ld perda 01 th 2011

50
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan dalam rangka menyesuaikan beberapa Peraturan Daerah yang mengatur Pajak Daerah perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2011 NOMOR 1 76 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262); 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) Juncto Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000; 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia bagianhukumsetdakabmojokerto

Upload: ainur-rofiq

Post on 21-Oct-2015

143 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LD PERDA 01 TH 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

NOMOR 1 TAHUN 2011TENTANG

PAJAK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah dan dalam rangka menyesuaikanbeberapa Peraturan Daerah yang mengaturPajak Daerah perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Pajak Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950tentang Pembentukan Daerah-daerahKabupaten Dalam Lingkungan PropinsiJawa Timur Juncto Undang-UndangNomor 2 Tahun 1965 tentang PerubahanBatas Wilayah Kotapraja Surabaya danDaerah Tingkat II Surabaya (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1965Nomor 19, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN 2011 NOMOR 1 76 Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3262);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997tentang Penagihan Pajak dengan SuratPaksa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1997 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3686) Juncto Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000;

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999tentang Penyelenggaraan Negara yangBersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi danNepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002tentang Pengadilan Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 2: LD PERDA 01 TH 2011

Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004tentang Sumber Daya Air (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 32, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4377);

10.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor53, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4389);

11.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4400);

12.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun2008 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);

13.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan PemerintahanDaerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4438);

14.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004tentang Jalan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor132, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 132);

15.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009tentang Pertambangan Mineral danBatubara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 4,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4959);

16.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009tentang Kepariwisataan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4966);

17.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 96, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5025);

18.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009tentang Pelayanan Publik (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 3: LD PERDA 01 TH 2011

Nomor 112, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5038);

19.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 130,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5049);

20.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor140, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5059);

21.Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009tentang Rumah Sakit (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor153, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5072);

22.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1983Nomor 36, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3258);

23.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun2005 tentang Pengelolaan KeuanganDaerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4578);

24.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor165, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4593);

25.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun2006 tentang Jalan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor86, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4655);

26.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun2008 tentang Air Tanah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 83, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4859);

27.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun2010 tentang Tata Cara Pemberian danPemanfaatan Insentif Pemungutan PajakDaerah dan Retribusi Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 119, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5161);

28.Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun1991 tentang Badan Urusan Piutang danLelang Negara;

29.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor15 Tahun 1999 tentang Pedoman CaraPenghitungan Nilai Sewa Reklame;

30.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor13 Tahun 2006 tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerahsebagaimana telah diubah dengan

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 4: LD PERDA 01 TH 2011

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor59 Tahun 2007;

31.Peraturan Daerah Kabupaten MojokertoNomor 20 Tahun 2006 tentangPengelolaan Keuangan Daerah(Lembaran Daerah Kabupaten MojokertoTahun 2006 Nomor 14 Seri E, TambahanLembaran Daerah Kabupaten MojokertoNomor 17);

32.Peraturan Daerah Kabupaten MojokertoNomor 18 Tahun 2008 tentang PenyidikPegawai Negeri Sipil Daerah (PPNSDaerah) (Lembaran Daerah KabupatenMojokerto Tahun 2008 Nomor 18,Tambahan Lembaran Daerah KabupatenMojokerto Nomor 14);

33.Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008tentang Organisasi dan Tata Kerja DinasDaerah Kabupaten Mojokerto (LembaranDaerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2008Nomor 11, Tambahan Lembaran DaerahKabupaten Mojokerto Nomor 8)sebagaimana telah diubah denganPeraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010(Lembaran Daerah Kabupaten MojokertoTahun 2010 Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATENMOJOKERTO

dan

BUPATI MOJOKERTO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAKDAERAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi JawaTimur.

3. Kabupaten adalah Kabupaten Mojokerto.

4. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah KabupatenMojokerto.

5. Bupati adalah Bupati Mojokerto.

6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

7. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalahkontribusi wajib kepada Daerah yang terutang olehorang pribadi atau Badan yang bersifat memaksaberdasarkan Undang-Undang, dengan tidakmendapatkan imbalan secara langsung dan digunakanuntuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnyakemakmuran rakyat.

8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yangmerupakan kesatuan, baik yang melakukan usahamaupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 5: LD PERDA 01 TH 2011

lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badanusaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalambentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrakinvestasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

9. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yangdisediakan oleh hotel.

10. Hotel adalah fasilitas penyedia jasapenginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnyadengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, sertarumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

11. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yangdisediakan oleh restoran.

12. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atauminuman dengan dipungut bayaran, yang mencakupjuga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dansejenisnya termasuk jasa boga/katering.

13. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraanhiburan.

14. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengandipungut bayaran.

15. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraanreklame.

16. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau mediayang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuktujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum

terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapatdilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmatioleh umum.

17. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaantenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupundiperoleh dari sumber lain.

18. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajakatas kegiatan pengambilan mineral bukan logam danbatuan, baik dari sumber alam di dalam dan/ataupermukaan bumi untuk dimanfaatkan.

19. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukanlogam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalamperaturan perundang-undangan di bidang mineral danbatubara.

20. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempatparkir di luar badan jalan, baik yang disediakanberkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakansebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempatpenitipan kendaraan bermotor.

21. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraanyang tidak bersifat sementara.

22. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilandan/atau pemanfaatan air tanah.

23. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanahatau batuan di bawah permukaan tanah.

24. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatanpengambilan dan/atau pengusahaan sarang burungwalet.

25. Burung Walet adalah satwa yang termasuk margacollocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocaliamaxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 6: LD PERDA 01 TH 2011

26. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanadalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yangdimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orangpribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakanuntuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, danpertambangan.

27. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah danperairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.

28. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam ataudilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairanpedalaman dan/atau laut.

29. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkatNJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh daritransaksi jual beli yang terjadi secara wajar, danbilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOPditentukan melalui perbandingan harga dengan objeklain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOPpengganti.

30. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalahpajak atas perolehan hak atas tanah dan/ataubangunan.

31. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalahperbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkandiperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan olehorang pribadi atau Badan.

32. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atastanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undangdi bidang pertanahan dan bangunan.

33. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yangdapat dikenakan Pajak.

34. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputipembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan daerah.

35. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulankalender atau jangka waktu lain yang diatur denganPeraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender,yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

36. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajakmenggunakan tahun buku yang tidak sama dengantahun kalender.

37. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayarpada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam TahunPajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah.

38. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai daripenghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuanbesarnya pajak yang terutang sampai kegiatanpenagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasanpenyetorannya.

39. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnyadisingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajakdigunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ataupembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objekpajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 7: LD PERDA 01 TH 2011

40. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnyadisingkat SPOP, adalah surat yang digunakan olehWajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objekPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

41. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkatSSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajakyang telah dilakukan dengan menggunakan formuliratau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerahmelalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

42. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnyadisingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yangmenentukan besarnya jumlah pokok pajak yangterutang.

43. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnyadisingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untukmemberitahukan besarnya Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada WajibPajak.

44. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yangselanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapanpajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaranpokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlahpajak yang masih harus dibayar.

45. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang BayarTambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT,adalah surat ketetapan pajak yang menentukantambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

46. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnyadisingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya denganjumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidakada kredit pajak.

47. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yangselanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapanpajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaranpajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripadapajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

48. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkatSTPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajakdan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/ataudenda.

49. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusanyang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung,dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuantertentu dalam peraturan perundang-undanganperpajakan daerah yang terdapat dalam SuratPemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan PajakDaerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar,Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang BayarTambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, SuratKetetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat TagihanPajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau SuratKeputusan Keberatan.

50. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusanatas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan PajakTerutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, SuratKetetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat KetetapanPajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, SuratKetetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan PajakDaerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan ataupemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh WajibPajak.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 8: LD PERDA 01 TH 2011

51. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajakatas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yangdiajukan oleh Wajib Pajak.

52. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yangdilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data daninformasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah hargaperolehan dan penyerahan barang atau jasa, yangditutup dengan menyusun laporan keuangan berupaneraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajaktersebut.

53. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usahadan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas,atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati olehorang pribadi atau Badan.

54. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpundan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yangdilaksanakan secara objektif dan profesionalberdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerahdan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangkamelaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.

55. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerahadalah serangkaian tindakan yang dilakukan olehPenyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yangdengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah yang terjadi sertamenemukan tersangkanya.

56. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentuyang diberi wewenang khusus oleh undang-undanguntuk melakukan penyidikan.

BAB IIPAJAK DAERAH

Bagian KesatuJenis Pajak

Pasal 2

Jenis Pajak Dearah terdiri atas :a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Reklame;e. Pajak Penerangan Jalan;f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;g. Pajak Parkir;h. Pajak Air Tanah;i. Pajak Sarang Burung Walet;j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

dank. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Bagian KeduaPajak HotelParagraf 1

Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 3

(1) Dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak ataspelayanan yang disediakan oleh hotel.

(2) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakanoleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasapenunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 9: LD PERDA 01 TH 2011

memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasukfasilitas olah raga dan hiburan serta jasa penggunaanruangan hotel untuk kegiatan acara pertemuan.

(3) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet,fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, saranafitness, tempat karaoke/hiburan dan ruang pertemuanuntuk rapat dan seminar serta fasilitas sejenis lainnyayang disediakan atau dikelola hotel.

(4) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimanadimaksud pada ayat (2) adalah:a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan

oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi atauPemerintah Kabupaten;

b. jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan

keagamaan;d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,

panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnyayang sejenis; dan

e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yangdiselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkanoleh umum.

Pasal 4

(1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badanyang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atauBadan yang mengusahakan hotel.

(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yangmengusahakan hotel.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 5

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaranatau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

Pasal 6

Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 7

(1) Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(2) Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayahKabupaten.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 8

Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan kalender.

Pasal 9

Pajak Hotel yang terutang dalam masa pajak terjadi padasaat pembayaran kepada hotel atau saat diterbitkan SPTPD.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 10: LD PERDA 01 TH 2011

Bagian KetigaPajak Restoran

Paragraf 1

Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 10

(1) Dengan nama Pajak Restoran dipungut pajak ataspelayanan yang disediakan oleh restoran.

(2) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yangdisediakan oleh restoran.

(3) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) meliputi pelayanan penjualanmakanan dan/atau minuman yang dikonsumsi olehpembeli, baik di tempat pelayanan maupun di tempatlain.

(4) Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan yangdisediakan oleh Restoran yang nilai penjualannyadibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per bulan.

Pasal 11

(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badanyang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran.

(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badanyang mengusahakan restoran.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 12

Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlahpembayaran yang diterima atau yang seharusnyaditerima restoran.

Pasal 13

Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 14

(1) Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

(2) Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayahKabupaten tempat restoran berlokasi.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 15

Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan kalender.

Pasal 16

Pajak Restoran yang terutang dalam masa pajak terjadi padasaat pembayaran kepada Restoran atau saat diterbitkan SPTPD.

Bagian KeempatPajak Hiburan

Paragraf 1Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 17

(1) Dengan nama Pajak Hiburan dipungut pajak ataspenyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 11: LD PERDA 01 TH 2011

(2) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraanhiburan dengan dipungut bayaran.

(3) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. tontonan film;b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;c. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;d. pameran;e. diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya;f. sirkus, akrobat dan sulap;g. permainan bilyar, golf dan boling;h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan

ketangkasan;i. panti pijat/refleksi, mandi uap/spa dan pusat

kebugaran (fitness center); danj. pertandingan olah raga.

(4) Penyelenggaraan Hiburan sebagaimana dimaksud padaayat (3) dikecualikan hiburan yang bersifat sosialkeagamaan dan tidak dikomersilkan.

Pasal 18

(1) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badanyang menikmati hiburan.

(2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badanyang menyelenggarakan hiburan.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 19

(1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uangyang diterima atau yang seharusnya diterima olehpenyelenggara hiburan.

(2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimanadimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dantiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasahiburan

Pasal 20

Tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebagai berikut :

a. tontonan film ditetapkan :

1. Cineplex sebesar 35% (tiga puluh lima persen);

2. Bioskop sebesar 25% (dua puluh lima persen);

3. Bioskop Keliling sebesar 10% (sepuluh persen).

b. pagelaran kesenian dan tari ditetapkan sebesar 10%(sepuluh persen);

c. pagelaran musik ditetapkan sebesar 20% (dua puluhpersen);

d. pagelaran busana ditetapkan sebesar 50% (lima puluhpersen)

e. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya ditetapkansebesar 50% (lima puluh persen);

f. pameran ditetapkan sebesar 25% (dua puluh limapersen);

g. diskotik, karaoke dan klab malam dan sejenisnyaditetapkan sebesar 50% (lima puluh persen);

h. sirkus, akrobat dan sulap ditetapkan sebesar 10%(sepuluh persen);

i. permainan bilyar ditetapkan sebesar 50% (lima puluhpersen);

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 12: LD PERDA 01 TH 2011

j. permainan golf dan boling ditetapkan sebesar 30% (tigapuluh persen);

k. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainanketangkasan ditetapkan sebesar 20% (dua puluhpersen);

l. hiburan rekreasi antara lain kolam pancing dankendaraan permainan wisata ditetapkan sebesar 10%(sepuluh persen);

m. panti pijat/refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran(fitness center) ditetapkan sebesar 50% (lima puluhpersen);

n. pertandingan olah raga tingkat regional, nasional danolahraga yang diselenggarakan di tempat rekreasi dankolam renang ditetapkan sebesar 20% (dua puluhpersen), sedangkan pertandingan olah raga gala desaditetapkan sebesar 15% (lima belas persen);

p. kegiatan olah raga tenis, bulutangkis, renang, sepak boladan olah raga lainnya ditetapkan sebesar 20% (duapuluh persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 21

(1) Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.

(2) Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayahKabupaten tempat hiburan diselenggarakan.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 22

Masa Pajak Hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan kalender.

Pasal 23

Pajak Hiburan yang terutang dalam masa pajak terjadi padasaat pembayaran penyelenggaraan hiburan atau saatditerbitkan SPTPD.

Bagian KelimaPajak Reklame

Paragraf 1Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 24

(1) Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak ataspenyelenggaraan reklame.

(2) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraanreklame.

(3) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)meliputi:a. reklame papan/billboard/videotron/megatron dan

sejenisnya;b. reklame kain;c. reklame melekat atau stiker;d. reklame selebaran;e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;f. reklame udara;

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 13: LD PERDA 01 TH 2011

g. reklame apung;h. reklame suara;i. reklame film atau slide; danj. reklame peragaan.

(4) Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi,

radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan,dan sejenisnya;

b. label/merk produk yang melekat pada barang yangdiperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakandari produk sejenis lainnya;

c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasangmelekat pada bangunan tempat usaha atau profesidiselenggarakan sesuai dengan ketentuan yangmengatur nama pengenal usaha atau profesitersebut;

d. reklame yang diselenggarakan oleh partai politik,reklame sosial keagamaan dan tidak melibatkansponsor atau produk tertentu; dan

e. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah,Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten.

Pasal 25

(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badanyang menggunakan reklame.

(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badanyang menyelenggarakan reklame.

(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secaralangsung oleh orang pribadi atau Badan, Wajib PajakReklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut.

(4) Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihakketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib PajakReklame.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 26

(1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewareklame.

(2) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga,nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.

(3) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewareklame.

(4) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga,nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.

(5) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewareklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitungdengan memperhatikan faktor jenis, bahan yangdigunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktupenyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media reklame.

(6) Dalam hal nilai sewa reklame sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidakwajar, nilai sewa reklame ditetapkan denganmenggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksudpada ayat (3).

(7) Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dihitung sebagai berikut :

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 14: LD PERDA 01 TH 2011

a. Dalam hal diselenggarakan oleh orang pribadi ataubadan yang memanfaatkan reklame untukkepentingan sendiri, nilai sewa reklame dihitungberdasarkan biaya pemasangan reklame, biayapemeliharaan reklame, lama pemasangan reklame,nilai strategis lokasi, dan jenis reklame;

b. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihakketiga, nilai sewa reklame ditentukan berdasarkanjumlah pembayaran untuk suatu masa pajak / masapenyelenggaraan reklame dengan tetapmemperhatikan faktor-faktor sebagaimana dimaksudpada huruf a.

(8) Biaya pemasangan reklame termasuk biaya pembuatandan biaya pemeliharaan sebagaimana dimaksud padaayat (5) huruf a didasarkan pada standar biaya yangditetapkan secara periodik oleh Bupati.

(9) Lama pemasangan atau jangka waktu penyelenggaraanreklame adalah harian, mingguan, bulanan, dantahunan.

Pasal 27

(1) Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) dihitungdengan rumus sebagai berikut:

Biaya pemasangan + pemeliharaanNSR = ————————————————— + Nilai Strategis

umur ekonomis/lama pemasangan

(2) Nilai Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26ayat (5) huruf a dan huruf b ditentukan oleh faktor-faktor:a. Guna lahan (potensi dari tempat/kawasan dalam

mencapai sasaran pemasangan reklame;b. Ukuran reklame;c. Sudut Pandang reklame;d. Kelas jalan;e. Harga titik/lokasi pemasangan reklame.

(3) Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a, b, c, dan d diberi bobot secara bervariasidengan bobot yang lebih besar pada faktor-faktor yanglebih dominan.

(4) Jumlah bobot masing-masing faktor sebagaimanadimaksud pada ayat (2) adalah 100 % (seratus persen).

(5) Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a, b, c, dan d diberi bobot secara bervariasidengan bobot yang lebih besar pada faktor-faktor yanglebih dominan.

(6) Jumlah bobot masing-masing faktor sebagaimanadimaksud pada ayat (2) adalah 100 % (seratus persen).

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 15: LD PERDA 01 TH 2011

Pasal 28

(1) Untuk materi reklame rokok, besarnya Nilai SewaReklame ditambah 25% (dua puluh lima persen).

(2) Setiap penambahan ketinggian reklame sampai dengan15 m pertama (lima belas meter), besarnya Nilai SewaReklame ditambah 20% (dua puluh persen).

(3) Penetapan Nilai Pajak Reklame dibulatkan ke atasmenjadi kelipatan Rp 100,00 (seratus rupiah).

(4) Ukuran luas dan ketinggian reklame, dibulatkan ke atasdua digit dibelakang koma.

(5) Apabila suatu objek pajak reklame dapat digolongkanlebih dari satu jenis reklame sebagaimana dimaksuddalam Pasal 24 ayat (3), maka nilai pajaknya ditetapkanmenurut jenis reklame yang tarifnya paling tinggi.

(6) Apabila suatu objek pajak reklame dapat digolongkanlebih dari satu kelas jalan reklame, maka nilai pajaknyaditetapkan menurut kelas jalan yang tarifnya palingtinggi.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kelas jalanreklame dalam wilayah Daerah diatur dengan PeraturanBupati.

Pasal 29

Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluhlima persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 30

(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 29 dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.

(2) Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayahKabupaten tempat reklame tersebut diselenggarakan.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 31

(1) Tahun Pajak Reklame adalah 1 (satu) tahun kalender.

(2) Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu yanglamanya 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 32

Pajak Reklame yang terutang dalam masa pajak terjadipada saat pembayaran penyelenggaraan reklame atau saatditerbitkan SKPD.

Bagian KeenamPajak Penerangan Jalan

Paragraf 1Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 33

(1) Dengan nama Pajak Penerangan Jalan dipungut pajakatas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkansendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.

(2) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaantenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yangdiperoleh dari sumber lain.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 16: LD PERDA 01 TH 2011

(3) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi seluruh pembangkit listrik.

(4) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalansebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah,

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan PemerintahKabupaten;

b. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiridengan kapasitas sampai dengan 2.000 watt yangtidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait.

Pasal 34

(1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadiatau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik.

(2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadiatau Badan yang menggunakan tenaga listrik.

(3) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain,Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenagalistrik.

Paragraf 2

Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 35

(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah NilaiJual Tenaga Listrik.

(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan:

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber laindengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalahjumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan

biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalamrekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai JualTenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitastersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktupemakaian listrik, dan harga satuan listrik yangberlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan.

Pasal 36

(1) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 10%(sepuluh persen).

(2) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif pajakpenerangan jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).

(3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarifpajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 1,5% (satukoma lima persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 37

(1) Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutangdihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 dengan dasar pengenaanpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.

(2) Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut diwilayah Kabupaten tempat penggunaan tenaga listrik.

(3) Hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagiandialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 17: LD PERDA 01 TH 2011

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 38

Masa Pajak Penerangan Jalan adalah jangka waktu yanglamanya 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 39

Pajak Penerangan Jalan yang terutang dalam masa pajakterjadi pada saat penggunaan tenaga listrik atau saatditerbitkan SPTPD.

Bagian KetujuhPajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Paragraf 1Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 40

(1) Dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuandipungut pajak atas kegiatan pengambilan mineralbukan logam dan batuan.

(2) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahkegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuanyang meliputi:a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;

j. garam batu (halite);k. grafit;l. granit/andesit;m. gips;n. kalsit;o. kaolin;p. leusit;q. magnesit;r. mika;s. marmer;t. nitrat;u. opsidien;v. oker;w. pasir dan kerikil;x. pasir kuarsa;y. perlit;z. phospat;aa. talk;bb. tanah serap (fullers earth);cc. tanah diatome;dd.tanah liat;ee. tawas (alum);ff. tras;gg.yarosif;hh.zeolit;ii. basal;jj. trakkit; dankk. mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan

batuan yang nyata-nyata tidak dimanfaatkan secara

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 18: LD PERDA 01 TH 2011

komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untukkeperluan rumah tangga, pemancangan tianglistrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon,penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan mineral bukan logam danbatuan yang merupakan ikutan dari kegiatanpertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkansecara komersial.

Pasal 41

(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahorang pribadi atau Badan yang dapat mengambilmineral bukan logam dan batuan.

(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahorang pribadi atau Badan yang mengambil mineralbukan logam dan batuan.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 42

(1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineralbukan logam dan batuan.

(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitungdengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilandengan nilai pasar atau harga standar masing-masingjenis mineral bukan logam dan batuan.

(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalahharga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat diwilayah Kabupaten.

(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi mineral bukanlogam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sulit diperoleh, maka digunakan harga standar yangditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidangpertambangan mineral bukan logam dan batuan.

Pasal 43

(1) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf ddditetapkan sebesar 15% (lima belas persen).

(2) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuansebagaimana dimaksud selain dalam Pasal 40 ayat (2)huruf dd ditetapkan sebesar 25% (dua puluh limapersen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 44

(1) Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuanyang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarifpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dengandasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 43.

(2) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutangdipungut di wilayah Kabupaten tempat pengambilanmineral bukan logam dan batuan.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 45

Masa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahjangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 19: LD PERDA 01 TH 2011

Pasal 46

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutangdalam masa pajak terjadi pada saat pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan atau saat diterbitkan SPTPD.

Bagian KedelapanPajak ParkirParagraf 1

Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 47

(1) Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak ataspenyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan.

(2) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempatparkir di luar badan jalan, baik yang disediakanberkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakansebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempatpenitipan kendaraan bermotor.

(3) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah:a. penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah,

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan PemerintahKabupaten;

b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoranyang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri.

Pasal 48

(1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badanyang melakukan parkir kendaraan bermotor.

(2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badanyang menyelenggarakan tempat parkir.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 49

(1) Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlahpembayaran atau yang seharusnya dibayar kepadapenyelenggara tempat parkir.

(2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimanadimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga parkirdan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerimajasa parkir.

Pasal 50

Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20% (dua puluhpersen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 51

(1) Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 50 dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

(2) Pajak Parkir yang terutang dipungut di wilayahKabupaten tempat parkir berlokasi.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 52

Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan kalender.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 20: LD PERDA 01 TH 2011

Pasal 53

Pajak Parkir yang terutang dalam masa pajak terjadi padasaat pembayaran kepada penyelenggaraan parkir atau saatditerbitkan SPTPD.

Bagian KesembilanPajak Air Tanah

Paragraf 1Nama, Objek, dan Subjek Pajak

Pasal 54

(1) Dengan nama Pajak Air Tanah dipungut pajak ataspengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

(2) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/ataupemanfaatan air tanah.

(3) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalahpengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untukkeperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian danperikanan rakyat, serta peribadatan.

Pasal 55

(1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atauBadan yang melakukan pengambilan dan/ataupemanfaatan air tanah.

(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badanyang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan airtanah.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 56

(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilaiperolehan air tanah.

(2) Nilai perolehan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dinyatakan dalam rupiah yang dihitung denganmempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktorberikut:a. jenis sumber air;b. lokasi sumber air;c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;e. kualitas air; danf. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh

pengambilan dan/atau pemanfaatan air.

(3) Penggunaan faktor-faktor sebagaimana dimaksud padaayat (2) disesuaikan dengan kondisi masing-masingDaerah.

(4) Besarnya nilai perolehan air sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 57

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluhpersen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 58

(1) Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 57 dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.

(2) Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayahKabupaten tempat air diambil.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 21: LD PERDA 01 TH 2011

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 59

Masa Pajak Air Tanah adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan kalender.

Pasal 60

Pajak Air Tanah yang terutang dalam masa pajak terjadipada saat pengambilan air tanah atau saat diterbitkanSKPD.

Bagian KesepuluhParagraf 1

Pajak Sarang Burung Walet

Pasal 61

(1) Dengan nama Pajak Sarang Burung Walet dipungutpajak atas pengambilan dan/atau pengusahaan sarangburung walet.

(2) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilandan/atau pengusahaan sarang burung walet.

(3) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) adalah pengambilan sarang burung waletyang telah dikenakan penerimaan negara bukan pajak(PNBP).

Pasal 62

(1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadiatau Badan yang melakukan pengambilan dan/ataumengusahakan sarang burung walet.

(2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadiatau Badan yang melakukan pengambilan dan/ataumengusahakan sarang burung walet.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 63

(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalahnilai jual sarang burung walet.

(2) Nilai jual sarang burung walet sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antaraharga pasaran umum sarang burung walet yang berlakudi daerah yang bersangkutan dengan volume sarangburung walet.

Pasal 64

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10%(sepuluh persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 65

(1) Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yangterutang dihitung dengan cara mengalikan tarifsebagaimana di maksud dalam Pasal 64 dengan dasarpengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal63.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 22: LD PERDA 01 TH 2011

(2) Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut diwilayah Kabupaten tempat pengambilan dan/ataupengusahaan sarang burung wallet.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 66

Masa Pajak Sarang Burung Walet adalah jangka waktu yanglamanya 3 (tiga) bulan kalender.

Pasal 67

Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dalam masapajak terjadi pada saat pengambilan dan/atau pengusahaanSarang Burung Walet atau saat diterbitkan SKPD.

Bagian KesebelasParagraf 1

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pasal 68

(1) Dengan nama Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaandan Perkotaan dipungut pajak atas Bumi dan Bangunan.

(2) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan adalah bumi dan/atau bangunan yangdimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orangpribadi atau Badan, kecuali kawasan yanag digunakanuntuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan danpertambangan.

(3) Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu komplek

bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennyayang merupakan suatu kesatuan dengan komplekbangunan tersebut:

b. Jalan tol;c. Kolam renang;d. Pagar mewah;e. Tempat olah raga;f. Taman mewah;g. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,

pipa minyak; danh. Menara.

(4) Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi danBangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajakyang :a. Digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi

Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten untukpenyelenggaraan pemerintahan;

b. Digunakan semata-mata untuk melayanikepentingan umum di bidang ibadah, sosial,kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasionalyang tidak dimaksudkan untuk memperolehkeuntungan;

c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala,atau yang sejenis dengan itu;dan

d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutanwisata, taman nasional, tanah pengembalaan yangdikuasai oleh desa dan tanah Negara yang belumdibebani suatu hak.

(5) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak tidak Kena Pajakditetapkan sebesar Rp11.000.000,- (sebelas juta rupiah)untuk setiap wajib pajak.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 23: LD PERDA 01 TH 2011

Pasal 69

(1) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secaranyata mempunyai hak atas bumi dan/atau memperolehmanfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(2) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secaranyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/ataumemperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atasbangunan.

(3) Dalam hal atas suatu objek belum jelas diketahui wajibpajaknya, Bupati dapat menetapkan subjek pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai wajibpajak.

(4) Subjek Pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksuddalam ayat (3) dapat memberikan keterangan secaratertulis kepada Bupati bahwa ia bukan wajib pajakterhadap objek pajak dimaksud.

(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disetujui, makaBupati membatalkan penetapan sebagai wajib pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam jangkawaktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya surat keterangandimaksud.

(6) Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, makaBupati mengeluarkan Surat Keputusan penolakandengan disertai alasan-alasannya.

(7) Apabila setelah jangka waktu 1 (satu) bulan sejaktanggal diterimanya keterangan sebagaimana dimaksuddalam ayat (4) Bupati tidak memberikan keputusan,maka keterangan yang diajukan dianggap disetujui.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 70

(1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan adalah NJOP.

(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objekpajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuaidengan perkembangan wilayahnya.

(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilakukan oleh Bupati.

Pasal 71

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaandiklasifikasi sebagai berikut:a. Untuk NJOP sampai dengan Rp1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0.15% (nol koma limabelas persen);

b. Untuk NJOP diatas Rp1.000.000.000,- (satu milyarrupiah) ditetapkan sebesar 0.22% (nol koma dua puluhdua persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 72

(1) Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaandan Perkotaan yang terutang dihitung dengan caramengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 24: LD PERDA 01 TH 2011

dalam Pasal 70, setelah dikurangi Nilai Jual Objek PajakTidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal68 ayat (5).

(2) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanyang terutang dipungut di wilayah Kabupaten yangmeliputi letak objek pajak.

Paragraf 4Masa Pajak

Pasal 73

(1) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahunkalender.

(2) Masa Pajak dimulai 1 Januari dan berakhir 31Desember pada tahun berkenaan.

(3) Saat yang menentukan pajak yang terutang adalahmenurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.

Pasal 74

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yangterutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaranPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan atausaat diterbitkan SKPD.

Paragraf 5Penetapan Pajak

Pasal 75

(1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.(2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi

dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani

dan disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 30(tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOPoleh Subjek Pajak.

Pasal 76

(1) Berdasarkan SPOP, Bupati menerbitkan SPPT.(2) Bupati dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal

sebagai berikut:a. SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat

(2) tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajakditegur secara tertulis oleh Bupati sebagaimanaditentukan dalam Surat Teguran;

b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar darijumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yangdisampaikan oleh Wajib Pajak.

Bagian KeduabelasParagraf 1

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Pasal 77

(1) Dengan nama Bea Perolehan Hak Atas Tanah danBangunan dipungut pajak atas Perolehan Hak atasTanah dan/atau Bangunan.

(2) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atauBangunan.

(3) Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :a. pemindahan hak karena :

1) jual beli;

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 25: LD PERDA 01 TH 2011

2) tukar menukar;3) hibah;4) hibah wasiat;5) waris;6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum

lain;7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;8) penunjukan pembeli dalam lelang;9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai

kekuatan hukum tetap;10) penggabungan usaha;11) peleburan usaha;12) pemekaran usaha; atau13) hadiah.

b. pemberian hak baru karena :1) kelanjutan pelepasan hak; atau2) di luar pelepasan hak.

(4) Hak atas tanah sebagamana dimaksud pada ayat (1)adalah :a. Hak milik;b. Hak guna usaha;c. Hak guna bangunan;d. Hak pakai;e. Hak milik atas satuan rumah susun; danf. Hak Pengelolaan.

(5) Objek Pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hakatas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yangdiperoleh :a. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan

dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan gunakepentingan umum.

b. Orang pribadi atau Badan karena konversi hak ataukarena perbuatan hukum lain dengan tidak adanyaperubahan nama;

c. Orang pribadi atau Badan karena wakaf; dand. Orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk

kepentingan ibadah.

Pasal 78

(1) Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanadalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hakatas Tanah dan/atau Bangunan.

(2) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan adalah orang orang pribadi atau Badan yangmemperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Paragraf 2Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Pasal 79

(1) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.

(2) Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dalam hal :a. jual beli adalah harga transaksi;b. tukar menukar adalah nilai pasar;c. hibah adalah nilai pasar;d. hibah wasiat adalah nilai pasar;e. waris adalah nilai pasar;f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum

lainnya adalah nilai pasar;

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 26: LD PERDA 01 TH 2011

g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihanadalah nilai pasar;

h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakimyang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilaipasar;

i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutandari pelepasan hak adalah nilai pasar;

j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasanhak adalah nilai pasar;

k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;l. peleburan usaha adalah nilai pasar;m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atauo. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga

transaksi yang tercantum dalam risalah lelang.

(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf ntidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yangdigunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan pada tahun terjadinyaperolehan dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOPPajak Bumi dan Bangunan.

(4) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajakditetapkan sebesar Rp60.000.000,- (enam puluh jutarupiah) untuk setiap wajib Pajak.

(5) Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibahwasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalamhubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurussatu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah denganpemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, NilaiPerolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkansebesar Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 80

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Paragraf 3Cara Penghitungan Pajak dan Wilayah Pemungutan

Pasal 81

(1) Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan yang terutang dihitung dengan caramengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 79 ayat (1) setelah dikurangi NilaiPerolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) dan ayat (5).

(2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yangterutang dipungut di wilayah Kabupaten Mojokertotempat Tanah dan/atau Bangunan berada.

Pasal 82

(1) Saat terutangnya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanahdan/atau Bangunan ditetapkan untuk :a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;b. tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;c. hibah adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 27: LD PERDA 01 TH 2011

e. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutanmendaftarkan peralihan haknya ke kantor bidangpertanahan;

f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukumlainnya adalah sejak tanggal dibuat danditandatangininya akta;

g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihanadalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinyaakta;

h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusanpengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yangtetap;

i. pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutandari pelepasan hak adalah sejak tanggalditerbitkannya surat keputusan pemberian hak;

j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalahsejak tanggal diterbitkannya surat keputusanpemberian hak;

k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuatdan ditandatanginya akta;

l. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanginya akta;

m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanginya akta;

n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat danditandatanginya akta;

o. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenanglelang.

(2) Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinyaperolehan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 83

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapatmenandatangani akta pemindahan Hak atas Tanahdan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkanbukti pembayaran pajak.

(2) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelangNegara hanya dapat menandatangani risalah lelangPerolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelahWajib Pajak menyarahkan bukti pembayaran pajak.

(3) Kepala kantor bidang pertanahan hanya dapatmelakukan pendaftaran Hak atas Tanah ataupendaftaran peralihan Hak atas Tanah setelah WajibPajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

Pasal 84

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantoryang membidangi pelayanan lelang Negara melaporkanpembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atasTanah dan/atau Bangunan kepada Bupati paling lambatpada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(2) Tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 85

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantoryang membidangi pelayanan lelang Negara, yangmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 83 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksiadmistratif berupa benda sebesar Rp7.500.000,00 (tujuhjuta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 28: LD PERDA 01 TH 2011

(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantoryang membidangi pelayanan lelang Negara, yangmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 84 ayat (1) dikenakan sanksi admistratif berupadenda sebesar Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh riburupiah) untuk setiap laporan.

(3) Kepala kantor bidang pertanahan yang melanggarketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat(3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

BAB IIIPEMUNGUTAN PAJAK

Bagian KesatuTata Cara Pemungutan

Pasal 86

(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.

(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutangberdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendirioleh wajib pajak berdasarkan perundang-undanganperpajakan.

(3) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakanberdasarkan penetapan Bupati dibayar denganmenggunakan SKPD atau dokumen lain yangdipersamakan.

(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) berupa karcis dan notaperhitungan.

(5) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakansendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD,SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

(6) Pemungutan Pajak dilakukan dengan 2 (dua) jenispembayaran yaitu sebagai berikut :a. Self Assessment System;b. Office Assessment System.

Pasal 87

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saatterutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan:a. SKPDKB dalam hal:

1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atauketerangan lain, pajak yang terutang tidak ataukurang dibayar;

2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupatidalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegursecara tertulis tidak disampaikan pada waktunyasebagaimana ditentukan dalam surat teguran;

3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi,pajak yang terutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau datayang semula belum terungkap yang menyebabkanpenambahan jumlah pajak yang terutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang samabesarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajaktidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalamSKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf aangka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratifberupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 29: LD PERDA 01 TH 2011

dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayaruntuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalamSKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajaktersebut.

(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidakdikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelumdilakukan tindakan pemeriksaan.

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKBsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3)dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambahsanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (duapersen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atauterlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24(dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnyapajak.

Pasal 88

(1) Tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yangdipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBTsebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (3) danayat (5) diatur dengan Peraturan Bupati.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian danpenyampaian SKPD atau dokumen lain yangipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBTsebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (3) danayat (5) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaSurat Tagihan Pajak

Pasal 89

(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika :a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang

dibayar;b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan

pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atausalah hitung;

c. wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupabunga dan/atau denda;

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan hurufb ditambah dengan sanksi administrasi berupa bungasebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.

(3) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuhtempo pembayaran dikenakan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan danditagih melalui STPD.

Bagian KetigaTata Cara Pembayaran dan Penagihan

Pasal 90

(1) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayarandan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tigapuluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak danpaling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanyaSPPT oleh wajib pajak.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 30: LD PERDA 01 TH 2011

(2) SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SPPT, SuratKeputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajakyang harus dibayar bertambah merupakan dasarpenagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktupaling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

(3) Bupati atas permohonan wajib pajak setelah memenuhipersyaratan yang ditentukan dapat memberikanpersetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur ataumenunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bungasebesar 2% (dua persen) sebulan.

(4) Dalam pembayaran pajak dilakukan dengan 2 (dua)jenis, sebagai berikut :a. Self Assessment System, meliputi :

1. Pajak Hotel;2. Pajak Restoran;3. Pajak Hiburan;4. Pajak Penerangan Jalan;5. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;6. Pajak Parkir; dan7. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Office Assessment System, meliputi :1. Pajak Reklame;2. Pajak Air Tanah;3. Pajak Sarang Burung Walet;dan4. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, danpenundaan pembayaran pajak diatur dengan PeraturanBupati.

Pasal 91

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD,SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SPPT, Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan putusanbanding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajakpada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa.

(2) Penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakanberdasarkan peraturan perundang-undangan.

Bagian KeempatKeberatan dan Banding

Pasal 92

(1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepadaBupati atau pejabat yang ditunjuk atas sesuatu :a. SPPT;b. SKPD;c. SKPDKB;d. SKPDKBT;e. SKPDLB;f. SKPDN dang. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakn daerah.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasaindonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu palinglama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggalpemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), kecuali jika wajib pajak dapat

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 31: LD PERDA 01 TH 2011

menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapatdipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan dapat diajukan apabila wajib pajak telahmembayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujuiwajib pajak.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),dan ayat (4) tidak dianggap sebagai surat keberatansehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan olehBupati atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda pengirimansurat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tandabukti penerimaan surat keberatan.

Pasal 93

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harusmemberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupamenerima seluruhnya atau sebagian, menolak, ataumenambah besarnya pajak yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatukeputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggapdikabulkan.

Pasal 94

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan bandinghanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusanmengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati.

(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia,dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga)bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan darisurat keputusan keberatan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkankewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu)bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Pasal 95

(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan bandingdikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihanpembayaran pajak dikembalikan dengan ditambahimbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan palinglama 24 (dua puluh empat) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dihitung sejak bulan pelunasan sampai denganditerbitkannya SKPDLB.

(3) Dalam hal keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkansebagian wajib pajak dikenai sanksi administratif berupadenda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlahpajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangidengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukankeberatan.

(4) Dalam hal wajib pajak mengajukan banding, sanksiadministratif berupa denda sebesar 50% (lima puluhpersen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidakdikenakan.

(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkansebagian, wajib pajak dikenakan sanksi administratif

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 32: LD PERDA 01 TH 2011

berupa denda sebesar 100% (seratus persen) darijumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangidengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelummengajukan keberatan.

Bagian KelimaPembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan,

dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksiadministratif

Pasal 96

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya,Bupati dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB,SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yangdalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/ataukesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapanketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Bupati dapat :a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi

administratif berupa bunga, denda, dan kenaikanpajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksitersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajakatau bukan karena kesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD,SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atauSKPDLB yang tidak benar;

c. mengurangkan atau membatalkan STPD;d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan

pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidaksesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan

e. mengurangkan ketetapan pajak terutangberdasarkan pertimbangan kemampuan membayarWajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penguranganatau penghapusan sanksi administratif danpengururangan atau pembatalan ketetapan pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur denganPeraturan Bupati.

BAB IVPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 97

(1) Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapatmengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)bulan sejak diterimanya permohonan pengembaliankelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatukeputusan, permohonan pengembalian pembayaranpajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harusditerbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)bulan.

(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak, kelebihanpembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebihdahulu utang pajak tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 33: LD PERDA 01 TH 2011

jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejakditerbitkannya SKPDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran pajakdilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupatimemberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihanpembayaran pajak.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Bupati.

BAB VKEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 98

(1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadikedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahunterhitung sejak saat terutangnya pajak kecuali apabilaWajib Pajak melakukan tindak Pidana perpajakanDaerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tertangguh apabila :a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa;

ataub. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik

langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksasebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggalpenyampaian surat paksa tersebut.

(4) Pengakuan utang pajak secara langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajakdengan kesadarannya menyatakan masih mempunyaiutang pajak dan belum melunasinya kepada PemerintahKabupaten.

(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui daripengajuan, permohonan, angsuran atau penundaanpembayaran dan permohonan keberatan oleh WajibPajak.

Pasal 99

(1) Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karenahak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsadapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan pajak yangsudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat(1).

(3) Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudahkedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 100

(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzetpaling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan ataupencatatan.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 34: LD PERDA 01 TH 2011

(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet sertatata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 101

(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakandaerah dalam rangka melaksanakan peraturanperundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau

catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dandokumen lain yang berhubungan dengan objek pajakyang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempatatau ruangan yang dianggap perlu dan memberikanbantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaanpajak diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 102

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan pajak daerahdapat diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerjatertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah..

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentifsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Bupati.

BAB VIIIPENYIDIKAN

Pasal 103

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkunganPemerintah Kabupaten diberi wewenang khusussebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindakpidana di bidang perpajakan daerah, sebagaimanadimaksud dalam undang-undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahPejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkunganPemerintah Kabupaten yang diangkat oleh Pejabat yangberwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Wewenag penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana di bidang perpajakan Daerah agarketerangan atau laporan tersebut menjadi lebihlengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau Badan tentangkebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungandengan tindak pidana perpajakan Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangpribadi atau Badan sehubungan dengan tindakpidana di bidang perpajakan Daerah;

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 35: LD PERDA 01 TH 2011

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lainberkenaan dengan tindak pidana di bidangperpajakan Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkanbahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumenlain, serta melakukan penyitaan terhadap bahanbukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas orang, benda, dan/atau dokumen yangdibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindakpidana perpajakan Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaranpenyidikan tindak pidana di bidang perpajakanDaerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB IXKETENTUAN PIDANA

Pasal 104

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidakmenyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidakbenar atau tidak lengkap atau melampirkan keteranganyang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerahdapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua)kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurangdibayar.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikanSPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidaklengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benarsehingga merugikan keuangan daerah dapat di pidanadengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun ataupidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajakterutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 105

Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntutsetelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saatterutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak atauberakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahunpajak yang bersangkutan.

Pasal 106

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 merupakanpenerimaan negara.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 36: LD PERDA 01 TH 2011

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 107

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :(1) Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pajak

Pengusahaan dan Pemeliharaan Sarang Burung Walet(Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat IIMojokerto Tahun 1995 Nomor 2 Seri A);

(2) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1998 tentang PajakPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan diKabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto (LembaranDaerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Tahun1998 Nomor 1 Seri A);

(3) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1998 tentang PajakPengambilan dan Pengolahan Bahan Galian GolonganC di Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto (LembaranDaerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Tahun1998 Nomor 2 Seri A);

(4) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1998 tentang PajakPenerangan Jalan (Lembaran Daerah KabupatenDaerah Tingkat II Mojokerto Tahun 1998 Nomor 6 SeriA) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan DaerahNomor 7 Tahun 2002 (Lembaran Daerah KabupatenMojokerto Tahun 2002 Nomor 1 Seri A);

(5) Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2001 tentang PajakParkir (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun2001 Nomor 1 Seri A);

(6) Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2002 tentang PajakHotel (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun2002 Nomor 2 Seri A);

(7) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang PajakRestoran (Lembaran Daerah Kabupaten MojokertoTahun 2002 Nomor 3 Seri A);

(8) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang PajakReklame (Lembaran Daerah Kabupaten MojokertoTahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran DaerahKabupaten Mojokerto Nomor 4);

(9) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang PajakHiburan (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun2008 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenMojokerto Nomor 5).

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 108

Ketentuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaandan Perkotaan dalam Peraturan Daerah ini mulai berlakupada tanggal 1 Januari 2013.

Pasal 109

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di Mojokertopada tanggal 13 - 1 - 2011BUPATI MOJOKERTO,

ttdMUSTOFA KAMAL PASA

Diundangkan di Mojokertopada tanggal 13 Januari 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 37: LD PERDA 01 TH 2011

ttd

BUDIYONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTOTAHUN 2011 NOMOR 1

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTONOMOR 1 TAHUN 2011

TENTANGPAJAK DAERAH

I. UMUM

Tiap-tiap daerah mempunyai hak dan kewajibanmengatur dan mengurus sendiri urusanpemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi danefektivitas penyelenggaraan pemerintahan danpelayanan kepada masyarakat.

Bahwa penempatan beban kepada rakyat,seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksadiatur dengan Undang-Undang. Dengan demikian,pemungutan Pajak Daerah harus didasarkan padaUndang-Undang.

Selama ini pungutan Daerah yang berupa Pajakd diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerahsebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 34 Tahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undangtersebut, Daerah diberi kewenangan untuk memungut11 (sebelas) jenis Pajak, yaitu 4 (empat) jenis Pajakprovinsi dan 7 (tujuh) jenis Pajak kabupaten/kota. Selainitu, kabupaten/kota juga masih diberi kewenangan untukmenetapkan jenis Pajak lain sepanjang memenuhikriteria yang ditetapkan dalam Undang- Undang.

Hasil penerimaan Pajak dan Retribusi diakuibelum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecilterhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan kota.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 38: LD PERDA 01 TH 2011

Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai danaalokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi daripusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutupseluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karenaitu, pemberian peluang untuk mengenakan pungutanbaru yang semula diharapkan dapat meningkatkanpenerimaan Daerah, dalam kenyataannya tidak banyakdiharapkan dapat menutupi kekurangan kebutuhanpengeluaran tersebut. Dengan kriteria yang ditetapkandalam Undang-Undang hampir tidak ada jenis pungutanPajak dan Retribusi baru yang dapat dipungut olehDaerah. Oleh karena itu, hampir semua pungutan baruyang ditetapkan oleh Daerah memberikan dampak yangkurang baik terhadap iklim investasi. Banyak pungutanDaerah yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggikarena tumpang tindih dengan pungutan pusat danmerintangi arus barang dan jasa antardaerah.

Untuk meningkatkan akuntabilitaspenyelenggaraan otonomi daerah, Pemerintah Daerahseharusnya diberi kewenangan yang lebih besar dalamperpajakan dan retribusi. Berkaitan dengan pemberiankewenangan tersebut sesuai dengan Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerahdan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah, perluasan kewenanganperpajakan dan retribusi tersebut dilakukan denganmemperluas basis pajak Daerah dan memberikankewenangan kepada Daerah dalam penetapan tarif.

Amanat untuk melaksanakan ketentuan Pasal 95ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan mengingatUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 21 huruf e, bahwadalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyaihak memungut pajak daerah dan retribusi daerah, makaguna peningkatan pelayanan Pajak Daerah dalampembinaan dan pengawasan serta untuk menyesuaikandengan kondisi perekonomian saat ini.

Dengan diberlakukannya Peraturan Daeah ini,kemampuan Daerah untuk membiayai kebutuhanpengeluarannya semakin besar karena Daerah dapatdengan mudah menyesuaikan pendapatannya sejalandengan adanya peningkatan basis pajak daerah dandiskresi dalam penetapan tarif. Di pihak lain, dengantidak memberikan kewenangan kepada Daerah untukmenetapkan jenis pajak baru akan memberikankepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang padagilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaranmasyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,maka Peraturan Daerah yang mengatur Pajak Daerahperlu ditinjau kembali yang dituangkan dalam PeraturanDaerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 39: LD PERDA 01 TH 2011

Cukup jelas.Ayat (4)

Huruf aCukup jelas

Huruf bPengecualian apartemen,kondominium, dan sejenisnyadidasarkan atas izin usahanya.

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Pasal 4Cukup jelas.

Pasal 5Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9Cukup jelas.

Pasal 10Cukup jelas.

Pasal 11Cukup jelas.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 15Cukup jelas.

Pasal 16Cukup jelas.

Pasal 17Cukup jelas.

Pasal 18Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Yang dimaksud dengan “kesenian dan tari”adalah hiburan kesenian dan tari yangdipandang perlu untuk dilestarikan dandiselenggarakan di tempat yang dapatdikunjungi oleh semua lapisan masyarakat.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf lCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 40: LD PERDA 01 TH 2011

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Huruf lCukup jelas.

Pasal 21Cukup jelas.

Pasal 22Cukup jelas.

Pasal 23Cukup jelas.

Pasal 24Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)Huruf a

Yang dimaksud dengan ”reklamepapan/billboard dan sejenisnya”adalah reklame yang bersifat tetap(tidak dapat dipindahkan) terbuat daripapan, kayu, seng, tinplate, collibrite,vynil, aluminium, fiber glass, kaca,batu, tembok atau beton, logam ataubahan lain yang sejenis, dipasangpada tempat yang disediakan (berdirisendiri) atau digantung atau ditempelatau dibuat pada bangunan tembok,dinding, pagar, tiang, dan sebagainyabaik bersinar, disinari maupun yangtidak bersinar.Yang dimaksud dengan ”reklamemegatron/videotron dan sejenisnya”adalah reklame yang bersifat tetap(tidak dapat dipindahkan)menggunakan layar monitor maupuntidak, berupa gambar dan/ atautulisan yang dapat berubah-ubah,terprogram dan menggunakan tenagalistrik. Termasuk didalamnyaVideotron dan Electronic Display.

Huruf bYang dimaksud dengan ”reklamekain” adalah reklame yang tujuanmaterinya jangka pendek ataumempromosikan suatu even ataukegiatan yang bersifat insidentildengan menggunakan bahan kain,

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 41: LD PERDA 01 TH 2011

termasuk plastik atau bahan lain yangsejenis. Termasuk di dalamnyaadalah spanduk, umbul-umbul,bendera, flag chain (rangkaianbendera), tenda, krey, banner, giantbanner dan standing banner.

Huruf cYang dimaksud dengan “reklamemelekat atau stiker” adalah reklameyang berbentuk lembaran lepasdiselenggarakan dengan caraditempelkan, dilekatkan, dipasangatau digantung pada suatu benda.

Huruf dYang dimaksud dengan “reklameselebaran” adalah reklame yangberbentuk lembaran lepas,diselenggarakan dengan caradisebarkan, diberikan atau dapatdiminta dengan ketentuan tidak untukditempelkan, dilekatkan, dipasang,digantung pada suatu benda lain,termasuk di dalamnya adalah brosur,leafleat, dan reklame dalamundangan.

Huruf eYang dimaksud dengan “reklameberjalan, termasuk pada kendaraan”adalah reklame yang ditempatkanpada kendaraan atau benda yangdapat bergerak, yangdiselenggarakan denganmenggunakan kendaraan atau

dengan cara dibawa/ didorong/ditarikoleh orang. Termasuk didalamnyareklame pada gerobak/ rombong,kendaraan baik bermotor ataupuntidak.

Huruf fYang dimaksud dengan “reklameudara” adalah reklame yangdiselenggarakan di udara denganmenggunakan balon, gas, laser,pesawat atau alat lain yang sejenis.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hYang dimaksud dengan “reklamesuara” adalah reklame yangdiselenggarakan denganmenggunakan kata-kata yangdiucapkan atau dengan suara yangditimbulkan dari atau olehperantaraan alat.

Huruf iYang dimaksud dengan “reklame filmatau slide” adalah reklame yangdiselenggarakan dengan caramenggunakan klise (celluloide)berupa kaca atau film, ataupunbahan-bahan lain yang sejenis,sebagai alat untuk diproyeksikan dan/atau dipancarkan.

Huruf jYang dimaksud dengan “reklameperagaan” adalah reklame yang

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 42: LD PERDA 01 TH 2011

diselenggarakan dengan caramemperagakan suatu barang denganatau tanpa disertai suara.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 25Cukup jelas.

Pasal 26Cukup jelas.

Pasal 27Cukup jelas.

Pasal 28Cukup jelas.

Pasal 29Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Pasal 39Cukup jelas.

Pasal 40Cukup jelas.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42Cukup jelas.

Pasal 43Cukup jelas.

Pasal 44Cukup jelas.

Pasal 45Cukup jelas.

Pasal 46Cukup jelas.

Pasal 47Cukup jelas.

Pasal 48Cukup jelas.

Pasal 49Cukup jelas.

Pasal 50Cukup jelas.

Pasal 51Cukup jelas.

Pasal 52Cukup jelas.

Pasal 53Cukup jelas.

Pasal 54Cukup jelas.

Pasal 55

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 43: LD PERDA 01 TH 2011

Cukup jelas.Pasal 56

Cukup jelas.Pasal 57

Cukup jelas.Pasal 58

Cukup jelas.Pasal 59

Cukup jelas.Pasal 60

Cukup jelas.Pasal 61

Cukup jelas.Pasal 62

Cukup jelas.Pasal 63

Cukup jelas.Pasal 64

Cukup jelas.Pasal 65

Cukup jelas.Pasal 66

Cukup jelas.Pasal 67

Cukup jelas.Pasal 68

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan ”kawasan” adalahsemua tanah dan bangunan yangdigunakan oleh perusahaan perkebunan,perhutanan, dan pertambangan di tanah

yang diberi hak guna usaha perkebunan,tanah yang diberi hak pengusahaan hutandan tanah yang menjadi wilayah usahapertambangan.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Yang dimaksud dengan ”tidakdimaksudkan untuk memperolehkeuntungan” adalah bahwa objekpajak itu diusahakan untuk melayanikepentingan umum, dan nyata-nyatatidak ditujukan untuk mencarikeuntungan. Hal ini dapat diketahuiantara lain dari anggaran dasar dananggaran rumah tangga dariyayasan/badan yang bergerak dalambidang ibadah, sosial, kesehatan,pendidikan, dan kebudayaan nasionaltersebut. Termasuk pengertian iniadalah hutan wisata milik negarasesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 69Cukup jelas.

Pasal 70Ayat (1)

Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan:

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 44: LD PERDA 01 TH 2011

a. perbandingan harga dengan objek lainyang sejenis, adalah suatupendekatan/metode penentuan nilai jualsuatu objek pajak dengan caramembandingkannya dengan objek pajaklain yang sejenis yang letaknyaberdekatan dan fungsinya sama dantelah diketahui harga jualnya.

b. nilai perolehan baru, adalah suatupendekatan/metode penentuan nilai jualsuatu objek pajak dengan caramenghitung seluruh biaya yangdikeluarkan untuk memperoleh objektersebut pada saat penilaian dilakukan,yang dikurangi dengan penyusutanberdasarkan kondisi pisik objektersebut.

c. nilai jual pengganti, adalah suatupendekatan/metode penentuan nilai jualsuatu objek pajak yang berdasarkanpada hasil produksi objek pajaktersebut.

Ayat (2)Pada dasarnya penetapan NJOP adalah 3(tiga) tahun sekali. Untuk Daerah tertentuyang perkembangan pembangunannyamengakibatkan kenaikan NJOP yang cukupbesar, maka penetapan NJOP dapatditetapkan setahun sekali.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 71Cukup jelas.

Pasal 72Cukup jelas.

Pasal 73Cukup jelas.

Pasal 74Nilai jual untuk bangunan sebelum diterapkantarif pajak dikurangi terlebih dahulu dengan NilaiJual Tidak Kena Pajak sebesar Rp10.000.000,-(sepuluh juta rupiah).Contoh:Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa:- Tanah seluas 800 m2 dengan harga jualRp300.000,00/m2;- Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jualRp350.000,00/m2;- Taman seluas 200 m2 dengan nilai jualRp50.000,00/m2;- Pagar sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata

pagar 1,5 m dengan nilai jual Rp175.000,00/m2.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 45: LD PERDA 01 TH 2011

Besarnya pokok pajak yang terutang adalahsebagai berikut:1. NJOP Bumi: 800 x Rp300.000,00 = Rp240.000.000,002. NJOP Bangunan

a. Rumah dan garasi400 x Rp350.000,00 = Rp140.000.000,00

b. Taman200 x Rp50.000,00 = Rp10.000.000,00

c. Pagar(120 x 1,5) x Rp175.000,00 = Rp 31.500.000,00 +

Total NJOP Bangunan Rp181.500.000,00Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp11.000.000,00 -Nilai Jual bangunan Kena Pajak = Rp170.500.000,00 +

3. Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp411.500.000,004. Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam

Peraturan Daerah 0,15%.5. PBB terutang: 0,15% x Rp410.500.000,00

= Rp 615.750,00Pasal 75

Cukup jelas.Pasal 76

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Penetapan SKPD ini hanya untuk PajakBumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan.

Pasal 77Cukup jelas.

Pasal 78Cukup jelas.

Pasal 79Cukup jelas.

Pasal 80Cukup jelas.

Pasal 81Contoh:Wajib Pajak “A” membeli tanah dan bangunandenganNilai Perolehan Objek Pajak = Rp65.000.000,00Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp60.000.000,00Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak = Rp5.000.000,00Pajak Yang Terutang = 5% x Rp5.000.000,00 = Rp250.000,00

Pasal 82Cukup jelas.

Pasal 83Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “risalah lelang”adalah kutipan risalah lelang yangditandatangani oleh Kepala Kantor yangmembidangi pelayanan lelang Negara.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 84Cukup jelas.

Pasal 85Cukup jelas.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 46: LD PERDA 01 TH 2011

Pasal 86Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Ketentuan ini mengatur tata carapengenaan pajak, yaitu ditetapkan olehBupati atau dibayar sendiri oleh WajibPajak.Cara pertama, pajak dibayar oleh WajibPajak setelah terlebih dahulu ditetapkanoleh Bupati melalui SKPD atau dokumenlain yang dipersamakan.Cara kedua, pajak dibayar sendiri adalahpengenaan pajak yang memberikankepercayaan kepada Wajib Pajak untukmenghitung, memperhitungkan, membayar,dan melaporkan sendiri pajak yang terutangdengan menggunakan SPTPD.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannyadengan cara membayar sendiri, diwajibkanmelaporkan pajak yang terutang denganmenggunakan SPTPD.Jika Wajib Pajak yang diberi kepercayaanmenghitung, memperhitungkan, membayar,dan melaporkan sendiri pajak yang terutangtidak memenuhi kewajibannyasebagaimana mestinya, dapat diterbitkan

SKPDKB dan/atau SKPDKBT yang menjadisarana penagihan.

Ayat (6)Huruf a

Yang dimaksud dengan “SelfAssessment System” adalah suatusistem pemungutan pajak yangmemberikan wewenang penuh kepadaWajib Pajak untuk menghitung,memperhitungkan, menyetorkan danmelaporkan sendiri besarnya pajak.

Huruf bYang dimaksud dengan “OfficeAssessment System” adalah suatusistem pemungutan pajak yangmemberikan wewenang kepadapemungut pajak (fiskus) untukmenentukan besarnya pajak yang harusdibayar (pajak yang terutang) olehseseorang (Wajib Pajak).

Pasal 87Ketentuan ini mengatur penerbitan suratketetapan pajak atas pajak yang dibayar sendiri.Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukankepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkanoleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPDatau karena ditemukannya data fiskal tidakdilaporkan oleh Wajib Pajak.Ayat (1)

Ketentuan ini memberi kewenangankepada Bupati untuk dapat menerbitkanSKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanyaterhadap kasus-kasus tertentu, dengan

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 47: LD PERDA 01 TH 2011

perkataan lain hanya terhadap Wajib Pajaktertentu yang nyata-nyata atau berdasarkanhasil pemeriksaan tidak memenuhikewajiban formal dan/atau kewajibanmaterial.

Contoh:1. Seorang Wajib Pajak tidak

menyampaikan SPTPD pada tahun pajak2009. Setelah ditegur dalam jangkawaktu tertentu juga belummenyampaikan SPTPD, maka dalamjangka waktu paling lama 5 (lima) tahunBupati dapat menerbitkan SKPDKB ataspajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikanSPTPD pada tahun pajak 2009. Dalamjangka waktu paling lama 5 (lima) tahun,ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPDyang disampaikan tidak benar. Ataspajak yang terutang yang kurang bayartersebut, Bupati dapat menerbitkanSKPDKB ditambah dengan sanksiadministratif.

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksuddalam contoh yang telah diterbitkanSKPDKB, apabila dalam jangka waktupaling lama 5 (lima) tahun sesudah pajakyang terutang ditemukan data barudan/atau data yang semula belumterungkap yang menyebabkanpenambahan jumlah pajak yangterutang, Bupati dapat menerbitkanSKPDKBT.

4. Wajib Pajak berdasarkan hasilpemeriksaan Bupati ternyata jumlahpajak yang terutang sama besarnyadengan jumlah kredit pajak atau pajak

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 48: LD PERDA 01 TH 2011

tidak terutang dan tidak ada kredit pajak,Bupati dapat menerbitkan SKPDN.

Huruf aAngka 1)

Cukup jelas.Angka 2)

Cukup jelas.Angka 3)

Yang dimaksud dengan”penetapan pajak secarajabatan” adalah penetapanbesarnya pajak terutangyang dilakukan oleh Bupatiatau pejabat yang ditunjukberdasarkan data yangada atau keterangan lainyang dimiliki oleh Bupatiatau Pejabat yangditunjuk.

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Ketentuan ini mengatur sanksi terhadapWajib Pajak yang tidak memenuhikewajiban perpajakannya yaitumengenakan sanksi administratif berupabunga sebesar 2% (dua persen) sebulandari pajak yang tidak atau terlambat dibayaruntuk jangka waktu paling lama 24 (duapuluh empat) bulan atas pajak yang tidakatau terlambat dibayar. Sanksi administratif

berupa bunga dihitung sejak saatterutangnya pajak sampai denganditerbitkannya SKPDKB.

Ayat (3)Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhikewajiban perpajakannya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitudengan ditemukannya data baru dan/ataudata yang semula belum terungkap yangberasal dari hasil pemeriksaan sehinggapajak yang terutang bertambah, makaterhadap Wajib Pajak dikenakan sanksiadministratif berupa kenaikan 100%(seratus persen) dari jumlah kekuranganpajak. Sanksi administratif ini tidakdikenakan apabila Wajib Pajakmelaporkannya sebelum diadakan tindakanpemeriksaan.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhikewajiban perpajakannya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3),yaitu Wajib Pajak tidak mengisi SPTPDyang seharusnya dilakukannya, dikenakansanksi administratif berupa kenaikan pajaksebesar 25% (dua puluh lima persen) daripokok pajak yang terutang. Dalam kasusini, Bupati menetapkan pajak yang terutangsecara jabatan melalui penerbitanSKPDKB. Selain sanksi administratifberupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 49: LD PERDA 01 TH 2011

lima persen) dari pokok pajak yang terutangjuga dikenakan sanksi administratif berupabunga sebesar 2% (dua persen) sebulandihitung dari pajak yang kurang atauterlambat dibayar untuk jangka waktupaling lama 24 (dua puluh empat) bulan.Sanksi administratif berupa bunga dihitungsejak saat terutangnya pajak sampaidengan diterbitkannya SKPDKB.

Pasal 88Cukup jelas.

Pasal 89Cukup jelas.

Pasal 90Cukup jelas.

Pasal 91Ayat (1)

Yang dimaksud “Surat Paksa” adalah SuratPerintah Membayar Utang Pajak dan beayamenagih pajak.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 92Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “keadaan di luarkekuasaan” adalah suatu keadaan yangterjadi di luar kehendak/kekuasaan.Misalnya karena wajib pajak sakit atauterkena musibah bencana alam.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 93Cukup jelas.

Pasal 94Cukup jelas.

Pasal 95Cukup jelas.

Pasal 96Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eYang dimaksud dengan ”kondisitertentu objek pajak”, antara lain,lahan pertanian yang sangat terbatas,bangunan ditempati sendiri yangdikuasai atau dimiliki oleh golonganWajib Pajak tertentu.

Ayat (3)Cukup jelas.

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto

Page 50: LD PERDA 01 TH 2011

Pasal 97Cukup jelas.

Pasal 98Cukup jelas.

Pasal 99Cukup jelas.

Pasal 100Cukup jelas.

Pasal 101Cukup jelas.

Pasal 102Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “instansi yangmelaksanakan pemungutan” adalahdinas/badan/lembaga yang tugas pokokdan fungsinya melaksanakan pemungutanPajak.

Ayat (2)Pemberian besarnya insentif dilakukanmelalui pembahasan yang dilakukan olehPemerintah Kabupaten dengan alatkelengkapan Dewan Perwakilan RakyatDaerah yang membidangi masalahkeuangan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 103Cukup jelas.

Pasal 104Cukup jelas.

Pasal 105Cukup jelas.

Pasal 106

Cukup jelas.Pasal 107

Cukup jelas.Pasal 108

Cukup jelas.Pasal 109

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATENMOJOKERTO NOMOR 1

bagian

hukumse

tdakab

mojokerto