leaflet sampah

2
REHABILITASI EKOSISTEM MANGROVE “PENANAMAN 5000 MANGROVE” “PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SEBAGAI DAERAH REHABILITASI MANGROVE” KELOMPOK KKN TEMATIK UNRAM DESA GILI GEDE INDAH TAHUN 2012 Anggota : ONE KRIS NUR PERDANA M. YUSACH PRATOMO M. TAUFIKURAHMAN M. ZAINUDDIN FITRI NURHANDANI DINIL YAUMIL ADHANI SEPTIANA DWIYANTI RYAN KURNIAWATI CHAIRUN NUFUS Salah satu ekosistem utama wilayah pesisir dan laut adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan ekosistem alamiah yang unik dan memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Disamping berfungsi secara ekonomis, hutan mangrove juga memiliki fungsi ekologis antara lain sebagai penyedia nutrient, tempat pemijahan biota laut (spawning grounds), tempat pengasuhan (nusery grounds) dan tempat mencari makanan (feeding grounds) bagi biota laut seperti ikan, udang, kepiting dan potensial Sampah merupakan sisa konsumsi dari kegiatan sehari-hari dalam bentuk padat. Jenis sampah digolongkan sebagai sampah organik dan an organik. Sampah yang ada di pulau-pulau kecil berasal dari dua sumber, yaitu dari pulau itu sendiri dan dari luar pulau. Apabila sampah ini tidak diolah maka akan menjadi permasalahan serius sehingga mengganggu lingkungan dan keberadaan ekosistem disekitar pulau. Atas dasar itu , persoalan sampah di pulau-pulau kecil penting diatasi melalui pengolahan sampah dengan berbagai metode. a. PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU Meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan. Keberhasilan kegiatan ini sangat tergantung pada partisipasi masyarakat dan peran aktif institusi. bekas (isi 25 L), drum bekas yang dipotong menjadi 2 isinya bagian (isi 100 L), keranjang rotan atau bambu yang lebih dari 25 L untuk mempertahankan suhu kompos. Pemilihan wadah tergantung bahan yang tersedia, selera dan banyaknya sampah setiap hari. Sampah dimasukkan kedalam wadah kompos setiap hari (sebelum menjadi busuk) dan diaduk sampai ke dasar wadah supaya tidak becek di bagian bawah. Pengadukan dimaksudkan untuk memasukkan oksigen yang diperlukan untuk pernapasan mikroba kompos. Jika wadah sudah penuh, kompos baru bisa digunakan jika sudah matang. Pengomposan dimulai dengan wadah lain, dengan aktivator sebagian kompos yang masih panas dari wadah pertama. Kompos setengah jadi ini bisa juga dikirim ke pengomposan komunal untuk diproses bersama-sama. Sebagian ditinggal dalam wadah untuk dijadikan aktivator. Pengomposan Komunal Diperlukan bangunan tanpa dinding, atapnya dapat dibuat dari plastik terpal, daun kirai, plastik gelombang, genteng dan sebagainya tergantung dana yang tersedia. Lantainya bisa tanah, semen atau paving blok. Kita bisa menyebutnya sebagai “Rumah Kompos”. Untuk wadah pengomposan sampah organik rumah tangga dapat dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu, paving blok, bata dan sebagainya. Adonan kompos sampah organik rumah tangga jika diaduk setiap hari, akan LATAR BELAKANG

Upload: onee-kris-perdana-ridwan

Post on 09-Aug-2015

330 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Leaflet Sampah

REHABILITASI EKOSISTEM MANGROVE“PENANAMAN 5000 MANGROVE”

“PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SEBAGAI DAERAH REHABILITASI MANGROVE”

KELOMPOK KKN TEMATIK UNRAMDESA GILI GEDE INDAH TAHUN 2012

Anggota :

ONE KRIS NUR PERDANAM. YUSACH PRATOMOM. TAUFIKURAHMAN

M. ZAINUDDINFITRI NURHANDANI

DINIL YAUMIL ADHANISEPTIANA DWIYANTIRYAN KURNIAWATI

CHAIRUN NUFUS

Salah satu ekosistem utama wilayah pesisir dan laut adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan ekosistem alamiah yang unik dan memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Disamping berfungsi secara ekonomis, hutan mangrove juga memiliki fungsi ekologis antara lain sebagai penyedia nutrient, tempat pemijahan biota laut (spawning grounds), tempat pengasuhan (nusery grounds) dan tempat mencari makanan (feeding grounds) bagi biota laut seperti ikan, udang, kepiting dan potensialSampah merupakan sisa konsumsi dari kegiatan sehari-hari dalam bentuk padat. Jenis sampah digolongkan sebagai sampah organik dan an organik. Sampah yang ada di pulau-pulau kecil berasal dari dua sumber, yaitu dari pulau itu sendiri dan dari luar pulau. Apabila sampah ini tidak diolah maka akan menjadi permasalahan serius sehingga mengganggu lingkungan dan keberadaan ekosistem disekitar pulau. Atas dasar itu , persoalan sampah di pulau-pulau kecil penting diatasi melalui pengolahan sampah dengan berbagai metode.

a. PENGOLAHAN SAMPAH TERPADUMeliputi kegiatan pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan. Keberhasilan kegiatan ini sangat tergantung pada partisipasi masyarakat dan peran aktif institusi.

Metode pengolahan sampah terpadu merupakan salah satu metode yang sangat sesuai untuk diterapkan di pulau-pulaukecil.

b. METODE PENGOMPOSANPengomposan Individual

bekas (isi 25 L), drum bekas yang dipotong menjadi 2 isinyabagian (isi 100 L), keranjang rotan atau bambu yanglebih dari 25 L untuk mempertahankan suhu kompos. Pemilihan wadah tergantung bahan yang tersedia, selera dan banyaknya sampah setiap hari.

Sampah dimasukkan kedalam wadah kompos setiap hari (sebelum menjadi busuk) dan diaduk sampai ke dasar wadah supaya tidak becek di bagian bawah. Pengadukan dimaksudkan untuk memasukkan oksigen yang diperlukan untuk pernapasan mikroba kompos. Jika wadah sudah penuh, kompos baru bisa digunakan jika sudah matang.

Pengomposan dimulai dengan wadah lain, dengan aktivator sebagian kompos yang masih panas dari wadah pertama. Kompos setengah jadi ini bisa juga dikirim ke pengomposan komunal untuk diproses bersama-sama. Sebagian ditinggal dalam wadah untuk dijadikan aktivator.

Pengomposan KomunalDiperlukan bangunan tanpa dinding, atapnya dapat dibuat dari plastik terpal, daun kirai, plastik gelombang, genteng dan sebagainya tergantung dana yang tersedia. Lantainya bisa tanah, semen atau paving blok. Kita bisa menyebutnya sebagai “Rumah Kompos”. Untuk wadah pengomposan sampah organik rumah tangga dapat dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu, paving blok, bata dan sebagainya.

Adonan kompos sampah organik rumah tangga jika diaduk setiap hari, akan matang dalam waktu kurang lebih 10-14 hari, namun harus distabilkan dahulu sampai suhu menjadi seperti suhu tanah, kira-kira makan waktu 2 minggu baru bisa dipanen. Jika akan dikemas diayak terlebih dahulu untuk memisahkan bagian yang kasar atau belum menjadi kompos.

Jika tanah yang tersedia cukup luas dan sampahnya cukup banyak, pengomposan dapat dilakukan dengan sistem open windrow yaitu dengan timbunan-timbunan yang memerlukan pembalikan. Kompos setengah jadi yang dikirim oleh warga dicampurkan ke adonan kompos yang sudah berusia kurang lebih 1 minggu, dan akan matang bersama-sama.

LATAR BELAKANG

Page 2: Leaflet Sampah

Agar dapat menyimpan panas, kotak harus memiliki volume paling sedikit 500 L atau memiliki panjang 75 cm, lebar 75 cm dan tinggi 1 m. Salah satu sisinya harus bisa dibuka, untuk mengeluarkan adonan kompos jika seminggu sekali dibalik. Banyaknya kotak tergantung jumlah sampah yang akan dikelola.

Hal penting agar tempat pengomposan bersih dan tidak berbau busuk, sampah yang masuk hanya sampah orgaik saja. Warga harus memilah sampahnya di rumah masing-masing (mengikuti RUU Persampahan). Di depan rumah tidak perlu ada bak sampah, tetapi disediakan dua wadah sampah untuk sampah organik dan anorganik. Petugas pengangkut sampah mengambilnya dengan gerobak sampah yang diberi sekat. Sampah organiknya diturunkan di Rumah Kompos.

Selanjutnya oleh petugas dicacah (manual atau dengan mesin pencacah). Jika menggunakan mesin pencacah, agar sampah tidak mengeluarkan air dan untuk menambahkan unsur Karbon, dicampurkan terlebih dahulu serbuk gergaji. Jika pencacahan secara manual, serbuk gergaji dicampurkan sebelum masuk wadah kompos. Aktivator yang digunakan adalah adonan kompos yang masih aktif atau belum selesai berproses. Jika menggunakan mesin pencacah, aktivator ditambahkan sebelum masuk mesin.

Pemanfaatan Kompos Kompos yang dibuat melalui proses termofilik aerobik seperti ini, kualitasnya “super”. Kaya akan unsur yang diperlukan tanaman agar tumbuh subur. Harganya bisa mencapai lebih dari Rp.1000/kg.

Keuntungan menggunakan pupuk organik : Komoditas yang dikembangkan memiliki nilai

tambah yang tinggi Efisien dalam penggunaan air Tidak menggunakan obat-obatan Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan

Pengolahan Sampah dengan Bioaktivator

Bahan-bahan yang dibutuhkan : Sampah organik segar dari sisa sayur/buah/makanan Biang EM Molase (tetes tebu/gula) Air kelapa atau cucian beras Air sumur/air hujan

Peralatan yang dibutuhkan : Golok/pisau/pencacah sampah Kantong plastik Ember plastik bertutup volume 20 – 30 liter Tali rafia

Cara Membuat :1. Sampah organik dicacah dengan ukuran +/- 3cm2. Masukkan sampah yang telah dicacah ke dalam karung

plastik lalu diikat dengan tali3. Buatlah larutan 0,5 liter biang EM : 0,25 kg molase : 10

liter air(air sumur + air cucian beras + air kelapa) dalam ember volume 20-30 liter yang tertutup, larutkan sampai merata

4. Sampah dalam karung plastik kemudian direndam dalam larutan selama 7 hari dan disimpan di tempat sejuk. Supaya sampah tidak mengapung dapat ditindih dengan batu.

5. setelah 7 hari, larutan EM sudah jadi dan rendaman sampah bisa diangkat

6. ciri-ciri keberhasilan proses ini adalah suhu larutan dingin dan baunya asam

Proses ini menghasilkan dua prouk yaitu cairan EM baru dan ampas sampah. Cairan EM baru dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pelarut tinja dalam septic tank, pengolahan tanah, pupuk siram tanaman, mempercepat proses pengomposan dan biang pembuatan EM. Sedangkan ampas dari rendamana dapat menjadi kompos/pupuk padat.

Pembuatan Biang Effective Microorganisme

Bahan-bahan:1. 10 kg debog pisang batu/kapok2. 2 liter nira segar (kelapa/aren)3. 1 kg molase4. Ragi tempe/tape secukupnya5. Air kelapa6. Air cucian beras7. Air sumurAlat:1. Golok/ pisau pemecah2. Ember bervolume 30 liter bertutup Cara pembuatan:1. Cacah debog pisang dengan ukuran 2 cm2. Buat larutan homogen dari nira, molase, ragi, air

kelapa, air cucian beras, dan air sumur dalam ember 30 liter

3. Masukkan cacahan debog pisang ke dalam larutan, sisakan 5cm bagian atas ember, tutup rapat

4. Setiap 4 hari sekali tutup dibuka dan diaduk, kemudian tutup kembali

5. Panen setelah 17 hari. biang EM dapat digunakan untuk membuat larutan EM.

Kompos yang diproses dengan benar dan berkualitas baik akan menghasilkan kualitas pupuk yang baik dan benilai ekonomi yang cukup tinggi, tentunya harus dikemas dengan ukuran ekonomis. Dalam ukuran besar