latihan tik (seting proposal)

58

Click here to load reader

Upload: black-hole-wendi

Post on 23-Oct-2015

117 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Latihan Tik (Seting Proposal)

PROPOSAL SKRIPSIPEMANFAATAN MEDIA WAYANG DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA KELAS V

SDN 5 LEMBUAK TAHUN AJARAN 2012/2013

PROPOSAL SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program SKGJ PGSD FKIP Unram

OlehNama: Tania oktaviani

NIM: E1E 212 236

PROGRAM SKGJ PGSD MELALUI PPKHBJURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MATARAM

2013

Page 2: Latihan Tik (Seting Proposal)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kurikulum 2006, telah ditetapkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran

Bahasa Indonesia mencakup komponen keterampilan berbahasa dan keterampilan

bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan; berbicara; membaca; dan

menulis.(BSNP, 2006: 1-2).Berdasarkan ruang lingkup mata pelajaran bahasa

Indonesia tersebut, terlihat jelas bahwa menyimak merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang sangat penting dan perlu dikembangkan oleh guru di

sekolah agar siswa memiliki keterampilan dalam menyimak.

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan

bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi atas

makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,

penglihatan, penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan situasi yang

menyertai bunyi bahasa disimak pun harus diperhitungkan dalam

menentukan maknanya.Pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan

dan memahami isi bahan simakan (Tarigan, 1993:4).

Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, dan gaya bahasa.

Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada pembentukan pribadi anak.Karena

itu dalam menyampaikan sebuah cerita yang baik, yang terpenting adalah

pengungkapan yang baik pula. Jika dilakukan dengan penuh kesabaran,

sebuah cerita akan dapat membangkitkan kehidupan yang baru, menambah

nilai seni, dan anak sebagai pendengar dapat menikmati. Namun, yang

tidak kalah pentingnya adalah dalam sebuah cerita anak dapat mengambil

nilai-nilai moral didalamnya (Moeslichatoen, 2004: 157)

Melalui bercerita siswa dilatih untuk belajar menyimak, melatih indera

pendengarannya agar mampu menangkap, memahami informasi, pesan-

pesan moral yang terkandung dalam sebuah cerita yang disampaikan oleh

guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Namun, dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar, guru seringkali mengalami persoalan

pembelajaran, baik itu yang berhubungan dengan pemahaman materi,

penggunaan metode, media, maupun alat evaluasi.

Page 3: Latihan Tik (Seting Proposal)

Hasil observasi pada tanggal di SDN 5 Lembuak Lombok Barat,

disimpulkan guru belum menguasai metode dan menemukan media

yang cocok untuk menyampaikan cerita secara maksimal kepada siswa

pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada umumnya guru

masih menerapkan metode bercerita dengan teknik membaca langsung

cerita dari buku cerita untuk disampaikan kepada siswa tentang pokok

bahasan “cerita rakyat” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Teknik

bercerita seperti ini adalah teknik yang sangat tradisional yang sering

digunakan oleh guru-guru SD sampai sekarang ini. Dengan membaca

cerita rakyat langsung dari buku cerita untuk dituturkan kepada siswa, cara

seperti ini hanya menuntut siswa untuk mengandalkan indera

pendengarnya tanpa melibatkan indra pengelihatannya.

Metode seperti ini tentu saja membosankan bagi siswa.Salah satu faktor

penyebabnya adalah guru tidak menghadirkan suatu media visual yang

dapat dilihat secara kongkrit oleh siswa, yang dapat membantu guru untuk

menarik perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa pada cerita yang

disampaikan. Sehingga keterampilan menyimak siswa tidak dapat

berkembang secara maksimal dan berpengaruh pada hasil belajarnya, hal

tersebut terlihat pada rata-rata siswa yang memperoleh nilai kurang dari

KKM yang telah ditentukanyakni 65. Dari 15 orang siswa hanya 46,7%

atau sebanyak 7 orang siswa yang memperoleh nilai ≥65, sedangkan

53,3% atau 8 orang siswa yang mendapat <65 khususnyapada mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

Mengingat perkembangan usia anak SD, mereka tergolong anak yang

masih berfikir kongkrit. Kehadiran suatu media dalam proses kegiatan

belajar mengajar sangat bermanfaat, media sangat membantu mereka

dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu

dijelaskan dengan bahasa. Melalui media anak bisa secara langsung

melihat ataupun belajar mengenai konsep yang dipelajari.

Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang

paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Jadi ketika anak

ditampilkan sebuah media wayang tentunya mereka tidak akan asing

lagi.Terlebih lagi siswa yang berada di pedesaan dan masih memegang

adat istiadat dan budaya aslinya.

Page 4: Latihan Tik (Seting Proposal)

Oleh karena itu penggunaan media wayang dalam pembelajaran sangat

bermanfaat, hal ini disebabkan ketika siswa sekolah dasar terlibat dalam

proses pembelajaran yang menggunakan media wayang, maka mereka

akan belajar beberapa hal, yaitu: (1) Pertama, anak-anak atau para siswa

akan belajar dengan kreatif untuk belajar karakter-karakter orang dan

memvisualisasikannya dalam bentuk wayang. (2) Kedua, anak-anak dan

para siswa akan terlatih mentalnya untuk tampil di depan publik dan

menyatakan apa yang dipikirkannya. (3) Ketiga, keterampilan membangun

dialog sangat teruji melalui media ini. (4) Terakhir, membuat cerita dari

kehidupan sehari-hari merupakan proses refleksi yang sangat berharga

(Priadi selamet, 2010).

Sebenarnya, disinilah nilai praktek media terlihat yang bermanfaat bagi

siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hamlik 1986 (dalam

Arsyad Azhar, 2003: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

siswa. Sedangkan Levie & Lentz 1982 (dalam Supriadi, 2010 : 17)

mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media

visual, yaitu: (1) fungsi kognitif, terlihat dari penggunaan media visual

dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

informasi atau pesan yang terkandung dalam media tersebut. (2) fungsi

atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran. (3) fungsi

konpenstoris, terlihat dari penggunaan media visual memberikan

konteksuntuk memahami teks dan mengingatnya kembali. (4) fungsi

afektif, terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar.

Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas mengenai nilai praktek media,

dapatlah dikatakan bahwa betapa pentingnya suatu media dalam proses

pembelajaran khususnya di kelas. Untuk itu perlu melakukan suatu

penelitian dengan judul “Pemanfaatan media wayang untuk meningkatkan

keterampilan menyimak cerita”. Untuk membuktikan bahwa dengan media

Wayang dapat membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam

Page 5: Latihan Tik (Seting Proposal)

menyimak suatu cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN

5 Lembuak kabupaten Lombok Barat untuk pokok bahasan cerita rakyat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut “bagaimanakah pemanfaatan media wayang

dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas VSDN 5

Lembuak tahun ajaran 2012/2013?”.Untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut maka diperlukan pemanfaatan media wayang dalam

meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SDN 5

Lembuak tahun ajaran 2012/2013.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemanfaatan media wayang dalam meningkatkan

keterampilan menyimak cerita dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa

Indonesia kelas V SDN 5 Lembuak”.

D. ManfaatPenelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memiliki manfaat yaitu:

1. Guru dapatmemperbaiki pembelajaran yang di kelolanya.

2. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan.

3. Membantu guru memilih media pembelajaran yang sesuai dan cocok

untuk siswa.

4. Membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini

keterampilan menyimak cerita pada pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

5. Siswa akan memiliki keterampilan dalam menyimak cerita.

6. Hasil belajar siswa akan tercapai secara maksimal sesuai KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan pada

pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Page 6: Latihan Tik (Seting Proposal)

7. Pembelajaran akan menjadi menyenangkan dan mengasyikkan karena

dukungan media wayang, sehingga siswa tidak lagi merasa bosan dan

mengantuk.

8. Siswa akan semakin tertarik dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia

pada pokok bahasan cerita rakyat.

9. Minat, motivasi siswa untuk menyimak cerita akan meningkat karena

penampilan media wayang yang cukup menarik perhatian siswa.

10. Pelaksanaan penelitian tindakan ini akan dapat memberikan manfaat

Bagi sekolah yaitu, merupakan informasi tambahan

penggunaanmediadalam mengajar untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran disekolah.

E. Definisi Operasional

1. Media Wayang

Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

pesan.Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat

diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang

memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

keterampilan. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat

bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna

mencapai tujuan pengajaran. Arsyad 2010 (dalam supardi, 2010 : 5).

Mengenai pengertian wayang ada beberapa akhli budaya mengartikan

wayang adalah “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat

adalah bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai

pentas pergelaran wayang. Ada pula yang mengartikan wayang

merupakan “bayangan angan-angan” oleh karena dalam ceritanya

menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam

angan-angan.Selain itu juga ada yang mengartikan wayang adalah

wayang yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu sendiri.Adapun

pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya

mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat terkait dengan

sikap hidup yang harus dijalani manusia.Selamet (2010). Jadi dapat

disimpulkan bahwa media wayang adalah alat bantu berupa wayang

Page 7: Latihan Tik (Seting Proposal)

untuk menyampaikan informasi pembelajaran berupa wejangan dan

nasehat-nasehat terkait dengan sikap hidup yang harus dijalani

manusia.

2. Kemampuan Menyimak Cerita

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan

bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi

atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan

pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan

situasi yang menyertai bunyi bahasa disimak pun harus diperhitungkan

dalam menentukan maknanya.Pada hakikatnya menyimak adalah

mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Tarigan (1993 :4).

Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan

kenikmatan sendiri, dan ia dapat menimbulkan perasaan sedih, marah,

bahagiaa, atau bahkan keheranan.Dadang (2006 :46). Cerita anak-anak

merupakan cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-anak..Cerita anak-

anak merupakan cerita sederhana yang kompleks.Artinya cerita anak-

anak dibangun oleh struktur yang tidak berbeda dengan cerita orang

dewasa.Sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus disusun

dengan memperhatikan unsur keindahan dan kemenarikan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa menyimak cerita merupakan kegiatan

mendengarkan satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan

kenikmatan sendiri kemudian mengidentifikasi, mengiterpretasi,

menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya

F. Kerangka Pemecahan Masalah

Sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di SDN 5

Lembuak yaitu berupa kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam memilih

metode dan penggunaan media pembelajaran, yang mengakibatkan siswa

menjadi pasif dan kurang aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya pada materi pokok cerita rakyat. Oleh karena itu perlu adanya

alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan

menggunakan media wayang.

Page 8: Latihan Tik (Seting Proposal)

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah dengan

menggunakan media wayang ini adalahsebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Guru memberikan pengantar dan memberikan apersepsi berupa

pertanyaan tentang film yang disukai.

3. Mengaitkan apersepsi tersebut dengan materi pembelajaran yakni

cerita rakyat.

4. Siswa diperkenalkan dengan media wayang.

5. Guru menjelaskan tujuan penggunaan media wayang tersebut,

misalnya untuk bercerita tentang cerita yang dipilih.

6. Guru menceritakan cerita yang dipilih secara lisan tanpa teks dengan

media wayang.

7. Siswa diminta menyimak cerita yang diceritakan oleh guru.

8. Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan guru.

9. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran

tentang cerita rakyat.

10.Untuk mengetahui semua siswa sudah mampu atau belum menyimak

dan memahami cerita, guru memberikan tes tertulis berupa beberapa

pertanyaan yang akan diberikan kepada masing-masing siswa untuk

dijawab mengenai isi cerita rakyat sebagai alat evaluasi atau penilaian

untuk mengukur tingkat keterampilan siswa dalam menerima pelajaran

yang diajarkan oleh guru.

Page 9: Latihan Tik (Seting Proposal)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.Teori Yang Relevan

1. Variabel Harapan

a. Pengertian Menyimak

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan

bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi atas

makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,

penglihatan, penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan situasi yang

menyertai bunyi bahasa disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan

maknanya.Pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan dan memahami

isi bahan simakan. Tarigan (1993 : 4).

b.Pentingnya Kegiatan Menyimak

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi

ini. Tanda-tanda kesempurnaan itu amat banyak, antara lain kelihatan bahwa

setiap manusia (normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Makna

dari kenyataan itu adalah mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor menyimak

sangat penting. Setidak tidaknya jalur untuk mendengar berbanding jalur untuk

berbicara adalah 2 : 1. Tarigan (1993 : 8).

Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai

kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua,

antara orang tua, antara anak-anak sendiri aktivitas menyimak terjadi. Keluar

dari rumah, terjadi dialog/percakapan ataupun diskusi dengan teman

sepermainan, rekan kerja sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di

fakultas. Mungkin juga dialog terjadi di pasar sewaktu berbelanja.

Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas menyimak terjadi juga.Dalam

mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SLTP, SLTA, ataupun tingkat

Perguruan Tinggi.Tugas menyimak sangat sering dan harus dilakukan oleh

siswa atau mahasiswa.Uraian tersebut di atas menggunakan secara umum

betapa pentingnya/fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia.

Page 10: Latihan Tik (Seting Proposal)

c.Hakikat Cerita

Menurut Dadang (2006 :46) cerita adalah salah satu bentuk sastra yang

memiliki keindahan dan kenikmatan sendiri, dan ia dapat menimbulkan

perasaan sedih, marah, bahagiaa, atau bahkan keheranan.

Cerita anak-anak adalah cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-

anak.Titik (dalam Prakoso) menjelaskan bahwa cerita anak-anak adalah cerita

sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya

yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif.

Cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan sejalan

aspek yang berada dan mempengaruhi mereka.

Cerita anak-anak juga dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks,

artinya cerita anak-anak dibangun oleh struktur yang tidak berbeda dengan

cerita orang dewasa.Sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus

disusun dengan memperhatikan unsur keindahan dan kemenarikan.

d.Manfaat Cerita Anak

Cerita yang bagus dapat memberikan pandangan tentang rasa percaya

diri, rasa aman, tenteram, sebagai anggota sebuah keluarga, anggota

lingkungan sekolah atau masyarakat. Dengan kata lain, cerita anak dapat

menanamkan rasa peka dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang

baik dan yang buruk, dapat menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan

keadilan, keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengorbanan, dan kehormatan.

Cerita anak-anak dapat membuka mata hati anak lebih jauh ke depan untuk

melihat tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa

mendidik anak akan rasa cinta tanah air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan

rasa tanggung jawab yang tinggi.

Ditinjau dari segi bahasa, cerita anak-anak dapat memperkaya

perbendaharaan kata anak-anak.Menjadikan anak terampil berbahasa secara

lisan dan tulis.Anak-anak yang pandai berbicara atau menulis pada umumnya

adalah anak-anak yang banyak membaca.Buku-buku cerita yang baik, dapat

membangkitkan semangat dan hasrat anak-anak untuk belajar.Melalui cerita,

daya khayal yang ada pada diri anak dapat dibina dan diarahkan kepada tujuan-

tujuan yang sehat.Teguh Prakoso dalam buku modul 5 yang berjudul Bahasa

dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar halaman 6.6 – 6.7.

e.Jenis Cerita Anak

Page 11: Latihan Tik (Seting Proposal)

Menurut Prakoso dalam buku modul 5 yang berjudul Bahasa dan Sastra

Indonesia di Sekolah Dasar halaman 6.7 – 6.9, jenis cerita anak ada 5 antara

lain :

a). Cerita Jenaka

Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau

tingkah laku seorang tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat

berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula karena kecerdikannya.

Misalnya, cerita “Pak Kodok”, “Pak Belalang”, “Abu Nawas”, dan cerita

“Kabayan”.

b). Cerita rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau

khayalan.Di dalam cerita rakyat terkandung cerita yang menggambarkan

sesuatu di luar dunia nyata, seperti cerita “Ketimun Emas”, “Tongkat

Ajaib”, dan cerita “Cinderella”.

c). Fabel

Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-

tokohnya.Di dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan

sebagaimana layaknya manusia yang dapat berfikir, bereaksi, dan

berbicara.Fabel mengandung unsur mendidik karena diakhiri dengan sebuah

kesimpulan yang mengandung ajaran moral. Contoh fabel antara lain cerita

“Kancil dan Kera”, “Kancil dan Buaya”.

d). Legenda

Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu.Cerita

legenda bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada

pada alam atau cerita tentang terjadinya suatu negeri, danau atau

gunung.Contoh cerita “Malin Kundang”, “Batu Menangis”, “Asal Usul Kota

Surabaya”.

e). Mite atau Mitos

Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan

kepercayaan kuno, menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan

Page 12: Latihan Tik (Seting Proposal)

makhluk halus.Mitos adalah cerita yang mengandung unsur-unsur misteri,

dunia gaib, dan alam dewa.Seperti cerita “Nyi Roro Kidul”.

(a).Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Pemilihan Cerita Yang Baik.

MenurutMoeslichatoen (2004 : 166-167), ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk pemilihan cerita yang baik antara lain :

a. Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. Kalau

cerita itu menarik dan memikat perhatian, maka guru akan bersungguh-

sungguh dalam menceritakan kepada anak secara mengasyikkan.

b. Cerita itu harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak

supaya memilih daya tarik terhadap perhatian anak dan keterlibatan aktif

dalam kegiatan bercerita.

c. Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan keterampilan mencerna isi

cerita anak usia SD, khususnya siswa kelas rendah. Cerita itu harus

cukup pendek dalam rentangan jangkauan waktu perhatian anak. Kepada

anak usia muda guru tidak dapat menuntut anak untuk aktif

mendengarkan cerita guru dalam waktu yang lama di luar batas waktu

ketahanan untuk mendengar.

Page 13: Latihan Tik (Seting Proposal)

(b).Hakikat Metode Bercerita

Metode bercerita adalah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada

hakikatnya metode bercerita sama dengan metode ceramah karena, informasi

disampaikan melalui penuturan/penjelasan lisan dari seseorang kepada orang

lain. Misalnya dari guru ke siswa.Metode bercerita juga merupakan salah satu

pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dan SD dengan membawakan

cerita kepada anak secara lisan. (Moeslichatoen, 2004 : 157).

Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita

Menurut Djamarah (2002: 110) metode bercerita mempunyai kelebihan

dan kekurangan.

a. KelebihanMetode Bercerita :

1) Guru mudah menguasai kelas.

2) Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang

relatif lama.

3) Mudah menyiapkan dan melaksanakannya.

4) Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah banyak.

5) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

6) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

b. Kelemahan/kekurangan :

1) Anak didik kadang terbuai dengan jalannya cerita, sehingga tidak dapat

mengambil inti sarinya. Apabila tidak disimpulkan di akhir cerita.

2) Hanya guru yang pandai bermain kata-kata/kalimat.

3) Menyebabkan anak didik pasif karena guru yang aktif.

4) Anak didik lebih cenderung hafal isi cerita daripada sari cerita yang

ditutur.

5) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

6) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar

menerimanya.

Page 14: Latihan Tik (Seting Proposal)

7) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.

8) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya, ini sukar sekali.

9) Menyebabkan siswa menjadi pasif.

(c).Manfaat Metode Bercerita

Bagi anak usia TK dan SD, mendengarkan cerita yang menarik yang

dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan, dapat

menggetarkan perasaan anak. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah

pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.Kegiatan bercerita

memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.Melalui

mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan,

nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode

bercerita memungkinkan anak mengembangkan keterampilan kognitif, afektif,

maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk

mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar

yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-

pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarnya. Pendengar yang kritis

mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar dengan apa

yang dipahami. Moeslichatoen (2004:168–170).

(d).Tujuan Metode Bercerita

Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan

keterampilan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk

memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan

keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan

sosial.(Moeslichatoen, 2004:170- 172).

(e).Macam-Macam Teknik Bercerita

Menurut Moeslichatoen (2004 : 158) ada tujuh teknik bercerita sebagai

berikut :

a. Metode langsung dari buku cerita.

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku cerita.

c. Menceritakan cerita rakyat.

d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel.

e. Bercerita dengan menggunakan media Wayang.

Page 15: Latihan Tik (Seting Proposal)

f. Dramatisasi suatu cerita.

g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.

(f).Hakikat Media Wayang

Menurut R.T. Josowidagdo (dalam selamet 2010),wayang berarti

“ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah bayangannya pada

kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas pergelaran wayang.

Bayang-bayang wayang muncul karena adanya sinar “belencong” yang

bergantung di atas kepala sang dalang. Ada pula yang mengartikan wayang

merupakan “bayangan angan-angan” oleh karena dalam ceritanya

menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam angan-

angan.

Dalam hal ini penciptaan semua bentuk wayang selalu disesuaikan

dengan watak, sifat, dan perilaku tokoh-tokoh yang dibayangkan.Seperti tokoh

yang memiliki karakter baik digambarkan dengan berbadan lurus, bermuka

tampan, gagah dan berpandangan tajam.Tokoh jahat digambarkan bentuk tubuh

yang besar, kasar, bermuka lebar, berhidung besar, bermata merah dengan

wajah pun berwarna merah dengan rambut gimbal.

Menurut Doktor Th. Piqeud (dalam selamet 2010), wayang adalah

Wayang yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu sendiri.Adapun

pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya mengandung

berbagai wejangan dan nasehat-nasehat berkait dengan sikap hidup yang harus

dijalani manusia di alam mayapada ini.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia

yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya.Budaya wayang

meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis,

seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang

dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan,

hiburan, pemahamanfilsafat,sertahiburan.

(g).Macam-Macam Wayang

Menurut Selamet (2010) berdasarkan isi cerita wayang dapat

dibedakan menjadi:

Page 16: Latihan Tik (Seting Proposal)

1. Wayang Purwa

Purwa berarti terdahulu atau yang pertama, oleh karena itu lakon

wayang purwa menggambarkan kisah tentang kitab Mahabarata dengan inti

cerita perang “Barata Yuda” Yaitu perang saudara keturunan Barata, yaitu

antara keluarga Pandawa dan Astina yang memperebutkan kerajaan

Amartapura yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Pandawa.Cerita

wayang Purwa ini pada awalnya berwujud lukisan yang dibuat pada daun

lontar oleh Prabu Jayabaya raja Kediri.

Kemudian di masa kerajaan Majapahit sampai Demak terjadi

perubahan bentuk wayang baik teknik maupun bahan baku pembuatan

wayang seperti apa yang kita lihat sampai sekarang. Yaitu melalui proses

pahatan, lukisan dengan bentuk pandang samping terbuat dari kulit hewan

2. Wayang Madya

Wayang zaman tengah ini hasil kreatifitas Raja Mangkunegara IV,

Surakarta.Isi Ceritanya merupakan kelanjutan dari cerita wayang purwa,

yaitu sesudah pemerintahan Prabu Parikesit sampai zaman pemerintahan

kerajaanJenggala Kediri. Menurut Raden Samsudjin, cerita Wayang Madya

merupakan saduran dari karangan Pujangga terkenal Raden Ngabehi

Ronggowarsito.

3. Wayang Gedog

Gedog berarti kedok atau topeng.Wayang Gedog diciptakan oleh

salah seorang Wali Songo, yaitu Sunan Giri.Cerita Wayang Gedog juga

merupakan lanjutan dari cerita Wayang Madya, yakni menggambarkan

kerajaan Jenggala sampai kerajaan Pajajaran.Wayang Gedog ini juga

menceritakan zaman Kediri (Daha).

4. Wayang Beber

Diciptakan pada zaman Majapahit sebagai hasil perkembangan dari

relief-relief yang Terdapat pada Candi Panataran.Isi cerita tak berbeda

dengan Wayang Purwa.Wayang beber terdiri dari adegan-adegan yang

dilukis pada kain halus.Sebelumnya dilukis pada kulit kayu waru.Satu cerita

berisi 16 adegan terdiri dari 4 gulung, jadi setiap gulungan terdiri dari 4

adegan.

5. Wayang Perjuangan / Wayang Suluh

Page 17: Latihan Tik (Seting Proposal)

Wayang Perjuangan dinamakan juga Wayang Sandiwara. Cerita

wayang ini berupa kebaikan dan keburukan yang menggambarkan betapa

kekejaman kolonialis Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia,

penjajahan Jepang tiga setengah tahun, sampai zaman kemerdekaan. R.M.

Sayid Sala tahun 1944 turut mencipta wayang ini. Ada juga yang memberi

nama wayang Perjuangan atau wayang sandiwara ini dengan nama Wayang

Suluh karena digunakan sebagai media penerangan atau penyuluhan, seperti

yang dilakukan Jawatan Penerangan R.I. / RRI.

Menurut R. Samsoedjin, Wayang Perjuangan atau Wayang Suluh

diciptakan oleh Badan Kongres Pemuda R.I. Tahun 1946/1947 di

Yogyakarta. Adapun bentuk wayangnya Realistis tidak mengalami

perubahan bentuk sebagai mana wayang kulit atau wayang golek bentuknya

seperti manusia biasa.Menceritakan tentang tokoh-tokoh perjuangan tanah

air seperti Bung Karno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Jendral

Sudirman, H. Agus Salim, dkk.

Menurut Selamet (2010) berdasarkan bahan untuk membuatnya

dapat dibedakan, antara lain:

1. Wayang Krucil / Wayang Klitik

Krucil berarti kecil-kecil sedangkan klitik mengandung pengertian

keras.Wayang Krucil bentuknya kecil-kecil dibuat dari bahan kayu,

berjumlah hanya 70 buah.Ceritanya Menggambarkan sejarah Kerajaan

Pajajaran sampai Kerajaan Majapahit.

2. Wayang Golek

Wayang Golek banyak terdapat di Cepu dan Bojonegoro.Terbuat

dari bahan kayu berjumlah sekitar 70 buah.Ceritanya menggambarkan

riwayat Menak yang berhubungan dengan negeri Arab dan Persia pada

zaman awal Islam.Wayang Golek juga terdapat di Jawa Barat.Bedanya

hanya pada penampilan tokoh Bagong yang diganti denga Cepot.Jawa Barat

merupakan daerah khusus wayang golek, terbanyak di daerah Priangan.

3. Wayang Topeng

Para pemeran tokoh wayang ini masing-masing memakai topeng di

wajahnya.Sandiwara semacam ini hampir terdapat di setiap negara.Di

Indonesia sandiwara topeng semacam itu terdapat pada suku-Suku yang

Page 18: Latihan Tik (Seting Proposal)

tidak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.Seperti pada suku Dayak di

Kalimantan.

4. Wayang Wong / Wayang Orang

Wayang ini sudah dikenal sejak pemerintahan Mangkunegoro IV

Surakarta.Isi cerita seperti pada wayang Purwa.Tokoh-tokoh pelakunya

dimainkan oleh orang.Dimainkan di atas panggung dengan dekorasi seperti

sandiwara.Dalang masih berperan aktif dalam wayang ini. Menurut

Mulyadi, dokumen-dokumen resmi tentang asal-usul “wayang orang” tidak

ada.

5. Wayang Damen

Wayang damen merupakan wayang yang berasal dari ‘damen’

(Jerami), tidak seperti wayang biasanya yang dibuat oleh kulit hewan.

Wayang Damen yang dibuat ini hampir berkebalikan total dengan Wayang-

Purwa, wayang yang dari dulu sudah kita kenal (Selamet : 2010).

Dari berberapa jenis wayang tersebut dalam penelitian ini wayang

yang akan digunaka adalah wayang Damen. Penggunaan wayang damen

didasarkan pada alasan selain mudah dalam peroses pembuatan juga bahan

yang digunakan mudah didapatkan dan ramah lingkungan.Di daerah

pedesaan biasanya damen (jerami) sering dianggap limbah yang fungsinya

untuk makanan sapi di musim kemarau.Selain itu juga siswa diharapkan

ingat terus dengan alam di sekitarnya.

(h).Keuntungan Penggunaan Wayang

Menurut Selamet (2010) beberapa keuntungan penggunaan Wayang

untuk sandiwara adalah :

a. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang

terlalu rumit.

b. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara wayang, dapat

dibuat cukup kecil dan sederhana.

c. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan

menambah suasana gembira.

d. Anak dapat membuat wayang dengan bahan-bahan yang ada di

sekitarnya

2. Variabel Tindakan

a. Pengertian Media

Page 19: Latihan Tik (Seting Proposal)

Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

pesan.Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat

diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak

didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Akhirnya, dapat dipahami

bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur

pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Arsyad 2010 (dalam supardi, 2010 :

5).

b. Pengertian Wayang

Pengertian wayang ada beberapa akhli budaya mengartikan wayang

adalah “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah

bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas

pergelaran wayang. Ada pula yang mengartikan wayang merupakan “bayangan

angan-angan” oleh karena dalam ceritanya menggambarkan nenek moyang

atau orang-orang terdahulu dalam angan-angan.Selain itu juga ada yang

mengartikan wayang adalah wayang yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu

sendiri.Adapun pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan

biasanya mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat terkait dengan

sikap hidup yang harus dijalani manusia.Selamet (2010).

Jadi pengertian media wayang adalah alat bantu pembelajaran berupa

wayang untuk menyampaikan informasi atau materi pembelajaran berupa

wejangan dan nasehat-nasehat yang nantinya akan membantu guru membentuk

sikap dan sifat yang baik dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa, sehingga

penggunaan media wayang dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia

dalam keterampilan menyimak sangatlah baik digunakan oleh seorang guru.

Menurut Selamet (2010) langkah-langkah yang dilakukan dalam proses

pembelajran menggunakan media wayang adalah:

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Guru memberikan pengantar dan memberikan apersepsi.

c. Mengaitkan apersepsi tersebut dengan materi pembelajaran yakni cerita

rakyat.

d. Siswa diperkenalkan dengan media wayang.

e. Guru menjelaskan tujuan penggunaan media wayang tersebut, misalnya

untuk bercerita tentang cerita yang dipilih.

Page 20: Latihan Tik (Seting Proposal)

f. Guru menceritakan cerita yang dipilih secara lisan tanpa teks dengan

media wayang.

g. Siswa diminta menyimak cerita yang diceritakan oleh guru.

h. Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan guru.

i. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran tentang

cerita rakyat.

j. Evaluasi.

C. Kerangka Berfikir

Pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi

bahan simakan.Melalui menyimak, siswa bisa memperoleh banyak informasi baik

itu tentang pengetahuan agama, sosial, ekonomi maupun tentang

pendidikan.Misalnya saja melalui cerita rakyat, melalui media ini guru bisa

menanamkan banyak hal-hal positif untuk siswa. Guru bisa mengajarkan

bagaimana menjadi anak yang baik, mengenalkan akibat buruk apabila berbuat

jahat pada orang lain, dan sebagainya, sebagaimana cerita dari cerita rakyat

tersebut.

Jadi, dapat dikatakan bahwa betapa fungsionalnya kegiatan menyimak

khususnya bagi siswa.Namun, untuk merangsang agar siswa tertarik pada cerita

dan termotivasi untuk mendengarkannya, sehingga mampu memahami isi cerita,

merupakan salah satu tugas guru di kelas. Oleh karenanya dibutuhkan suatu media

dan metode yang menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.

Salah satunya adalah dengan media wayang yang dapat digunakan untuk

bercerita, pada pokok bahasan cerita rakyat untuk mata pelajaran bahasa

Indonesia. Wayang merupakan salah satu bentuk budaya asli di Indonesia yang

memiliki daya tarik tersendiri, karena didalam praktiknya siswa tidak hanya

membayangkan namun bisa melihat langsung cerita atau materi yang disampaikan

secara menyenangkan, sehingga cocok digunakan sebagai media pembelajaran

yang dapat memancing perhatian, pikiran serta motivasi siswa dalam memahami

cerita rakyat yang dituturkan oleh guru, sehingga dengan media ini pula, dapat

Page 21: Latihan Tik (Seting Proposal)

membantu guru untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk menyimak cerita-

cerita rakyat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian teori yang telah diuraikan di atas maka hipotesis

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “ jika menggunakan media wayang

dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia akan dapat meningkatkan

keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SDN 5 Lembuak tahun

pelajaran 2012/2013”.

Page 22: Latihan Tik (Seting Proposal)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 5 Lembuak

Lombok Barat, Dengan setting penelitian adalah kelas V.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilaksanakan antara bulan

Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Penentuan waktu pelaksanaan

penelitian mengacu pada kelender akademik sekolah.

B. Subyek dan ObserverPenelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sejumlah 15 siswa, dengan

rincian 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Dari 15 jumlah siswa rata-

rata keadaan ekonominya menengah ke bawah, semua itu dapat diketahui dari

pekerjaan orang tua siswa yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan

buruh tani, yang tidak mempunyai pekerjaan pun ada ditemukan.Selain itu

pendidikan orang tua siswa rata-rata SMP, dan SD.

2. Observer Penelitian

Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah guru kelas V SDN

5 Lembuak, dengan tujuan melihat secara keseluruhan implementasi

penelitian, baik dari sisi siswa maupun peneliti yang berperan sebagai guru

untuk mengajar pada proses belajar mengajar.

Page 23: Latihan Tik (Seting Proposal)

C.Faktor Yang Diteliti

a. Faktor Guru

Yang diteliti pada observasi ini adalah kreatifitas dan keaktifannya dalam

pengajaran di kelas, karena selama ini guru hanya memberi pengajaran secara

lisan kepada siswa sehingga siswa kurang maksimal memahami materi yang

disampaikan.

b. Faktor Siswa

Yang diteliti pada observasi ini adalah pengaruh ABP wayang terhadap

peningkatan prestasi belajarnya.Karena ABP wayang dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

siswa.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Harapan

Variabel harapan dalam penelitian ini adalah meningkatkan

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V.

a. Definisi Variabel Harapan

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi

bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang

terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan,

penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa

disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Pada hakikatnya

menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan .

2. Variabel Tindakan

Variabel tindakan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan media wayang.

b. Definisi Operasional Variabel Tindakan

Media wayang adalah alat bantu berupa wayang untuk menyampaikan

informasi pembelajaran berupa wejangan dan nasehat-nasehat terkait dengan

sikap hidup yang harus dijalani manusia.

Page 24: Latihan Tik (Seting Proposal)

E. Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penilitian ini adalah:

melakukan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, merefleksi

serta menentukan indicator ketercapaian.

1.Rancangan Penelitian

Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah

penyusunan perangkat pembelajaran, yaitu :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah serta mencari alternatif

pemecahan masalahnya. Dalam PTK ini yang menjadi masalahnya adalah

belum meningkatnya keterampilan siswa dalam menyimak cerita pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia secara maksimal, untuk itu digunakan media

Wayang dengan harapan dapat membantu meningkatkan keterampilan

menyimak cerita.

Page 25: Latihan Tik (Seting Proposal)

Observasi dan evaluasiMengamati aktifitas guru dan siswa selama proses

pelaksanaan KBMSituasi belajar mengajar

Berhasil≥ 85 % dari jumlah siswa mendapat nilai ≥ 65

berdasarkan KKM di sekolah

Kesimpulan akhirLaporan

RefleksiMenganalisis, Menginterpretasi dan eksplanasi

hasil pembelajaranMenentukan tindak lanjut ke siklus berikutnya

RevisiRevisi rencana dan pelaksanaan

pembelajaran sebagai tindak lanjut ke siklus berikutnya

Gambar 1

Bagan Siklus/Daur Ulang PTK Upaya Meningkatkan

KeterampilanMenyimak Cerita Dengan Menggunakan Media WayangDari

Model Kemmis Dan Mc Taggart Dalam Wiriatmaja : 2007

b. Menetapkan pokok bahasan yang akan diajarkan dalam PBM, yaitu “cerita

rakyat” pada mata pelajaran Bahasa Indonesis kelas V semester II.

Perencanaan Menetapkan masalah dan

alternatif pemecah masalahnya. Menyiapkan RPP. Menetapkan pokok bahasan Menyiapkan perlengkapan yang

dibutuhkan dalam proses KBM Kolaborasi dengan guru tentang

pembagian tugas

Pelaksanaan tindakan Kegiatan awal

- Apersepsi Kegiatan inti

- Menceritakan cerita rakyat dengan media Wayang di depan kelas

- Secara berkelompok siswa menjawap LKS

Kegiatan akhir- Mengadakan evaluasi dengan

memberikan soal tertulis

Belum berhasil ≥ 85 % dari jumlah siswa

mendapat nilai ≤ 65 berdasarkan KKM sekolah

Page 26: Latihan Tik (Seting Proposal)

c. Menetapkan SK dan KD serta indikator yang cocok dengan pokok bahasan

yang akan diajarkan.

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

e. Menyiapkan lembar observasi, media, sumber belajar, teks soal sebagai alat

evaluasi untuk mengukur tingkat keterampilan menyimak siswa pada setiap

siklus, serta perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam KBM yang akan

digunakan dalam penelitian.

f. Berkerjasama dan berdiskusi dengan guru kelas mengenai pembagian tugas.

Peneliti sebagai pengajar, sedangkan guru kelas bertugas sebagai observer.

2. Langkah-langkah Penelitian

a. Kegiatan Awal (15 menit)

1) Berdoa bersama menurut keyakinan masing-masing.

2) Absensi

3) Menyiapkan alat bantu pembelajaran

4) Apersepsi

5) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti (75 menit)

1) Memberikan gambaran materi yang akan dipelajari.

2) Menjelaskan materi pelajaran.

3) Menceritakan salah satu cerita dengan bantuan media Wayang sebagai

alat peraga.

4) Meminta siswa mendengarkan cerita yang diceritakan.

5) Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan.

6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

c. Penutup (15 menit)

1) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan isi cerita.

2) Mengadakan evaluasi dengan memberikan tes tertulis untuk dijawab

oleh masing-masing siswa berkaitan dengan isi cerita rakyat.

3) Berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Page 27: Latihan Tik (Seting Proposal)

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara kerja untuk mendapatkan data

dari obyek tertentu. Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta

maupun angka (Arikunto Suharsimi: 1993).

Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

1. Data hasil belajar

Data hasil belajar bersumber dari siswa yang diambil dengan

menggunakan tes tertulis dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) dan esai

yang telah dibuat oleh peneliti. Tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat

hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

2. Data aktivitas guru

Data aktivitas guru diambil dengan menggunakan lembar observasi

guru. Lembar observasi ini dibuat untuk mengetahui apakah pemanfaatan

media wayang sudah tepat, selain itu juga lembar ini dibuat untuk mengetahui

kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru dalam memanfaatkan media

wayang sebagai bahan refleksi bagi peneliti untuk memperbaiki proses

pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun indikator penilaian

pembelajaran kegiatan guru yang berorientasi pada pemanfaatan media

wayang antara lain:

1) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran

a. Mengabsen siswa

b. Mengecek kesiapan belajar siswa

c. Menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan untuk pembelajaran

2) Pemberian apersepsi dan motivasi kepada siswa

a. Melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa

b. Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3) Menciptakan suasana kelas yang kondusif

a. Menjelaskan materi pembelajaran

b. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa

c. Guru dapat meminimalisasikan kondisi yang dapat mengganggu

kegiatan pembelajaran

2.

Page 28: Latihan Tik (Seting Proposal)

4) Aktivitas dalam membimbing siswa

c. Membimbing siswa dalam melakukan kegiatan menyimak

d. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari kegiatan bercerita

yang ditunjukkan

e. Membimbing siswa untuk mengisi soal evaluasi

5) Pemberian umpan balik terhadap hasil kegiatan selama proses

pembelajaran

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

b. Meminta siswa mencatat materi yang dianggap penting

c. Memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa secara verbal

ataupun non verbal

6) Menutup pembelajaran

a. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menarik kesimpulan

terhadap materi yang dipelajari

b. Meminta siswa membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri

c. Menginformasikan kepada siswa hal yang terkait kegiatan belajar pada

pertemuan selanjutnya

3. Data aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi

yang telah disediakan guru. Lembar observasi ini dibuat untuk mengetahui

apakah pemanfaatan media wayang sudah berjalan dengan tepat, dan untuk

mengetahui tingkat aktivitas siswa setiap pelaksanaan pembelajaran dan

sebagai bahan refleksi peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran pada

pertemuan berikutnya. Adapun indikator penilaian pembelajaran yang

berorientasi pada pemanfaatan media wayang antara lain:

1) Kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran

a. Berdoa

b. Siswa masuk kelas tepat waktu

c. Siswa menyiapkan alat kelengkapan belajar

2) Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

a. Siswa memperhatikan pembelajaran dengan seksama selama proses

KBM

Page 29: Latihan Tik (Seting Proposal)

b. Siswa tidak melakukan pekerjaan lain selama proses KBM

berlangsung

c. Siswa tidak terpengaruh dengan situasi di luar KBM

3) Interaksi siswa dengan guru

a. Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan guru

b. Siswa mengajukan pertanyaan yang dianggap belum jelas

c. Siswa meminta bimbingan kepada guru selama proses belajar

mengajar

4) Interaksi siswa dengan siswa

a. Siswa bertanya pada temannya yang lebih mampu

b. Siswa menjawab pertanyaan temannya

c. Siswa memperhatikan penjelasan temannya

5) Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru

b. Siswa mencatat penjelasan yang dianggap penting dari guru

c. Siswa merespon atas stimulus yang diberikan guru

6) Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bahasanya sendiri

b. Memperbaiki kesimpulan yang kurang sempurna

c. Melakukan tanya jawab dengan guru untuk menarik kesimpulan

terhadap materi yang dipelajari.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang harus betul-betul

dirancang dan dibuat sedemikian rupa oleh peneliti untuk menghasilkan data yang

empiris sebagaimana adanya.

Data-data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan beberapa

instrumen penelitian yaitu :

1. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru pada saat

Page 30: Latihan Tik (Seting Proposal)

proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berisikan beberapa

indikator berserta deskriptor yang perlu diobservasi tentang kegiatan guru dan

aktivitas siswa selama proses KBM di kelas.

Lembar observasi dalam penelitian ini diisi oleh guru kelas V SDN 5

Lembuak yang bertugas sebagai observer berdasarkan situasi dan kondisi yang

terjadi selama proses KBM di kelas berlangsung, yang berkaitan dengan kegiatan

guru dan aktivitas siswa. Adapun dalam mengisi lembar observasi tersebut,

observer memiliki pedoman penskoran yang telah ditetapkan oleh peneliti yang

bertugas sebagai guru atau pengajar.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Lembar observasi kegiatan guru dalam mengajar

2. Lembar observasi kegiatan siswa selama proses KBM berlangsung

2. Tes

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar

bagi penetapan skor angka.Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes

tertulis.Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawabannya dalam bentuk

tulisan yang digunakan sebagai tolak ukur bahwa siswa sudah memiliki

keterampilan menyimak.Tes terdiri dari dua macam tes yang pertama merupakan

tes yang dikerjakan secara individu berupa melengkapi Lembar Kerja

Siswa.Bentuk LKS yang digunakan adalah melengkapi cerita, apabila siswa

mampu melengkapi LKS dengan benar maka dinyatakan telah memiliki

keterampilan menyimak.Berikut LKS yang digunakan.

CUPAK GURANTANG

Alkisah padazaman dahulu hiduplah sepasang suami istri yang bernama

……………………. Suami istri ini memiliki dua orang anak angkat yang

bernama Raden Cupak dan Raden Gerantang. Raden Cupak dan Raden Gurantan

tumbuh dan besar bersama-sama.

Suatu ketika putri Raja diculik oleh Raksasa , kemudian sang Raja

mengadakan………………………. Raja berjanji, barang siapa yang berhasil

merebut putri kalau dia laki-laki maka akan dinikahkan dengan anaknya tapi kalau

dia perempuan maka akan dijadikan sebagai anak angkatnya.

Page 31: Latihan Tik (Seting Proposal)

Kabar saimbara itupun terdengar sampai di ………………………….

Merekapun sepakat untuk mengikuti saimbara tersebut. Dengan berbekal do’a dan

restu dari kedua orang tua, merekapun bergegas untuk mencari dan merebut sang

putri dari ………………….. Di tengah perjalanan banyak hal yang mereka lalui

bersama. Raden Cupak selama perjalanan hanya……………………………….

Sedangkan Raden Gurantang selalu berbuat segalanya untuk kebaikan kakaknya.

Setelah beberapa hari melakukan perjalanan merekapun tiba di

…………….. yang dianggap sebagai tempat persmbunyian Raksasa. Tanpa

berpiker panjang merekapun berteriak menentang Raksasa tersebut. Tetapi ketika

sang Raksasa muncul Raden Cupak ………………………….. Raden Gurantang

dengan kesaktian dan keberaniaannya berhasil mengalahkan Raksasa tersebut dan

merebut putri dari tangan Raksasa.

Ketika perjalanan kembali ke istana Raden Cupak mengatur siasat untuk

mengelabui adiknya dengan tujuan untuk…………………………..Raden

Gurantang diminta untuk mengambil air minum di tengah hutan, Raden

Gurantangpun menyetujui permintaan kakaknya. Sekembali dari mengambil air

Raden Gurantang tersesat di tengah hutan karna kakaknya telah mengubah tanda

jejak yang telah di buatnya.

Singkat cerita Raden Cupakpun membawa sang putri ke istana dan

mengaku…………………………………….. Raja pun memenuhi janjinya untuk

menikahi sang putri dengan Raden Cupak. Tetapi tidak disangka sangka pada saat

itu muncullah Raden Gurantang dan menjelaskan kejadian yang

ditimpanya.Akhirnya Raden Cupak ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara

sementara itu Raden Gurantang dinikahkan dengan putri Raja. Sebelum terjadi

pernikahan Raden Gurantang memiliki satu permintaan pada Raja

yaitu………………….. Rajapun menyetujuinya dan terjadilah pernikahan

tersebut.

.Sedangkan tes yang kedua berupa tes evaluasi berbentuk soal Esai yang

terdiri dari sepuluh butir soal.Tes ini diberikan kepada siswa untuk dikerjakan

secara individu setiap akhir pertemuan untuk setiap siklus. Bentuk soal tersebut

antara lain: 1. Judul yang tepat untuk cerita tersebut adalah………… 2. Sebutkan

tokoh-tokoh dalam cerita tersebut? 3. Bagaimanakah watak raden cupak dalam

cerita tersebut? 4. Siapakah tokoh utama dalam cerita tersebut? 5. Apakah janji

Raja pada peserta saimbara? 6. Bagaimana cara Raden Cupak untuk mengelabui

Page 32: Latihan Tik (Seting Proposal)

adiknya? 7. Siapakah nama orang tua angkat dari Raden Cupak dan Gurantang? 8.

Apakah permintaan Raden Gurantang sebelum menikah dengan Putri Raja? 9.

Sebutkan latar tempat pada cerita tersebut! 10. Amanat yang bisa diambil dari

cerita tersebut adalah……………

Pedoman penskoran untuk tes Esai

No. Soal Bobot

1 2

2 3

3 2

4 1

5 2

6 2

7 1

8 2

9 2

10 3

Jumlah skor maksimal 20

Skor prolehan =

skor tampakskor maksimal

x 100

H. Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, data yang ingin dikumpulkan

ada dua jenis yaitu :

1. Data kuantitatif berupa skor yang dihasilkan dari tes atau evaluasi yang

diberikan setiap akhir pembelajaran.

2. Data kualitatif berupa hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas belajar

siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung

a. Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila

memperoleh nilai ≥ 65 ( KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 2

Selat Lombok Barat ). Untuk menganalisis data ketuntasan belajar individu

digunakan rumus :

Page 33: Latihan Tik (Seting Proposal)

NA =

SASMi x 100%

Keterangan :

NA : Nilai Akhir

SA : Skor Aktual

SMi : Skor Maksimal Ideal

b. Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah

siswa memperoleh nilai ≥ 65.

Rumus ketuntasan belajar klasikal

KB =

PN x 100%

Keterangan :

KB = Ketuntasan Belajar

P = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

N = Banyaknya siswa yang mengikuti tes

(Nurkencana, 1986)

Dalam satu kelas dinyatakan tuntas belajarnya jika ≥ 85% siswa

memperoleh nilai ≥ 65 yang terlihat pada hasil evaluasi pada setiap siklus.

Tabel 3.1

Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) dapat dilihat pada tabel berikut :

No

.

KRITERIA KETUNTASAN

1 80 – 100 % Baik sekali

2 65 – 79 % Baik

3 50 – 64 % Cukup

4 0 – 49 % Kurang

c. Data Aktivitas Guru dan Siswa

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan guru berupa sekor,

selanjutnya akan dikonversi menurut Nurkencana (1990) dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menentukan skor aktivitas belajar yang diperoleh siswa dan guru.

Page 34: Latihan Tik (Seting Proposal)

Menentukan skor aktivitasbelajar siswa dan guru dilakukan secara

kelasikal tergantung banyaknya perilaku atau aktivitas yang dilakukan

siswa dan guru dari sejumlah deskriptor yang di amati.

Penskorannya mengikuti aturan sebagai berikut:

a) Skor 4 diberikan jika semua deskriptor tampak.

b) Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor tampak.

c) Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor tampak.

d) Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor tampak.

b. Menentukan Skor Maksimal Ideal ( SMI )

Banyaknya indicator = 6

Skor maksimal setiap indicator = 4

Skor setiap indicator = banyaknya descriptor yang tampak

Jadi skor maksimal ideal ( SMI ) = 6 x 4 = 24

Skor minimal seluruh indicator = 6 x 1 = 6

c. Menentukan Mi (Mean Ideal) dan SDi (Standar deviasi ideal) dengan

rumus sebagai berikut :

Mi =

12

x (skor tertinggi + skor terrendah)SDi =

13

x Mi

=

12

x (24+6 )=

13

x 15

= 15 = 5

d. Menentukan kriteria aktivitas siswa dan guru digunakan skor standar seperti

pada table berikut ini :

Tabel3.2

Pedoman Skor Standar Aktivitas Siswa

Interval Skor Kategori

X ≥ Mi + 1,5 Sdi X ≥ 22,5 Sangat aktif

Mi + 0,5 SDi ≤ X < Mi 1,5 SDi 17,5 ≤ X < 22,5 Aktif

Mi – 0,5 SDi ≤ X < + 0,5 SDi 12,5 ≤ X < 17,5 Cukup aktif

Mi – 1,5 SDi ≤ X <Mi – 0,5 SDi 7,5 ≤ X < 12,5 Kurang aktif

X < SMi – 1,5 Sdi X ≤ 7,5 Sangat kurang aktif

Page 35: Latihan Tik (Seting Proposal)

X = Aktifitas siswa dan guru

Mi = Mean Ideal

SDi = Standar deviasi ideal

SMi= Skor maksimum ideal

I. Indikator Ketercapaian

Untuk mengetahui tingkat keoptimalan pembelajaran, maka ditentukan criteria

keberhasilan sebagai berikut :

1. Aktifitas guru dan siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor minimal

17,5 ≤ X < 22,5 yang termasuk dalam kategori aktif.

2. Kelas dinyatakan tuntas apabila 85% siswa memperoleh hasil belajar ≥ 65

atau mencapi KKM.

J. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

JURNAL LAPANGANPENELITIAN TINDAKAN KELAS

SIKLUS I

No Tanggal Waktu Kegiatan Komentar Observer

1. 07.30-09.15 Proses KBM Siwa gemar menonton filem

sinetron remaja yang belum sesuai

dengan tingkat perkembangan

emosionalnya.

Banyak siswa yang merasa tertarik

melihat penggunaan media

wayang.

Guru terlalu asik bercerita tanpa

memperhatikan siswa.

Siswa merasa suka diceritakan

menggunakan media wayang,

terlihat dengan banyaknya siswa

yang tertawa pada adegan-adegan

Page 36: Latihan Tik (Seting Proposal)

2. 07.30-08.40 Proses KBM

tertentu.

Intonasi guru dalam bercerita

dirasakan masih kurang sehingga

siswa kurang bisa membedakan

masing-masing tokoh.

Siswa kurang aktif terlihat pada

kurang antusianya siswa dalam

menjawab dan mengajukan

pertanyaan.

Siwa yang bertanya maupun

menjawab hanya siswa yang

dominan saja.

Pemberian penghargaan atau

riwot dapat memberikan motipasi

pada siswa yang kurang aktif.

JURNAL LAPANGAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

SIKLUS II

No Tanggal Waktu Kegiatan Komentar Observer

1. 07.30-09.15 Proses KBM Siswa mulai terlihat aktif dengan

meningkatnya jumlah siswa untuk

menjawab dan melengkapi

jawaban temannya.

Guru mampu menguasai kelas

terlihat dengan hanya 1 siswa yang

masih melakukan kegiatan yang

tidak ada hubungannya dengan

Page 37: Latihan Tik (Seting Proposal)

2. 07.30-08.40 Proses KBM

proses KBM.

Dengan menambahkan alat seperti

kaleng bekas, sendok makan dan

mangkuk makanan untuk

bercerita menggunakn media

wayang membuat siswa semakin

antusias.

Siswa terlihat aktif dalam

membuat kesimpulan.

Siklus II dikatakan berhasil, jika

dilihat dari kegiatan guru dalam

menyampaikan materi ataupun

partisipasi siwa dalam mengikuti

proses KBM.

Page 38: Latihan Tik (Seting Proposal)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grapindo Persada: Jakarta

Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas . CV Yrama Widia: Bandung

Depdiknas. 2006. Standar Kopetensi Dan Kopetensi Dasar SD/MI. BSNP

Depdiknas: Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta :

Jakarta

Herawati, Lili. 2010. Peningkatan keterampilan menyimakcerita rakyat malalui

penggunaan tayangan kaset VCD pada kelas 3 SDN 1 Sesela tahun

ajaran 2009/2010. Universitas Mataram

Muliati. 2010. Upaya meningkatan keterampilan menyimak cerita dengan media

boneka pada siswa kelas II SDN 4 Selong Lombok Timur tahun ajaran

2010/2011. Universitas Mataram

Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. PT Rineka

Cipta: Jakarta.

Nurkancana, Wayan. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Usaha Nasional : Surabaya.

Nurlaili. 2006. Peningkatan keterampilan menyimak teks berita pada siswa kelas 2

SMP Muhammadiyah Mataram dengan media kaset tahun ajaran

2006/2007. Umiversitas Mataram

Priyadi, Slamet. http://organisasi.org/mengenal-wayang-pengertian-definisi-jenis-

macam-wayang/ 09/11/2011

Rohaeti, Siti dkk. 2006. Penanaman Akhlak Dengan Cerita. Globalindo.

Bandung.

Page 39: Latihan Tik (Seting Proposal)

Supardi. 2001. Media Pembelajaran. Kurnia Alam Semesta: Jakarta

Supriyadi.1994. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 4. Universitas

Terbuka, Depdikbud: Jakarta.

S, Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan . Rineka Cipta : Jakarta.

Tarigan, Djago. 1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I. Universitas

Terbuka, Depdikbud : Jakarta.

Wiraguna, Agus. 2010. Penerapan Strategi Ekspositori (SE) Untuk Meningkatkan

Kemampuan Menyimak Mata Pelajaran Bahasa Indonesisa Pada Siswa

Kelas V (Lima) SDN 16 Mataram Tahun Pelajaran 2009/2010.

Universitas Mataram