisa cukup jauh, yaitu antara 4-5m. Di atas kuda-

kuda ini barulah dipasang usuk yang biasanya menggunakan kanal C

yang mirip dengan profil baja ringan. di atas usuk biasanya langsung

dipasang atap metal (spandeck) atau asbes. Bila ingin mempergunakan

genteng bisa saja. Kanal C tersebut berfungsi sebagai gording, dan

ditambahi lagi usuk dan reng dari kayu di atasnya.

2) Space Frame

Space Frame adalah suatu rangka ruang yang terbuat dari bahan

pipa besi berikut conus, hexagon dan baut baja yang dihubungkan

satu dengan lainnya dengan ball joint / bola baja sebagai

mediatornya. Ball joint ini dapat terbuat dari baja padat atau stainless

steel.

3) Shell Structure

Shell structure atau Cangkang adalah bentuk struktural berdimensi tiga

yang kaku dan tipis serta mempunyai permukaan lengkung. Permukaan

cangkang dapat mempunyai bentuk sembarang. Bentuk yang umum

adalah permukaan yang berasal dari kurva yang diputar terhadap satu

sumbu (misalnya, permukaan bola, elips, kerucut, parabola).

4) Folded Plate

Pelat atau Folded Plate adalah structure planar kaku yang secara khas

terbuat dari material monolith yang tingginya kecil (tipis) dibandingkan

dengan dimensi-dimensi lainnya. Beban yang umum pada pelat

mempunyai sifat banyak arah. Pelat dapat ditumpu di seluruh tepinya atau

Page 149: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

127127127

hanya pada titik-titik tertentu (misalnya oleh kolom atau campuran antara

tumpuan menerus dan titik). Pelat ini terbuat dari material padat, homogen

yang memiliki sifat sama di segala arah. Dengan membentuk lipatan kaku

pada suatu sistem struktur yang bekerja secara efisien untuk menyalurkan

beban sehingga memungkinkan dicapainya bentang-bentang lebar di

antara tumpuan-tumpuan yang direncanakan.

4.6 Pendekatan Aspek Utilitas

4.6.1 Sistem Komunikasi

Terdapat dua jenis sistem komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi Internal, yang menuntut fasilitas-fasilitas seperti

intercom untuk komunikasi individual dua arah, speaker/sound system,

local area network (LAN) yang merupakan sistem komunikasi data

berkecepatan tinggi untuk pertukaraninformasi mengingat banyaknya

kelompok kegiatan.

b. Komunikasi eksternal, yaitu komunikasi dari dalam ke luar

bangunan dapat berupa telepon, faximile, PABX untuk mengkontrol

hubungan keluar dan masuk.

4.6.2 Sistem Transportasi

Jaringan transportasi yang digunakan untuk menghubungkan antara lantai satu

dengan lantai lainnya adalah:

a. Tangga, dapat digunakan untuk berpindah.

b. Lift, membantu anak tunadaksa dalam melakukan pergerakan dari lantai

satu ke lantai yang lainnya.

c. Ram, dapat digunakan sebagai alat transportasi dalam bangunan maupun

luar bangunan

4.6.3 Sistem Energi/Listrik

Penggunaan jaringan listrik dengan sistem rangkaian paralel agar hemat

energi. Sistem rangkaian paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang

disusun secara berderet (paralel). Rangkaian listrik paralel adalah suatu

rangkaian listrik, di mana semua input komponen satu sama lain tersusun

Page 150: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

128128128

paralel. Hal ini menyebabkan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung

yang diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel

memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun

kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka

komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Menggunakan genset sebagai alternatif ketika listrik PLN padam. Atas dasar

pertimbangan keamanan, banyak hal yang perlu diperhatikan seperti

penempatan jarinagn terpisah.

Gambar 4.55 : Rangkaian Paralel (sumber : wikiwand, 2015 dalam Arifah, 2015)

4.6.4 Sistem Plumbing

a. Jaringan Air Bersih

Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat

diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap,

terutama di negara Amerika Serikat dan Jepang. Dalam sistem ini, air

ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai

terendah bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke

suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi

bangunan.

Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung

dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan

dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani

akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama.

Page 151: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

129129129

Gambar 4.56 : Sistem dengan tangki atap (sumber : Elsita Octarina, 2015 dalam Arifah, 2015)

b. Sistem Jaringan Air Kotor

Pembuangan air kotor yang berasal dari bangunan meliputi air hujan yang

langsung dibuang ke saluran kota. Sedangkan air kotor dari pengguna bangunan,

yang berasal dari lavatory di saring dan diolah menggunakan saluran

pengolahan limbah atau sawage treatment.

4.6.5 Sistem Penangkal Petir

Berdasarkan teknologi penangkal petir terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Penangkal Petir Konvensional

1) Sistem franklin. Sistem paling sederhana jenisnya dan hampir tidak ada

perubahan dari pertama dibuat oleh Franklin. Tipe ini menggunakan

jalur kabel tunggal untuk menyalurkan arus listrik yang diterima tombak

penangkal petir ke tanah.

2) Sistem Faraday. Sistem yang memodifikasi sistem franklin yang

semula 2 Jalur Kabel Tunggal menjadi Banyak Jalur Penurunan Kabel

atau Jalur Multiple. Jalur yang melintang sedemikian rupa

menyerupai sangkar karena itu disebut Sangkar Faraday.

Page 152: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

130130130

Gambar 4.57 : Sistem Franklin Gambar 4.58 : Sistem Faraday

(sumber : Arifah, 2015) (sumber : Arifah, 2015)

b. Penangkal Petir Elektrostatis. Berbeda dengan penangkal petir

konvensional yang bersifat pasif, Penangkal Petir Elektrostastis

memodifikasi cara kerja penangkal petir menjadi aktif. Dikatakan aktif

karena instalatir, ujung terminal penangkal petir ditinggikan dalam jarak

tertentu sehingga penangkal petir dapat dikatakan seakan menjemput petir.

Fungsinya memberikan perlindungan yang lebih besar dan berbentuk

seperti payung dalam radius. Oleh karena itu disebut juga Penangkal

Petir Radius.

4.6.6 Sistem Pemadam Kebakaran

Keamanan dan pencegahan bahaya kebakaran sangat penting pada

bangunan Kids Art Studio. Beberapa sistem alarm kebakaran yang terdiri

atas:

a. Otomatis

1) Smoke detector, alat sensor terhadap timbulnya asap berlebihan.

2) Thermal control, alat sensor terhadap panas/peningkatan suhu.

b. Manual

Menggunakan alat push bottom box, dengan cara menekan tombol yang

ada di setiap ruangan bila terjadi kebakaran.

Dan alat pemadam kebakaran terdiri atas:

1) Hydrant box, menggunakan jaringan pipa bertegangan tinggi yang

disambung dengan selang.

2) Fire extinguisher, merupakan tabung karbidioksida portable untuk

memadamkan api secara manual oleh manusia. Di tempatkan pada titik-

titik strategis agar mudah dijangkau dan dikenali serta rungan-ruangan

Page 153: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

131131131

yang memiliki resiko kebakaran tinggi.

3) Sprinkler gas, digunakan untuk menanggulangi kebakaran pada ruang-

ruang yang memakai peralatan elektronik

4.7 Pendekatan Aspek Arsitektural

4.7.1 Tampilan Bangunan

Tampilan Bangunan merupakan salah satu unsur yang penting dari sebuah

bangunan, karena tampilan bangunan yang mengekspresikan bentuk fasad

bangunan untuk menyampaikan makna atau pesan dan ide ke dalam bentuk

yang ditampilkan. Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia merupakan

bangunan untuk kegiatan belajar musik tradisional, oleh karena itu didesain

bangunan yang dapat mencerminkan bangunan pendidikan yang nyaman,

aman, menyenangkan dengan fasad yang menarik.

Karena merupakan Sekolah Musik Tradisional Daerah Indonesia dan juga

menggunakan pendekatan arsitektur neo vernakular, fasad bangunan

menggunakan aksen aksen regional yang mencerminkan arsitektur neo

vernakular dipadukan dengan material modern yang sesuai. Aksen aksen

regional tersebut dipadukan dengan transformasi bentuk geometris yang

dimodifikasi seingga sesuai dengan konsep Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia.

Gambar 4.59 : Pendekatan Gubahan Massa (sumber : Analisis, 2016)

Page 154: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

132132132

Bentuk bentuk geometris juga diadaptasikan ke dalam bentukan denah maupun

atap dari perencanaan dan perancangan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia ini dengan menyelaraskan juga ke konsep arsitektur neo vernakular.

a. Denah

1) Persegi 2) Persegi Panjang

3) Lingkaran

b. Atap

1) Limasan 2) Pelana

3) Dak/Balok

Page 155: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA

Konsep dasar yang digunakan untuk landasan perencanaan bangunan Sekolah

Musik Tradisional Indonesia di Bandung adalah sebagai berikut:

a. Sekolah Musik Tradisional Indonesia adalah bangunan publik yang

mengutamakan fungsi bangunan sebagai bangunan sekolah seni musik untuk

masyarakat dengan kelengkapan fasilitas dan utilitas, hubungan antar ruang,

dan juga sirkulasi namun tetap memperhatikan aspek arsitektur bangunan yang

baik untuk pengguna bangunan.

b. Memiliki citra dinamis regional yang sesuai dengan visi utama sekolah musik

tradisional guna mengangkat kesenian tradisional Indonesia.

c. Penampilan bangunan dinamis regional, modern dan fungsional untuk siswa

akan mendukung proses kegiatan belajar musik tradisional dan dapat membuat

pengguna bangunan merasa nyaman dan aman berada di dalam bangunan.

d. Sebagai bangunan sekolah non- formal, sekolah musik tradisional Indonesia

mempunyai fasilitas penunjang seperti perpustakaan, Concert Hall, dan

galeri/ruang pameran.

5.1 Konsep Dasar Perencanaan

Konsep dasar perencanaan dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun

landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur Sekolah Musik

Tradisional Indonesia di kota Bandung. Dengan adanya konsep dasar

perencanaan ini diharapkan dalam perancangan Sekolah Musik Tradisional di

kota Bandung akan lebih mendekati konsep penekanan desain.

Dasar pendekatan yang diperlukan adalah:

a. Konsep aspek fungsional

133

Page 156: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

134134134

b. Konsep aspek keruangan

c. Konsep aspek struktur dan konstruksi

d. Konsep aspek utilitas bangunan

e. Konsep aspek arsitektural

Konsep dasar perancangan ini merupakan landasan pokok dalam proses desain

fisik Sekolah Musik Tradisional dengan pendekatan desain arsitektur neo

vernakular, sehingga perancangan bangunan tersebut tidak menyimpang dari

kriteria yang telah ditetapkan.

Pendekatan dasar yang digunakan untuk landasan perencanaan bangunan

Sekolah Musik Indonesia di kota Bandung adalah sebagai berikut:

a. Sekolah Musik Tradisional Indonesia adalah bangunan publik yang

mengutamakan fungsi bangunan sebagai bangunan sekolah seni musik untuk

masyarakat dengan kelengkapan fasilitas dan utilitas, hubungan antar ruang,

dan juga sirkulasi namun tetap memperhatikan aspek arsitektur bangunan

yang baik untuk pengguna bangunan.

b. Memiliki citra dinamis regional yang sesuai dengan visi utama sekolah

musik tradisional guna mengangkat kesenian tradisional Indonesia.

c. Penampilan bangunan dinamis regional, modern dan fungsional untuk siswa

akan mendukung proses kegiatan belajar musik tradisional dan dapat

membuat pengguna bangunan merasa nyaman dan aman berada di dalam

bangunan.

d. Sebagai bangunan sekolah non- formal, sekolah musik tradisional Indonesia

mempunyai fasilitas penunjang seperti perpustakaan, Concert Hall, dan

galeri/ruang pameran.

5.2 Konsep Site

Lokasi site Sekolah Musik Indonesia berada di jalan Dewi Sartika, kelurahan

Balong Gede, kecamatan Regol, Bandung yang termasuk ke dalam SWK

Karees, dengan total luas site ±10.200m2 dengan KDB 80%. Kondisi kontur

relatif datar dan memiliki kondisi udara yang tidak terlalu panas walaupun dekat

dengan pusat kota. Lokasi site di dalam kelurahan Balong Gede merupakan

Page 157: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

135135135

daerah strategis karena hanya berjarak ±250m dari pusat kota dengan berbagai

kelengkapan fasilitas yang ada tentunya menjadi nilai tambah tersendiri untuk

pemilihan lokasi Sekolah Musik Tradisional Indonesia.

Gambar 5.1 : Eksisting Site (sumber : Analisis Pribadi, 2016)

5.3 Konsep Bangunan

5.3.1 Konsep Massa Bangunan

Massa bangunan menghadap ke Barat dengan perletakan bangunan

memanjang dari utara ke selatan dimaksudkan supaya bangunan mendapatkan

pencahayaan alami yang memadahi sari sinar matahari. Dengan menentukan

arah orientasi bangunan, terdapat beberapa pertimbangan sebagai berikut:

a. Kondisi lingkungan, sangat berpengaruh pada arah orientasi karena

dengan memperhatikan kondisi lingkungan tapak bangunan yang

dirancang, maka akan tercipta keselarasan lingkungan dalam satu

kawasan.

b. Kondisi klimatologis, berpengaruh pada tingkat pencahayaan bangunan,

yang didasarkan pada sirkulasi dan arah edar matahari.

c. Terhadap tapak bangunan, dengan mempertimbangkan pencapaian utama

maka orientasi bangunan dihadapkan pada jalan utama.

Page 158: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

136136136

Gambar 5.2 : Analisis Arah Orientasi Bangunan (sumber : Analisis Pribadi,

2016)

5.3.2 Konsep Gubahan Massa

Sekolah Musik Tradisional Indonesia merupakan bangunan untuk siswa

belajar dan menampilkan karya mereka, sehingga untuk gubahan massa

hendaknya perlu dipertimbangkan bentuk yang sesuai untuk bangunan

kesenian khususnya tradisional Indonesia dengan tetap mengutamakan

kenyamanan dan keamanan bangunan. Dengan menggunakan pendekatan

arsitektur neo vernakular, bentuk massa bangunan Sekolah Musik mengambil

analogi kesenian tradisional Indonesia dan melakukan transformasi bentuk

untuk mendapatkan gubahan massa. Massa bangunan mengikuti

pengelompokan kegiatan Sekolah Musik Tradisional Indonesia, dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Area kegiatan utama, digunakan untuk kegiatan pembelajaran musik

tradisional di Sekolah Musik Tradisional.

b. Area kegiatan pengelola, digunakan untuk kegiatan pengelola.

c. Area kegiatan penunjang, digunakan untuk kegiatan penunjang.

d. Area kegiatan servis, digunakan untuk area pelayanan.

Page 159: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

137137137

Gambar 5.3 : Gubahan Massa (sumber : Analisis, 2016)

Gambar diatas adalah merupakan gubahan massa rencana untuk bangunan

utama yaitu ruang kelas, studio, ruang praktek serta ruang pengajar dan

pengelola. Garis nada tradisional khas sunda dijadikan elemen estetis pada

fasad bangunan dengan bentukan atap julang ngapak yang merupakan

bentukan atap rumah tradisional sunda. Bahan ACP juga digunakan

sebagai bahan pelapis pada fasad bangunan dikombinasikan dengan

material kayu dan kaca. Material kayu digunakan untuk memperkuat

desain neo vernacular pada bangunan selain bentukan atap julang ngapak.

5.3.3 Konsep Penekanan Desain

Penekanan desain dari Sekolah Musik Tradisional Indonesia adalah fungsi

ruang dengan pendekatan arsitektur neo vernakular. Dengan pendekatan

arsitektur neo vernakular dapat diadaptasikan pada bagian di dalam dan di

luar bangunan Sekolah Musik Tradisional Indonesia. Pendekatan ini dapat

diadaptasi dan diaplikasikan tanpa mengurangi fungsi ruangnya. Berikut

adalah konsep dari Sekolah Musik Tradisional Indonesia :

a. Konsep Eksterior

Eksterior Sekolah Musik Tradisional Indonesia menggunakan aksen

aksen regional dengan material modern yang sesuai dengan fungsinya

sehingga bisa tercipta eksterior yang fungsional dengan tenpa

menghilangkan konsep arsitektur neo vernakular.

1) Atap

Untuk penutup atap menggunakan atap julang ngapak yang

merupakan atap rumah tradisional sunda seperti yang ada pada

kampus ITB dengan bahan penutup atap genteng bitumen.

Page 160: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

138138138

Gambar 5.4 : Konsep Atap Julang Ngapak (sumber : search engine google.com

dengan kata kunci atap tradisional sunda julang ngapak)

2) Fasad bangunan

Fasad bangunan sekolah musik menggunakan gabungan material

tradisional dan modern. Kesan tradisional dan alami didapati pada

penggunaan material dasar kayu dan batu alam, seperti pada kolom

kampus ITB yang menggunakan batu alam sebagai pelapisnya.

sedangkan kesan modern ditampilkan dengan penggunaan material

ACP dan kaca.

Gambar 5.5 : Eksterior menggunakan bahan batu alam seperti di kampus ITB

(sumber : Analisis, 2016)

Gambar 5.6 : Eksterior menggunakan bahan ACP seperti pada bangunan kantor

bupati Kampar (sumber : Analisis, 2016)

Page 161: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

139139139

Bangunan sekolah musik yang akan direncanakan menggunaan bahan

ACP sebagai pelapis fasad seperti pada bangunan kantor Bupati

Kampar.

3) Pagar Barier

Untuk meredam kebisingan dari luar tapak, pada rencana sekolah

musik akan menggunakan pagar barier dari beton di sekeliling site.

Gambar 5.7 : Beton Pra pabrikasi sebagai pagar barier peredam kebisingan

(sumber : Analisis, 2016)

b. Konsep Interior

Interior pada bangunan Sekolah Musik Tradisional ini menekankan pada

fungsi ruang karena Sekolah Musik membutuhkan persyaratan ruang

khusus terurama untuk ruang studio dan ruang praktek dan juga concert

hall dengan tetap memperhatikan konsep arsitektur neo vernakular.

1) Langit-langit

Langit-langit untuk ruang yang membutuhkan kualitas suara yang

baik seperti ruang studio, ruang praktek dan juga concert hall,

menggunakan material plafond akustik, sedangkan untuk ruang kelas,

ruang pengelola dan ruang penunjang lainnya menggunakan gypsum

board biasa.

Page 162: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

140140140

Gambar 5.8 : plafond akustik (sumber : search engine google.com dengan kata

kunci plafond akustik)

2) Dinding

Untuk ruang studio dan concert hall menggunakan pelapis dinding

rockwool yang berfungsi sebagai peredam suara dan juga dilapisi

dengan Medium Density Fiberboard sebagai pelapis permukaan.

Gambar 5.9 : rockwool (sumber : search engine google.com dengan kata kunci

rockwool)

Gambar 5.10 : Medium Density Fiberboard sebagai pelapis dinding concert hall

(sumber : Analisis, 2016)

Penggunaan Pelapis bermaterial MDF ( medium Density Fiberboard)

(gambar....) seperti yang diterapkan di bangunan concert hall Taman

Budaya Yogyakarta akan diaplikasikan untuk ruang studio dan

concert hall pada rencana bangunan sekolah musik.

Page 163: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

141141141

Gambar 5.11 : Gypsum sebagai pelapis dinding ruang praktek (sumber : Analisis,

2016)

Sedangkan untuk ruang praktek menggunakan pelapis gypsum

sebagai peredam seperti yang diterapkan pada ruang praktek di

jurusan seni musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta (gambar...)

yang coba diaplikasikan ke dalam rencana bangunan sekolah musik.

3) Lantai

Untuk penutup lantai secara umum menggunakan bahan keramik

namun untuk ruang studio, ruang praktek dan juga concert hall

menggunakan tambahan karpet sebagai pelapis yang berfungsi

meredam suara.

Gambar 5.12 : Keramik dan karpet sebagai penutup lantai (sumber : Analisis,

2016)

5.3.4 Konsep Ruang Galeri

Ruang galeri merupakan adalah salah satu ruang sebagai daya tarik

pengunjung untuk mengunjungi kawasan Sekolah Musik Tradisional Daerah

Indonesia yang tidak ditemui di dalam sekolah musik lain. Konsep galeri

adalah untuk sarana edukasi. Edukasi diperoleh dari pengenalan koleksi alat

alat musik tradisional daerah Indonesia beserta sejarahnya.

Page 164: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

142142142

Gambar 5.13 : Pameran alat musik (sumber : sindonews.com)

Selain alat musik, di dalam galeri juga menampilkan manekin yang

menggunakan pakaian tradisional khas daerah Indonesia yang terlihat sedang

memainkan alat musik tradisional agar terlihat menarik bagi pengunjung

yang melihat.

Gambar 5.14: koleksi alat musik tradisional Indonesia dengan manekin yang menggunakan

pakaian adat daerah Jawa yang terlihat sedang memainkan alat musik di Museo de la Musica

Etnica de Busot di negara Spanyol. (sumber : beritalamongan.com)

Di dalam galeri juga terdapat ruang visual interaktif yang merupakan ruang

dimana terdapat layar interaktif yang di dalamnya memuat informasi

mengenai alat musik dan kesenian musik tradisional Indonesia yang

ditampilkan secara visual agar pengunjung dapat mengetahui sejarah

kesenian musik tradisional daerah Indonesia

Page 165: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

143143143

Gambar 5.15 : Ruang Visual di URA Singapura (sumber : ura.gov.sg)

Gambar di atas merupakan ruang visual yang ada di dalam gedung Urban

Redevelopment Authority Singapura. Ruang seperti inilah yang akan

diadaptasikan ke dalam Galeri yang ada di rencana bangunan Sekolah Musik

Tradisional Daerah Indonesia sebagai ruang visual interaktif yang akan

menampilkan segala informasi mengenai kesenian musik tradisional daerah

Indonesia.

5.3.5 Konsep Tata Luar dan Tata Lanskap

Konsep tata ruag luar bangunan Sekolah Musik Tradisional Indonesia

didesain deangan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang terjadi antara

bangunan dan ruang luar. Ruang luar selain digunakan sebagai ruang publik

juga dimanfaatkan sebagai kelas outdoor untuk siswa yang ingin belajar alat

musik dengan suasana santai.

Konsep pola tata penghijauan dan lanskap mempengaruhi tampilan suasana

bangunan Sekolah Musik Tradisional Indonesia. konsep penataannya adalah

dengan menyesuaikannya dengan konsep bangunan secara umum, yaitu

dengan pendekatan arsitektur neo vernakular.

Page 166: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

144144144

Gambar 5.16 : Sketsa Tempat duduk dan bersantai outdoor (sumber : Analisis, 2016)

Selain itu elemen lanskap juga ditambahkan dengan bangku dan meja yang

digunakan untuk bersantai pad ataman sekaligus sebagai ruang terbuka untuk

berkegiatan belajar supaya siswa tidak jenuh belajar di dalam ruang kelas.

5.4 Konsep Struktur Bangunan

5.5.1 Sistem Modul

Sistem modul yang digunakan yaitu berupa bentuk modul berupa grid yang

disesuaikan dengan bentuk bangunan dan menggunakan bentuk kolom

menyesuaikan konsep bangunan keseluruhan dengan tetap

mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan bangunan.

Gambar 5.17 : Modul kolom (sumber : Arifah, 2015)

5.5.2 Sistem Struktur

Sistem struktur yang akan digunakan bangunan Sekolah Musik Tradisional

Indonesia adalah:

Page 167: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

145145145

a. Sub Structure

Struktur bangunan Sekolah Musik Tradisional Indonesia menggunakan

pondasi tiang pancang. Menggunakan pondasi tiang pancang karena

konsep dari bangunan akan memiliki 3 sampai 4 lantai.

Gambar 5.18 : Pondasi Tiang Pancang (sumber : Google.com, 2016)

b. Upper Structure

Struktur bangunan Sekolah Musik Indonesia menggunakan struktur atap

baja ringan dengan pertimbangan lebih ringan, fleksibel, dan cenderung

tahan lama.

Gambar 5.19 : Rangka Baja (sumber : Google.com, 2016)

5.5 Konsep Fungsional

5.5.1 Konsep Sirkulasi ke Bangunan

Konsep sirkulasi ruang luar pada Sekolah Musik Tradisional Indonesia

meliputi pergerakan pengguna dalam mencapai bangunan

Page 168: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

146146146

Parkir Entrance Entrance Bangunan

Drop Off

Konsep sirkulasi ruang luar yang dipilih adalah pencapaian langsung karena

kondisi site yang memungkinkan untuk pencapaian site secara langsung.

5.5.2 Konsep Program Ruang

Tabel 5.1 : Besaran Ruang Utama

No. Jenis Ruang Kapasitas Standar (m2) Sumber Luas (m2)

1. Ruang kelas 30 siswa 1 Pengajar

1 Papan Tulis 1 Piano

2 Rak Loker

0.31 2

2.7 0.93 0.12

A

14,93

2. Ruang Studio 5 Siswa 1 Pengajar

5 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

1,65 (5) 2.7

A

7,9

3. Ruang Gesek 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2 1

2.7

A

6,32

4. Ruang Tiup 2 siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2 1

2.7

A

6,32

5. Ruang Perkusi 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2 1

2.7

A

7,32

6. Ruang Piano 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

3,7 2.7

A

12,72

Jumlah 55,51

Sirkulasi 30% 16,653

Total 72,163

Sumber : Analisis, 2016

Page 169: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

147147147

Tabel 5.2 : Jumlah Besaran Ruang Utama

No. Jenis Ruang Kapasitas Standart (m2) Jumlah Ruang Jml Luas (m2)

1.

Ruang kelas

30 siswa 1 Pengajar

1 Papan Tulis 1 Piano

2 Rak Loker

0.31 2

2.7 0.93 0.12

6

324

2.

Ruang Studio

5 Siswa 1 Pengajar

5 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

1,65 (5) 2.7

6

324

3.

Ruang Gesek

2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

0,5 2.7

6

324

4.

Ruang Tiup

2 siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

0,5 2.7

6

324

5.

Ruang Perkusi

2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2 1

2.7

6

324

6. Ruang Piano 2 Siswa 1 Pengajar

2 Alat Musik 1 Papan Tulis

0.31 2

3,7 2.7

6

324

Jumlah 1944

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 5.3 : Besaran Ruang Pengelola

No. Jenis Ruang Kap. (org) Standar (m2) Sumber Luas (m2)

1. Ruang Pimpinan 1 20 DA 54

2. Ruang

Staff/Pengajar

17 4.5

DA

108

3. Ruang Rapat 20 2 DA 54

Jumlah 216

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 5.4 : Besaran Ruang Penunjang

No. Jenis Ruang Kap. (org) Standar (m2) Sumber Luas (m2)

1. Lobby 50 12 A 144

Page 170: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

148148148

2. Concert Hall

Ruang tunggu Panggung

Area Penonton R. latian

R. sound control R. ganti

40

850

25 4

25

2

1.05

2 6 4

A

TP

TP TP A

144 288 576 54 72 72

3. Galeri 150 2 A 288

4. Kafe 100 288 A 288

4. Perpustakaan Ruang Staff Rak Buku

Loker

Ruang Baca

2

2000 buku 80 80

4.5

1m2 / 100 buku

1

1.5

DA

DA

A

DA

108

Jumlah 1984

Sumber : Analisis, 2016

Tabel 5.5 : Besaran Ruang Servis

No. Jenis Ruang Kap (org) Standar (m2) Jumlah Luas (m2)

1. Mushola R. sholat T. wudhu

30

1.03

25% dari luas r.sholat

DA

DA

42,4

2. Toilet Perempuan Toilet

Wastafel Toilet Laki-laki

Toilet Wastafel

Urinoir

15 15

15

15 20

2,7

0,48

2,7

0,48 0,18

DA DA

DA

DA

DA

40,5 7,2

40,5

7,2 3,6

3. Ruang

Penyimpanan

1 21 A 36

5. Ruang AHU - 20 S 18

6. Ruang Panel - 8 S 9

7. Ruang Plumbing - 8 S 9

8. Pos Jaga 2 4 S 8

9. Ruang Genset - 20/unit S 18

10. Ruang Kontrol - 9 9

Jumlah 338,5

Sumber : Analisis, 2016

Page 171: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

149149149

Tabel 5.6 : Total Luas Ruang

No. Kelompok Ruang Luas (m2)

1. Ruang Utama 1944

2. Ruang Pengelola 216

3. Ruang Penunjang 1984

4. Ruang Servis 338,5

Total 4482,5

Sumber : Analisis, 2016

Keterangan :

DA : Erenst Neufert, Architec’s Data

TSS : Josp De Chire and John Hand Book, Time server standart for building

A : Analisis dan Studi Banding

TP : Theater Planning

TD : Theater Design

H : Hotel and Planning Design

S : Asumsi

5.5.3 Organisasi Ruang

Organisasi ruang pada Sekolah Musik Tradisional Indonesia di kelompokkan

menjadi beberapa zona yaitu zona privat (zona pengelola dan zona servis),

zona publik (zona penerima, zona parkir dan zona servis), dan zona semi

publik (zona belajar dan zona penunjang).

Page 172: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

150150150

Concert Hall

Galeri

Perpustakaan

Ruang Mushola

Ruang Toilet

Ruang

Penyimpanan

Ruang PABX

Ruang AHU

Ruang ME

Ruang Genset

Ruang Plumbing

ME

Parkir Pos Jaga

Drop Off

ME Bangunan

Ruang Studio Ruang Kelas

Ruang Gesek Ruang Tiup

Ruang Perkusi Ruang Piano

Ruang Pimpinan Ruang

Staff/Pengajar

Ruang Rapar Ruang Tamu

: Ruang Utama

:Ruang Pengelola

: Ruang Penunjang

: Ruang Servis

: Erat

: Kurang Erat

5.5.4 Sirkulasi Ruang

Sirkulasi ruang Sekolah Musik Tradisional Indonesia dibedakan dan

disesuaikan dengan kepentingannya masing-masing yaitu :

Page 173: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

151151151

Kamar Mandi/WC Mushola

Kantin

a. Alur sirkulasi ruang siswa

Ruang Kelas

ME

Parkir

Ruang Studio

Ruang Gesek

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Kamar Mandi/WC

Mushola Kantin

Ruang Piano

Hall

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

b. Alur sirkulasi ruang Pengajar & Pengelola

Ruang Kelas

ME Ruang Studio

Ruang Gesek

Parkir

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Hall

Ruang Piano

Ruang Pengelola

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

Page 174: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

152152152

c. Alur sirkulasi ruang Pegawai Operasional Servis

Ruang Kelas

ME

Hall

Parkir

Ruang Studio

Ruang Gesek

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Ruang Piano

Ruang Pengelola

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Kamar Mandi/WC

Mushola Kantin

Ruang

Penyimpanan

Ruang Mekanikal

Elektrikal

Ruang AHU

Ruang Plumbing

Ruang ME

Ruang PABX

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

Page 175: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

153153153

\\

Kamar Mandi/WC Mushola

Kantin

d. Alur sirkulasi ruang Pegawai Keamanan

Ruang Kelas

ME Ruang Studio

Ruang Gesek

Hall

Parkir

Ruang Perkusi

Ruang Tiup

Ruang Piano

Ruang Pengelola

Ruang Penunjang

Concert Hall Galeri

Perpustakaan

Ruang

Penyimpanan

Ruang Mekanikal

Elektrikal

Ruang AHU

Ruang Plumbing

Ruang ME

Ruang PABX

Pos Jaga

Keterangan:

Erat

Kurang Erat

5.5.5 Zoning

a. Klimatologi

Gambar 5.20 : Analisis klimatologi (sumber : Analisis, 2016)

Page 176: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

154154154

Dalam menentukan orientasi bangunan terkait dengan kondisi klimatologi

pada area sekitar tapak terpilih harus memperhatikan arah edar matahari

yaitu dari timur ke barat untuk menentukan bukaan untuk cahaya

matahari dapat masuk ke dalam ruang sebagai pencahayaan alami dan

juga arah angin dari barat ke timur sebagai pertimbangan untuk

menentukan orientasi bukaan untuk penghawaan alami.

Dari hasil analisa klimatologi diperoleh zoning sebagai berikut:

Gambar 5.21 : Zoning hasil analisis klimatologi (sumber : Analisis, 2016)

b. Kebisingan

Lokasi site yang berada pada kawasan padat menjadi tantangan tersendiri

dari aspek kebisingan, apalagi bangunan rencana sekolah musik sangat

menuntut kondisi yang nyaman dan minim kebisingan yang ditimbulkan

dari aktivitas di luar tapak. Untuk itu perlu adanya analisa kebisingan

guna menentukan zonasi yang tepat di dalam tapak.

Gambar 5.22 : Analisis kebisingan (sumber : Analisis, 2016)

Page 177: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

155155155

Pada daerah yang berwarna merah seperti yang ditunjukkan pada

gambar.. merupakan zona paling bising karena berada tepat berada

bersebelahan dengan jalan Dewi Sartika yang merupakan akses lalu lintas

menuju pusat kota dan area perdagangan di daerah pusat kota menjadikan

jalan dewi sartika sebagai jalan dengan aktivitas lalu lintas baik

kendaraan bermotor maupun pejalan kaki yang padat.

Dari hasil analisa kebisingan diperoleh zonasi sebagai berikut:

Gambar 5.23 : Zoning hasil analisis kebisingan (sumber : Analisis, 2016)

c. View From Site

Berada di dekat pusat kota menjadikan tapak terpilih mempunyai

kelebihan dalam aspek view from site, hanya berjarak ±250m dari alun

alun kota Bandung dan berada di area bisnis perdagangan bisa

dimanfaatkan sebagai arah orientasi bangunan sekolah musik ke luar

tapak.

Gambar 5.24 : Analisis View From Site (sumber : Analisis, 2016)

Page 178: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

156156156

Pada sisi barat memperoleh skor tertinggi karena view langsung ke arah

area jalan dewi sartika yang merupakan pusat bisnis perdagangan,

sedangkan arah utara memperoleh view ke arah alun-alun kota Bandung

yang hanya berjarak ±250m dari lokasi tapak. Skor terendah pada sisi

timur dan selatan karena merupakan daerah permukiman dan sisi selatan

merupakan area SMP 43 Bandung.

Dari hasil analisa view from site diperoleh zonasi sebagai berikut:

Gambar 5.25 : Zoning hasil analisis view from site (sumber : Analisis, 2016)

d. View to site

Sebuah bangunan Sekolah Musik harus memiliki penampilan yang

menarik yang bisa dilihat dari luar tapak sebagai daya tarik bangunan

yang akan menuntun pengunjung untuk berkunjung ke sekolah musik,

tentunya penampilan yang menrik juga harus didukung dengan potensi

arah pandang orang dari luar tapak menuju tapak. Untuk itu diperlukan

analisa view to site guna menentukan zonasi area sekolah musik.

Gambar 5.26 : Analisis View To Site (sumber : Analisis, 2016)

Page 179: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

157157157

Pada sisi barat memperoleh skor tertinggi karena berada pada kawasan

padat lalu lintas sehingga persentase view to site sangat besar. Untuk sisi

utara sedikit lebih kecil skor yang didapat karena merupakan area lalu

lintas cukup padat, begitu juga pada sisi timur. Untuk sisi selatan karena

berbatasan langsung dengan SMP 43 Bandung tentunya view to site

sangat kurang.

Dari hasil analisa view to site diperoleh zonasi sebagai berikut:

Gambar 5.27 : Zoning hasil analisis view to site (sumber : Analisis, 2016)

e. Hasil Zoning

Dari analisa klimatologi, kebisingan, view from site dan view to site

dapat disimpulkan bahwa zoning untuk kawasan sekolah musik

tradisional daerah Indonesia adalah sebagai berikut:

Gambar 5.28 : Hasil Zoning Akhir (sumber : Analisis, 2016)

Page 180: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

158158158

Untuk daerah utara, barat laut, dan barat di sisi bagian luar, digunakan

sebagai zona ruang penunjang seperti concert hall, galeri dan

perpustakaan. Sedangkan untuk sisi tengah dan barat sisi bagian dalam

digunakan sebagai zona ruang utama atau zona pembelajaran yang

membutuhkan kondisi yang tenang nyaman, serta tingkat kebisingan yang

minim. Untuk zona pengelola ditempatkan pada sisi timur bagian dalam

sampai timur laut. Sedangkan area servis ditempatkan pada sisi timur luar

sampai selatan.

5.6 Konsep Utilitas

5.6.1 Sistem Pencahayaan

a. Pencahayaan Alami

Pemanfaatan sinar matahari dapat dilakukan dengan perletakan dan desain

bukaan yang tepat, penanaman, pemilihan dan perletakan vegetasi dengan

tepat serta penggunaan kaca reflektif dan tinted glass atau material

bangunan lain yang sesuai yang dapat mengatasi panas yang ditimbulkan

sekaligus sebagai elemen estetika.

b. Pencahayaan buatan, digunakan pada ruang-ruang tertentu seperti ruang

pameran, ruang pertunjukan, dan ruang yang sesuai dan membantu ruang

yang pencahayaan alaminya masih kurang. Berikut adalah pencahayaan

buatan:

1) Pencahayaan langsung :

a) Untuk ruang kelas, ruang studio dan ruang praktek menggunakan

pencahayaan langsung jenis down light, penggunaan down light

karena sesuai dengan fungsi ruang yang membutuhkan

pencahayaan yang baik untuk menunjang proses pembelajaran.

Gambar 5.29 : Down Light (sumber : search engine google.com dengan kata

kunci down light)

Page 181: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

159159159

b) Untuk ruang concert hall menggunakan down light sebagai

pencahayaan utama dipadukan dengan spot light untuk bagian

panggung untuk menunjang kegiatan pertunjukan.

Gambar 5.30 : Spot Light (sumber : search engine google.com dengan kata

kunci spot light)

c) Ruang galeri merupakan ruang yang membutuhkan pencahayaan

khusus untuk menunjang kegiatan pameran. Jenis pencahayaan

yang digunakan adalah down light sebagai pencahayaan utama.

Sedangkan untuk pencahayaan khusus untuk pameran

menggunakan spot light dan track light.

Gambar 5.31 : Track Light dan Spot Light (sumber : search engine google.com

dengan kata kunci Track light/Spot Light)

d) Sedangkan untuk eksterior untuk kebutuhan estetika menggunakan

jenis pencahayaan wall washer light.

Gambar 5.32 : Wall Washer Light (sumber : search engine google.com dengan

kata kunci wall washer light)

5.6.2 Sistem Pengkondisian Udara

Penghawaan yang akan digunakan untuk bangunan Sekolah Musik

Tradisional Indonesia sebagai berikut:

Page 182: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

160160160

a. Penghawaan mekanis

Sistem penghawaan mekanis digunakan pada ruang-ruang tertentu seperti

kamar mandi, dapur, ruang genset, ruang pompa, ruang instalasi air.

b. Penghawaan alami

Untuk mendapatkan penghawaan alami ruang kelas, ruang pengajar dan

pengelola, ruang servis, dan ruang penunjang lainnya yang ideal adalah

dengan menyediakan bukaan/ventilasi.

c. Penghawaan Buatan

AC window untuk pelayanan ruang yang kecil dan AC central untuk

pelayanan yang besar.

Chiller AHU Control Panel

Ruang-ruang kegiatan

utama, ruang

pengelola dan ruang

penunjang

(Skema Penghawaan Buatan)

5.6.3 Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan pada Sekolah Musik Tradisional

Indonesia ada dua jenis sistem komunikasi, yaitu komunikasi internal, seperti

intercom untuk komunikasi individu dua arah, speaker / sound system, local

area network (LAN). Serta komunikasi eksternal, yaitu komunikasi dari

dalam keluar bangunan dapat berupa telepon, faximile, PABX untuk

mengkontrol hubungan keluar masuk.

5.6.4 Sistem Transportasi

Jaringan transportasi yang digunakan pada bangunan Sekolah Musik

Indonesia adalah tangga, lift, dan ram. Tangga yang digunakan harus dapat

dilewati minimal oleh dua orang bersama-sama (tangga lebar bersih minimal

120cm). Sedangkan lift yang digunakan adalah lift penumpang dengan

kapasitas 16 orang atau 3000 lbs. Lift dengan tipe MRL (machine room less)

Page 183: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

161161161

yaitu lift tanpa ruang mesin yang menggunakan motor magnet permanen

lebih kecil, sehingga menghemat ruang.

5.6.5 Sistem Elektrikal

Sistem elektrikal pada Sekolah Musik Tradisional Indonesia ini menggunakan

listrik yang bersumber dari PT. PLN dengan tenaga cadangan dari genset jika

aliran listrik dari PLN terputus. Perletakan genset dalam hal ini memerlukan

suatu perhatian khusus karena sifat genset yang cenderung berisik,

menimbulkan polusi udara dan bau bahan bakar dan getaran yang

ditimbulkan pada saat generator bekerja.

PLN Trafo

PLN

Auto

Switch

Main

Distributor

Panel

Sub Panel

Sub Panel

Sub Panel

(Skema Sistem Ekeltrikal)

5.6.6 Sistem Plumbing

Sistem plumbing terdiri dari jaringan air bersih dan jaringan air kotor. Pada

Sekolah Musik Tradisional Indonesia meliputi peralatan untuk penyediaan air

bersih dan pembuangan air kotor.

Air bersih yang digunakan bersumber dari air sumur artesis dan PDAM.

Kebutuhan air bersih ini digunakan untuk kebutuhan MCK, kebutuhan

berwudhu, kebutuhan penyiraman tanaman, dan lain sebagainya. Sistem

distribusi air bersih pada bangunan Sekolah Musik ini dibagi menjadi 2 yaitu

untuk di dalam bangunan dan di luar bangunan. Pada distribusi air bersih di

dalam bangunan menggunakan sistem tangki dengan menggunakan pompa

untuk menaikkan air ke atas bangunan dan distribusi air bersih di luar

bangunan menggunakan pompa khusus yang disalurkan ke Hydrant Pillar

yang hanya bekerja kala kran Hydrant Pillar dibuka saat terjadi bahaya

kebakaran.

Page 184: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

162162162

Untuk limbah air kotor masuk langsung diarahkan ke saluran pembuangan

kota.

Sumur

artesis

PDAM

Ground

water

tank

Roof

Pompa Tank

Ruang-ruang

(Skema Sistem Plumbing Dalam Ruang)

Sumur

artesis

PDAM

Ground

water

tank

Pompa

Hydrant

Pillar

(Skema Sistem Plumbing Luar Ruang)

5.6.7 Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir menggunakan penangkal petir elektrostatis (radius)

mengingat bangunan yang akan dirancang merupakan bangunan bertingkat

dan cukup luas. Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi

sebagian sistem panangkal petir radioaktif, yakni menambah muatan pada

ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar.

Prinsip kerja penangkal peti adalah : saat muatan listrik negatif di bagian

bawah awan suadah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah akan

segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel

konduktor, menuju ke ujung batang penangkal petir.

5.6.8 Sistem Perlindungan Bahaya Kebakaran.

Untuk pendeteksian terhadap api pada Sekolah Musik Tradisional

menggunakan heat+smoke detector. Pemadaman api di dalam bangunan

menggunakan 2 alat pemadam kebakaran otomatis dan manual. Alat

pemadam kebakaran otomatis aktif di dalam bangunan yaitu Sprinkler dan

alat pemadam kebakaran manual di dalam bangunan yaitu Hydrant Box dan

Fire Extinguisher (tabung pemadam kebakaran).

Page 185: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

163163163

Sedangkan pemadaman api di luar bangunan menggunakan alat pemadam

kebakaran manual yaitu Hydrant Pillar.

Api

Api

Heat Detector

Smoke Detector

Sistem alarm Sistem start

Alat pemadam

kebakaran

otomatis aktif

(sprinkler)

Alat pemadam

kebakaran manual

(Hydrant Box dan

Fire Extinguisher

(Skema Sistem Perlindungan Kebakaran di Dalam Ruang)

Api Hydrant Pillar

(Skema Sistem Perlindungan Kebakaran di Luar Ruang)

Page 186: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faritsi, Irfan. 2013. 31 Museum Pamerkan Alat Musik Tradisional di Bandung.

(Online). (http://photo.sindonews.com/view/2758/31-museum-pamerkan-

alat-musik-tradisional-di-bandung , diakses 17 Juni 2016),

Arifah, Siti Nur. 2014. Kids Art Studio Di Kota Semarang. Tugas Akhir. Fakultas

Teknik: Universitas Negeri Semarang.

Architectaria. 2014. House of Music di Aalborg karya Coop Himmelb(l)au: Saat

Alunan Musik Berpadu Dengan Seni Arsitektur Tinggi. (Online).

(http://architectaria.com/house-of-music-di-aalborg-karya-coop-

himmelblau-saat-alunan-musik-berpadu-dengan-seni-arsitektur-tinggi.html

, diakses 25 April 2016).

Destinasibdg. 2015. Komunitas Karinding Sagala Awi, Peduli dengan

Kebudayaan Sunda. (Online).

(http://www.destinasibandung.co.id/komunitas-karinding-sagala-awi-

peduli-dengan-kebudayaan-sunda.html# , diakses 16 Juni 2016).

Doelle, Leslie L dan Prasetio, Lea. 1985. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga

Ibo, Ahmad. 2016. Taman Budaya Yogyakarta: Laboratorium Seni di Yogyakarta.

(Online). (http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/taman-budaya-yogyakarta-

laboratorium-seni-di-yogyakarta , diakses 10 Mei 2016).

Khoirunisa, Isnaini. 2016. Arsitektur Unik Sekolah Musik di Kanagawa Jepang.

(Online). (http://www.rumah.com/berita-

properti/2016/3/118961/arsitektur-unik-sekolah-musik-di-kanagawa-

jepang , diakses 25 April 2016).

Putra, Febrianto. 2014. 14 Jenis Jenis Musik Tradisional Nusantara. (Online).

(http://www.febrian.web.id/2014/03/14-jenis-jenis-musik-tradisional.html

, diakses 24 April 2016).

Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi Pada

Bangunan. Yogyakarta: Andi

Page 187: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Ness, Carol. 2008. The Architecture of Joseph Esherick Finally Gets Its Due.

(Online).

(http://www.berkeley.edu/news/berkeleyan/2008/11/05_esherick.shtml ,

diakses 10 Mei 2016).

Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek (Jilid 1). Jakarta: Erlangga

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek (Jilid 2). Jakarta: Erlangga

Nursaidah, 2014. Sejarah dan Teori Arsitektur II ( Arsitek Pada Periode Modern,

Post Modern, dan Dekonstruksi Serta Perkembangan Arsitektur Modern di

Barat & Timur). Tugas I. Program Studi Arsitektur : Universitas Syiah

Kuala.

Ramadhan, Indra Pongo. 2015. Musik, Bandung, dan Tourism. (Online).

(http://www.kompasiana.com/dontstoppongo/musik-bandung-dan-

tourism_54f5f67fa3331184108b45a0 , diakses 2 Mei 2016).

Skyline Team. 2011. New Look for Singapore City Gallery. (Online).

(https://www.ura.gov.sg/skyline/skyline11/skyline11-02/html/p08.html ,

diakses 17 Juni 2016).

Supriadi, Bambang. 2012. Alat Musik Tradisional Nusantara Lengkap 33

Propinsi. (Online). (http://anaktebidah.blogspot.co.id/2012/03/alat-musik-

tradisional-nusantara.html , diakses 24 April 2016).

Zikri, Ahlul. 2016. Arsitektur Neo Vernakular. (Online).

(http://ahluldesigners.blogspot.co.id/2012/08/arsitektur-neo-vernakular-

a.html , diakses 24 April 2016).

Zulkifli, Muhammad. 2011. Sekolah Musik Kontemporer di Malang (Tema :

Kompleksitas Geometri Yang Ambigu). Tugas Akhir. Fakultas Sains dan

Teknologi : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Page 188: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31577/1/5112412073.pdf · SEKOLAH MUSIK TRADISIONAL INDONESIA DI BANDUNG. DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN

Wage, H.A. 1979. “Eijk, Pieter Nicolas van (1887-1954). Dalam Biografisch

Woordenboek van Nederland

Wikipedia, 2016. Aldo van Eyck. (Online).

(https://en.wikipedia.org/wiki/Aldo_van_Eyck , diakses 10 Mei 2016).

Wikipedia, 2016. Joseph Esherick. (Online).

(https://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Esherick_(architect) , diakses 10 Mei 2016).