lembaran daerah kabupaten sumedang · pdf filemerupakan badan permusyawaratan di tingkat desa...
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR 4 TAHUN 2015
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
2015
S A L I N A N
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR 4 TAHUN 2015
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUMEDANG,
Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa dan untuk perwujudan demokrasi di tingkat desa,
maka dibentuk Badan Permusyawaratan
Desa;
b. bahwa Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di
tingkat desa yang turut membahas dan
menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa serta melakukan pengawasan kinerja kepala desa
2
c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten
Sumedang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembentukan Badan
Permusyawaratan Desa sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 10 Tahun
2006 tentang Perubahan Pertama atas
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan
Desa sudah tidak sesuai dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat, maka perlu diganti
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Badan Permusyawaratan Desa
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang dengan Mengubah Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2851);
3
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
4
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2094);
5
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Tertib dan mekanisme pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 159);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor 2);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG
dan
BUPATI SUMEDANG MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud
dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Sumedang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah
Kabupaten Sumedang.
3. Bupati adalah Bupati Sumedang.
6
4. Kecamatan adalah wilayah kerja camat
sebagai perangkat daerah.
5. Camat adalah Perangkat Daerah
Kabupaten Sumedang di wilayah
kerjanya.
6. Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa
atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa atau yang
disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
7
10. Musyawarah Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan Unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
11. Peraturan Desa adalah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
12. Keputusan Kepala Desa adalah
penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
13. Lembaga Kemasyarakatan adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintahan desa
dalam memberdayakan masyarakat.
14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
selanjutnya disingkat APB Desa adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
BAB II
PENGISIAN KEANGGOTAAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Pasal 2
(1) Pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa dilaksanakan
secara demokratis melalui proses
pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan dengan
menjamin keterwakilan perempuan.
8
(2) Keterwakilan perempuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya 20% dari jumlah anggota
Badan Permusyawaratan Desa.
(3) Masa Keanggotaan Badan
Permusyawaratan Desa selama 6 (enam)
tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
(4) Anggota Badan Permusyawaratan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara
berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
(5) Dalam rangka proses pemilihan secara
langsung atau musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepala desa membentuk panitia
pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa dan ditetapkan
dengan keputusan kepala desa.
(6) Panitia pengisian anggota Badan
Permusyawaratan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) terdiri atas unsur perangkat desa dan unsur masyarakat
lainnya dengan jumlah anggota dan
komposisi yang proporsional.
9
Pasal 3
(1) Panitia pengisian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (5) melakukan penjaringan d