launching pad jetty - majalah.lapan.go.id

7
LAUNCHING PAD JETTY SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK PELUNCURAN ROKET LAPAN – DI PAMEUNGPEUK Sejarah Landasan Luncur Pameungpeuk Sejarah peroketan di Indonesia diawali dengan lahirnya Proyek Penelitian dan Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal disingkat Proyek “PRIMA” tanggal 22 September 1962 yang merupakan afiliasi AURI dan ITB. Dasar pertimbangan proyek ini adalah untuk membuat wahana dasar yang standar bagi keperluan militer dan sipil dengan biaya rendah yang dibebankan pada anggaran belanja Angkatan Udara (AURI). Dengan dedikasi tinggi dari para peneliti dan tersedianya fasilitas yang dimiliki Perindustrian Angkatan Darat (PINDAD) pada saat itu, maka terwujudlah roket dengan diameter booster 235 mm hasil karya anak bangsa yang diberi nama “KARTIKA-1”. Proyek ini membuktikan adanya kemampuan dalam negeri untuk mengembangkan teknologi peroketan secara mandiri. Akhirnya roket “KARTIKA-1” diluncurkan secara mulus dari ROKET KARTIKA-1 32 Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013 FAKTUALITA Moedji Soedjarwo e-mail:[email protected] Stasiun Peluncuran Roket di Pameungpeuk Kabupaten Garut tanggal 14 Agustus 1964, dan Indonesia tercatat menjadi negara kedua di Asia Afrika se-sudah Jepang yang berhasil meluncurkan roket ilmiah buatan dalam negeri. Selagi kesibukan meliputi pengembangan roket “KARTIKA-1”, upaya mendatangkan teknologi dari luar negeri menjadi semakin nyata berkat terjalinnya hubungan dengan Prof. Dr. Hideo Itokawa, seorang pionir peroketan Jepang. Dari hubungan antar pakar peroketan tersebut, akhirnya diperoleh sistem roket “KAPPA-8” dengan kapasitas angkut muatan 50 Kg ketinggian luncur 200 km sebagai Proyek “S1”. Personil Proyek PRIMA setelah meluncurkan roket “KARTIKA-1” yang ke dua, seluruhnya dialih tugaskan ke Proyek “S1” ditambah sejumlah ilmuan. Dalam waktu kurang dari 7 bulan telah dikirim Tim ke Jepang untuk training peroketan. Indonesia kemudian membangun Stasiun Peluncuran Roket (Staspro) di Pameungpeuk Kabupaten Garut, termasuk pemasangan dan penyiapan segala fasilitas serta peralatannya. Hasilnya bulan Agustus 1965 meluncurlah roket- roket “KAPPA-8” dengan mulus yang mencapai ketinggian 364 km. Arti penting dari peristiwa ini adalah untuk pertama kali telah diluncurkan roket dari bumi Indonesia memasuki antariksa, yang apogeenya melebihi tinggi orbit para kosmonot dan astronot pada waktu itu. Ketinggian yang dicapai merupakan rekor bagi peluncuran roket dari daerah khatulistiwa. Lokasi Stasiun Peluncuran Roket Sonda yang digambarkan oleh Prof. Dr. Hideo Itokawa diperlihatkan pada gambar dibawah. Tragedi nasional tahun 1965 yang mengakibatkan surutnya kegiatan peroketan, sehingga fungsi Stasiun Peluncuran Roket terbengkalai. Namun tahun 1972 kegiatan peroketan kembali bangkit dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh LAPAN dan TNI AU. Hasilnya, tahun 1973 Peluncuran roket KARTIKA-1 bulan Agustus 1964 dan roket KAPPA-8 bulan Agustus 1965

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

LAUNCHING PAD JETTY SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIFUNTUK PELUNCURAN ROKET LAPAN – DI PAMEUNGPEUK

Sejarah Landasan Luncur Pameungpeuk

Sejarah peroketan di Indonesia diawali dengan lahirnya Proyek Penelitian dan Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal disingkat Proyek “PRIMA” tanggal 22 September 1962 yang merupakan afiliasi AURI dan ITB. Dasar pertimbangan proyek ini adalah untuk membuat wahana dasar yang standar bagi keperluan militer dan sipil dengan biaya rendah yang dibebankan pada anggaran belanja Angkatan Udara (AURI). Dengan dedikasi tinggi dari para peneliti dan tersedianya fasilitas yang dimiliki Perindustrian Angkatan Darat (PINDAD) pada saat itu, maka terwujudlah roket dengan diameter booster 235 mm hasil karya anak bangsa yang diberi nama “KARTIKA-1”. Proyek ini membuktikan adanya kemampuan dalam negeri untuk mengembangkan teknologi peroketan secara mandiri.

Akhirnya roket “KARTIKA-1” diluncurkan secara mulus dari

ROKET KARTIKA-1 ROKET KAPPA-8

32 Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013

FAKTUALITA

Moedji Soedjarwoe-mail:[email protected]

Stasiun Peluncuran Roket di Pameungpeuk Kabupaten Garut tanggal 14 Agustus 1964, dan Indonesia tercatat menjadi negara kedua di Asia Afrika se-sudah Jepang yang berhasil meluncurkan roket ilmiah buatan dalam negeri.

Selagi kesibukan meliputi pengembangan roket “KARTIKA-1”, upaya mendatangkan teknologi dari luar negeri menjadi semakin nyata berkat terjalinnya hubungan dengan Prof. Dr. Hideo Itokawa, seorang pionir peroketan Jepang. Dari hubungan antar pakar peroketan tersebut, akhirnya diperoleh sistem roket “KAPPA-8” dengan kapasitas angkut muatan 50 Kg ketinggian luncur 200 km sebagai Proyek “S1”. Personil Proyek PRIMA setelah meluncurkan roket “KARTIKA-1” yang ke dua, seluruhnya dialih tugaskan ke Proyek “S1” ditambah sejumlah ilmuan. Dalam waktu kurang dari 7 bulan telah dikirim Tim ke Jepang untuk training peroketan. Indonesia kemudian membangun Stasiun Peluncuran Roket (Staspro) di Pameungpeuk Kabupaten

Garut, termasuk pemasangan dan penyiapan segala fasilitas serta peralatannya. Hasilnya bulan Agustus 1965 meluncurlah roket-roket “KAPPA-8” dengan mulus yang mencapai ketinggian 364 km. Arti penting dari peristiwa ini adalah untuk pertama kali telah diluncurkan roket dari bumi Indonesia memasuki antariksa, yang apogeenya melebihi tinggi orbit para kosmonot dan astronot pada waktu itu. Ketinggian yang dicapai merupakan rekor bagi peluncuran roket dari daerah khatulistiwa. Lokasi Stasiun Peluncuran Roket Sonda yang digambarkan oleh Prof. Dr. Hideo Itokawa diperlihatkan pada gambar dibawah.

Tragedi nasional tahun 1965 yang mengakibatkan surutnya kegiatan peroketan, sehingga fungsi Stasiun Peluncuran Roket terbengkalai. Namun tahun 1972 kegiatan peroketan kembali bangkit denganadanya penelitian yang dilakukan oleh LAPAN dan TNI AU. Hasilnya, tahun 1973

Peluncuran roket KARTIKA-1 bulan Agustus 1964 dan roket KAPPA-8 bulan Agustus 1965

Page 2: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

ROKET KARTIKA-1 ROKET KAPPA-8

33Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013

FAKTUALITA

penggunaan Staspro kembali semarak untuk peluncuran roket-roket “PRIMA-I” hasil penelitian Dislitbang TNI AU yang menggunakan bahan bakar polibutadiena. Kegiatan peluncurandilanjutkan tahun 1974 dengan roket “PRIMA-II”, kemudian tahun 1983 Lapan kembali menggunakan fasilitas landasan luncur untuk uji terbang roket eksperimen dengan bahan bakar polisulfida. Setelah itu hampir setiap tahun dilakukan uji terbang roket eksperimen Lapan dengan diameter dan bahan bakar yang berbeda. Perkembangan bahan bakar tahun 1978 hingga 1994 menggunakan poliurethan dan pada tahun 1994 sampai saat ini menggunakan polibutadiena.

Fasilitas Launching Pad Stasiun Peluncuran Roket Saat Ini

Sejak dibangunnya Staspro hingga saat ini pengembangan fasilitas terus berlangsung sejalan dengan kebutuhan litbang peroketan. Launching pad yang semula hanya satu bertambah dua unit untuk peluncuran roket-roket berdiameter kecil jenis RX70, Rhan 122 dan D230 untuk pertahanan, hasil kerjasama Lapan dengan Dislitbang TNI AU. Fasilitas launching pad yang ada saat ini diperlihatkan pada gambar berikut.

Peta lokasi stasiun peluncuran roket sonda di Pameungpeuk – Garut, Jawa Barat

Lokasi stasiun peluncuran Roket Sonda di Pameungpeuk

Page 3: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

Perubahan yang terjadi di Staspro Lapan Pameungpeuk

Dinamika perkembangan fasilitas di Staspro Lapan Pameungpeuk juga diikuti perubahan organisasi sesuai tuntutan jaman dan menuju arah lebih baik. Misalnya, nama Stasiun Peluncuran Roket pada tahun 2001 berubah menjadi Instalasi Uji Terbang dan di tahun 2011 berubah lagi menjadi Balai Produksi dan Pengujian Roket, sampai saat ini.

Perubahan secara fisik juga dapat dilihat dari tampilan depan pintu masuk kantor, dimana sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 telah terjadi 4 kali perubahan. Dari sisi peningkatan kualitas SDM, maka pada tahun 2011 dibangun Musholla. Keberadaannya sangat

34 Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013

FAKTUALITA

Kondisi launching pad di Staspro saat ini

bermanfaat bagi karyawan dan karyawati muslim terlebih pada saat ada kegiatan peluncuan roket yang mengundang tamu hingga 400 sampai dengan 600 orang. Musholla yang diberi nama Sholihus Salaam merupakan renovasi gedung Meteorological Sounding System yang tidak dipergunakan. Fasilitas lain yang dikembangkan adalah Testbed untuk uji statik roket jenis RX550 s/d RX750 serta pembangunan gedung untuk liner propelan berdiameter besar.

Arah Perkembangan Peroketan Indonesia

Dalam kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi peroketan, kegiatan uji terbang merupakan tahapan kegiatan yang

harus dilalui, setelah kegiatan uji statik dan laboratorium. Uji terbang ditujukan untuk mengetahui perilaku dan kinerja sistem pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Kinerja roket dan muatan misi ilmiah yang berupa hasil penelitian dan perekayasaan seperti subsistem telemetri dan perangkat pengindera dinamik diuji dalam lingkungan sebenarnya.

Mengingat Lapan sebagai

lembaga riset dibawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi yang menangani bidang peroketan, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa arah perkembangan peroketan nasional akan ditentukan juga oleh Lapan dan TNI. Hal ini ditandai dengan Program Roket Pengorbit Satelit

Page 4: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

35Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013

FAKTUALITA

(RPS) dan Roket Pertahanan (Rhan) yang merupakan konsorsium dari beberapa lembaga riset, perguruan tinggi dan Kementerian Pertahanan. Untuk itu peningkatan

Perubahan pintu gerbang Stasiun Peluncuran Roket di Pemeungpeuk

performance roket Lapan sangat diperlukan agar Lapan mempunyai standar roket yang handal untuk jangkauan minimal Low Eart Orbit (LEO) dan untuk pertahanan.

Peluncuran roket RX420 roket terbesar yang pernah diluncurkan di Staspro Pameungpeuk diperlihatkan pada gambar berikut.

Gedung meteorological sounding system yang direnovasi menjadi Musholla Sholihus Salaam

Page 5: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

Kondisi Lingkungan di Balai Produksi dan Pengujian Roket

Pulau Santolo yang berada di sebelah selatan muara sungai Cilauteureun ombaknya sangat tenang sehingga kawasan pantai Cilauteureun dijadikan sebagai pelabuhan perikanan dengan berbagai fasilitasnya. Dengan adanya pelabuhan perikanan, mercusuar dan berbagai sarana memadai maka wilayah di sekitar Balai Produksi dan Pengujian Roket (BPPR) terus berkembang sebagai wilayah pemukiman, wilayah kegiatan ekonomi dan tujuan wisata. Pemanfaatan potensi ekonomi kawasan pantai Cilauteureun ini sangat diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah daerah, namun harus diperhitungkan berbagai aspek keamanan di BPPR dan keselamatan masyarakat setempat ketika ada kegiatan peluncuran roket. Keberadaan masyarakat sangat berpengaruh terhadap zona

Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 201336

Roket RX420 merupakan roket terbesar yang pernah diluncurkan di Staspro Pemeungpeuk

keamanan peluncuran yakni baik Zona Bahaya 1 (Radius 600 meter dari launch pad) dan zona bahaya 2 (radius 2000 meter dari launch pad).

MOU antara Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan Lapan tentang “Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pantai Cilauteureun Dalam Hubungannya Dengan Wilayah Beresiko Stasiun Peluncuran Roket” tanggal 5 Juli 1993 telah dicapai beberapa kesepakatan. Namun, kesepakatan itu telah dilanggar oleh masyarakat nelayan yang memang membutuhkan kawasan tersebut untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dampak dari pengembangan infrastruktur disekitar pantai Cilauteureun ini tentunya dirasakan oleh Lapan, sehingga ketika ada kegiatan peluncuran roket maka Lapan harus mengevakuasi masyarakat di sekitar pantai yang dilalui trayektori atau lintasan roket.

Disinilah diperlukan kearifan lokal dari Pemda Kabupaten Garut dan Lapan dalam mensosialisasikan pentingnya BPPR untuk kepentingan nasional. Melihat situasi yang ada saat ini kelihatannya akan sulit jika berhadapan dengan masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan pokok. Oleh karena itu, perlu dikaji metode terbaik untuk menjelaskan kepentingan nasional tersebut kepada masyarakat disekitar pantai CilauteureunLaunching pad jetty sebagai solusi alternatif

Launching pad jetty sebagai solusi alternatif

Menyikapi permasalahan disekitar BPPR khususnya pada saat peluncuran roket, maka ditawarkan solusi alternatif yaitu memindahkan launch pad ke daerah Karang papak (dekat landasan pesawat terbang). Prediksi arah trayektori roket menuju ke laut diperlihatkan pada gambar berikut.

FAKTUALITA

Page 6: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

Seperti ilustrasi di samping, launching pad jetty dibuat menjorok ke laut seperti dermaga di pelabuhan. Hal ini dimaksudkan jika terjadi kegagalan uji terbang di dekat launch pad, maka roket yang gagal tersebut jatuhnya sudah pasti ke laut sehingga tidak mengkhawatirkan masyarakat di sekitar pantai. Konstruksinya menggunakan “Metode Pemancangan” untuk mengantisipasi ombak di pantai Cilauteureun pada saat tertentu relatif besar.

Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian: • Pembangunan dan

pengoperasian BPPR dilakukan sejalan dengan kebutuhan pembangunan bangsa dalam menguasai ilmu pengetahuan dan tekologi kedirgantaraan serta pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat dan ketahanan bangsa;

• Keberadaan BPPR sangat penting sebagai aset bagi pengembangan kemampuan kedirgantaraan dan berbagai teknologi tinggi bidang kedigantaraan lainnya;

37Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013

FAKTUALITA

Kondisi lingkungan di sekitar Balai Produksi dan Pengujian Roket – Pameungpeuk

Ilustrasi launching pad jetty dan gedung kontrol

Lokasi launching pad jetty di daerah dekat landasan pesawat terbang

Page 7: LAUNCHING PAD JETTY - majalah.lapan.go.id

38 Media Dirgantara Vol. 8 No.2 Juni 2013

FAKTUALITA

• Perlu diupayakan jalan keluar yang memungkinkan kawasan pantai Cilauteureun dapat dimanfaatkan bagi

pelabuhan perikanan dan kegiatan ekonomi masyarakat, secara bersamaan dan selaras dengan pelaksanaan fungsi

BPPR sebagai sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan.

Lokasi launching pad jetty dan sistim konstruksi

Launching pad jetty menggunakan metode pemancangan