latar belakang pendahuluan

6
BAB I PENDAHULUAN Manusia bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara yang tercemar, tetapi juga mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya berasal dari sayuran dan buah-buahan yang ditanam di area tercemar atau mengkonsumsi daging dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Ali, 2012). 1 Banyak kasus keracunan dan pencemaran lingkungan yang sulit terungkap, yang disebabkan karena seringkali data yang diperlukan tidak cukup untuk dapat membuktikan penyebabnya, seperti kasus Buyat, kasus keracunan di Magelang, kasus kematian aktivis HAM Munir, dan kasus keracunan makanan yang seringkali terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kurangnya pemahaman mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan mengenai kasus keracunan dan pencemaran lingkungan menjadikan strategi pengumpulan data-data yang diperlukan seringkali tidak tepat. 2 Dalam ilmu kedokteran kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu penyebab kematian yang 1 Ali. 2002 2 Rer. Nat. Budiawan, Peran Toksikologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan dan Pencemaran Lingkungan, Indonesian Journl of Legal and Forensic Science, 2008, 1(1):35-9 1

Upload: muhammad-fauzi

Post on 17-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kaka

TRANSCRIPT

4

BAB IPENDAHULUANManusia bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara yang tercemar, tetapi juga mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya berasal dari sayuran dan buah-buahan yang ditanam di area tercemar atau mengkonsumsi daging dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Ali, 2012). Banyak kasus keracunan dan pencemaran lingkungan yang sulit terungkap, yang disebabkan karena seringkali data yang diperlukan tidak cukup untuk dapat membuktikan penyebabnya, seperti kasus Buyat, kasus keracunan di Magelang, kasus kematian aktivis HAM Munir, dan kasus keracunan makanan yang seringkali terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kurangnya pemahaman mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan mengenai kasus keracunan dan pencemaran lingkungan menjadikan strategi pengumpulan data-data yang diperlukan seringkali tidak tepat.

Dalam ilmu kedokteran kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu penyebab kematian yang cukup banyak sehingga keberadaannya tidak dapat diabaikan. Jumlah maupun jenis reaksi pun semakin bertambah, apalagi dengan makin banyaknya macam-macam zat pembasmihama. Selain karena faktor murni kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat disalahgunakan untuk tindakan-tindakan kriminal. Walaupun tindakan meracuni seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tapi baik di dalam kitab Undang-UndangHukum Pidana maupun di dalam Hukum Acara Pidana (RIB) tidak dijelaskan batasan dari keracunan tersebut, sehingga banyak dipakai batasan-batasan racun menurut beberapa ahli, untuk tindakan kriminal ini, adanya racun harus dibuktikan demi tegaknya hukum

Dalam upaya mendapatkan suatu kesimpulan mengenai kasus keracunan, diperlukan pemahaman mengenai ilmu Toksikologi. Toksikologi (berasal dari kata Yunani, toxicos dan logos) merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap organisme/ makhluk hidup. Dalam toksikologi, dipelajari mengenai gejala, mekanisme, dan cara detoksifikasi serta deteksi keracunan pada sistem biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat bermanfaat untuk memprediksi atau mengkaji akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat terhadap manusia dan lingkungannya.

Toksikologi forensik adalah penerapan toksikologi untuk membantu investigasi medikolegal dalam kasus kematian, keracunan maupun penggunaan obat-obatan. Dalam hal ini, toksikologi mencakup pula disiplin ilmu lain seperti kimia analitik, farmakologi, biokimia dan kimia kedokteran. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi forensik bukanlah keluaran aspek hukum dari investigasi secara toksikologi, namun mengenai teknologi dan teknik dalam memperoleh serta menginterpretasi hasil seperti: pemahaman perilaku zat, sumber penyebab keracunan/ pencemaran, metode pengambilan sampel dan metode analisa, interpretasi data terkait dengan gejala/efek atau dampak yang timbul serta bukti-bukti lainnya yang tersedia.Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun top-20 B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara. Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam, tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).

Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik), valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik. Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen yang paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsen trioksida (As2O3). Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuhTerdapat 20 negara di dunia yang air tanahnya terkontaminasi arsenik. Tetapi, 4 kasus terbesar kasus kontaminasi arsenik ini terjadi di Asia, yaitu di Bangladesh, West Bengal-India, Inner Mongolia, China dan Taiwan. Roger Smith, Profesor Emeritus farmakologi dan toksikologi, Sekolah Medis Dartmouth, menyatakan kontaminasi arsenik alami dalam air merupakan problem di sumur yang terdapat di Bangladesh. Peracunan sumur di Bangladesh merupakan problem yang rumit; jutaan orang mengambil air minum dari sumur yang dibor melalui lapisan batu yang mengandung arsenik. Peracunan kronik, level rendah seperti di Banglades menyebabkan korbannya menderita kanker, kulit melepuh, dan lain-lain. World Bank dalam laporannya menyatakan bahwa 43 ribu desa dari 68 ribu desa di Banglades beresiko terkontaminasi oleh arsenic. Lebih lanjut WHO memprediksi bahwa kematian 1 di antara 10 penduduk di bagian selatan Banglades di sebabkan oleh kanker yang diakibatkan akumulasi arsenic di dalam tubuh penduduk. Problem kontaminasi air bawah tanah di Bengal barat, India telah di ketahui sejak tahun 1993, dan masalah ini semakin parah dari hari ke hari. Berdasarkan tingkat bahaya yang sudah dijabarkan di atas, penting untuk dipahami darimana sumber terbentuknya, jenis industri apa saja yang menghasilkan limbah mengandung arsen dan kadmium, bagaimana proses terpaparnya ke lingkungan, apa saja dampak yang akan ditimbulkan serta bagaimana upaya untuk mengatasinya. Karena alasan tersebut referat ini dibuat untuk menjadi informasi tentang pengetahuan umum arsenic kepada masyarakat.

Ali. 2002

Rer. Nat. Budiawan, Peran Toksikologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan dan Pencemaran Lingkungan, Indonesian Journl of Legal and Forensic Science, 2008, 1(1):35-9

Ibid., h. 1.

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press.

1