latihan fisik dan diabetes melitus tipe 2.doc

5
LATIHAN FISIK DAN DIABETES MELITUS TIPE 2 Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Pada tahun 2003 WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%. Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia, diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina. American Diabetes Association (ADA) 2010 merekomendasikan salah satu dari empat kriteria berikut untuk mendiagnosis diabetes mellitus : 1) HbA1C ≥ 6.5%, 2) glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L), 3) 2 jam glukosa plasma ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama TTGO dengan asupan glukosa sebanding dengan 75 glukosa, 4) Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia (poliuri, polidipsi, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas) atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Diabetes mellitus dibagi menjadi 4 tipe, yaitu : tipe 1 (5-10%), tipe 2 (90-95%), tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional. Adapun etiologi dari diabetes mellitus tipe 2 bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, kebutaan, penyakit ginjal dan saraf, dan amputasi. Meskipun latihan fisik yang teratur dapat mencegah atau memperlambat komplikasi diabetes, namun sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidaklah aktif. Di Amerika hanya 39% penderita diabetes mellitus usia dewasa yang aktif di antara 58 % penderita diabetes usia dewasa.

Upload: julia-windi

Post on 05-Aug-2015

140 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LATIHAN FISIK DAN DIABETES MELITUS TIPE 2.doc

LATIHAN FISIK DAN DIABETES MELITUS TIPE 2

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Pada tahun 2003 WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%.Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia, diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina.

American Diabetes Association (ADA) 2010 merekomendasikan salah satu dari empat kriteria berikut untuk mendiagnosis diabetes mellitus : 1) HbA1C ≥ 6.5%, 2) glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L), 3) 2 jam glukosa plasma ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama TTGO dengan asupan glukosa sebanding dengan 75 glukosa, 4) Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia (poliuri, polidipsi, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas) atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).

Diabetes mellitus dibagi menjadi 4 tipe, yaitu : tipe 1 (5-10%), tipe 2 (90-95%), tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional. Adapun etiologi dari diabetes mellitus tipe 2 bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, kebutaan, penyakit ginjal dan saraf, dan amputasi. Meskipun latihan fisik yang teratur dapat mencegah atau memperlambat komplikasi diabetes, namun sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidaklah aktif. Di Amerika hanya 39% penderita diabetes mellitus usia dewasa yang aktif di antara 58 % penderita diabetes usia dewasa.

Skema di atas menunjukkan efek latihan yang teratur pada penderita diabetes mellitus Tipe 2. Efek yang dimaksud antara lain: a) menurunkan kadar glukosa darah, b) menurunkan kadar lemak darah, c)

Page 2: LATIHAN FISIK DAN DIABETES MELITUS TIPE 2.doc

sebagai anti-oksidan, d) sebagai anti-inflamasi, e) meningkatkan aksi insulin dan kontrol glukosa darah sehingga dapat mencegah atau menghambat komplikasi diabetes mellitus.

Latihan fisik untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 secara garis besar dapat dibagi menjadi 3, yaitu latihan aerobik, latihan resistensi, dan latihan fleksibilitas.

LATIHAN AEROBIK

Frekuensi latihan aerobik dapat dilakukan minimal 3x seminggu, dengan latihan 2 hari berturut-turut hanya 1x karena perubahan singkat insulin setelah latihan aerobik. Efek dari satu kali latihan aerobik terhadap kerja insulin bervariasi tergantung dari durasi, intensitas, dan diet; satu kali latihan aerobik dapat meningkatkan aksi insulin dan toleransi glukosa selama lebih dari 24 jam tetapi tidak lebih dari 72 jam. Efek dari latihan aerobik sedang adalah sama, baik yang diberikan satu kali atau berkali-kali dengan durasi yang sama.

Intensitas latihan aerobik yang dilakukan setidaknya adalah intensitas sedang, yaitu kira-kira 40-60% dari VO2max (kapasitas aerobik maksimal). Untuk sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2, jalan cepat adalah jenis latihan aerobik intensitas sedang yang paling mudah dilakukan. Keuntungan lain bisa didapatkan dengan melakukan latihan aerobik dengan intensitas berat (>60% dari VO2max).

American College of Sport Medicine / American Heart Association merekomendasikan durasi latihan aerobik sedang selama 150 menit (30 menit, 5 hari/minggu) atau 60 menit latihan fisik berat (20 menit dalam 3 hari) untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 usia dewasa. Sedangkan US Federal menyarankan 150 menit latihan aerobik sedang atau 75 menit latihan berat, atau kombinasi keduanya secara ekuivalen, dibagi rata di masing-masing minggu.

Bentuk latihan aerobik yang menggunakan kelompok otot besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung terkontrol dapat dipakai sebagai salah satu bentuk terapi untuk penderita diabetes mellitus tipe 2. Adapun bentuk latihan aerobik yang dimaksud antara lain jalan kaki, jogging, bersepeda santai, serta berenang.

Belum ada penelitian mengenai progresivitas dari jumlah atau volume latihan, namun untuk meminimalisasi resiko terjadinya injuri, disarankan untuk meningkatkan intensitas atau volume latihan secara bertahap, terutama bila terdapat komplikasi penyakit diabetes mellitus pada pasien yang bersangkutan.

LATIHAN RESISTENSI

Latihan resistensi ini sebaiknya dilakukan setidaknya 2x seminggu dan tidak dalam hari yang berturutan. Namun akan lebih ideal bila latihan ini dilakukan 3x seminggu, sebagai bagian dari program latihan fisik

Page 3: LATIHAN FISIK DAN DIABETES MELITUS TIPE 2.doc

individu dengan diabetes mellitus tipe 2, bersamaan dengan aktivitas aerobik yang reguler.

Latihan yang dilakukan sebaiknya memiliki intensitas sedang (50% dari 1-Repetisi Maksimal) atau berat (75-80% dari1-RM) untuk mencapai tujuan optimal pada aksi dan kekuatan insulin.

Tiap sesi latihan minimal terdiri dari 5-10 jenis latihan yang melibatkan kelompok otot mayor (tubuh bagian atas, tubuh bagian bawah, dan inti) dan 10-15 repetisi hingga hampir kelelahan (fatigue) per set pada awal latihan, kemudian ditingkatkan sejalan dengan waktu hingga berat beban/resistensi tertentu yang hanya dapat diangkat selama 8-10 menit.

Mesin resistensi dan beban bebas (dumbel dan barbel) dapat menghasilkan massa dan kekuatan otot target yang hamper ekuivalen. Beban/resistensi yang berat mungkin diperlukan untuk optimalisasi aksi insulin dan kontrol glukosa darah. Progresivitas intensitas, frekuensi, dan durasi sesi latihan harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari terjadinya injuri.

Kombinasi latihan aerobik dan resistensi lebih disarankan untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 karena memiliki efek terhadap kontrol glukosa darah yang lebih besar daripada hanya latihan aerobik atau resistensi saja. Selain itu, penderita diabetes mellitus tipe 2 juga disarankan untuk menghindari kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan, seperti misalnya menonton TV, menggunakan internet, main game komputer, dan harus meningkatkan kebiasaan bergaya hidup sehat, seperti berjalan kaki ke pasar (tidak menggunakan mobil), menggunakan tangga (tidak menggunakan lift), menemui rekan kerja (tidak hanya melalui telepon), dan jalan dari tempat parkir.

LATIHAN FLEKSIBILITAS

Latihan fleksibilitas dapat dimasukkan dalam program latihan fisik untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 tetapi tidak dapat digunakan sebagai pengganti jenis latihan lainnya (aerobik dan resistensi). Penderita diabetes mellitus dewasa tua disarankan mengambil jenis latihan ini untuk mempertahankan atau meningkatkan keseimbangan, terutama bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi terjatuh.

Meskipun latihan fleksibilitas (stretching) sering direkomendasikan sebagai sarana untuk meningkatkan Range of Motion (ROM) dan mengurangi resiko terjadinya injuri, namun penelitian terakhir membuktikan bahwa latihan fleksibilitas tidak dapat meningkatkan ROM. Namun demikian, latihan fleksibilitas yang dikombinasi dengan latihan resistensi dapat meningkatkan ROM pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dan membuat individu lebih mudah melakukan aktivitas yang membutuhkan ROM yang lebih besar.

KESIMPULAN

Page 4: LATIHAN FISIK DAN DIABETES MELITUS TIPE 2.doc

Latihan fisik memainkan peranan penting pada pencegahan dan kontrol resistensi insulin, prediabetes, diabetes mellitus tipe 2, dan diabetes dengan komplikasi. Baik latihan aerobik maupun latihan resistensi dapat meningkatkan aksi insulin secara akut dan dapat meningkatkan kontrol terhadap level glukosa darah, lemak, tekanan darah, resiko kardiovaskuler, mortalitas, dan peningkatan kualitas hidup, namun latihan tersebut harus dilakukan secara teratur agar mencapai efek yang optimal.

-Julia Windi G.- dari berbagai

sumber