latar belakang

11
PENGARUH SELF EFFICACY DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU MENYONTEK BAB I Diajukan untuk memenuhi Tugas Metodologi Penelitian Oleh Sarti Hafsyah Siregar 1502402 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: erika-feronika-simanungkalit

Post on 05-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

introduction

TRANSCRIPT

Page 1: latar belakang

PENGARUH SELF EFFICACY DAN LOCUS OF CONTROL

TERHADAP PERILAKU MENYONTEK

BAB I

Diajukan untuk memenuhi Tugas Metodologi Penelitian

Oleh

Sarti Hafsyah Siregar

1502402

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

Page 2: latar belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang terus berupaya dalam

meningkatkan kualitas moral sumber daya manusia melalui pendidikan. Sekolah adalah

lembaga pendidikan formal yang bertugas dalam meningkatkan kualitas moral sumber

daya manusia tersebut. Setiap sekolah memiliki aturan dan tata tertib masing-masing

salah satunya yaitu bahwa setiap siswa dilarang menyontek. Akan tetapi, pada

kenyataannya sangat sulit menegakkan aturan ini. Pemberian sanksi yang tidak tegas

menjadi penyebab masih adanya perilaku menyontek di sekolah sampai saat ini (Davis,

Grover,Becker&Gregor, 1992).

Menyontek merupakan permasalahan moral yang terjadi dilingkungan

pendidikan yang sering menyertai aktivitas pembelajaran (Hendra, 2012:1).

Kecendrungan menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering

dilakukan oleh pelajar dalam aktivitas pembelajaran terutama ketika ulangan ataupun

ujian. Anderman, Griesinger, Westerfield (1998) mengemukakan bahwa fakta

menunjukkan menyontek adalah kebiasaan yang sering terjadi pada pelajar. Tidak bisa

dipungkiri bahwa kebiasaan menyontek sudah membudaya di sekolah. Jika kebiasaan

ini terus dibiarkan, maka dunia pendidikan tidak akan maju malah akan menciptakan

manusia yang tidak jujur dan cenderung mencari jalan pintas untuk mencapai apa yang

diinginkan. Pincus & Schemelkin (2003), perilaku menyontek merupakan suatu

tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan

adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara tidak sah

seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik.

Bower (1961) mengatakan bahwa menyontek sebagai perbuatan yang

menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan sah/terhormat yaitu mendapatkan

keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Etter, Cramer&Finn

(2006) menyatakan bahwa siswa melihat perilaku menyontek sebagai suatu cara yang

layak dilakukan untuk mencapai kesuksesan. Kecurangan akademik muncul sebagai

interaksi berbagai faktor, baik yang bersifat internal (ada di dalam diri pelaku) maupun

yang bersifat eksternal (berasal dari lingkungan). Menurut Baird (Bjorklund dan

Page 3: latar belakang

Wenestam, 1999:6) faktor internal mencakup kemalasan, kurangnya kesadaran

pekerjaan sesama siswa, kualitas rendah, pengalaman kegagalan sebelumnya dan

harapan sukses yang pasti. Faktor eksternal meliputi urutan tempat duduk, ujian yang

penting, tingkat kesulitan tes, tes yang tidak adil, penjadwalan dan pengawasan. Faktor

orang tua juga mempengaruhi siswa dalam menyontek, karena terkadang orang tua

menuntut anak untuk memperoleh nilai yang tinggi tanpa memikirkan kemampuan anak

sehingga menyebabkan anak tertekan dan takut sehingga ia menyontek untuk

mendapatkan nilai yang baik.

Menurut Irawati (2008) keleluasaan peserta didik untuk menyontek dengan cara

berlomba menempati tempat duduk tertentu, menggunakan peluang ketika pengawas

lengah, membuat catatan-catatan di kertas kecil berisi salinan pelajaran, rumus ditangan,

dapat pula dengan mencuri jawaban teman serta bekerja sama dengan teman dengan

cara membuat kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-kode tertentu merupakan

bentuk kecurangan yang sering terjadi saat pelaksanaan ujian.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah perbuatan

yang sengaja dilakukan dengan menggunakan cara-cara curang dan tidak jujur untuk

memperoleh keberhasilan dalam akademis.

Ditingkat internasional hal ini terungkap dari hasil survei yang dilakukan oleh

Josephson Institute of ethics di Amerika pada tahun 2006 (Strom, 2007) dengan

responden 36.000 siswa SMP, yakni menemukan 60% siswa pernah menerima dan

mengakui mencontek pada saat ujian dan pengerjaan tugas, dan terjadi peningkatan

sebesar 10% dalam kurun waktu 20 tahun, yakni 95% diantaranya mengaku bahwa

tidak pernah ketahuan ketika menyontek.

Salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku menyontek adalah

keyakinan dalam diri siswa akan kemampuannya sendiri yang dikenal dengan istilah

self efficacy. Beberapa mahasiswa bertindak curang karena mereka sangat fokus pada

hasil ekstrinsik seperti peringkat, disisi lain mereka bertindak curang karena

mementingkan mempertahankan image untuk mereka sendiri atau untuk peers, serta

mereka bertindak curang karena mereka kurang menggunakan self-efficacy dalam tugas

yang rumit (Anderman dan Murdock, 2007:2).

Page 4: latar belakang

Bandura (1997:3), mendefinisikan self efficacy sebagai kepercayaan pada

kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan

dalam rangka pencapaian hasil usaha. Menurut Schunk (2010:202) self efficacy

merupakan keyakinan tentang apa yang mampu dilakukan oleh seseorang. Seorang

siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mampu menampilkan kemampuan

terbaiknya dalam menghadapi ujian dengan mempersiapkan diri sebelumnya.

Sedangkan siswa yang memiliki self efficacy yang rendah akan menunjukkan sikap

cemas dan tidak tenang saat akan menghadapi ujian karena ia tidak yakin dengan

kemampuan yang ia memiliki dalam menyelesaikan ujian dan akhirnya memutuskan

untuk menyontek. Konstruk psikologi seperti self efficacy memiliki hubungan yang kuat

dengan perilaku menyontek (Marsden & Neill, 2005).

Selain self efficacy, faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku

menyontek adalah locus of control. Rotter (Intan Sari, 2013) menjelaskan bahwa locus

of control merupakan konsep kepribadian yang berkenaan dengan cara pandang

seseorang mengenai penyebab suatu kejadian (kesuksesan dan kegagalan), dengan kata

lain, apa yang berkenaan dengan daya pengendali di dalam diri seseorang, apakah daya

kendali internal atau external.

Kreitner & Kinichi (2005) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of

control internal dianggap berasal dari katifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus

of control external menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari

keadaan sekitarnya.

Crider (Leni Murni, 2011) mengungkapkan karakteristik individu yang memiliki

kecendrungan locus of control external adalah individu kurang memiliki inisiatif,

mempunyai harapan bahwa sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan, kurang suka

berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol dirinya, serta

kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah. Bila dikaitkan dengan perilaku

menyontek, dapat dikemukakan bahwa perilaku menyontek berkaitan dengan locus of

control external. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa locus of control

merupakan sikap yang menentukan bagaimana seorang individu melihat hal-hal yang

mempengaruhi kehidupannya.

Page 5: latar belakang

Hasil penelitain Muslifah (2008), menunjukkan siswa yang memiliki

kecenderungan locus of control external lebih cendrung melakukan tindakan menyontek

dari pada siswa yang memiliki kecenderungan locus of control internal. Sementara itu,

penelitian Anderman & Murdock (2006) mengungkapkan locus of control merupakan

salah satu penyebab siswa melakukan perilaku menyontek.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa perilaku menyontek merupakan suatu

permasalahan yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itulah penelitian ini diadakan

untuk mengukur seberapa besar pengaruh self efficacy dan locus of control terhadap

perilaku menyontek.

Page 6: latar belakang

DAFTAR PUSTAKA

Anderman, E. M., Griesinger, T., & Westerfield, G. 1998. Motivation and Cheating

During Early Adolescence. Journal of Educational Psychology. Vol 90. No. 1.

84 – 93

Anderman E. M. dan Murdock T. B. 2006. Psychology of Academic Cheating.New

York: Academic Press.

Bandura, A. 1997. Self Efficacy, The Exercise Control. New York : Stanford University.

Bjorklund, M. dan Wenestam, C. G. 1999. Academic Cheating: frequency, methods,

and causes.

Etter, S., Cramer, J.J., & Finn, S. 2006. Origins of academic dishonesty: ethical

orientations and persionality factor associated with attitudes about cheating with

information technology. Journal of Research on Technology in Education; 3992,

133-155.

H.L. Petri. 1980. Motivation; Theory and Research, California: Wadsworth Publishing,

Co.

Irawati, I. 2008. Budaya Menyontek di Kalangan Pelajar. Vol 30 Juni 2008. Tersedia

dalam www.kabarindonesia.com

Krietner dan Kinichi. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

L.P. Pincus, & Schemelkin, Faculty perception of academic dishonesty: A

multidimensional scaling analysis, Journal of Higher Education, 74, 2003, h.

196-203

Leni Murni. 2011. Hubungan Self Esteem dan Locus of control dengan hasil belajar

siswa. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.

Marsden, H., Carrol, M., dan Neill, J. T. (2005). Who Cheats at University? A Self-

report of Dishonest Academic Behaviours in A Sample Of Australian University

Students. Australian Journal Of Psychology, vol.57, no. 1, May 2005, 1-10.

Australia: The Australian Psychological Society Ltd.

Muslifah. 2008. Perilaku Mencontek Siswa Ditinjau dari Kecenderungan Locus Of

Control. Talenta Psikologi, vol. 1, no 2, Agustus 2012, 137-150.

R. A. Baron, D. Byrne & B.H. Kantowitz. 1980. Psychology Understanding Behavior,

Japan: Holtz, Rinehart and Winston.

Page 7: latar belakang

S.F. Davis, C.A. Grover, A.H. Becker & L.N. McGregor, Academic dishonesty:

Prevalence, de-terminants, techniques, and punishment, Teaching of

Psychology, 19, 1992, h. 16-20; M.J. Cle-ment, Academic dishonesty: To be or

not to be? Journal of Criminal Justice Education, 12, 2001, h. 253-270; Pino &

Smith, op.cit. ; Levy & Rakovski, op. cit. ; M. Vandehey, G.M. Diekhoff, &

E.E. Labeff, College cheating: A twenty-years follow up and the addition of an

honor code, Journal of college Students Development, 8, 2007; Teodorescu &

Andrei, op. cit

Sari, Intan. 2013. Locus Of Control Dan Perilaku Menyontek Serta Implikasinya

Terhadap Bimbingan Dan Konseling (Studi Pada Siswa Sekolah Menengah Atas

Padang Ganting). Jurnal Ilmiah Konseling,2 (1), hal 267-272. Diterima dari

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

Schunk, D. H. 2010. Teori-teori Pembelajaran:Perspektif Pendidikan edisi keenam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Strom, Paris S; Strom, Robert D. Winter. 2007. Cheating in Middle School and High

School. The Educational Forum; Winter; ProQuest Education Journals.

W.J. Bower, 1961. Student dishonesty and its control in college. New York: Bureau of

Applied Social Research, Columbia University