lebih penting mana sustainability report atau laba …

14
365 Abstrak: Lebih Penting Mana Sustainability Report atau Laba bagi Perusahaan Perkebunan? Penelitian ini berusaha untuk menemukan penjelasan lebih rinci mengenai determinasi sustainability report bagi kinerja keuangan perusahaan perkebunan. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda pada14 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013 sampai 2017. Penelitian ini menemukan bahwa laba lebih berperan penting daripa- da sustainability report. Laporan ini sudah diwajibkan bagi perusahaan yang terdaftar di BEI tetapi belum ada hukuman yang tegas bagi yang belum membuatnya. Oleh karena itu, regulator perlu menindak tegas pelaku yang tidak melampirkan sustainability report-nya atau membuat laporan hanya sekedarnya saja. Abstract: Which is Important between SR or Profit for Plantation Corporations? This study seeks to find a more detailed explanation of the determination of sustainability reports for the financial performance of plantation companies. The method used is multiple linear regression on 14 plantation companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2013 to 2017. This study found that earnings play a more important role than sustainability reports. This report is required for companies listed on the IDX but hasn’t strict penalties for those who have not made it. There- fore, regulators need to take firm action against actors who don’t attach their sustainability report or make the sustainability report only modestly. Salah satu faktor penting perkembang- an suatu perusahaan dapat dilihat dari un- sur keuangannya. Proses evaluasi dari un- sur keuangan dapat menentukan apakah kebijakan yang sudah ditentukan oleh suatu perusahaan sudah tepat atau belum (Gupta & Krishnamurti, 2018; Lin & Dong, 2018). Manajer perusahaan harus memperhatikan faktor kesehatan keuangan perusahaannya untuk meminimalisasi risiko kebangkrutan perusahaannya. Salah satu faktor yang per- lu diperhatikan oleh Manajer ataupun ber- bagai pihak yang mempunyai kepentingan sehubungan kinerja keuangan ini adalah dengan menganalisis laporan keuangannya (Beck, Frost, & Jones, 2018; Cruz, Boehe, & Ogasavara, 2015; Verma & Singh, 2016). Prospek dan risiko perusahaan dapat dilihat dari analisis rasio keuangannya. Prospek dapat ditunjukkan dari kemampuan perusa- haan mendapatkan laba (profitabilitas) dan kesulitan keuangan atau bahkan menuju Volume 10 Nomor 2 Halaman 365-378 Malang, Agustus 2019 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 Mengutip ini sebagai: Rangkuti, H. A., Yuliantoro, H. R., & Yefni. (2019). Lebih Penting Mana Sustain- bility Report atau Laba bagi Perusahaan Perkebunan?. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 365- 378.https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10021 LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA BAGI PERUSAHAAN PERKEBUNAN? Hamdani Arifulsyah Rangkuti, Heri Ribut Yuliantoro, Yefni Politeknik Caltex Riau, Jl. Umban Sari ( Patin ) No. 1, Pekanbaru 28265 Tanggal Masuk: 10 April 2019 Tanggal Revisi: 29 Agustus 2019 Tanggal Diterima: 31 Agustus 2019 Surel: [email protected], [email protected] Kata kunci: csr, ukuran perusahaan, usia perusahaan, kinerja perusahaan Jurnal Akuntansi Mulparadigma, 2019, 10(2), 365-378

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

365

Abstrak: Lebih Penting Mana Sustainability Report atau Laba bagi Perusahaan Perkebunan? Penelitian ini berusaha untuk menemukan penjelasan lebih rinci mengenai determinasi sustainability report bagi kinerja keuangan perusahaan perkebunan. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda pada14 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013 sampai 2017. Penelitian ini menemukan bahwa laba lebih berperan penting daripa-da sustainability report. Laporan ini sudah diwajibkan bagi perusahaan yang terdaftar di BEI tetapi belum ada hukuman yang tegas bagi yang belum membuatnya. Oleh karena itu, regulator perlu menindak tegas pelaku yang tidak melampirkan sustainability report-nya atau membuat laporan hanya sekedarnya saja.

Abstract: Which is Important between SR or Profit for Plantation Corporations? This study seeks to find a more detailed explanation of the determination of sustainability reports for the financial performance of plantation companies. The method used is multiple linear regression on 14 plantation companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2013 to 2017. This study found that earnings play a more important role than sustainability reports. This report is required for companies listed on the IDX but hasn’t strict penalties for those who have not made it. There-fore, regulators need to take firm action against actors who don’t attach their sustainability report or make the sustainability report only modestly.

Salah satu faktor penting perkembang-an suatu perusahaan dapat dilihat dari un-sur keuangannya. Proses evaluasi dari un-sur keuangan dapat menentukan apakah kebijakan yang sudah ditentukan oleh suatu perusahaan sudah tepat atau belum (Gupta & Krishnamurti, 2018; Lin & Dong, 2018). Manajer perusahaan harus memperhatikan faktor kesehatan keuangan perusahaannya untuk meminimalisasi risiko kebangkrutan perusahaannya. Salah satu faktor yang per-

lu diperhatikan oleh Manajer ataupun ber-bagai pihak yang mempunyai kepentingan sehubungan kinerja keuangan ini adalah dengan menganalisis laporan keuangannya (Beck, Frost, & Jones, 2018; Cruz, Boehe, & Ogasavara, 2015; Verma & Singh, 2016). Prospek dan risiko perusahaan dapat dilihat dari analisis rasio keuangannya. Prospek dapat ditunjukkan dari kemampuan perusa-haan mendapatkan laba (profitabilitas) dan kesulitan keuangan atau bahkan menuju

Volume 10Nomor 2Halaman 365-378Malang, Agustus 2019ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879

Mengutip ini sebagai: Rangkuti, H. A., Yuliantoro, H. R., & Yefni. (2019). Lebih Penting Mana Sustain-bility Report atau Laba bagi Perusahaan Perkebunan?. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 365-378.https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10021

LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA BAGI PERUSAHAAN PERKEBUNAN?Hamdani Arifulsyah Rangkuti, Heri Ribut Yuliantoro, Yefni

Politeknik Caltex Riau, Jl. Umban Sari ( Patin ) No. 1, Pekanbaru 28265

Tanggal Masuk: 10 April 2019Tanggal Revisi: 29 Agustus 2019Tanggal Diterima: 31 Agustus 2019

Surel: [email protected], [email protected]

Kata kunci:

csr, ukuran perusahaan, usia perusahaan, kinerja perusahaan

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2019, 10(2), 365-378

Page 2: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

366 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

kebangkrutan dapat merupakan suatu risiko yang akan dialamai perusahaan (Cooper & Uzun, 2019; Laidroo & Sokolova, 2015).

Kekuatan dan kelemahan suatu pe-rusahaan dapat dilihat dari analisis lapor-an keuangannya. Kekuatan perusahaan harus bisa dipertahankan dan kalau bisa terus di tingkatkan agar keuntungan yang bisa diperoleh lebih besar, dan kelemah-an perusahaan harus segera dibenahi agar keberlangsungan perusahaan tetap terjaga. Analisis rasio keuangan adalah berupa rasio kemampuan perusahaan melunasi kemam-puan jangka pendek dan jangka panjang, ra-sio kesanggupan suatu entitas memperoleh keuntungan, serta rasio berupa aktivitas perusahaan. Dari beberapa rasio tersebut, rasio kesanggupan suatu entitas memper-oleh keuntunganlah yang digunakan sebagai dasar menentukan seberapa besar perusa-haan memperoleh laba, dan salah satu con-toh rasionya adalah Return on Asset (ROA), di mana ukuran untuk memperoleh tingkat keuntungan adalah pemanfaatan aset peru-sahaan. Oleh karena itu, agar suatu perusa-haan terus tetap berlanjut, kinerja keuangan ini harus tetap mendapatkan perhatian yang serius, seperti pada tahun 2018 kita ketahui bahwa telah terjadi penurunan kinerja peru-sahaan perkebunan yang ada di Indonesia, dan akan berlanjut di tahun 2019 ini. Hal ini tidak terlepas dari kinerja negatif pro-duk-produk ekspor yang dihasilkan perusa-haan perkebunan mengalami penurunan.

Lambatnya peremajaan tanaman perkebunan menjadi salah satu faktor turunnya produktivitas perkebunan di Tanah Air. Hal ini disebabkan oleh prioritas pemerintah dalam hal peremajaan hanyalah terletak pada tanaman sawit, sementara kopi, karet, rempah-rempah, dan teh ha-nya beberapa perusahaan besar saja yang peduli terhadap peremajaannya. Selain itu, faktor lain penyebab turunnya produktivi-tas hasil perkebunan adalah kejadian alam yang disebut dengan badai El Nino. Dengan menurunnya produktivitas perkebunan, tentunya berimbas terhadap menurunnya kinerja keuang an perusahaan yang berger-ak di bidang perkebunan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan perhaian khusus dari pihak pemangku kepentingan yang ter-dapat pada sustainability report. Sustainabil-ity report sangat erat hubungannya dengan perhatian terhadap lingkungan, sosial, dan government (Dai, Du,Young, & Tang, 2018; Gödker & Mertins, 2018; Zahller, Arnold, &

Roberts, 2015). Pada laporan yang diterbit-kan oleh PwC menunjukkan bahwa minat investor untuk memperoleh data-data peru-sahaan yang berhubungan dengan lingkung-an, sosial dan governance sangat tinggi. Agar bisa memenuhi kebutuhan stakeholder atas informasi terkait, pengaruh perusahaan ter-hadap bidang sosial dan lingkungan, sus-tainability report harus diterbitkan oleh pe-rusahaan.

Kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh sustainability report telah banyak diteli-ti. Reimsbach, Hahn, & Gürtürk (2018) dan Thomas & Kumar (2016) menemukan bahwa sustainability report meningkat dari tahun ke tahun dengan pengungkapan ter tinggi berada pada dimensi sosial. Penelitian beri-kutnya dilakukan oleh Johnson (2019) dan Nazari, Hrazdil, & Mahmoudian (2017) de-ngan hasil bahwa kinerja keuangan yang di-ukur dengan ROA dan RPS bisa menjadi fak-tor determinan terhadap sustainability report dari hasil penelitian ini. Namun, belum bisa menjadi faktor determinan secara statistik antara sustainability report terha dap kinerja keuangan yang diwakili oleh ROE di bank-bank Islam tersebut. Penelitian berikutnya oleh Cai, Lee, Xu, & Zeng (2019), Chen & Lee (2017), Chen, Hung, & Wang (2018), dan Ibrahim, Solikahan, & Widyatama (2015) dengan hasil laporan menjadi faktor determi-nan terhadap ROA, tapi tidak menjadi faktor determinan terhadap ke sanggupan perusa-haan membayar kewajiban lancar dan tidak lancarnya, rasio perputaran persediaan, dan rasio pembayaran dividen. Perbedaan inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan telaah ulang atas pengembangan sustainability report di Indonesia.

Berdasarkan argumentasi tersebut, maka penelitian ini berusaha untuk mene-mukan penjelasan lebih rinci mengenai de-terminasi sustainability report bagi kinerja keuangan perusahaan perkebunan. Peneli-tian ini berkontribusi terhadap pengemban-gan sustainability report bagi perusahaan di Indonesia. Dalam tahap praktis, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi setiap stake-holders untuk mengambil keputusan bisnis.

METODEJumlah populasi yang diteliti adalah

555 entitas yang terdaftar di BEI serta pur-posive sampling diterapkan dalam peneta-pan sampel dari ketentuan-ketentuan yang sudah diterapkan. Perusahaan-perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dari ta-

Page 3: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

Rangkuti, Yuliantoro, Yefni, Lebih Penting Mana Sustaiblity Report atau Laba... 367

hun 2013 hingga 2017 adalah kriterianya, di mana ada 14 perusahaan yang diteliti. Kopi, karet, rempah-rempah, dan teh adalah produk yang dihasilkan dari perkebunan di Indonesia yang memiliki kinerja negatif di tahun 2018.

Penentuan sampel ini didasarkan dari laba. Laba yang dihasilkan oleh suatu pe-rusahaan dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menentukan kinerja keuangan pe-rusahaan (Ding, Ferreira, & Wongchoti, 2016; Kao, Yeh, Wang, & Fung, 2018; Yoon & Chung, 2018). Entitas keuangan se-perti perbankan yang ada di Indonesia ki-nerja keuang annya diukur dengan laporan keuang an yang dibuat.

Laba yang diperoleh dari suatu en-titas dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasionalnya dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan. Dari pe-manfaatan sumber daya yang ada, suatu perusahaan akan selalu berusaha tumbuh, berkembang, dan terus melakukan ekspansi sehingga prospek atau keberlangsungan pe-rusahaan tetap terjamin. Kalau standar dan tujuan suatu perusahaan telah tercapai, pe-rusahaan bisa dikatakan sukses. Agar tetap bisa berkompetisi dengan perusahaan lain, suatu perusahaan harus tetap menjaga atau meningkatkan kinerja keuangannya dengan cara terus memperhatikan dan melakukan perubahan-perubahan sehubungan dengan perbaikan kegiatan operasionalnya.

Laporan keuangan yang dimiliki suatu perusahaan dapat berupa laporan kinerja, laporan pergerakan ekuitas, laporan aliran uang masuk serta uang keluar, dan laporan penjelasan lebih rinci atas laporan keuang-an. Informasi ini biasanya disusun dan di-laporkan dalam bentuk laporan tahunan, semester, atau periode tiga bulan, bergan-tung pada kebutuhannya. Terkadang lapor-an keuangan dapat dibuat dengan versi yang berbeda bergantung pada minat para pe-mangku kepentingan. Ada laporan keuang-an yang ditujukan untuk Direktur/Komi-saris, laporan keuangan untuk pembayaran pajak, laporan keuangan untuk pernyataan dalam rapat umum pemegang saham, atau laporan keuangan untuk memperoleh pin-jaman kredit perbankan (Coad, Segarra, & Teruel, 2013; Ma & Jin, 2016).

Ada beberapa rasio yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan, seperti rasio kemampuan perusahaan melunasi utang lancar dan utang jangka panjang serta ra-sio kemampuan perusahaan mendapatkan

penjualan atas kas dari pemanfaatan kapa-sitas yang dimiliki oleh suatu entitas yang disebut debagai rasio aktivitas. Berikutnya penggunaan total aset atau modal sendi-ri untuk penjaminan utang disebut dengan rasio leverage. Berikutnya rasio yang digu-nakan sebagai ukuran keefektifan badan usaha dalam mengelola sumber daya yang ada untuk pencapaian laba. Dan yang ter-akhir ditunjukkan dengan rasio kemam-puan perusahaan yang telah go public dalam meningkatkan harta (aset) para investor dan calon investor (Church, Jiang, Kuang, & Vi-talis, 2019; Hamilton & Winchel, 2019). Un-tuk pengukuran tingkat kinerja keuangan dalam riset ini, yang digunakan adalah ROA (Ibrahim, Solikahan, & Widyatama, 2015; Withisuphakorn & Jiraporn, 2016). Sema-kin tinggi tingkat keuntungan yang diper-oleh, ROS-nya juga semakin besar (Bellalah, 2016; Borisova, John, & Salotti, 2013; Gor-benko, 2019).

Sustainability report dimaksudkan un-tuk membantu perusahaan dalam meng-ukur, mengendalikan, dan mengungkapkan kinerja perusahaan dalam bidang sosial dan lingkungan, tata kelola, dan sosial (Herre-mans & Nazari, 2016; Unerman & Zappetti-ni, 2014). Dalam proses pengumpulan infor-masi untuk sustainability report, perusahaan dapat melakukan deteksi dini risiko-risiko lingkungan serta sosial yang mungkin akan dihadapi. Di Indonesia, sustainability report telah didorong oleh Ikatan Akuntan Mana-jemen Indonesia (IMAI) bersama de ngan pu-sat nasional yang mengurusi sustainability report (NCSR) setidaknya sejak tahun 2005 dengan mengadakan Penghargaan sustain-ability report di Indonesia (ISRA) sebagai penghargaan kepada perusahaan-perusa-haan yang melaporkan dengan baik kinerja berkelanjutan di bidang sosial, lingkungan, dan ekonomi. Meskipun jumlah perusahaan yang mengungkapkan sustainability report meningkat setiap tahunnya, namun, pada tahun 2015 sendiri setidaknya baru 16 pe-rusahaan go public yang ikut serta pada ke-giatan tahunan ini.

Informasi yang disajikan dalam sus-tainability report adalah aspek yang materi-al. Informasi ini sangat penting dalam suatu perusahaan karena pengaruhnya dapat di-identifikasi. Aspek ekonomi dan lingkungan adalah hasil cerminan dari aspek material ini yang dijadikan sebagai dasar kebijak-an bisnis oleh pihak internal serta oleh pi-hak-pihak eksternal. Semua butir yang ter-

Page 4: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

368 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

cantum dalam aspek material ini, baik aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan harus dapat diidentifikasi menggunakan pendekat­an manajemen sehingga nantinya bisa dijad-ikan sebagai indikator.

Standar GRI-G4 menetapkan 3 bidang penting yang tertuang dalam sustainabili-ty report, yang dijadikan faktor determinan dalam riset ini. Dimensi kinerja ekonomi dapat mempengaruhi organisasi dari segi ekonomi baik di tingkat lokal, nasional, maupun glo bal. Dalam dimensi ekonomi juga dibicarakan hal terkait arus modal an-tara pihak-pihak yang berkepen tingan yang berbeda-beda. Tiga indikator dalam dampak ekonomi dan memiliki 9 butir yang diharap-kan untuk diungkapkan dalam laporan yang mencakup aspek kinerja ekonomi (economic performance) (Lopatta, Jaeschke, Canitz, & Kaspereit, 2017; Petrenko, Aime, Ridge, & Hill, 2016; Story & Neves, 2015).

Dalam dimensi aspek lingkung an, terkait aktivitas organisasi yang bisa me-nimbulkan dampak terhadap alam dan lingkungan sekitarnya, seperti tanah, air, dan udara. Dampak yang bisa ditimbulkan dari aktivitas dimensi lingkungan ini adalah emisi dan limbah yang bisa membahayakan kelangsungan hidup organisme yang ada di sekitarnya, serta berdampak terhadap hasil produk dan jasa yang dihasilkan oleh organi-sasi perusahaan tersebut.

Untuk dimensi sosial, dampak yang ditimbulkan adalah kehidupan sosial tempat organisasi perusahaan berdiri. Rincian ind-ikator kiner ja sosial dalam GRI-G4 bisa men-yangkut bidang tenaga kerja dan kepuas-an dalam bekerja, hak azasi manusia, dan pertanggung jawaban terhadap produk yang dihasilkan (Ali, Frynas, & Mahmood, 2017; Chintrakarn, Jiraporn, Jiraporn, & David-son, 2017; Fryzel & Seppala, 2016). Pengaruh sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan opera-sional suatu perusahaan adalah bagian dari dimensi ki nerja sosial. Berdasarkan aturan yang tercantum dalam GRI-G4, dimensi so-sial ini dapat berupa tanggung jawab suatu perusahaan terhadap produknya, hubung-annya dengan masyarakat sekitar, pelaksa-naan ketenagakerjaan dan kepuasan dalam bekerja, serta menjunjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia.

Ukuran dan usia perusahaan digunakan sebagai variabel pemoderasi pengaruh sus-tainability report dengan kinerja keuangan perusahaaan. Besar kecilnya perusahaan di-tentukan dengan Ukuran Perusahaan, bisa

dibuktikan dari jumlah harta, total omzet, atau rata-rata omzet perusahaan (Brown-Li-burd & Zamora, 2015; Dah & Jizi, 2018). Da-lam penelitian ini jumlah harta digunakan dalam penentuan Ukuran Perusahaan. Usia perusahaan dibuktikan dengan lamanya suatu entitas mempu bertahan, berkompe-tisi, dan mengambil peluang dalam suatu kesempatan bisnis. Pengalaman banyak di-peroleh dari beberapa entitas yang memang sudah lama berdiri. Dengan memperhatikan tanggung jawab ekonomi, lingkungan, dan sosial, diharapkan dapat berkontribusi pada beberapa entitas yang diteliti dan beberapa pihak yang ada hubungannya dengan upa-ya peningkatan kinerja keuangannya. Teori organisasi, teknologi, dan kelembagaan ada-lah tiga kategori dalam menentukan Ukuran Perusahaan. Teori proses kontrol, pengaruh lingkungan, atau fungsi produksi adalah se-bagai dasar untuk semua kategori (Gao, Wu, & Hafsi, 2017; López-Pérez, Melero, & Sese, 2017; Wickert, Scherer, & Spence, 2016). Te-ori organisasi dibagi lagi menjadi biaya dan kontrak serta hierarki perusahaan. Suatu entitas dengan skala yang besar, apalagi su-dah terdaftar di BEI, membuat masyarakat luas semakin mudah untuk mengakses in-formasi yang ada pada perusahaan. Dalam penelitian ini untuk total asetnya harus menggunakan logaritma natural agar nilai-nya tidak terlalu signifikan berbeda dengan nilai variabel yang lain.

Tujuan jangka panjang suatu entitas adalah untuk meningkatkan kekayaan para investor, yang ditandai dengan peningkatan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari satu tahun ke tahun lain-nya sehingga kelangsungan hidup perusa-haan lebih terjamin (Cullinan, Mahoney, & Roush, 2017; Martin & Moser, 2016). Umur perusahaan bisa sebagai bahan pertimbang-an dalam hal modal yang ditanamkan inves-tor dalam perusahaan. Cerminan dari usia perusahaan dapat dibuktikan dengan ke-langsungan hidup usaha perusahaan dan kemampuan bersaing serta mampu me-manfaatkan peluang dalam kegiatan bisnis (Capasso, Gallucci, & Rossi, 2015; Rafiq, Salim, & Smyth, 2016). Semakin lama peru-sahaan berdiri, stabilitas perusahaan dalam mempertahankan laba akan lebih terjamin. Pengalaman manajemen dalam mengelola bisnisnya sangat penting untuk peningkat-an laba perusahaan (Beyer, Guttman, & Marinovic, 2019; Faurel, Haight, & Simon, 2018; Türker, 2015). Usia perusahaan dapat

Page 5: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

Rangkuti, Yuliantoro, Yefni, Lebih Penting Mana Sustaiblity Report atau Laba... 369

ditentukan dengan tahun yang diteliti diku-rangi dengan tahun berdirinya perusahaan (Agnihotri & Bhattacharya, 2019; Elgergeni, Khan, & Kakabadse, 2018; Maulana, Salim, & Aisjah, 2015; Rim & Kim, 2016).

Dalam penentuan determinan sustain-ability report terhadap kinerja keuangan pe-rusahaan, dapat dilakukan dengan pengu-jian ukuran dan usia perusahaan sebagai variabel pemoderasi. Sementara itu, untuk menyaksikan hasil determinansinya meng-gunakan uji regresi berganda, dengan meli-hat jika tingkat signifikansinya < 0,05, maka hasilnya adalah variabel independen bisa menjadi faktor determinan terhadap varia-bel dependennya. Sebaliknya, kalau tingkat signifikansinya > 0,05, maka variabel inde-pendennya tidak dapat menjadi faktor de-terminan terhadap variabel dependennya. Gambar 1 menunjukkan model penelitian.

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa kinerja keuangan dideterminasi oleh sustain-ability report. Sementara yang menjadi varia-bel pemoderasi ada ukuran dan usia peru-sahaan. Diharapkan variabel moderasi yang diajukan oleh peneliti mampu memperkuat pengaruh antara sustainability report dan ki-nerja keuangan,

HASIL DAN PEMBAHASANSumber data penelitian ini adalah dari

market info PT. IQ Plus Prima dan website www.idx.co.id. Populasi sebanyak 555 pe-rusahaan, sementara jumlah sampelnya adalah 14 entitas, dengan tahun penelitian 2013 sampai dengan 2017. Tabel 1 menya-jikan hasil uji statistik deskriptifnya.

Nilai rata-rata kinerja keuangan de ngan variabel ROA menunjukkan angka 5,5%, dari 2013 hingga 2017, sementara angka mini mumnya adalah 0,02, sementara angka maksimumnya yaitu 17,83. Sementara itu,

3,84 sebagai standar deviasi ukuran penye-baran datanya. Berdasarkan Tabel 1, nilai rata-rata ROA-nya 5,5. Dari nilai tersebut semuanya bernilai positif walaupun masih ada yang nilainya negatif. Kondisi ini mem-perlihatkan bahwa sebagian besar entitas yang diteliti memiliki laba bersih setelah pa-jak lebih dari total aset yang dimilinya. Hal ini bukan menjadi masalah karena perusahaan yang bersangkutan mampu memaksimal-kan total aset yang ada untuk mendapatkan laba bersih. Pengembalian sebesar Rp5,5,00 mampu dihasilkan dari Rp1,00 aset perusa-haan. Laba yang diperoleh entitas makin be-sar, maka ROA juga makin tinggi. Dari peru-sahaan-perusahaan yang diteliti, PT. Astra Agro Lestari, tbk (AALI) adalah entitas yang memiliki ROA paling tinggi, sementara yang paling rendah adalah berada di titik 0,02, yaitu perusahaan PT. Multi Agro Gemilang Plantation, tbk. (MAGP).

Cara menentukan sustainability report adalah dengan mengkaji tiap butir yang ter-masuk dalam dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial, sehingga jika ada butir yang diungkapkan dengan memberikan angka 1 dan angka 0 apabila butir tidak disebut-kan, kemudian semua bagian ditotalkan, se-hingga dapat indikator SR (n) untuk semua aspek yang ada pada perusahaan. Berdasar-kan tabel statistik deskriptif, terlihat bahwa sustainability report yang paling tinggi ada-lah 1,03, di mana kalau dilihat di data ada-lah perusahaan Dharma Satya Nusantara, tbk (DSNG). Hal ini mengindikasikan bah-wa perhatian perusahaan dalam membuat sustainability report sangat diperhatikan. Adanya sustainability report ini memberikan informasi kepada para pemangku kepen-tingan untuk dijadikan sebagai alat dalam peningkatan image perusahaan, harga pa-sar saham perusahaan, peningkatan keper-

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Sustainability Report

Variabel Moderasi:Ukuran Perusahaan

Usia Perusahaan

Kinerja Keuangan

Page 6: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

370 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

cayaan pelanggan terhadap produk dalam jangka panjang, dan dapat dikelolanya risiko oleh perusahaan. Untuk mencapai keingin-an para pemegang saham dalam jangka panjang, harus ada sistem manajemen yang baik, sehingga dampak yang ditimbulkan dari ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat dikendalikan. Sustainability Report Disclo-sure Index (SRDI) yang paling rendah ada-lah dengan nilai 0,32. Hal ini mengidenti-fikasikan, walaupun bernilai positif, tapi dengan angka di bawah 1, masih dikatakan rendah, sehingga harus mendapatkan per-hatian yang serius oleh perusahaan dalam menyajikan sustainability report-nya.

Ukuran perusahaan sebagai variabel pemoderasi pertama ditentukan dengan jum-lah aset yang ada pada perusahaan. Logarit-ma natural adalah cara yang dbutirpuh un-tuk menurunkan nilai total aset yang besar, sehingga nilai-nilai dari total asetnya tidak berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan nilai variabel-variabel yang lain. Nilai rata-rata diperoleh sebesar 29,53 de ngan kisaran minimumnya 26,26, sedangkan maksimumnya adalah 31,14. Total aset yang tinggi identik dengan skala entitas yang be-sar juga sehingga kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengoperasikan ke-giatan usahanya juga semakin besar. Maka, keuntungan yang dihasilkan juga akan ber-tambah. Dari perusahaan-perusahaan yang diteliti PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. ada-lah perusahaan perkebunan dengan total aset tertinggi. Selain untuk memperluas dan peningkatan operasinya, total aset yang be-sar bisa digunakan untuk menambah jumlah investasi suatu entitas, yang mengharapkan kenaikan harga di masa yang akan datang dibandingkan dengan pada saat perusahaan memperoleh investasi. Tentunya ini sangat bermanfaat bagi entitas jika di kemudian

hari mengalami kesulitan keuangan, dan investasi ini bisa menjadi solusi memenuhi kebutuhan dana tersebut.

Sementara itu, variabel moderasi kedua yaitu umur perusahaan. Berdasarkan Tabel 1, maksimum umur perusahaan adalah 25. Berdasarkan data Tabel 1 yang tertua adalah perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantation (UNSP), sementara yang paling muda adalah umur hitungan bulan (0 tahun), karena pe-rusahaannya baru berdiri tahun 2013. Ta-hun yang diteliti dikurangi dengan tahun perusahaan berdiri adalah cara penentuan umur perusahaan. Perusahaan yang sudah lama beroperasi, pengalaman dalam me-ngelola usahanya juga semakin besar. Oleh karena itu, besar kemungkinan dari pe-ngalaman-pengalaman yang ada dan peman-faatan sumber daya yang ada, kemampuan untuk meningkatkan kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan peningkatan laba juga semakin besar. Semakin besar laba perusa-haan, bisa meningkatkan dividen dan laba per lembar saham para pemegang saham, sehingga kekayaan para pemegang saham akan makin besar dan memungkinkan me-reka akan tetap mempertahankan investa-sinya atau bahkan menambah jumlah da-nanya pada entitas tempat berinvestasi.

Faktor dependen merupakan faktor yang bergantung pada faktor bebas, dan pa-rameternya ditentukan oleh uji t-statistik dalam regresi linear berganda. Jika tingkat signifikansi <0,05 (standar kesalahan 5%), faktor tidak terikat itu bisa sebagai faktor de-terminan terhadap faktor terikatnya. Semen-tara itu, jika sebaliknya tingkat signifikansi >0,05 (level kesalahan 5%), faktor tidak teri-katnya tidak bisa sebagai faktor determinan terhadap variabel terikatnya. Dari Tabel 2 ti-dak ada yang menjadi faktor determinan ter-hadap ROA, baik sustainability report, total

Tabel 1. Uji Statistik Deskriptif

Deskripsi Minimum Maksimum Rata-Rata Standar DeviasiTotal Aset 26,26 31,14 29,5266 1,27583ROA 0,02 17,83 5,5309 3,84402Umur Perusahaan 0 25 10,3725 7,65235SRDI 0,32 1,03 0,6396 0,1923Indeks Total Aset 8,72 30,49 18,964 5,93514Indeks Umur Perusahaan 0 17,85 6,7386 5,55253

Page 7: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

Rangkuti, Yuliantoro, Yefni, Lebih Penting Mana Sustaiblity Report atau Laba... 371

aset, umur perusahaan, dan interaksi sus-tainability report dengan total aset ataupun interaksi sustainability report dengan umur perusahaan.

Berdasarkan Tabel 2, nilai beta un-tuk koefisien sustainability report adalah -6,313 yang berarti kinerja keuangan peru-sahaan akan turun jika terjadi penambahan peng ungkapan komponen bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial. Aktivitas badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan sangat terkait secara langsung dengan lingkungan dan sosial. Oleh kare-na itu, transparansi informasi dalam ben-tuk pengungkapan informasi lingkungan, ekonomi, dan kinerja sosial akan membuat perusahaan lebih konservatif dalam penge-lolaannya termasuk mengelola risiko yang muncul dari kegiatan usaha tersebut.

Pengungkapan sesuai dengan standar GRI-G4 mencakup usaha mitigasi risiko yang timbul dari kegiatan usaha yang telah diimplementasikan oleh perusahaan. Secara tidak langsung peningkatan jumlah kom-ponen yang diungkapkan akan mendorong perusahaan untuk terlihat bagus di mata investor sebagai pemilik dana. Oleh karena itu, tindakan nyata untuk antisipasi risiko mutlak diperlukan. Konsekuensinya, badan usaha akan membuat anggaran biaya untuk memitigasi risiko tersebut. Biaya tersebut tentunya berpengaruh terhadap pengurang-an keuntungan yang dihasilkan perusahaan yang tercermin salah satunya dalam angka ROA.

Dari Tabel 2 bisa dilihat nilai 0,267 se-bagai hasil signifikansi untuk variabel terse-but. Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini tidak bisa dideterminasi oleh sustainability report, sehingga hasilnya sama terhadap hasil riset Thomas & Kumar (2016). Sebaliknya hasil riset ini berbeda dengan temuan Cai, Lee, Xu, & Zeng (2019), Chen

& Lee (2017), Chen, Hung, & Wang (2018), dan Johnson (2019). Dalam riset Nazari, Hrazdil, & Mahmoudian (2017) disebutkan bahwa riset ini telah mendorong bank-bank Islam untuk mengadopsi investasi dan kebi-jakan keuangan yang rasional dan bijaksa-na, membuat keputusan operasional yang tepat untuk menghasilkan pendapatan, me-maksimalkan laba, dan mencapai tujuan para pemegang saham, menerbitkan sus-tainability report untuk menemukan apakah tujuan dan kegiatan sesuai dengan tujuan kepentingan masyarakat dan lingkungan, dan meningkatkan minat mereka dalam keberlanjutan usaha. Sementara itu, riset Kucharska & Kowalczyk (2019) dan Malik, Mamun, & Amin (2019) disebutkan bahwa laba per saham (EPS), laba tiap perubahan surat kepemilikan suatu perusahaan (EPSC), dan nilai buku per saham (BVPS) adalah in-formasi dari value relevance.

Hasil dari komparasi perusahaan-pe-rusahaan pemenang SRA dan perusahaan non-SRA menunjukkan bahwa pengaruh positif antara EPS dengan penyertaan mo dal pada perusahaan dan memliki efek positif EPS dengan pengembalian atas penyertaan modal pada perusahaan (R) untuk perusa-haan SRA adalah lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan non-SRA. Sementa-ra itu, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa EPSC berhubungan positif dengan R ketika EPSC dan R diukur dengan nilai uang dan bukan oleh persentase, dan pengaruh positif antara EPSC dan R untuk perusa-haan SRA lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan non-SRA.

Penelitian ini menemukan bahwa va-lue relevance (BVPS) untuk perusahaan pe-menang SRA kurang dari entitas yang non-SRA. Dampak penelitian ini adalah bahwa informasi tentang para pemenang SRA berkontribusi terhadap penggunaan laporan

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Berganda

Koefisien StandarToleransi VIF

1,098 0,276Total Aset -6,313 -1,673 0,099 0,843 1,007SRDI -0,549 -1,12 0,267 0,587 1,703Indeks Total Aset 0,539 0,974 0,334 0,462 2,639Indeks Umur Perusahaan 6,695 1,696 0,095 0,621 1,102Umur Perusahaan -0,693 -1,142 0,258 0,384 2,602

t SignifikansiStatistik Kolinearitas

Page 8: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

372 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

keuangan, khususnya mengenai EPS dan EPSC. Pada hasil riset Cai, Lee, Xu, & Zeng (2019) dan Chen, Hung, & Wang (2018) dise-butkan bahwa dengan adanya sustainabili-ty report, perusahaan akan meningkatkan profitabilitasnya.

Sementara itu, hasil riset Ibrahim, So-likahan, & Widyatama (2015) dan Lindawati & Puspita (2015) menyebutkan bahwa pe-rusahaan harus menginvestasikan jumlah yang wajar dari pendapatan mereka untuk kegiatan keberlanjutan. Sementara itu re-gulator harus menetapkan standar sustain-ability report. Sanksi diberikan pada peru-sahaan-perusahaan yang tidak mengikuti aturan sebagai tindakan pencegahan.

Kalau kita lihat Tabel 1 hasil uji statis-tik deskriptif, terlihat bahwa ROA setiap pe-rusahaan yang diteliti selalu menunjukkan angka positif dari tahun 2013 sampai de-ngan 2017. Berdasarkan tabel tersebut ter-lihat bahwa kinerja keuangan setiap peru-sahaan yang diteliti itu bisa dikatakan baik. Hal itu karena dengan pemanfaatan aset yang ada, dapat memaksimalkan laba yang memang sudah menjadi target perusahaan. Walaupun kita lihat dari segi sustainabili-ty report-nya memang menunjukkan angka yang positif, tapi masih ada yang berkisar di antara 0 sampai dengan 1, sehingga mengin-dikasikan masih tergolong rendah. Memang semua perusahaan yang diteliti sudah meng-ungkapkan sustainability report-nya, tapi kalua dilihat dari sisi ekonomi, lingkungan dan sosialnya masih belum memadai yang sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh GRI-G3 atau yang sudah menjadi stan-dar internasional, sehingga tidak mempe-ngaruhi kinerja keuangan perusahaan-pe-rusahaan perkebunan yang diteliti.

Dalam sustainability report memang sudah ada aturan yang mewajibkan perusa-haan-perusahaan khususnya entitas perke-bunan yang terdaftar di BEI untuk mem-buatnya, tapi belum memiliki hukuman yang tegas bagi yang belum membuatnya. Setiap tahun setiap entitas perkebunan yang diteliti harus memberikan laporan keuangan dan sustainability report terhadap pihak-pi-hak yang berkepentingan. Sustainability re-port ini juga ada keterkaitan dengan laporan tanggung jawab sosial (Corporate Social Re-sponsibility/CSR). Kalau kita lihat laporan CSR perusahaan berhubungan dengan per-tanggungjawaban perusahaan dalam menja-

ga kondisi lingkungan dan masyarakat seki-tarnya sehingga keberlangsungan sebuah perusahaan tetap terjaga. Dalam laporan CSR, selain dengan kepedulian terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perusa-haannya, juga memperhatikan bagaimana kepuas an pelanggan, peningkatan mutu pendidikan masyarakat sekitar, pengem-bangan Sumber Daya Manusia, dan lain se-bagainya.

Sejak tahun 2004 sustainability report memang telah berkembang di Indonesia, tapi tahun 2012 baru diwajibkan untuk pe-rusahaan yang sudah go public. Belum ada sanksi yang diberikan jika ada perusahaan yang belum membuat sustainability report ini (Dosinta, Brata, & Heniwati, 2018; Indrawati, Darlis, & Azhar, 2017). Hal itu menyebabkan sustainability report yang dibuat oleh peru-sahaan-perusahaan perkebunan khususnya yang terdaftar di BEI tidak bisa dikatakan sudah optimal.

Entitas akan diuntungkan jika perusa-haan ramah terhadap lingkungan dan ma-syarakat sekitarnya. GRI-G4 adalah lemba-ga yang berlokasi di Belanda yang me ngatur penyusunan sustainability report yang sudah sesuai standar dunia, tapi belum sepenuhnya diterapkan yang sesuai stan-dar di Indonesia. Permintaan kredit yang akan diajukan oleh beberapa badan usaha wajib menyertai sustainability report sesuai dengan aturan yang telah dibuat dan dite-rapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika ada entitas yang bermasalah dengan pelestarian lingkungannya, maka sanksinya bisa berimbas pada bank yang memberikan dananya. Oleh karena itu, dalam hal ini per-lu pemeriksaan yang teliti dari pihak Bank sehubungan dengan ada tidaknya sustain-ability report yang dibuat oleh perusahaan sebagai peminta dana, dan semuanya harus mencakup kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial yang sudah tercantum dalam aturan yang dibuat oleh GRI-G4.

Dalam menanamkan modalnya di Indo-nesia, investor luar negeri akan lebih tertarik pada perusahaan yang melaporkan sustain-ability report yang berstandar dunia daripa-da tidak melaporkan. Seberapa bagus suatu perusahaan membuat sustainability report, menjadi faktor penentu laju investasi asing di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang berskala dunia seperti Nike, Reebok, dan Adi-das. akan memilih perusahaan-peusahaan

Page 9: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

Rangkuti, Yuliantoro, Yefni, Lebih Penting Mana Sustaiblity Report atau Laba... 373

yang ada di Indonesia yang sudah memiliki sustainability report berstandar dunia dalam hubungannya dengan supply chain.

Agar bisnis suatu perusahaan bertahan lama, harus ada sustainability report yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Salah satu bukti suatu perusahaan yang telah terbuka kepada publik adalah dengan diterbitkan nya sustainability report yang bisa menaikkan nama baik perusahaan di kalangan pelang-gan serta masyarakat di sekitarnya. Kalau tidak ada kerusakan alam karena aktivitas perusahaan, maka perusahaan akan diun-tungkan dengan tidak adanya tambahan pa-jak dengan menjaga kelestarian lingkungan-nya tersebut, dan imbasnya terhadap produk yang dihasilkan perusahaan tersebut laku-nya lebih tahan lama. Suatu perusahaan yang tidak ramah terhadap lingkungannya, keberlangsungan perusahaan tersebut ti-dak bertahan lama karena citra perusahaan tersebut sudah jatuh.

Masih sedikit perusahaan-perusahaan yang telah ada sustainability report-nya atau kebanyakan perusahaan-perusahaan tersebut tidak konsisten dalam pelaporan-nya. Hasil riset yang diperoleh Papenfuß (2014) dan Reimsbach, Hahn, & Gürtürk (2018) sama dengan hasil riset ini, di mana nilai signifikansinya 0,095 > 0,05. Luasnya peng ungkapan sustainability report yang di-buat oleh perusahaan di mana aktivitasnya memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat bukanlah ditentukan oleh ukuran perusahaan.

Luasnya pengungkapan tersebut tidak akan berdampak pada kinerja keuangannya, terutama ROA. ROA pada dasarnya merupa-kan salah satu unsur dilaporkan di catatan atas laporan keuangan termasuk pelaporan sustainability report ini. Hingga saat ini in-vestor tidak terlalu fokus pada sustainability report karena hal tersebut diharuskan ketika aktivitas perusahaan merugikan lingkungan dan masyarakat sehingga tidak akan ber-pengaruh terhadap kinerja keuangan dalam rentang waktu berjalan terutama ROA.

Dari Tabel 2 hasil uji signifikansi dica-pai nilai signifikansinya adalah 0,258, dan hasil tersebut lebih besar dari 0,05, maka usia perusahaan tersebut tidak dapat me-moderasi hubungan sustainability report terhadap kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang diteliti tidak bisa dijadikan sebagai faktor determinan. Pengungkapan sustainability report tidak bisa ditentukan dengan seberapa lama usia suatu perusa-

haan, tapi dilihat dari seberapa banyak ak-tivitas perusahaan keterkaitannya dengan bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ke-beradaaan suatu entitas agar tetap mampu bersaing memang bisa ditunjukkan dengan usia perusahaan. Karena usia perusahaan adalah awal suatu perusahaan melakukan aktivitas dan sampai mempertahankan ke-langsungan usahanya dalam dunia bisnis, ada asumsi bahwa suatu perusahaan memi-liki usia tidak terbatas, karena asumsi tetap berkesinambungan secara terus menerus. Karena kegiatan operasionalnya sebagian besar berhubungan dengan alam, perusa-haan-perusahaan perkebunan termasuk kelompok yang diwajibkan membuat sus-tainability report di samping laporan yang digambarkan oleh aktivitas keuangan. ROA ditunjukkan dengan seberapa besar kesang-gupan perusahaan tersebut dalam mengelo-la asetnya untuk mendapatkan laba.

Dari tabel 2 hasil uji signifikansi terli-hat bahwa sustainability report tidak dapat menjadi faktor determinan terhadap kiner-ja keuangan perusahaan dengan dimoder-asi oleh ukuran perusahaan yang hasilnya adalah 0,334, yang lebih dari 0,05. Jadi, wa-laupun total aset suatu perusahaan besar, jika tidak didukung dengan sustainability report yang memadai, bukan jaminan kiner-ja keuangan suatu perusahaan akan meng-alami peningkatan. Aset yang besar yang dimiliki oleh perusahaan memang bisa jadi jaminan memiliki modal yang besar dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya. Dari aspek ekonomi mungkin bisa mencapai target, tapi dari segi sosial dan lingkungan belum bisa dijamin. Tentu ini juga menjadi perhatian tiap pemangku kepentingan, teru-tama pihak pemerintah agar menindak tegas perusahaan-perusahaan khususnya peru-sahaan perkebunan yang tidak melaporkan secara lengkap sesuai dengan standar global sustainability report-nya. Karena sustainabi-lity report hanyalah dalam bentuk laporan dokumentasi saja, tentunya harus semacam asesmen lapangan untuk membuktikan apa yang sudah terdokumentasi perusahaan yang tertuang dalam sustainability report be-nar adanya atau tidak dengan keadaan yang sebenarnya.

SIMPULANKinerja keuangan perusahaan-perusa-

haan perkebunan tidak dapat ditentukan dengan adanya sustainability report. Karena sustainability report memang sudah diatur

Page 10: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

374 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

susunannya sampai sudah berskala du nia, tapi belum disertai dengan sanksi yang te-gas bila ada beberapa entitas yang belum membuatnya. Oleh karena itu sustainability report yang dibuat oleh entitas-entitas yang berkecimpung di bidang perkebunan yang sudah terdaftar di BEI belum bisa dikatakan sudah optimal. Sustainability report harus menggambarkan dimensi ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi lingkungan yang keten-tuannya sudah diatur dalam GRI-G4. Kalau ketiga dimensi ini tidak optimal dilakukan, ada kemungkinan kinerja keuangan peru-sahaan perkebunan menurun karena dari hasil statistik uji determinasi. Sustainability report bisa sebagai determinasi positif terha-dap kinerja keuangan perusahaan perkebu-nan yang diteliti.

Untuk itu, sangat diharapkan seka-li pihak OJK dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan prosedur sustainabili-ty report ini untuk menindak tegas pelaku yang tidak melampirkan sustainability re-port-nya atau membuat laporan hanya seke-darnya saja. Langkah yang mungkin perlu diambil adalah mengharuskan semua pe-rusahaan, khususnya yang terdaftar di BEI membuat sustainability report sesuai dengan standar yang sudah disusun oleh GRI-G4. Penurunan permintaan hasil perkebunan oleh negara-negara pengimpor disebabkan oleh kurangnya peremajaan tanaman yang sudah memasuki usia tidak produktif, dan ini harus mendapatkan perhatian yang se-rius. Karena tidak adanya inisiatif perusa-haan-perusahaan perkebunan dalam hal penanaman kembali, maka produk-produk yang dihasilkan dari pertanian tersebut ba-nyak yang ditolak oleh perusahaan-perusa-haan pengimpor, sehingga menurunkan mi-nat para importir produk hasil perkebunan di Indonesia.

Indikator penilaian kinerja keuangan untuk perusahaan perkebunan dalam riset ini yang digunakan adalah ROA, sedangkan variabel penialain kierja keuangan lainnya semisal rasio pasar yang diwakili oleh ra-sio laba bersih yang dihasilkan perusahaan dalam satu periode dibagi dengan jumlah saham beredarnya (earning per share) atau harga saham yang berlaku di pasar diba-gi dengan nilai buku sahamnya (Price to book value) menjadi alternatif dalam pene-litian berikutnya. Perlu perluasan sampel untuk penelitian berikutnya seperti di in-dustri pertambangan, industri peternakan,

dan perikanan yang bahan bakunya masih mengharapkan dari alam. Karena peru-sahaan-perusahaan industri tersebut ada dampak sosial yang ditimbulkannya diban-dingkan dengan industri-industri lainnya. Perusahaan seperti pertambangan menjual produk yang di butuhkan oleh konsumen dari bahan baku yang berasal dari bawah permukaan tanah dengan cara ekstraksi dan diproses le bih lanjut menjadi barang jadi. Tidak jarang kegiatan operasional nya sering berhubung an dengan lingkungan hidup atau keadaan sekitar nya. Jadi, per-tanggungjawaban sosial atau yang disebut dengan CSR harus lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Selain sebagai fak-tor yang diklaim sebagai pemicu kerusakan alam atau lingkung an, kegiatan perusa-haan pertambangan juga sering sebagai fak-tor yang meninbulkan kecemburuan sosial ekonomi, sehingga agar dapat tetap diken-dalikan, harus membuat sustainability re-port sehingga para pihak pemangku kepen-tingan tetap yakin dan percaya terhadap eksistensi perusahaan pertambangan ini. Selain dengan tujuan untuk kebutuhan para pemangku kepentingan, sustainability report ini juga bermanfaat dalam menunjang pem-bangunan nasional secara terus menerus berkesinambungan.

DAFTAR RUJUKANAgnihotri, A., & Bhattacharya, S. (2019).

Communicating CSR Practices–Role of Internationalization of Emerging Mar-ket Firms. Journal of Marketing Commu-nications, 25(4), 365-384. https://doi.org/10.1080/13527266.2016.1251488

Ali, W., Frynas, J. G., & Mahmood, Z. (2017). Determinants of Corporate Social Re-sponsibility (CSR) Disclosure in De-veloped and Developing Countries: A Literature Review. Corporate Social Re-sponsibility and Environmental Manage-ment, 24(4), 273-294. https://doi.org/ 10.1002/csr.1410.

Beck, C., Frost, G., & Jones, S. (2018). CSR Dis-closure and Financial Performance Revisited: A Cross-Country Analy-sis. Australian Journal of Manage-ment, 43(4), 517–537. https://doi.org/10.1177/0312896218771438

Bellalah, M. (2016). Shadow Costs of Incom-plete Information and Short Sales in the Valuation of the Firm and Its Assets. The North American Journal of Econo mics

Page 11: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

Rangkuti, Yuliantoro, Yefni, Lebih Penting Mana Sustaiblity Report atau Laba... 375

and Finance, 37, 406-419. https://doi.org/10.1016/j.najef.2016.02.001

Beyer, A., Guttman, I., & Marinovic, I. (2019). Earnings Management and Earnings Quality: Theory and Evidence. The Accounting Review, 94(4), 77-101. https://doi.org/10.2308/accr-52282

Borisova, G., John, K., & Salotti, V. (2013). The Value of Financing through Cross-Border Asset Sales: Shareholder Returns and Liquidity. Journal of Corpo-rate Finance, 22, 320-344. https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2013.06.002

Brown-Liburd, C., & Zamora, V. L. (2015). The Role of Corporate Social Respon-sibility (CSR) Assurance in Investors’ Judgments When Managerial Pay is Explicitly Tied to CSR Performance. AU-DITING: A Journal of Practice & Theory, 34(1), 75-96. https://doi.org/10.2308/ajpt-50813

Cai, W., Lee, E., Xu, A. L., & Zeng, C. C. (2019). Does Corporate Social Respon-sibility Disclosure Reduce the Informa-tion Disadvantage of Foreign Investors? Journal of International Account-ing, Auditing and Taxation, 34, 12-29. https://doi.org/10.1016/j.intaccaud-tax.2019.02.001

Capasso, A., Gallucci, C., & Rossi, M. (2015). Standing the Test of Time: Does Firm Performance Improve with Age? An Analysis of the Wine Industry. Business History, 57(7), 1037-1053. https://doi.org/10.1080/00076791.2014.993614

Chen, R. C. Y., & Lee, C. H. (2017). The Influen ce of CSR on Firm Value: An Ap-plication of Panel Smooth Transition Regression on Taiwan. Applied Econo-mics, 49(34), 3422-3434. https://doi.org/10.1080/00036846.2016.1262516

Chen, Y. C., Hung, M., & Wang, Y. (2018). The Effect of Mandatory CSR Disclosure on Firm Profitability and Social Exter-nalities: Evidence from China. Journal of Accounting and Economics, 165(1), 169-190. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2017.11.009

Chintrakarn, P., Jiraporn, P., Jiraporn, N., & Davidson, T. (2017). Estimating the Ef-fect of Corporate Social Responsibility on Firm Value Using Geographic Iden-tification. Asia Pacific Journal of Finan-cial Studies, 46(2), 276-304. https://doi.org/10.1111/ajfs.12170

Church, B. K., Jiang, W., Kuang, X. J., & Vitalis, A. (2019). A Dollar for a Tree

or a Tree for a Dollar? The Behavioral Effects of Measurement Basis on Ma-nagers’ CSR Investment Decision. The Accounting Review, 94(5), 117-137. https://doi.org/10.2308/accr-52332

Coad, A., Segarra, A., & Teruel, M. (2013). Like Milk or Wine: Does Firm Perfor-mance Improve with Age? Structural Change and Economic Dynamics, 24, 173-189. https://doi.org/10.1016/j.strueco.2012.07.002

Cooper, E., & Uzun, H. (2019). Corporate So-cial Responsibility and Bankruptcy. Studies in Economics and Finance, 36(2), 130-153. https://doi.org/10.1108/SEF-01-2018-0013

Cruz, L. B., Boehe, D. M., & Ogasavara, M. H. (2015). CSR-based Differentiation Strategy of Export Firms From Devel-oping Countries: An Exploratory Study of the Strategy Tripod. Business & So-ciety, 54(6), 723–762. https://doi.org/10.1177/0007650312473728

Cullinan, C. P., Mahoney, L., & Roush, P. B. (2017). Are CSR Activities Associated with Shareholder Voting in Director Elections and Say-on-Pay Votes? Jour-nal of Contemporary Accounting & Eco-nomics, 13(3), 225-243. https://doi.org/10.1016/j.jcae.2017.09.003

Dah, M. A., & Jizi, M. I. (2018). Board In-dependence and the Efficacy of So-cial Reporting. Journal of Internation-al Accounting Research, 17(1), 25-45. https://doi.org/10.2308/jiar-51952

Dai, N. T., Du, F., Young, S. M., & Tang, G. (2018). Seeking Legitimacy through CSR Reporting: Evidence from Chi-na. Journal of Management Account-ing Research, 30(1), 1-29. https://doi.org/10.2308/jmar-51627

Ding, D. K., Ferreira, C., & Wongchoti, U. (2016). Does It Pay to be Different? Relative CSR and Its Impact on Firm Value. International Review of Finan-cial Analysis, 47, 86-98. https://doi.org/10.1016/j.irfa.2016.06.013

Dosinta, N. F, Brata, H., & Heniwati, E. (2018). Haruskah Value Creation Han-ya Terdapat pada Integrated Reporting? Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(2), 248-266. http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9015

Elgergeni, S., Khan, N., & Kakabadse, N. K. (2018). Firm Ownership Structure Im-pact on Corporate Social Responsibility: Evidence from Austerity UK. Internation-

Page 12: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

376 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

al Journal of Sustainable Development & World Ecology, 25(7), 602-618. https://doi.org/10.1080/13504509.2018.1450306

Faurel, L., Haight, T. D., & Simon, A. (2018). The Issuance and Informativeness of Management Long-Term Earnings Growth Forecasts. Accounting Horizons, 32(3), 1-27. https://doi.org/10.2308/acch-52111

Fryzel, B., & Seppala, N. (2016). The Effect of CSR Evaluations on Affective Attach-ment to CSR in Different Identity Orien-tation Firms. Business Ethics: A Europe-an Review, 25(3), 310-326. https://doi.org/10.1111/beer.12116

Gao, Y., Wu, J., & Hafsi, T. (2017). The Invert-ed U-Shaped Relationship between Corporate Philanthropy and Spend-ing on Research and Development: A Case of Complementarity and Compe-tition Moderated by Firm Size and Vis-ibility. Corporate Social Responsibility and Environmental Management, 24(6), 465– 477. https://doi.org/10.1002/csr.1420.

Gödker, K., & Mertins, L. (2018). CSR Dis-closure and Investor Behavior: A Pro-posed Framework and Research Agen-da. Behavioral Research in Accounting, 30(2), 37-53. https://doi.org/10.2308/bria-51976

Gorbenko, A. S. (2019). How Do Valuations Impact Outcomes of Asset Sales with Heterogeneous Bidders? Journal of Fi-nancial Economics, 131(1), 88-117. https://doi .org/10.1016/j. j f ine-co.2018.08.001

Gupta, K., & Krishnamurti, C. (2018). Does Corporate Social Responsibility En-gagement Benefit Distressed Firms? The Role of Moral and Exchange Cap-ital. Pacific-Basin Finance Journal, 50, 249-262. https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2016.10.010

Hamilton, E. L., & Winchel, J. (2019). Inves-tors’ Processing of Financial Communi-cations: A Persuasion Perspective. Be-havioral Research in Accounting, 31(1), 133-156. https://doi.org/10.2308/bria-52211

Herremans, I. M., & Nazari, J. A. (2016). Sustainability Reporting Driving For-ces and Management Control Systems. Journal of Management Accounting Re-search, 28(2), 103-124. https://doi.org/10.2308/jmar-51470

Ibrahim, M., Solikahan, E., & Widyatama, A. (2015). Karakteristik Perusahaan, Luas Pengungkapan Corporate Social Re-sponsibility, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(1), 99-106. https://doi.org/10.18202/ja-mal.2015.04.6008

Indrawati, N., Darlis, E., & Azhar, A. L. (2017). The Accuracy of Earning Fore-cast Analysis, Information Asymmetry and Integrated Reporting – Case of In-donesia. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 4(1), 19–32. https://doi.org/10.24815/jdab.v4i1.5843

Johnson, J. A. (2019). The Influence of Per­formance Reporting Attributes on Ma-nagers’ Capital Allocation Decisions: An Examination of Reporting Audience and Location. Journal of Financial Re-porting, 4(1), 117-139. https://doi.org/10.2308/jfir­52430

Kao, E. H., Yeh, C. C., Wang, L. H., & Fung, H. G. (2018). The Relationship between CSR and Performance: Evidence in Chi-na. Pacific-Basin Finance Journal, 51, 155-170. https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2018.04.006

Kucharska, W, & Kowalczyk, R. (2019). How to Achieve Sustainability?—Employee’s Point of View on Company’s Culture and CSR Practice. Corporate Social Re-sponsibility and Environmental Man-agement, 26(2), 453– 467. https://doi.org/10.1002/csr.1696

Laidroo, L., & Sokolova, M. (2015). Interna-tional Banks’ CSR Disclosures After the 2008 Crisis. Baltic Journal of Ma-nagement, 10(3), 270-294. https://doi.org/10.1108/BJM-08-2014-0128

Lin, K. C., & Dong, X. (2018). Corporate So-cial Responsibility Engagement of Fi-nancially Distressed Firms and Their Bankruptcy Likelihood. Advances in Accounting, 43, 32-45. https://doi.org/10.1016/j.adiac.2018.08.001

Lindawati, A., & Puspita, M. (2015). Corpo-rate Social Responsibilty: Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap da-lam Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(1), 157-174. https://doi.org/10.18202/ja-mal.2015.04.6013

Lopatta, K., Jaeschke, R., Canitz, F., & Kas-pereit, T. (2017). International Evidence on the Relationship between Insider and Bank Ownership and CSR Perfor-mance. Corporate Governance: An Inter-

Page 13: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

Rangkuti, Yuliantoro, Yefni, Lebih Penting Mana Sustaiblity Report atau Laba... 377

national Review, 25(1), 41– 57. https://doi.org/10.1111/corg.12174.

López-Pérez, M. E., Melero, I., & Sese, F. J. ( 2017). Management for Sustainable Development and Its Impact on Firm Value in the SME Context: Does Size Matter? Business Strategy and Envi-ronment, 26(7), 985–999. https://doi.org/10.1002/bse.1961.

Ma, C. A., & Jin, Y. (2016), What Drives the Relationship Between Financial Flex-ibility and Firm Performance: Invest-ment Scale or Investment Efficiency? Evidence from China. Emerging Mar-kets Finance and Trade, 52(9), 2043-2055. https://doi.org/10.1080/1540496X.2015.1098036

Malik, M., Mamun, M. A., & Amin, A. (2019). Peer Pressure, CSR Spending, and Long-Term Financial Performance. Asia-Pa-cific Journal of Accounting & Economics, 26(3), 241-260. https://doi.org/10.1080/16081625.2018.1493933

Martin, P. R., & Moser, D. V. (2013). Mana -gers’ Green Investment Disclosures and Investors’ Reaction. Journal of Ac-counting and Economics, 61(1), 239-254. https://doi.org/10.1016/j.jacce-co.2015.08.004

Maulana, P., Salim, U., & Aisjah, S. (2015). Determinan Harga Saham Perbankan yang Terdaftar (2009-2012) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Multi-paradigma, 6(2), 185-200. https://doi.org/10.18202/jamal.2015.08.6015

Nazari, J. A., Hrazdil, A., & Mahmoudian, F. (2017). Assessing Social and Environ-mental Performance through Narra-tive Complexity in CSR Reports. Jour-nal of Contemporary Accounting & Economics, 13(2), 166-178. https://doi.org/10.1016/j.jcae.2017.05.002

Papenfuß, U. (2014). How (Should) Public Authorities Report on State-Owned Enterprises for Financial Sustainabil-ity and Cutback Management—A New Quality Model. Public Money & Manage-ment, 34(2), 115-122. https://doi.org/10.1080/09540962.2014.887519

Petrenko, O. V., Aime, F., Ridge, J., & Hill, A. (2016. Corporate Social Responsi-bility or CEO Narcissism? CSR Motiva-tions and Organizational Performance. Strategic Management. Journal, 37(2),

262-279. https://doi.org/10.1002/smj.2348

Rafiq, S., Salim, R., & Smyth, R. (2016). The Moderating Role of Firm Age in the Rela-tionship between R&D Expenditure and Financial Performance: Evidence from Chinese and US Mining Firms. Econom-ic Modelling, 56, 122-132. https://doi.org/10.1016/j.econmod.2016.04.003

Reimsbach, D., Hahn, R., & Gürtürk, A. (2018). Integrated Reporting and As-surance of Sustainability Information: An Experimental Study on Professional Investors’ Information Processing. Eu-ropean Accounting Review, 27(3), 559-581. https://doi.org/10.1080/09638180.2016.1273787

Rim, H., & Kim, S. (2016). Dimensions of Corporate Social Responsibility (CSR) Skepticism and Their Impacts on Pub-lic Evaluations toward CSR. Journal of Public Relations Research, 28(5-6), 248-267. https://doi.org/10.1080/1062726X.2016.1261702

Story, J., & Neves, P. (2015). When Corporate Social Responsibility (CSR) Increas-es Performance: Exploring the Role of Intrinsic and Extrinsic CSR Attri-bution. Business Ethics: A European Review, 24(2), 111-124. https://doi.org/10.1111/beer.12084

Thomas, J. R. & Kumar, J. (2016). Social Performance and Sustainability of Indi-an Microfinance Institutions: An Inter-rogation. Journal of Sustainable Finance & Investment, 6(1), 38-50. https://doi.org/10.1080/20430795.2015.1124237

Türker, D. (2015). Contrasting Instrumen-tal Views on Corporate Social Respon-sibility: Short-term Versus Long-term Profit Orientation Approach. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 207, 568-576. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.10.128

Unerman, J., & Zappettini, F. (2014). In-corporating Materiality Considerations into Analyses of Absence from Sustain-ability Reporting. Social and Environ-mental Accountability Journal, 34(3), 172-186. https://doi.org/10.1080/0969160X.2014.965262

Verma, P., & Singh, A. (2016). Fostering Stakeholders Trust through CSR Re-porting: An Analytical Focus. IIM

Page 14: LEBIH PENTING MANA SUSTAINABILITY REPORT ATAU LABA …

378 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 365-378

Kozhikode Society & Management Review, 5(2), 186–199. https://doi.org/10.1177/2277975215618473

Wickert, C., Scherer, A. G., & Spence, L. J. (2016). Walking and Talking Corpo-rate Social Responsibility: Implications of Firm Size and Organizational Cost. Journal of Management Studies, 53(7), 1169-1196. https://doi.org/10.1111/joms.12209

Withisuphakorn, P., & Jiraporn, P. (2016). The Effect of Firm Maturity on Corpo-rate Social Responsibility (CSR): Do Older Firms Invest More in CSR? Ap-plied Economics Letters, 23(4), 298-301.

https://doi.org/10.1080/13504851.2015.1071464

Yoon, B., & Chung, Y. (2018). The Effects of Corporate Social Responsibility on Firm Performance: A Stakeholder Ap-proach. Journal of Hospitality and Tour-ism Management, 37, 89-96. https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2018.10.005

Zahller, K. A., Arnold, V., & Roberts, R. W. (2015). Using CSR Disclosure Quali-ty to Develop Social Resilience to Exo-genous Shocks: A Test of Investor Perceptions. Behavioral Research in Ac-counting, 27(2), 155-177. https://doi.org/10.2308/bria-51118