latar belakang

3
1.1. Infeksi Luka Operasi (ILO) Meskipun teknik pembedahan pada dewasa ini sudah semakin maju serta pemberian antibiotika preventif, namun ILO tetap merupakan suatu penyebab morbiditas dan faktor yang memperlama masa rawat inap dan tingginya biaya bagi pasien pasca operasi. Di Amerika Serikat, insidensi luka infeksi setelah pembedahan secara keseluruhan diperkirakan sebesar 7,5%, dan angka tersebut menimbulkan peningkatan biaya perawatan sebesar 10 juta dolar setiap tahun. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan. 1.2. Phlebitis Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan mulai bulan April 2003 sampai dengan Februari 2004 pada suatu rumah sakit di Semman Iran, didapatkan hasil, komplikasi pemberian infus berupa phlebitis sebesar 26%. Menurut Depkes RI Tahun 2006, jumlah kejadian infeksi nosokomial berupa phlebitis di Indonesia sebanyak 17,11%. Di salah satu RSU di Jakarta pada tahun 2001, ditemukan angka kejadian phlebitis sebesar 10,1%. Berdasarkan laporan dari The Antimicrobial Resistance in Indonesia Prevalence and Preventing yang melakukan penelitian di RS Dr. Kariadi, mencatat bahwa dari 60% pasien yang dirawat menerima prosedur infasif, didapat angka kejadian phlebitis hampir 4%. Hal tersebut menjadi perhatian khusus jika merujuk pada Kepmenkes No. 228/ 2002 tentang penyusunan Standar Pelayanan

Upload: vhe-raa-chilalahi

Post on 21-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

latar

TRANSCRIPT

Page 1: Latar Belakang

1.1. Infeksi Luka Operasi (ILO)

Meskipun teknik  pembedahan pada dewasa ini sudah semakin maju serta pemberian

antibiotika preventif, namun ILO tetap merupakan suatu penyebab morbiditas dan

faktor yang memperlama masa rawat inap dan tingginya biaya bagi pasien pasca operasi.

Di Amerika Serikat, insidensi luka infeksi setelah pembedahan secara keseluruhan

diperkirakan sebesar 7,5%, dan angka tersebut menimbulkan peningkatan biaya perawatan

sebesar 10 juta dolar setiap tahun. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka

kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan

prosedur  pembedahan.

1.2. Phlebitis

Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan mulai bulan April 2003 sampai

dengan Februari 2004 pada suatu rumah sakit di Semman Iran, didapatkan hasil, komplikasi

pemberian infus berupa phlebitis sebesar 26%. Menurut Depkes RI Tahun 2006, jumlah

kejadian infeksi nosokomial berupa phlebitis di Indonesia sebanyak 17,11%. Di salah satu

RSU di Jakarta pada tahun 2001, ditemukan angka kejadian phlebitis sebesar 10,1%.

Berdasarkan laporan dari The Antimicrobial Resistance in Indonesia Prevalence and

Preventing yang melakukan penelitian di RS Dr. Kariadi, mencatat bahwa dari 60% pasien

yang dirawat menerima prosedur infasif, didapat angka kejadian phlebitis hampir 4%. Hal

tersebut menjadi perhatian khusus jika merujuk pada Kepmenkes No. 228/ 2002 tentang

penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada indikator pelayanan rawat inap,

dimana angka kejadian phlebitis harus kurang dari 2%.

1.3. Dekubitus

Prevelensi terjadinya dekubitus di Amerika Serikat tergolong masih cukup tinggi

sehingga perlu mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Hasil penelitian di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit menderita

dekubitus sebanyak 3-10% dan 2,7% berpeluang terbentuk dekubitus baru. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan

bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan akut (acute care), 15-25% di tatanan perawatan

jangka panjang (longterm care), dan 7-12% di tatanan perawatan rumah (homecare).

Dari penelitian yang dilakukan, angka kejadian dekubitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito

Yogyakarta pada bulan Oktober 2001 dari 40 pasien yang mengalami tirah baring, didapatkan

40% pasien menderita dekubitus. Penelitian lain juga menunjukkan angka kejadian dekubitus

Page 2: Latar Belakang

pada pasien tirah baring yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta bulan Oktober

2002 sebanyak 38,18%. Dari kedua hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa angka

kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di rumah sakit cukup tinggi.

Dekubitus mengakibatkan peningkatan biaya perawatan dan lama perawatan di rumah

sakit, juga akan memperlambat program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) bagi pasien.

Perawat memiliki tanggung jawab utama dalam mencegah kejadian dekubitus sehingga perlu

menerapkan pengetahuan terbaik yang dimilikinya untuk mencegah berkembangnya kejadian

dekubitus. Selain perawat, keluarga pasien juga dapat dilibatkan dalam pencegahan dekubitus

yang terkait dengan kelembaban kulit.