lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20280950-muhammad arifin wibisono.pdf · ii ....
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PORTAL MAHKAMAH AGUNG RI
UNTUK MEWUJUDKAN KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
SKRIPSI
MUHAMMAD ARIFIN WIBISONO
0706283790
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK
JANUARI 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PORTAL MAHKAMAH AGUNG RI
UNTUK MEWUJUDKAN KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Administrasi
MUHAMMAD ARIFIN WIBISONO
0706283790
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
KEKHUSUSAN SUMBER DAYA MANUSIA
DEPOK
JANUARI 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
v
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Departemen Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
2. Dr. Roy V. Salomo, M.Soc. Sc., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi
FISIP UI.
3. Prof. Dr. Irfan Ridwan M, M.Si., selaku Ketua Program Sarjana Reguler/Kelas
Paralel Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI dan pembimbing akademik
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing
saya selama kuliah di Universitas Indonesia.
4. Achmad Lutfi, S.Sos, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara FISIP UI.
5. Teguh Kurniawan S.Sos, M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Pihak Mahkamah Agung RI, terutama Pak Edy S dari Biro Hukum dan Humas
dan Pak Joko Upoyo dari Bagian Pemeliharaan Sistem Informasi, tempat saya
melakukan penelitian.
7. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, terutama Mbak Siti Maryam
Rodja SH, yang telah memberikan pandangan yang lebih luas mengenai
skripsi saya.
8. Para Narasumber, Kepala Lab E-Government Fasilkom UI, Bapak Ir.Dana
Indra Sensuse,M.LIS.Ph.D; Reporter Liputan 6,Bang Subqi Abdul Qadir;
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
vii
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Lembar ini ditujukan
bagi semua pihak, mulai dari keluarga sampai sahabat, yang mendukung dan
membantu saya selama proses pembuatan skripsi saya ini.
1. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda saya, Bapak H.Samto dan Ibunda
saya, Hj.Musrifah Hariyati, sembah sujud saya haturkan kepada keduanya
setelah kepada Allah S.W.T, atas segala cinta, kasih sayang dan
kepercayaan yang selalu diberikannya kepada saya dalam tiap penjagaan
dan doa mereka. Kedua adik saya, Nurul Fahmi Rizkia dan Irfan yusuf
Mahendra, be good guys, I believe that both of you can do so much better
than me!
2. My Beloved ST*RS, Frida: Dody; Nurma; Gilang; Ilo dan Ayu. My
limitless gratitude for you guys, for never refuse to give me a hand
whenever I need!
3. The Red Team, I would like to say thank you very much for giving me
wider point of view and become the place to go when I can’t stand with all
those drama anymore. Kalian benar, this is my stage and the show must go
on, no matter what!!
4. Warga Negara (Ilmu Administrasi Negara) 2007, Rama (thanks for your
help me with all those detail) ; Anti; Nia; Icha; Ridwan; Tari; Putra;
Rohman dan rekan-rekan Negara 2007 lainnya. Terima Kasih untuk tahun-
tahun yang dinamis ini.
5. Tim Kantor Komunikasi Universitas Indonesia, Bapak Vishnu Juwono;
Mbak Riska Dewi; Mbak Finda; Mbak Ida dan Ibu Farida, adalah suatu
kebanggaan saya dapat berkesempatan bergabung dengan kalian. Divisi
Eksternal Kantor Komunikasi UI, Mbak Riska; Rama; Dicky; Nisa;
Yenny; Andre; Alfian; Roky; Egy dan Adam. There were unforgottable
and magical moment, working with you guys.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
viii
Akhir kata, saya berharap Allah S.W.T akan membalas semua kebaikan
kalian yang telah membantu dan mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih banyak dan mohon maaf apabila terdapat nama-nama yang
terlewat. Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selau menyertai kita. Amin.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
x
ABSTRAK
Nama : Muhammad Arifin Wibisono
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Penerapan Portal Mahkamah Agung RI untuk
Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik
Skripsi ini membahas mengenai penerapan portal Mahkamah Agung RI untuk
mewujudkan keterbukaan informasi publik. Penelitian ini berbentuk penelitian
deskriptif yang menggunakan paradigma positivis. Penelitian ini mencoba
menggambarkan bagaimana hasil penerapan portal www.mahkamahgung.go.id
dan kaitannya dengan pelaksanaan transparansi dan keterbukaan informasi publik
dari Mahkamah Agung RI kepada masyarakat sebagai publiknya. Hasil penelitian
ini menyebutkan bahwa penerapan portal Mahkamah Agung RI belum berjalan
dengan baik dari segi bentuk relasi e-government dan peningkatan transparansi
dan keterbukan informsi publik.
Kata kunci: transparansi, keterbukaan informasi publik, portal
ABSTRACT
Name : Muhammad Arifin WIbisono
Study Program : Public Administration
Title : the Implementation of Mahkamah Agung RI’s portal to
Establish Public Information Transparency
This thesis is about the Implementation of Mahkamah Agung RI’s portal to
Establish Public Information Transparency. This reearch formed in descriptive
analysis which uses positivist paradigm. It tries to describe how about the
implementation of portal www.mahkamahagung.go.id and the relation with Public
Information Transparency activites from Mahkamah Agung RI to its public. The
result of this research told that Implementation of Mahkamah Agung RI’s portal
doesn’t work good yet from the side of the e-government’s relation and the
increasing of Public Information Transparency.
Keywords: Public Information, Transparency, portal.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................i
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................vi
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...........................ix
ABSTRAK ..........................................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................1
1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................14
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................15
1.4 Signifikansi Penelitian .........................................................................15
1.5 Sistematika Penulisan ..........................................................................15
1.6 Batasan Penulisan ................................................................................16
BAB 2 KERANGKA TEORI ...........................................................................17
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................17
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................24
2.2.1 E-Government ............................................................................24
2.2.1.1 Tipe Relasi E-Government ..................................................26
2.2.2.2 Manfaat E-Government .......................................................30
2.2.2.3 Langkah-langkah Pengembangan E-Government ...............32
2.2.2 Good Governance ......................................................................36
2.2.3 Transparansi...............................................................................42
BAB 3 METODE PENELITIAN .....................................................................54 3.1 Pendekatan Penelitian ..........................................................................54
3.2 Jenis Penelitian ....................................................................................54
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..............................................55
3.4 Lokasi Penelitian .................................................................................57
3.5 Proses Penelitian ..................................................................................58
3.6 Keterbatasan Penelitian ......................................................................58
BAB 4 GAMBARAN UMUM ..........................................................................60
4.1 Visi dan Misi Mahkamah Agung .........................................................60
4.2 Nilai-nilai Utama Mahkamah Agung ..................................................61
4.3 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Mahkamah Agung .............................63
4.4 Struktur Organisasi Mahkamah Agung ...............................................67
4.5 Perkembangan E-Government di Mahkamah Agung ..........................67
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
xii
4.5.1 Periode I: Inisiatif Awal ............................................................67
4.5.2 Periode II: Akses 121 ................................................................69
4.5.3 Periode III SIMARI: Perintisan SIMARI ..................................71
4.5.4 Periode IV SIMARI: Pengembangan SIMARI .........................73
4.5.5 Periode V SIMARI: Era Baru Pengelolaan Teknologi
Informasi......................................................................................78
BAB 5 PENERAPAN PORTAL MAHKAMAH AGUNG RI UNTUK
MEWUJUDKAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK ..........81
5.1 Bentuk Layanan Informasi Website www.mahkamahagung.go.id ......81
5.1.1 Berita .........................................................................................90
5.1.2 Putusan Mahkamah Agung ........................................................92
5.1.3 Informasi Perkembangan Perkara ..............................................94
5.1.4 Permohonan Informasi/Pengaduan ............................................95
5.1.5 Database Peraturan Nasional dan Peraturan Mahkamah
Agung ........................................................................................99
5.1.6 RKAK/L (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga) Online ..........................................................100
5.1.7 Perpustakaan Online ..................................................................101
5.2 Penerapan E-Government di Mahkamah Agung Republik Indonesia
Melalui Website www.mahkamahagung.go.id.....................................102
5.2.1 Government to Government ......................................................102
5.2.2 Government to Citizen ...............................................................105
5.2.3 Government to Bussiness ...........................................................108
5.3 Penerapan Portal Mahkamah Agung RI untuk Mewujudkan Keterbukaan
Informasi Publik ...................................................................................111
5.3.1 Mekanisme yang Menjamin Sistem Keterbukaan dan Standarisasi
dari Semua Proses-proses Pelayanan Publik .............................111
5.3.2 Mekanisme yang Memfasilitasi Pertanyaan-pertanyaan Publik
tentang Berbagai Kebijakan dan Pelayanan Publik, maupun
Proses-proses di dalam Sektor Publik .......................................120
5.3.3 Mekanisme yang Memfasilitasi Pelaporan maupun Penyebaran
Informasi mengenai Tindak Penyimpangan Aparat Publik di
dalam Kegiatan Melayani .........................................................123
5.4 Kendala ................................................................................................125
5.4.1 Masalah Kelembagaan dalam Operasionalisasi ........................125
5.4.2 Forum Website yang Belum User Friendly ...............................127
5.4.3 Akurasi Data dan Informasi .......................................................127
5.4.4 Keterbatasan Sumber Daya Manusia .........................................129
5.4.5 Perencanaan Anggaran yang Belum Maksimal .........................130
5.4.6 Kurangnya Pengetahuan dan Kepercayaan Masyarakat ............131
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................133
6.1 Simpulan ..............................................................................................133
6.2 Saran ....................................................................................................133
Daftar Pustaka .....................................................................................................135
Lampiran 1 ..........................................................................................................139
Lampiran II..........................................................................................................140
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
xiii
Lampiran III ........................................................................................................142
Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................143
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe Relasi E-Government ..............................................................27
Gambar 2.2 Nilai Informasi ................................................................................51
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Mahkamah Agung RI ......................................67
Gambar 5.1 Tampilan Website www.mahkamahagung.go.id ............................81
Gambar 5.2 Tampilan Fitur Indeks Berita ..........................................................91
Gambar 5.3 Tampilan MA on TV .......................................................................91
Gambar 5.4 Tampilan Fitur Putusan ...................................................................93
Gambar 5.5 Tampilan Fitur Informasi Perkembangan Perkara ..........................95
Gambar 5.6 Tampilan Fitur Permohonan Informasi dan Pengaduan ..................96
Gambar 5.7 Tampilan Kolom registrasi Layanan Informasi dan Pengaduan .....97
Gambar 5.8 Tampilan Fitur Database Legislasi ..................................................99
Gambar 5.9 Tampilan Sistem Perpustakaan Online Mahkamah Agung RI .......101
Gambar 5.10 Tampilan Layanan Informasi Mahkamah Agung RI ....................103
Gambar 5.11 Tampilan Info Perkara Mahkamah Agung RI ...............................106
Gambar 5.12 Tampilan Akses Infromasi Putusan...............................................107
Gambar 5.13 Tampilan Foto Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Mahkamah
Agung RI ........................................................................................109
Gambar 5.14 Lampiran Pengumuman Pelelangan Sederhana ............................110
Gambar 5.15 Tampilan Informasi Kebijakan-Kebijakan Publik yang Dikeluarkan
Mahkamah Agung RI .....................................................................120
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waseda University E-Government 2009 Ranking ..............................4
Tabel 1.2 Peringkat E-Government Asia Tenggara Tahun 2005,
2008, dan 2010 ...................................................................................5
Tabel 1.3 Enam Belas Kementerian Prioritas Utama Reformasi Birokrasi ........6
Tabel 1.4 Data Pengunjung Desk Info Mahkamah Agung Tahun 2010 .............14
Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka ...................................................................20
Tabel 2.2 Tujuan Reformasi Tata Pemerintahan.................................................31
Tabel 2.3 Indikator dan Alat Ukur Transparansi ................................................47
Tabel 4.1 Modul dan Pengguna Aplikasi Baru ...................................................74
Tabel 5.1 Informasi pada katalog Online Perpustakaan MA RI .........................102
Tabel 5.2 Jumlah Pengunjung Website Mahkamah Agung RI dari Berbagai
Negara .................................................................................................117
Tabel 5.3 Jumlah Pageviews Top Content Website Mahkamah Agung RI ........118
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Kepemilikan Website .......................................................................10
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengaruh era globaliasasi yang kian kuat dewasa ini menyentuh hampir
seluruh aspek dari kehidupan manusia, termasuk dalam bidang teknologi. Dalam
kesehariannya, perkembangan teknologi terutama dalam bidang komunikasi dan
informasi turut berkembang secara pesat, dan dengan disadari maupun tidak,
perkembangan tersebut membuat batasan akan jarak dan waktu tak lagi menjadi
suatu hambatan yang berarti. Seiring dengan hal tersebut, perkembangan ini juga
turut mempengaruhi masyarakat, terutama mengenai interaksinya dan pemerintah.
Adanya tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang bersih dan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik membuat teknologi menjadi salah satu
alternatif sarana yang baik untuk menghubungkan keduanya. Hal ini dikarenakan
dalam fungsinya, teknologi informasi juga merupakan salah satu sisi eksternal
yang berpengaruh terhadap pencarian alternatif-alternatif kebijakan dalam bidang
aparatur negara. Teknologi informasi sendiri dimaksudkan sebagai semua bentuk
aplikasi teknologi yang digunakan dalam kehidupan untuk memproses,
menyimpan, dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik (Lucas,
1997:7).
Dalam konteks ini, teknologi informasi pada era globalisasi merupakan
sebuah aplikasi teknologi yang juga memiliki pengaruh terhadap interaksi antara
masyarakat maupun negara dalam memproses, menyimpan, dan mengirimkan
informasi secara elektronik yang lebih efisien dan efektif dalam bentuk
mekanisme yang disebut e-government. Hal ini yang menyebabkan mekanisme e-
government dianggap salah satu instrumen pemerintahan yang sangat perlu
diperhatikan dan dikembangkan oleh pemeritah atau negara di berbagai belahan
dunia, termasuk Indonesia.
Perubahan periode di Indonesia dari Orde Baru ke era reformasi sedikit
banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama pola pikir masyarakat dan
pemerintah. Dengung tentang Good Government atau pemerintahan yang bersih
terdengar dimana-mana. Salah satu sarana yang dapat menjembatani antara
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
2
Universitas Indonesia
masyarakat dan juga pemerintah dalam rangka Good Government adalah dengan
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas
mampu membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan
informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Selain itu
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-
government) akan meningkatkan efisien, transparansi, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan.
Penggunaan media elektronik pada kenyataannya merupakan faktor yang
sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam transaksi
perdagangan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global
tersebut akan membawa bangsa Indonesia ke dalam jurang digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan
informasi. Perubahan-perubahan tersebut menuntut terbentuknya kepemerintahan
yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.
Pemerintah harus mampu memenuhi dua tuntutan masyarakat. Pertama,
masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat
luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah
dijangkau secara interaktif. Kedua, masyarakat menginginkan agar aspirasi
mereka didengar sehingga pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan dialog
publik di dalam perumusan kebijakan negara (www.kompas.com).
Tuntutan masyarakat tersebut berbanding terbalik dengan kondisi
penyelenggara pemerintahan. Selama ini pemerintah menerapkan sistem dan
proses kerja yang dilandaskan pada tatanan birokrasi yang kaku. Sistem dan
proses kerja semacam itu tidak mungkin menjawab perubahan yang kompleks dan
dinamis, serta perlu ditanggapi secara cepat. Selain itu, sistem manajemen
pemerintah selama ini merupakan sistem hirarki kewenangan dan komando
sektoral yang mengerucut ke atas dan panjang.
Dengan demikian, pemerintah harus melaksanakan proses transformasi
menuju e-government. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat
mengoptimalisasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
3
Universitas Indonesia
mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem
manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah
bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan
layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, seluruh
lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan
pemerintah secara optimal (www.deptan.go.id).
Kondisi itu pula yang kemudian dijadikan pertimbangan bagi pemerintah
untuk membuat kebijakan dalam rangka pengembangan e-government di
Indonesia. Agar dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan pemahaman,
keserempakan tindak, dan keterpaduan langkah dari seluruh unsur kelembagaan
pemerintah, maka pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan Instruksi
Presiden (Inpres) bagi pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan e-
government secara nasional. Melalui Inpres RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government, setiap lembaga
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah diwajibkan untuk membuat
konsep, mengembangkan serta menerapkan mekanisme e-government bagi
lembaganya masing-masing, terutama dalam kaitannya pada penyediaan informasi
kepada publik. Sesuai dengan Inpres No. 3 Tahun 2003 tersebut mengenai
pengembangan e-government, diupayakan untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Pengembangan e-
government tersebut dilakukan dengan melakukan penataan sistem manajemen
dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasikan
pemanfaatan teknologi informasi (www.depkominfo.go.id).
Sejak dikeluarkannya Inpres Nomor 3 tahun 2003, banyak instansi
pemerintahan yang berlomba-lomba membuat website. Pada kenyataannya
website yang disediakan oleh lembaga-lembaga pemerintahan tersebut belum
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berikut adalah
pemeringkatan kualitas pemanfaatan e-government pada beberapa negara di dunia
versi Waseda University:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Tabel 1.1
Waseda University E-Government 2009 Ranking
Peringkat Negara Skor Peringkat Negara Skor
1 Singapura 92.89 18 Belanda 68.88
2 Amerika Serikat 89.31 19 Selandia Baru 68.58
3 Swedia 86.94 20 Meksiko 64.48
4 Inggris 85.45 21 Thailand 64.51
5 Jepang 82.30 22 Malaysia 63.38
6 Korea 82.30 23 Indonesia 62.02
7 Kanada 80 24 India 60.89
8 Taiwan 78.69 25 Afrika
Selatan 55.45
9 Finlandia 76.02 26 Cina 53.25
10 Jerman 75.30 27 Filipina 50.81
11 Italia 75.30 28 Cili 47.11
12 Norwegia 73.84 29 Rusia 41.66
13 Australia 73.60 30 Brazil 41.28
14 Hongkong 71.86 31 Vitenam 40.77
15 Belgia 71.26 32 Peru 38.26
16 Spanyol 70.77 33 Brunei 33.59
17 Perancis 70.61 34 Fiji 26.02
Sumber: diolah kembali dari http://www.giti.waseda.ac.jp
Peringkat ini berdasarkan pada enam indikator, yaitu (1) network
preparedness, (2) required interface-functioning applications, (3) management
optimization, (4) national portal, (5) CIO in government, dan (6) e-government
promotion. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa Indonesia berada pada
peringkat ke-23 dari 34 negara yang dinilai. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan maupun penerapan e-government di Indonesia masih tertinggal
terutama apabila dibandingkan dengan sesama negara ASEAN lainnya seperti
Malaysia (peringkat ke-22), Thailand (Peringkat ke-21), dan Singapura (peringkat
pertama). Dibutuhkan usaha yang lebih keras dari pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan kualitas pemanfaatan dan pengembangan e-government di
Indonesia guna mensejajarkan diri di tingkat internasional.
Selain WASEDA University, PBB juga mengadakan pemeringkatan
negara-negara di dunia dalam hal kesiapan menerapkan e-government pada tahun
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
5
Universitas Indonesia
2005, 2008, dan 2010. Dari 182 negara yang dinilai, posisi Indonesia semakin
turun, yaitu dari peringkat 96 pada tahun 2005, menjadi peringkat 106 pada tahun
2006, dan pada tahun 2010 ini kembali turun pada posisi 109. Di Asia Tenggara,
saat ini Indonesia berada pada urutan ke-7 dari 11 negara dan tepat berada di
bawah Vietnam seperti tercantum pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Peringkat E-Government Asia Tenggara Tahun 2005, 2008, dan 2010
Negara 2005
Ranking
2008
Ranking
2010
Ranking
Singapura 7 23 11
Malaysia 43 34 32
Brunei Darussalam 73 87 68
Thailand 46 64 76
Philipina 41 66 78
Vietnam 105 91 90
Indonesia 96 106 109
Kamboja 128 139 140
Myanmar 129 144 141
Laos 147 156 151
Timor Leste 144 155 162
Sumber: Diolah kembali dari United Nations, 2010
Penyelenggaraan e-government di lembaga pemerintahan yang
dilaksanakan secara serius dan konsisten akan sangat menunjang transparansi
pelayanan publik. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Adapun informasi tersebut berupa
hak dan kewajiban pelaku bisnis, informasi peraturan, informasi tarif pelayanan,
penyebarluasan informasi yang aktif, adanya media untuk menyebarluaskan
informasi, jaminan transparansi oleh pemerintah, kesesuaian antara informasi dan
fakta, pemerintah, kesesuaian antara informasi dan fakta.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Transparansi menurut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Masyarakat
Transparansi Indonesia adalah salah satu prisip dalam menciptakan pemerintahan
yang baik dan juga bersih. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang
bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Hal tersebut dapat tercapai salah
satunya dengan penggunaan pelayanan dan juga informasi yang berbasis pada
elektronik dan juga perkembangan teknologi.
Sebagai bentuk nyata usaha peningkatan e-government di Indonesia,
berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2003, maka seluruh lembaga pemerintah
diwajibkan untuk menyelenggarakan e-government yang memadai terutama
dengan bidang informasi yang dibutuhkan oleh publik. Mahkamah Agung
Republik Indonesia sebagai lembaga peradilan tertinggi di negeri ini juga tak
luput dari penerapan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tersebut. Hal ini dikarenakan
sebagai lembaga penyelenggara peradilan tertinggi, Mahkamah Agung RI
memiliki publik yang berkepentingan terhadap operasional organisasi atau
lembaga tersebut, terutama mengenai informasi jalannya peradilan.
Berdasarkan hal tersebut, maka wajar apabila Mahkamah Agung menjadi
salah satu lembaga kementerian dan setingkat kementerian yang masuk ke dalam
daftar enam belas prioritas utama pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia.
Berikut adalah enam belas lembaga kementerian dan setingkat kementerian yang
menjadi prioritas utama pelaksanaan reformasi birokrasi:
Tabel 1.3
Enam Belas Kementerian Prioritas Utama Reformasi Birokrasi
No Kementerian/Lembaga Tahun Pelaksanaan
1 Mahkamah Agung 2008
2 Badan Pemeriksa
Keuangan
2008
3 Dep. Keuangan 2008
4 Sekretariat Negara 2009
5 Bappenas Siap 2010
6 Kemenko Bid.
Perekonomian
Siap 2011
7 BPKP Siap 2012
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
7
Universitas Indonesia
No Kementerian/Lembaga Tahun Pelaksanaan
8 Kemenko Bid. Kesra Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
9 Kejaksaan Agung Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
10 Kepolisian RI Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
11 Dep. Pertahanan Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
12 Dep. Hukum dan HAM Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
13 Kementerian Negara
PAN
Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
14 Kemenko Bid.
Polhukam
Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
15 Lembaga Administrasi
Negara
Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB
16 Badan Kepegawaian
Negara
Menunggu Rekomendasi TRBN dengan surat
dari Meneg PAN-RB Sumber: Data olahan Mahkamah Agung RI
Dalam pengelompokkan daftar tersebut, Mahkamah Agung menjadi salah
satu prioritas utama dikarenakan Mahkamah Agung memiliki fungsi peradilan,
yaitu sebagai Pengadilan Negara Tertinggi. Mahkamah Agung merupakan
pengadilan tingkat kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan
hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali serta menjaga agar semua
hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil,
tepat, dan benar. Selain itu, Mahkamah Agung juga memiliki fungsi pengawasan,
yaitu Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di seluruh lingkungan peradilan. Tujuannya agar peradilan yang
dilakukan pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan,
tanpa mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara.
Selain kedua fungsi tersebut, Mahkamah Agung juga memiliki fungsi mengatur,
fungsi nasehat, dan fungsi administratif (www.mahkamahagung.go.id).
Pada tahun 2010-2015, Mahkamah Agung memprioritaskan beberapa
prioritas implementasi Cetak Biru Pembaharuan dan Rencana Strategis dalam
jangka waktu 5 tahun kedepan antara lain (1) Pembatasan perkara kasasi di
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Mahkamah Agung, (2) Pemberlakukan Kamar Perkara dan perubahan manajemen
perkara, (3) Restrukturisasi organisasi dan badan peradilan dibawahnya, (4)
Peningkatan kualitas sumber daya manusia peradilan melalui pembenahan sistem
dan manajemen sumber daya manusia, serta (5) Peningkatan akses masyarakat
atas keadilan.
Soebagyo, SH. MM, Kepala Badan Urusan Administrasi Mahkamah
Agung RI menyampaikan bahwa salah satu agenda Pembaharuan Peradilan, yaitu
mengenai transparansi peradilan dan kinerja para Hakim serta PNS yang
mendapatkan tambahan masa kerja. Salah satu usaha menuju transparansi
peradilan adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini, yaitu
peran serta teknologi informasi melalui fasilitas internet. Internet telah
memudahkan para pencari berita maupun pihak-pihak yang membutuhkan
informasi pembaharuan peradilan di lingkungan Mahkamah Agung RI serta di
empat Lingkungan Peradilan, yaitu Peradilan Umun, Peradilan Agama,
Pengadilan Militer, dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Adapun salah satu
prioritas Biro Hukum dan Humas adalah memastikan bahwa Lembaga Peradilan
di Indonesia, khususnya bagi para Hakim, Panitera Sekretaris (Pansek), dan
Wapan Panitera (Wapan) tidak mengalami kesulitan lagi dalam mengakses
literatur hukum secara elektronik. Hal ini diperkuat oleh Ketua Muda Perdata,
Atja Sondjaya, SH yang menekankan agar empat Lingkungan Peradilan lainnya
dapat segera menyediakan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan dalam
pembentukan meja informasi (desk info) di lingkungannya. Peran serta meja
informasi ini sangat membantu lembaga peradilan tersebut dalam
mengimplementasikan SK 144/SK/KMA/VIII/2007, agar keterbukaan informasi
yang dibutuhkan oleh publik dapat diakses dengan cepat dan mudah, lebih efisien,
serta lebih efektif (www.mahkamahagung.go.id).
Menindaklanjuti perkembangan pembentukan akses kepada masyarakat,
Mahkamah Agung berupaya untuk melakukan pemetaan situs web yang ada di
seluruh Indonesia. Berdasarkan data di Biro Hukum dan Humas, setidaknya 729
satuan kerja pengadilan telah memiliki situs web dan 680 situs web pengadilan
tercatat sebagai situs web yang aktif. Sepanjang tahun 2010, jumlah pengakses
situs Mahkamah Agung mencapain 463.431 kunjungan. Selain itu, juga terdapat
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
9
Universitas Indonesia
peningkatan jumlah pengembangan situs web di pengadilan tingkat pertama dan
banding di seluruh lingkungan peradilan. Saat ini tercatat 729 pengadilan di
seluruh Indonesia telah memiliki situs web (Laporan Tahunan 2010).
Pengembangan meja informasi bukan hanya di Mahkamah Agung RI,
tetapi juga di empat lingkungan peradilan. Berdasarkan data yang diperoleh pada
tahun 2010, telah terdapat 158 satuan kerja yang memiliki meja informasi.
Rinciannya, Peradilan Umum 59 satuan kerja, Peradilan Agama 69 satuan kerja,
Peradilan Militer 17 satuan kerja, dan Pengadilan Tata Usaha Negara 13 satuan
kerja. Penerapan teknologi informasi di Mahkamah Agung RI tumbuh
berdasarkan kebutuhan masing-masing pengguna tanpa mempertimbangkan ada
kebutuhan dengan pengguna di tempat yang lain pada sebuah satuan kerja atau
pada satuan kerja lainnya. Hal ini disebabkan arah pengembangan sistem
informasi Mahkamah Agung RI hingga saat ini belum diturunkan dalam sebuah
rencana strategis sistem informasi Mahkamah Agung RI. Oleh karena itu,
dipandang perlu untuk menyusun master plan sistem informasi Mahkamah Agung
RI pada tahun anggaran 2010.
Berdasarkan hasil survei pengolahan dan pengumpulan data pada bagian
pengembangan sistem informatika, tampak bahwa lingkungan Peradilan Agama
paling banyak memiliki situs web, yaitu 372 unit dan 304 situs web diantaranya
dalam keadaan aktif. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2009. Apabila
dibandingkan dengan lingkungan peradilan lain seperti Badan Peradilan Umum,
tercatat 305 unit pengadilan yang sudah memiliki situs web sendiri di dunia maya.
Angka ini meningkat secara signifikan dibanding tahun 2009 yang hanya 141 unit
pengadilan. Peningkatan signifikan juga terjadi di lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara dimana sepanjang tahun 2010 sudah 30 unit pengadilan yang
memiliki situs web dan seluruhnya diaporkan aktif. Di lingkungan Peradilan
Militer, jumlah pengadilan yang memiliki situs web hanya sembilan web pada
tahun 2010. Kondisi situs web pengadilan di empat lingkungan peradilan bisa
dilihat pada grafik di bawah ini:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
10
Universitas Indonesia
0
50
100
150
200
250
300
350
400
PeradilanAgama
PeradilanUmum
PeradilanTUN
PerdilanMiliter
Pembangunan Situs Web Empat Peradilan
Sudah MemilikiWebsite
Belum MemilikiWebsite
Sumber: Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI
Grafik 1.1 Kepemilikan Website
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa Badan Peradilan Agama
merupakan badan peradilan yang memiliki jumlah website terbanyak diantara
peradilan lainnya. Dalam website terdapat beberapa aplikasi yang dapat digunakan
oleh masyarakat dalam rangka mendapatkan informasi. Transparansi keputusan
yang memuat berbagai putusan pengadilan tingkat pertama dan banding adalah
salah satu aplikasi yang dapat digunakan dalam rangka keterbukaan informasi
kepada masyarakat. Putusan pengadilan tersebut dapat dilihat dalam web
http://putusanmahkamahagung.go.id.
Selain itu, terdapat pula informasi persidangan yang penting untuk
diinformasikan terhadap masyarakat pencari keadilan yaitu informasi persidangan
termasuk jadwal pembacaan putusan. Berdasarkan data yang ada, dapat dilihat
bahwa sebagian satuan kerja di lingkungan peradilan agama telah
mengimplementasikan informasi persidangan di situs web masing-masing satuan
kerja. Disamping masalah peradilan, masalah transparansi keuangan juga tak luput
dari perhatian Direktorat Jenderal (Ditjen) Badan Peradilan Agama. Berdasarkan
Buku Pedoman Standarisasi Pengelolaan Situs Web di Lingkungan Peradilan
Agama, Ditjen Badan Peradilan Agama (Badilag) dan setiap satuan kerja di
lingkungannya diwajibkan untuk menginformasikan keuangannya, baik yang
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
11
Universitas Indonesia
berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ataupun non-DIPA
(Keuangan Perkara).
Oleh karena itu, maka seluruh satuan kerja berpendapat bahwa
pembangunan situs web peradilan tidak bisa dipisahkan dari komitmen untuk
membangun transparansi pengadilan. Melalui media situs web ini akses publik
terhadap informasi peradilan menjadi semakin mudah dan berdaya jangkau luas.
Sejak diterbitkannya SK KMA 144/2007 tentang Keterbukaan Informasi di
Pengadilan dan tersedianya alokasi anggaran pembangunan situs web pada DIPA
masing-masing satuan kerja pengadilan, terjadi pertumbuhan pembangunan situs
web dengan jumlah yang cukup signifikan. Misalnya, hingga saat ini tercatat 29
Pengadilan Tinggi Agama (PTA)/Msy. Aceh dan 343 Pengadilan Agama
(PA)/Msy telah memiliki domain situs web masing-masing.
Dengan banyaknya jumlah domain situs web pada masing-masing bidang
peradilan, maka di tingkat Mahkamah Agung dibuat situs website yang berfungsi
menjadi website utama dan official, yakni www.mahkamahagung.go.id. Secara
garis besar website ini juga berfungsi sebagai garda terdepan dalam penyediaan
sumber utama informasi resmi yang dikeluarkan oleh pihak Mahkamah Agung RI
yang dapat diakses secara langsung oleh masyarakat. Selain itu, website
Mahkamah Agung RI juga berfungsi sebagai jembatan penghubung (as a bridge)
yang menghubungkan website-website dari bidang-bidang peradilan lain ataupun
laman domain lain yang terkait. Melihat pada fungsi strategis tersebut, terlihat
betapa besarnya komitmen Mahkamah Agung RI dalam memandang pentingnya
transparansi dan keterbukaan informasi publik di tubuh Mahkamah Agung RI,
terutama pada pemenuhan kebutuhan informasi dari masyarakat.
Tahun 2011, Komisi Informasi Publik memberikan piagam kepada
Mahkamah Agung. Komisi Informasi Pusat (KIP) memberikan piagam
penghargaan bagi 10 badan publik terbaik dalam memberikan keterbukaan
informasi kepada publik melalui situs masing-masing. Kemenkominfo, Kemenkeu
dan DPR menduduki peringkat 3 teratas. Berikut adalah sepuluh badan publik
penerima piagam penghargaan KIP (1) Kementerian Komunikasi dan Informasi
(Kemenkominfo) dengan nilai 68,0; (2) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
dengan nilai 62,9; (3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan nilai 57,2; (4)
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan nilai 57,0; (5) Kementerian
Pekerjaan Umum (Kemen PU) dengan nilai 53,9; (6) Mahmakah Agung (MA)
dengan nilai 51,0; (7) Kementerian Pertanian (Kementan) dengan nilai 51,0; (8)
Kejaksaan Agung (Kejagung) dengan nilai 50,6; (9) Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) dengan nilai 50,2; (10) Kementerian Perhutanan (Kemenhut) dengan
nilai 49,4 (www.detik.com).
Penghargaan ini berdasarkan informasi tentang regulasi keuangan, kinerja
dan profil mereka yang terbuka kepada publik, yang semuanya ditampung dalam
website. Pemantauan dan penilaian dilakukan oleh KIP terhadap total 82 badan
publik negara selama jangka waktu 2010-2011.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan banyaknya laporan serta
keluhan atas akses informasi yang dibutuhkan masyarakat. Komitmen Mahkamah
Agung dalam memberikan informasi kepada masyarakat khususnya tentang
penyelenggaraan peradilan dirasakan masih kurang oleh beberapa kalangan.
Beberapa pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Indonesia
Coruption Watch (ICW) menyatakan Mahkamah Agung sebagai lembaga publik,
ternyata belum terbuka terhadap publik. Pernyataan ini dikemukakan oleh salah
satu peneliti Indonesia Coruption Watch, Donald Fariz. Donald mengatakan,
bahwa saat meminta dokumen-dokumen ke Mahkamah Agung, pihaknya diping-
pong oleh pihak Mahkamah Agung (www.suaramerdeka.com).
Selain itu, ternyata di Mahkamah Agung belum terbentuk Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Padahal berdasarkan Undang-
Undang (UU) Keterbukaan Informasi Publik (KIP), PPID itu harus terbentuk.
Dalam mengimplementasikan UU KIP itu, lembaga/instansi pemerintahan harus
menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi atau pejabat yang
bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan,
dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik. Badan Publik adalah lembaga
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang tugas pokok dan fungsinya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari APBN dan/atau APBD. Badan Publik juga mencakup organisasi
non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN
dan/atau APBD, sumbangan masyarakat dan/atau luar negeri.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Penyediaan website oleh Mahkamah Agung sebagai alat untuk
memberikan informasi dan keterbukaan informasi kepada masyarakat pada
kenyataannya masih saja terdapat beberapa kasus yang menunjukkan adanya
ketidaktransparanan di Mahkamah Agung. Mahkamah Agung juga mendapatkan
tudingan dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) mengenai penanganan biaya
peradilan yang tidak transparan. BPK menemukan sejumlah indikasi
penyimpangan antara lain: pelaksanaan kegiatan di lingkungan Mahkamah
Agung; proyek pengadaan barang dan jasa; pengelolaan biaya perkara; dan
dugaan penyimpangan anggaran untuk kepentingan pribadi pimpinan, hakim
agung, dan pejabat struktural di Mahkamah Agung. Dugaan penyimpangan ini
terjadi pada periode 2006 hingga 2007 selama Mahkamah Agung dipimpin oleh
Bagir Manan (www.pajak.go.id).
Dari dugaan penyimpangan tersebut terdapat beberapa hal yang menarik
untuk dicermati. Dugaan penyimpangan dalam pengelolaan biaya perkara di
Mahkamah Agung. Laporan Audit menyebutkan biaya perkara 2004 Semester I
2006 dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari biaya perkara yang
nilainya Rp 10,2 miliar belum dipertanggungjawabkan. Pihak Mahkamah Agung
menolak audit yang dilakukan oleh BPK dengan alasan bukan Penerimaan Negara
Bukan Pajak. Namun pada sisi lain meskipun Mahkamah Agung membebankan
biaya yang terkait perkara kepada pihak yang berperkara, faktanya Mahkamah
Agung juga mengalokasikan anggaran terkait dengan biaya perkara dalam DIPA
Kesekretariatan. Selama Desember 2005 hingga Juni 2006, tercatat pengeluaran
sebesar Rp 5,6 miliar (www.vivanews.com).
Dugaan adanya biaya perkara yang diselewengkan membuat tidak
berfungsi website sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada publik dan
keterbukaan kepada masyarakat. Selain itu, adanya keluhan dari beberapa
wartawan mengenai sulitnya mendapatkan informasi menjadi alasan lain dalam
permasalahan ini. Fakta-fakta tersebut menjadikan latar belakang mengapa
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana penerapan e-
government dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik di Mahkamah
Agung RI.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
14
Universitas Indonesia
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu dari program reformasi birokrasi Mahkamah Agung adalah
pengembangan teknologi informasi. Oleh karena itu, kehadiran teknologi di ranah
hukum diharapkan mampu membantu meringankan pekerjaan yang selama ini
dikerjakan secara manual. Berdasarkan hal tersebut, maka dikeluarkanlah Surat
Keputusan Mahkamah Agung No. 144 KMA/SK/VIII/2007 tentang keterbukaan
informasi publik di pengadilan. Sebagai bentuk keterbukaan informasi maka
Mahkamah Agung menyediakan website sebagai tempat masyarakat mengakses
informasi yang dibutuhkan.
Hal ini diperkuat oleh Kepala Bagian Pemeliharaan Sistem Infromasi
Mahkamah Agung RI, Bapak Joko Upoyo yang menyatakan bahwa pengadaan
website Mahkamah Agung juga dimaksudkan untuk mempermudah masyarakat
dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan tanpa harus datang secara langsung
ke meja-meja informasi yang terdapat di Mahkamah Agung RI. Namun bila
dilihat pada praktiknya, website Mahkamah Agung RI tidak memberikan dampak
yang signifikan terhadap peningkatan kepuasan masyarakat akan penyediaan
informasi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah pengunjung meja informasi yang
tidak mengalami penurunan secara signifikan dalam tabel berikut:
Tabel 1.4
Data Pengunjung Desk Info Mahkamah Agung Tahun 2010
No Bulan Pengunjung Jumlah Operasional
Hari Kerja
1 Januari 179 20 Hari
2 Februari 115 19 Hari
3 Maret 208 22 Hari
4 April 197 21 Hari
5 Mei 249 19 Hari
6 Juni 257 22 Hari
7 Juli 180 22 Hari
8 Agustus 147 21 Hari
9 September 134 19 Hari
10 Oktober 131 21 Hari
11 November 196 21 Hari
12 Desember 147 21 hari
Total 2140 248 Hari Sumber: Rekapitulasi Pengunjung Desk Info MA RI 2010: Lisa H.-Sonny F.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Hasil rekapitulasi pengunjung meja informasi menunjukkan bahwa
sepanjang tahun 2010 kisaran jumlah pengunjung yang datang cenderung tetap
dan tidak mengalami perubahan berarti. Hal ini menggambarkan masih adanya
ketidakpuasan masyarakat terhadap penyediaan informasi yang mengakibatkan
masyarakat merasa harus mendatangi langsung meja informasi yang disediakan
oleh Mahkamah Agung. Berdasa rkan latar belakang dan permasalahan tersebut,
dalam skripsi ini, peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana penerapan e-government dalam mewujudkan keterbukaan
informasi publik di Mahkamah Agung RI
1.3 Tujuan Penelitian
Berdarkan latar belakang dan rumusan permasalahan, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Menganalisis bagaimana penerapan portal Mahkamah Agung RI untuk
mewujudkan keterbukaan informasi publik.
1.4 Signifikansi Penelitian
Terdapat beragam sudut pandang yang selanjutnya menentukan
signifikansi penelitian ini dilakukan, yakni:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap pengembangan pengetahuan dan memberikan informasi secara
umum mengenai kajian penerapan e-government dalam mewujudkan
keterbukaan informasi publik di Mahkamah Agung RI.
2. Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan bagi instansi
pemerintah, khususnya yang terkait dengan masalah penelitian
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan, pokok permasalahan,
tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
16
Universitas Indonesia
BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini menguraikan tinjauan pustaka sebagai dasar teoritis dalam
membuat hipotesis kerja, kerangka pemikiran yang akan digunakan untuk
menggambarkan konsep yang akan diteliti.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan metodologi penelitian yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam penelitian.
BAB 4 GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini akan menggambarkan secara umum mengenai lokasi
penelitian, yaitu Mahkamah Agung Republik Indonesia.
BAB 5 ANALISIS PENERAPAN PORTAL MAHKAMAH AGUNG RI
UNTUK MEWUJUDKAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis penerapan portal
Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik.
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan menguraikan simpulan dari hasil penelitian dan juga
saran agar dapat meningkatkan penerapan portal Mahkamah Agung RI
untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik.
1.6 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memberikan batasan yang difokuskan hanya
pada fungsi website institusi www.mahkamahagung.go.id sebagai bentuk
penerapan portal Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan keterbukaan informasi
publik.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
17
Universitas Indonesia
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian mengenai “Penerapan Portal Mahkamah
Agung RI untuk Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik”, peneliti
melakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Peneliti mengambil tiga hasil penelitian yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Lia Amalia
dengan judul “Peranan E-Government Dalam Mendukung Transparansi
BUMN (Studi Kasus: BUMN Online pada Kementerian Negara BUMN RI)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan peranan e-government
(dalam hal ini BUMN Online) dalam mendukung transparansi informasi BUMN
dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program BUMN online di
Kementerian Negara BUMN.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mengadakan penelitian yang
bertujuan menggambarkan penerapan BUMN Online sebagai suatu sistem serta
Kementerian Negara BUMN sebagai suatu institusi dan menggunakan pendekatan
kualitatif, dimana data dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa BUMN Online mampu memenuhi beberapa
kebutuhan yang dirasakan baik oleh Kementerian BUMN, BUMN, maupun oleh
publik terkait dengan transparansi informasi meskipun masih banyak perbaikan
yang perlu dilaksanakan. Sesuai dengan fungsi utamanya, pengembangan e-
government melalui BUMN Online beserta aplikasi-aplikasi pelayanan yang ada
didalamnya mampu memenuhi tuntutan kebutuhan terhadap sampainya informasi
Kementerian Negara BUMN maupun BUMN kepada publik. Selain itu,
ditemukan pula beberapa kendala seperti kurangnya dukungan dari pejabat teknis
Kementerian Negara BUMN dan manajemen BUMN atas keberadaaan BUMN
Online sehingga proses pemutakhiran informasi secara berlanjut belum dapat
dilaksanakan secara maksimal. Hal ini berkaitan juga dengan kurangnya
komitmen di kalangan pimpinan dalam mewujudkan keberhasilan praktik e-
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
18
Universitas Indonesia
government di Kementerian BUMN RI. Kendala lain yang dihadapi Kementerian
Negara BUMN adalah sumber daya manusia (SDM) yang belum mencukupi
dalam pelaksanaan BUMN Online sehingga mengganggu kelancaran proses
pengolahan dan penyajian data serta tidak adanya reward dan punishment yang
seimbang yang mengakibatkan BUMN yang ada kurang termotivasi untuk
berperan secara aktif dalam melakukan pengisisan data dan informasi.
Penelitian Lia Amalia Solihat memiliki kesamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, yaitu menggunakan teori e-government sebagai
landasan teori. Namun perbedaannya ada pada site penelitian, meskipun sama-
sama pada lembaga negara. Site penelitian yang diambil Lia Amalia Solihat
berada di Kementerian Negara BUMN sedangkan peneliti memilih Mahkamah
Agung RI.
Penelitian kedua yaitu skripsi yang berjudul “Evaluasi Implementasi
Kebijakan Keppres No. 80 Tahun 2003 Berdasarkan Prinsip Transparansi
dan Akuntabilitas Dalam Konsep Good Governance (Studi Kasus Pengadaan
Barang ATK di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat)” oleh Rizky
Fitriany. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
kebijakan Keppres No. 80 tahun 2003 dapat diterapkan dengan menggunakan
prinsip akuntabilitas dan transparansi sesuai dengan konsep good governance
pada proses pelaksanaan pengadaan barang di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta
Barat Tahun Anggaran 2007.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa proses pengadaan barang
ATK tidak berjalan secara transparan dan akuntabel. Pihak penyedia barang
selaku peserta lelang pengadaan tidak mendapatkan informasi yang memadai dan
secara akurat mengenai mekanisme lelang dan hasil lelang tersebut.
Penelitian Rizky Fitriany memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama menggunakan landasan teori mengenai
traansparansi. Perbedaan dengan penelitian Rizky Fitriany adalah penelitian
tersebut menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui transparansi
pelaksanaan pengadaan barang ATK di Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta
Barat. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
19
Universitas Indonesia
penelitian yang menggunakan metode kuantitaif dengan pengumpulan data
kualitatif untuk mendeskripsikan penerapan e-government di Mahkamah Agung
RI.
Penelitian ketiga yaitu tesis yang berjudul “Analisis Good Governance
Terhadap Kelembagaan Pengelolaan Informasi Publik di Pusat Administrasi
Universitas Indonesia dalam Era Keterbukaan Informasi” oleh Finda
Salsabila. Tujuan dari penelitian ini untuk ntuk mengatahui apakah kelembagaan
dalam pengelolaaan keterbukaan informasi publik di Pusat Administrasi
Universitas Indonesia telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance, serta sejauh mana Pusat Administrasi Universitas Indonesia
mempersiapkan diri dalam rangka implementasi Undang-Undang nomor 14 tahun
2008 mengenai Keterbukaan Informasi Publik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini menunjukkan pengaruh hambatan yang
berupa tidak tersedianya database yang terintegrasi, belum ditetapkannya batasan-
batasan mengenai transparansi di Universitas Indonesia, serta ketidakselarasan
antara komitmen pelakasanaan dengan teknis pelaksanaannya.
Penelitian Finda Salsabila memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, yakni sama-sama meneliti transparansi dan keterbukaan
informasi publik dari sebuah institusi. Mengenai perbedaannya, penelitian Finda
Salsabila menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan data mengenai
kesiapan Universitas Indonesia dalam melakukan transparansi publik sedangkan
peneliti menggunaka metode kuantitatif untuk melihat penerapan e-government
sebagai bentuk keterbukaan informasi publik di Mahkamah Agung Republik
Indonesia.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Tabel 2.1
Matriks Tinjauan Pustaka
Nama
Peneliti Lia Amalia Solihat Rizky Fitriany Finda Salsabila M. Arifin wibisono
Judul
Penelitian
Peranan E-Government
Dalam Mendukung
Transparansi BUMN (Studi
Kasus: BUMN Online
Pada Kementerian Negara
BUMN RI)
Evaluasi Implementasi
Kebijakan Keppres No. 80
Tahun 2003 Berdasarkan
Prinsip Transparansi dan
Akuntabilitas Dalam Konsep
Good Governance (Studi
Kasus Pengadaan Barang
ATK di Kelurahan Sukabumi
Utara Jakarta Barat)
Analisis Good Governance
Terhadap Kelembagaan
Pengelolaan Informasi
Publik di Pusat Administrasi
Universitas Indonesia dalam
Era Keterbukaan Informasi
Penerapan Portal
Mahkamah Agung RI
untuk Mewujudkan
Keterbukaan Informasi
Publik
Tujuan
Penelitian
Menggambarkan
peranan E-
Government (dalam hal
ini BUMN Online)
dalam mendukung
transparansi informasi
BUMN.
menggambarkan
berbagai kendala yang
dihadapi dalam
pelaksanaan program
Mengetahui sejauh mana
pelaksanaan kebijakan
Keppres No. 80 tahun 2003
dapat diterapkan dengan
menggunakan prinsip
akuntabilitas dan transparansi
sesuai dengan konsep good
govrnance pada proses
pelaksanaan pengadaan
barang di Kelurahan
Sukabumi Utara Jakarta Barat
Untuk mengatahui apakah
kelembagaan dalam
pengelolaaan keterbukaan
informasi publik di Pusat
Administrasi Universitas
Indonesia telah
dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip
good governance.
Untuk mengetahui sejauh
mana Pusat Administrasi
Menganalisis
bagaimana Penerapan
Portal Mahkamah
Agung RI untuk
Mewujudkan
Keterbukaan Informasi
Publik
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
21
Universitas Indonesia
BUMN Online di
Kementerian Negara
BUMN RI
Tahun Anggaran 2007. Universitas Indonesia
mempersiapkan diri dalam
rangka implementasi
Undang-Undang nomor
14 tahun 2008 mengenai
Keterbukaan Informasi
Publik
Pendekatan
Penelitian Kualitatif Kualitatif Kualitatif Positivis
Hasil
Penelitian
BUMN Online mampu
memenuhi beberapa
kebutuhan dari Kemen
BUMN, BUMN dan
masyarakat terkait
ketersediaan informasi
Terdapat beberapa kendala
dalam pelaksanaan BUMN
Online seperti kurangnya
dukungan pejabat teknis
serta kurangnya SDM
Mekanisme pengadaan
barang ATK di Kelurahan
Sukabumi Utara Jakarta
Barat tidak berjalan dengan
transparan dan akuntabel.
Ketiadaan transparansi
dibuktikan dengan tidak
jelasnya pemberian
informasi mengenai
mekanisme dan hasil lelang
terhadap penyedia produk.
Praktik kelembagaan
pengelolaan keterbukaan
informasi publik di UI
belum berjalan secara
optimal karena beberapa
kendala seperti tidak
tersedianya database yang
terintegrasi, belum
ditetapkannya batasan-
batasan mengenai
transparansi di Universitas
Indonesia, serta
ketidakselarasan antara
komitmen pelakasanaan
dengan teknis
Penerapan Portal
Mahkamah Agung RI
untuk Mewujudkan
Keterbukaan Informasi
Publik segi bentuk praktik
relasi e-governmentnya
belum berjalan dengan
baik seperti pada hubungan
interaksi Government to
Citizen yang menunjukkan
adanya kesulitan
masyarakat terutama
wartawan dalam
mengakses informasi
putusan kasus tertentu serta
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
22
Universitas Indonesia
pelaksanaannya pada interaksi relasi
Government to Bussiness
yang masih menggunakan
cara manual untuk proses
pendaftaran pelelangan.
Sedangkan dari segi
peningkatan transparansi,
masih terdapat kekurangan
mengenai ketidakjelasan
tindak lanjut penanganan
keluhan dan pengaduan,
masalah keterkinian(tidak
up-to-datenya) berita atau
informasi serta sulitnya
mengakses beberapa
perkara tertentu. Serta
terdapat bebepara kendala
seperti masalah
kelembagaan dalam
operasionalisasi, format
website yang belum user
friendly, akurasi data dan
informasi, keterbatasan
sumber daya manusia,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
23
Universitas Indonesia
perencanaan anggaran
yang belum maksimal serta
kurangnya pengetahuan
dan kepercayaan
masyarakat
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2011
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
24
Universitas Indonesia
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 E-Government
Istilah e-government sendiri dalam praktiknya memiliki beragam teori
yang mendefinisikannya, tergantung pada konteks bentuk dan cakupan ruang
lingkupnya. Berikut beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli
mengenai e-government:
Yong (2003) mendefinisikan e-government sebagai berikut: ...e-
government as the government’s use of technology, in particular, webbased
Internet applications to enhance access and delivery of government services to
citizens, business partners, employees and other government entities (e-
government merupakan penggunaan teknologi oleh pemerintah khususnya
penggunaan aplikasi internet berbasis web untuk meningkatkan akses dan
pemberian layanan pemerintah kepada warga negara, mitra bisnis, pegawai atau
karyawan, dan badan pemerintah lainnya).
Lee dan Hong, Grupta dan Jana, Evans, Basu, Gandhi dan Cross, Burn et
al., dan Stoltzfus mendefinisikan e-government sebagai: ....e-government is about
the transformation of internal and external processes of government using
information and communication technologies to provide effcient and user focused
services to citizens, businesses and other stakeholders (e-government merupakan
perubahan pada proses internal dan eksternal pemerintah dengan menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi untuk menyediakan pelayanan pada warga
negara, bisnis, dan pemegang kepentingan, yang efisien dan fokus pada
pelanggan) (Weerakkody and Dhillon, 2009:1).
Järveläinen et.al. (2009, p.107), yang mendefinisikan e-government
sebagai berikut: e-government is often perceived as a channel for government to
offer information intensive public services in electronic form (e-government
sering dipahami sebagai sebuah jalan bagi pemerintah untuk memberikan
informasi yang intensif atas pelayanan publik dalam bentuk elektronik).
The Government of New Zealand (Bovaird, 2005:19), mendefinisikan e-
government sebagai: ...a way for governments to use the new technologies to
provide people with more convenient access to government information and
services, to improve the quality of the services and to provide greater
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
25
Universitas Indonesia
opportunities to participate in our democratic institutions and processes (sebuah
cara bagi pemerintah untuk menggunakan teknologi baru untuk melayani
masyarakat akses terhadap informasi dan pelayanan pemerintah dengan nyaman,
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan untuk menyediakan kesempatan yang
lebih besar dalam berpartisipasi pada proses dan institusi demokratis).
Sedangkan menurut World Bank, “E-Government” refers to the use by
government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks,
the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations
with citizens, businesses, and other arms of government. These technologies can
serve a variety of different ends: better delivery of government services to citizens,
improved interactions with business and industry, citizen empowerment through
access to information, or more efficient government management. The resulting
benefits can be less corruption, increased transparency, greater convenience,
revenue growth, and/or cost reductions. Definisi tersebut dapat diartikan dan
disimpulkan sebagai penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah
(seperti Wide Area Networks (WAN), internet, mobile computing) yang dapat
digunakan untuk membangun hubungan dengan masyarakat, dunia usaha, serta
instansi pemerintah lainnya.
Selain sebagai penghubung antar berbagai pihak, e-government yang
memiliki beragam aplikasi dan pengembangan sistem, diharapkan dapat menjadi
solusi yang efektif dan efisien dalam menanggulangi permasalahan SDM dalam
hal pemberian layanan. Terkait masalah koordinasi, e-government turut pula
diharapkan menjadi solusi yang mampu menyediakan database yang terintegrasi
antar pihak guna menghindari konflik diantara masing-masing pihak: digital
government, e-government, and e-governance are all terms that have become
synonymous with the use of information and communication technologies in
government agencies. Inter-organizational information integration has become a
key enabler for e-government. Integrating and sharing information across
traditional government boundaries involves complex interactions among and with
technical and organizational processes. From a technical perspective, systems
designers and developers must regularly overcome problems related to the
existence of multiple platforms, diverse database designs and data structures,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
26
Universitas Indonesia
highly variable data quality, and incompatible network infrastructure. From an
organizational perspective, these technical processes often involve new work
processes, mobilization of limited resources, and evolving inter-organizational
relationships. These necessary changes are influenced by specific types of social
interaction, which take the form of group decision-making, learning,
understanding, trust building, and conflict resolution (Pardo & Tayi, 2007).
2.2.1.1 Tipe Relasi E-Government
E-government bertujuan untuk mengintegrasikan hubungan antara
masyarakat dengan pemerintah, pemerintah dengan sektor bisnis dan antar
instansi pemerintah. Dengan adanya tujuan ini maka akan terbentuk korelasi antar
ketiga elemen tersebut. Dalam konsep tipe relasi e-government dikenal tiga jenis
klasifikasi, yaitu Government to Government (G to G), Government to Citizens (G
to C), dan Government to Business (G to B) (Yong, 2003, 14):
1. Government to Government
Tipe ini merupakan bentuk interaksi antara satu pemerintah dengan
pemerintah yang setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal berbau
diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar
negara dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan,
proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya dan lain
sebagainya. Sebagai tambahan dalam tipe relasi ini, ada hubungan e-governance
internal organisasi publik, yaitu hubungan government to employees (G2E) dan
employees to government (E2G). Aplikasi hubungan tersebut dipergunakan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai atau karyawan pemerintah.
2. Government to Citizens
Tipe G to C ini merupakan aplikasi e-government yang paling umum,
dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi
informasi dengan tujuan utama untk memperbaiki hubungan dan interaksi dengan
masyarakatnya. Dengan kata lain, tujuan utama dibangunnya aplikasi G to C ini
adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya agar masyarakat
dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan kebutuhan
pelayanan publik.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
27
Universitas Indonesia
3. Government to Bussiness
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian negara dapat berjalan
dengan sebagaimana mestinya. Dengan adanya e-government diharapkan adanya
hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha. Dalam melakukan aktivitas
entiti bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan
informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, entiti bisnis juga harus
berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak
dan kewajiban organisasinya yang berorientasikan pada pencapaian dan
peningkatan profit. Dengan adanya G to B ini, tidak hanya menguntungkan
kalangan bisnis tetapi juga dapat menguntungkan pemerintah jika terdapat relasi
interaksi yang baik antara keduanya.
Sumber: Indrajit, 2005, Electronic Government In Action: Ragam Kasus Implementasi Sukses di
Berbagai Belahan Dunia.
Gambar 2.1 Tipe Relasi E-Government
Sebagaimana layaknya suatu sistem berjalan, diperlukan adanya beberapa
faktor yang dapat mendukung kesiapan suatu instansi untuk melaksanakan e-
government. Berikut sejumlah faktor penentu yang harus diperhatikan bagi suatu
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
28
Universitas Indonesia
institusi atau suatu daerah yang hendak menerapkan e-government (Indrajit,
2005:8), yaitu:
a. Infrastruktur Telekomunikasi
Dalam level pelaksanaannya, perangkat keras seperti komputer, jaringan,
dan infrastruktur akan menjadi faktor teramat sangat penting dalam penerapan e-
government.
b. Tingkat Konektivitas dan Penggunaan Teknologi Informasi (TI) oleh
Pemerintah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa meskipun sudah banyak sekali
lembaga internasional yang telah memberikan bantuan dana pinjaman atau hibah
untuk membeli sejumlah teknologi perangkat keras bagi pemerintah, namun
instrumen tersebut tidak dipergunakan secara maksimal dan banyak yang tidak
dirawat sehingga kini sudah dalam kondisi rusak.
c. Kesiapan Sumber Daya Manusia di Pemerintah
―Pemain utama‖ atau subyek di dalam inisiatif e-government pada
dasarnya adalah manusia yang bekerja di lembaga pemerintahan, sehingga tingkat
kompetensi dan keahlian mereka akan sangat mempengaruhi performa penerapan
e-government. Semakin tinggi tingkat information technology literacy SDM di
pemerintah, semakin siap mereka untuk menerapkan konsep e-government.
d. Ketersediaan Dana dan Anggaran
Sangat jelas terlihat bahwa sekecil apapun inisiatif e-government yang
akan diterapkan, hal itu membutuhkan sejumlah sumber daya finansial untuk
membiayainya. Harap diperhatikan bahwa dana yang dibutuhkan tidak sekedar
untuk investasi belaka, namun perlu pula dianggarkan untuk biaya operasional,
pemeliharaan, dan pengembangan di kemudian hari.
e. Perangkat Hukum
Karena konsep e-government sangat terkait dengan usaha penciptaan dan
pendistribusian data/informasi dari satu pihak ke pihak lain, masalah keamanan
data/informasi dan hak cipta intelektual, misalnya, akan merupakan hal yang perlu
dilindungi oleh undang-undang atau peraturan hukum yang berlaku. Pemerintah
harus memiliki perangkat hukum yang dapat menjamin terciptanya mekanisme e-
government yang kondusif.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
29
Universitas Indonesia
f. Perubahan Paradigma
Pada hakikatnya penerapan e-government merupakan suatu proyek change
management yang membutuhkan adanya keinginan untuk mengubah paradigma
dan cara berfikir. Perubahan paradigma ini akan bermuara pada dibutuhkannya
kesadaran dan keinginan untuk mengubah cara kerja, bersikap, perilaku, dan
kebiasaan sehari-hari.
Indrajit juga mengemukakan mengenai target terakhir atau ultimate goal
dari sebuah evolusi e-government, yaitu perbaikan dan peningkatan terhadap
partisipasi publik dalam proses pemerintahan. Partisipasi di dalam e-government
bisa dituangkan dalam bentuk:
a. Memberikan penilaian terhadap kebijakan pemerintah yang akan
diberlakukan atau yang telah diinstitusionalisasi secara bebas dan aktif
melalui fasilitas email atau mailing list.
b. Mencari data atau informasi yang dibutuhkan untuk proses penunjang
aktifitas sehari-hari dari sejumlah website yang dimiliki oleh
pemerintah
c. Mengikuti beragam dialog atau public hearing yang dilakukan secara
online melalui internet; dan lain sebagainya
Sementara itu, terdapat pula beberapa panduan keberhasilan penerapan e-
government versi United Nation, yaitu:
1. Prioritas kebutuhan pembangunan yang memerlukan keterlibatan
pemerintah (priority development needs that require government
involvement).
2. Efisiensi dan efektivitas sebagai kriteria kunci sukses keterlibatan
pemerintah (efficiency and effectiveness as key success criteria of
government involvement).
3. Ketersediaan pendanaan (awal) (availability of (initial) funding).
4. Keterampilan dan budaya dari layanan sipil (skills and culture of the
civil service).
5. Koordinasi (co-ordination).
6. Kerangka umum (legal framework).
7. Infrastruktur ICT (ICT infrastructure).
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
30
Universitas Indonesia
8. Politik kepemimpinan dan komitmen politik jangka panjang (political
leadership and long-term political commitment).
9. Keterlibatan publik (public engagement).
10. Rencana pengembangan modal manusia dan infrastruktur teknis
(plans for development of human capital and technical infrastructure).
11. Kemitraan (partnerships).
12. Monitoring dan evaluasi (monitoring and evaluation).
13. Persepsi nilai tambah (perception of added value).
14. Akses dan keterampilan (access and skills).
15. Privasi dan keamanan (privacy and security).
2.2.1.2 Manfaat E-Government
E-government memiliki banyak manfaat guna menunjang efektivitias dan
efisiensi pelayanan publik. Misuraca (2007:57-58) menyebutkan bahwa terdapat
tiga dimensi dalam melihat manfaat dari penerapan e-government, yaitu dimensi,
ekonomi, sosial, dan pemerintahan.
Dimensi ekonomi
Dalam hal ekonomi, manfaat e-government diantaranya yaitu mengurangi
biaya transaksi untuk kapasitas yang lebih baik dengan target pelayanan,
peningkatan cakupan dan kualitas penyampaian pelayanan, meningkatkan
kapasitas respon dalam mengatasi permasalahan isu-isu kemiskinan dan
meningkatkan pendapatan.
Dimensi sosial
Dalam hal sosial, manfaat e-government cukup beragam mulai dari
penciptaan lapangan kerja di sektor ketiga, peningkatan sistem pendidikan dan
kesehatan, penargetan yang lebih baik atas pelayanan pemerintah, peningkatan
kapasitas dalam penyediaan keselamatan dan keamanan. Pada banyak kasus
manfaat-manfaat ini dapat dievaluasi dalam istilah-istilah politik dan dapat
dikuantifikasi dalam istilah keuangan.
Dimensi pemerintahan
Dalam hal pemerintahan, manfaat e-government dapat meningkatkan
tercapainya good governance dalam hal peningkatan keterbukaan, transparansi,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
31
Universitas Indonesia
akuntabel, atau demokratis dibandingkan pemerintahan yang konvensional. E-
government juga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga dapat
mengokohkan sistem demokrasi yang ada.
Selain mendatangkan sejumlah manfaat, penerapan e-government juga
memiliki sejumlah tujuan atau bahkan e-government dijadikan sebagai instrumen
yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti yang
dikemukakan West (2004) bahwa e-government secara umum bertujuan untuk:
a. Memberikan akses yang lebih luas pada informasi-informasi
pemerintah.
b. Mempromosikan keterlibatan masyarakat dengan memudahkan
masyarakat untuk berinteraksi dengan pemerintah.
c. Membantu pemerintah semakin akuntabel melalui pemerintahan yang
lebih transparan sehingga dapat mengurangi kecenderungan untuk
melakukan korupsi.
d. Memudahkan pemerataan pembangunan dan akses layanan
pemerintah, khususnya pada masyarakat urban dan pedesaan.
Bhatnagar dalam bukunya Unlocking E-Government Potential (2009:50),
memberikan pemikiran lain yang membahas pencapaian transparansi dalam
bentuk pelaksanaan e-government yang dikaitkan dengan tujuan reformasi
kepemerintahan:
Tabel 2.2
Tujuan Reformasi Tata Pemerintahan
Tujuan reformasi tata pemerintahan Mengukur Pencapaian Sasaran
Meningkatkan Transparansi Warga dapat mengakses dan
memahami peraturan pemerintah dan
prosedur untuk memperoleh layanan
Pengungkapan aset publik, anggaran
pemerintah dan pengadaan informasi
Warga dapat mengakses keputusan
pegawai negeri sipil
Mengurangi korupsi administratif Proporsi transaksi yang memerlukan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
32
Universitas Indonesia
pembayaran suap
Jumlah suap yang dibayarkan langsung
ke pegawai negeri atau melalui agen-
agen
Meningkatkan pelayanan Mengurangi biaya mengakses layanan
Meningkatkan kualitas dan
kenyamanan
Meningkatkan cakupan geografik untuk
menjangkau segmen yang lebih besar
dari populasi
Pemberdayaan Memberikan saluran untuk umpan balik
dan konsultasi
Membuat pemerintah lebih akuntabel
Mengurangi kekuatan broker perantara
Sumber: Bhatnagar, 2009
Bhatnagar juga turut mengemukakan bahwa pelaksanaan e-government
dengan mekanisme yang benar dapat mendorong terciptanya transparansi yang
ideal. Hal ini tentu berdampak positif bagi keleluasaan akses publik dan
masyarakat, terutama dalam beragam aktifitas birokrasi yang berkenaan dengan
dengan masalah administratif dan keuangan (Bhatnagar, 2009:54).
2.2.1.3 Langkah-langkah Pengembangan E-Government
Berdasarkan perkembangan e-government di berbagai negara, khususnya
Indonesia, maka dapat diperoleh lesson learned dari good practices dan bad
practices yang masing-masing negara alami. Apabila lesson learned dipadukan
dengan teori yang ada, maka dapat diusulkan suatu metodologi (langkah-langkah)
pengembangan e-government yang bisa dijadikan panduan untuk lingkungan
pemerintah di Indonesia. Menurut Center for Democracy and Technology dan
InfoDev, proses implementasi e-government terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan
itu harus dilakukan secara berurutan dan masing-masing tahapan harus
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
33
Universitas Indonesia
menjelaskan tujuan dari e-government. Adapun ketiga tahapan tersebut, antara
lain, yaitu:
1. Publish
Tahapan yang menggunakan teknologi informasi untuk meluaskan akses
untuk informasi pemerintah, misalnya dengan cara pembuatan situs informasi di
setiap lembaga, penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik
untuk internal maupun untuk publik, serta penyiapan sarana akses yang mudah.
Beberapa contoh implementasi e-government yang termasuk tahap publish ini
seperti berikut:
Masyarakat dapat melihat profil pejabat serta wakil rakyat di daerahnya,
peraturan-peraturan daerah yang telah ditetapkan dan Rencana Anggaran
Belanja Daerah (RAPBD).
Seorang peneliti dapat melihat data statistik daerah tersebut untuk menjadi
bahan kajian dan penelitiannya.
Seorang investor dapat mengetahui prosedur dan persyaratan yang harus
dipenuhi untuk melakukan investasi di daerah tersebut.
Masyarakat dapat melihat pengumuman lowongan dan penerimaan calon
pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) di kabupatennya.
2. Interact
Tahap ini teknologi informasi digunakan untuk meluaskan partisipasi
masyarakat dalam pemerintahan, misalnya dengan cara pembuatan situs yang
interaktif dengan publik, serta adanya antar muka yang terhubung dengan lembaga
lain. Contoh aplikasi yang dapat digunakan adalah: situs portal, e-mail, mailing
list, Internet Relay Chatting, teleconference, web-TV, dan sebagainya. Berikut
adalah contoh dalam tahap interact:
Seorang pasien dapat melakukan pendaftaran ke puskesmas atau rumah
sakit yang diinginkan didalam pemeriksaan penyakitnya.
Suatu dinas pemerintahan yang membuka lowongan kerja dapat
melakukan tes penerimaan secara langsung dan online melalui internet.
Masyarakat dapat berdiskusi secara langsung melalui metode mailing list
dengan wakil rakyatnya.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Suatu perusahaan swasta yang akan membuka cabang disuatu daerah dapat
berdiskusi dan tanya jawab dengan instansi terkait mengenai prosedur dan
persyaratan yang harus ditempuh.
Masyarakat dapat memilih atau memberikan pendapat tentang wakil rakyat
dan pejabat secara langsung menggunakan media elektronik (electronic
voting).
3. Transact
Tahapan dimana teknologi informasi menyediakan layanan pemerintah
secara online. Pada tahap transaction juga terjadi interaksi dua arah seperti halnya
pada tahapan interactivity. Hanya disini user dapat mencari dan membeli suatu
produk, atau membayar jasa layanan dan mengumpulkan suatu informasi yang
akan diolah. Aplikasi yang digunakan disini jauh lebih kompleks, serta melibatkan
sistem kemanan (security) yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan
dengan aman dan melindungi hak-hak privasi pihak yang bertransaksi. Contoh
implementasi e-government pada tahap ini adalah:
Masyarakat dapat mengurus permohonan baru atau memperpanjang KTP,
SIM, atau paspor secara langsung melalui internet.
Wajib pajak dapat langsung mengisi formulir-formulir pajak yang panjang
serta membayar kewajibanya secara online melalui internet.
Proses tender berbagai proyek pemerintah dapat dilangsungkan secara
online dan realtime melalui media internet (konsep e-procurement).
Sedangkan, berdasarkan hasil kajian yang dikemukakan oleh Goldschmidt
et al (2002) terlihat bahwa terdapat lima aspek penting yang harus benar-benar
diperhatikan dan dipertimbangkan pengembangannya oleh mereka yang ingin
membangun website e-government, yaitu:
a. Audience
Pada hakikatnya website merupakan sebuah alat berkomunikasi. Sebuah
komunikasi dapat terjadi secara efektif jika pemerintah dapat mendefinisikan
secara jelas siapa yang menjadi target atau audience atau lawan bicaranya
sehingga isi website benar-benar dapat diarahkan untuk melayani komunitas
tersebut. Website bukan merupakan sebuah medium broadcast seperti halnya
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
35
Universitas Indonesia
televisi dan radio, namun lebih merupakan sebagai suatu medium service atau
layanan.
b. Content
Pemerintah harus mampu membangun website dimana content yang
tersedia dapat:
Membantu audience dan stakeholders dalam memenuhi kebutuhannya
terkait dengan pelayanan prima yang ditawarkan melalui website.
Menunjang visi, misi, tujuan, dan obyektif dari pemerintah terkait.
Menggalang hubungan atau relasi yang kuat dengan para pengunjung
website.
Menarik perhatian para calon pengunjung agar berminat menjadi
audience yang setia mengakses website.
Menyediakan semua jawaban terhadap kebutuhan informasi audience.
Menghemat waktu dan biaya dari audience dalam berkomunikasi
dengan pemerintahnya.
Memperkuat keterlibatan publik dalam proses pemerintahan.
Memperkuat tingkat kepercayaan publik melalui proses keterbukaan
yang demokratis.
c. Interactivity
Mengingat bahwa setiap pihak yang terlibat pasti membutuhkan terjadinya
sebuah komunikasi yang bersifat dua arah, dalam arti terselenggaranya transaksi
pertukaran data dari dua belah pihak secara bergantian, maka para pembuat
website harus pula memperhatikan aspek interactivity ini. Banyak sekali teknologi
internet yang dapat membantu pemerintah dalam menjalin relasi yang ―intim‖
dengan konstituennya di dunia maya.
d. Usability
Ada beberapa elemen yang harus dimiliki oleh sebuah website e-
government agar tingkat usability-nya tinggi, yaitu:
Sistem pengorganisasian konten atau isi website haruslah memiliki
arsitektur yang jelas dan terstruktur secara logis.
Navigasi yang diterapkan dalam website haruslah mudah cara
pengoperasiannya.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Content yang ada harus mudah dibaca dan enak di mata.
Isinya harus up-to-date.
Waktu untuk menampilkan satu halaman penuh website haruslah cepat.
Tampilan website harus menarik.
Website harus dapat dinikmati oleh semua orang.
Harus memperharikan unsur privacy, dalam hal ini pengguna website.
e. Innovation
Inovasi dalam kaitan ini bukanlah sekedar merupakan aspek tambahan
belaka mengingat banyak ide-ide kreatif dari para pembuat website yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan konteks pengguna website
bagi pengunjungnya. Intinya, sejalan dengan kemajuan teknologi, pemerintah
harus secara kreatif dari hari kehari berinovasi mengembangkan website-nya agar
semakin menarik dan bermanfaat, sehingga masyarakat selalu setia mengakses
website yang dimiliki oleh pemerintahnya.
2.2.2 Good Governance
Keterbukaaan informasi merupakan salah satu indikator terwujudnya good
governance. Pada dasarnya konsep good governance memberikan rekomendasi
pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga
negara baik di tingkat pusat maupun daerah, sektor swasta, dan masyarakat
madani (civil society). Good governance berdasar pandangan ini berarti suatu
kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh
pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut
mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana
warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan
hak hukum, memenuhi kewajiban, dan menjembatani perbedaan diantara mereka.
Santosa menjelaskan bahwa governance sebagaimana didefinisikan UNDP adalah
pelaksanaan politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah
bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut bisa dikatakan baik (good atau sound)
jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat,
dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan (Santosa dalam Tim ICCE
UIN, 2005)
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Selanjutnya good governance menurut UNDP (1997:3) adalah:
…good governance among other things, participatory, transparent and
accountable. It is also objective andequitable and it promotes the rule of law.
Good governance ensures that political, social and economic priorities are based
consensus able are heard in decicion-making over the allocation of development
resources.
Berdasarkan pengertian tersebut, good governance berorientasi pada:
pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional;
kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal yaitu secara efektif dan efisien
dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu
pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-elemen
konstituennya seperti: legitimacy (apakah pemerintah dipilih dan mendapat
kepercayaan rakyatnya), accountability, securing of human rights autonomy,
devolution of power dan assurance of civilitation control. Sedangkan orientasi
kedua tergantung pada sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi dan
sejauh mana struktur dan mekanisme politik serta administratif berfungsi secara
efektif dan efisien.
Sementara itu, OECD dan Bank Dunia mensinonimkan good governance
dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung
jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi dana investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran, serta penciptaan legal and
political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.
Kendati diawali oleh tawaran badan-badan internasional, namun cita good
governance kini sudah menjadi bagian diskusi serius dalam wacana
pengembangan paradigma birokrasi dan pengembangan kedepan. Sementara
dalam bukunya, Tim ICCE UIN menyebutkan bahwa Lembaga Administrasi
Negara (LAN) telah menyimpulkan sembilan aspek fundamental dalam
perwujudan good governance, yaitu:
a. Partisipasi (participation)
Semua warga masyarakat berhak terlibat dalam pengambilan keputusan,
baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
38
Universitas Indonesia
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam
seluruh aspek pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehiidupan sosial
lainnya selain kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisir.
Paradigma birokrasi sebagai center for public service harus diikuti dengan
deregulasi berbagai aturan, sehingga proses sebuah usaha dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien. Tidak cukup hanya dengan itu, aparatur pemerintah juga harus
mengubah paradigma dari penguasa birokrat menjadi pelayan masyarakat (public
server), dengan memberikan pelayanan yang baik, memiliki perhatian yang
humanis terhadap client-nya, memberikan pelayanan yang efisien, tepat waktu
serta dengan biaya murah, sehingga mereka memiliki legitimasi dari masyarakat.
Inilah berbagai persyaratan utama untuk mewujudkan cita good governance dalam
konteks memperbesar partisipasi masyarakat. Karena tidak mungkin sebuah
bangsa akan maju dengan cepat, tanpa partisipasi penuh dari warganya.
b. Penegakan hukum (rule of law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa diimbangi
oleh sebuah hukum dan penegakannya yang kuat, partisipasi akan berubah
menjadi proses politik yang anarkis. Ditambahkan pula bahwa pelaksana
kenegaraan dan pemerintahan juga harus ditata oleh sebuah sistem dan aturan
hukum yang kuat serta memiliki kepastian.
c. Transparansi (transparency)
Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa orde baru adalah
merebaknya kasus-kasus korupsi yang berkembang sejak awal masa rezim
kekuasaannya. Korupsi sebagai tindakan, baik dilakukan individu maupun
lembaga yang secara langsung merugikan negara, merupakan salah satu yang
harus dihindari dalam upaya menuju cita good governance, karena selain
merugikan negara, korupsi bisa menghambat efektifitas dan efisiensi proses
birokrasi dan pembangunan sebagai ciri utama good governance.
Salah satu yang dapat menghambat dan memberi ruang gerak kegiatan
korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak transparan. Pihak IMF
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
39
Universitas Indonesia
memang sangat serius dalam mempertahankan kebijakan pemberantasan korupsi
untuk membantu proses recovery ekonomi, karena walaupun sudah menjadi
fenomena universal, tetapi di Indonesia, korupsi sudah menimbulkan efek
metastarik, yakni penyebaran ke seluruh elemen birokrasi pemerintahan, dari
puncak pimpinan sampai pada pegawai yang paling rendah sekalipun.
Gaffar mengemukakan delapan aspek mekanisme pengelolaan negara yang
harus dilakukan secara transparan, yaitu:
Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
Kesehatan
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
d. Responsif (responsiveness)
Salah satu asas fundamental menuju cita good governance adalah
responsive, yakni pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap persoalan-
persoalan masyarakat. Gaffar menegaskan bahwa pemerintah harus memahami
kebutuhan masyarakatnya, jangan mengganggu mereka menyampaikan keinginan-
keinginannya itu, tapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka, untuk kemudian melahirkan berbagai kebijakan
strategis guna memenuhi kepentingan umum tersebut. Sesuai dengan asas
responsif, maka setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etik, yakni etik
individual dan etik sosial. Kualifikasi etik individual menuntut mereka agar
memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional. Sedangkan etik sosial
menuntut mereka agar memiliki sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
e. Konsensus (consensus orientation)
Asas fundamental lain yang juga harus menjadi perhatian pemerintah
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahannya menuju cita good governance
adalah pengambilan keputusan secara konsensus, yakni pengambilan putusan
melalui putusan melalui proses musyawarah dan semaksimal mungkin berdasar
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
40
Universitas Indonesia
kesepakatan bersama. Cara pengambilan keputusan tersebut selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat menarik komitmen
komponen masyarakat sehingga memiliki legitimasi untuk melahirkan coercive
power (kekuatan memaksa) dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan
keputusan. Pelaksanaan prinsip pada praktiknya sangat terkait erat dengan
tingakat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerintahan, kultur demokrasi,
serta tata aturan dalam pengambilan kebijakan yang berlaku dalam sebuah sistem.
f. Kesetaraan dan keadilan (equity)
Terkait dengan consensus, transparansi dan responsive, good governance
juga harus didukung dengan asas equity, yakni kesamaan dalam perlakuan
(treatment) dan pelayanan. Asas ini dikembangkan berdasarkan pada sebuah
kenyataan bahwa bangsa Indonesia ini tergolong bangsa yang plural, baik dilihat
dari segi etnik, agama dan budaya. Pluralisme ini tentu saja pada satu sisi dapat
memicu masalah apabila dimanfaatkan dalam konteks kepentingan sempit seperti
primordialisme, egoisme, dan sebagainya. Oleh karena itu, prinsip equity harus
diperhatikan agar tidak memunculkan ekses yang tidak diinginkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagai sebuah bangsa yang beradab, dan terus berupaya menuju cita good
governance, proses pengelolaan pemerintahan itu harus memberikan peluang,
kesempatan, pelayanan, dan treatment yang sama dalam koridor kejujuran dan
keadilan. Tidak ada seorang atau sekelompok orang pun yang teraniaya dan tidak
memperoleh apa yang menjadi haknya. Pola pengelolaan pemerintahan seperti ini
akan memperoleh legitimasi yang kuat dari publik dan akan memperoleh
dukungan serta partisipasi yang baik dari masyarakat.
g. Efektifitas dan efisiensi
Disamping harus memperhatikan beragam kepentingan dari berbagai
lapisan dan kelompok sosial sebagaimana ditekankan pada asa equity,
pemerintahan yang baik juga harus memenuhi kriteria efektifitas dan efisiensi,
yakni berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektifitas biasanya diukur dengan
parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Sedangkan efisiensi
biasanya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
41
Universitas Indonesia
kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk
kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan itu termasuk dalam kategori
pemerintahan yang efisien. Cita itulah yang menjadi tuntutan dalam upaya
mewujudkan cita good governance.
Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat perancang
dan pelaksana tugas-tugas pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-
perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dari masyarakat, secara rasional
dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi
masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu
menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Kemudian untuk memperoleh partisipasi
yang besar, para aparatur serta pejabat pemerintahan juga harus bersikap terbuka
dan memberikan kesempatan pelayanan kepada mereka dengan baik dan mudah.
Selain itu, pemerintahan juga harus mampu menekan ancaman-ancaman eksternal
yang dapat mengganggu stabilitas politik dan keamanan, karena tanpa rasa aman
yang tinggi, partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sangat sulit
diharapkan secara optimal.
h. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas menjadi perhatian dan sorotan pada era reformasi ini,
karena kelemahan pemerintahan Indonesia justru dalam kualitas akuntabilitasnya.
Asas akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi
berbagai urusan dan kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas
sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas
dalam upaya mewujudkan cita good governance.
Pengembangan asas akuntabilitas dalam kerangka good governance tiada
lain agar para pejabat atau unsur-unsur yang diberi kewenangan mengelola urusan
publik itu senantiasa terkontrol dan tidak memiliki peluang melakukan
penyimpangan untuk melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dengan
asas ini mereka terus memacu produktifitas profesionalnya sehingga berperan
besar dalam memenuhi berbagai aspek kepentingan publiknya.
i. Visi strategis (strategic vision)
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka
perwujudan good governance, karena perubahan dunia dengan dengan kemajuan
teknologinya yang begitu cepat. Bangsa-bangsa yang tidak memiliki sensitifitas
terhadap perubahan serta prediksi perubahan ke depan, tidak saja akan tertinggal
oleh bangsa lain di dunia, tapi juga akan terperosok pada akumulasi kesulitan,
sehingga proses recovery-nya tidak mudah.
2.2.3 Transparansi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Buku Pedoman
Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002, hal. 18,
mendefinisikan transparansi sebagai prinsip yang menjamin akses atau kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Dalam hal ini masyarakat sebagai
stakeholder pemerintah memilki hak yang dijamin untuk mengakses dan
mendapatkan keterangan dan informasi mengenai aktifitas pemerintahan.
Terutama mengenai pembuatan dan pelaksanaan kebijakan yang ditujukan bagi
masyarakat.
Selain itu, transparansi juga dapat didefinisikan sebagai adanya kebijakan
terbuka bagi suatu tindak ataupun mekanisme pengawasan. Pelaksananaan
transparansi erat kaitannya dengan penyediaan informasi. Dan informasi yang
dimaksud adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang
dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan
menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat
berdasarkan pada preferensi publik (Rochman, 2000:151). Dengan dibuat dan
dilaksanakannya suatu kebijakan yang berdasarkan pada preferensi publik,
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kebijakan dan pelayanan
publik yang ditandai dengan kepuasan masyarakat.
Dalam hal pengawasan, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu
(1) adanya bentuk komunikasi publik yang dilakukan oleh pemerintah, dan (2)
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
43
Universitas Indonesia
pemenuhan hak masyarakat terhadap akses informasi (Buku Pedoman Penguatan
Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Departemen Dalam Negeri, 2002, hal. 60). Kedua hal tersebut akan
sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya.
Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Komunikasi
publik menuntut usaha afirmatif atau positif dari pemerintah untuk membuka dan
mendiseminasi informasi maupun aktivitasnya yang relevan.
Transparansi juga harus mampu menyeimbangkan kebutuhan akan
kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak
privasi individu. Hal ini dikarenakan pemerintahan menghasilkan data dalam
jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi profesional, bukan untuk
membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan
keputusan-keputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan
dari setiap kebijakan yang diambil tersebut.
Dalam hal transparansi pemerintahan, media massa juga memiliki peranan
yang sangat penting, baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada
publik maupun menjelaskan berbagai informasi yang relevan. Selain itu, media
massa juga berperan sebagai ―watchdog‖ atas berbagai aksi pemerintah dan
perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. Dan untuk merealisasikan
penerapan fungsi tersebut, media membutuhkan adanya kebebasan pers. Media
massa dapat terbebas dari intervensi yang berasal dari pemerintah maupun
kepentingan bisnis.
Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-lebihan
dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Oleh karena itu, kewajiban akan
keterbukaan harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria
yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang mereka
berikan dan pada siapa informasi tersebut diberikan.
Untuk mengukur prinsip transparasi, dapat menggunakan sejumlah indikator
seperti:
a. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari
semua proses-proses pelayanan publik.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
44
Universitas Indonesia
b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang
berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses di dalam
sektor publik.
c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi
maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.
Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada
akhirnya akan membuat pemerintah menjadi pihak yang bertanggung jawab
terhadap semua stakeholders yang memiliki kepentingan dengan proses maupun
kegiatan dalam sektor publik. Holders of public office should be as open as
possible about all the decisions and actions that they take. They should give
reasons for their decisions and restrictinformation only when the wider public
interest clearly Demands (Minogue, 1998). Berdasarkan rumusan tersebut, maka
pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan keterbukaan informasi yang
mencakup:
a. Memberikan fakta dan analisis tentang keputusan-keputusan kebijakan.
b. Menjelaskan alasan-alasan dari keputusan-keputusan administratif.
c. Membuka informasi ―guidelines internal‖ tentang cara-cara bagian
tersebut berhubungan dengan publik.
d. Menyediakan informasi tentang biaya, target dan performa dari pelayanan
publik dan prosedur-prosedur untuk mengeluh dan mengadu.
e. Memenuhi permintaan informasi khusus.
Adanya mekanisme transparansi secara tidak langsung membuat suatu
lembaga beroperasi sesuai dengan peraturan yang ada dan berlaku.
Operasionalisasi aturan yang berlaku dari suatu lembaga, umumnya memiliki
dampak positif, yakni mencegah dan melawan terjadinya tindak kecurangan dan
penyelewengan berupa korupsi atapun penyuapan. One of the requirements of
corporate transparency is that a company disclose whether it has a code of
conduct containing specific rules designed to combat bribery what the contents of
that code are and evaluations of internal controls and its performance in
implementing the code. Doing so allows a company to be held to account if it does
not meet its self-imposed standards (Fletcher, 1999:33).
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Selain itu, mekanisme praktik transparansi juga diperoleh melalui penataan
peratuan yang jelas seperti yang diharapkan dari kinerja birokrat dalam
menyelesaikan permasalahan atau “setting unambiguous rules on what is
expected of public employees in order to resolve this conflicting situation”.
Menempatkan standar dalam praktik dinyatakan dengan (Levy, 2001):
a. socialization: pelatihan komunikasi dan konseling.
b. enforcement: sistem pengungkapan mendeteksi dan menghukum mereka
yang tidak memenuhi standar yang dinyatakan.
Selain itu, transparansi juga merujuk pada ketersediaan informasi pada
masyarakat umum dan kejelasan (clarity) tentang peraturan, undang-undang, dan
keputusan pemerintah yang dibuat untuk masyarakat. Dan untuk menilainya dapat
menggunakan indikator seperti (Asian Development Bank, 1999:7-13):
1) Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate and
timely) tentang kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat
penting bagi pengambilan keputusan ekonomi oleh para pelaku
swasta. Data tersebut harus bebas didapat dan siap tersedia (freely and
readily available).
2) Aturan dan prosedur yang “simple, straightforward and easy to
apply” untuk mengurangi perbedaan dalam interpretasi.
Sedangkan menurut Transparency International, Undang-Undang
Freedom of Information (FOI) bukan hanya mengatur tentang hak publik untuk
mengakses informasi akan tetapi juga menekankan pada komitmen pemerintah
untuk memfasilitasi akses tersebut. Dalam undang- undang ini dimuat aturan yang
menunjukkan bahwa sebuah kantor pemerintahan diharuskan untuk
mempublikasikan informasi yang berhubungan dengan:
a. Struktur, fungsi dan operasi.
b. Kinerja yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.
c. Rancangan akses.
d. Prosedur internal yang digunakan oleh kantor tersebut dalam melakukan
pelayanan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Data-data dan informasi yang disediakan oleh sebuah kantor pemerintahan
juga seharusnya meliputi informasi mengenai sebuah kebijakan yang diambil
pemerintah yang ditujukan bagi masyarakat. Dengan lingkup keterbukaan pada
tekanan kebutuhan masyarakat mengenai masalah yang harus diselesaikan oleh
kebijakan tersebut, tahap penyusunan hingga pada pelaksanaan kebijakan tersebut.
Openness about policy intentions, formulations and implementations.
(Organization for Economic Cooperation and Development).
Menurut Dey (2001), access to information is the ability citizens to obtain
information about the past, present, and future activities of the state. The phrase
“freedom of information” is also widely used when referring to the ability of
individuals to gain access to information in the possession of the state. Access to
information is fundamentally about the quality of information available from the
state, not the quantity. It has been argued that access to information is an
essential element of democratic government. That is, for democracy to flourish,
citizens must be adequately informed about the operations and policies of their
government. Atau yang diartikan dengan transparansi seharusnya dapat menjadi
kemampuan bagi masyarakat untuk dapat mendapatkan informasi mengenai apa
yang telah, sedang, dan akan dilakukan negara terkait kebijakan publik bagi
masyarakat. Hal ini menjadi penting dikarenakan kemampuan dan ketersediaan
sarana bagi masyarakat untuk mengakses informasi secara berkualitas merupakan
kebutuhan yang fundamental, terutama dalam menjalankan demokrasi..
Keterbukaan informasi selayaknya benar-benar dapat bersifat adil dan
tidak diskriminatif terhadap siapapun masyarakat yang hendak mengaksesnya.
Keterbukaan informasi yang berkenaan dengan perencanaan, penganggaran, dan
monitoring serta evaluasi program, yang mudah diakses oleh masyarakat pada
umumnya dan kalangan marjinal dan perempuan pada khususnya (Kemitraan bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia). Dengan demikian, transparansi pada
prinsipnya dapat menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi
tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang
dicapai (Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah,
Bappenas dan Depdagri 2002, hal. 18)
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Lalolo dalam artikelnya yang berjudul Indikator dan Alat Ukur Prinsip
Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi menurunkan definisi-definisi di atas
dalam matriks indikator dan alat ukur dari transparansi. Seperti yang ditampilkan
dalam tabel berikut:
Tabel 2.3
Indikator dan Alat Ukur Transparansi
INDIKATOR ALAT UKUR
Penyediaan informasi yang jelas
tentang prosedur- prosedur, biaya-biaya
dan tanggung jawab
Publikasi kebijakan publik melalui
alat-alat komunikasi:
- annual reports
- brosur
- leaflet
- pusat informasi
- telepon bebas pulsa
- liputan media
- iklan layanan masyarakat
- website
- papan pengumuman
- koran lokal
Kemudahan akses informasi Informasi yang disajikan :
- acuan pelayanan
- perawatan data
- laporan kegiatan publik
- prosedur keluhan
Menyusun suatu mekanisme pengaduan
jika ada peraturan yang dilanggar atau
permintaan untuk membayar uang suap
Penanganan keluhan :
- berita-berita kota di media massa
dan lokal
- notice of response
- personil
- limit waktu respon
- opinion pools & survei tentang
isu-isu kebijakan publik
- komentar dan catatan untuk draft
kebijakan dan peraturan
- service users surveys
Meningkatkan arus informasi melalui
kerjasama dengan media massa dan
lembaga non pemerintahan
Institusi dan organisasi daerah:
- Bawasda
- Kantor PMD/BPM
- Kantor Humas
- Dinas Kominfo
- Forum Lintas Pelaku Pertemuan
Masyarakat
- Mimbar rakyat Sumber: www.bappenas.go.id
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Transparansi dalam keterbukaan informasi merupakan
salah satu prinsip yang terkandung dalam tata kelola pemerintahan yang baik,
(good governance) dan sangat erat hubungannya dengan keterbukaan informasi
adalah prinsip transparansi. Keterbukaan informasi diharpakan dapat
menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan pemerintah
dibuat berdasarkan preferensi publik. Transparansi sendiri bermakna tersedianya
informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu tentang kebijakan publik dan
proses pembentukannya. Namun, Lembaga Administrasi Negara (2004:22)
mendefinisikan transparansi sebagai adanya upaya untuk menciptakan
kepercayaan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui penyediaan
informasi di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Selain itu,
transparansi menurut Solihin (2006:10) berarti akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan
berbagai kebijakan publik. Menurut Solihin (2006:11) indikator minimal suatu
lembaga dapat dikatakan transparan antara lain:
a. Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan
dan implementasi kebijakan publik.
b. Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas
diperoleh, dan tepat waktu.
Solihin (2006:11) juga mengungkapkan perangkat pendukung indikator
minimal suatu lembaga dapat dikatakan transparan antara lain, peraturan yang
menjamin hak untuk mendapatkan informasi, pusat/balai informasi, website, (e-
government, e-procurment, dan sebagainya), iklan layanan masyarakat, media
cetak, dan pengumuman.
Konsep transparansi dalam pelayanan publik menunjukkan pada suatu
keadaan dimana segala aspek dari proses penyelenggaraan pelayanan bersifat
terbuka dan dapat diketahui dengan mudah oleh pengguna dan stakeholders yang
membutuhkan. Jika segala aspek proses penyelenggaraan pelayanan seperti
persyaratan, biaya, dan waktu yang diperlukan, cara pelayanan serta hak dan
kewajiban penyelenggara dan pengguna layanan dipublikasikan secara terbuka
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
49
Universitas Indonesia
sehingga mudah diakses dan dipahami oleh publik, maka praktik penyelenggaraan
pelayanan itu dapat dinilai memiliki transparansi yang tinggi.
Sementara Dwiyanto (2008:243) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur transparansi pelayanan publik,
yaitu: pertama, mengukur tingkat keterbukaan proses pelayanan publik, termasuk
persyaratan, biaya, dan waktu yang diperlukan serta cara pelayanan. Kedua,
menunjukkan pada seberapa mudah peraturan dan prosedur pelayanan dapat
dipahami oleh pengguna dan stakeholders yang lain. Ketiga, kemudahan untuk
memperoleh informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan
publik.
Prinsip transparansi memliki dua aspek yaitu, komunikasi publik oleh
pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan sulit
dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen
kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Transparansi harus seimbang
dengan kebutuhan dan kerahasiaan lembaga maupun informasi yang
mempengaruhi hak-hak privasi individu. Pemerintahan menghasilkan data dalam
jumlah yang besar, maka dibutuhkan petugas informasi yang profesional untuk
menyebarluaskan keputusan-keputusan yang penting kepada masyarakat serta
menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.
Solihin (2006:13) mengungkapkan isu strategis penerapan prinsip
tansparansi antara lain:
a. Lemahnya komitmen aparat untuk melakukan transparansi.
b. Belum semua peraturan yang memuat ketentuan mengenai transparansi
dilengkapi dengan ketentuan mengenai sanksinya.
c. Rendahnya pemahaman dan kemampuan sumber daya manusia dalam
menjalankan transparansi.
d. Belum jelasnya batasan-batasan transparansi.
e. Rendahnya kesadaran hak dan kewajiban masyarakat mengenai
penerapan transparansi.
Dalam praktiknya, transparansi sebagai suatu proses juga memiliki
beberapa instrumen, yaitu:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakan kepada masyarakat.
Pemerintah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti
melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi
lokal.
Pemerintah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang tata cara
mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk
informasi yang dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi
yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama
waktu mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila
informasi tidak sampai kepada masyarakat.
Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi.
Fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi.
Petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada di
penyelenggara pemerintah.
Prosedur pengaduan
Berikut adalah beberapa indikator lain yang dimiliki oleh transparansi
(Teguh Kurniawan, Bahan Ajar):
Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggara pemerintahan.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan.
Meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam
pembangunan.
Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
Keterbukaan informasi dikaitkan dengan pelaksanaaan melaksanakan
suatu proses dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi yang material dan
relevan, maka perlu diketahui apa definisi dari informasi itu sendiri. Information
is data that has been processed into a form that is meaningfull to the receipt and
is of real or perceived value in current or prospective decisions (Davies, 1993:27)
Definisi umum untuk ―informasi‖ dalam pelaksanaan sistem informasi
adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya yang bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
51
Universitas Indonesia
mendatang. Definisi tersebut menekankan kenyataan bahwa data harus diproses
dengan cara-cara tertentu untuk menjadi informasi dalam bentuk dan nilai yang
berguna bagi pemakai.
Dari sekian banyak informasi yang ada, tidak semua memiliki kualitas atau
nilai yang baik yang dapat dimanfaatkan bagi penggunanya. Nilai informasi
berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada pilihan atau keputusan, informasi
menjadi tidak diperlukan. Secara umum, menurut Amsyah (2000:315) informasi
memiliki nilai atau manfaat yaitu untuk membantu memberi penjelasan dari suatu
ketidakpastian atau untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, sehingga manusia
dapat membuat suatu keputusan dengan kepastian yang lebih baik dan
menguntungkan. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Amsyah, 2000
Gambar 2.2 Nilai Informasi
Dari gambar diatas, dapat dikatakan bahwa informasi adalah alat bantu
untuk mengurangi ketidakpastian. Maka makin besar bantuannya untuk
mengurangi ketidakpastian tersebut, makin tinggi nilai informasi itu (Moekijat,
1993:24). Gregory dan Van Horn dalam Stoner (1986:293) telah menyatakan
bahwa nilai informasi tergantung kepada empat faktor: mutu, ketepatan waktu,
kelengkapan, dan relevansinya dengan kemampuan manajemen untuk mengambil
tindakan.
- Mutu informasi. Manfaat informasi adalah untuk membantu memberi
kejelasan dari sesuatu ketidakpastian atau untuk mengurangi
Informasi keluaran
dari hasil pengolahan
Tindakan yang
menguntungkan Keputusan
Pembuatan keputusan
Teknik pembuatan
keputusan
Ketidakpastian
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
52
Universitas Indonesia
ketidakpastian tersebut, sehingga manusia dapat membuat suatu keputusan
dengan kepastian yang lebih baik dan menguntungkan. Akan tetapi, untuk
menilai mutu informasi, harus membandingkan fakta-fakta yang
dilaporkan dengan kenyataan yang sebenarnya. Semakin akurat informasi
itu, maka semakin tinggi pula mutunya dan semakin amanlah informasi
tersebut untuk diandalkan dalam mengambil keputusan. Namun pada
umumnya, biaya untuk memperoleh informasi akan meningkat kalau mutu
informasi yang diinginkan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, informasi
bukanlah komoditi yang dapat diperoleh dan dikelola secara gratis.
Hendaknya diperhitungkan seefisien dan seefektif mungkin biaya yang
harus dikeluarkan untuk informasi dengan keuntungan yang diperoleh dari
penggunaannya.
- Ketepatan waktu informasi (timeless). Ketepatan waktu merupakan
karakteristik informasi lainnya yang penting. Bukan hanya bernilai baru
atau lama, tetapi ketepatan waktu setidaknya ada pada saat informasi
diperlukan. Walaupun informasi yang diberikan akurat, namun jika pada
saat diterima atau diketahui terlambat, sudah tidak berguna lagi. Jika
informasi diperlukan sewaktu-waktu maka diharapkan informasi tersebut
dapat disediakan secepat waktu yang diperlukan.
- Kelengkapan (complete). Kadang-kadang pihak yang membutuhkan
informasi menghadapi suatu keputusan yang harus dibuat dengan
informasi yang teliti, waktu yang tepat tetapi informasinya tidak lengkap.
Ketidaklengkapan informasi yang ada tersebut seringkali menyebabkan
kegiatan yang memerlukan pengambilan keputusan secara cepat menjadi
tertunda. Seseorang akan sulit mengambil keputusan yang akurat dan tepat
waktu tanpa informasi yang cukup. Oleh karena itu, kelengkapan
informasi juga merupakan faktor yang penting bagi suatu informasi.
- Kesesuaian (relevancy). Informasi yang bernilai tinggi tentu saja
mempersyaratkan pula unsur-unsur relevansi/kesesuaian. Informasi
hendaknya sesuai dengan keperluan pekerjaan atau keperluan manajemen.
Informasi yang diterima harus ada keterkaitan dengan tanggung jawab dan
tugas-tugas pihak yang bersangkutan atau sesuai dengan tujuan yang akan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
53
Universitas Indonesia
dicapai. Data yang sama seringkali perlu diolah secara berbeda untuk
memperoleh informasi yang sesuai dengan keperluan unit masing-masing.
Apabila keempat faktor tersebut dapat dipenuhi, maka suatu informasi
dapat dikategorikan memiliki nilai yang tinggi, sehingga kemudian semakin besar
pula pengorbanan yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi yang
memiliki nilai tinggi tersebut.
Masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh informasi dan perlu
adanya jaminan untuk mewujudkan hak tersebut dalam menciptakan
pemerintahan terbuka. Pemerintah terbuka adalah suatu kondisi dimana
penyelenggaraan pemerintah dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan
partisipatif.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
54
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah strategi yang dipilih untuk mengamati,
mengumpulkan informasi, dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian
(Prasetyo dan Jannah, 2005:32). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan positivis. Pendekatan positivis mengutamakan validitas,
reliabilitas, dan objektivitas serta ahistoris dan nomotetik (Hidayat, 2006:136).
Pendekatan ini digunakan peneliti untuk mencapai pemahaman yang mendalam
dan komprehensif mengenai fakta-fakta sosial yang ada dengan menggunakan alur
berpikir deduktif dengan menurunkan teori awal yang ada. Dengan menggunakan
pendekatan positivis tersebut, peneliti mencoba menganalisis bagaimana
penerapan portal Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan keterbukaan informasi
publik. Selain itu, peneliti bersifat bebas nilai atau objektif dalam memandang
suatu gejala dan hanya melihat faktor-faktor yang krusial yang berkaitan dengan
teori yang peneliti gunakan.
3.2 Jenis Penelitian
Prasetyo dan Jannah (2008:38) mengkategorikan jenis penelitian
berdasarkan empat klasifikasi yaitu berdasarkan manfaat penelitian, berdasarkan
tujuan penelitian, berdasarkan dimensi waktu, dan berdasarkan teknik
pengumpulan data. Berdasarkan manfaat penelitian, maka penelitian ini tergolong
pada penelitian murni karena penelitian ini dalam konteks akademis dan memiliki
tingkat abstraksi yang tinggi. Selain itu, penelitian murni ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan peneliti sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk
menentukan permasalahan yang ingin diteliti. Hal ini seperti penuturan Patton
(2002:215) ―basic researchers work to generate new theories or test existing
theories‖. Borg and Gall (1988) juga menyatakan bahwa penelitian murni
bertujuan ―to discover new knowledge about fundemental phenomena‖ (Sugiyono,
2009:4).
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Berdasarkan tujuan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena
peneliti mencoba menggambarkan fenomena atau gejala yang dalam hal ini
fenomena tersebut penerapan portal Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan
keterbukaan informasi publik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Prasetyo dan
Jannah (2008:38) ―penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang
lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena‖. Babbie (1998) juga
mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif ―is to describe situations and events.
The researcher observes and the describes what was observed‖.
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk penelitian cross-
sectional karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu waktu tertentu dan tidak
melakukan perbandingan. Hal ini senada dengan pendapat Prasetyo dan Jannah
(2008:45), ―penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu
tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak
akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk diperbandingkan‖.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Babbie (1998) ―many research projects are
designed to study some phenomenon by taking a cross section of it at one time and
analyzing that cross section carefully‖. Berdasarkan teknik pengumpulan data
maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif di mana peneliti
melakukan studi lapangan dan studi dokumen sebagai instrumen pengumpulan
data.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulsn Data
Teknik pengumpulan data penting untuk menentukan ketepatan hasil yang
diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
kualitatif yang terdiri dari studi lapangan dan studi dokumen, sebagai berikut:
1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data primer mengenai
penggunaan website www.mahkamahagung.go.id sebagai penerapan e-
government dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik di Mahkamah
Agung. Data primer diperoleh secara langsung dari sejumlah informan melalui
teknik wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) atau lebih dikenal
dengan wawancara mendalam. Johnstone (2007) mendefiniskan wawancara
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
56
Universitas Indonesia
sebagai ―a series of questions by an interviewer and a series of responses from a
subject. Interviews can range from structured to semi-structured to unstructured;
the level of structure is an important design choice‖ (Neergaard and Ulhøi,
2007:109). Wawancara tidak berstruktur sendiri mirip dengan percakapan
informal. Wawancara ini bersifat luwes, susunan kata-kata dalam setiap
pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara (Mulyana, 2003). Dengan teknik
ini, peneliti mempersiapkan diri terlebih dahulu pedoman wawancara berupa poin-
poin pertanyaan yang akan diajukan untuk masing-masing informan yang terkait
dengan tema penelitian ini.
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa pihak yang
terkait dengan penelitian ini, yaitu:
(a) Bapak Edy S (Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung RI). Narasumber merupakan pejabat
Mahkamah Agung yang bertugas dan memiiki kewenangan untuk
memberikan jawaban dan penjelasan terhadap permohonan informasi
mendalam mengenai Mahkamah Agung RI. Biro Hukum dan Humas
bertanggung jawab dalam mengelola informasi yang disediakan dalam
www.mahkamahgung.go.id.
(b) Bapak Joko Upoyo (Kepala Bagian Pemeliharaan Sistem Informasi
Mahkamah Agung RI). Narasumber merupakan pejabat Mahkamah
Agung yang bertugas dan berwenang dalam hal pemeliharaan sarana
dan prasarana serta sistem informasi di Mahkamah Agung RI. Beliau
juga termsuk dalam tim penyelenggara layanan e-government di
lingkungan Mahkamah Agung RI.
(c) Masyarakat pengakses layanan e-government Mahkamah Agung RI
yang terdiri dari Bapak Muhammad Heru Mahyudin Amd, SH, M.KN
(Pengacara dan Advokat O.C Kaligis & Associates) dan Kartika Putri
(Analis Media)
(d) Bapak Ir. Dana Indra Sensuse, M.LIS, Ph.D (akademisi dan Kepala
Laboratorium E-Government Fasilkom UI). Narasumber merupakan
salah satu anggota tim penyusun Pemeringkatan E-Government
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Indonesia (PeGI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Informasi dan
Telekomunikasi (Kemenkominfo) RI.
(e) Ibu Siti Maryam Rodja, SH, Peneliti Lembaga Swadaya Masyarakat
(Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia). Narasumber
merupakan salah satu anggota dari tim peneliti PSHK Indonesia yang
pernah melakukan penelitian mengenai Pemetaan Implementasi
Teknologi Informasi di Mahkamah Agung RI yang dikeluarkan pada
tahun 2010.
(f) Muhammad Zaky (wartawan Kantor Berita Antara) dan Subqi Abdul
Qadir (Reporter dan News Gather Program Berita Liputan 6 SCTV).
Kedua narasumber merupakan wartawan dan news gather kategori
hardnews pada desk politik, penegakkan hukum dan pemerintahan.
2. Studi Dokumen
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi dokumen guna
mendapatkan data sekunder. Studi dokumen ini peneliti lakukan dengan membaca
literatur berupa buku-buku dan artikel dari internet terkait penrapan e-
government, laporan audit teknologi maupun data-data yang berasal dari
Mahkamah Agung RI berupa laporan tahunan MA RI tahun 2010, SK 1-
144/KMA/SK/1/2011 dan Google Analytical internal audit.
3.4 Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di Mahkamah Agung RI karena
beberapa alasan sebagai berikut:
(a) Mahkamah Agung RI sebagai Lembaga Tinggi Negara yang menangani
peradilan tinggi. Hal ini dirasa strategis karena peradilan merupakan
bidang yang berkenaan dengan masyarakat;
(b) Mahkamah Agung telah lebih dulu memiliki peraturan mengenai
Keterbukaan Informasi Publik di kalangan Mahkamah Agung yakni
Surat Keputusan No. 144/KMA/SK/VII/2007 yang disahkan pada 28
Agustus 2007 (kemudian diperbaharui dengan terbitnya SK No. 1-
144/KMA/SK/I/2011 yang disahkan pada Januari 2011) dibandingkan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
58
Universitas Indonesia
dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan
Informasi Publik yang disahkan pada tahun 2008.
(c) Mahkamah Agung RI merupakan prioritas pelaksanaan reformasi
birokrasi pada lembaga tinggi negara setingkat kementerian
(d) Mahkamah Agung RI menerapkan e-government yang bersentuhan
langsung dengan publiknya
3.5 Proses Penelitian
Proses penelitian menurut Neuman (2007:9-10) terdiri dari tujuh tahapan
yaitu select topic (menentukan topik), focus question (menentukan fokus
permasalahan), design study (menentukan bagaimana penelitian dilakukan),
collect data (mengumpulkan data di lapangan), analyze data (menganalisis data),
interpret data (menginterpretasikan data), dan inform others (menuliskan ke
dalam laporan). Setelah menentukan topik mengenai penerapan portal Mahkamah
Agung RI untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik, peneliti selanjutnya
menentukan permasalahan yang terkait yaitu bagaimana implementasinya
dikaitkan dengan teori yang relevan dan hambatannya. Peneliti kemudian
membuat rencana penelitian atau research design dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif dan metode kualitatif. Setelah rencana penelitian tersebut
disetujui maka peneliti mengumpulkan data di Mahkamah Agung RI, baik melalui
wawancara mendalam, observasi, maupun studi dokumen. Data yang telah
terkumpul tersebut selanjutnya peneliti analisis berdasarkan teori dari
Kaliontzoglou dan peneliti juga melakukan interpretasi data yang hasilnya peneliti
uraikan dalam bentuk laporan tertulis.
3.6 Keterbatasan Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian penerapan portal Mahkamah Agung RI
untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik ini, peneliti menghadapi
beberapa hambatan sebagai berikut:
1) Kelembagaan Mahkamah Agung RI yang sangat besar mengakibatkan
mekanisme birokrasi dan administrasi menjadi sangat lama dan tidak
jelas kewenangannya.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
59
Universitas Indonesia
2) Reformasi dan penggantian pejabat struktural di lingkungan
Mahkamah Agung per 1 Juni 2011 membuat proses wawancara
menjadi terhambat dikarenakan pelimpahan kewenangan yang tidak
jelas dan tumpang tindih.
3) Mahkamah Agung sedang menjadi sorotan utama kalangan media
terkait beberapa kasus kasasi yang sedang menjadi sorotan publik
yang mengakibatkan sikap internal yang agak tertutup dan sangat
berhati-hati pada pihak luar.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
60
Universitas Indonesia
BAB 4
GAMBARAN UMUM
4.1. Visi dan Misi Mahkamah Agung
Secara umum, relasi antara visi, misi, dan nilai-nilai utama Badan
Peradilan dapat dilihat di bawah ini. Pada prinsipnya, strategi yang digunakan
adalah usaha untuk mengelola institusi peradilan dengan lebih baik, dengan
harapan akan tumbuh kepercayaan masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan
pencari keadilan. Adapun visi Mahkamah Agung adalah:
“TERWUJUDNYA BADAN PERADILAN INDONESIA YANG AGUNG”
Visi Badan Peradilan tersebut di atas, dirumuskan dengan merujuk pada
Pembukaan UUD 1945, terutama alinea kedua dan alinea keempat, sebagai tujuan
Negara Republik Indonesia. Badan Peradilan Indonesia yang Agung, secara ideal
dapat diwujudkan sebagai sebuah Badan Peradilan yang:
1. Melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman secara independen, efektif, dan
berkeadilan.
2. Didukung pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara mandiri yang
dialokasikan secara proporsional dalam APBN.
3. Memiliki struktur organisasi yang tepat dan manajemen organisasi yang jelas
dan terukur.
4. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi proses perkara yang
sederhana, cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan proporsional.
5. Mengelola sarana prasarana dalam rangka mendukung lingkungan kerja yang
aman, nyaman, dan kondusif bagi penyelenggaraan peradilan.
6. Mengelola dan membina sumber daya manusia yang kompeten dengan
kriteria obyektif, sehingga tercipta personil peradilan yang berintegritas dan
profesional.
7. Didukung pengawasan secara efektif terhadap perilaku, administrasi, dan
jalannya peradilan.
8. Berorientasi pada pelayanan publik yang prima.
9. Memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas,
dan transparansi.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
61
Universitas Indonesia
10. Modern dengan berbasis TI terpadu.
Mengingat pernyataan visi merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan
dalam jangkauan ke depan mengarah pada perspektif, maka dipandang perlu
untuk menjabarkan lebih lanjut dalam pernyataan misi agar dapat menjadi
pedoman penyelenggaraan program. Misi Mahkamah Agung dirumuskan dalam
rangka mencapai visinya, atau dengan kata lain, untuk mewujudkan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi badan peradilan yang optimal. Seperti diuraikan di atas,
fokus dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi badan peradilan adalah
penyelenggaraan pengadilan, yaitu memutus suatu sengketa/menyelesaikan suatu
masalah hukum guna menegakkan hukum dan keadilan. Misi Mahkamah Agung
adalah:
1. Menjaga kemandirian badan peradilan;
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan;
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan;
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
Salah satu bentuk pelaksanaan misi Mahkamah Agung RI adalah melalui
opersionalisasi portal www.mahkamahagung.go.id. Melalui portal tersebut
disediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pihak yang
berkepentingan, sekaligus publik dari Mahkamah Agung RI. Hal ini merupakan
bentuk nyata dari misi peningkatan kredibilitas dan transparansi badan peradilan
melalui pelaksanaan mekanisme keterbukan informasi publik. Selain itu, melalui
mekanisme keterbukan informasi publik, misi Mahkamah Agung RI mengenai
pemberian pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan akan
dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan, para pencari keadilan dapat
mendapatkan pelayanan hukum yang memadai apabila mendapatkan informasi
yang memadai mengenai hak dan kewajibannya di mata hukum serta mekanisme
pelayanan hukum dan peradilan yang dibutuhkannya.
4.2 Nilai-Nilai Utama Mahkamah Agung
Berdasarkan visi dan misi di atas, dikembangkanlah nilai-nilai utama
badan peradilan. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi dasar perilaku seluruh warga
badan peradilan dalam upaya mencapai visinya. Pelaksanaan dari nilai-nilai ini
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
62
Universitas Indonesia
pada akhirnya akan membentuk budaya badan peradilan. Nilai-nilai yang
dimaksud, adalah:
1. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 ayat (1) UUD 1945)
a. Kemandirian Institusional:
Badan Peradilan adalah lembaga mandiri dan harus bebas dari intervensi
oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
b. Kemandirian Fungsional:
Setiap hakim wajib menjaga kemandirian dalam menjalankan tugas dan
fungsinya (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman). Artinya, seorang hakim dalam memutus perkara harus
didasarkan pada fakta dan dasar hukum yang diketahuinya, serta bebas dari
pengaruh, tekanan, atau ancaman, baik langsung ataupun tak langsung, dari
manapun dan dengan alasan apapun juga.
2. Integritas dan Kejujuran (Pasal 24A ayat (2) UUD 1945; Pasal 5 ayat (2)
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Perilaku hakim harus dapat menjadi teladan bagi masyarakatnya. Perilaku
hakim yang jujur dan adil dalam menjalankan tugasnya, akan menumbuhkan
kepercayaan masyarakat akan kredibilitas putusan yang kemudian dibuatnya.
Integritas dan kejujuran harus menjiwai pelaksanaan tugas aparatur peradilan.
3. Akuntabilitas (Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman)
Hakim harus mampu melaksanakan tugasnya menjalankan kekuasaan
kehakiman dengan profesional dan penuh tanggung jawab. Hal ini antara lain
diwujudkan dengan memperlakukan pihak-pihak yang berperkara secara
profesional, membuat putusan yang didasari dengan dasar alasan yang memadai,
serta usaha untuk selalu mengikuti perkembangan masalah-masalah hukum
aktual. Begitu pula halnya dengan aparatur peradilan, tugas-tugas yang diemban
juga harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan profesional.
4. Responsibilitas (Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Badan Peradilan harus tanggap atas kebutuhan pencari keadilan, serta
berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat mencapai
peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Selain itu, hakim juga harus
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat.
5. Keterbukaan (Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; Pasal 13 dan Pasal 52
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Salah satu upaya badan peradilan untuk menjamin adanya perlakuan sama
di hadapan hukum, perlindungan hukum, serta kepastian hukum yang adil, adalah
dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan penanganan suatu perkara dan kejelasan
mengenai hukum yang berlaku dan penerapannya di Indonesia.
6. Ketidakberpihakan (Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman)
Ketidakberpihakan merupakan syarat utama terselenggaranya proses
peradilan yang jujur dan adil, serta dihasilkannya suatu putusan yang
mempertimbangkan pendapat/kepentingan para pihak terkait. Untuk itu, aparatur
peradilan harus tidak berpihak dalam memperlakukan pihak-pihak yang
berperkara.
7. Perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;
Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 52 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman)
Setiap warga negara, khususnya pencari keadilan, berhak mendapat
perlakuan yang sama dari Badan Peradilan untuk mendapatkan pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
di hadapan hukum.
4.3 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Mahkamah Agung
Fungsi Peradilan
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum
melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
64
Universitas Indonesia
undang-undang di seluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat, dan
benar.
Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir, semua
sengketa tentang kewenangan mengadili, permohonan peninjauan kembali
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28,
29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985), dan
semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh
kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33
dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan di bawah
Undang-Undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya
(materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
Fungsi Pengawasan
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan,
tanpa mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara
(Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-Undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14
Tahun 1970).
Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
Pengadilan dan tingkah laku para hakim dan perbuatan pejabat pengadilan dalam
menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan
kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal
yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran,
dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan hakim (Pasal 32
Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985). Selain itu,
Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan terhadap penasehat hukum dan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
65
Universitas Indonesia
notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-Undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)
Fungsi Mengatur
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-Undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-Undang No.14
Tahun 1970, Pasal 79 Undang-Undang No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung
juga dapat membuat peraturan acara sendiri apabila dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-Undang.
Fungsi Nasehat
Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37
Undang-Undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung
memberikan nasihat kepada presiden selaku kepala negara dalam rangka
pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-Undang Mahkamah Agung
No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada presiden selaku kepala
negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan
perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkungan peradilan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Pasal 38 Undang-Undang
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
Fungsi Administratif
Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
66
Universitas Indonesia
(1) Undang-Undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administratif, dan
finansial sampai saat ini masih berada di bawah departemen yang bersangkutan,
walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-Undang No.
35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
Fungsi Lain-Lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa, dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang.
Mahkamah Agung merupakan lembaga peradilan tertinggi di tingkat
pusat. Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2009 sebagai perubahan atas UU No. 4
Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 14 Tahun 1985 mengenai Mahkamah
Agung, maka kewenangan Mahkamah Agung adalah:
1. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung;
2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang; dan pernyataan tidak berlakunya peraturan perundang-
undangan sebagai hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, dapat diambil baik dalam pemeriksaan tingkat kasasi maupun berdasarkan
permohonan langsung kepada Mahkamah Agung;
3. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan
pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada di bawahnya
berdasarkan ketentuan undang-undang.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
67
Universitas Indonesia
4.4 Struktur Organisasi Mahkamah Agung
Sumber: Laporan Tahunan 2010
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Mahkamah Agung
Menurut struktur organisasi yang ada di Mahkamah Agung RI,
kewenangan dan kewajiban dalam hal penyediaan dan pemberian informasi
terhadap publik berada dibawah naungan Sekretaris Mahkamah Agung RI yang
secara spesifik berada di bidang administrasi dan informasi yang ditangani oleh
Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung RI. Selanjutnya, alur penyediaan
dan penyebaran informasi secara khusus di jalankan oleh Biro Hukum dan Humas
Mahkamah Agung RI baik secara manual (penyebaran informasi melalui media
cetak internal dan eksternal) dan secara elektronik melalui website
www.mahkamahagung.go.id.
4.5 Perkembangan E-Government di Mahkamah Agung RI
4.5.1 Periode I: Inisiatif Awal
Inisiatif penggunaan teknologi informasi sebagai alat bantu untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di Mahkamah Agung memang telah
ada sejak pertengahan 1980-an. Hal itu berawal dari aplikasi yang menjadi core
business process Mahkamah Agung, yaitu registrasi perkara. Pada 1986, aplikasi
database dengan menggunakan program DBase IV untuk melakukan registrasi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
68
Universitas Indonesia
elektronik pada direktorat perdata pertama kali dikembangkan. Gunanya adalah
mencatat perkara kasasi dan peninjauan kembali perdata yang masuk.
Aplikasi Dbase IV terbukti cukup tepat guna dan mampu bertahan
menghadapi erosi waktu. Berdasarkan temuan lapangan, direktorat perdata
menyimpan data sejak 1986 yang relatif lengkap terisi sampai 2007. File database
itu tersimpan dengan baik dan masih dapat diakses. Aplikasi itu digunakan oleh
petugas pembuat relaas pemberitahuan registrasi dan format adviesblaad dengan
mengambil data dari buku bantu di Mahkamah Agung. Aplikasi itu berhenti
digunakan setelah data di dalamnya disalin dalam format microsoft excel oleh
pihak IALDF untuk diolah sebagai alat bantu pencatatan perkara berbasis
microsoft excel.
Kegunaan utama aplikasi Dbase IV adalah database perkara yang dapat
ditelusuri informasinya dan otomatisasi pencetakan dokumen yang meliputi
release pemberitahuan registrasi dan format adviesblaad. Sayangnya, aplikasi itu
dipasang pada standalone komputer sehingga penggunaan datanya juga terbatas
pada operator yang menggunakannya. Padahal, informasi itu sangat penting dan
bermanfaat apabila dapat dibagi kepada pengguna lain.
Selain itu, periode inisiatif awal tersebut mencatat adanya inisiatif
teknologi informasi yang didukung oleh negara donor, yaitu pemerintah Kerajaan
Belanda, melalui skema Intergovernmental Government Group for Indonesia
(IGGI). Pada periode itu, Kerajaan Belanda memberikan bantuan, termasuk satu
elemen terkait teknologi informasi, yaitu pengembangan sistem informasi untuk
penelusuran yurisprudensi. Ahli hukum dari Belanda, Mr. Franken, bekerja di
Mahkamah Agung selama beberapa bulan untuk merintis pembentukan database
penelusuran literatur. Fokus kerja mereka adalah merintis katalogisasi dan
klasifikasi perkara-perkara di peradilan Indonesia secara detail. Kemudian,
katalog dan klasifikasi itu dimasukkan dalam suatu aplikasi khusus penelusuran
literatur. Tercatat ratusan klasifikasi telah dikembangkan oleh para pakar itu.
Untuk menunjang implementasi di lapangan, Pemerintah Belanda juga
memberikan bantuan perangkat teknologi informasi dalam bentuk personal
computer (PC). Pada masa itu, PC masih merupakan barang mahal dan belum
banyak tersedia di pasaran. Nasib perangkat dan aplikasinya kurang jelas.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
69
Universitas Indonesia
Keberadaannya sudah tidak teridentifikasi sejak lama karena perawatan dan
infrastruktur sistem penelusuran literaturnya masih sulit.
Sayangnya, inisiatif yang didukung donor tersebut tidak berumur panjang.
Pada 1992, Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda, JP Pronk, mengeluarkan kritik
pedas terhadap insiden di Timor-timur (sekarang Timor Leste). Indonesia
merespons dengan reaksi diplomatis keras yang meliputi pembatalan semua kerja
sama bilateral yang sedang berjalan, termasuk di Mahkamah Agung. Sejak itu,
program kerja sama itu tidak jelas kelanjutannya. Hal-hal yang dapat menjadi
alasan terhentinya suatu program di Mahkamah Agung dikemukakan oleh Kabag
Pemeliharaan Sistem Informasi Mahkamah Agung,
“terkadang banyak hal dek yang bikin program e-gov kita yang berasal
dari kerjasama asing itu berhenti, biasanya sifatnya politis dari pusat..”
(Wawancara dengan Pak Joko Upoyo,10 Juni 2011)
Berdasarkan temuan tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapan e-
government pada periode inisiatif awal ini tidak berakhir dengan baik. Hal ini
masih didominasi dengan masalah ketergantungan pihak internal Mahkamah
Agung terhadap hasil kerjasama dengan pihak asing dalam hal pengadaan sarana
dan prasarana serta perawatannya. Kerentanan Mahkamah Agung secara politis
ternyata juga berpotensi mengakibatkan terdapatnya pemberhentian
operasionalisasi program e-government yang telah direncanakan dan dijalankan
oleh Mahkamah Agung, seperti pemberhentian operasionalisasi program fase
inisiatif awal ini.
4.5.2 Periode II: Akses 121
Setelah berakhirnya periode IGGI pada 1992, inisiatif teknologi informasi
di Mahkamah Agung sempat vakum sampai Ketua Mahkamah Agung pada waktu
itu, Sarwata SH, merintis dibentuknya suatu moda sistem informasi baru yang
disebut sebagai Akses 121. Konsep awal Akses 121 adalah layanan informasi
perkara berbasis komputer. Informasi mengenai status perkembangan perkara
dimasukkan dalam suatu aplikasi database lokal yang dapat dipanggil kembali
apabila dimasukkan kata kunci tertentu. Angka 121 merujuk pada nomor telepon
khusus yang dapat dihubungi oleh publik untuk memperoleh informasi perkara di
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Mahkamah Agung. Pada Sistem Akses 121 sederhana, seorang operator duduk di
suatu work station yang ter-install aplikasi database berbasis DBaseIII Plus.
Platform itu merupakan aplikasi yang cukup modern pada masa itu. Sistem
kerjanya cukup sederhana dan dapat dibagi menjadi dua bagian besar kerja, yaitu
fasilitas entry data dan fasilitas akses publik. Entry data dilakukan oleh operator
dari setiap direktorat (pada masa itu, ada lima direktorat, yaitu Pidana, Perdata,
Agama, Tata Usaha Negara (TUN), dan Militer). Data dimasukkan dalam aplikasi
itu yang dapat terhubung dengan jaringan yang dapat diakses secara terbatas di
meja pelayanan informasi di lobi depan Mahkamah Agung. Dari sisi infrastruktur,
keberadaan jaringan terbatas di wing C gedung Mahkamah Agung. Dulunya,
wilayah itu merupakan kompleks pejabat eselon dua di bawah wakil panitera dan
terkoneksi dengan fasilitas di lobi depan Mahkamah Agung. Kemajuan ini
disampaikan oleh Kabag Hukum dan Humas Mahkamah Agung,
“Kita pernah coba sistem ala operator otomatis untuk traffic data. Nah
121 itu awalnya memang otomatis namun belakangan jadi manual seperti
operator biasa”(Wawancara dengan Pak Edi S.,13 Juni 2011 )
Berdasarkan hasil wawancara tersebut memang awalnya akses nomor
telepon 121 terhubung dengan mesin penjawab otomatis interactive voice
recognition (IVR). Namun, keterbatasan dana berdampak pada implementasinya,
Akses 121 selanjutnya beroperasi hanya sebatas pada nomor telepon yang dijawab
langsung oleh operator yang duduk di meja lobi Mahkamah Agung, sekaligus
melayani tamu yang datang menanyakan informasi.
Saat itu, informasi yang dapat diakses melalui Akses 121 meliputi
beberapa hal, yaitu:
- Nomor putusan;
- Majelis Hakim yang memeriksa; dan
- Kelompok putusan yang bersangkutan (seperti pidana, perdata, adat,
militer, atau TUN).
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap informasi tersebut menunjukkan
bahwa operasionalisasi akses 121 masih bersifat sederhana dan belum ditujukan
untuk memfasilitasi proses penanganaan perkara. Karena sistem akses 121 baru
digunakan untuk memfasilitasi mekanisme perekaman data yang telah
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
71
Universitas Indonesia
dikumpulkan dalam database data yang nantinya dapat dipanggil kembali
sewaktu-waktu.
4.5.3 Periode III SIMARI: Perintisan SIMARI
Dengan mempelajari kesalahan dan kekurangan yang ditemukan pada
akses 121, pada tahun 2001 Mahkamah Agung mulai menjajaki peluang untuk
memperluas pendekatan solusi teknologi informasi. Mahkamah Agung tidak lagi
hanya terfokus pada manajemen perkara. Untuk itu, diperkenalkanlah konsep
Sistem Informasi Mahkamah Agung RI (SIMARI) sebagai suatu solusi
terintegrasi untuk melakukan komputerisasi atas sebagian besar proses kerja yang
ada di Mahkamah Agung. Biro Perencanaan dan Organisasi—dalam dokumennya
yang dikeluarkan pada 2001—mengindikasikan bahwa salah satu tujuan utama
pengembangan aplikasi adalah pembangunan sistem dokumentasi informasi
perkara.
Dalam dokumen yang berjudul ‖Konsep Dasar Pengembangan Digitalisasi
Sistem Informasi Dokumentasi Mahkamah Agung Republik Indonesia‖ dapat
disimpulkan bahwa Mahkamah Agung menguraikan kekurangan sistem Akses
121, antara lain:
a. Informasi yang tersedia pada sistem hanya berupa informasi perkara secara
terbatas, sementara untuk mengetahui isi dari putusan dan pertimbangan
hukum yang digunakan para Hakim Agung, tetap harus mencari data hard
copy putusan karena Hakim Agung sangat membutuhkan data yang
dimaksud secara lengkap dalam melaksanakan tugasnya;
b. Pencarian data hard copy memakan waktu yang lama;
c. Data yang dimiliki Mahkamah Agung sangat banyak sehingga
menimbulkan kemungkinkan data yang dicari kurang lengkap karena
pencarian manual memungkinkan terjadinya human error; dan
d. Metode pendokumentasian cara lama yang masih terikat pada data hard
copy yang pasti membutuhkan banyak tempat dan keterbatasan usia kertas
sehingga data itu tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama dan biaya
perawatan yang dikeluarkan besar.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Melihat pada evaluasi akses 121 yang ternyata memiliki beberapa
kekurangan yang cukup signifikan, Mahkamah Agung RI akhirnya mulai
mencoba melakukan perbaikan dan perubahan pada sistem tersebut. Hal ini
disampaikan oleh Kabag Pemeliharaan Sistem Informasi Mahkamah Agung,
“karna banyak kegagalan di program akses 121, kita memutuskan untuk
melakukan perbaikan sedikit demi sedikit, karna kita berfikir sistem ini
penting buat kita nantinya, jadi kita kembangkan....” (Wawancara dengan
Pak Joko Upoyo,10 Juni 2011)
Bentuk perbaikan yang dilakukan oleh Mahkmah Agung tidak hanya
mengevaluasi masalah-masalah yang mempengaruhi jalannya akses 121 tapi juga
pada usaha perintisan program SIMARI. Pada program SIMARI yang mulai
dirintis tersebut juga ditambahkan aplikasi dukungan bagi fungsi-fungsi, seperti
administrasi kepegawaian, administrasi hukum (database peraturan perundang-
undangan), administrasi perencanaan, administrasi aset dan logistik, serta
penyempurnaan data yang ada pada database Akses 121.13.
Pada masa tersebut, langkah pertama yang dilakukan oleh Mahkamah
Agung adalah mengembangkan aplikasi manajemen perkara dan melakukan
instalasi aplikasi tersebut di direktorat-direktorat perkara. Sementara itu, akses
publik melalui sistem Akses 121 di lobi Mahkamah Agung yang lama digantikan
dengan sistem touch screen yang menjadikannya mekanisme swalayan sehingga
tidak lagi memerlukan operator. Pengguna dapat langsung datang dan mencari
informasi sendiri. Pada saat itulah, sistem telepon 121 tidak lagi aktif. Kemudian,
nomor akses itu selanjutnya diambil alih oleh Jawatan Kereta Api sebagai call
center pemesanan tiket kereta bisnis dan eksekutif. Sementara itu, nomor kontak
Mahkamah Agung diganti menjadi 14133 dengan aplikasi IVR sehingga peran
operator jauh berkurang.
Pada periode ini dapat dikatakan bahwa periode ini merupakan titik awal
perintisan pengadaan website di lingkungan Mahkamah Agung. Hal ini
ditunjukkan dengan mulai melangkahnya Mahkamah Agung ke dunia maya
dengan mulai memiliki situs web. Tercatat ada dua situs web dibuat pada periode
itu, yaitu http://www.mari.go.id, situs yang pertama dirintis oleh Direktorat Pidana
Mahkamah Agung sebagai sarana mengantisipasi kewenangan baru Mahkamah
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Agung dalam menangani sengketa pemilihan umum (pemilu) dan http://www.ma-
ri.go.id yang merupakan situs kedua yang dibangun beberapa saat setelah situs
pertama. Situs ini hanya terfokus pada profil Mahkamah Agung dan dikelola oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung.
Namun secara umum, keberadaan kedua situs tersebut tidak terkait dengan
program SIMARI.
4.5.4 Periode IV SIMARI: Pengembangan SIMARI
Periode ini ditandai dengan terjadinya restrukturisasi organisasi besar-
besaran pada sistem peradilan Indonesia yang mulai efektif pada rentang
pertengahan tahun 2004. Pada saat itulah, aktivitas pemindahan pengelolaan
organisasi peradilan dari setiap departemen teknis ke Mahkamah Agung akhirnya
mulai dilakukan. Implikasi penyatuan atap itu dapat dikatakan berdampak
signifikan pada struktur organisasi Mahkamah Agung, desain struktur Mahkamah
Agung yang dikenal saat ini diatur oleh Perpres Nomor 13 Tahun 2005 tentang
Sekretariat Mahkamah Agung serta Perpres Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Kepaniteraan Mahkamah Agung.
Berdasarkan struktur yang baru, kebijakan pengelolaan teknologi
informasi dipusatkan di Biro Hukum Humas Mahkamah Agung di bawah Badan
Urusan Administrasi. Pengelolaan teknologi informasi memiliki dua bagian, yaitu
Bagian Pengembangan Teknologi Informasi dan Bagian Perawatan Teknologi
Informasi. Dengan demikian, manajemen teknologi informasi mulai mendapatkan
tempat di bangunan organisasi Mahkamah Agung secara resmi karena
sebelumnya berjalan secara ad hoc. Pada konsep awalnya, satuan kerja itu
memiliki kewenangan penuh terhadap pengembangan teknologi informasi sampai
tingkat unit pelaksana teknis dengan pendekatan tersentralisasi. Sehingga,
pengembangan aplikasi pada periode itu memang benar-benar diarahkan untuk
melingkupi hingga skala nasional.
Dengan adanya struktur satu atap, strategi pengelolaan teknologi informasi
Mahkamah Agung juga mulai bergerak ke arah solusi yang komprehensif dengan
memasukkan pengadilan di bawahnya sebagai bagian dari perencanaan sistem.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Vendor baru yang ditunjuk telah bekerja dengan strategi komprehensif. Tercatat
setidaknya aplikasi-aplikasi berikut direncanakan untuk dikembangkan dan
diimplementasikan pada periode itu.
Tabel 4.1
Modul dan Pengguna Aplikasi Baru
No Modul Pengguna
1
Sistem Informasi Perkara (SIAP) Biro umum, Direktorat,
Tim dan Pimpinan
Mahkamah Agung
2
Sistem Informasi Kepegawaian Mahkmah
Agung (SIKMA)
Biro Kepegawaian dan
Pimpinan Mahkamah
Agung
3 Sistem Informasi Administrasi Hukum (SIAH) Para Hakim Agung
4 Sistem Perpustakaan (SIPustaka) Perpustakaan Mahkamah
Agung
5 Sistem Informasi Logistik (SILog) Biro Umum
6 Sistem Informasi Mahkamah Keuangan (SIKeu) Biro Keuangan
7 Sistem Informasi Perencanaan (SIRen) Biro Perencanaan
8 Sistem Informasi Pengawasan dan Pembinaan
(SIWasBin)
Pengawasan dan
Pembinan
9 Sistem Informasi Dokumentasi Berkas Perkara
(SIArsip)
Tata Usaha Direktorat
10 Sistem Informasi Administrasi Perkara Tipikor
(SIAP-Tipikor)
Pengadilan Tipikor
11
Portal Internet Mahkamah Agung Semua Unit di
Mahkamah Agung dan
Masyarakat Sumber: Pemetaan Implementasi TI di MARI, PSHK, 2010
Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep yang mendasari pengembangan
SIMARI pada periode tersebut jauh lebih luas daripada konsep pengembangan
pada proyek perintisan SIMARI. Konsep pengembangan SIMARI pun nyaris
meliputi seluruh business process organisasi Mahkamah Agung. Hal itu
merefleksikan keefektifan pelaksanaan penyatuan atap pada periode itu. Misalnya,
Sistem Informasi Administrasi Perkara dirancang sangat jauh ke depan agar dapat
juga diintegrasikan dengan pengadilan tingkat pertama dan banding; begitu pula
halnya dengan SIKMA dan sistem lain. Pada periode itu, keinginan untuk
mengembangkan suatu aplikasi yang holistik memang merupakan kebijakan yang
ada di Mahkamah Agung.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Aplikasi yang dikembangkan sama sekali baru. Artinya, semua dibentuk
dari nol, termasuk aplikasi-aplikasi yang sebelumnya telah beroperasi dalam
SIMARI tahap perintisan, seperti aplikasi sistem administrasi perkara. Tidak jelas
pertimbangan Mahkamah Agung untuk mengembangkan kembali seluruh aplikasi
itu. Namun, memang ada peningkatan yang signifikan dalam fitur yang disajikan
oleh SIMARI periode itu.
Sebagai contoh, aplikasi Sistem Informasi Administrasi yang
dikembangkan merupakan suatu sistem yang terintegrasi dengan portal internet
Mahkamah Agung baru yang memiliki url http://www.mahkamahagung.go.id,
fasilitas IVR melalui nomor telepon 021-384 9999, dan sekaligus sistem layanan
informasi perkara melalui SMS nomor 0856-9111 9999. Artinya, data yang
dimasukkan dalam aplikasi SIAP tidak hanya bisa diakses melalui layar SIAP,
tetapi juga dapat dilihat melalui situs web atau melalui call center maupun melalui
fasilitas SMS. Akhirnya, setelah beberapa waktu dikembangkan, secara resmi,
SIMARI periode pengembangan tersebut diresmikan oleh Mahkamah Agung pada
Januari 2007 yang turut dihadiri juga oleh Presiden Republik Indonesia.
Selain inisiatif SIMARI, periode tersebut juga mencatat mulai munculnya
inisiatif teknologi informasi pada level satuan kerja eselon satu Mahkamah
Agung. Hal itu bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan teknologi
informasi. Tercatat bahwa Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama (Ditjen
Badilag) mulai merintis pengembangan dan implementasi beberapa aplikasi yang
dikostumisasi hanya untuk keperluan proses internal peradilan yang ada di bawah
mereka. Meskipun begitu, harus diakui bahwa implementasi teknologi informasi
di lingkungan peradilan agama memang sudah berumur lebih panjang. Seperti
yang dikemukakan oleh Staff Dokumentasi Informasi dan Statistik Badilag,
“pertama kali peradilan ada e-gov di kita (Badilag), kalau nggak salah itu
di PA Malang deh itu..”(Wawancara dengan Staf Badilag,20 Mei 2011)
Pernyataan tersebut disebutkan bahwa terdapat salah satu pengadilan
agama di daerah Jawa Timur, yakni pengadilan agama Malang, yang telah lebih
dahulu merintis implementasi teknologi informasi, khususnya proses penanganan
perkara. Dimana program tersebut merupakan warisan dari Departemen Agama
yang dahulu menaunginya. Penyatuan atap membuat inisiatif tersebut terelevasi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
76
Universitas Indonesia
hingga tingkat pusat dan disebarluaskan secara masif ke pengadilan tingkat
pertama dan banding di lingkungan peradilan agama lainnya.
Beberapa aplikasi yang dikembangkan pada lingkungan peradilan agama
tersebut adalah Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama/SIADPA
(aplikasi yang digunakan di level satuan kerja pengadilan, tetapi pelaksanaannya
dikoordinasi dan didukung oleh Ditjen Badilag), website pengadilan agama, dan
aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG). Sejak 2005,
Ditjen Badan Peradilan Agama memiliki situs web sendiri dengan url
http://www.badilag.net. Seperti yang juga dikemukakan oleh Staf Dokumentasi
Informasi dan Statistik Badilag,
“kalau badilag sih mas, kita sudah mulai pakai e-gov itu sejak tahun 2005,
jauh lebih dulu sebelum MA-nya, nah baru deh semua ngikutin kita pakai
e-gov juga...” (Wawancara dengan Staf Badilag,20 Mei 2011)
Di kemudian hari, situs tersebut menjadi salah satu produk unggulan
Ditjen Badilag yang dibangun di atas platform open source berbasis joomla. Dan
hingga kini, situs web pengadilan agama merupakan salah satu website di
lingkungan Mahkamah Agung yang memiliki konten paling lengkap serta selalu
di-update secara reguler.
Selain inisiatif pengembangan yang digerakkan dari pihak internal, pada
periode ini Mahkamah Agung juga memulai memasukkan keterlibatan donor
dalam inisiatif pembaruan e-government. Hal itu ditandai dengan dibentuknya
Tim Pembaruan Peradilan Mahkamah Agung yang terdiri dari Pimpinan
Mahkamah Agung dan gabungan praktisi hukum serta masyarakat sipil yang
dalam parktiknya turut didukung pula oleh kantor Tim Asistensi Tim Pembaruan
Mahkamah Agung. Tim itu dibentuk oleh Mahkamah Agung dengan dukungan
donor yang digawangi oleh sejumlah aktivis masyarakat sipil yang bersinergi
dengan tim pembaruan Mahkamah Agung untuk mengkoordinasikan program-
program pembaruan.
Dalam skala kecil, donor mulai membantu implementasi teknologi
informasi di Mahkamah Agung. Pada 2004, The Asia Foundation dalam lingkup
proyek IDEAL yang didanai oleh United State Agency for International
Development (USAID) memberikan dukungan kepada Mahkamah Agung untuk
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
77
Universitas Indonesia
mulai melakukan digitalisasi putusan-putusan Mahkamah Agung. Inti dari
dukungan itu adalah memungkinkan Mahkamah Agung untuk mulai
mendigitalisasikan sendiri naskah putusan-putusan cetak yang disimpan dalam
arsip. Dengan demikian, putusan-putusan itu dapat dimanfaatkan sebagai sarana
akses publik, misalnya dengan membuka loket informasi sehingga masyarakat
dapat mencarinya dengan mudah. Dukungan itu meliputi empat komputer, dua
multifunction scanner (printer multifungsi yang memiliki kemampuan untuk
mencetak, scan, dan mengirim/menerima faksimile). Dukungan itu
memungkinkan petugas dari setiap direktorat perkara dapat melakukan scan dan
menyimpan putusan-putusan dari arsip mereka. Program itu sempat berjalan
sampai akhir 2005. Selama periode itu, tercatat 5000 naskah putusan berhasil
didigitalisasi.
Sementara itu, program Bantuan Teknis ADB 4251-TAR INO yang juga
dikelola TAF dimulai pada awal 2005. Dengan tajuk ―Peningkatan Manajemen
Perkara pada Mahkamah Agung‖, program itu memiliki lingkup terkait
implementasi teknologi informasi di Mahkamah Agung. Proyek itu memiliki dua
komponen, yaitu meningkatkan manajemen perkara di Mahkamah Agung dan
meningkatkan kemampuan personalia di Mahkamah Agung untuk mengelola
perkara melalui pelatihan.
Sesuai dengan tajuknya, salah satu output dari proyek tersebut adalah
dikembangkannya solusi manajemen perkara untuk diuji coba kelayakannya
dalam rangka meningkatkan manajemen perkara di Mahkamah Agung. Proyek itu
menawarkan sistem pelacakan perkara dengan menggunakan bar code. Dengan
sistem itu, pencatatan pergerakan perkara yang merupakan masalah terbesar
dalam pencatatan perkara diharapkan dapat disimplifikasi. Staf pengadilan cukup
melakukan scan pada bar code yang terletak di sampul berkas perkara bagi setiap
perkara yang masuk ke ruangannya. Kemudian, sistem langsung meng-update
status perkara ke dalam server. Sistem itu secara terbatas diujicobakan pada
Direktorat Tata Usaha Negara (TUN). Untuk operasinya, sistem itu direncanakan
diintegrasikan dalam aplikasi SIAP SIMARI.
Selain itu, proyek ADB-TA juga mengkontribusikan upaya untuk
meningkatkan database putusan elektronik yang telah tersedia sebagai hasil dari
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
78
Universitas Indonesia
dukungan yang diberikan oleh TAF sebelumnya. Suatu aplikasi berbasis web
disiapkan sebagai sarana untuk membantu penyimpanan dan penelusuran berkas
elektronik yang tersimpan pada database hasil digitalisasi putusan yang telah
berjalan. Idenya adalah aplikasi berbasis web itu dapat digunakan oleh Hakim
Agung dan stafnya untuk melakukan penelusuran literatur naskah yang tersimpan
dalam sistem dengan lebih mudah.
4.5.5 Periode V SIMARI: Era Baru Pengelolaan Teknologi Informasi
Periode ini dimulai sejak tahun 2007 dan masih berjalan hingga saat ini,
yang ditandai dengan beberapa hal yakni, pertama, dengan dimulainya era
kemandirian pengelolaan teknologi informasi. Kedua, terdapat peningkatan
signifikan dalam kapasitas dan kualitas infrastruktur teknologi informasi. Ketiga,
dengan terjadinya kemajuan signifikan yang diperoleh dari sinergi inisiatif
teknologi informasi Mahkamah Agung dengan dukungan donor yang makin
terfokus dan efektif.
Pada periode tersebut, pengelolaan teknologi informasi mulai dilaksanakan
secara lebih mandiri. Mahkamah Agung mulai meninggalkan mekanisme ad hoc
yang sejak lama dipakainya dalam mengelola teknologi informasi dan mulai
mengadopsi sistem yang lebih permanen. Fungsi pengelolaan teknologi informasi
mulai dimasukkan sebagai salah satu fungsi permanen di bawah Biro Hukum
Humas Badan Urusan Administrasi (BUA) Mahkamah Agung, yaitu Bagian
Pengembangan Teknologi Informasi dan Bagian Perawatan Teknologi Informasi.
Pejabat-pejabat struktural dan stafnya mulai efektif bekerja mengambil alih fungsi
yang sebelumnya dilaksanakan oleh vendor.
Hal itu merupakan bagian dari upaya pembelajaran dan penyiapan pengalihan
pengelolaan sistem teknologi informasi yang masih sepenuhnya dikelola oleh
vendor. Guna mengetahui sejauh mana perkembangan sistem informasi di
Mahkamah agung, maka dilakukanlah mekanisme audit yang diluncurkan pada
penghujung tahun 2007. Berdasarkan dokumen resmi yang diterbitkan disebutkan
bahwa audit tersebut mempunyai tujuan, yaitu:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
79
Universitas Indonesia
1. Menyediakan kompilasi seluruh informasi dan dokumentasi sistem
teknologi informasi sebagai bahan analisis serta informasi lengkap setiap
modul aplikasi teknologi informasi di Mahkamah Agung;
2. Menyediakan hasil evaluasi kinerja setiap modul aplikasi teknologi
informasi yang sedang berjalan atau yang telah ada di Mahkamah Agung
sesuai dengan sasaran dan spesifikasi yang ditetapkan Mahkamah Agung;
3. Menyediakan saran dan rekomendasi perbaikan dan pengembangan sistem
teknologi informasi yang ada saat ini serta kemungkinan pengembangan
berdasarkan tujuan di atas; dan
4. Menyediakan bahan awal yang memadai terkait kondisi sistem teknologi
informasi di Mahkamah Agung untuk keperluan pembaruan rencana
teknologi informasi di Mahkamah Agung sebelumnya.
Dimana cakupan dari penyelenggaraan audit tersebut meliputi seluruh
sistem yang diimplementasikan di satuan kerja eselon satu Mahkamah Agung dan
beberapa pengadilan terpilih di wilayah sebagai berikut:
1. Provinsi DKI Jakarta meliputi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, Pengadilan TUN Jakarta, Pengadilan
Tinggi TUN Jakarta, Pengadilan Agama Jakarta Pusat, dan Pengadilan
Tinggi Agama Jakarta.
2. Provinsi Banten meliputi Pengadilan Negeri Serang dan Pengadilan
Negeri Banten.
3. Provinsi Jawa Barat meliputi Pengadilan Negeri Bandung dan
Pengadilan Tinggi Bandung.
4. Provinsi Jawa Tengah meliputi Pengadilan Negeri Semarang dan
Pengadilan Tinggi Jawa Tengah.
Dengan pelaksanaan audit tersebut, diharapkan pula dapat memberikan
gambaran konkret tentang status implementasi aplikasi yang ada. Dengan
demikian, bagian teknologi informasi yang baru memungkinkan dibentuk untuk
menentukan strategi terbaik bagi mereka untuk melaksanakan kerja dalam
menyambung inisiatif yang sudah separuh berjalan.
Hasil audit mengenai status implementasi aplikasi yang telah berjalan itu
menyebutkan bahwa 72% dari total 15 aplikasi yang ditemukan di Mahkamah
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Agung (dikembangkan baik oleh internal maupun oleh donor) berada dalam status
―telah selesai dikembangkan, tetapi tidak operasional‖ karena berbagai alasan.
Beberapa alasan yang disinggung adalah belum adanya satuan kerja yang ditunjuk
untuk mengelola aplikasi itu, belum diselesaikannya User Acceptance Test (UAT)
aplikasi-aplikasi itu, serta belum rampungnya instalasi pada komputer-komputer
pengguna. Situasi itu merupakan fakta yang mengejutkan karena laporan itu
merupakan dasar penting bagi pengambilan keputusan terkait perencanaan
aktivitas sehubungan dengan implementasi teknologi informasi Mahkamah Agung
ke depannya.
Berdasarkan pemaparan dari kelima fase pengembangan teknologi sistem
informasi di Mahkamah Agung RI, terutama dalam hal penyediaan informasi
publik, dapat dilihat bahwa terdapat ketidaksinambungan pada proses
pengembangannya. Antara satu fase dengan fase lainnya yang dilakukan dalam
rentang waktu pengembangan tidak menunjukkan langkah perkembangan yang
bertahap secara jelas, terutama dalam hal penyempurnaan sistem-sistem yang
dibuat lebih dahulu. Dalam hal ini, Mahkamah Agung RI cenderung lebih
memilih untuk membuat sistem yang baru dari awal dibandingkan memperbarui
yang sudah ada ataupun dijalankan. Temuan ini diperkuat oleh pendapat yang
disampaikan oleh peneliti PSHK Indonesia:
“sempet ada SIMARI 1 jalan belum ada evaluasi sampai tuntas ada lagi
simari 2 jadi gak match antara yang 1 dan 2, itu emang ada kendala
sendiri di MA yang terkait dengan masalah pendanaan...”(Wawancara
dengan Ibi Siti Maryam, 17 Juni 2011 )
Dari hasil pemaparan dan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa
terjadinya ketidaksinambungan pengembangan teknologi sistem informasi di
lingkungan Mahkamah Agung RI dilatarbelakangi oleh masalah pendanaan yang
tidak mencukupi. Hal ini dikarenakan dalam proses pengembangan tersebut, sejak
awal telah melibatkan pihak eksternal dari Mahkamah Agung RI untuk
menyokong pendanaannya. Sehingga dalam pengembangan tersebut kerap
mengalami hambatan dan juga pemberhentian yang dikarenakan pembatalan
kerjasama antara pihak luar dan Mahkamah Agung RI. Seperti berhentinya
pengembangan pada fase Inisiatif Awal SIMARI 1 yang diakibatkan pembatalan
kerjasama dalam hal pengadaan sarana dan prasarana dengan Pemerintah Belanda.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
81
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
82
Universitas Indonesia
2005. Kemudian, inisiatif itu disusul berturut-turut oleh Ditjen Badilmiltun pada
2007 (www.ditjenmiltun.com dan www.dirjenmiltun. com), Ditjen Badilum pada
2008 (www.badilum.info), dan terakhir adalah Balitbangdiklat yang diluncurkan
pada akhir 2008.
Setiap situs tersebut berlomba menawarkan informasi penting bagi para
penggunanya. Informasi yang ditawarkan tidak terbatas hanya untuk warga
pengadilan, tetapi juga untuk publik sebagai salah satu pihak yang berkepentingan
untuk mengetahui informasi itu. Salah satu hal yang penting dari pengembangan
situs-situs itu adalah adanya koordinasi dan saling referensi antara situs-situs itu,
yaitu menggunakan sumber daya yang sama. Dengan demikian, tidak terjadi
pemborosan terhadap kebutuhan pengelolaan fitur-fitur tertentu. Oleh karena itu,
apabila melihat situs-situs direktorat jenderal itu merujuk pada aplikasi-aplikasi
yang tersedia di situs Mahkamah Agung, hal itu merupakan hal yang umum.
Misalnya, saling relay berita antara situs Mahkamah Agung dan Badilag
serta tampilan aplikasi-aplikasi pusat Mahkamah Agung pada situs-situs direktorat
jenderal, seperti pusat informasi peraturan, RKAK/L Online, dan SAI Online.
Dalam melaksanakan mekanisme keterbukaan informasi publik kepada
masyarakat, Mahkamah Agung RI berpedoman dan merujuk pada penerapan SK
1-144/KMA/SK/I/2011 mengenai jenis informasi apa saja yang harus disediakan
oleh Mahkamah Agung RI sekaligus berhak diakses oleh publik. Berikut adalah
klasifikasi informasi yang terbuka bagi publik sesuai SK 1-144/KMA/SK/I/2011:
1. Informasi yang wajib diumumkan secara berkala.
A.1. Informasi Profil dan Pelayanan Dasar Pengadilan
1. Profil Pengadilan, meliputi:
a. Fungsi, tugas dan yurisdiksi Pengadilan;
b. Struktur organisasi pengadilan; alamat, telepon, faksimili, dan situs
resmi Pengadilan
c. Daftar nama pejabat dan hakim di Pengadilan;
d. Profil singkat pejabat struktural;
e. Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) di Pengadilan
tersebut yang telah diverifikasi dan dikirimkan oleh KPK.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
83
Universitas Indonesia
2. Prosedur beracara untuk setiap jenis perkara yang menjadi
kewenangan Pengadilan.
3. Biaya yang berhubungan dengan proses penyelesaian perkara serta
seluruh biaya hak-hak kepaniteraan lain sesuai dengan kewenangan,
tugas dan kewajiban Pengadilan.
4. Agenda sidang pada Pengadilan Tingkat Pertama.
A.2. Informasi Berkaitan dengan Hak Masyarakat
1. Hak-hak para pihak yang berhubungan dengan peradilan, antara lain
hak mendapat bantuan hukum, hak atas biaya perkara cuma-cuma,
serta hak-hak pokok dalam proses persidangan.
2. Tata cara pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan Hakim dan
Pegawai.
3. Hak-hak pelapor dugaan pelanggaran Hakim dan Pegawai.
4. Tata cara memperoleh pelayanan informasi, tata cara mengajukan
keberatan terhadap pelayanan informasi serta nama dan nomor kontak
pihak-pihak yang bertanggungjawab atas pelayanan informasi dan
penanganan keberatan terhadap pelayanan informasi.
5. Hak-hak pemohon informasi dalam pelayanan informasi.
6. Biaya untuk memperoleh salinan informasi.
A.3. Informasi Program Kerja, Kegiatan, Keuangan dan Kinerja
Pengadilan
1. Ringkasan informasi tentang program dan/atau kegiatan yang sedang
dijalankan Pengadilan yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. Nama program dan kegiatan;
b. Penanggungjawab, pelaksana program dan kegiatan serta nomor
telepon dan/atau alamat yang dapat dihubungi;
c. Target dan/atau capaian program dan kegiatan;
d. Jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;
e. Sumber dan jumlah anggaran yang digunakan, yang setidaknya
meliputi Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA), dokumen
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
84
Universitas Indonesia
anggaran lainnya seperti rincian DIPA, rencana kerja anggaran,
proposal, dan sebagainya.
2. Ringkasan Laporan Akuntablitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP).
3. Ringkasan laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. Rencana dan laporan realisasi anggaran;
b. Neraca laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
4. Ringkasan daftar aset dan inventaris.
5. Informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan terkait.
A.4. Informasi Laporan Akses Informasi
Ringkasan laporan akses informasi yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. Jumlah permohonan informasi yang diterima;
b. Waktu yang diperlukan dalam memenuhi setiap permohonan
informasi;
c. Jumlah permohonan informasi yang dikabulkan baik sebagian atau
seluruhnya dan permohonan informasi yang ditolak;
d. Alasan penolakan permohonan informasi.
A.5. Informasi Lain
Informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi keadaan
darurat di setiap kantor Pengadilan Informasi yang wajib tersedia setiap saat dan
dapat diakses oleh publik.
2. Informasi Wajib Diumumkan Secara Berkala oleh Mahkamah Agung
Selain informasi di atas, Mahkamah Agung mengumumkan pula:
1. Informasi tentang penerimaan calon pegawai, calon hakim dan/atau
kebutuhan calon hakim agung, yang sekurang-kurangnya berisi:
a. Adanya penerimaan;
b. Tata cara pendaftaran;
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
85
Universitas Indonesia
c. Biaya yang dibutuhkan;
d. Daftar posisi yang disediakan, jumlah formasi yang dibutuhkan,
tahapan seleksi, serta persyaratan dan kualifikasinya;
e. Tahapan dan waktu proses rekrutmen;
f. Komponen dan standar nilai kelulusan;
g. Daftar calon yang telah lulus seleksi pada tahap tertentu dalam hal
seleksi lebih dari satu tahap dan daftar yang diterima.
2. Daftar rancangan dan tahap pembentukan Peraturan Mahkamah Agung;
3. Yurisprudensi Mahkamah Agung;
4. Putusan Mahkamah Agung;
5. Laporan Tahunan Mahkamah Agung;
6. Rencana Strategis Mahkamah Agung.
3. Informasi yang Wajib Tersedia setiap Saat dan Dapat Diakses oleh Publik
Pengadilan wajib mengelola dan memelihara jenis-jenis informasi di
bawah ini untuk memastikan bahwa informasi tersebut tersedia dan dapat diakses
oleh masyarakat setiap saat.
C.1. Umum
1. Seluruh informasi lengkap yang termasuk dalam kategori informasi yang
wajib diumumkan secara berkala oleh Pengadilan dan Mahkamah Agung
sebagaimana dimaksud bagian II.A dan II.B di atas.
2. Daftar Informasi Publik yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Nomor;
b. Ringkasan isi informasi;
c. Pejabat atau unit/satuan kerja yang menyediakan informasi;
d. Penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi;
e. Waktu dan tempat pembuatan informasi;
f. Bentuk informasi yang tersedia (cetak atau elektronik);
g. Jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip.
3. Daftar sebagaimana dimaksud butir 2 tidak boleh memuat informasi yang
dikecualikan.
4. Format Daftar Informasi Publik dapat dilihat dalam Lampiran II.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
86
Universitas Indonesia
C.2. Informasi tentang Perkara dan Persidangan
a. Seluruh putusan dan penetapan Pengadilan, baik yang telah
berkekuatan hukum tetap maupun yang belum berkekuatan hukum
tetap (dalam bentuk fotokopi atau naskah elektronik, bukan salinan
resmi).
b. Informasi dalam Buku Register Perkara.
c. Data statistik perkara, antara lain; jumlah dan jenis perkara.
d. Tahapan suatu perkara dalam proses penanganan perkara.
e. Laporan penggunaan biaya perkara.
C.3. Informasi tentang Pengawasan dan Pendispilinan
1) Jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan
pengawas atau yang dilaporkan oleh masyarakat serta
tindaklanjutnya.
2) Langkah yang tengah dilakukan Pengadilan dalam pemeriksaan
dugaan pelanggaran yang dilakukan Hakim atau Pegawai yang
telah diketahui publik (sudah dimuat dalam media cetak atau
elektronik).
3) Jumlah Hakim atau Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin
beserta jenis pelanggaran dan jenis hukuman disiplin yang
dijatuhkan.
4) Inisial nama dan unit/satuan kerja Hakim atau Pegawai yang
dijatuhi hukuman disiplin, jenis pelanggaran dan bentuk hukuman
disiplin yang dijatuhkan.
5) Putusan Majelis Kehormatan Hakim.
C.4. Informasi tentang Peraturan, Kebijakan dan Hasil Penelitian
1. Peraturan Mahkamah Agung, Keputusan Ketua dan Wakil Ketua
Mahkamah Agung, Surat Edaran Mahkamah Agung yang telah
disahkan atau ditetapkan.
2. Naskah seluruh Peraturan Mahkamah Agung, Keputusan Ketua dan
Wakil Ketua Mahkamah Agung dan Surat Edaran Mahkamah Agung
yang telah disahkan atau ditetapkan yang mengikat dan/atau
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
87
Universitas Indonesia
berdampak penting bagi publik, yang sekurang-kurangnya terdiri
atas:
a. Dokumen pendukung seperti naskah akademis, kajian atau
pertimbangan yang mendasari terbitnya peraturan, keputusan
atau kebijakan tersebut,dalam hal dokumen tersebut memang
dipersiapkan;
b. Masukan-masukan dari berbagai pihak atas usulan peraturan,
keputusan atau kebijakan tersebut, dalam hal tersedia;
c. Risalah rapat dari proses pembentukan peraturan, keputusan
atau kebijakantersebut dalam tahap setelah draft awal sudah siap
disikusikan secara lebih luas;
d. Rancangan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut;
e. Tahap perumusan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut.
3. Pertimbangan atau nasihat hukum yang diberikan Mahkamah Agung
sesuai dengan kewenangan dalam peraturan perundang-undangan.
4. Rencana strategis dan rencana kerja Pengadilan.
5. Daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan.
6. Informasi dan kebijakan yang disampaikan oleh pejabat Pengadilan
dalam pertemuan yang terbuka untuk umum.
C.5. Informasi tentang Organisasi, Administrasi, Kepegawaian dan
Keuangan
1) Pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personel dan keuangan
Pengadilan.
2) Standar dan Maklumat Pelayanan Pengadilan.
3) Profil Hakim dan Pegawai yang meliputi:
a. Nama;
b. Riwayat pekerjaan;
c. Posisi;
d. Riwayat pendidikan;
e. Penghargaan yang diterima.
4) Data statistik kepegawaian, yang meliputi, antara lain, jumlah,
komposisi dan penyebaran Hakim dan pegawai.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
88
Universitas Indonesia
5) Anggaran pengadilan maupun unit pelaksana teknis serta laporan
keuangannya.
6) Surat-surat perjanjian yang dibuat Pengadilan dengan pihak ketiga
berikut dokumen pendukungnya.
7) Surat menyurat pimpinan atau pejabat Pengadilan dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, kecuali yang bersifat rahasia.
8) Agenda kerja pimpinan Pengadilan atau satuan kerja.
C.6. Informasi Lain
1. Termasuk dalam kategori informasi yang dapat diakses pemohon adalah
informasi selain yang disebutkkan dalam bagian II.A, II.B dan II.C
yang;
a. Tidak termasuk kategori informasi yang dikecualikan (bagian II.D),
yakni setelah dilakukan uji konsekuensi sebagaimana dimaksud
bagian II.D butir 1;
b. Telah dinyatakan sebagai informasi yang dapat diakses berdasarkan
keputusan Atasan PPID, PPID, putusan Komisi Informasi dan/atau
putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
2. Pemohon informasi yang merupakan calon Hakim atau calon pegawai
dapat meminta informasi mengenai hasil penilaian dari setiap tahapan
seleksi proses penerimaan Hakim dan/atau pegawai
3. Para pihak berperkara atau kuasanya dapat meminta informasi mengenai
Berita Acara Sidang dan surat-surat yang diajukan dalam persidangan.
4. Informasi yang Dikecualikan
1. Informasi yang dikecualikan adalah seluruh atau bagian tertentu dari
informasi yang tidak disebutkan secara tegas dalam kelompok informasi
pada bagian II.A, II.B dan II.C yang menurut Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi (PPID) atau Atasan PPID, setelah melalui proses uji
konsekuensi, dianggap sebagai:
a. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon dapat
menghambat proses penegakan hukum;
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
89
Universitas Indonesia
b. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon dapat
mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual
dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
c. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon dapat
membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
d. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon dapat
mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;
e. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon dapat
merugikan ketahanan ekonomi nasional;
f. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon dapat
merugikan kepentingan hubungan luar negeri;
g. Informasi yang apabila diberikan kepada Pemohon dapat
mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan
terakhir ataupun wasiat seseorang;
h. Informasi yang apabila diberikan kepada Pemohon dapat mengungkap
rahasia pribadi;
i. Memorandum atau surat-surat antara Pengadilan dengan Badan Publik
lain atau intra Pengadilan, yang menurut sifatnya dirahasiakan yang
apabila dibuka dapat secara serius merugikan proses penyusunan
kebijakan;
j. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan undang-undang
sesuai dengan perincian dan penjelasan sebagaimana dimaksud Pasal
17 dan Pasal 18 Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
2. Termasuk dalam kategori informasi sebagaimana dimaksud butir 1, antara
lain:
a. Informasi dalam proses musyawarah hakim, termasuk advisblaad;
b. Identitas lengkap hakim dan pegawai yang diberikan sanksi;
c. DP3 atau evaluasi kinerja individu hakim atau pegawai;
d. Identitas pelapor yang melaporkan dugaan pelanggaran hakim dan
pegawai;
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
90
Universitas Indonesia
e. Identitas hakim dan pegawai yang dilaporkan yang belum diketahui
publik;
f. Catatan dan dokumen yang diperoleh dalam proses mediasi di
pengadilan;
g. Informasi yang dapat mengungkap identitas pihak-pihak tertentu
dalam putusan atau penetapan hakim dalam perkara-perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam bagian VI butir 1 Pedoman ini.
3. Pengecualian terhadap sebagian informasi dalam suatu salinan informasi
tidak dapat dijadikan alasan untuk mengecualikan akses publik terhadap
keseluruhan salinan informasi tersebut.
Berdasarkan ketentuan informasi yang diatur 1-144/KMA/SK/I/2011,
maka Mahkamah Agung RI berusaha untuk memfasilitasi penyampaian
informasi-informasi tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam beberapa fitur penting
pemenuhan kebutuhan informasi bagi publik atau masyarakat yang tersedia di
website www.mahkamahagung.go.id.
5.1.1 Berita
Pada fitur berita ini disediakan informasi berita yang dikeluarkan atau di-
release oleh pihak Mahkamah Agung Republik Indonesia. Berita tersebut di
upload oleh bagian humas Mahkamah Agung yang berisikan seputar kegiatan-
kegiatan pimpinan, hakim agung, pejabat eselon I dan II serta kegiatan
keorganisasian dari Mahkamah Agung. Bentuk berita yang tersusun dalam indeks
berita dapat berupa artikel, berita foto (news in photo’s caption), dan berita video
yang dapat diunduh oleh siapa saja yang mengunjungi web ini.
Untuk format berita artikel, pemberitaan menggunakan pakem penulisan
artikel yang didasari pada pemenuhan informasi primer yaitu apa (what), dimana
(where), siapa (who), kapan (when), mengapa (why), dan bagimana (how). Hal ini
dimaksudkan agar berita artikel ini dapat menjadi sumber primer yang resmi dan
terpercaya bagi para awak media yang mencari berita dan berkemungkinan untuk
menulis ulang (rewrite) pada media mereka masing-masing. Selain itu, fungsi dari
artikel berita resmi yang di-release oleh pihak hukum dan humas Mahkamah
Agung RI juga dimaksudkan untuk menjadi informasi primer bagi para jurnalis
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
91
Universitas Indonesia
saat membuat berita mengenai Mahkamah Agung dan memperkecil terjadinya
kesalahan persepsi ataupun pengalihan alur berita yang kerap kali terjadi.
Sumber: www.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.2 Tampilan Fitur Indeks Berita
Selain dalam bentuk artikel biasa, pada aplikasi yang terpisah namun masih
dalam satu fungsi, yakni MA on TV, yakni fitur penyampaian informasi berupa
tayangan video yang juga dapat diunduh oleh para pengunjung website
Sumber: www.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.3 Tampilan MA on TV
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
92
Universitas Indonesia
5.1.2 Putusan Mahkamah Agung
Fitur tersebut merupakan link ke aplikasi penerbitan putusan, http://
putusan.mahkamahagung.go.id sebagaimana disinggung pada bagian penerbitan
putusan. Situs ini pertama kali online di url http://www.putusan.net sebagai quick
wins dari program transparansi Mahkamah Agung. Situs itu diluncurkan pada
Agustus 2007 bersamaan dengan pengesahan SK Ketua Mahkamah Agung
Nomor 144 KMA/SK/VII/2007 tentang Keterbukaan Informasi Pengadilan.
Pengembangan situs itu didukung dengan kerja sama dari MCC-ICCP.
Pelaksanaan di lapangan dikembangkan oleh hukumonline.com, salah satu
penyedia jasa informasi hukum terbesar di Indonesia.
Pada prinsipnya, situs database putusan merupakan sarana untuk
menampilkan koleksi database putusan Mahkamah Agung. Sistem itu berdiri
sendiri dan sampai saat ini, tidak terkait dengan aplikasi lain. Suplai informasi
perkara diperoleh langsung dari softcopy yang dipakai oleh para operator
Mahkamah Agung dalam membuat putusan cetaknya. Berdasarkan Surat Edaran
Panitera Mahkamah Agung Nomor 73 PAN/INT/VI/2008 tentang Pengesahan
Prosedur Penanganan softcopy Putusan dan Upload ke Situs Mahkamah Agung.
Dalam hal operasional, sistem yang digunakan adalah sistem pooling
softcopy putusan dengan flash disk ke pusat data karena infrastruktur belum
menjangkau seluruh ruang kerja. Pada prinsipnya, setiap berkas yang dikirimkan
kembali kepada Panitera Muda—setelah minutasi diselesaikan—harus disertai
dengan softcopy yang disimpan dalam USB khusus. Prosedur menunjukkan
bahwa Asisten Koordinator wajib memastikan setiap putusan yang dikirim kepada
Panitera Muda disertakan pula softcopy-nya. Sistem pooling itu sempat
bermasalah karena penggunaan flash disk sempat mengakibatkan tersebarnya
berbagai jenis virus komputer yang merusak file word processor yang dikirimkan
Sementara itu, untuk meng-upload ke situs putusan.net, telah dibentuk tim
pusat data di ruang C 206 yang bekerja penuh untuk mengolah dan menaikkan
data itu ke internet. Sampai laporan ditulis, terdapat empat petugas, tetapi proses
berjalan tidak terlalu efektif. Maksudnya, belum semua asisten koordinator—
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
93
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
94
Universitas Indonesia
6. Tata Usaha Negara (TUN): a. TUN; b. Hak Uji Materiil; dan c. Peninjauan
Kembali (PK) Pajak.
7. Pidana Militer
5.1.3 Informasi Perkembangan Perkara
Fitur tersebut merupakan link ke aplikasi informasi status perkara berbasis
microsoft excel (http://sms.mahkamahagung.go.id/perkara) yang dikelola oleh
Kepaniteraan Mahkamah Agung. Pada aplikasi ini, disediakan informasi berupa
status perkara yang sedang ditangani oleh Kepaniteraan Mahkamah Agung,
meliputi nomor perkara, nama pihak, klasifikasi perkara, tim yudisial, nama
anggota majelis, nama Panitera Pengganti, status perkara, serta amar. Selain itu,
aplikasi ini membantu pencari informasi untuk dapat melihat daftar perkara
terbaru yang di-upload ke dalam sistem. Lalu, ia mencari informasi perkara yang
diinginkannya melalui pilihan kata kunci berdasarkan:
1. Nomor register;
2. Asal pengadilan;
3. Nama para pihak;
4. Jenis perkara (perdata, pidana, dan lain-lain); serta
5. Nomor surat pengantar
Aplikasi sistem informasi perkara ini padanya menggunakan mekanisme
dasback end yang sederhana, yaitu microsoft Excel, aplikasi tersebut setelah
diolah bisa menjadi suatu wahana informasi publik yang cukup baik dan
komprehensif. Kolom status perkara di-generate secara otomatis berdasarkan
entry pada kolom tanggal. Apabila tanggal putus telah terisi, otomatis status
berubah menjadi Putus. Apabila telah ada tanggal kirim ke pengadilan pengaju,
status berubah menjadi Telah Dikirim ke Pengadilan Pengaju.
Selain informasi perkara, aplikasi tersebut juga menawarkan aplikasi
statistik perkara yang dihasilkan secara otomatis dari perkara yang terdata pada
database perkara. Link ke modul statistik ada pada url http://sms.
mahkamahagung.go.id/perkara/statistik.php
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
95
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
96
Universitas Indonesia
Sumber : www.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.6 Tampilan Awal Aplikasi Informasi dan Pengaduan
Sistem permohonan informasi online ditempatkan dalam situs Mahkamah
Agung sebagai bagian dari skema pelayanan meja informasi. Sistem itu dapat
diakses melalui url http://www.mahkamahagung.go.id/di_web3/ index.asp. Sistem
itu dikelola oleh staf Biro Hukum dan Humas sebagai operator atau petugas meja
informasi di Mahkamah Agung. Selain itu, sistem juga digunakan oleh petugas
pada setiap satuan kerja yang menjadi titik kontak meja informasi. Dengan
demikian, apabila informasi yang hanya bisa dicari oleh petugas satuan kerja,
pengirimannya ke meja informasi dapat dilakukan melalui sistem ini.
Secara umum, aplikasi tersebut memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1)
Mencatat permohonan informasi yang masuk; 2) Melakukan komunikasi dalam
rangka pengumpulan informasi yang diminta, baik terhadap petugas dari satuan
kerja lain maupun dengan pemohon informasi; 3) Monitoring proses pengolahan
informasi; 4) Menjawab/mengirimkan hasil informasi yang dicari oleh pemohon;
dan 5) Menerima pengajuan keberatan terhadap pelayanan informasi yang tidak
sesuai.
Mengingat sistem tersebut melibatkan penggunaan lebih dari satu satuan
kerja, sistem memiliki kemampuan untuk mengelola daftar nama satuan kerja,
termasuk menambah, mengurangi, dan menghapus satuan kerja yang sudah ada.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Selain itu, sistem juga memiliki kemampuan untuk mengontrol pengguna sistem,
termasuk menambah, mengubah, maupun menghapus pengguna yang terdaftar
dalam sistem. Untuk bisa mengajukan permohonan informasi, maka pemohon
diharuskan untuk mendaftar dengan mengisi beberapa kelengkapan data, seperti:
1. Nama lengkap;
2. Nama Login;
3. Password;
4. Jenis Kelamin;
5. Alamat;
6. Nomor Telepon;
7. Nomor Handphone;
8. Nomor Faksmile;
9. Email
Sumber: www.putusan.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.7 Tampilan Kolom Registrasi Layanan Informasi dan Pengaduan
Selain form pengisian informasi, dalam aplikasi ini terdapat pula fitur-fitur
lain yang dapat menunjang kinerja dari aplikasi ini, seperti:
a. Filter Spam
Aplikasi aplikasi ini memiliki fitur yang dapat digunakan oleh operator
untuk dapat menentukan, permohonan informasi mana yang layak untuk
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
98
Universitas Indonesia
diteruskan dan/atau dijawab. Hal itu penting karena pastinya sangat banyak
permohonan yang masuk ke pihak Mahkamah Agung yang belum tentu memiliki
dasar yang kuat untuk ditindaklajuti.
b. Pengajuan Keberatan
Keberatan dapat diajukan apabila permohonan yang semestinya diterima
(atau setidaknya dapat diperoleh dengan izin penanggung jawab) ditolak oleh
operator. Selain sebagai reaksi atas permohonan yang telah ditolak, keberatan juga
dapat diajukan atas permohonan yang tidak ditanggapi sesuai dengan periode
waktu yang telah ditentukan. Keberatan atas permohonan informasi sehubungan
dengan perkara dapat diajukan kepada Panitera dan keberatan atas permohonan
informasi selain itu dapat diajukan kepada Sekretaris. Pengajuan keberatan akan
dikirimkan langsung kepada penanggung jawab tanpa melalui proses pengelolaan
dan penyaringan oleh operator. Dalam proses ini pemohon cukup memilih fitur
pengajuan keberatan yang ada pada menu yang menginformasikan penanganan
permohonan.
c. Fungsi Pelaporan
Dalam sistem ini, nantinya akan menghasilkan beberapa jenis laporan
sebagai berikut,
1. Laporan Statistik Penanganan Perkara berdasarkan:
a) variabel waktu (bulanan, tahunan);
b) satuan kerja;
c) kategori permohonan informasi (administrasi, kepegawaian, keuangan,
organisasi, pengawasan, perkara, dan lain-lain).
2. Laporan Nama Individual Pemohon berikut jumlah permohonan yang pernah
diajukan.
3. Laporan Waktu yang diperlukan untuk Penanganan Perkara, termasuk waktu
tersingkat, waktu rata-rata, dan waktu terlama. Sistem juga mampu
memberikan laporan waktu respons untuk setiap permohonan yang masuk
melalui sistem.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
99
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
100
Universitas Indonesia
5.1.6 RKAK/L (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga) Online
Fitur tersebut merupakan aplikasi untuk mengkonsolidasikan file Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dari setiap unit pelaksana
teknis yang ada di Indonesia. Aplikasi itu dapat diakses melalui url
http://rkakl.mahkamahagung. go.id/. Saat ini, keperluan manajemen keuangan
praktis Mahkamah Agung bertumpu pada aplikasi RKAK/L dan paket aplikasi
keuangan yang telah disediakan oleh Depkeu sebagaimana juga lembaga negara
dan pemerintahan lain. Pada 2008, Program MCC-ICCP/USAID membantu
penyediaan aplikasi komunikasi data pelaporan keuangan RKAK/L. Aplikasi itu
pada dasarnya bertujuan untuk membantu Mahkamah Agung mengompilasi
usulan-usulan RKAK/L yang berasal dari berbagai satuan kerja di lingkungan
Mahkamah Agung, terutama dari pengadilan-pengadilan di seluruh Indonesia.
Sebelum adanya aplikasi tersebut, setiap satuan kerja menyusun rencana
kerja dan anggaran dengan menggunakan aplikasi yang disediakan oleh Depkeu.
Keluaran aplikasi itu—baik berupa cetakan maupun file data–dikirimkan ke
Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung untuk kemudian digabungkan
menjadi RKAK/L Mahkamah Agung.
Proses semi manual tersebut sangat melelahkan, memakan waktu,
sekaligus rawan kesalahan. Untuk memudahkan proses dan mempercepat
penyusunan anggaran di Mahkamah Agung, program MCC/ICCP membantu
menyediakan fasilitas komunikasi data RKAK/L. Dengan menggunakan fasilitas
aplikasi itu, satuan kerja cukup meng-upload data RKAK/L yang dihasilkan dari
aplikasi milik Depkeu ke dalam sistem Mahkamah Agung. Selanjutnya, aplikasi
itu akan menggabungkannya secara otomatis menjadi satu kesatuan database
rencana kerja dan anggaran Mahkamah Agung. Pada dasarnya, fungsi untuk
menggabungkan data RKAK/L sudah tersedia pada aplikasi Depkeu, hanya saja
prosesnya masih harus dilakukan secara manual.
Dengan adanya bantuan aplikasi tersebut, baik satuan kerja maupun Biro
Perencanaan Mahkamah Agung terbantu dari sisi kecepatan proses maupun
pengurangan risiko kesalahan. Namun, aplikasi itu diperkirakan akan menghadapi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
101
Universitas Indonesia
risiko yang sama pada kemudian hari apabila ada revisi terhadap aplikasi
RKAK/L oleh Depkeu.
5.1.7 Perpustakaan Online
Perpustakaan online dikelola oleh Bagian Perpustakaan Mahkamah
Agung. Link itu merujuk kepada url http://pustaka.mahkamahagung.go.id. Pada
2008, Bagian Perpustakaan Mahkamah Agung yang berada di bawah Biro Hukum
Humas mengadakan tender untuk mengembangkan suatu aplikasi katalog
perpustakaan online. Tender itu dimenangkan oleh Institut Pertanian Bogor yang
kemudian meng-install aplikasi Online Public Access (OPAC) versi 1.0. Aplikasi
itu pada umumnya dimaksudkan untuk memberikan akses kepada anggota
perpustakaan untuk melakukan penelusuran secara online pada lebih dari 8500
judul koleksi yang diiliki oleh Perpustakaan Mahkamah Agung.
Sumber: http://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/perpusma
Gambar 5.9 Tampilan Sistem Perpustakan Online Mahkamah Agung RI
Selain aplikasi OPAC yang berfungsi sebagai aplikasi dasar penelusuran
informasi koleksi perpustakaan, terdapat pula aplikasi tambahan untuk foto pada
modul pengelolaan anggota perpustakaan yang dapat membantu dalam proses
pencatatan foto dan keanggotaan serta penyetakan kartu anggota perpustakaan.
Sebanyak tiga orang staf ditempatkan untuk mengelola aplikasi ini, terutama
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
102
Universitas Indonesia
membantu dalam mengoperasikan aplikasi foto yang hanya bisa dilakukan secara
offline. Aplikasi OPAC yang dimiliki oleh Mahkamah Agung ini adalah versi
ringan dari jenis aplikasi OPAC Full Version yang ada. Sehingga informasi yang
disediakan dalam direktori ini hanya terbatas pada katalog online dengan
penyimpanan informasi sebagai berikut:
Tabel 5.1
Informasi pada Katalog Online Perpustakaaan MARI
No Kolom No Kolom
1 Judul 11 Penerbit
2 Edisi 12 Tahun Terbit
3 Nomor Panggil 13 Kota Terbit
4 ISSB/ISSN 14 Kolasi/ Deskripsi Fisik
5 Pengarang 15 Catatan Umum
6 Topik/Subjek 16 Anotasi
7 Klasifikasi 17 Gambar Sampul
8 Judul Seri 18 Lampiran
9 Bentuk Koleksi 19 Ketersediaan
10 Bahasa Sumber: Form Aplikasi Perpustakaan MA RI
Sedangkan pada aplikasi pendaftaran disimpan informasi-informasi dasar
administratif yang meliputi: foto, nama anggota, Nomor Induk Pegawai, unit
kerja dan tanggal lahir. Data-data tersebut dikumpulkan dalam tabulasi data
keanggotaan ataupun pengunjung perpustakaan Mahkamh Agung RI.
5.2 Penerapan E-Government di Mahkamah Agung Republik Indonesia
Melalui Website www.mahkamahagung.go.id
Pada dasarnya e-government bertujuan untuk mengintegrasikan hubungan
antara masyarakat dengan pemerintah, pemerintah dengan dengan sektor bisnis
dan antar instansi pemerintah (Yong, 2003, 14). Dalam website
www.mahkamahagung.go.id, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai layanan
informasi yang telah disediakan Mahkamah Agung dalam website.
5.2.1 Government to Government
Tipe relasi ini mencoba menjelaskan bentuk interaksi yang terjadi antara
satu intansi pemerintahan dengan instansi pemerintahan lainnya. Bentuk interaksi
ini di dalam website Mahkamah Agung dapat terlihat dalam bentuk layanan
berikut:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
103
Universitas Indonesia
1. Website Pengadilan
Layanan informasi ini adalah salah satu bentuk adanya interaksi antara
suatu lembaga dengan lembaga pemerintahan yang lainnya. Pada layanan ini
terdapat interaksi antara Mahkamah Agung dengan empat lingkungan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung. Website Pengadilan berisi tentang
website resmi dari Peradilan Negeri dan Peradilan Tinggi di setiap daerah. Hal ini
memungkinkan terjadinya suatu interaksi antara kedua belah pihak dalam rangka
penyediaaan informasi mengenai hasil putusan atau berita-berita terkait lainnya.
Berikut adalah tampilan dari layanan informasi website pengadilan:
Sumber: www.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.10 Tampilan Layanan Informasi Mahkamah Agung RI
2. Link Instansi Lain
Bentuk layanan ini terdiri dari beberapa link dari instansi yang terkait
dengan Mahkamah Agung. Satuan Tugas Pemberantas Mafia Hukum adalah salah
satu instansi yang melakukan interaksi dengan Mahkamah Agung. Dalam layanan
ini, setiap masyarakat dapat melakukan akses kepada satgas dalam rangka
pengaduan untuk tindakan-tindakan mafia hukum. Jika mengklik link ini maka
akan terhubung langsung dengan situs http://www.satgas-pmh.go.id/. Interaksi ini
dimaksudkan untuk memberikan masyarakat kemudahan untuk melakukan
pengaduan terhadap tindakan mafia hukum yang mungkin dilakukan oleh pejabat
atau hakim di lingkungan Mahkamah Agung. Link ini juga dimaksudkan untuk
adanya interaksi antara satgas dan juga Mahkamah Agung dalam pemberian
informasi mengenai tindakan-tindakan mafia hukum. Ini juga dimaksudkan untuk
terciptanya suatu koordinasi antara kedua belah pihak dalam memberantas mafia
hukum. Hal ini seperti dicantumkan dalam Keputusan Presiden No. 37 Tahun
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
104
Universitas Indonesia
2009 yang mengenai Satuan Tugas Pemberantas Mafia Hukum yang menyatakan
dalam menjalankan tugasnya, Satgas PMH berwenang bekerjasama dengan
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Ombudsman, Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung, Komisi
Pemberantasan Korupsi, Komisi Kepolisian Nasional, Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Organisasi
Profesi Advokat, Organisasi Profesi Notaris, Organisasi Profesi Pejabat Pembuat
Akta Tanah, dan lembaga negara lainnya dalam upaya pemberantasan mafia
hukum.
Selain interaksi yang dilakukan dengan satgas PMH, Mahkamah Agung
juga melakukan interaksi dengan lembaga lain seperti, International Anti-
Corruption Academy. Website ini merupakan sebuah interaksi yang dilakukan
oleh Mahkamah Agung dengan dunia internasional. Interaksi ini merupakan
sebuah layanan informasi yang diberikan oleh Mahkamah Agung kepada pihak
internal mengenai anti korupsi yang berjalan di dunia internasional.
Pada akhirnya, aplikasi e-government juga diperuntukkan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan
pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format
goverment to employees atau sebaliknya. Bentuk relasi antara Mahkamah Agung
dengan karyawan juga dapat dilihat dari beberapa layanan di dalam website
Mahkamah Agung antara lain adalah dengan disediakannya perpustakaan online
oleh Mahkamah Agung. Perpustakaan Mahkamah Agung bertujuan untuk
membantu kelancaran pelaksanaan tugas bagi para Hakim maupun para pencari
informasi secara cepat, tepat, dan akurat dalam menemukan bahan referensi dan
informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang menjadi faktor
terlaksananya kecepatan dalam penyajian informasi hukum serta koleksi dari
berbagai disiplin ilmu, terutama dalam bidang hukum, ilmu sosial dan humaniora.
Pelayanan ini diberikan untuk memudahkan pencarian informasi mengenai
pengetahuan terutama di bidang hukum. Setiap karyawan diberikan akses untuk
meminjam buku serta mengunjungi perpustakaan secara langsung.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
105
Universitas Indonesia
Interaksi antara Mahkamah Agung dengan karyawan melalui e-
government masih sangat kurang. Beberapa layanan untuk meningkatkan
kesejahteraan masih belum bisa diakses melalui website yang telah ada.
5.2.2 Government to Citizen
Tipe relasi ini merupakan aplikasi e-government yang paling umum. Tipe
relasi ini digunakan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu
tipe ini juga memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan akses
terhadap aplikasi e-government. Penyediaan website di Mahkamah Agung
dilandasi pada adanya kepentingan masyarakat dalam informasi di Pengadilan
baik Negeri, Tinggi, Kasasi, atau Peninjauan Kembali. Oleh karena itu, tipe relasi
ini dapat terlihat secara jelas dalam website yang disediakan oleh Mahkamah
Agung. Berikut adalah beberapa bentuk layanan informasi yang menunjukan
adanya tipe relasi Government to Citizen.
1. Info Perkara
Layanan ini adalah salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh
Mahkamah Agung kepada masyarakat. Dengan layanan ini, setiap masyarakat
yang ingin mengetahui hasil putusan tingkat kasasi dan peninjauan kembali dapat
mengakses website Mahkamah Agung dan klik info perkara. Halaman ini akan
memberikan informasi mengenai perkara antara lain Nomor Register, Asal
Pengadilan, Nama Para Pihak, Jenis Perkara, Nomor Surat Pengantar, dan Jenis
Putusan. Berikut tampilan pada website untuk info perkara:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
106
Universitas Indonesia
Sumber: www.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.11 Tampilan Info Perkara Mahkamah Agung RI
Layanan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang sedang berperkara
dan membutuhkan informasi mengenai hasil putusan tingkat pengadilan negeri
dan pengadilan tinggi. Selain mempermudah masyarakat, layanan ini juga bisa
menghemat waktu dan juga biaya orang yang berperkara. Terutama bagi
masyarakat diluar wilayah Pulau Jawa atau daerah lainnya yang secara geografis
berjauhan dengan lokasi Mahkamah Agung. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
dari bapak Joko Upoyo, Kabag Pemeliharaan Sistem Informasi MA,
“dengan adanya e-gov dan website ini ya, maksudnya biar masyarakat
dari jauh itu bisa langsung akses perkara mereka di putusan.net dan SIAP
kita dari tempat mereka. Jadi gak perlu lah ada rombongan datang jauh-
jauh dari Palembang, Sulawesi apalagi dari Indonesia Timur, itu kan
mahal biaya datang kesininya,,,” (Wawancara dengan Pak Joko Upoyo,10
Juni 2011)
Pernyataan yang disampaikan tersebut memperkuat keberadaan website
Mahkamah Agung yang memang ditujukan untuk memfasilitasi masyarakat dalam
hal penyediaaan informasi. Terutama bagi masyarakat yang ingin mengakses
informasi perkara dari tempat atau daerah yang relatif jauh dari lokasi Mahkamah
Agung RI di Jakarta.
2. Putusan
Layanan informasi Putusan pada website Mahkamah Agung merupakan
bentuk lain dari adanya interaksi pemerintah yaitu Mahkamah Agung dengan
masyarakat. Berbeda denga Info Perkara, Putusan adalah layanan informasi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
107
Universitas Indonesia
mengenai hasil putusan di tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali di Mahkamah
Agung. Persamaan dengan info perkara adalah info yang terdapat dalam bagian
ini hampir sama dan memiliki manfaat yang sama. Berikut tampilan yang akan
muncul dalam akses informasi putusan:
Sumber: www.putusan.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.12 Tampilan Akses Informasi Putusan
Pada gambar di atas dapat dilihat pada bagian atas terdapat informasi
umum terkait dengan siapa orang yang berperkara, informasi nama hakim, dan
yang lainnya yang terkait dengan perkara. Pada bagian bawah disediakan hasil
dari putusan yang dapat diunduh oleh orang yang berperkara atau pihak-pihak
yang membutuhkan informasi tersebut. Ketersediaan fitur informasi putusan
disampaikan oleh pengacara yang mengakses fitur putusan dari website
Mahkamah Agung,
“untuk informasi dasar kasus saya, cukup lihat di web MA saja, nanti
kalau ada detail menyusul baru di clearance lagi...” (Wawancara dengan
Bapak Heru Mahyudin SH, 8 Desember 2011)
Berdasarkan tampilan putusan atas nama Maimanah binti Muin yang
diperkuat pernyataan Bapak Heru Mahyudin, bahwa informasi yang didapatkan
dari fitur tersebut merupakan informasi dasar penyelenggaraan penyelesaian
perkara. Informasi tersebut terdiri dari informasi pihak yang berpekara,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
108
Universitas Indonesia
kepaniteraan pengurus penyelesaian perkara, tanggal musyawarah dan pembacan
putusn serta kemungkinan yurisprudensi yang mungkin dapat dijadikan rujukan.
Namun hal yang bersebrangan mengenai kemudahan mengakses
infrormasi putusan disampaikan oleh wartawan Liptan 6 SCTV,
“Kadang untuk kasus tertentu, kita susah untuk cari data primernya di
MA, padahal kan akan lebih bagus kalau bisa dapet hasil monitoringnya
langsung dari MA.. (Wawancara dengan Subki Abdul Qadir, 18 Nopember
2011)
Pernyataan mengenai sulitnya mengakses informasi primer mengenai
penyelesaian perkara yang dialami awak media pernah terjadi saat kasus gugatan
pencemaran nama baik yang dilayangkan oleh pihak RS. Omni International
terhadap Prita Mulyasari kembali mencuat pada tingkat kasasi dan peninjauan
kembali. Kesulitan mengakses tidak hanya dialami saat mencoba mendapatkan
informasi mengenai perkembangan kasus Prita Mulyasari secara manual, akan
tetapi juga saat melalui website yang seharusnya dapat mempermudah mengakses
informasi tersebut.
Relasi yang terjadi antara Mahkamah Agung dengan masyarakat pada tipe
relasi ini dapat terlihat dari adanya beberapa bentuk layanan informasi yang
tersedia dalam website. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat termasuk orang
yang berperkara, pengacara, atau pun wartawan dapat dilihat pada kelengkapan
informasi di dalam website. Manfaat yang dirasakan antara lain adalah membantu
Mahkamah Agung untuk memberikan informasi atau akses layanan pemerintah
terutama untuk masyarakat Indonesia yang memiliki jarak yang jauh dari ibukota.
Interkasi antara Mahakamah Agung dan juga masyarakat dapat dilihat dari adanya
akses masyarakat untuk melakukan pengaduan melalui Badan Pengawas terkait
dengan penyelewengan yang terjadi di Mahkamah Agung.
5.2.3 Government to Bussiness
Disamping adanya interaksi dengan pemerintah dan masyarakat,
pemerintah yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga
kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai
sebuah entiti berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah
dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
109
Universitas Indonesia
bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal
yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan
efektif dengan industri swasta. Relasi ini diperlukan akan memberikan dampak
yang positif terhadap beberapa kegiatan dalam pemerintahan atau dalam
pemberian pelayanan yang lebih prima kepada masyarakat.
Bentuk interaksi antara Mahkamah Agung dengan kalangan bisnis bisa
dilihat dari adanya bentuk pelayanan yang berisikan mengenai ―Lelang‖ terhadap
pengadaan barang di Mahkamah Agung. Dalam layanan ini, pihak swasta dapat
berpartisipasi dalam proses lelang barang ataupun jasa yang diperlukan oleh
Mahkamah Agung. Layanan ini berisi mengenai informasi pengumuman akan
diadakannya lelang dan juga pengumuman hasil pemenang lelang. Berikut adalah
tampilan dari info lelang untuk pengadaan barang dan jasa:
Sumber: www.mahkamahagung.go.id
Gambar 5.13 Tampilan Info Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Mahkamah
Agung RI
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
110
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
111
Universitas Indonesia
Interaksi yang terjadi dalam bentuk ini hanya terbatas pada pengumuman
adanya lelang dan pemenang lelang. Pengurusan dokumen-dokumen untuk setiap
instansi swasta yang mendaftar masih menggunakan cara manual, yaitu dengan
melengkapi berkas dan mengantar langsung ke Mahkamah Agung. Proses lelang
juga dilakukan dengan tatap muka antara pihak swasta dengan Mahkamah Agung.
Interaksi yang terjalin masih jauh dikatakan sempurna, tetapi ada beberapa
manfaat yang dapat diberikan dengan adanya hal ini yaitu Mahkamah Agung bisa
mengadakan lelang secara fair dan membuka peluang kepada pihak swasta lain.
Kegiatan ini juga bisa meminimalisasi tindakan kecurangan atau perusahaan fiktif
dalam kegiatan lelang.
5.3 Penerapan Portal Mahkamah Agung RI untuk Mewujudkan
Keterbukaan Informasi Publik
5.3.1 Mekanisme yang Menjamin Sistem Keterbukaan dan Standardisasi
dari Semua Proses-Proses Pelayanan Publik
Indikator pertama untuk mengetahui apakah website yang ada di
Mahkamah Agung memiliki transparansi atau tidak dapat dilihat dari adanya
mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standardisasi dari semua
proses-proses pelayanan publik. Sebelum membahas semakin jauh perlu
ditekankan bahwa pelayanan publik yang diberikan oleh Mahkamah Agung
adalah pelayanan dalam bidang hukum. Pelayanan ini terdiri dari pelayanan
pengadilan terutama pada tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali. Pelayanan ini
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia karena ini merupakan fungsi utama
dari Mahkamah Agung sebagai badan peradilan tertinggi di Indonesia.
Untuk mengetahui apakah mekanisme tersebut sudah dijalankan atau belum
maka bisa dilihat dari apakah Mahkamah Agung menyediakan informasi yang
jelas tentang prosedur, biaya, dan tanggung jawab. Dalam layanan yang terdapat
dalam website www.mahkamahagung.go.id terdapat suatu mekanisme yang
menjamin adanya suatu keterbukaan sistem dan standar layanan. Layanan tersebut
adalah layanan Putusan yang terhubung secara langsung ke website
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
112
Universitas Indonesia
www.putusan.mahkamahagung.go.id. Dalam layanan ini terdapat informasi yang
jelas tentang bagaimana penggunaan layanan ini dengan diberikannya petunjuk
penggunaan. Untuk mendapatkan informasi mengenai putusan, masyarakat dapat
mengikuti prosedur sebagai berikut:
Navigasi Hypertext
Penelusuran informasi putusan dengan metode navigasi hypertext yang
lazim disebut browsing adalah penelusuran data terstruktur. Melalui metode ini
pencarian putusan MA dalam situs ini dilakukan berdasarkan:
- Klasifikasi Perkara
Tahun Putus
Tahun Register/Perkara didaftarkan
Tahun Putusan di-upload
Pengadilan
Pencarian (Searching)
Penelusuran informasi putusan dengan metode pencarian (searching)
komputer akan mencari kata yang dipilih di katalog maupun dokumen putusan.
Mesin pencari sudah mendukung pencarian. Setelah anda memasukkan kata kunci
dan menekan tombol cari, maka mesin pencari Direktori Putusan akan mencari
kata-kata tersebut di katalog maupun dokumen putusan yang ada. Jika anda
memasukkan lebih dari satu kata, maka mesin pencari akan mencari dan
menampilkan katalog/dokumen yang memiliki semua kata-kata tersebut.
Pencarian canggih juga disediakan untuk pencarian putusan secara lebih spesifik
berdasarkan Anda akan mendapatkan hasil pencarian berupa daftar putusan.
Nomor Registrasi Perkara
Judul Putusan
Tahun Putus, Tahun Register Perkara, dan Tahun Upload Perkara
Klasifikasi dan Sub Klasifikasi
Pengadilan
Daftar Putusan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
113
Universitas Indonesia
Daftar putusan ditampilkan 20 per halaman. Anda dapat mengetahui
jumlah halaman dari kotak di sisi kiri bawah dan anda dapat memilih halaman
mana yang anda inginkan.
Katalog
Jika anda memilih salah satu putusan, akan muncul katalog untuk putusan
tersebut. Katalog menampilkan beberapa informasi penting secara singkat agar
anda dapat menilai apakah dokumen putusan yang terlampir pada katalog tersebut
sesuai dengan keperluan anda. Dokumen putusan dapat langsung anda unduh
(download) dengan mengklik judulnya di bagian bawah katalog. Sebaiknya anda
perhatikan ukuran file dokumen putusan yang tertera sebelum mengunduh
(download) untuk memastikan koneksi internet anda mencukupi.
Dokumen Putusan
Dokumen putusan yang ditampilkan di sini terdiri dari tiga jenis. Pertama,
dokumen putusan cetak yang dipindai (scan). Ukuran file jenis dokumen ini
cukup besar, tergantung tebal putusan, mulai 200 kilobyte, hingga lebih dari 10
megabyte karena dokumen jenis ini disimpan berupa image. Kedua, dokumen
putusan yang dari awalnya sudah berbentuk file elektronik, biasanya putusannya
relatif masih baru. File jenis dokumen ini relatif lebih kecil sehingga cepat
mengunduhnya. Karena berupa teks, maka anda dapat melakukan full text search
atas putusan jenis ini. Ketiga, setiap dokumen putusan juga disediakan dalam
format zip yang sudah dikompresi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses
unduh (download) dokumen putusan terutama bagi yang menggunakan akses
internet dengan kecepatan rendah.
Adanya petunjuk penggunaan yang telah disebutkan di atas menunjukan
bahwa adanya suatu keterbukaan dalam sistem yang telah disediakan oleh
Mahkamah Agung khususnya untuk mengakses hasil putusan yang berada di
tingkat kasasi dan Peninjauan Kembali serta pengadilan lainnnya. Layanan
informasi ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat. Hal ini senada
dengan pernyataan Bapak Joko Upoyo selaku Kepala Bagian Pemeliharaan
Sistem Informasi sebagai berikut:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
114
Universitas Indonesia
“dengan adanya e-gov dan website ini ya, maksudnya biar masyarakat
dari jauh bisa langsung akses perkara mereka di putusan.net dan SIAP
kita dari tempat jauh. Jadi gak perlu ada rombongan datang jauh-jauh
dari palembang, Sulawesi, apalagi indonesia Timur, itu kan mahal biaya
kesini..” (Wawancara dengan Pak Joko Upoyo,10 Juni 2011)
Salah satu prinsip pokok dalam sistem peradilan di dunia adalah
pengadilan yang terbuka atau transparan. Keterbukaan merupakan kunci dari
lahirnya akuntabilitas. Harapannya hakim dan pegawai pengadilan akan lebih
profesional dalam menjalankan tugas dan tangung jawabnya. Selain itu,
keterbukaan informasi, yang intinya hak bagi publik untuk mengakses informasi,
merupakan salah satu hak asasi manusia sebagaimana ditegaskan dalam UUD
1945. Atas pertimbangan itu, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan
Informasi di Pengadilan.
Pengembangan 'Direktori Putusan' elektronik ini adalah salah satu
pelaksananaan Keputusan Ketua MA tersebut, dengan tujuan memastikan adanya
informasi yang lengkap bagi masyarakat secara cepat dan murah. Keputusan
KMA tersebut antara lain mengatur jenis informasi yang harus diumumkan oleh
pengadilan secara proaktif serta mekanisme pengumumannya. Informasi yang
dimaksud adalah yang dianggap penting untuk diketahui oleh para pencari
keadilan dan masyarakat, termasuk putusan dan penetapan pengadilan.
Putusan atau penetapan yang belum berkekuatan hukum tetap namun
menarik perhatian publik, misalnya perkara korupsi, narkoba, atau terorisme, juga
dapat diterbitkan oleh pengadilan. Untuk menjaga privasi serta martabat pihak-
pihak tertentu dalam perkara-perkara seperti kekerasan dalam rumah tangga,
tindak pidana kesusilaan, adopsi anak, tindak pidana anak atau perkara yang
berhubungan dengan perkawinan, sesuai Keputusan, MA wajib mengaburkan
identitas mereka. Mekanisme pengumuman informasi putusan dan penetapan
pengadilan disesuaikan dengan kondisi keuangan dan prasarana yang dimiliki
pengadilan. Karena MA telah memiliki situs (website), maka informasi putusan
dan penetapan dimuat di situs MA melalui 'Direktori Putusan' ini.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
115
Universitas Indonesia
Salah satu fungsi dari penerapan teknologi pada kegiatan kepemerintahan
atau e-government adalah mempermudah interaksi antara beragam pihak yang
berkepentingan tanpa harus bertatapan muka secara langsung. Sehingga hambatan
berupa jarak dan waktu dapat diatasi dengan pembiayaan yang ekonomis, seperti
yang dikemukakan oleh kepala Laboratorium E-Government Fasilkom UI:
“Nah, apa itu.. salah satu kelebihan dari e-government itu bisa membuat
penyelenggaraan pemerintah dilakukan dengan tata kelola yang lebih
efektif dan efisien begitu... jadi orang nggak perlu datang dari jauh untuk
mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah...”(Wawancara dengan
Bapak Dana Indra, 10 Juni 2011)
Selain tata kelola pemerintahan yang lebih efektif dan efisien bagi institusi
dan lembaga pemerintahan sebagai penyelenggara layanan publik, pelaksanaan e-
government di lingkungan Mahkamah Agung juga dimaksudkan untuk menekan
dari segi biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan dari bapak Joko Upoyo, Kabag Pemeliharaan Sistem Informasi MA:
“dengan adanya e-gov dan website ini ya, maksudnya biar masyarakat
dari jauh itu bisa langsung akses perkara mereka di putusan.net dan SIAP
kita dari tempat mereka. Jadi gak perlu lah ada rombongan datang jauh-
jauh dari Palembang, Sulawesi apalagi dari Indonesia Timur, itu kan
mahal biaya datang kesininya,,,”(Wawancara dengan Pak Joko Upoyo,10
Juni 2011)
Pernyataan tersebut menjadi penekanan bahwa sesungguhnya Mahkamah
Agung sudah melakukan upaya-upaya yang memfasilitasi masyarakat untuk dapat
mengakses informasi secara mudah dan hemat. Disamping tatakelola yang lebih
efektif dan efisien bagi internal Mahkamah Agung dan penekanan besaran biaya
serta kemudahan bagi masyarakat, penggunaan media website sebagai penerapan
e-government di Mahkamah Agung juga dimaksudkan untuk melindungi kedua
belah pihak dari kemungkinan terjadinya tindak penyelewengan. Dengan
penerapan e-government, diharapkan interaksi tatap muka secara langsung dapat
ditekan guna menjaga stabilitas kinerja para pengurus perkara secara profesional
dan objektif disamping menjaga dan melindungi pihak berperkara atau
masyarakat lain yang berkepentingan dari tekanan-tekanan serta menghindarkan
mereka dari tindak penyelewengan yang mungkin saja terjadi. Pandangan ini
sesuai dengan pernyataan Kabag Pemeliharaan Sistem Informasi MA,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
116
Universitas Indonesia
“Kita berharap dengan pelaksanaan e-gov ini dapat mengurangi tatap
muka langsung antara para hakim dan pihak-pihak yang bersangkutan,
ee... itu maksudnya biar para hakim itu steril dan tetap objektif, selain
biar pihak yang berpekara itu, apa.. bisa mendapat perlakuan yang adil
tanpa tahu dia itu siapa dan bagaimana...”(Wawancara dengan Pak Joko
Upoyo, 10 Juni 2011 )
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan e-
government yang dalam hal ini dilakukan oleh Mahkamah Agung melalui
website-nya memang ditujukan untuk menunjang interaksi antara pihak pengurus
perkara dan pihak yang berperkara dengan interaksi tatap muka yang ditekan
seminim mungkin. Selain itu, dengan ditekannya tatap muka secara langsung
dapat memberikan dampak positif bagi penyelenggara peradilan perkara untuk
tetap steril sehingga dapat bekerja secara profesional dan objektif dalam
menyelesaikan perkara disamping meningkatkan efisiensi biaya bagi pihak yang
berperkara. Dan bagi keduanya, penerapan e-government di lingkungan
Mahkamah Agung juga berpotensi menghindarkandan melindungi kedua belah
pihak dari tindakan penyelengan kewenangan seperti tindak korupsi, penyuapan,
ataupun pemerasan yang mungkin terjadi pada interaksi tatap muka secara
langsung.
Informasi mengenai putusan perkara untuk beberapa putusan dibutuhkan
bukan hanya bagi orang yang berperkara tetapi juga media massa atau lembaga
pemerintah yang lainnya. Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh pihak
Mahkamah Agung, media massa yang diwakilkan oleh wartawan menyebutkan
bahwa untuk beberapa kasus yang bersifat sensitif, wartawan masih sangat sulit
untuk mendapatkan informasinya. Selain itu, lembaga swadaya masyarakat
diwakili oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) menilai dalam mencari
hasil putusan, masih ada beberapa pegawai yang mengkomersilkan hasil putusan.
Berikut kutipan wawancara dengan Ibu Siti Maryam Rodja, S.H selaku peneliti
PSHK:
“Nah kita juga pernah riset tentang implementasi SK 144 di beberapa
daerah. Memang kendalanya adalah disamping ada prakteik-praktik apa-
apa diduitin, jadi mau perlu informasi apa, biaya fotocopynya tidak
rasional. Putusan pun yang harusnya hak dan harus dikasih ke para pihak
ya konteksnya bukan kalangan luar itu saja aturannya kalangan luar
kalau mau dapat itu bisa dengan biaya wajar ccuma fotocopy saja. Tapi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
117
Universitas Indonesia
kenyataannya para pihaknya itu aja dapatnya susah banget. Itu praktik-
praktik tentang implementasi KMA 144 yang kita temui, jadi setelah ada
SK 144 dan ada UU KIP. Di situ kan ada ketentuan pidana tuh kalau
misalnya petugas informasi tidak kasih informasi yang seharusnya
menurut uu bisa diberikan itu ada menakisme keberatan, pokoknya sudah
dikasihlah di UU itu mereka akhirnya bebenah diri, mereka melakukan
penyesuaian, akhirnya keluarlah SK1-144 2010. Itu dengan segala
lampirannya menyesuaikan dengan ini.” (Wawancara dengan Ibu Siti
Maryam Rodja, S.H, 17 Juni 2010)
PSHK sebagai salah satu pengakses menilai, adanya kepentingan-
kepentingan politik dalam penyediaan perangkat dalam pengembangan teknologi
dan informasi di Mahkamah Agung. Kepentingan ini dikatakan oleh Maryam
Rodja, S.H selaku peneliti PSHK dilakukan dalam bentuk tender-tender yang
dimiliki oleh Mahkamah Agung. Berikut kutipan wawancaranya:
“..jadinya politis, soalnya kan kalau pengadaan ini masalah tender kan?
Jadi bakal ada permainan-permainan. Diluar semua itu, aplikasi itu
seharusnya memang dibuat seperti itu yang mampu menunjang cara kerja,
untuk pembuatan kebijakan internal dan pemenuhan hak masyarakat luar
akan informasi” (Wawancara dengan Ibu Siti Maryam Rodja, S.H)
Penyediaan informasi di Mahkamah Agung berdasarkan jumlah pengunjung
website-nya pada Januari-Juni 2011 sebanyak 356.477 pengunjung. Pengakses
berasal dari beberapa negara selain Indonesia. Berikut 5 (lima) urutan negara
dengan pengakses terbanyak.
Tabel 5.3
Jumlah Pengunjung Website Mahkamah Agung RI dari Berbagai Negara
Negara Pengunjung Durasi
Indonesia 343.484 01:36
Singapura 1.321 01:55
Amerika
Serikat
469 01:58
Kanada 468 01:09
Australia 224 01:21
Sumber: Google Analytical
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
118
Universitas Indonesia
Berdasarkan jumlah pengunjung tersebut, tercatat 483.451 pageviews.
Jumlah ini kemudian dirinci ke dalam beberapa konten yang diakses oleh
masyarakat. Berikut adalah top content yang banyak diakses oleh pengunjung
website:
Tabel 5.3
Jumlah Pageviews Top Content Website Mahkamah Agung RI
Jenis Pages Pageviews
/ (Halaman Utama Website) 408.930
/index.asp 56.563
/index.asp?month=5&year=2011 1.277
/index.asp?month=2&year=2011 1.116
/figur/index.asp 997
Sumber: Google Analytical
Bhatnagar menyebutkan dalam mengukur pencapaian transparansi dalam
bentuk pelaksanaan e-government yang dikaitkan dengan tujuan reformasi dapat
dilihat dari warga dapat mengakses dan memahami peraturan pemerintah dan
prosedur untuk memperoleh layanan. Warga dalam kaitannya dengan hal ini
adalah masyarakat Indonesia yang termasuk ke dalam wartawan, masyarakat, dan
juga LSM. Bagi masyarakat ada beberapa informasi seperti info perkara dengan
prosedur-prosedur yang ditampilkan dalam website.
Berbeda dengan masyarakat, bagi wartawan keterbukaan informasi belum
tercermin dari informasi yang ada di dalam website. Menurut salah satu wartawan
Liputan 6 SCTV menyatakan bahwa untuk beberapa putusan yang terkait dengan
berita besar masih sulit didapatkan. Berikut kutipan wawancara dengan Subqi
Abdul Qodir, wartawan liputan 6 SCTV:
“belum cukup memenuhi informasi tentang transparansi …menurut saya
transparansi itu sendiri adanya suatu keterbukaan, tidak ada batasan atau
ruang antara mahkamah agung sebagai suatu lembaga penyedia informasi
seputar ma dengan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan. menurut
saya data yanga ada dalam situs portal ma ri masih memiliki beberapa
kekurangan dalam hal keterbukaan terhadap suatu permasalahan atau kasus
yang sedang dalam masa pengajuan, persidangan maupun yang akan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
119
Universitas Indonesia
memasuki masa putusan.” (Wawancara dengan Subqi Abdul Qodir, 18
Nopember 2011)
Pendapat lain datang dari wartawan Antara, Muhammad Zaky yang
menyebutkan bahwa kelengkapan informasi mengenai kelembagaan telah
tersedia. Namun Muhammad Zaky mengemukakan adanya ketidakkinian berita
yang ada di website. Menurutnya, keterbukaaann informasi tidak hanya dapat
ditunjukkan dengan cukup disediakannya informasi kelembagaan mengenai
Mahkamah Agung, karena informasi kelembagaan bersifat tahan lama dan tidak
memiliki perubahan dalam jangka waktu yang relatif lama. Akan tetapi
Muhammad Zaky menggarisbawahi masalah keterkinian informasi dan data lain
yang mungkin dibutuhkan terkait agenda kegiatan, jadwal persidangan perkara
penting ataupun berita dan informasi yang menurutnya tidak diperbarui dengan
baik.
Jenis perkara yang diproses di Mahkamah Agung merupakan beragam
perkara tingkat kasasi dari beragam lingkungan peradilan seperti Badan Peradilan
Umum, Badan Peradilan Agama, dan juga Peradilan Militer dan Tata Usaha
Negara. Melihat dari tingkat peradilan perkara, dapat dilihat bahwa Mahkamah
Agung memang berada di posisi yang sangat sensitif. Hal ini dikarenakan pada
umumnya pihak yang ingin mencari tahu keberlanjutan perkara di tingkat kasasi
tidak hanya pihak yang berpekara saja, akan tetapi juga masyarakat luas.
Tingginya nilai berita dan nilai ketertarikan terhadap penyelasaian perkara
di Mahkamah Agung secara tidak langsung menuntut pihak Mahkamah Agung
untuk menyediakan sarana yang mempermudah akses masyarakat terhadap
perkembangan perkara, seperti yang disampaikan oleh Kabag Hukum dan Humas
Mahkamah Agung:
“Kita tahu kalau perkara di tingkat kasasi itu memang cenderung menarik
perhatian orang banyak itu ya,, nggak hanya yang memang lagi
berperkara itu, tapi juga kan pihak-pihak lain yang entah mau monitoring
atau mau mempelajari kasus seperti para akademisi kampus itu...makanya
kita siapkan itu di putusan sama SIAP kita, biar semua gampang lihat...”
(Wawancara dengan Pak Edi S., 13 Juni 2011)
Berdasarkan pada pernyataan tersebut, memang ditemukan secara
langsung di www.mahkamahagung.go.id, adanya aplikasi Sistem Informasi
Administrasi Perkara (SIAP) dan aplikasi putusan.net yang terhubung secara
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
120
Universitas Indonesia
terintegrasi dengan web utama. Hal ini dimaksudkan agar kelanjutan akan
penyelesaian perkara dapat di-monitoring dan diawasi dengan baik oleh pihak
yang berperkara atau pihak lain yang ingin mengetahui keberlanjutan
penyelesaian suatu perkara di Mahkamah Agung.
5.3.2 Mekanisme yang Memfasilitasi Pertanyaan-Pertanyaan Publik Tentang
Berbagai Kebijakan Dan Pelayanan Publik, Maupun Proses-Proses Didalam
Sektor Publik
Berdasarkan prinsip transparansi, indikator selanjutnya dalam melihat
transparansi dalam bentuk pelayanan e-government adalah adanya suatu
mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai
kebijakan dan pelayanan publik maupun proses di dalam sektor publik. Bentuk
pelayanan e-government di Mahkamah Agung berupa website
www.mahkamahagung.go.id dapat memberikan informasi mengenai kebijakan
publik berupa peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung:
Sumber:
Gambar 5.15 Tampilan Informasi Kebijakan-Kebijakan Publik yang
Dikeluarkan Mahkamah Agung RI
Berdasarkan gambar 4.15, penyediaan informasi mengenai kebijakan
publik yang dibuat oleh Mahkamah Agung dimuat dalam menu Peraturan
Perundangan. Menu ini langsung terhubung dengan pencarian peraturan yang
dibutuhkan. Jenis-jenis informasi yang bisa diakses dibagi menjadi beberapa jenis
antara lain:
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
121
Universitas Indonesia
Surat Edaran
Peraturan
Surat Keputusan
Fatwa
Undang-undang MA
Yurisprudensi
KUHAP
Instruksi Presiden (INPRES)
Keputusan Presiden (KEPPRES)
Peraturan Presiden (PERPRES)
Peraturan Pemerintah (PP)
Undang-undang
Selain adanya keterbukaan mengenai kebijakan publik, pelayanan
informasi yang disediakan dalam website juga digunakan publikasi dalam
peningkatan citra organisasi Mahkamah Agung. Citra ataupun image bagi suatu
institusi atau lembaga digambarkan sebagai segala pergerakan baik prestasi
ataupun kegiatan, sikap, pandangan dan informasi yang ditimbulkan dari suatu
institusi serta berita ataupun kabar yang dibangun oleh masyarakat mengenai
suatu lembaga ataupun institusi tersebut. Untuk itu, penilaian sehat atau tidaknya
maupun baik atau tidaknya keadaaan suatu institusi atau lembaga juga dapat
dilihat dari baik atau tidaknya citra atau image dari lembaga atau institusi tersebut.
Dalam kaitannya dengan good governance, citra yang baik
merepresentasikan tingkat akuntabilitas yang baik pula. Hal ini penting,
mengingat tingginya tingkat akuntabilitas dari suatu lembaga atau institusi
pemerintahan menunjukkan adanya tata kelola yang baik. Salah satu cara bagi
suatu lembaga pemerintahan untuk menunjukkan citra positifnya kepada
masyarakat sebagai publiknya adalah dengan melakukan aktifits komunikasi dan
publikasi yang baik kepada masyarakat. Proses ini dapat menggunakan beragam
media yang disesuaikan dengan karakteristik dan daya jangkau dari publik
lembaga tersebut. Salah satunya adalah media internet dalam bentuk website
resmi lembaga sebagai salah satu bentuk sarana e-government.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
122
Universitas Indonesia
Hal ini menjadi kian menjadi perhatian lembaga-lembaga pemerintahan,
termasuk Mahkamah Agung, sesuai dengan pernyataan Kabag Hukum dan Humas
Mahkamah Agung RI:
“Iya... secara kehumasan MA memang menjadikan website itu ya..
sebagai salah satu cara memperkenalkan MA sebagai institusi
pemerintahan yang akuntabel gitu ya.. terutama bagi mereka yang belum
tahu persis MA itu apa dan bagaimana..” (Wawancara dengan Pak Edi, 13
Juni 2011)
Selain itu, ditambahkannya pula bahwa website dianggap sebagai salah
satu media yang dirasa mampu menjangkau dengan jangkauan masyarakat yang
lebih luas dengan rentang waktu yang cenderung lebih leluasa. Hal ini
dikarenakan, meskipun sebagai lembaga peradilan tertinggi, publik dari
Mahkamah Agung bukan hanya mereka yang berperkara di tingkat kasasi saja,
namun pada cakupan yang lebih luas seperti masyarakat awam, pelajar, ataupun
kalangan akademisi dan juga pers atau media.
“nah, kami juga sadar kalau publiknya MA itu kan dek ya, bukan cuma
orang yang berperkara saja, tapi juga masyarakat umum, bisa wartawan,
dosen dan mahasiswa seperti adek ini juga. Pokoknya pihak-pihak yng
berkepentingan dengan informasi di MA ini..” (Wawancara dengan Pak
Edi, 13 Juni 2011 )
Melihat pada kenyataan ini, maka Mahkamah Agung berusaha semaksimal
mungkin untuk memaksimal penggunaan website www.mahkamahagung.go.id
untuk memberikan pelayanan informasi yang selengkap mungkin guna
mempermudah masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan informasi serta
pembangunan citra positif Mahkamah Agung di masyarakat.
Bhatnagar dalam bukunya Unlocking E-government Potential (2009:50),
dalam rangka meningkatkan transparansi melalui penggunaan e-government dapat
dicapai dengan sasaran yaitu warga dapat mengakses keputusan pegawai negeri
sipil. Penggunaan alat ukur ini dalam website Mahkamah Agung sudah
dibuktikan dengan adanya layanan informasi tentang berbagai macam kebijakan
yang tertuang dalam beberapa jenis peraturan yang telah disebutkan diatas.
Ketersediaan peraturan yang mengatur penyediaan informasi di Mahkamah
Agung disampaikan oleh Kabag Hukum dan Humas MA,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
123
Universitas Indonesia
“Di kita (MA) peraturan yang mengatur transparansi dan keterbukaan
informasi di MA itu rujukannya SK KMA 1-144 dan UU KIP, jadi jelas
pelaksanaannya,,”(Wawancara dengan Pak Edi, 13 Juni 2011 )
Berdasarkan pendapat tersebut, ditunjukkan bahwa Mahkamah Agung RI
telah memastikan ketersediaan aturan yang secara jelas mengatur mengenai
transparansi dan keterbukaan informasi publik berupa UU KIP No.14 Tahun 2008
dan SK 1-144/KM/SK/1/2011 yang merupakan penyempurnaan dari SK KMA
144/KMA/SK/VIII/2007.
5.3.3 Mekanisme yang Memfasilitasi Pelaporan Maupun Penyebaran
Informasi Mengenai Tindak Penyimpangan Aparat Publik Didalam
Kegiatan Melayani
Indikator terakhir untuk menjelaskan apakah terdapat transparansi dalam
pelaksanaan e-government melalui website www.mahkamahagung.go.id adalah
dengan menjelaskan apakah ada mekanisme yang memfasilitasi pelaporan
maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik
didalam kegiatan melayani. Berdasarkan SK N0 1-144/KMA/SK/1/2011
dijelaskan adanya informasi yang harus disediakan secara berkala oleh Mahkamah
Agung. Salah satunya adalah informasi mengenai pengaduan dan pendisiplinan.
Informasi ini terdiri dari beberapa jenis informasi yang bisa dijadikan masyarakat
sebagai alat monitoring sebagai berikut:
1. Jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan
pengawas atau yang dilaporkan oleh masyarakat serta tindak lanjutnya.
2. Langkah yang tengah dilakukan Pengadilan dalam pemeriksaan dugaan
pelanggaran yang dilakukan Hakim atau Pegawai yang telah diketahui
publik (sudah dimuat dalam media cetak atau elektronik).
3. Jumlah Hakim atau Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin beserta jenis
pelanggaran dan jenis hukuman disiplin yang dijatuhkan.
4. Inisial nama dan unit/satuan kerja Hakim atau Pegawai yang dijatuhi
hukuman disiplin, jenis pelanggaran dan bentuk hukuman disiplin yang
dijatuhkan.
5. Putusan Majelis Kehormatan Hakim.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
124
Universitas Indonesia
Salah satu hal yang diharapkan dari good governance adalah adanya sikap
responsif dari lembaga atau institusi pemerintahan mengenai pengaduan ataupun
keluhan yang datang dari masyarakat yang dapat bersifat kontrol dalam
pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Dan tindak lanjut dari pengaduan dan
keluhan tersebut hendaknya ditanggapi dengan serius dan menjunjung tinggi
keadilan serta bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan ataupun pembuatan
kebijakan publik yang lebih baik. Hal ini ditekankan oleh Peneliti Pusat Hukum
dan Kebijakan Indonesia, Ibu Maryam yang menyatakan bahwa:
“Masyarakat itu berhak lho untuk mendapatkan informasi yang jelas,
termasuk melakukan pengaduan dan keluhan, dan institusi pemerintahan
wajib menanggapinya. Apalagi diperkuat dengan adanya Komisi
Informasi dan Bawas (Badan Pengawas) yang menjamin itu semua...”
(Wawancara dengan Ibu Siti Maryam, 17 Juni 2011)
Berpijak pada hal itu, maka seluruh lembaga pemerintahan tak terkecuali
Mahkamah Agung juga diwajibkan untuk bersikap responsif dan tanggap akan
pengaduan dan keluhan yang ada. Sikap Mahkamah Agung ini disampaikan oleh
Kabag Hukum dan Humas Mahkamah Agung:
“Kita memang concern ya.. sama itu apa namanya, pengaduan dan
keluhan. Kita coba untuk tanggapi dan selesaikan. Apalagi masyarakat
sama media itu kan kritis-kritis sekali ya sama MA, jadi memang harus
ditangani dengan baik, namanya juga publik kita kan ya..” (Wawancara
dengan Pak Edi S., 13 Juni 2011)
Pada praktiknya, pihak MA juga mengupayakan adanya penerapan e-
government dalam bentuk aplikasi pengajuan keluhan dan pengaduan yang
disediakan di website yang terhubung langsung dengan database pengaduan dan
keluhan yang ditangani oleh Badan Pengawas, seperti yang disampaikan oleh
Kabag Pemeliharaan Sistem informasi Mahkamah Agung:
“Kalau pengaduan itu juga bisa adek lihat ya ini kita ada aplikasi
pengaduan, nah.. itu nantinya kan ya dihimpun dulu datanya sama Bawas,
kita pelajari dulu, karna kan ada asas praduga tak bersalah, tapi tetap
kita tindak lanjuti, dan kerahasiaan dijaga disini..” (Wawancara dengan
Pak Joko Upoyo, 10 Juni 2011)
Ketersediaan aplikasi pengajuan keluhan dan pengaduan di website
Mahkamah Agung merupakan salah satu hal positif yang diharapkan dapat
memfasilitasi masyarakat dalam menyampaikan keluhan ataupun pengaduannya.
Hal ini sesuai dengan prinsip partisipasi masyarakat yang menunjang
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
125
Universitas Indonesia
terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik. Seperti pendapat yang
disampaikan oleh Analis Media:
“Adanya aplikasi pengaduan dan keluhan di websitenya MA itu bagus,
memang sudah saatnya pemerintah peduli dan kasih fasilitas buat
masyarakat berkeluh kesah soal pelayanan dan kinerja mereka”
(Wawancara dengan Kartika Putri, 20 Juni 2011)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan e-government melalui
penggunaan website Mahkamah Agung dapat membantu masyarakat dalam
melayangkan keluhan ataupun pengaduan terkait kinerja Mahkamah Agung. Dan
dengan mekanisme elektronik yang dipegang secara terintegrasi dengan Badan
Pengawas memastikan masyarakat yang mengajukan pengaduan dan keluhan akan
terhindar dari tindakan intimidasi yang mungkin dapat terjadi.
5.4 Kendala
Dalam pelaksanaan keterbukaan informasi publik dan transparansi yang
berbasis belum maksimal. Hal ini dekemukakan oleh Kepala Laboratorium E-
Government Fasilkom UI,
“tapi kalau menurut saya itu bukan lembaga yang paling baik ya
Mahkamah Agung,,, dan kita itu kan di Kementerian Kemeninfo itu karena
saya terlibat di dalam proyek penelitian itu kan, saya selalu melakukan
pemeringakatan seberapa baik penerapan Egov di masing-masing
Kementerian. Mungkin Mahkamah Agung itu belum termasuk kelompok
yang baik”(Wawancara dengan Bapak Dana Indra, 10 Juni 2011)
Berdasarkan pendapat tersebut, pemanfaatan teknologi informasi atau e-
government dalam bentuk website, ternyata masih dirasa belum dilakukan secara
maksimal oleh Mahkamah Agung, peneliti menemukan beberapa kendala yang
menjadi hambatan bagi penyelenggaraan penerapan e-government tersebut.
Hambatan-hambatan yang menjadi kendala tersebut datang baik dari internal
maupun eksternal Mahkamah Agung, seperti:
5.4.1 Masalah Kelembagaan dalam Operasionalisasi
Masalah kelembagaan yang terdapat dalam suatu institusi dan lembaga
pemerintah dapat menjadi kendala bagi terlaksananya kegiatan operasional secara
maksimal dan memuaskan. Hal ini dapat mengakibtkan adanya ketidak efektifan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
126
Universitas Indonesia
dan efiseiensi birokrasi yang cenderung besar. Masalah ini juga terjadi di
lingkungan Mahkamah Agung yang memiliki masalah kelembagaan dengan
lembaga-lemabaga peradilan dibawahnya seperti Badan Peradilan Agama yang
semula berada di bawah Kementria Agama (dahulu Departemen Agama) dan
Peradilan Umum yang semula berada di bawah Departemen Kehakiman.
Penyatuan atap pada bidang peradilan ke Mahkamah Agung tersebut berdampak
pada kesulitan dalam proses penyatuan data yang berbeda dalam bentuk format
penyediannyaa. Terlebih pada Badan Peradilan Agama (badilag) yang ternyata
telah lebih dulu mengembangkan mekanisme e-government sebelum Mahkamah
Agung.
Kendala ini disampaikan oleh salah satu Staff Dokumentasi Informasi dan
Statistik Badilag,
“Kita terkendala di sistem rely-on sama Mahkamah Agungnya karna data
yang kita punya itu beda format mas, dan itu sudah terlanjur banyak
karna kita kan lebih dulu online, jadinya ada gap kayak
gini..”(Wawancara dengan Staff Badilag,20 Mei 2011 )
Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti juga mengaitkan dengan hasil
evaluasi yang telah dilakukan oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia,
Ibu Maryam, yang mengemukakan bahwa,
“ Masalah kelembagaan ini berpangkal pada transisi penyatuan satu atap
yang belum berjalan secara sempurna. Jadinya, ada tumpang tindih
dalam pengelolaan aplikasi e-government, itu Mahkamah Agung jadinya
jalan sendiri bidang peradilan sendiri”(Wawancara dengan Ibu Siti
Maryam, 17 Juni 2011)
Melihat pada permasalah ini, terlihat bahwa masalah kelembagaan yang
terjadi di lingkungan Mahkamah Agung dan bidang peradilan dibawahnya
menjadi hambatan yang cukup menganggu dalam usaha pelayanan informasi yang
baik. Ketidakjelasan kewenangan berakibat pada ketidaksinambungan kebijakan
penentuan format informasi yang mengkibatkan data yang tidak terhubung dengan
baik dan aktifitas pengolahan dan publikasi data yang tumpang tindih. Hal ini
tentu membuat kegiatan penyampaian informasi publik dan tranparansi menjadi
tidak efisien.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
127
Universitas Indonesia
5.4.2 Format Website yang Belum User Friendly
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan website adalah membuat format yang sesuai dengan jangkauan target
audience dari website tersebut. Hal ini dikarenakan format yang ringan dan user
friendly akan mempermudah pengunjung website untuk mendapatkan informasi
yang mereka cari secara cepat dan akurat. Namun pada kenyataannya hal ini
belum banyak diperhatikan dan dipraktikn oleh lembaga dan instansi pemerintah,
seperti yang sampaikan oleh Kepala Laboratorium E-Government Fasilkom UI,
“aspek navigasinya juga harus dipikirkan juga. Jadi bagaimana orang
bisa tahu bagaimana pilihan mereka di sana... kalau nanti di delete
bagaimana misalnya simbolnya. Itu kan aspek-aspek yang harusnya
mudah dipelajarin, makanya harus user friendly gitulah..”(Wawancara
dengan Bapak Dana Indra, 10 Juni 2011 )
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa kemudahan
website untuk dipelajari dan dioperasikan oleh pengunjung dapat meningkatkan
kualitas penyampaian informasi yang terdapat dalm website kepada publik.
Namun pada praktiknya di Mahkamah Agung, masih terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa website Mahkamah Agung masih cukup sulit ditelusuri,
seperti yang disampaikan oleh reporter dan news gather program berita Liputan 6
SCTV,
“website MA itu sama kayak website pemerintahan lainnya, masih kaku
dan berat, jadi kalau koneksinya low, susah dibuka,,, selain itu nggak ada
mobile versionnya, padahal kita kan butuh yang mobile
access..”(Wawancara dengan Subqi Abdul Qadir,18 Nopember 2011)
Berdasarkan pada pendapat tersebut, memang pada praktiknya website
yang www.mahkamahagung.go.id ini memerlukan koneksi yang cukup stabil
untuk membuka seluruh aplikasi dan fitur secara sempurna. Dan kondisi tersebut
dapat menjadi kendala yang berarti bagi para pencari berita yang dituntut untuk
mendapatkan informasi primer mengenai Mahkamah agung secara cepat.
5.4.3 Akurasi Data dan Informasi
Secara umum suatu informasi dan data dapat dipercaya apabila memenuhi
unsur keakuratan, baik dari segi kebenaran dan kelengkapan unsur informasi
beserta berdasarkan tenggat waktu terbaru. Informasi yang memenuhi segi akurasi
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
128
Universitas Indonesia
kenenaran adalah yang informasi yang memenuhi pakem primer adanya apa
(what), dimana (where), siapa (who), kapan (when), mengapa (why) dan bagimana
(how) dan berkorelasi dengan fakta. Meskipun informasi yang diberikan kepada
publik harus memperhatikan citra dari suatu lembaga atau institusi, namun
diharapkan tidak menurunkan kualitas kebenaran dari berita tersebut. Selain segi
kebenarannya, update dari informasi tersebut juga harus diperhatikan oleh
pengelola dan penyedia informasi di website. Hal ini penting karena informasi
yang tidak sesuai dengan kejadian terbaru atau tidak update cenderung dapat
menyesatkan dan menimbulkan permasalahan. Terutama apabila informasi
tersebut termasuk berita atau informasi resmi yang biasa dijadikan sumber primer
bagi awak media.
Mahkamah Agung melalui websitenya yang menyediakan beragam
informasi yang ditujukan untuk publik, juga mencoba menjadikan websitenya
sebagai sumber informasi yang resmi dan akurat mengenai kegiatan Mahkamah
Agung. Hal ini disampaikan oleh Kabag Hukum dan Humas MA,
“Kita sediakan itu informasi rutinnya MA yang selalu kita perbarui secara
rutin, biar dari siu biar nggak ada pelintiran berita keluar,,”(Wawancara
dengan Pak Edi, 13 Juni 2011 )
Namun pada praktiknya di lapangan, terdapat komentar ketidakpuasan
mengenai akurasi data dan informasi yang terdapat dalam berita yang di-release
oleh Mahkamah Agung, seperti yang dikemukakan oleh wartawan hard news
Kantor Berita Antara,
“berita yang dipublish di web MA tuh jarang yang bisa dijadiin primer
source, time and news worthy-nya rendah banget, udah leading malah...
kesannya kayak PR writing bukan data...riskan banget kalau mau di
rewrite”(Wawancara dengan Muhammad Zaky, 18 Oktober 2011 )
Berdasarkan pendapat tersebut terlihat bahwa dalam hal penyajian berita
yang ditujukan untuk masyarakat luas, Mahkamah Agung melalui websitenya
belum dapat memberikan kualitas berita sampai pada tingkat yang cukup
memadai.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
129
Universitas Indonesia
5.4.4 Keterbatasan Sumber Daya Manusia
Tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu sistem atau program pada
dasarnya tidak hanya ditentukan oleh kesempurnaan sistematika program atau
sistem tersebut, akan tetapi juga pada kualitas Sumber Daya Manusia yang
bertindak sebagai operatornya. Sumber Daya Manusia yang tidak tersedia dengan
baik dalm segi kualitas dan kuantitas dapat menjadi masalah dalam pelaksanaan
atau operasionalisasi suatu program yang menjadikan program tersebut tidak
berjalan dengan maksimal dan tidak mampu memberikan kepuasaan kepada target
program tersebut. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kepala Laboratorium E-
Government Fasilkom UI,
“salah satu permasalahan di Egov adalah kurangnya SDM (Sumber Daya
Manusia). ... jika mereka tidak mempunyai cukup orang untuk mengelola
Sitem Informasi, akan memberatkan organsasi itu sendiri..”(Wawancara
dengan Bapak Dana Indra, 10 Juni 2011)
Dalam praktiknya di Mahkamah Agung ternyata juga terjadi hal yang
sama. Kualitas Sumber Daya Manusia di lingkungan Mahkamah Agung dalam hal
pengetahuan dan penguasaan tekonolgi informasi ternyata masih kurang. Seperti
diakui oleh Kabag Pemeliharan Sistem Informasi MA,
“Kalau dari bagian IT sudah pasti semuanya menguasai teknologi, tapi
yang jadi masalah adalah itu ya... para penyuplai informasi kayak para
hakim agung yang udah sepuh dan senior, susah bikin melek
teknologinya... padahal kan sumbernya dari mereka..”(Wawancara
dengan,Pak Joko Upoyo, 10 Juni 2011 )
Selain permasalahan pada operasionalisasi program operator, terdapat juga
masalah maintenance terhadap program-program dan aplikasi tekonologi yang
jalankan oleh Mahkaman Agung. Keadaan ini terkait dengan bantuan-bantuan dari
negara-negara lain yang selama ini menjadi donor bagi Mahkamah Agung dalam
hal pengadan dan operasionalisasi program. Hal ini dikarenakan spesifikasi
bantuan yang biasanya disesuaikan hanya dengan pihak pemberi donor. Sehingga
hanya teknisi dan operator daro para pendonorlh yang mampu melakukan
maintenance program dan sarana secar baik dan maksimal. Kendala ini
dikemukakan oleh pihak eksternal Mahkamah Agung, yakni peneliti dari PSHK
Indonesia yang mengatakan bahwa,
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
130
Universitas Indonesia
“Ini yang sebaiknya menjadi catatan di Mahkamah Agung. Begitu selesai
program, begitu donornya cabut dan dilanjutkan dengan dana-dana
mandiri, sebaiknya itu alat-alat yang dipakai itu jangan yang
perawatannya mahal atau kalau rusak sparepartnya susah dan harus
mendatangkan teknisi dari luar, itu jadi kendala”(Wawancara dengan Ibu
Siti Maryam,17 Juni 2011)
Berdasarkan keterangan yang didapatkan, diketahui bahwa masih terdapat
Sumber Daya Manusia di lingkungan internal Mahkamah Agung yang belum
menguasai penggunaan teknologi informasi secara memadai. Hal ini berakibat
pada tidak maksimalnya operasionalisasi penerapan e-government di Mahkamh
Agung.
5.4.5 Perencanaan Anggaran yang Belum Maksimal
Suatu kebijakaan dan keputusan yang diambil oleh suatu lembaga atau
institusi baik dalam bentuk program ataupun sistem tidak akan dapat berjalan
tanpa didukung oleh ketersediaan anggaran yang memadai. Karena disetiap
kegiatn sudah tentu memiliki besaran biaya operasional yang harus dipenuhi,
terutama mengenai pelaksanaan e-government. Penggunaan sarana teknologi
informasi pada penerapan e-government bagi suatu lembaga ataupun instansi
sudah dapat dipastiakan akan memakan biaya yang tidak sedikit. Hal ini terkait
erat dengan pengadaan sarana dan prasarana dan infrastruktur yang diperlukan
untuk menjalankan program e-government ditambah biaya personel yang
ditugaskan untuk bertindak sebagai operator program.
Pada umumnya besaran dana yang dikucurkan untuk suatu program di
instansi atau lembaga pemerintahan terkait erat pula dengan perencanaan
anggaran. Hal ini penting mengingat sebagai lembaga atau institusi pemerintahan
tidak dapat serta merta mencairkan ataupun menggunakan dana tanpa perencanaan
mata anggaran yang jelas. Dan untuk mengatasinya lembaga-lembaga tersebut
dapat mengunakan bantuan donor atau menggunakan dana pengadaan internal.
Hal ini disampaikan oleh Kabag Pemeliharaan Sistem Informasi MA,
“Kita sih memaksimalkan penggunaan dana yang ada. Jadi MA adanya
berapa, ya... kita coba dapatkan semaksimal mungkin dari dana yang ada
dan sejauh ini sudah mencukupi...”(Wawancara dengan Pak Edi, 13 Juni
2011 )
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
131
Universitas Indonesia
Namun pada dasarnya, selain alokasi dana APBN yang diberikan secara
terbatas, keterbatasan anggaran yang diterima suatu lembaga atau instansi
pemerintah juga dapat dikarenakan perencanaan anggaran yang tidak tepat. Dan
hal ini juga turut terjadi di Mahkamah Agung, sesuai dengan keterangan yang
disampaikan oleh peneliti PSHK Indonesia,
“Jadi ada juga tuh.. masalah perencanaan anggran, Departemen
Keuangan kan tidak bisa sembarangan mengucurkan dana kalau mata
anggarannya tidak ada. Jadi MA dalam membuat perencanaan anggran
itu tidak detail; jadi misalnya bila ditengah-tengah butuh aplikasi segala
macem tapi mata anggarannya tidak ada kan tidak bisa dicairkan.
Makanya pagu anggaran yang besar penyerapannya Cuma 50-60 persen
itukan banyak sisanya. Kan sayang banget,kalau perencanaannnya sudah
bagus begitu realisasinya sesuai itukan jadinya sehat”(Wawancara
dengan Ibu Siti Maryam, 17 Juni 2011)
Perencanaan anggaran yang kurang baik dalam hal pengadaan dan
prasaranan disertai penyerapan anggran yang kurang optimal menjadi kendala
bagi Mahkamah Agung terutama untuk mengajukan anggaran pada periode
selanjutnya. Selain itu, perencanaan yang kurang matang menyebabkan
keinginan-keinginan pihak internl untuk mengembangkan sisten e-government di
Mahkamah Agung juga menjadi terhambat.
5.4.6 Kurangnya Pengetahuan dan keprcayaan Masyarakat
Untuk mendukung optimalisasi dari penerapan suatu kebijakan ataupun
pengadaan suatu layanan bagi masyarakat, sudah tentu membutuhkan proses
sosialisasi yang baik. Masyarakat perlu tahu secara jelas dan rinci mengenai suatu
kebijakan ataupun pelayanan bpublik yang disediakan untuk mereka. Hal ini
penting untuk menjelaskan kepada masyarakat perihal persyaratan untuk
mendapatkannya, mekanisme pelaksanaannya serta informsi biaya ataupun
dampak untung rugi dari program tersebut untuk mereka. Dengan proses
sosialisasi yang baik, diharapkan dapat menghindarkan ketidakpuasan masyarakat
yang diakibatkan oleh kesalahpahaman antara harapan dan kenyataan mengenai
pelayanan publik tersebut.
Terkait dengan penggunaan website Mahkamah Agung sebagai bentuk
penerapan e-government, ternyata terdapat juga kendala yang berasl pihak luar
Mahlkamah Agung, yakni kurangya pengetahuan dan kepercayaan masyarakat
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
132
Universitas Indonesia
terhadap layanan tersebut. Kedaan ini juga dikemukakan oleh Kabag Hukum dan
Humas Mahkamah Agung,
“Masalahnya, masyarakat itu masih belum banyak juga yang tahu soal
layanan ini, padahal kita sudah instruksikan di level pengadilan di daerah
untuk kasih tahu ke masyarakat disana”(Wawancara dengan Pak Edi,13
Juni 2011 )
Ketidak tahuan masyarakat akan layanan informasi di Mahkamah Agung
ternyata juga didasari oleh pandangan masyarakat itu sendiri. Masyarakat masih
belum merasa puas apabila belum secara langsung datang ke Mahkamah Agung
dan bertemu denga staf yang ada disana. Hal ini berdampak pada jumlah
kunjungan meja informasi yang jumlahnya tidak berkurang secara signifikan.
Keadaan ini juga turut di kemukakan oleh Kabag Pemeliharaan Sistem Informasi
Mahkamah Agung,
“Pandangan masyarakat yang masih belum lega kalau belum datang
kesini itu yang jadi masalah, meskipun kita sediakan meja informasi,
tapikan lebih efisien kalau mereka akses lewat web saja, nggak perlu jauh-
jauh kesini” (Wawancara dengan Pak Joko Upoyo,10 Juni 2011 )
Berdasarkan keadaan tersebut, ditemukan pula bahwa penggunaan website
sebagai bentuk penerapan e-government di Mahkamah Agung juga mendapat
kendala dapi pihak luar. Pengetahuan masyarakat yang kurang akan keberadaan
dan fungsi dari layanan ini yang akhirnya juga mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap layanan ini.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
133
Universitas Indonesia
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari penelitian di lapangan, dapat diketahui bahwa Penerapan E-
Government di Mahkamah Agung RI melalui portal www.mahkamahgung.go.id
telah dilaksanakan sejak tahun 2007 hingga saat ini. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penerapan portal Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan
keterbukaan informasi publik belum dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan
dari segi bentuk praktik relasi e-governmentnya belum berjalan dengan baik
seperti pada hubungan interaksi Government to Citizen yang menunjukkan adanya
kesulitan masyarakat terutama wartawan dalam mengakses informasi putusan
kasus tertentu serta pada interaksi relasi Government to Bussiness yang masih
menggunakan cara manual untuk proses pendaftaran pelelangan. Sedangkan dari
segi peningkatan transparansi, masih terdapat kekurangan mengenai
ketidakjelasan tindak lanjut penanganan keluhan dan pengaduan, masalah
keterkinian(tidak up-to-datenya) berita atau informasi serta sulitnya mengakses
beberapa perkara tertentu. Pada praktiknya masih terdapat pula beragam
kekurangan dan kendala seperti, masalah kelembagaan dalam operasionalisasi,
format website yang belum user friendly, akurasi data dan informasi, keterbatasan
sumber daya manusia, perencanaan anggaran yang belum maksimal serta
kurangnya pengetahuan dan kepercayaan masyarakat yang membuat pelayanan e-
goverment dalam mewujudkan keterbukaan informsi publik di Mahkamah Agung
menjadi belum baik.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan sejumlah saran yang
sebaiknya dilakukan oleh pihak Mahkamah Agung guna meningkatkan penerapan
e-goverment dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik sebagai bentuk
layanannya, yaitu:
1. Perlu adanya kesadaran akan pentingnya peranan e-government dalam
bentuk website dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik di
Mahlamah Agung oleh pihak pimpinan. Kesadaran dapat ditunjukkan
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
134
Universitas Indonesia
dengan adanya tindak nyata pelaksanaan SK 1-144/KMA/SK/1/2011 dan
UU KIP No 14 Tahun 2008 oleh pihak terkait secara profesional baik dari
segi penyediaan informasi maupun penerimaan dan tindak lannjut
penanganan keluhan dan pengaduan. Sistem real punishment dapat
menjadi alternatif pilihan kebijakan.
2. Mahkamah Agung perlu melakukan pembenahan kewenangan
kelembagaan secara lebih jelas dan teratur. Tumpang tindih kewengangan
antara Mahkamah Agung dan bidang peradilan dibawahnya, terutama
Badan Peradilan Agama, menimbulkan kinerja penanganan dan
pengolahan informasi yang tidak efektif dan efisien. Sebaiknya sistem
pengumpulan dan pengolahan data atapun statistik, ditangani di tingkat
bidang peradilan sebagai pihak yang berkenaan langsung dengan
pengadilan, untuk selanjutnya ditabulasi dan dipublikasikan di tingkat
Mahkamah Agung secara terintegerasi sebagai kesatuan data yang
terhubung dan menggunakan bahasa atau format program yang sama.
3. Mahkamah Agung sebaiknya memulai untuk membuat perencanaan yang
matang dan proporsional. Baik dari segi gambaran website yang ideal,
meliputi bentuk dan formatnya yang menarik dan mudah diakses, terutama
dalam kondisi jaringan internet yang lemah, serta penyediaan format
mobile version. Menggunakan tenaga ahli atau konsultan IT yang
berkompeten juga patut untuk dipertimbangakan guna mempercepat proses
tersebut. Selain itu, isi dari berita dan informasi yang disediakan juga
harus diperhatikan tingkat kelengkapan dan akurasinya guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada website Mahkamah Agung
sebagai sumber informasi yang terpercaya.
4. Setelah menemukan konsep bentuk ideal yang ideal, Mahkamah Agung
sebaiknya mulai meembuat perencanaan anggaran yang memadai guna
merealisasikan perencanaan tersebut. Perencanaan yang memadai meliputi
pengadaan sarana dan prasarana, biaya operator, operasional dan
pemeliharaan. Besaran anggaran disesuaikan dengan satuan harga yang
berlaku dan diperhatikan rentang waktu penyerapan anggarannya.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
135
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustino, Leo. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabeta. 2006
Asian Development Bank, Governance : Sound Development Management. 1999
Bhatnagar, Subhash. Unlocking E-Government Potential Concepts, Cases and
Practical Insight. New Delhi: SAGE Publications India Pvt.Ltd. 2009
Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002
Creswell, Jhon. W. Research Design: Qualitative & Quantitative Approach.
California: SAGE Publication. 1994
Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I, II dan
Pengembangannya. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. 1995
Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2008
Fletcher, Harriet. Corporate Transparency in The Fight Gainst Corruption‖.
Global Corruption
Gottschalk, Petter and Hans Solli-Saether, E-Government Interoperability and
Information Resource Integration: Frameworks for Aligned Development,
Hershey: Information Science Reference. 2009
George, Edwards. Implementing Public Policy. Washington D.C : Congressional
Quartelly Press. 1980
Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Intrapersonal. Yogyakarta :
Kanisius. 2003
Indrajit, Richardus Eko. Electronic Government, Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Yogyakarta: Andi Offset. 2002
Indrajit, Richardus Eko. Electronic Government In Action: Ragam Kasus
Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta: Andi
Offset. 2005
Koalisi untuk Kebebasan Informasi. Melawan Tirani Informasi. Jakarta. 2002
Komnas HAM. Penyelenggaraan Negara Yang Baik & Masyarakat Warga.
Jakarta : Komnas HAM. 2000
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
136
Universitas Indonesia
Levy, Evelyn. Forum on Ensuring Accountability and Transparency in the Public
Sector, Brasilia, 2001
Lucas, Henry C. Information Technology for Management. 1997
Moekijat. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1993
Moeloeng, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2007
Neuman, W. Laurence. Social Research Method: Qualitative and Quantitative
Approach Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon. 2003
Nugroho, Riant D dan Tri Hanurita S. Tantangan Indonesia: Solusi pembangunan
Politik Negara Berkembang. Jakarta: PT Alex Media Komputindo
Kelompok Gramedia. 2005
Sirajuddin, dkk. Hak Rakyat Mengontrol Negara. Jakarta : MCW dan Yappika.
2006
Stoner, James A.F, Wankel, Charles. Manajemen Edisi ketiga. Jakarta:
Intermedia. 1986
Tim ICCE UIN. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Fajar Interpratama Offset. 2005
United Nations World Public Sector Report. E-Government at the Crossroads.
New York : . 2003
Weerakkody, V dan Dhillon G. Moving from E-Government to T-Government: a
Study of Process Reenginering Challenge in UK Local Authority Context.
UK: Brunel University. 2009
Widodo, Erna & Mukhtar. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta:
Auyrouz. 2000
Winardi, A. Nugroho, A. Widiyastuti, S. Altway. Manajemen Perilaku
Organisasi. 2004
Winarno, Budi. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta : Media
Pressindo. 2005
Wirahadikusumah, Agus. Indonesia Baru dan Tantangan TNI. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan. 1999
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
137
Universitas Indonesia
Karya Ilmiah
Amalia Solihat Lia. Peranan E-Government Dalam Mendukung Transparansi
BUMN (Studi Kasus: BUMN Online Pada Kementerian Negara BUMN
RI). Skripsi FISIP UI. Tidak diterbitkan. 2010
Fitriany Rizky. Evaluasi Implementasi Kebijakan Keppres No. 80 Tahun 2003
Berdasarkan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Konsep Good
Governance (Studi Kasus Pengadaa Barang ATK di Kelurahan Sukabumi Utara
Jakarta Barat. Skripsi FISIP UI. Tidak diterbitkan. 2008
Salsabila Finda. Analisis Good Governance Terhadap Kelembagaan Pengelolaan
Informasi Publik di Pusat Administrasi Universitas Indonesia dalam Era
Keterbukaan Informasi. Tesis FISIP UI. Tidak diterbitkan. 2010
Sumber Internet
http://e-pemerintah.com/, diunduh pada 25 Februari 2011
www.depkominfo.go.id, diunduh pada tanggal 24 Februari 2011
www.mahkamahagung.go.id, diunduh pada tanggal 10 Februari 2010
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTINFORMATION
ANDCOMMUNICATIONANDTECHNOLOGIES/EXTEGOVERNMENT/0,,co
ntentMDK:20507153~menuPK:702592~pagePK:148956~piPK:216618~theSiteP
K:702586,00.html, diunduh tanggal 25 februari 2011
www.deptan.go.id diunduh pada 10 Maret 2011
www.depkominfo.go.id diunduh pada 10 Maret 2011
http://www.giti.waseda.ac.jp diunduh pada 10 Maret 2011
www.mahkamahagung.go.id diunduh pada 10 Maret 2011
www.suaramerdeka.com diunduh pada 10 Maret 2011
www.pajak.go.id diunduh pada 10 Maret 2011
www.vivanews.com diunduh pada 10 Maret 2011
Artikel dan Jurnal
Solihin, Dadang. Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif
dan Akuntabel. 2006
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
138
Universitas Indonesia
Lalolo, Krina Loina. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi
dan Partisipasi. www.bappenas.go.id
Lembaga Administrasi Negara. Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Edisi Kedua. Jakarta. 2004
―The management of public change: from ‗old public administration‘ to ‗new
public management‘ dalam ―Law & Governance‖ Issue I, BritishCouncil
Briefing.
Nikhil Dey, dikutip oleh Dr. Gopakumar Krishnan, Public Affairs Centre
Bangalore dalam paper ―Increasing Information Access to Improve
Political Accountability & Participation : Mapping Future Actions in Asia
Pacific, disajikan dalam Asia Pasific Regional Workshop,10-th IACC,
Prague, 10 Oktober 2001
Rochman, Meuthia Ganie. Good governance : Prinsip, Komponen dan
Penerapannya.
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
139
Universitas Indonesia
Lampiran I
Opreasionalisasi Konsep
Konsep Variabel Kategori Dimensi Indikator
Transparansi Prinsip
Transparansi
- Transparan
- Tidak
Transparan
- 1. mekanisme yang menjamin
sistem keterbukaan dan
standarisasi dari semua proses-
proses pelayanan publik
2. mekanisme yang
memfasilitasi pertanyaan-
pertanyaan publik tentang
berbagai kebijakan dan
pelayanan publik, maupun
proses-proses didalam sektor
publik.
3. mekanisme yang
memfasilitasi pelaporan
maupun penyebaran informasi
maupun penyimpangan
tindakan aparat publik didalam
kegiatan melayani
Sumber: diolah oleh peneliti
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
140
Universitas Indonesia
Lampiran II
Pendapat... Sebagai Pengguna Layann Internet yang Disediakan oleh Mahkamah
Agung RI
Pererapan Portal Mahkamah Agung RI untuk
Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik
M. Arifin Wibisono
Ilmu administrasi Negara
Universitas Indonesia
Saya sangat mengharapkan kerjasama dari saudara/i untuk berkenan menjawab
pertanyaan yang saya ajukan dalam rangka mengumpulkan data atau informasi terkait
dengan pendapat anda sebagai pengguna layanan internet Mahkamah Agung RI
Nama:
Alamat:
Pekerjaan:
Umum
1, Menurut anda seberapa besar perann media elektronik / internet dalam menunjang
transparansi?
2. layanan / fasilitas internet apa saja yang anda ketahui yang disediakan oleh MA RI
sebagai sarana komunikasi atau penyebaran informasi kepada masyarakat?
3. Layanan / fasilitas apa saja yang pernah anda gunakan untuk berkomunikasi dengan
MA RI?
4. Kritik/saran /keluhan/ apa saja yang pernah anda sampaikan kepada MA RI?
5. Bagaimana respon dari admin MA RI atas apa yang anda utarakan?
6. Bagaimana pendapat anda terkait dengan portal/website MA RI, apakah konten-
konten yang ada sudah mampu memberikan kemudahan informasi bagi masyarakat?
7. menurut anda, apakah data/ informasi yang ditampilkan dalam portal MA RI telah
mencukupi kebutuhan akan tansparansi?
8. Apakah data/informasi yang ditampilkan dalam portal Kemlu sudah transparan baik
dari segi keakuratan data, kelengkapan , ketepatan waktu dan relevansinya?
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
141
Universitas Indonesia
9. apa kritik dan saran anda kepada MA RI terkait dengan fasilitas internet yang
disediakan demi meningkatkan keterbukan informasi publik?
Khusus
A .
1. Terkait profesi anda di bidang hukum, pernahkah anda mendengar atau
mengalami secara langsung adanya penyimpangan mengenai transparansi dan
keterbukaan informasi publik di Mahkamah Agung RI? (bila ada, mohon anda
berkenan menjabarkannnya)
2. Menurut pandangan profesional anda, peraturan apa saja yang dilanggar oleh
kejadian atau kasus tersebut dan bagaimana seharusnya penindakan atas
penyelewengan tersebut?
B.
1. Jenis Informasi apa sajakah yang anda butuhkan saat melanjutkan perkara di
tingkat mahkamah agung?
2. Bagaimana biasanya anda mendapatkan informasi-informasi yang anda
butuhkan tersebut (meliputi teknis, pihak yang berwenang dan biaya yang
dikenakan)
3. Apakah iformasi-informasi yang anda dapatkan tersebut hanya bisa didapatkan
dengan cara biasa (yang anda tempuh) atau dapat diakses melalui
www.mahkamahagung.go.id ?
4. Content dan menu apa saja yang menurut anda bermanfaat dan berguna bagi
anda dalam mendapatkn informasi yang anda butuhkan?
5. Adakah content/menu/layanan yang seharusnya disediakan oleh
www.mahkamahagung.goid ?? bila ada tolong berikan contoh atau
gambarannya.
6. Adakah kritik dan saran yang ingin anda sampaikan kepada mahkamah agung
sebagai institusi perihal keterbukaan informasi dan aksesbilitas terkait kegiatan
profesional anda?
7. Adakah kritik dan saran yang ingin anda sampaikan kepada
www.mahkamahagung.go.id sebagai portal atau sumber informasi perihal
keterbukaan informasi dan aksesbilitas terkait kegiatan profesional anda?
Terima Kasih
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
142
Universitas Indonesia
Lampiran III
Pendapat... Sebagai Pengguna Layann Internet yang Disediakan oleh Mahkamah
Agung RI
Pererapan Portal Mahkamah Agung RI untuk
Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik
M. Arifin Wibisono
Ilmu administrasi Negara
Universitas Indonesia
Saya sangat mengharapkan kerjasama dari saudara/i untuk berkenan menjawab
pertanyaan yang saya ajukan dalam rangka mengumpulkan data atau informasi terkait
dengan pendapat anda sebagai pengguna layanan internet Mahkamah Agung RI
Nama:
Alamat:
Pekerjaan:
1, Menurut anda seberapa besar perann media elektronik / internet dalam menunjang
transparansi?
2. layanan / fasilitas internet apa saja yang anda ketahui yang disediakan oleh MA RI
sebagai sarana komunikasi atau penyebaran informasi kepada masyarakat?
3. Layana / fasilitas apa saja yang pernah anda gunakan untuk berkomunikasi dengan
MA RI?
4. Kritik/saran /keluhan/ apa saja yang pernah anda sampaikan kepada MA RI?
5. Bagaimana respon dari admin MA RI atas apa yang anda utarakan?
6. Bagaimana pendapat anda terkait dengan portal/website MA RI, apakah konten-
konten yang ada sudah mampu memberikan kemudahan informasi bagi masyarakat?
7. menurut anda, apakah data/ informasi yang ditampilkan dalam portal MA RI telah
mencukupi kebutuhan akan tansparansi?
8. Apakah data/informasi yang ditampilkan dalam portal Kemlu sudah transparan baik
dari segi keakuratan data, kelengkapan , ketepatan waktu dan relevansinya?
9. apa kritik dan saran anda kepada MA RI terkait dengan fasilitas internet yang
disediakan demi meningkatkan keterbukan informasi publik? Terima kasih
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012
143
Universitas Indonesia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Muhammad Arifin Wibisono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Puworejo, 2 Desember 1987
Agama : Islam
Alamat : Komp. SBS Jl.Tondano 2 Blok C22 No.12
RT 007/11, Kel. Harapan Jaya, Bekasi
No. Telepon : 085694220268
Email : [email protected]
Nama Orang Tua : Ayah : Samto
Ibu : Musrifah H.
Pendidikan Formal:
1994 – 2000 : SDN Harapan Jaya II
2000 – 2003 : SLTPN 5 Bekasi
2003 – 2006 : SMAN 2 Bekasi
2006 – 2009 : Program Studi Ilmu Komunikasi Massa
STIKOM The London School of Public Relations Jakarta
2007 – sekarang : Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Departemen
Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
Prestasi:
2011 10 Besar Finalis Abang Mpok Kota Bekasi 2011
Semifinalis Putra Putri Batik Nusantara 2011
Finalis Abang Mpok Depok 2011
2009 Juara 1 Lomba Debat ADM Days 2009 HMJIA FISIP UI
Perwakilan UI (Indonesia) pada BINUS International‘s
ASEAN Youth Leader Conference 2009
VIP Invitation on the occasion of 20 years of Friendship:
ASEAN – Republic of Korea Cultural Night
Penerapan portal..., Muhammad Arifin Wibisono, FISIP UI, 2012