lbm 5 mata sgd 8

28
STEP 7 1. Mengapa pasien mengeluhkan penglihatan buram pada mata kanan setelah jatuh dari sepeda motor?

Upload: dalilah-vitriana

Post on 06-Nov-2015

399 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

STEP 71. Mengapa pasien mengeluhkan penglihatan buram pada mata kanan setelah jatuh dari sepeda motor?

Ocular traumatology; Ferench Kuhn (2008)2. Mengapa merah, berair, nyeri dan bengkak kelopak mata pada mata kanan ?

Ocular traumatology; Ferench Kuhn (2008)

3. Mengapa di dapatkan visus 2/60, mixed injection +, erosi kornea +, ruptur kornea di jam 5, coa dangkal , iris prolaps + pada mata kanan?Acorneallaceration is a partial- or full-thickness injury to the cornea. A partial-thickness injury does not violate the globe of the eye (abrasion). A full-thickness injury penetrates completely through the cornea, causing aruptured globe. This topic discusses the full-thickness injury.History sometimes points to a discrete event after which the patients symptoms started; however, this is not always the case.Small foreign bodies, digital trauma, or othermoresubtle sources of damage may not be quickly recalled by the patient. The physician must be meticulous in examining the cornea and periorbital structures if there is suspicion of a corneal laceration. Typically, patients who present with this type of injury complain of an intensely painful, profusely lacrimating eye. The bulbar conjunctiva will be injected with prominent blood vessels.The first priority in evaluating a corneal injury is to include or exclude a full-thickness injury and the resulting ruptured globe. A full-thickness injury will allow aqueous humor to escape the anterior chamber, which can result in a flat-appearing cornea, air bubbles under the cornea, or an asymmetric pupil secondary, to the iris protruding through the corneal defect.medscape: cornea and external disease resource center4. Apa saja klasifikasi trauma okuli? Dan bagaimana patofisiologi dari masing masing klasifikasi?

Ocular traumatology; Ferench Kuhn (2008)Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaituA.Fisik atau Mekanika)Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.b)Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.c)Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.B.Khemisa)Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat).b)cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.C.Fisisa)Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.b)Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

EtiologiGejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :A.Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.B.Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.C.Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.D.Trauma Mekanika.Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel.b.Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.c.Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.

Klasifikasi HugesRinganSedangBerat

Prognosis baik.Terdapat erosi epitel kornea.Pada kornea terdapat kekeruhan yang ringan.Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva.Prognosis baikTerdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinciTerdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtivaPrognosis burukAkibat kekeruhan kornea pupil tidak dapat dilihatKonjungtiva dan sklera pucat

Klasifikasi ThoftDerajat 1Derajat 2Derajat 3Derajat 4

terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtataterjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel korneaterjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel korneakonjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun5. DDTrauma tumpulPatofisiologitrauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembaliTrauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :a.PalpebraMengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanentb.Saluran LakrimalisDapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.c.CongjungtivaDapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtivad.SkleraBila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.e.KorneaBila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visusf.LensaBila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.g.IrisBila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.h.PupilBila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasisi.RetinaDapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri oblaina retina.

Pemeriksaan ophtalmologya.Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.b.Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.c.Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.d.Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata.nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).e.Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler.f.Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.g.Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi benda asing.h.Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada retina.i.Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.j. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi, maupun funduskopik.Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.l.Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.m.Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa trauma asam atau basa.n. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit, kultur, kemungkinan adanya infeksi sekunder.

Pemeriksaan Penunjang: USG Ultrasonografi anatomi intraokular dan deteksi IOFB, terutama jika oftalmoskopi direk terganggu, seperti akibat hifema penuh Mencari: Ablasio retina, ablasio vitreus posterior, perdarahan/kekeruhan vitreus, ablasio koroid, ruptur koroid/skleral

Pemeriksaan Penunjang: CT-ScanSuspek ruptur/laserasi tersembunyi, terdapat IOFB, fraktur orbital/fasial Potongan aksial dan koronal: Evaluasi kondisi atap dan dasar orbita, otot ekstraokular, lokalisasi benda asing

MRI Lebih akurat dari CT-Scan dalam deteksi kerusakan bola mata, seperti ruptur posterior tersembunyi Kontraindikasi: IOFB Intraocular Foreign Body (IOFB) dari logam, pacemaker, claustrophobia, gawat-darurat

Uji elektrodiagnostik Integritas nervus optikus dan retina elektroretinografi (ERG), seperti mencari degenerasi akibat IOFB logam kronik

TERAPI1.Trauma tumpula.Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna membantu keluarnya hifema dari mata.b.Berikan kompres es.c.Pemnatauan tajam penglihatan.d.Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan perdarahan ulang.e.Batasi membaca dan melihat TV.f.Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.g.Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.h.Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.i.Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.j.Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.k.Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi perdarahan ulang.l.Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema).Indikasi ParasentesisoHifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitamoHifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan konvensional selama 5 hari.oHifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaukomaoTerlihat tanda-tanda imbibisi kornea.2.Trauma tajamPenatalaksanaan sebelum tiba di RSa.Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.b.Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.c.Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.d.Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.Penatalaksanaan setelah tiba di RSa.Pemberian antibiotik spektrum luas.b.Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.c.Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.d.Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak).e.Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.3.Trauma kimiaa.Irigasi (30 menit) dan periksa pH dengan kertas lakmus.b.Diberi pembilas : idealnya dengan larutan steril dengn osmolaritas tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer Laktat). Larutan garam isotonis.c.Irigasi sampai 30 menit atau pH normal. Bila bahan mengandung CaOH berikan EDTA.d.Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh.e.Cedera ringan : Pasien dapat dipulangkan dengan diberikan antibiotik tetes mata, analgesic oral dan perban mata.f.Luka sedang diberi siklopegi.g.Steroid topikal untuk mencegah infiltrasi sel radang.h.Vitamin C oral : untuk membentuk jaringan kolagen.Catatan :1.6 tahapan penatalaksanaan trauma mata :a.Irigasib.Reepitalisasi korneac.Mengendalikan proses peradangand.Mencegah terjadinya infeksie.Mengendalikan TIOf.Menurunkan nyeri : sikloplegik

Penatalaksanaan : Lakukan irigasi dengan cairan yang bersih sekitar 30 menit atau sampai pH netral ( pH nornal konjungtiva 6,8 7,4 ) Irigasi sampai ke fornik konjungtiva spekulum, pantocain Basa, mengakibatkan safonikasi lemak pada sel membran kerusakan lebih dalamdan cepat penetrasi pada jaringan mata PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankanstruktur dan anatomimata, mencegah sekuele jangka panjang.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:

PenatalaksanaanEmergency10

Irigasimerupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik.Jika perlu dapat diberikan anastesitopikal,larutannatrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

Doubleeversi pada kelopak matadilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinyaperlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

Debridemenpada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).

Penatalaksanaan Medikamentosa

Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.8,10

Steroidbertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan ditappering offsetelah 7-10 hari.Dexametason 0,1%ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikansetiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

Sikloplegikuntuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

Asam askorbatmengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitoruntuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.

Antibiotikprofilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).

Asam hyaluronikuntuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barier fisiologis.Asam Sitratmenghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.Pembedahan10

PembedahanSegerayang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea. Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft)atau dar donor (allograft)bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal. Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosisPembedahan Lanjutpada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasusconjungtival bandsdan simblefaron. Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva. Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata. Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi. Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE.Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta.2000.2. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh pada tanggal 2 Agustus 2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata.Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology Third Edition. Washington. 2005.5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical.eMedicine Journal. 2009.6. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints. Diunduh tanggal 4 Agustus 2011.http://www.acep.org/content.aspx?id=267127. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2 Agustus 2011http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video8. Gerhard K. Lang.OphthalmologyA Pocket Textbook Atlas 2nd.Stuttgart New York. 2006.9. American Academy of Ophthalmology. Chemical Burn. Diunduh pada 2Agustus2011.http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm10. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. Philadelphia: Elseiver Limited. 2000.11. Trudo, Edward W dan William Rimm. Chemical Injuries of the Eye. Washington. 2008.12. Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada tanggal 2 Agustus 20011.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemical-eye-burns.php

6. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk menegakan diagnosis pada skenario beserta tujuan dan interpretasinya?

.Ocular traumatology; Ferench Kuhn (2008)7. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan? Beserta indikasi dan interpretasi 8. Mengapa dokter memberikan tetes antibiotik dan bebat mata? Tujuannya?Tetes mata antibiotik : mencegah infeksi sekunder.Mengapa diberi Tetes tidak dalam bentuk salep?Apakah boleh diberi antibiotik sistemik saja? Kapan diberikan profilatik anti tetanus?

9. Apa saja yang harus diperhatikan pada trauma mata?10. Bagaimana penatalaksanaan pada skenario?Kapan pasien dirujuk dan indikasi?11. Apa saja komplikasi yang dapat timbul dari skenario dan bagaimana proses terjadinya?

Ocular traumatology; Ferench Kuhn (2008)Ptisis bulbiGlaukoma sekunder IridocyclitisKatarak traumatik Ablasio retina