lbm 5 modul imun sgd salma

18
1. Apa itu Komedo dan adneksa kulit? Komedo adalah penyumbatan kulit yang terjadi karena penumpukan sel kulit mati dan sebum pada muara kelenjar minyak. Jika tidak segera ditangani, komedo bisa meradang dan menjadi jerawat membandel. Akibatnya, kulit wajah bisa hilang kemulusannya. Daerah T, yaitu sekitar dahi, hidung, pipi bagian dalam, dan dagu, merupakan wilayah favorit disinggahi komedo. Penanganan komedo bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih lunak dan penyumbatan belum terlalu dalam. Tapi, jika komedo sudah terlalu lama mengendap di pori-pori dan mengeras hingga sulit dikeluarkan, perlu perawatan wajah dengan penanganan khusus. Sebelum menentukan jenis perawatan yang cocok, lebih baik berkonsultasi dulu kepada ahlinya. Komedo : sumbatan sebum, sperti lemak - Black hat : sudah bercampur dg melanosit mudah di cabut - White hat : blm bercampur dg melanosit sulit di cabut Jerawat : komedo, sumbatan k. Sebasea.

Upload: salma

Post on 02-Dec-2015

403 views

Category:

Documents


79 download

DESCRIPTION

modul imun

TRANSCRIPT

1. Apa itu Komedo dan adneksa kulit? Komedo adalah penyumbatan kulit yang terjadi karena penumpukan sel kulit

mati dan sebum pada muara kelenjar minyak. Jika tidak segera ditangani, komedo bisa meradang dan menjadi jerawat membandel. Akibatnya, kulit wajah bisa hilang kemulusannya. Daerah T, yaitu sekitar dahi, hidung, pipi bagian dalam, dan dagu, merupakan wilayah favorit disinggahi komedo.Penanganan komedo bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih lunak dan penyumbatan belum terlalu dalam. Tapi, jika komedo sudah terlalu lama mengendap di pori-pori dan mengeras hingga sulit dikeluarkan, perlu perawatan wajah dengan penanganan khusus. Sebelum menentukan jenis perawatan yang cocok, lebih baik berkonsultasi dulu kepada ahlinya. 

•    Komedo : sumbatan sebum, sperti lemak-    Black hat : sudah bercampur dg melanosit mudah di cabut-    White hat : blm bercampur dg melanosit sulit di cabut•     Jerawat : komedo, sumbatan k. Sebasea.

2. Apa saja yg termasuk kelainan adneksa kulit?Kuku1. Kelainan kuku yang disebabkan agen

- ParonikiaInflamasi pada lipatan kuku dengan pembengkakan tepi kuku, terkadang disertai pus yang biasanya disebabkan oleh candida albicans, staphylococcus atau pseudomonas

- Onikomikosis Merupakan infeksi jamur candida

2. Kelainan kontur kuku, permukaan kuku dan pertumbuhan kuku- Hippocratic (clubbed) fingers: kuku menggembung

- Shell nail syndrom : clubbed nail disertai atrofi dasar kuku

- Koilonikia : kuku tipis bentuk cembung pinggir meninggi

- Anonikia : kuku tidak tumbuh

- Onikogrifosis: kuku berubah bentuk menebal, warna putih dan kecoklatan, melengkung tanpa menempel pada bantalan kuku

- Onikoatrofi : kuku tipis dan lebih kecil

- Onikolisis : terpisahnya kuku dari dasar kuku terutama bagian distal atau lateral. Bila meluas sampai proksimal maka akan terbantuk ruang tempat tertimbunnya kotoran

- Pakionikia: penebalan lempeng kuku

- Beau’s lines : terowongan transversal dari lunula kearah distal sesuai pertumbuhan kuku oleh karena penghentian sementara fungsi matriks kuku

- Hapalonikia : kuku tipis, lunak, mudah sobek

Kelainan perubahan warna kuku

- Green nail

- Black nail

- Kuku coklat/merah tua

- Kuku berwarna putih

Rambut

1. Alopesia = kebotakan- Alopesia universalis : kebotakan seluruh rambut pada tubuh

- Alopesia totalis : kebotakan seluruh rambut kepala

- Alopesia arerata: kebotakan setempat berbatas tegas2. Alopesia areata3. Alopesia androgenika4. Efluvium : kerontokan rambut

- Efluvium telogen

- Efluvium telogen pasca natal

- Efluvium psikis

- Efluvium pascafebris akut

Kelenjar

1. Kelenjar apokrina. Bromhidrosis : keadaan dimana bau yang menusuk hidung keluar dari kulit akibat

penguraian keringat apokrin oleh bakteri grm negatifb. Kromhidrosis : kelainan dimana sekresi keringat apokrin berwarnac. Hidradenitis supurativa : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada

kulit lokasi kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital2. Kelenjar ekrin

a. Hiperhidrosis : peningkatan sekresi keringat ekrinb. Anhidrosis: hilangnya sebagian aktivitas kelenjar keringatc. Miliaria : keadaan dimana pori-pori keringat tertutup sehingga timbul retensi

keringat dikulitd. Dishidrosis : erupsi vesikuler, rekuren non inflamasi pada telapak tangan atau kaki

3. Kelenjar sebaseaa. Acne : peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo,

papul, pustula, nodul, dan kistaVarian acne- Akne vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat multifaktoral dan varietasnya:

o Akne tropikalis

o Akne fulminan

o Pioderma fasiale

o Akne mekanika dan lainnya

- Akne venenata terjadi penutupan folikel sebasea oleh massa eksternal dan varietasnya:

o Akne kosmetika

o Pomade acne

o Akne klor

o Akne akibat kerja

o Akne deterjen

-Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya: o Solar commedones

o Akne radiasi (sinar x. kobal)

b. Rosasea : penyakit kronik pada sentral wajah akibat kelainan kelenjar pilosebasea pada daerah wajah berupa papul yang meradang disertai peningkatan aktivitas kapiler sehingga terjadi flushing dan teleangiektasis

c. Dermatitis perioral : erupsi papuler, eksemateus dan berskuama dengan predileksi lipat nasolabial dan bibir atas dengan perjalanan penyakit berfluktuasi

Sumber :Djuanda, A (2007). Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin, 5. FK-UI, Jakarta

3. Jelaskan etiologi dan pathogenesis adneksa kulit!

a) Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne.

b) Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar glandula sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.

c) Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita

d) Jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan Akne vulgaris

e) Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian akne vulgaris pada remaja (Nami, 2009).

f) Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne.Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru.

Hormon endokrin:

- Androgen. Konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne

- Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

- Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual

g) Diet. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.

h) Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.Bertambah hebatnya akne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.

i) Bakteria. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.

j) Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak dasar (faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan krem malam secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu.

Sumber : Nami, U. 2009. Hubungan Tingkat stress Dan Kebersihan Diri dengan Acne Vulgaris

Patogenesis

Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, infl amasi, dan aktivitas

Propionibacterium acnes (P. acnes) Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut .Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam batas normal.Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum.Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa.Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalamfolikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk mikrokomedo.1 Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons infl amasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa infl amasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.

Faktor keempat terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang merupakan fl ora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne.Peranan P. acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu infl amasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.

Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung. Pada hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh seborea, alopesia, hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan infertilitas dan sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi. Penyebab utama hiperandrogenisme adalah sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga menderita acne. Meskipun demikian, sebagian besar acne pada perempuan dewasa tidak berkaitan dengan gangguan endokrin.8Penyebab utama acne pada kelompok ini adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap perubahan hormon fisiologis siklus haid. Sebagian besar perempuan mengalami peningkatan jumlah acne pada masa premenstrual atau sebelum haid.

Sumber : (Theresia Movita Erha Clinic & Erha Apothecary, Kelapa Gading, Jakarta, Indonesia “Acne Vulgaris”)

4. Jelaskan klasifikasi dari acne!

Klasifikasi •    Acne Vulgaris    : peradang menahun folikel sebasea pada masa remaja yang bisa sembuh sendiri, karena faktor cuaca.•    Acne Venenata    : Peradang folikel sebasea yang disebabkan oleh penggunaaan kosmetik•    Acne Komedorial : karena agent fisik dan varietasnya, contoh. Sinar UV.Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu: (1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan, pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.  (2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen. (3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedonesdan akne radiasi.Textbook of pediactic – kligman

5. Apa hub stress dengan timbulnya bintil bernanah?

Etiologi dan Patogenesis terjadinya acne vulgaris yang pasti belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis acne seperti: perubahan pola keratinisasi, produksi sebum yang meningkat, peningkatan hormon androgen, terjadinya stress psikis,

faktor lain yaitu usia, ras, familial, makanan, cuaca. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea

eprints.undip.ac.id/.../549_NANDA_INDRAWAN_G2.

6. Apakah penyakit pada scenario merupakan penyakit turunan ?7. Mengapa bintil bernanah ?8. Apa hub bintil hitam dan berminyak ?9. Apa saja DD dari scenario?

Diagnosis : Akne Vulgaris penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gejal klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik.

Diagnosis banding :

•Erupsi akneformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainya. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo hampir di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.

•Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi ditempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.

•Rosasea, merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustul, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.

•Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustul, di sekitar mulut yang terasa gatal.

Sumber : Prof. Dr. Dr. Adhi Juanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. Jakarta: fakultas kedokteran universitas Indonesia

10. Apa saja px adneksa pada kulit?11. Bagaimana cara pencegahan komedo ?

Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi sebum dengan cara : a) diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini diperdebatkan efektivitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, hal ini dapat dilakukanb) melakukakn perawatan kulit untuk membersihkn permukaan kulit dari kotoran dan jasad renik yang mempunyai peran pada etiopatogenesis akne vulgaris

Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misal : a) hidup teratur dan sehat, cukup istirahat,olhraga sesuai kondisi tubuh, menghindari stres

Pencegahan Akne Vulgaris Pencegahan yang dapat dilakukan untuk  menghindari jerawat adalah sebagai berikut: a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta  melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran. b) Menghindari terjadinya faktor pemicu,  misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, 

pedas, rokok, dan sebagainya. c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara  maupun lama pengobatannya serta prognosisnya.  Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa =Terapi Dermatologi – Wasitaatmadja 

12. Apa saja terapi yg diberikan kpd penderita ?

Pengobatan Akne Vulgaris Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut. 

a) Pengobatan topikal. Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba  dalam folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat  10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik. 

b) Pengobatan sistemik. Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.

c) Bedah kulit. Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007). 

1. Terapi Non FarmakologiTerapi non farmakologi untuk mengobati Acne vulgaris antara lain dengan cara

membersihkan kulit dengan sabun dan air karena sabun dan air memiliki efek yang relatif kecil pada jerawat dan memiliki dampak minimal dalam folikel, tidak disarankan untuk menggosok kulit atau mencuci wajah berlebihan karena hal tersebut tidak selalu membuka atau  membersihkan pori-pori serta dapat menyebabkan iritasi kulit. Untuk menghindari iritasi dan kekeringan selama terapi jerawat disarankan untuk menggunakan agen pembersih yang lembut dan tidak menyebabkan kulit kering (Wells, et al., 2006).

Terapi FarmakologiSelain terapi non farmakologi, Acne vulgaris juga dapat diobati dengan terapi

farmakologi. Algoritma pengobatan jerawat berdasarkan tingkat keparahan jerawat dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Algoritma Terapi Acne vulgaris (West et al., 2008).

Tabel 1. Tipe Lesi Dominan per Tingkat Keparahan Acne (West et al., 2008)

Tingkat

Keparahan

Acne

Lesi Dominan

Frekuensi per Tipe Lesi

Komedo

Tertutup

Komedo

TerbukaPapula Postula Nodula Luka

Ringan

Lesi non

inflamatori

(komedo

terbuka dan

tertutup)

Sedikit-

banyak

Sedikit-

banyakMungkin Mungkin

Tidak

ada

Tidak

ada

Sedang

Papula dan

postula

terinflaasi

dengan

beberapa lesi

non inflamasi

Sedikit-

banyak

Sedikit-

banyakBanyak Banyak Beberapa Mungkin

Parah

Lesi inflamasi

dan luka

dengan

beberapa lesi

non inflamasi

Sedikit-

banyak

Sedikit-

banyak

Sangat

banyak

Sangat

banyak

Sangat

banyak

Sangat

banyak

1.  Terapi Topikala.         Benzoil Peroksida

Benzoil peroksida dapat digunakan untuk mengobati peradangan jerawat yang ringan. Benzoil peroksida merupakan antibakteri non antibiotik yang bersifat bakteriostatik terhadap P. acnes. Benzoil peroksida akan terurai pada kulit dengan sistein dan membebaskan oksigen radikal bebas yang mengoksidasi protein bakteri. Hal tersebut akan meningkatkan laju peluruhan sel epitel dan mengendur struktur steker folikular, sehingga dapat menghasilkan aktivitas komedolitik.

b.        TretinoinTretinoin (retinoid, vitamin topikal asam A) adalah agen komedolitik yang dapat

meningkatkan pergantian sel pada dinding folikel dan mengurangi kekompakan sel, dan menyebabkan ekstrusi komedo serta penghambatan pembentukan komedo baru. Adanya hal tersebut juga dapat mengurangi jumlah lapisan sel dalam stratum  korneum.

c.         AdapaleneAdapalene (Differin) adalah retinoid generasi ketiga dengan aktivitas komedolitik,

keratolitik, dan anti-inflamasi. Adapalene diindikasikan untuk jerawat  ringan sampai sedang.d.        Tazarotene

Tazarotene (Tazorac) adalah retinoid acetylenic sintetis yang diubah menjadi bentuk aktifnya, asam tazarotenic, setelah diaplikasikan secara topikal. Tazarotene digunakan dalam

pengobatan jerawat ringan sampai sedang dan memiliki aktivitas komedolitik, keratolitik, dan anti-inflamasi.

e.         ErythromycinEritromisin dengan atau tanpa seng efektif untuk mengobati peradangan jerawat. Adanya

kombinasi dengan seng dapat meningkatkan penetrasi eritromisin ke pada unit pilosebasea. Resistensi P. acnes terhadap eritromisin dapat dikurangi dengan terapi kombinasi dengan benzoil peroksida.f.         Clindamycin

Clindamycin dapat menghambat Propionibacterium acnes dan memiliki aktivitas komedolitik dan anti inflamasi.g.        Asam Azelaic

Asam azelaic memiliki aktifitas antibakteri, antiinflamsi, dan komedolitik. Baik digunakan untuk jerawat ringan dan sedang pada pasien yang alergi benzoil peroksida. Asam azelaic juga baik digunakan untuk mengobati post inflamasi hiperpigmentasi karena efek mencerahkan kulitnya.h.       Salicylic Acid, Sulfur, and Resorcinol

Asam salisilat, sulfur, dan resorcinol memiliki efek keratolitik dan antibakteri sedang. Asam salisilat sendiri memiliki aktivitas komedolitik dan antiinflamasi.

(Wells, et al., 2006)2.    Terapi Sistemika.         Isotretinoin

Isotretinoin dapat menurunkan produksi sebum, mengubah komposisi sebum, dan menghambat pertumbuhanPropionibacterium acnes di folikel, serta menghambat inflamasi. Isotretinoin diindikasikan untuk nodular parah atau jerawat dengan inflamasi pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional, untuk jerawat dengan luka, untuk jerawat yang sering timbul, dan jerawat yang disebabkan oleh psikologi.b.        Oral Antibacterial Agents

Beberapa antimikroba yang dapat digunakan untuk mengobati jerawat adalah eritromisin, azitromisin, tetrasiklin, kotimoksazole, dan klindamisin. Eritromisin memiliki efikasi yang mirip dengan tetrasiklin namun mudah resisten. Azitromisin aman untuk digunakan untuk jerawar ringan hingga sedang dengan inflamasi.  Kotrimoksazole dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi tetrasiklin dan eritromisin atau pasien yang resistensi terhadap dua obat tersebut. Klindamisin digunakan secara terbatas pada pasien yang mengalami diare dan memiliki resikocolitis pseudomembranours.c.         Oral Contraceptives

Ortho Tri-Cyclen disetujui oleh FDA untuk terapi pengobatan jerawat sedang yang tidak merespon terapi topikal.Produk ini mengandung ethinyl estradiol 0.035 mg dan norgestimate yang bervariasi dari 0.180, 0.215, dan 0.250 mg.  Kombinasi tersebut dapat meningkatkan hormon sex-ikatan globulin dan dapat mengaktivasi testoteron.

(Wells, et al., 2006)Rangkuman mengenai aktivitas obat antijerawat dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme aksi terapi farmakologi acne (West et al., 2008)

Wellss, B.G., J.T. West, T.L. Schwinghammer, and C.W. Hamilton. 2006. Pharmacotherapy Handbook, 6th Edition. USA: McGraw-Hills.

West, D.P., A. Loyd, K.A. Bauer, L.E. West, L. Scuderi, dan G. Micali. 2008. Acne Vulgaris. In: Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition. (editors): J.T. West, R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wellss, and L.M. Posey. USA: McGraw-Hills.