li syok anafilaktik

11
SYOK ANAFILAKTIK A. Definisi Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius. Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera. Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi. B. Derajat Syok menurut Kegawatannya

Upload: ayu-aprilisa

Post on 03-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

syok anafilaktik

TRANSCRIPT

Page 1: Li Syok Anafilaktik

SYOK ANAFILAKTIK

A. Definisi

Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius.

Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan,

bahan bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini

dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera.

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi

kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas.

Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast

sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain.

Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler

menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang

mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler

menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang

menurunkan ventilasi.

B. Derajat Syok menurut Kegawatannya

1. Syok Ringan

- Kehilangan volume darah <20%,

- Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti

kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup

lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan

yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi

urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak

ada atau ringan.

- Tanda klinis:  rasa dingin, hipotensi postural, takikardi, kulit lembab,

urine pekat, diuresis kurang, kesadaran masih normal

Page 2: Li Syok Anafilaktik

2. Syok Sedang

- Kehilangan cairan 20%-40% dari volume darah total

- Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,

ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih

lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat

oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik.

Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.

- Tanda klinis: penurunan kesadaran, delirium/agitasi, hipotensi,

takikardi, nafas cepat dan dalam, oliguri, asidosis metabolik.

3. Syok Berat

- Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi

syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital.

Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain.

Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-

tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).

C. Etiologi

makanan,

obat obatan,

bahan-bahan kimia dan

gigitan serangga

D. Tanda-Tanda dan Gejala Syok Anafilaksis

bercak kemerahan pada kulit yang disertai dengan rasa gatal.

bengkak pada tenggorokan dan atau organ tubuh yang lain.

sesak atau kesulitan untuk bernafas.

rasa tidak nyaman pada dada (seperti diikat dengan kencang).

suara serak.

kehilangan kesadaran.

kesulitan menelan.

diare, sakit perut  dan muntah muntah.

Page 3: Li Syok Anafilaktik

kulit menjadi merah atau pucat.

E. Patofisiologi Syok Anafilaktik

Anafilaksis adalah reksi sistemik yang disebabkan oleh antigen khusus

yang bereaksi dengan molekul IgE pada permukaan sel mast dan basofil

yang menyebabkan pengeluaran segera beberapa mediator yang kuat. Satu

efek utamanya adalah menyebabkan basofil dalam darah dan sel mast

dalam  jaringan  prekapiler melepaskan histamin atau bahan seperti

histamin.

Histamin selanjutnya menyebabkan :

a. Kenaikan kapasitas vascular akibat dilatasi vena,

b. Dilatasi arteriol yang mengakibatkan tekanan arteri menjadi sangat

menurun,dan

c. Kenaikan luar biasa pada permeabilitas kapiler dengan hilangnya cairan

dan protein kedalam ruang jaringan secara cepat. Hasil akhirnya

menrupakan penurunan luar biasa pada aliran balik vena dan sering

menimbulkan syok serius sehingga pasien meninggal dalam beberapa

hari.

d. Mediator ini menyebabkan timbulnya gejala-gejala urtikaria, angiodema,

spasme bronkus,spasme laring, meningkatnya permeabilitas pembuluh

darah, vasodilatasi, dan nyeri abdomen. Jika seseorang sensitive terhadap

suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut,

akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat

antibody dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi ,

pengeluaran histamine,dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan

peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh dan

menyebabkan udema.

Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :

Page 4: Li Syok Anafilaktik

a. Fase Sensitisasi

Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai

diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil.

Allergen masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan

ditangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen

tersebut kepada Limfosit T, dimana akan sitokinin yang mengindukasi

Limfosit B berproliferasi menjadisel Plasma (Plasmosit). Sel plasma

memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk  antigen tersebut.

Ig E ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit)

dan basofil.

b. Fase Aktivasi

Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang

sama. Masstosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang

menimbulkan reaksi pada pemaparan ulang. Pada kesempatan lain masuk

alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat

oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera pelepasan

mediator vasoaktif antara lain histamine,serotin,bradikinin dan beberapa

bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan istilah preformed

mediators.Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat

darimembran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT)

danProstaglandin yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang

disebut Newly formed mediators.

c. Fase Efektor

Yaitu waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai

efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas

farmakologik pada organ-organ tertentu. Histamin memberikan efek

bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya

menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi.

Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin

menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF)

berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitasvaskuler,

Page 5: Li Syok Anafilaktik

agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik

eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan

bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien.

F. Komplikasi Syok

Komplikasi syok meliputi:

SIRS, dapat terjadi bola syok tidak dikoreksi

Gagal ginjal akut (ATN)

Gagal hati

Ulserasi akibat stress

G. Penanganan Kegawatan Syok  di Rumah Sakit

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab

penderita berada pada keadaan gawat. Kalau terjadi komplikasi syok

anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun

parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:

Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih

tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha

memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.

Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

A. Airway = jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada

sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala,

leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,

yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan

buka mulut.

B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak

ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke

hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat

mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.

Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong

Page 6: Li Syok Anafilaktik

dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen.

Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong

dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau

trakeotomi.

C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar

(a.karotis, atau a. emoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan

hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi

jantung paru.

Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita

dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular.

Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.

Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2--4

ug/menit.

Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang

memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB intravena

dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.

Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau

deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi

efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.

Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena

untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular

sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan

akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi

asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid

tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian

mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler.

Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah

Page 7: Li Syok Anafilaktik

3 – 4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok

anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20 – 40% dari

volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan

dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma.

Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau

dextran juga bisa melepaskan histamin.

Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok

anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam

perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat

kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang

tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu

dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari

jantung.

Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan,

tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan

penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 – 3 kali suntikan,

harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.