layout ui template · web viewbit.ly/mendeley-fkmui @ikingkingi 52 vii 54 laporan kinerja dinas...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHPROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
(SATKER 05 )
DINAS KESEHATAN PROVINSI PAPUATAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instans iPemerintah (LAKIP) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Papua disusun untuk memenuhi Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN/RB no 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tujuan dari penyusunan LAKIP adalah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan dan program kerja yang diselenggarakan sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan dan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan hasil evaluasi dan analisis realisasi kinerja kegiatan dari pelaksanaan kebijakan dan program Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalamTahun Anggaran 2018.
Penyusunan LAKIP ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.
Papua, 10 Januari 2019
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Papua
drg. Aloisius Giyai, M.Kes
NIP. 19720908 200212 1001
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah dalam mencapai tujuan/sasaran strategis. Pencapaian sasaran menyajikan informasi tentang : pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indicator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indicator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.
Secara garis besar Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja tahun 2018 dengan capaian rata-rata sasaran strategis sebesar 65 persen, meskipun di satu sisi ada yang melebihi target danada yang tidakmencapai target yang direncanakan.
Walau pencapaian Penetapan Kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua sudah dianggap cukup baik, namun dalam pelaksanaannya masih dirasakan ada beberapa hal belum sesuai dengan harapan. Perencanaan yang kurang matang dalam mengimplementasikan rencana kerja merupakan salah satu permasalahan yang mengakibatkan salah satu target penetapan kinerja tidak tercapai.
Pencapaian sasaran strategis Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua harus ditingkatkan untuk tahun anggaran selanjutnya, sehingga beberapa perbaikan dan tindak lanjut mutlak diperlukan. Keberhasilan pencapaian target sendiri disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerja sama dengan unit-unit lain di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi sera institusi terkait lainnya. Semoga ke depannya, kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua yang sudah relative baik ini dapat terus dipertahankan dan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam rangka menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan kesehatan jiwa.
2LaporanKinerjaDinasKesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1RINGKASAN EKSEKUTIF..............................................................................................2DAFTAR ISI.....................................................................................................................3DAFTAR TABEL..............................................................................................................4DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................5DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................6
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................11.1 Latar Belakang....................................................................................................11.2 Visi dan Misi........................................................................................................21.3 Tugas Pokok dan Fungsi....................................................................................41.4 Sumber Daya Manusia..........................................................................................1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................................14
BAB 2 PERENCANAAN KINERJA..............................................................................152.1 Perencanaan Kinerja.........................................................................................152.2 Perjanjian Kinerja..............................................................................................19
BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA.............................................................................213.1 Capaian kinerja.................................................................................................213.2 Realisasi Anggaran...............................................................................................
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................534.1 Kesimpulan.......................................................................................................534.2 Tindak Lanjut.....................................................................................................54
DAFTAR TABEL
No table of figures entries found.
4LaporanKinerjaDinasKesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
DAFTAR GAMBAR
No table of figures entries found.
DAFTAR LAMPIRAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : drg. Aloysius Giyai, M.Kes
Jabatan : Kepala Dinas Provinsi Papua
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama : dr. Anung Sugihantono, M. Kes
Jabatan : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai
lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan
kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi terhadap terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil
tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Jayapura, 2018
Pihak Kedua, Pihak Pertama,
dr. Anung Sugihantono, M. KesNIP 196003201985021002
drg. Aloysius Giyai, M.KesKepala Dinas Provinsi Papua
6LaporanKinerjaDinasKesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018
No Sasaran Indikator Kegiatan Target1. Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
70%2. Kabupaten/Kota yang melakukan
pemantauan kasus penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB) dan melakukan respon penanggulangan terhadap sinyal KLB untuk mencegah terjadinya KLB
Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota
80%
3. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar
95%
4. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM
18
5. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
91%6. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus TB yang ditatalaksana
sesuai standar79%
7. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus HIV yang diobati 52%8. Menurunnya angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
40%
9. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
40%
10. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
35%
11. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak
20%
12. Meningkatnya kesehatan jiwa dan meningkatnya pencegahan penyalahgunaan napza
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
1
13. Meningkatnya DukunganManajemen dan PelaksanaanTugas Teknis Lainnya PadaProgram Pencegahan danPengendalian Penyakit
Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi
100%
No Kegiatan Anggaran1 Surveilans dan Karantina Kesehatan Rp. 2.285.723.0002 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Rp. 12.531.020.0003 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Rp. 1.026.018.0004 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Rp. 327.000.0005 Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Rp. 538.143.0006 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pencegahan dan Pengendalian PenyakitRp. 517.500.000
TOTALRp. 17.225.404.000
Jayapura, 2018
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Kepala Dinas Provinsi Papua
dr. Anung Sugihantono, M. KesNIP 196003201985021002
drg. Aloysius Giyai, M.KesNIP 197209082002121001
2LaporanKinerjaDinasKesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
iiiLaporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi …. (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangPembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatandan status gizi masyarakat melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
financial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam
Program Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan JangkaMenengah 2015-2019
(RPJMN 2015-2019) adalah: 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas system kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.
RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun
2015 danRenstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri
Kesehatan nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) telah menyusun RencanaAksi Program P2P tahun 2015 – 2019 yang
merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P termasuk
langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun mendatang. Dalam
perkembangannya Renstra yang telah disusun memerlukan penyesuaian terkait
dengan GERMAS, PIS PK dan SPM sehingga pada tahun 2018 dilakukan revisi
Renstra Kementerian Kesehatan dengan nomor HK.01.07/MENKES/422/2017. Sesuai
amanat Menteri Kesehatan, dengan diterbitkannya Renstra Revisi, maka unit utama
harus menjabarkan dalam Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal P2P. Pada revisi
RAP Ditjen P2P Tahun 2018 terjadi perubahan indicator dan telah dituangkan dalam
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Mengacu kepada target Nasional program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, maka isu isu strategis program P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2018 adalah sebagai berikut :
1Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
2
• Eradikasi Penyakit Polio
• Eliminasi Tetanus Neonatorum
• Eliminasi Campak
• Eradikasi Frambusia
• Eliminasi Kusta
• Eliminasi Filariasis
• Eliminasi Malaria
Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Papua atas pelaksanaan
tugas dan fungsi selamaTahun 2018. Disamping itu, laporan kinerja ini merupakan
pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara
Reviuatas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan kinerjai ni juga sekaligus menjadi alat
atau bahan evaluasi guna peningkatan kinerja Kementerian Kesehatan di masa depan.
1.2 VisidanMisiVisi dan Misi Kementerian KesehatanTahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
dilaksanakan melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritime dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai Negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan Negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai Negara maritim.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
3
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan yakni:
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.
4. Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi system dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam
tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia. Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu:
1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap
(responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhada prisiko social dan finansial di
bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua
kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
4
Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impactatauoutcome)
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat melalui indikator yang akan dicapai
yakni sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP
2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran
hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian
Kesehatan yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara
berhasil guna dan berdaya guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina
kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan
dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program P2P.
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Papua :
PAPUA SEHAT MENUJU PAPUA BANGKIT, MANDIRI, DAN SEJAHTERA
Misi Dinas Kesehatan Provinsi Papua
1. Meningkatkan pelibatan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan
2. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan3. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang merata, bermutu, terjangkau,
dan berkeadilan4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit penyakit menular, tidak menular,
dan penyakit terabaikan5. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik di bidang kesehatan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
5
1.3 TugasPokokdanFungsi
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan masyarakat serta tugas-tugas lainnya yang
diberikan oleh Gubernur.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan mempunyai
fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
kesehatan;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
4) Pelaksanaan ketatausahaan Dinas dan
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Kepala Dinasmelaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan kebijaksanaan
Gubernur dengan memperhatikan ketentuan Perundang-undangan yang
berlaku.
Sekretaris Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan umum,
keuangan, kepegawaian dan penyusunan program Dinas.
(1) Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan program dan anggaran.
(2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan ketatausahaan (surat menyurat/naskah dinas),
rumah tangga, perpustakaan, keprotokolan, kehumasan, kepegawaian
serta urusan umum lainnya.
(3) Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pengelolaan dan pelayanan di bidang
keuangan dan perlengkapan.
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok
mengkoordinasikan pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan pelayanan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
6
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terdiri
dari :
(1) Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan pengawasan
pelayanan kesehatan dasar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan pengawasan
pelayanan kesehatan rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan pengawasan
pelayanan kesehatan khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok
mengkoordinasikan pengaturan, pelaksanaan, pembinaan, pengendalian,
pengawasan dan pengembangan di bidang pengendalian masalah kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terdiri dari :
(1) Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas
pokok melakukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan
pengawasan di bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Seksi Pengendalian Wabah dan Bencana mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan pengawasan
di bidang pengendalian wabah dan bencana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Seksi Pengendalian Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan pengawasan
di bidang pengendalian penyehatan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan peundang-undangan.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
7
Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan pengaturan, fasilitasi, pembinaan
dan pengembangan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Terdiri dari :
(1) Seksi Perencanaan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, pengumpulan dan pengelolaan data dalam
rangka perencanaan sumber daya manusia kesehatan.
(2) Seksi Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas pokok melakukan
pengaturan, fasilitasi, pembinaan dan pengembangan di bidang
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan.
(3) Seksi Registrasi dan Akreditasi mempunyai tugas pokok melakukan
pengaturan, fasilitasi dan pengawasan di bidang registrasi dan
akreditasi tenaga kesehatan.
Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok
mengkoordinasikan pengaturan, fasilitasi, pengembangan, pembinaan dan
pengawasan di bidang jaminan dan sarana kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Terdiri dari :
(1) Seksi Jaminan Kesehatan mempunyai tugas pokok melakukan
pengaturan, fasilitasi, pengembangan, monitoring dan pengawasan
terhadap pengelolaan jaminan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan mempunyai tugas pokok
melakukan pengaturan, fasilitasi, pengembangan, monitoring dan
pengawasan di bidang sarana dan peralatan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan peundang-undangan.
(3) Seksi Kefarmasian mempunyai tugas pokok melakukan pengaturan,
fasilitasi, pengembangan, monitoring dan pengawasan di bidang
kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
UPT Balai Laboratorium Kesehatan Daerahmempunyai tugas pokok
melaksanakan pemeriksaan laboratorium serta menganalisis hasil pemeriksaan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
8
serta pembinaan dan pengawasan mutu hasil pemeriksaan laboratorium di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
UPT Balai Latihan Kesehatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
pelatihan dan sertifikasi dan akreditasi pelatihan.
UPT Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyelenggaraan pendidikan menengah analis.
UPT AIDS, TBC, Malaria (ATM) mempunyai tugas pokok merumuskan
pelaksanaan pembinaan teknis di bidang peningkatan dan pengembangan
pencegahan, pengamatan, penanggulangan penyakit AIDS, TBC dan Malaria.
StrukturOrganisasi.
Bagan Struktur Organisasi
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
9
B. Susunan Kepegawaian Lengkap
Dinas Kesehatan Provinsi Papua dalam Perda Nomor 12 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Papua
dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris dengan 3 (tiga
) Sub Bagian,4 (empat) Bidang dengan masing-masing 3 (tiga) Seksi dan 4
(empat) UPTdengan masing-masing 3 (tiga) & 4 (empat) Sub Bagian / Seksi,
sebagai berikut :
1) Kepala Dinas.
2) Sekretaris Dinas
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
c. Sub bagian Keuangan dan Perlengkapan
3) Bidang Bina Pelayanan Kesehatan
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
c. Seksi Pelayanan Kesehatan Kesehatan Khusus
4) Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan
a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
b. Seksi Pengendalian Wabah dan Bencana
c. Seksi Pengendalian Penyehatan Lingkungan
5) Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
a. Seksi Perencanaan Sumber Daya Manusia
b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan
c. Seksi Registrasi dan Akreditasi.
6) Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan
a. Seksi Jaminan Kesehatan
b. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan
c. Seksi Kefarmasian
7) UPT Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
a. Sub Bagian Tata Usaha
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
10
b. Seksi Pemantauan Mutu & Rujukan
c. Seksi Pemeriksaan Hasil Laboratorium
d. Seksi Klinis Patologi dan Kesling
8) UPT Balai Latihan Kesehatan Daerah
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi Sertifikasi dan Akreditasi
c. Seksi Operasional, Sarana dan Prasarana
d. UPT Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi Pendidikan dan Kesiswaan
c. Seksi Sarana dan Prasarana
d. UPT AIDS, TBC, Malaria (ATM)
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi AIDS
c. Seksi TBC dan Malaria
Sumber Daya Manusia
Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Papua menurut status dan Jenjang Pendidikan
No Status Pegawai SMA D1 D2 D3 S-1 S-2 S-3 Total
1 PNS 94 0 0 42 133 46 1 316
2 Non –PNS74
Total 94 0 0 42 133 46 1 390Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Pegawai Non-PNS sebanyak 74 orang adalah tenaga satpam dan tenaga
kebersihan di Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT.
Grafik 2.1. Pegawai Dinas Kesehatan Menurut Jenjang Pendidikan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
11
94
42133
46
1
£ SMAD1D2D3S-1S-2S-3
Jika Proporsi Pegawai dominan S-1 dan S-2 (56 %) di Dinas Kesehatan
Provinsi Papua maka diharapkan akan memberikan dampak pada kualitas
pembinaankepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota karena kapasitas yang
diasumsikan memadai.
Tabel 2.2. Jumlah dan Susunan Kepegawaian Dinas Kesehatan Menurut Kepangkatan
No Pangkat/ Golongan
Jumlah TotalLaki-laki Perempuan1 I/a 0 0 02 I/b 0 0 03 I/c 0 1 14 I/d 0 0 05 II/a 1 3 46 II/b 10 7 177 II/c 3 23 268 II/d 11 20 319 III/a 24 38 62
10 III/b 33 41 7411 III/c 16 23 39
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
< SMA
12
12 III/d 26 12 3813 IV/a 10 7 1714 IV/b 1 5 615 IV/c 1 0 116 IV/d 0 0 0
T O T A L 136 180 316Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Grafik 2.2. Jumlah dan Susunan Kepegawaian Dinas Kesehatan Menurut Kepangkatan
I/a I/b I/c I/d II/a II/b
II/c II/d
III/a
III/b
III/c
III/d
IV/a
IV/b
IV/c
IV/d
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 0 0 0 1
10
3
11
24
33
16
26
10
1 1 00 0 1 0
3
7
23
20
38
41
23
12
75
0 0
Jumlah Laki-lakiJumlah Perempuan
Diasumsikan bahwa harus ada kesesuaian antara pangkat dan golongan
dengan jenjang pendidikan sehingga dapat memberikan layanan yang bermutu.
2. Aset KesehatanTabel 2.3. Fasilitas Kesehatan Pelayanan Dasar dan Jaringannya
No. Fasilitas Kesehatan Pelayanan Dasar Jumlah
1. Puskesmas rawat Inap 103
2. Puskesmas Non Rawat Inap 287
3. Puskesmas Pembantu 847
4. Pondok Bersalin Kampung 4975. Sarana Puskesmas Keliling
Kendaraan roda 2 : 537873
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
13
No. Fasilitas Kesehatan Pelayanan Dasar JumlahKendaraan roda 4 : 209Kendaraan Air : 127
6. Posyandu 3.284
7. Posyandu Aktif 2.084
8. Kader Aktif 8.676
9. Kader 12.925Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Tabel. 2.4. Jenis Sumberdaya Manusia Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya
No. Jenis Sumberdaya Manusia Kesehatan Puskesmas dan jaringannya Jumlah
1. Sanitarian 158
2. Analis 165
3. Perawat 2.514
4. Bidan 1.571
5. SKM 60
6. Farmasi 45
7. Dokter Umum 294
8. Dokter Gigi 44
TOTAL 4.851Sumber :Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Pada tahun 2018, jumlah pegawai di Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua dengan distribusi pegawai di seksi surveilans dan imunisasi 11 orang, seksi pengendalian penyakit 18 orang, dan seksi penyakit tidak menular dan keswa 6 orang orang. Kepala,Bidang P2P 1 orang. Kepala UPT ATM 1 orang. Starf UPT ATM : 16 orang
a. Tabel Distribusi Pegawai Bidang P2P berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah Prosentase
1 S-3 2 3,2
2 S-2 10 16
3 S-1 31 50
4 D-III 3 5
5 SMA/sederajat 7 11
TOTAL 63
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
14
1.4 SistematikaPenulisan1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
(strategicissue) yang sedang dihadapi organisasi.
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian
Kesehatan Tahun 2018.
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
a. Capaian Kinerja Organisasi
Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi.
b. Realisasi Anggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan
dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dengan dokumen Perjanjian Kinerja
4. Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
15
BAB 2
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan
lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.
Perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga dokumen Perencanaan yaitu Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan
5 tahunan, Rencana Kerja (Renja), dan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan perencanaan tahunan. Perencanaan 5 tahunan Dinas Kesehatan
Provinsi khususnya dana Dekonsentrasi berasal dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat pada Ditjen P2P dan Rencana Kerja (Renja) Ditjen P2P. Sasaran dan indikator
kinerja sasaran kemudian dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi.
Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate, sebesar 90% pada akhir tahun 2019.
2. Prevalensi HIV, sebesar <0,5% pada akhir tahun 2019.
3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria sebesar 300 Kabupaten/Kota pada akhir tahun 2019.
4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebesar 34 Provinsi pada akhir tahun 2019.
5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis sebesar 35 Kabupaten Kota pada akhir tahun 2019.
6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu, sebesar 40% pada akhir tahun 2019.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
16
7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang
berpotensi wabah, sebesar 100% pada akhir tahun 2019.
8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%, sebesar 50% pada akhir tahun 2019.
9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan/atau Napza, sebesar 280 Kab/Kota pada akhir
tahun 2019.
Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran
sebagai berikut
:
Tabel 2.1.
Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi
Tahun 2018
Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana DekonsentrasiDinas Kesehatan Provinsi
1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate
1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
2. Prevalensi HIV 2. Persentase kasus HIV yang diobati 2. Persentase kasus HIV yang diobati
3. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta
3. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
3. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
4. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria
4. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1 per 1.000 penduduk
4. Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar
5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis
5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka Mikrofilaria menjadi 1%
5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM
6. Persentase Penurunan kasus 6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan 6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
17
Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana DekonsentrasiDinas Kesehatan Provinsi
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
yang mendapat imunisasi dasar lengkap yang mendapat imunisasi dasar lengkap7. Persentase anak usia 12-24 bulan yang
mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib Lanjutan
8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
9. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
9. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak
11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak
12. Persentase Kabupaten/ Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
12. Persentase kab/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
12. Jumlah kab/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
13. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota
13. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota
14. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
14. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
18
Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana DekonsentrasiDinas Kesehatan Provinsi
16. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
16. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
17. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat
17. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat
- 18. Persentase Satker Program P2P yang memperoleh nilai SAKIP dengan hasil minimal AA
18. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
19
2.2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan kinerja antara
Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Ditjen P2P pada akhir Tahun 2018.
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi disusun berdasarkan pada indikator yang
tertuang dalam RAK dan Renjaserta telah mendapat persetujuan anggaran. Target-target
kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Provinsi dalam dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2.
Perjanjian Kinerja
Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Tahun 2018
No Sasaran Indikator Kegiatan Target14. Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
70 %
15. Kabupaten/Kota yang melakukan pemantauan kasus penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB) dan melakukan respon penanggulangan terhadap sinyal KLB untuk mencegah terjadinya KLB
Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota
80 %
16. Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging
17. Kabupaten/kota di pintu masuk negara yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
Jumlah kab/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
2
18. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar
95%
19. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM
18
20. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
91%
21. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
79%
22. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus HIV yang diobati 52%
23. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular;
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
40%
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
20
No Sasaran Indikator Kegiatan TargetMeningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
24. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
40%
25. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
35%
26. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak
20%
27. Meningkatnya kesehatan jiwa dan meningkatnya pencegahan penyalahgunaan napza
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
1
28. Meningkatnya kesehatan jiwa dan meningkatnya pencegahan penyalahgunaan napza
Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat
29. Meningkatnya DukunganManajemen dan PelaksanaanTugas Teknis Lainnya PadaProgram Pencegahan danPengendalian Penyakit
Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi
100%
Pada Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2018 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp.
17.225.404.000,-
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
BAB 3AKUNTABILITAS KINERJA
2.1 CapaiankinerjaPada bab ini disajikan disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis
capaian kinerja per setiap indikator.
1. Indikator: Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap1) Definisi Operasional: Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap meliputi 1 dosis Hep B pdusia 0-7 hari, 1 dosis
BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT-HB (atau DPT-HB-Hib), serta 1 dosis
campak selama kurun waktu 1 tahun.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah bayi 0 -11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
dibagi jumlah seluruh bayi yang bertahan hidup (surviving infant) di suatu
wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100%.
3) Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Target Nasional IDL sesuai Perjanjian Kinerja Provinsi Papua :
70%
Realisasi Kinerja IDL yang tercapai : 76%
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
No Indikator Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
1 IDL 42% 67,5% 76%
c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi.
22
Cakupan imunisasi Tahun 2018 belum final, secara Nasional cakupan
imunisasi tahun 2018 difinalisasi pada bulan maret 2019 ada
peningkatan hasil cakupan dari tahun ke tahun.
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
Secara nasional dibandingkan dengan Target RAK Dirjen P2P
Kementerian Kesehatan Sebesar 80% maka cakupan Provinsi Papua
hanya sebesar 76% terdapat kesenjangan sebesar 4%, namun jika
dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja dengan target sebesar 70%
maka cakupan Papua sudah melewati target
e) Membandingkan dengan satker lain yang sejenis
f) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah
dilakukan.
Pemerintah daerah yang sudah memperhatikan upaya
peningkatan derajat kesehatan, walaupun belum semua
pemerintah daerah
Komunikasi aktiv antara Pusat,Provinsi dan Kabupaten juga ikut
menunjang terjadinya peningkatan cakupan imunisasi
Meningkatnya jumlah puskesmas yang memiliki tempat
penyimpanan vaksin
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Beberapa Kabupaten sudah mempunyai inisiatif untuk
memperbaiki kualitas SDM, dengan menganggarkan biaya
pelatihan/pertemuan peningkatan kinerja imunisasi dengan biaya
daerah.
h) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian peryataan kinerja.
Tidak semua daerah memiliki komitmen yang kuat terhadap upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Masih ada Kabupaten yang membuat Puskesmas/Pemekaran
puskesmas tanpa memperhatikan kesiapan tenaga dan sarana
mengakibatkan terjadinya kelompok-kelompok masyarakat yang
tidak lagi terlayani
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
23
Keberhasilan yang tercapai untuk kabupaten yang belum
mencapai target, diupayakan Advokasi secara intens ke pihak-
pihak terkait diwilayah tersebut, terkait dengan sarana yang
dibutuhkan pada suatu puskesmas, sehingga petugas betah
ditempat tugas.
Dinas Kesehatan Kabupaten harus memiliki data sasaran, agar
bisa jadi patokan dalam penilaian keberhasilan kegiatan
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
Pemetaan kondisi wilayah Kabupaten oleh Provinsi,
menyebabkan berubahnya cara intervensi terhadap kabupaten
bersangkutan. Kabupaten ditetapkan berdasarkan kinerja cakupan
imunisasi dengan membuat rangking pencapaian. Dari tingkatan
rangking, bisa dilakukan upaya perbaikan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan real dilapangan.
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Kegagalan
Terlambatnya pencairan dana BOK puskesams, menjadi
penghambat dalam pelaksanaan kegiatan di puskesmas,
keterlambatan disebabkan beberapa hal, antara lain karena
penggunaan dan BOK tahun sebelumnya belum di SPJ kan.
Pencairan dana adalah kurang komunikasi antara pihak terkait
Rawannya keamanan juga mempengaruhi kinerja program
imunisasi di beberapa Kabupaten
Keberhasilan
Dinas Kesehatan Provinsi memberikan penghargaan kepada
Kabupaten/kota yang mempunyai kinerja baik serta memberikan
penghargaan kepada Bupati/Walikota, Kepala Dinas Kesehatan
dan Linnya
Pemekaran puskesmas harus memperhatikan ketersediaan
tenaga untuk melayani di puskesmas yang akan dibangun,
membangun jejaring kerjasama dengan Lintas Sektor/Lintas
Program dan juga keamanan TNI/Polri
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
24
Permasalahan pencairan dan SPJ dana BOK harus mendapat
perhatian yang besar, agar pelayanan kesehatan tetap berjalan
secara berkelanjutan.
6) Kendala/masalah yang dihadapi
Kendala
Biaya Transportasi yang tinggi untuk menjangkau daerah sulit di
Papua
Rawannya keamanan menjadi masalah dalam pelaksanaan
program di beberapa Kabupaten
Beberapa Kabupaten tidak memiliki data sasaran Imunisasi,
menyebabkan bekerja tidak optimal
7) Pemecahan Masalah
Membentuk kerjasama lintas sector dalam hal transportasi untuk
mendukung pencapaian daerah sulit/terisolir
Membangun jejaring kerjasama dengan Lintas Sektor/Lintas
Program dan juga keamanan TNI/Polri
Berkomitmen bersama mulai dari Pimpinan sampai ke Staf untuk
menjalankan program agar permasalahan dapat terselesaikan.
8) Efisiensi penggunaan sumber daya
2. Indikator: Penemuan kasus discarded campak ≥ 2 per 100.000 penduduk1) Definisi Operasional: Penemuan kasus discarded campak adalah
penemuan kasus campak klinis pada hasil laboratorium tidak
terkonfirmasi sebagai campak maupun rubela (negative campakdan
negative rubella) per 100.000 penduduk.
2) Rumus/Cara perhitungan: Penemuan kasus discarded campak adalah
penemuan kasus campak klinis pada hasil laboratorium tidak
terkonfirmasi sebagai campak maupun rubela( negative campak dan
negative rubella) per 100.000 penduduk.
3) Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
25
Target Tahun 2018 :Target Discarded Campak Provinsi Papua
sebanyak 65 (negative campak dan negative rubella)
Realisasi Kinerja Tahun 2018 : Discarded Campak 8 (negative
campak dan negative rubella) 12%
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
NO TAHUN TARGET KINERJA REALISASI
1 2016 64 17 27%
2 2017 65 73 112%
3 2018 67 8 12%
c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi. Target Discarded Campak Tahun
2018 sebanyak 67 kasus yang harus tercapai sedangkan kinerja
hanya mencapai 8 kasus (12%), di karenakan penemuan kasus kasus
campak klinis yang kurang sehingga belum tercapai.
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
kabupaten yang sudah bisa mencapai target sesuai standar nasional
adalah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Timika, Mappi,
Jayawijaya, Biak, Merauke, Keerom dan Nabire sehingga perlu
ditingkatkan penemuan kasus campak klinis sebanyak mungkin di
PKM dan RS diambil specimen untuk di buktikan Discarded Campak,
sehingga akan mencapai target eliminasi di tahun 2020
e) Membandingkan dengan satker lain yang sejenis
f) Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Kasus Campak di Provinsi Papua tahun 2018 mengalami
penurunan kasus ini dikarenakan pelaksanaan kampanye
imunisasi MR yang sebagian besar Kabupaten/Kota sudah
mencapai target nasional yang di tetapkan 95% (Kabupaten
Mappi, Kabupaten Jayapura, Mamberamo Raya, Keerom, Sarmi,
Biak numfor, Paniai, Boven digul, Merauke, Nabire, Supiori,
Kepulauan yapen, Mamberamo Tengah, Asmat, Kota Jayapura)
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
26
Walaupun belum mencapai target nasional namun sudah
menunjukan peningkatan dalam pencapaian target adalah
Kabupaten Waropen, Lany Jaya, Yalimo, Mimika, Puncak,
Tolikara, Deiyai sehingga masih akan terus ditingkatkan agar
mencapai target nasional.
Ada beberapa kabupaten yang belum mencapai target nasional
dan masih dibawah 50% sehingga dapat menjadi masalah terjadi
KLB Campak (Kabupaten Yahukimo, Nduga, Peg.Bintang,
Puncak Jaya, Intan Jaya, Jayawijaya, dan Deiyai)
Alternative solusi yang telah dilakukan adalah terus meningkatkan
cakupan imunisasi MR mencapai target nasional, penemuan dan
pelacakan kasus campak klinis di PKM dan RS dibuktikan dengan
pengambilan dan pemeriksaan sampel agar tercapai eliminasi
tahun 2020.
Adanya kebijakan Daerah
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Adanya Petugas Surveilans Aktiv Rumah Sakit yang sudah
dilatih dan berpengalaman
Menunjuk Petugas Surveilans yang sudah dilatih dan
berpengalaman di tiap Kabupaten/Kota dan Puskesmas
Peran serta masyarakat untuk menemukan dan melaporkan
kasus campak klinis
h) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian peryataan kinerja.
Melakukan deteksi dini penyakit potensial KLB melalui pelaporan
mingguan SKDR di tiap PKM
Surveilans Intensif kasus campak klinis
Kegagalan dalam pencapaian kinerja adalah surveilans belum
berjalan maksimal di Kabupaten/Kota dan PKM, pendanaan di
beberapa kabupaten belum dianggarkan untuk program
surveilans
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
Koordinasi dengan IDAI, IDI LS,dan LP terkait penemuan kasus
Campak klinis di RS dan PKM
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
27
Advokasi ke pimpinan agar di prioritaskan program surveilans,
termasuk dukungan kebijakan dan Dukungan Sitem Program
Meningkatkan kualitas SDM dan ketersediaan logistic program
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Keberhasilan
Peningkatan kapasitas petugas dalam bentuk pelatihan
Pembiyaan program surveilans di Kabupaten/Kota dan
Puskesmas
Kebijakan Program Pusat sampai Daerah
Kegagalan
gagal dalam perencanaan penyusunan program Surveilans di
Beberapa Kabupaten
kurang berpengalaman dalam menjalankan program
SDM yang yang tidak memadai
6) Kendala/masalah yang dihadapi
Kurangnya sosialisasi dan Media KIE
Rendahnya kapasitas petugas dalam pelaksanaan program
Kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam hal dukungan
politis dan pembiyaan
Biaya Transportasi yang tinggi untuk menjangkau daerah sulit di
Papua
Kurangnya kerjasama LS dalam pelaksanaan kegiatan di
Kabupaten/Kota
7) Pemecahan Masalah
Meningkatkan sosialisasi melalui berbagai media masa,
elektronik, dan media KIE
Meningkatkan kapasitas petugas melalui kegiatan pelatihan atau
on the job training
Meningkatkan upaya advokasi untuk menggali dukungan dana
dan kebijakan
Membentuk kerjasama lintas sector dalam hal transportasi untuk
mendukung pencapaian daerah sulit/terisolir
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
28
8) Efisiensi penggunaan sumber daya
3. Indikator: Penemuankasus AFP non polio ≥ 2 per 100.000 pendudukusia< 15 tahun1) DefinisiOperasional: Penemuankasuslumpuhlayuhakut (Accute Flaccid
Paralyse/ AFP) non polio per 100.000 penduduk dibawah usia 15 tahun.
2) Rumus/Cara perhitungan: Penemuan kasus AFP adalah penemuan
kasus Kasus AFP non polio yang ditemukan dibagi kasus AFP non Polio
yang diharapkan.
3) CapaianIndikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Target tahun 2018 : Total Target Penemuan Kasus AFP Provinsi
Papua sebanyak 20 kasus dalam setahun
Kinerja Tahun 2018 : Total kasus AFP yang ditemukan sebanyak
24 kasus
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
INDIKATOR TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
Target Minimal
Kasus per
Tahun
20 20 20
Jumlah Kasus
yang ditemukan10 18 24
Total AFP rate
(2/100.000)
umur <15 tahun
0,92 1,80 2,1
Non polio AFP
Rate (2/100.000)
umur <15 tahun
0,41 1,30 1,80
Adequate
Specimen50 55,5 55,5
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
29
c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dgn target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi.Target penemuan kasus AFP
Tahun 2018 sebanyak 20 kasus yang harus tercapai sedangkan
kinerja mencapai 24 kasus (2,1), ada peningkatan kinerja dari tahun
sebelumnya sehingga mencapai target nasional.
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
Realisasi kinerja tahun 2018 mengalami peningkatan dalam
penemuan kasus AFP di bebrapa Kabupaten/Kota sebanyak 24
kasus dari target yang di tetapkan 20 kasus, ini menunjukkan
adanya koordinasi yang baik antar Puskesmas dan Rumah Sakit
dan juga kerja sama organisasi profesi yaitu IDI, IDAI di Provinsi
Papua.
e) Membandingkan dengan satker lain yang sejenis
f) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah
dilakukan.
Kabupaten/Kota Timika, Mappi, Merauke, Jayawijaya, Nabire,
dan Kota Jayapura adalah Kabupaten/Kota yang menemukan
kasus AFP (Lumpuh Layuh) dalam rentang waktu 3 tahun
Kabupaten Jayapura, Intan Jaya, Dogiyai, Tolikara, Yahukimo,
Biak dan Keerom hanya menemukan kasus AFP sekali dalam
rentang waktu 3 tahun
Selain itu ada beberapa Kabupaten yang sama sekali belum
menemukan dan melaporkan kasus AFP
Alternatif solusi meningkatkan Surveilans aktiv RS dan juga di
PKM dalam menemukan dan melaporkan semua kasus AFP
(Lumpuh Layuh)
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Adanya Petugas Surveilans Aktiv Rumah Sakit yang sudah
dilatih dan berpengalaman
Menunjuk Petugas Surveilans yang sudah dilatih dan
berpengalaman di tiap Kabupaten/Kota dan Puskesmas
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
30
Peran serta masyarakat untuk menemukan dan melaporkan
kasus AFP
h) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian peryataan kinerja.
Melakukan deteksi dini penyakit potensial KLB melalui pelaporan
mingguan SKDR di tiap PKM
Surveilans Intensif kasus AFP (Lumpuh Layuh)
Kegagalan dalam pencapaian kinerja adalah surveilans belum
berjalan maksimal di Kabupaten/Kota dan PKM, pendanaan di
beberapa kabupaten belum dianggarkan untuk program
surveilans
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
Koordinasi dengan IDAI, IDI LS,dan LP terkait penemuan kasus
AFP (Lumpuh Layuh) di RS dan PKM
Advokasi ke pimpinan agar di prioritaskan program surveilans,
termasuk dukungan kebijakan dan Dukungan Sitem Program
Meningkatkan kualitas SDM dan ketersediaan logistic program
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Keberhasilan
Peningkatan kapasitas petugas dalam bentuk pelatihan
Pembiyaan program surveilans di Kabupaten/Kota dan
Puskesmas
Kebijakan Program Pusat sampai Daerah
Kegagalan
gagal dalam perencanaan penyusunan program Surveilans di
Beberapa Kabupaten
kurang berpengalaman dalam menjalankan program
SDM yang yang tidak memadai
6) Kendala/masalah yang dihadapi
Kurangnya sosialisasi dan Media KIE
Rendahnya kapasitas petugas dalam pelaksanaan program
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
31
Kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam hal dukungan
politis dan pembiyaan
Biaya Transportasi yang tinggi untuk menjangkau daerah sulit di
Papua
Kurangnya kerjasama LS dalam pelaksanaan kegiatan di
Kabupaten/Kota
7) Pemecahan Masalah
Meningkatkan sosialisasi melalui berbagai media masa,
elektronik, dan media KIE
Meningkatkan kapasitas petugas melalui kegiatan pelatihan atau
on the job training
Meningkatkan upaya advokasi untuk menggali dukungan dana
dan kebijakan
Membentuk kerjasama lintas sector dalam hal transportasi untuk
mendukung pencapaian daerah sulit/terisolir
8) Efisiensi penggunaan sumber daya
4. Indikator: Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota1) Definisi Operasional: Persentase respon atas sinyal kewaspadaan dini
pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah sinyal kewaspadaandini yang direspon
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun dibagi Jumlah sinyal kewaspadaandini yang muncul
pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas di
kab/kota tersebut di atas di kali 100%.
3) Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Target Presentase respon atas sinyal kewaspadaan dini pada
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) sebesar 80%
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
32
Realisasi Kinerja Tahun 2018 sebesar 30 % belum mencapai
target dikarenakan masih banyak Kabupaten/Kota yang belum
bisa merespon alert yang muncul
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Tahun Total Alert Yang
Muncul
Alert Yang Direspon Presentase
(%)Jumlah < 24 Jam
2016 903 379 291 42%
2017 2663 771 352 29%
2018 3816 1121 214 30%
c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi. Target presentase respon sinyal
kewaspadaan dini pada SKDR yang harus tercapai sebesar 80%
sehingga pencapaian target belum sepenuhnya tercapai hanya 30 %
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi respon sinyal,
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standarnasional.
Realisasi kinerja tahun 2018 hanya mencapai 30 % dan belum
mencapai target nasional 80% sehingga perlu ditingkatkan verifikasi
respon sinyal pada SKDR
e) Membandingkan dengan satker lain yang sejenis
f) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah
dilakukan.
Provinsi Papua masuk dalam salah satu Provinsi dengan Kinerja
Terbaik Dalam Pelaksanaan SKDR tahun 2018, dan
mendapatkan Piagam penghargaan di tandatangani oleh Direktur
Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Kabupaten/Kota dengan Kinerja terbaik dalam pelaporan SKDR
tahun 2018 dan telah mencapai target 80% (Asmat, Biak
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
33
Numfor, Kab Jayapura, Mappi, Merauke, Sarmi, Kep Yapen, dan
Kota Jayapura)
Pencapaian luar biasa dan juga apresiasi kepada Kabupaten
(Asmat, Keerom, Nabire, Supiori, Puncak, Yalimo, Jayawijaya,
Intan Jaya, Mamberamo tengah, Waropen dan Boven digul)
sebagian daerah pegunungan yang sulit namun sudah
menunjukkan peningkatan dalam Kelengkapan laporan SKDR
tahun 2018.
Kab Mappi (Daerah Sulit) yang mampu mencapai target
pencapaian SKDR dalam rentang waktu 3 Tahun di 2016-2018
diatas 80%
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya.
Adanya Petugas Surveilans Aktiv Rumah Sakit yang sudah
dilatih dan berpengalaman
Menunjuk Petugas Surveilans yang sudah dilatih dan
berpengalaman di tiap Kabupaten/Kota dan Puskesmas
h) Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian peryataan kinerja.
Melakukan verifikasi respon sinyal penyakit potensial KLB yang
muncul melalui pelaporan mingguan SKDR di tiap PKM
Melakukan Penyelidikan Epidemiologi kasus potensial KLB yang
muncul melalui pelaporan SKDR
Kegagalan dalam pencapaian kinerja adalah surveilans belum
berjalan maksimal di Kabupaten/Kota dan PKM, pendanaan di
beberapa kabupaten belum dianggarkan untuk program
surveilans
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
Koordinasi dengan IDAI, IDI LS,dan LP terkait penemuan kasus
Penyelidikan Epidemiologi, Pengambilan Spesiemen setiap kasus
yang berpotensi KLB/Wabah
Advokasi ke pimpinan agar di prioritaskan program surveilans,
termasuk dukungan kebijakan dan Dukungan Sitem Program
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
34
Meningkatkan kualitas SDM dan ketersediaan logistic program
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Keberhasilan
Peningkatan kapasitas petugas dalam bentuk pelatihan
Pembiyaan program surveilans di Kabupaten/Kota dan
Puskesmas
Kebijakan Program Pusat sampai Daerah
Kegagalan
gagal dalam perencanaan penyusunan program Surveilans di
Beberapa Kabupaten
kurang berpengalaman dalam menjalankan program
SDM yang yang tidak memadai
6) Kendala/masalah yang dihadapi
Kurangnya sosialisasi dan Media KIE
Rendahnya kapasitas petugas dalam pelaksanaan program
Kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam hal dukungan
politis dan pembiyaan
Biaya Transportasi yang tinggi untuk menjangkau daerah sulit di
Papua
Kurangnya kerjasama LS dalam pelaksanaan kegiatan di
Kabupaten/Kota
7) Pemecahan Masalah
Meningkatkan sosialisasi melalui berbagai media masa,
elektronik, dan media KIE
Meningkatkan kapasitas petugas melalui kegiatan pelatihan atau
on the job training
Meningkatkan upaya advokasi untuk menggali dukungan dana
dan kebijakan
Membentuk kerjasama lintas sector dalam hal transportasi untuk
mendukung pencapaian daerah sulit/terisolir
8) Efisiensi penggunaan sumber daya
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
35
5. Indikator: Jumlah kasus Malaria postif yang diobati sesuai standard1) Definisi Operasional: Jumlah kasus Malaria positif secara laboratorium
yang ditemukan dan mendapatkan pengobatan ACT sesuai standard
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus Malaria positif yang ditemukan
dan diobati sesuai standar / jumlah kasus Malaria ditemukan x 100 %
3) CapaianIndikator
Prosentase cakupan kasus Malaria positif yang mendapatkan
pengobatan ACT sesuai standard sebesar 73 %. Masih dibawah
target indikator sesuai Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2018 sebesar 95
%. Namun sampai pertengahan bulan Februari ini data masih terus
diupdate dari kabupaten.Dibandingkan dengan pencapaian tahun
2017, terdapat penurunan dimana capaian tahun 2017 sebesar 92
%. .Upaya yang telah dilaksanakan untuk mencapai indikator adalah :
a. Memperluas cakupan dan akses layanan yang bermutu
b. Penemuan dini dan pengobatan penderita sesuai standard
c. Pencegahan dan pengendalian vektor serta faktor resiko
secara terpadu
d. Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
e. Menggalang dan penguatan kemitraan
f. Penguatan dan pemanfaatan sistem informasi strategis
g. Penelitian dan pengembangan program
h. Promosi, advokasi dan mobilisasi sosial
i. Meningkatkan kualitas SDM dan ketersediaan logistik
program
j. Mendorong komitmen pemerintah daerah dan pusat
k. Peningkatan cakupan dan perbaikan mutu diagnosa
malaria
Analisa penyebab keberhasilan adalah :
a. Dukungan dari Pemerintah Daerah untuk penurunan kasus
malaria
b. Intervensi program yang intensif
c. Kesadaran masyarakat tentang penggunaan kelambu,
penggunaan obat malaria dan kebersihan lingkungan
Kendala / masalah yang dihadapi terkait pelaksanaan program :
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
36
a. Penanggulangan malaria di daerah endemis tinggi kurang agresif
dan masif, sitsematis dan terstrukrur sehingga perlu
pengorganisasian yang lebih baik
b. Kuantitas dan kualitas SDM belum memadai
c. Daerah sulit akses pelayanan kesehatan
d. Jejaring dengan lintas sektor masih perlu ditingkatkan
e. Ketergantungan pada donor masih tinggi
f. Pemberdayaan masyarakat belum maksimal
Upaya yang dilakukan untuk mencapai Eliminasi Malaria di Papua
adalah :
Peningkatan cakupan dan perbaikan mutu diagnosa malaria :
- Pelatihan penyegaran mikroskopis malaria
- Cross check Slide
- Bimtek dasn panel testing oleh Labkesda
- Kerjasama dengan jurusan analis kesehatan Poltekes Jayapura
- RDT untuk daerah yang tidak ada mikroskop/fasilitas lab
Perbaikan tata laksana pengobatan malaria :
- Pembentukan tim ahli malaria Papua
- Monitoring dan bimtek oleh tim ahli dan dinkes provinsi ke
kabupaten atau RS yang tata laksana pengobatan belum sesuai
standard
- Memastikan ketersediaan OAM dan logistik malaria tersedia
Efisiensi penggunaan sumber daya Malaria terjadi dengan
pemanfaatan tenaga Kader Desa dalam penemuan kasus malaria
dan penyuluhan cara pencegahan malaria
6. Indikator: JumlahKabupaten/Kota endemis Filaria yang melaksanakan POPM Filariasis1) DefinisiOperasional: JumlahKabupaten/Kota endemis yang melakukan
POPM Filariasis baik tahun pertama/kedua/ketiga/keempat/kelima.
2) Rumus/Cara perhitungan: JumlahKabupaten/Kota endemis yang
melakukan POPM Filariasis baik tahun
pertama/kedua/ketiga/keempat/kelima. Jumlah total kabupaten/kota x 100
%
3) CapaianIndikator :
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
37
Dari 18 Kabupaten /Kota endemis Filariasis yang ditargetkan melakuan
POPM Filariasis di tahun 2018, seluruhya telah melakukan kegiatan
POPM Filariasis sehingga cakupan kegiatan 100 %. Jumlah penduduk
yang minum obat Filariasis mencapai 1.414.153 jiwa ( 75,3 % sasaran ).
Hasil ini meningkat dibanding cakuoan tahun 2017 sebesar 1.180.995
jiwa ( 64,23 % dari sasaran ). Secara keseluruhan, dari 23 Kabupaten
endemis di provinsi Papua yang telah melakukan POPM Filarisis selama
5 tahun berturut turut,yang telah berhasil karena telah lulus Transmission
Assesment Survey /TAS ( Survey Penilaian ) oleh Pusat sebanyak 5
kabupaten yaitu Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Mappi, Supiori dan
Kabupaten Jayapura.
Kendala/masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program :
a. Dukungan anggaran di Kabupaten endemis Filariasis dan Non
Endemis untuk POPM filariasis dan kecacingan belum optimal
b. Petugas yang sudah terlatih di kabupate/kota sering berganti
sehingga pelaksanaan POPM Filariasis untuk masyarakat kurang
optimal
c. Terjadinya situasi kurang kondusif di beberapa kabupaten
d. Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya minum
obat kaki gajah
e. Tidak tersedianya dana Otsus untuk program Filariasis
Rencana Tindak lanjut Pemecahan Masalah :
a. Meningkatkan advokasi kepada pejabat di daerah untuk menggali
sumber dana operasional kegiatan
b. Perlunya meningkatkan komitmen Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten dan kepala puskesmas untuk tidak melakukan rotasi atau
mutasi staf pengelola program dlam waktu yang cepat
c. Kerja sama lintas sektor dalam magantisipasi gangguan keamanan
saat pelaksanaan kegiatan
d. Peningkatkan kegiatan Sosialisasi dan penyebarluasan informasi ke
masyarakat tentang pentingnya minum obat kaki gajah melalui
berbagi media
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
38
7. Indikator: JumlahKabupaten/Kota endemis intervensi stunting yang melakukan POPM Kecacingan dengan cakupan > 75 % dari sasaran minum obat
1) DefinisiOperasional: JumlahKabupaten/Kota endemis intervensi stunting
yang melakukan POPM Kecacingan dengan cakupan > 75 % dari sasaran
minum obat
2) Rumus/Cara perhitungan: JumlahKabupaten/Kota endemis intervensi
stunting yang melakukan POPM Kecacingan dengan cakupan > 75 % dari
sasaran minum obat dibagi jumlah kabupaten/kota intervensi stunting yang
melakukan POPM Kecacingan x 100 %
3) CapaianIndikator :
Dari 22 Kabupaten intervensi stunting yang ditargetkan, baru 11
kabupaten yang melakukan kegiatan POPM Kecacingan dengan cakupan
kabupaten yang telah mencapai > 75 % dari sasaran munum obat baru 1
kabupaten.
Kendala/masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program :
f. Dukungan anggaran di Kabupaten endemis Filariasis dan Non
Endemis untuk POPM filariasis dan kecacingan belum optimal
g. Petugas yang sudah terlatih di kabupate/kota sering berganti
sehingga pelaksanaan POPM Filariasis untuk masyarakat kurang
optimal
h. Terjadinya situasi kurang kondusif di beberapa kabupaten
i. Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya minum
obat kaki gajah
j. Tidak tersedianya dana Otsus untuk program Filariasis
Rencana Tindak lanjut Pemecahan Masalah :
e. Meningkatkan advokasi kepada pejabat di daerah untuk menggali
sumber dana operasional kegiatan
f. Perlunya meningkatkan komitmen Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten dan kepala puskesmas untuk tidak melakukan rotasi atau
mutasi staf pengelola program dlam waktu yang cepat
g. Kerja sama lintas sektor dalam magantisipasi gangguan keamanan
saat pelaksanaan kegiatan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
39
h. Peningkatkan kegiatan Sosialisasi dan penyebarluasan informasi ke
masyarakat tentang pentingnya minum obat kaki gajah melalui
berbagi media
8. Indikator: Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat.1) Definisi Operasional: Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang (cacat
tingkat 0) diantara total kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah
dalam periode waktu 1 (satu) tahun.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang
ditemukan (cacat tingkat 0) dibagi jumlah kasus baru yang ditemukan
dalam periode 1 tahun di kali 100%.
3) Capaian Indikator:
Hasil pelaksanaan program P2 Kusta tahun 2018, ditemukan 1.581
pasien baru (CDR :43/100.000), dengan proporsi MB 71 %, proporsi
anak :21 % dan cacat tingkat 2 : 1 %. Dari 1.581 pasien baru yang
ditemukan, 75 %) pasien ditemukan secara pasif di Puskesmas/RS, 15 %
ditemukan melalui survey aktif dan 10 %) pasien ditemukan melalui
survey kontak. Sampai akhir Desember 2018 masih tercatat 1.374 pasien
Kusta yang masih berobat di Puskesmas maupun rumah Sakit (PR
3,3/10.000) . Dari target 91 % kasus baru yang ditemukan dengan cacat
tingkat 0 ( tanpa cacat ), pencapaian hasil 95 % kasus baru yang ditemukan
dengan cacat tingkat 0.
Secara epidemiologi, pelaksanaan program P2 Kusta telah berjalan dengan
baik, hal ini tampak dari adanya pelaksanaan penemuan kasus secara aktif, 15 %
pasien ditemukan secara aktif di masyarakat. Pengetahuan, perhatian dan
kesadaran masyarakat tentang Kusta juga semakin baik, hal ini dapat diketahui
bahwa, 86 % pasien ditemukan dari pemeriksaan pasien yang berkunjung untuk
memeriksakan diri secara sukarela di Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Masih
tingginya proporsi pasien MB dan anak di Papua merupakan indikator masih
adanya penularan Kusta di masyarakat, sehingga masih perlu adanya aktifitas
penemuan pasien secara aktif di masyarakat yang ditunjang dengan kegiatan
sosialisasi, advokasi maupun penyebarluasan informasi melalui berbagai media.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
40
Semakin aktif dan intensif pelaksanaan program P2 Kusta akan
mendapatkan hasil yang semakin baik dan akan mendapat perhatian serta
dukungan dari tingkat kabupaten/kota. Upaya untuk melibatkan OYPMK( Orang
Yang Pernah Mengalami Kusta ) dalam kegiatan program di lapangan akan dapat
meningkatkan kepercaayaan diri OYPMK dan pasien Kusta yang di bantu oleh
OYPKM akan termotivasi untuk berobat dan melakukan perawatan diri secara
teratur. OYPMK yang mempunyai motivasi kuat untuk berusaha di bidang
ekonomi, hendaknya dapat didukung dengan memberikan bantuan modal usaha,
karena hal tersebut akan dapat memotivasi OYPMK untuk mandiri dan dapat
menjadi motivator untuk OYPMK lainnya.
Pembelajaran dapat dilakukan pada kegiatan Seminar Sehari Penyakit
Kusta Papua dimana semakin banyak pihak terlibat dalam pengelolaan program
Kusta di Papua yang ditunjukkan dengan semangat penyusunan rencana tindak
lanjut aksi dan pemberdayaan masyarakat Kota Jayapura melalui Rumah Sobat
Kusta di wilayah Puskesmas Hamadi. Selain itu, pembentukan tim Survey FKF
( Frambusia, Kusta, Frambusia ) yang beranggotakan para juru Kusta Frambusia
Filaria Puskesmas di wilayah Kota Jayapura yang melakukan aktivitas Door To
Door Service dalam pelayanan kesehatan .Usulan: perlu dilakukan monev
provinsi paling tidak setahun dua kali termasuk monev kabupaten pada daerah
yang prevalensi tinggi dan banyak kasus.
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 20180
1
2
3
4
5
6
7
8
4.4 4.1
6.86.1
5.15.6
4.9
3.83.3
4.1
Prevalensi Kusta 10 tahun terakhir ( 2009 - 2018 )
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
41
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 20180
5
10
15
20
25
30
22.7 23.6
27.1
24 25 25 2422
24
21
3.11.6 2.6
5
8
24
3 31
ANAKCACAT II
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
42
Analisis andRekomendasi
K
ekuatan
K
elemahan1. Wasor provinsi terlatih dan TOT
2. PelatihanKusta secara bertahap di
kabupaten bagi juru Kusta dan dokter
3. Adanyabantuan tehnis maupun ang-
garan dari NLRuntuk pelaksanaan
program P2 Kusta.
4. Adanyadukungananggaran daerah
hampir semua kabupaten sudah
menggarkan. Sudah ada hasil
logframe dan road map kusta
1. Perpindahan petugasrelatiftinggi, terutamadi kabupaten-kabupaten baru(pemekaran)
2. Sebagian besarwilayah (57%), masih merupakan daerahyang sulit dijangkau
4. Aktifitas advokasi, sosialisasi dan
promosibelum merata disemua
kabupaten/ kota.
5. Dukungan anggaran daridaerah(APBD
II) untuk kegiatan penemuan pasien baru
secara aktif dan pelatihantenagauntuk
program P2 Kustabelumoptimal.
T
antangan
R
ekomendasi
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
43
1. PasienKustatersebarhampirdi seluruh kabupaten/kotadi Papua.
2. Secaraepidemiologis masih terjadi
proses penularan Kustadi masyarakat.
3. Belum semuakabupatenmelaksana-
kan program P2 Kustasecara
intensif,hanya18 dari 29kabupaten
yang ada.
4. PR 3,44 / 10.000 penduduk
5. CDR5,9 / 100.000 penduduk
6. Proporsi anak : 25 %; MB: 72
%
7. Proporsi Cacat Tk 2 : 3 %
1. Mengupayakan &meningkatkan dukungan kebijakan&anggaranuntuk kegiatan P2 Kusta melalui advokasi&sosialisasi.
2. Mengupayakan dukungan lintas program&lintas sektor(tokoh
masyarakat,agama, kaderkesehatan)
melaluikegiatan sosiali sasi
&penyebarluasan informasi.
3. Meningkat kualitassupervisi dan monitoring &evaluasi secaraberkala.
4. Melatih tenagapengelola&pelaksana program P2 Kustadi kabupaten/kota&Puskesmas sertaperluadanyapelatihan ulang/ penyegaran (refreshing).
9. Indikator: Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar.1) Definisi Operasional: Semua kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
(penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar) diantara semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan. (Pasien Pengobatan sesuai standar: 10.826, keseluruhan kasus TB 2018: 11.037; persentase kasus TB yang diobati sesuai standar diantara semua kasus TB yang diobati adalah 98%)
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar) dibagi jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati.
Capaian IndikatorNo Indikator 2016 2017 2018
Target Realisa
si
Target Realisa
si
Target Realisasi
1 Jumlah kasus
TBC yang di
temukan
(Notifikasi Rate)
14.384
9.63
9
15.023
10.413
14.673
10.900
Ket : Data diatas sudah termasuk dari RS, DPM, Klinik Swasta dan Lapas/Rutan
a) Target tahun 2018 adalah 14.673, kasus TB yang ditemukan dan diobati: 11.037, persentase kasus TB yang ditemukan dibandingkan dengan target capaian adalah 75,2 %
b) Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
44
((Standar Nasional: CDR : 41%, SR: 78%) (Capaian Papua tahun 2018; CDR: 75,2%, SR: 68%))
3) Keberhasilan cakupan penemuan kasus TB:a. Rumah sakit terlibat layanan DOTSb. Penjaringan secara aktif oleh puskesmas dan kader TBc. Masyarakat sudah mulai terlibat dalam penemuan TB (kader TB)d. Klinik swasta sudah terlibat layanan DOTSe. Kab/Kota sudah tersedia dana untuk TB
4) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya. a. Sinkrionisasi sumber dana Antara donor dan dana pemerintah/Dinkes b. melibatkan poliklinik lain didalam satu layanan TB c. penjaringan terduga TB oleh kader di masyarakat d. keterlibatan beberapa camat untuk membiayai kader tb di puskesmas
5) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicatora. Menemukan pasien secara aktif terintegrasi PISPKb. Meningkatkan kapasitas PMO dan pelacakan kasus mangkirc. Meningkatkan jejaring PPM TBd. Melakukan Survelens Aktif/penyisiran data dirumah sakite. Meningkatkan penemuan kasus TBC melalui kolaborasi layanan
( HIV,DM,Gizi,KIA,PAL)f. Mengunakan TCM untuk deteksi dini TBC g. Menyusun RADh. Mengendalikan factor resiko.
6) Kendala/masalah yang dihadapia. SPM TBC belum maksimal bahkan ada yang tidak ada sama sekalib. Belum semua fasyankes tersedia layanan TBCc. Pelayanan TBC anak belum optimald. Belum semua layanan melaksanakan kolaborasi TB HIVe. Komitmen pemerintah darah belum adaf. Aktif penemuan TBC belum maksimalg. PPM TBC belum berjalanh. NGO dan masyarakat belum terlibat banyaki. Belum semua kabupaten memiliki tenaga Wasor TBCj. Sebagian besar fasyankes tidak memiliki tenga laboratorium
7) Pemecahan Masalaha. Melakukan gerakan temukan TBC obati sampai sembuh ( TOSS TBC) agar
penemuan dan pengobatan TBC semakin intensif, pro aktif dan masal.b. Penanggulangan TBC dengan pendekatan keluarga (kunjungan rumah berkala
oleh petugas puskesmas) agar cakupan penemuan dan pengebatan meningkat dan meluas.
c. Memotivasi pemda kota/kab agar mengalokasikan dana cakupan untuk TBC.d. Memperluas kemitraan dalam penanggulangan TBC agar cakupan penemuan
dan pengobatan TBC meningkat.e. Peningkatan sistem laboratorium dan kemampuan diagnosis dengan perluasan
TCM
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
45
10. Indikator: Persentasekasus HIV yang diobati1) DefinisiOperasional: Orang denganpositif HIV
danmasihdalamterapipengobatan ARV.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah orang positif HIV
danmasihdalamterapipengobatan ARV dibandingkandenganjumlah orang
positif HIV danmemenuhisyaratuntukmemulaiterapipengobatan ARV.
3) CapaianIndikator :
Target pencapaian hasil sebesar 52 % sementara cakupan tahun 2018
sebesar 22,27 %. Dibandingkan tahun 2017 terdapat peningkatan hasil
cakupan dimana cakupan tahun 2017 sebesar 21,93 %. Upaya yang
telah dilakukan untuk mencapai indikator :
a. Penguatan petugas dalam hal pembrian KIE ( pemberian informasi
agar masyarakat mau melakukan tes HIV, konseling ODHA agar
patuh pda pengobatan, pemberian informasi pengurangan stigma dan
diskriminasi
b. Melakukan Monitoring dan Evaluasi ( Pencatatan dan Pelaporan yang
akurat dan tepat waktu )
Kendala dan maslah yang dihadapi :
1. Masalah geografis ( jarak yang jauh ke tempat layanan tes HIV dan
layanan pengobatan ARV )
2. Masalah SDM
3. Belum semua Pemda mempunyai komitmen pada program HIV/AIDS
4. Mobilisasi petugas yang tinggi
5. Belum semua lyanan dapat meleksanakan layanan tes HIV,IMS,PPIA
dan layanan pengobatan ARV
6. Masih kurangnya informasi yang diperoleh masyarakat tentang tes
HIV dan ARV
Pemecahan masalah :
1. Memperluas layanan IMS dan tes HIV
2. Memperluas layanan pengobatan OMS dan HIV AIDS
3. Mengatasi kekurangan Nakes melalui kebijakan Task Shifting
4. Mendekatkan layanan ARV sampai Puskesmas
5. Meningkatkan peran serta pasien yang tes HIV untuk mengajak
pasangannya melakukan tes HIV ( Notifikasi pasangan )
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
46
6. Memintakan tes HIV pada semua pasien yang datang ke fasyankes
7. Melakukan pelatihan dan penyegaran bagi nakes
8. Meningkatkan Monitoring klinis dan monitoring program
9. Peningkatan kualitas Pencatatan dan Pelporan IMS dan HIV/AIDS melalui
SIHA
10. Peningkatan kualitas layanan PPIA
11. Peningkatan kualitas layanan TB HIV
12. Meningkatkan keterlibatan ODHA dan keluarga
13. Memperkuat pendampingan kelompok dukungan sebaya
14. Meningkatkan kunjungan rumah pada ODHA
15. Meningkatkan perawatan berbasis rumah
16. Meningkatkan perawatan berbasis masyarakat ( keterlibatan kader )
17. Pengembangan media KIE konteks lokal Papua
18. Meningkatkan Koordinasi dan kerja sama dengan Pemda, KPA, Tokoh Adat,
Tokoh Agama, Tokoh masyarakat, ibu PKK, Pemuda, Komunitas ojek, taksi
rental, TKBM
11. Indikator: Persentase kab/kota yang 50% puskesmasnya melakukan tata laksana standar pneumoni.1) Definisi Operasional : Kab/Kota dengan jumlah minimal 50% Puskesmas
yang melaksanakan tatalaksana standar penumonia.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kab/Kota yang minimal 50%
Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana standar dibagi
jumlahKab/Kota diwilayah tersebut dikali 100%.
3) Capaian IndikatorNo Indikator 2015 2016 2017 2018
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1 Prosentase kab/kota yang
50% Puskesmas
melaksanakan pemeriksaan
tatalaksana standart
ISPA/Pneumonia
68% 34 % 76 % 52 % 78 % 58 % 78 % 65 %
Target ISPA/Pneumonia berbeda dengan standar nasional
Permasalahan:
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
47
1) Pelaksanaan kegiatan ISPA /Pneumonia baru di 12 kabupaten yang
telah dilaksanakan pelatihan tatalaksana ISPA di Layanan
2) Alokasi dana P2 ISPA/Pneumonia dari tahun ke tahun semakin kecil,
tidak sesuai dengan perencanaan lima tahunan yang telah dibahas dan
dianggarkan sebelumnya.
3) Tahun 2017 untuk Program P2 ISPA/Pneumonia hanya dilalokasikan
dana buat satu kabupaten saja
4) Program P2 ISPA/Pneumonia belum masuk dalam program prioritas di
provinsi dan kabupaten kota, walaupun secara epidemiologi sudah
menjadi masalah kesehatan di Papua.
12. Indikator: Persentase kab/kota yang melaksanakan kegiatan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok berisiko tinggi.Indikator Program;
1) 100% Ibu hamil harus diperiksa Hepatitis
2) 98% ibu dengan HBsAg reaktif harus melahirkan di faskes
3) 100 % bayi yang lahir dari ibu hamil dengan Hepatitis harus mendapatkan
HbsAg
4) 96% kelompok resti (Nakes, Penderita IMS, Mahasiswa Kesehatan dan
Pensiun) harus diperiksa Hepatitis.
5) 100% penderita Diare harus ditangani < 24 jam
6) 100% Puskesmas harus memberikan pelayanan diare (LROA=Layanan
Rehidrasi Oral Aktif)
7) 98% Puskesmas harus harus memberikan sosialisasi tentang Hepatitis,
Diare dan Typhoid kepada masyarakat umum.
8) 100% Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi dan advokasi tentang
deteksi dini Hepatitis B dan Hepatitis C.
NoURAIAN TARGET
CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN
2016 2017 2018
1
Presentase Kab yang
melakukan Sosialisasi &
Advokasi Deteksi Dini Hepatitis
B dan C 55% 3% 10% 31%
2 Presentase Kab/Kota yang 55% 3% 10% 31%
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
48
melakukan Monev Deteksi
Dini Hepatitis B dan C
3
Persentase Kab/Kota yang
melakukan survey Hepatitis B
dan C 55% 3% 10% 31%
4
Persentase Kab/Kota yang
melakukan LROA 100% 24% 25% 31%
5
Persentase Kab/Kota yang
melakukan sosialisasi Typhoid
ke anak sekolah 55% 0 3% 3%
Permasalahan ;
1) Anggaran yang terbatas
2) Masih terdapat Puskesmas atau Kabupaten yang pelaporannya tidak
sesuai dengan format laporan ( form laporan Hepatitis dan form laporan
Diare)
3) Terbatasnya logistic untuk pemeriksaan Hepatitis (Rapid HbsAg dan
HCV)
4) Terbatasnya HBIG (vaksin pasif untuk bayi yang lahir dari ibu dengan
Hepatitis B)
5) Belum tersedianya alat pemeriksaan kekenyalan hati (fibroscan) untuk
pemeriksaan lanjutan bagi seseorang dengan Hepatitis
6) Laporan Diare dan Deteksi Dini Hepatitis dari Puskesmas atau
Kabupaten yang tidak sesuai dengan jadwal yang disepakati
7) Sering terjadi pergantian penanggungjawab Program di Kabupaten/Kota
sehingga kasus Diare menjadi lambat
8) Belum diaktifkannya system kewaspadaan dini Diare di Puskesmas
sehingga penanganan kasus Diare menjadi lambat
9) Tidak semua Kabupaten memberikan laporan kasus Diare.
13. Indikator: Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
49
1) Definisi Operasional: Jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan
minimal tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM dan atau telah
melakukan pembinaan Posbindu PTM di wilayahnya.
2) Rumus/Cara perhitungan: JumlahPuskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM terpadu di bagi Jumlah seluruh Puskesmas di
Indonesia di kali 100%.
3) CapaianIndikator
a. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan Pengendalian Terpadu (Pandu) PTM dari 394 Puskesmas yan ada di 29 kab/kota Provinsi Papua sebanyak 61 Puskesmas atau 15%.
b. Capaian indikator : Capaian Pandu PTM 15 % ini masih sangat jauh dari target nasional yaitu 40 % hal ini disebabkan antara lain :
Ketersediaan tenaga dokter maupun paramedis yang dilatih Pandu PTM masih sangat minim
Banyak puskesmas terutama Puskesmas baru di kabupaten pemekaran yang tidak tersedia sarana maupun peralatan PTM yang memadai.
Sistim pelaporan yang tidak berjalan. Monitoring dan supervisi dari provinsi maupun kabupaten yang
sangat minim c. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator :
Pelatihan secara bertahap untuk seluruh Puskesmas Adanya Pengelola program PTM di setiap Puskesmas dan
Kabupaten/kota Peningkatan pembiayaan untuk supervisi dan monitoring di tingkat
Provinsi maupun kabupaten/kota.
14. Indikator: Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
1) Definisi Operasional: Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dibagi Jumlah
Desa/Kelurahan di Indonesia di kali 100%.
3) Capaian Indikator
a. Jumlah Posbindu PTM : 81 Posbindu aktif dari 4.445
Desa/kampung.
b. Capaian indikator : Capaian Posbindu 2 % ini masih sangat jauh
dari target nasional yaitu 40 % hal ini disebabkan antara lain :
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
50
Jumlah pemekaran kampung yang sangat besar di daerah pedalaman.
Tidak adanya kader Posbindu Ketersediaan tenaga di Puskesmas minim Banyak puskesmas terutama Puskesmas baru di kabupaten
pemekaran yang tidak tersedia sarana maupun peralatan PTM yang memadai.
Sistim pelaporan yang tidak berjalan. Monitoring dan supervisi dari provinsi maupun kabupaten yang
sangat minim c. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator :
Pelatihan Kader Posbindu secara bertahap untuk seluruh Puskesmas
Adanya Pengelola program PTM di setiap Puskesmas dan Kabupaten/kota
Peningkatan pembiayaan untuk supervisi dan monitoring di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota.
15. Indikator: JumlahKabupaten/Kota yang menyelenggarakanupayapencegahandanpengendalianmasalahpenyalahgunaanNapza di lnstitusiPenerimaWajibLapor (IPWL).1) DefinisiOperasional: JumlahKab/Kota dengan IPWL aktifyakni IPWL yang
melakukanupayapromotif,
preventifdanrehabilitasidalampencegahanpenyalahgunaanNapzasertamel
aporkankegiatanterkait program
wajiblaporpecandunarkotikadanpenyalahgunaNapzalainnya
(adaatautidakadapasien) setiap 6 bulansekali.
2) Rumus/Cara perhitungan: JumlahkumulatifKab/Kota dengan IPWL aktif.
3) CapaianIndikator
a. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) sebanyak 1 (satu) kota, yaitu kota Jayapurab. Capaian indikator : Target nasional yaitu 2 kab/kota sedangkan baru 1 kota yang mempunyai IPWL walaupun tidak dapat aktif karena tidak adanya pasien yang datang/dirujuk, hal ini disebabkan antara lain :
Tidak ada kegiatan pelatihan terkait pelayanan Napza bagi petugas kesehatan
Kurangnya promosi dan sosialisasi dari IPWL kepada masyarakat Belum ada kesadaran pasien untuk berkunjung ke IPWL atau karena rasa
takut Sistim pelaporan yang tidak berjalan.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
51
16. Dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya1) Definisi Operasional : Dokumen Dukungan Manajemen pada Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebanyak 4 Dokumen antara
lain RKAKL/DIPA, Laporan Keuangan, e monev DJA, e monev
Bappenas.
2) Rumus/Cara perhitungan : Jumlah dokumen dukungan manajemen dan
tugas teknis lainnya yang dihasilkan satker dalam satu tahun.
3) Capaian Indikator
a) Telah tercapai realisasi sebesar 100 % sesuai dengan target
Perjanjian Kinerja tahun 2018, baik Dokumen RKAKL/DIPA, Laporan
Keuangan, e monev DJA, serta e monev Bappenas
b) Beberapa kegiatan terlambat terserap karena disesuaikan dengan
jadwal / momen kegiatan harus dilaksanakan (beberapa harus
dilakukan pada triwulan IV pada bulan November)
c) Keterlambatan SK pengelola keuangan yang menghambat
penyerapan anggaran (SK terbit bulan April)
2.3 Realisasi Anggaran
Realisasi Anggaran tahun 2018 pada Satker sebesar 82,83% yaitu sebesar Rp.
14.267.122.455,- dari dana Rp. 17.225.404.000,- seperti terlampir berikut :
KODE PROGRAM / KEGIATAN ANGGARAN REALISASI %
08 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
17,225,404,000 14,267,122,455 82,83 %
2058 Surveilans dan Karantina Kesehatan
2,285,723,000 1,989,942,728 87%
2059Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
12,531,020,000 10,872,657,427 86,7 %
2060 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
1,026,018,000 769,365,284 74,9 %
2061 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
327,000,000 326,954,000 99,9 %
2063Dukungan Manajemen dan Pelaksana Tugas Teknis Lainnya pada Program P2P
517,500,000 509,450,800 98,4 %
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
52
5837Pencegahan Dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
538,143,000 470,631,191 87,4 %
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan1. Pencapaian kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2018
telah berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan
dengan rata –rata capaian kinerja sebesar 65 %
2. Berdasarkan pengukuran indicator kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Papua. Dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2018, dari 13 Indikator kinerja
sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2018,
sebanyak 5 indicator telah melebihi target yang ditetapkan (>100%), Indikator
telah mencapai target yang ditetapkan (38,4 % ), sedangkan 8 (delapan )
Indikator tidak mencapai target dengan pencapaian sebesar 61,5 %.
3. Berdasarkan penyerapan dan pengukuran kinerja anggaran Bidang P2P Dinas
Kesehatan Provinsi Papua tahun 2018 diketahui bahwa kinerja anggaran
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar 82,89 %, dengan
realisasi Rp. 14.267.122.455.
4. Mengingat penyakit tidak mengenal batas wilayah administrasi, pemerintahan,
maupun negara, maka penyelenggaraan penanggulangan penyakit secara
nasional dilakukan dengan prinsip konkuren, yaitu dilakukan bersama-sama
antara unsur pemerintahan di pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian,
setiap permasalahan penyakit dan facto risikonya yang timbul di suatu wilayah
perlu ditangani secara bersama antara unsure pusat dan daerah, sedangkan
untuk pintu masuk Negara dilakukan upaya khusus melalui upaya
kekarantinaan kesehatan dalam rangka cegah tangkal penyakit antar Negara
sebagai bentuk komitmen kesehatan dalam menjaga kedaulatan negara..
3.2 TindakLanjut1. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir RPJMN, Renstra Kementerian
Kesehatan, RAP P2P, dan RAK Dinas Kesehatan Provinsi Papua periode
tahun 2015 – 2019 sehingga akan dilakukan review untuk mengevaluasi
capaian target akhir tahun perencanaan, menilai keberhasilan dan
pembelajaran yang dihasilkan.
2. Akan dilakukan penyusunan dan pembahasan target RPJMN, Renstra
Kementerian Kesehatan, RAP P2P, RAK Dinas Kesehatan Provinsi Papua
periode tahun 2020 – 2024. Penetapan target indicator mengacu pada
55
tantangan dan capaian indicator periode sebelumnya, isu strategis dan hasil
mid term evaluation.
Demikian Laporan Kinerja Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas
Kesehatan Provinsi Papua.(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018 disusun sebagai
bahan masukan untuk penyusunan perencanaan tahun berikutnya
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
Lampiran 1…….
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
Lampiran 2….
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018
Lampiran 3 lainnya
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2018