li lbm 2 herbal
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
1/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Uji Preklinik
1. Tujuan uji preklinik?
Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan
dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada
hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara
pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia.
Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu
spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies. Uji
farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada manusia,sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya.
Tujuan penelitian terhadap uji pra klinik antara lain adalah untuk mengidentifikasi
potensi terjadinya toksisitas pada manusia; merancang berbagai uji untuk menetapkan
mekanisme toksis lebih jauh; dan memperkirakan toksisitas yang spesifik dan paling relevan
untuk dipantau dalam uji-uji klinis. Sebagai tambahan berbagai penelitian yang tercantum
dalam tabel I, diperlukan pula beberapa perkiraan kuantitatif seperti no effect dose dosis
maksimum tidak terlihatnya suatu efek toksik tertentu; dosis letal minimumdosis terkecilyang dapat mematikan hewan percobaan; dan, bila perlu, dosis letal median (LD50)dosis
yang mematikan sekitar 50% hewan.
Hedi R. DewotoPengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka,
Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi ketoksikan
akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul pada hewan coba. Data
yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah data kuantitatif yang berupa kisarandosis letal atau toksik, dan data kualitatif yang berupa gejala klinis.
Nurlaila, Donatus IA, Sugiyanto, Wahyono D, Suhardjono D. Petunjuk Praktikum
Toksikologi. 1st ed. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas
Farmasi, Universitas Gajah Mada; 1992. P. 3-5, 16-30.
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
2/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
2. Macam-macam uji preklinik (tujuan, syarat, dan tahap, serta perbedaan)?
Tahapan Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Agar obat tradisional dapat diterima di
pelayanan kesehatan formal/profesi dokter, maka hasil data empirik harus didukung oleh
bukti ilmiah adanya khasiat dan keamanan penggunaannya pada manusia. Bukti tersebut
hanya dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan secara sistematik. Tahapan
pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka adalah sebagai berikut:
1. Seleksi
2. Uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji farmakodinamik
3. Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan sediaan terstandar
4. Uji klinik
Tahap Seleksi
Sebelum memulai penelitian, perlu dilakukan pemilihan jenis obat tradisional/obat
herbal yang akan diteliti dan dikembangkan. Jenis obat tradisional/obat herbal yang
diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan adalah:
1. Diharapkan berkhasiat untuk penyakit yang menduduki urutan atas dalam angka
kejadiannya (berdasarkan pola penyakit)
2.
Berdasarkan pengalaman berkhasiat untuk penyakit tertentu3. Merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu, seperti AIDS dan kanker.
Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk meneliti tanaman obat yang mendadak
populer di kalangan masyarakat. Sebagai contoh banyak penelitian belakangan ini dilakukan
terhadap tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) yang diklaim antara lain
bermanfaat untuk penderita diabetes melitus dan buah merah (Pandanus conoideus Lamk.)
yang diklaim antara lain dapat menyembuhkan kanker dan AIDS.
Tahap Uji Preklinik
Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan
dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada
hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara
pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia.
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
3/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu
spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies. Uji
farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada manusia,
sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya.
Uji Toksisitas
Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas
khusus yang meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas. Uji toksisitas
akut dimaksudkan untuk menentukan LD50 (lethal dose50) yaitu dosis yang mematikan 50%
hewan coba, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dan cara
kematian. Uji LD50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada
manusia. Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. Pada uji
toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan pada uji
toksisitas kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dan
kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka
lama. Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama
pemberian obat pada manusia (Tabel 4).2
Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan mutlak bagi setiap obat tradisional
agar masuk ke tahap uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan secara selektif bila:
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
4/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
1. Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial menimbulkan efek khusus
seperti kanker, cacat bawaan.
2. Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur
3. Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait dengan penyakit tertentu misalnya
kanker.
4. Obat digunakan secara kronik Uji Farmakodinamik Penelitian farmakodinamik obat
tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri mekanisme
kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. Penelitian dilakukan
secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji
dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. Hasil positif
secara in vitro dan in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan
kemungkinan efek pada manusia.
Standardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan Terstandar
Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan
bentuk sediaan yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek yang
ditimbulkan. Bahan segar berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah
dikeringkan. Proses pengolahan seperti direbus, diseduh dapat merusak zat aktif tertentu
yang bersifat termolabil. Sebagai contoh tanaman obat yang mengandung minyak atsiriatau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena termolabil. Demikian pula
prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang dihasilkan. Ekstrak
yang diproduksi dengan jenis pelarut yang berbeda dapat memiliki efek terapi yang berbeda
karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun jati belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga berperan untuk pelangsing yaitu
tanin, musilago, alkaloid. Ekstraksi yang dilakukan dengan etanol 95% hanya melarutkan
alkaloid dan sedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkanketiga kandungan kimia daun jati belanda yaitu tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan
baik.
Uji klinik Obat tradisional
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
5/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Untuk dapat menjadi fitofarmaka maka obat tradisional/obat herbal harus dibuktikan
khasiat dan keamanannya melalui uji klinik. Seperti halnya dengan obat moderen maka uji
klinik berpembanding dengan alokasi acak dan tersamar ganda (randomized double-blind
controlled clinical trial) merupakan desain uji klinik baku emas (gold standard).
Uji klinik pada manusia hanya dapat dilakukan apabila obat tradisional/obat herbal
tersebut telah terbukti aman dan berkhasiat pada uji preklinik. Pada uji klinik obat
tradisional seperti halnya dengan uji klinik obat moderen, maka prinsip etik uji klinik harus
dipenuhi. Sukarelawan harus mendapat keterangan yang jelas mengenai penelitian dan
memberikan informed-consent sebelum penelitian dilakukan. Standardisasi sediaan
merupakan hal yang penting untuk dapat menimbulkan efek yang terulangkan
(reproducible). Uji klinik dibagi empat fase yaitu:
Fase I : dilakukan pada sukarelawan sehat, untuk menguji keamanan dan
tolerabilitas obat tradisional.
Fase II awal : dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa pembanding
Fase II akhir : dilakukan pada pasien jumlah terbatas, dengan pembanding
Fase III : uji klinik definitif
Fase IV : pasca pemasaran,untuk mengamati efek samping yang jarang atau yang
lambat timbulnya Untuk obat tradisional yang sudah lama beredar luas di masyarakat dantidak menunjukkan efek samping yang merugikan, setelah mengalami uji preklinik dapat
langsung dilakukan uji klinik dengan pembanding. Untuk obat tradisional yang belum
digunakan secara luas harus melalui uji klinik pendahuluan (fase I dan II) guna mengetahui
tolerabilitas pasien terhadap obat tradisional tersebut.
Berbeda dengan uji klinik obat modern, dosis yang digunakan umumnya berdasarkan
dosis empiris tidak didasarkan dose-ranging study. Kesulitan yang dihadapi adalah dalam
melakukan pembandingan secara tersamar dengan plasebo atau obat standar. Obattradisional mungkin mempunyai rasa atau bau khusus sehingga sulit untuk dibuat tersamar.
Saat ini belum banyak uji klinik obat tradisional yang dilakukan di Indonesia meskipun
nampaknya cenderung meningkat dalam lima tahun belakangan ini. Kurangnya uji klinik
yang dilakukan terhadap obat tradisional antara lain karena:
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
6/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
1. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan uji klinik
2. Uji klinik hanya dapat dilakukan bila obat tradisional telah terbukti berkhasiat dan aman
pada uji preklinik
3. Perlunya standardisasi bahan yang diuji
4. Sulitnya menentukan dosis yang tepat karena penentuan dosis berdasarkan dosis
empiris, selain itu kandungan kimia tanaman tergantung pada banyak faktor.
5. Kekuatiran produsen akan hasil yang negatif terutama bagi produk yang telah laku di
pasaran.
Setelah melalui penilaian oleh Badan POM, dewasa ini terdapat sejumlah obat
bahan alam yang digolongkan sebagai obat herbal terstandar dan dalam jumlah lebih
sedikit digolongkan sebagai fitofarmaka.
Tipe Uji Pendekatan
Toksisitas akut Dosis akut yang mematikan sekitar 50% hewan percobaan
dan dosis maksimum yang dapat ditoleransi. Biasanya dua
spesies, dua rute pemberian, dosis tunggal
Toksisitas subakut Tiga dosis, dua spesies. Mungkin diperlukan sekitar 4
minggu sampai 3 bulan sebelum uji klinis. Makin lama durasi
perencanaan penggunaan klinis, makin lama pula waktu uji
subakut
Toksisitas kronik Spesies hewan pengerat dan bukan pengerat. 6 bulan atau
lebih. Diperlukan jika obat dimaksudkan untuk digunakan
pada manusia dalam jangka waktu yang lama. Biasanya
berjalan bersamaan dengan uji klinis.
Efek terhadap perilaku
reproduksi
Efek terhadap perilaku kawin, reproduksi, persalinan,
keturunan, cacat saat lahir, dan perkembangan pascanatal
pada hewan.
Potensi karsinogenik Dua tahun, dua spesies. Diperlukan jika obat dimaksudkan
untuk digunakan pada manusia dalam jangka waktu yang
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
7/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
lama.
Potensi mutagenik Efek terhadap stabilitas dan mutasi genetik bakteri (Tes
Ames) atau sel-sel mamalia dalam kultur; tes letal dominan
dan klastogenisitas pada mencit.Penelitian toksikologi
(Investigative toxicology)
Menentukan rangkaian dan mekanisme efek-efek toksik.
Menemukan berbagai gen, protein, dan jalur yang terlibat.
Mengembangkan metode baru untuk mengkaji toksisitas.
Hedi R. DewotoPengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka,
Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI):
1. Tahap seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas
sebagai berikut:
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
8/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
a. Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
b. Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman
pemakaian empiris sebelumnya
c. Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-
penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
2. Tahap biological screening, untuk menyaring:
a. Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat
terapetik (pra klinik in vivo)
b. Ada atau tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada,
dan sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek keracunan tersebut
(pra klinik, in vivo)
3. Tahap penelitian farmakodinamik
a.
Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis
organ tubuh
b. Pra klinik, in vivo dan in vitro
c. Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui
mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
4.
Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses)a. Toksisitas ubkronis
b. Toksisitas akut
c. Toksisitas khas/ khusus
5. Tahap pengembangan sediaan (formulasi)
a. Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan
estetika untuk pemakaian pada manusia.
b.
Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik, yakni: Teknologi farmasi tahap awal
Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan OA
Parameter standar mutu: bahan baku OA, ekstrak, sediaan OA
6. Tahap uji klinik pada manusia, ada 4 fase yaitu:
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
9/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
a. Fase 1 : Dilakukan pada sukarelawan sehat
b. Fase 2 : Dilakukan pada kelompok pasien terbatas
c. Fase 3 : Dilakukan pada pasien dengan jmlh yang lebih besar dari fase 2
d. Fase 4 : Post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang
tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.
3. Apa saja kendala dalam melakukan uji preklinik?
Terdapat berbagai keterbatasan dalam uji praklinis yang penting untuk diketahui antara lain
sebagai berikut:
1. Uji toksisitas merupakan uji yang menyita waktu dan mahal. Diperlukan waktu sekitar 2
sampai 6 tahun untuk mengumpulkan dan menganalisa data serta memperkirakan
indeks terapeutik (suatu perbandingan antara jumlah senyawa yang memberikan efek
terapeutik dan yang menyebabkan efek toksik) obat sebelum dianggap layak uji pada
manusia.
2. Diperlukan jumlah yang besar hewan percobaan untuk mendapatkan data praklinis
yang sahih (valid).Para ilmuwan menaruh perhatian besar akan hal ini, dan berbagai
kemajuan telah dicapai untuk menurunkan jumlah hewan yang digunakan dengan tetap
mempertahankan kesahihan data. Kultur sel dan jaringan dengan berbagai metode invitro makin banyak digunakan, namun nilai perkiraan yang dihasilkan masih sangat
terbatas. Walaupun demikian, beberapa golongan masyarakat berusaha untuk
menghentikan semua uji menggunakan hewan percobaan dengan alasan yang tidak
berdasar bahwa hal ini tidak diperlukan lagi.
3. Ekstrapolasi indeks terapeutik dan data toksisitas dari hewan ke manusia dapat
memberikan perkiraan untuk sebagian besar toksisitas tetapi tidak seluruhnya. Untuk
menemukan suatu proses yang lebih maju, dibentuklah Predictive Safety TestingConsortium, yakni suatu badan yang merupakan gabungan lima perusahaan farmasi
terbesar di Amerika Serikat denganFood and Drug Administration (FDA) sebagai badan
penasehat, untuk memperkirakan keamanan suatu pengobatan sebelum diujikan pada
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
10/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
manusia. Hal ini dicapai dengan cara menggabungkan berbagai metode laboratorium
yang dikembangkan secara internal dalam tiap perusahaan farmasi.
4. Untuk kepentingan statistik, berbagai efek samping yang jarang ditemui tidak mungkin
dideteksi.
www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp.../09/3-uji-toksisitas.pdf
4. Apa saja kriteria hewan uji coba?
Hewan yang dipakai untuk suatu penelitian medis:
Yaitu Semua hewan. Disesuaikan dengan tujuan penelitian
Menggunakan hewan utuh
Harmanto, Ning. Subroto, Ahkam. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteria-kriteria sebagai berikut:
Berat badan lebih kecil dari 1 kg
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak
Mudah dipegang dan dikendalikan
Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral, subkutan)
Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
Lama hidup relative singkat
Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang dituju
Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press.
Pada prinsipnya jenis hewan yang digunakan untuk uji toksisitas harus dipertimbangkan
berdasarkan sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang serupa dengan manusia,
kecepatan tumbuh serta mudah tidaknya cara penanganan sewaktu dilakukan percobaan.
Hewan pengerat merupakan jenis hewan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas,
http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp.../09/3-uji-toksisitas.pdfhttp://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp.../09/3-uji-toksisitas.pdfhttp://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp.../09/3-uji-toksisitas.pdf -
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
11/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
sehingga paling banyak digunakan pada uji toksisitas. Hewan yang digunakan harus sehat;
asal, jenis dan galur, jenis kelamin, usia serta berat badan harus jelas. Biasanya digunakan
hewan muda dewasa, dengan variasi bobot tidak lebih dari 20%. Adapun kriteria hewan
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.
3 hal penting pemanfaatan hewan coba :
Kesehatan hewan
Pemilihan hewan
Tujuan penelitian
Contoh:
Louis Pasteur :
1880 , menggunakan domba untuk penelitian tentang Anthrax.
Ivan Pavlov:
1890, menggunakan anjing untuk penelitian terapi diabetes.
CARA MEMEGANG (HANDLING) HEWAN UJI
Cara memegang hewan uji jenis rodensia berbeda antara tikus dan mencit pada
saat pemberian sediaan uji secara oral. Pemegangan yang benar sangat diperlukan
sewaktu pemberian sediaan uji, karena pemegangan yang salah dapat berakibat fatal.
Cara pemegangan yang salah dapat menyebabkan antara lain: sediaan uji yang diberikan
tidak dapat masuk kedalam lambung tetapi masuk kedalam paru-paru, sehingga
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
12/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
mengakibatkan kematian hewan uji. Disisi lain, pemegangan yang salah juga dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja seperti tergigit oleh hewan. Cara
pemegangan hewan yang benar dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4.
Gambar 2.Cara memegang mencit pada pemberian sediaan uji secara oral
Gambar 3.Cara memegang tikus pada pemberian sediaan uji secara oral
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
13/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Gambar 4.Cara memegang kelinci
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.
Obat fertilitas: tikus galur SD cepat berkembang biak
Analgesik: mencit
Antidiabetes: babi, sapi pancreas lebih mirip manusia
Antiemetic: burung merpati bisa dirangsang muntah beberapa kali
Antihipertensi: kucing, anjing kardiovaskuler mirip
Antiinflamasi: tikus
Antipiretik: kelinci
Asam uratayam, burungmetabolism mirip manusia
Stamina: tikus, mencit lebih tahan klu renang
Uji libido dan kanker tikus
5. Apa saja efek herbal yang dapat ditimbulkan hewan coba?
LD50 :menyatakan dosis obat yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan
ED50 : menyatakan dosis obat yang dapat timbulkan efek (ex :kejang-kejang) pada
50% hewan percobaan.
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
14/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Hollinger MA: Introduction to Pharmacology. Taylor & Francis, 1997.
6. Perbedaan in vivo dan in vitro?
In vitro:
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
Murah dan cepat
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
15/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Yang dimaksud uji in vitro adalah uji pada mikroba jika antibiotic; pada sel kanker dari
hewan utk obat anti kanker; pada plasmodium utk obat anti malaria; pada jamur missal
candida pada obat anti keputihan/candidiasis; pada cacing utk obat cacing; pada virus utk
obat antivirus; pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator diuji
pada otot polos trachea marmot; pada jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan
aritmia; dll.
In vivo:
Terletak di dalam tubuh manusia
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik sadar atau teranestesi).
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas harus
dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi
dosis), dan harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan perpaduan
antara rodent dan non rodent.
Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus tepat menggambarkan kondisi yg
diinginkan. Contohnya : Untuk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan
Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan
akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.
Fitokimia: Uji in vitro dan in vivo, elearning.unsri.ac.id
7. Contoh tanaman yang sudah dibuat OHT (preklinik) sampai saat ini?
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
16/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
No. Nama Produk Bentuk Sediaan / Kemasan Nama Pabrik Indikasi
1 Diabmeneer
TR 032 320 191Kapsul/Blister, 10 dan 20kapsul @ 500 mg
PT. Nyonya Meneer Membantu meringankan gejala kencingmanis
2 Diapet
TR001 396 282Dus, 25 strip @ 4 kapsul Dus,5 strip @ 6 kapsul
PT. Soho IndustriFarmasi
Mengurangi frekuensi buang air besar,
memadatkan tinja dan menyerap racun
pada penderita diare serta bukansebagai pengganti oralit
3 Fitogaster
TR 951 579 491
Kaplet/Botol 60 kaplet PT. Kimia Farma Membantu meredakan perut kembung
4 Fitolac
TR 961 283 001Granul/10 bungkus @16,3gram
PT. Kimia Farma Membantu memperlancar Air Susu Ibu(ASI)
5 Glucogard
TR 011 311 221Kapsul / dus, 3 blister, @ 10kapsul
PT. Phapros Membantu meringankan gejala kencingmanis
6 Hi-StimunoTR993 397 791
Kapsul/Botol 100 kapsul @375 mg
PJ. Tradimun Membantu memelihara daya tahantubuh
7 IREX MAXKapsul
TR 042 332 051
Kapsul/Dus, Strip @ 4 kapsul PT. Bintang Toedjoe Membantu memelihara kesehatantubuh
Brand Name Company Claim
Nodiar PT Kimia
Farma
Relieve nonspecific diarrhoea
Stimuno PT Dexa
Medica
Immunostimulator
Rheumaneer PT Nyonya
Meneer
Relieve mild joints pain
X-gra Phapros Treatment for erection
dysfunction with or without
premature ejaculation
Tensigard Phapros Decrease sistolic and or
diastolic blood tension in mild
hypertension patients
without interfering plasms
electrolite level or blood
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
17/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
sugar level.
Contoh Uji praklinik:
a. Melakukan uji praklinik untuk saintifikasi jamu menjadi OHT, misalnya jamu untuk
mengobati diabetes, yang berasal dari ramuan beberapa simplisia untuk mengurangi
gejala diabetes.
b. Uji praklinik Curcuminoids yang diekstraksi dari Curcuma Xanthoriza Roxb, untuk
dikembangkan sebagai obat anti kanker hati melalui penghambatan angiogenesis.
Ekstraksi curcuma xanthoriza
-
8/10/2019 LI LBM 2 HERBAL
18/18
LBM 2 OBAT TRADISIONAL JOKO WIBOWO S (012116424
Angiogenesis process
Animal experimental
COMPREHENSIVE HERBAL MEDICINE INSTITUTE (CHMI),
http://www.suryaresearch.com/our-center-detail/comprehensive-herbal-medicine-
institute-chmi
http://www.suryaresearch.com/our-center-detail/comprehensive-herbal-medicine-institute-chmihttp://www.suryaresearch.com/our-center-detail/comprehensive-herbal-medicine-institute-chmihttp://www.suryaresearch.com/our-center-detail/comprehensive-herbal-medicine-institute-chmihttp://www.suryaresearch.com/our-center-detail/comprehensive-herbal-medicine-institute-chmihttp://www.suryaresearch.com/our-center-detail/comprehensive-herbal-medicine-institute-chmi