latar belakang

15
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Masa pubertas merupakan masa dimana terjadi perubahan- perubahan besar pada seluruh tubuh wanita. Kejadian terpenting dalam pubertas pada umur 12-16 tahun ialah timbulnya haid yang pertama kali. Masa pubertas wanita mulai mengalami menstruasi yang dapat diartikan sebagai perdarahan vagina berkala akibat lepasnya lapisan endometrium uterus. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisilogis yang datangnya teratur setiap bulan. Timbulnya perdarahan tersebut akibat perubahan hormonal yaitu esterogen dan progesteron. Kenyataanya banyak wanita yang mengalami gangguan pada menstruasinya, diantaranya adalah nyeri haid atau sering disebut dismenorea. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat menstruasi. Dismenore diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri yang muncul dengan anatomi pelvis normal. Sedangkan dismenore sekunder terjadi akibat proses patologis, seperti endometriosis, adenomiosis, penyakit radang panggul, stenosis servikal, mioma atau polip uteri. Menurut Widjanarko (2006) gejala yang dirasakan adalah nyeri panggul atau perut bagian bawah (umumnya berlangsung 8–72 jam), yang menjalar kepunggung dan sepanjang paha, terjadi sebelum dan

Upload: rini-oktaviani-handayani

Post on 11-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

scd

TRANSCRIPT

Page 1: latar belakang

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Masa pubertas merupakan masa dimana terjadi perubahan-perubahan besar pada seluruh

tubuh wanita. Kejadian terpenting dalam pubertas pada umur 12-16 tahun ialah timbulnya haid

yang pertama kali. Masa pubertas wanita mulai mengalami menstruasi yang dapat diartikan

sebagai perdarahan vagina berkala akibat lepasnya lapisan endometrium uterus. Menstruasi pada

wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisilogis yang datangnya teratur setiap bulan.

Timbulnya perdarahan tersebut akibat perubahan hormonal yaitu esterogen dan progesteron.

Kenyataanya banyak wanita yang mengalami gangguan pada menstruasinya, diantaranya adalah

nyeri haid atau sering disebut dismenorea. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat

menstruasi. Dismenore diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder.

Dismenore primer adalah nyeri yang muncul dengan anatomi pelvis normal. Sedangkan

dismenore sekunder terjadi akibat proses patologis, seperti endometriosis, adenomiosis, penyakit

radang panggul, stenosis servikal, mioma atau polip uteri.

Menurut Widjanarko (2006) gejala yang dirasakan adalah nyeri panggul atau perut

bagian bawah (umumnya berlangsung 8–72 jam), yang menjalar kepunggung dan sepanjang

paha, terjadi sebelum dan selama menstruasi. Selain itu, tidak disertai dengan peningkatan

jumlah darah haid dan puncak rasa nyeri sering kali terjadi pada saat perdarahan masih sedikit.

Dismenore primer biasanya muncul pada tahun kedua atau ketiga setelah menarche, yaitu

ketika ovulasi mulai teratur. Pada remaja, dismenore primer lebih sering terjadi dibandingkan

dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore primer dialami oleh 54,89% wanita Indonesia di

usia produktif

Beberapa faktor yang berkaitan dengan dismenore primer adalah : usia < 30 tahun, IMT

rendah, merokok, usia menarche dini (< 12 tahun), siklus menstruasi yang lebih panjang,

nulipara, sindrom premenstrual, olahraga, dan stres. Hasil penelitian di China menunjukan

bahwa kejadian dismenore akan dua kali lebih berat antara wanita dengan stress tinggi jika

dibandingkan dengan wanita dengan tingkat stress rendah.

Page 2: latar belakang

Wanita yang secara emosional tidak stabil, dismenorea primer mudah terjadi. Faktor

pencetus erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap

rasa nyeri (Okaparasta, 2008). Menurut Mansjoer (2001) mengatakan bahwa diduga faktor psikis

sangat berperan terhadap timbulnya dismenorea. Stres merupakan suatu respon individu terhadap

keadaan atau kejadian yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk

menanganinya (Santrock, 2004). Stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat

menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi atau dismenorea

(Hawari, 2008).

Tingkat insiden tertinggi dismenorea terjadi pada perempuan yang mempunyai tingkat

stress sedang hingga tinggi dibanding dengan perempuan yang mempunyai tingkat stres rendah.

Dismenorea yang terjadi pada perempuan dengan tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan

tingkat stress sedang 29% dan perempuan dengan tingkat stres tinggi sebesar 44% (Wangsa,

2010).

Berdasarkan data dan hasil penelitian diatas , menunjukan bahwa selain kasus dismenore

primer di Indonesia cukup tinggi, stress dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko dari

kejadian dismenore primer. Dari permasalahan tersebut , peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

dalam mengenai hubungan antara stress dengan kejadian dismenore primer.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara siswi SMA di Kota Semarang yang stres / tidak stres dengan

kejadian dismenore ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum :

Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian dismenore siswi SMA di Kota

Semarang

Tujuan khusus:

Mengetahui hubungan tingkat stress dengan dismenore primer siswi SMA di Kota

Semarang

Mengetahui tingkat stres pada siswi SMA di Kota Semarang

Mengetahui kejadian dismenore pada siswi SMA di Kota Semarang

Page 3: latar belakang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan terutama untuk keperawatan maternitas

khususnya tentang gangguan menstruasi pada remaja

2. Bagi institusi pendidikan

Memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa FKM Undip khususnya dan institusi

pendidikan lainnya mengenai hubungan stres dengan kejadian dismenore pada remaja

3. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang hubungan stres dan dismenore agar

masyarakat dapat mengantisipasi terjadinya stres sehingga dapat meminimalkan

terjadinya dismenore.

Page 4: latar belakang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang.

Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan

percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (F.J Monks,

Koers,Haditomo,2002).

Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda

keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi adalah

proses fisiologis, pendarahan normal, yang dialami wanita secara periodic dari dinding Rahim

yang berada dibawah kendali hipotalamus hipofisis ovarium axis selama tidak terjadi fertilisasi.

Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau

masa reproduksi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada

berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi

tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah

menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore (Sumudarsono,1998).

1. Dismenore

A. Definisi

Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore terjadi pada 30-75% wanita dan

memerlukan pengobatan. (Taufan dan Bobby, 2014). Dismenore merupakan suatu gejala

yang paling sering menyebab kan wanita muda untuk konsultasi dan pengobatan. Karena

gangguan ini sifatnya subjektif, berat, atau intensitasnya sukar dinilai. (Santoso, 2003

dalam Fitri,2009). Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram Rahim dan terjadi

selama menstruasi. Menurut M.D Coco Andrew S, dismenore adalah nyeri kram perut

bagian bawah yang terjadi sebelum atau selama menstruasi yang disebabkan oleh faktor

endokrin.. Menurut Physicians Commite For Responsible Medicine dismenore adalah kram

menstruasi yang cukup berat dan mengganggu fungsi normal wanita. Istilah dysmenorrhea

berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dys yang berarti gangguan serta menorrhea

yang berarti aliran bulanan. Jadi dismenorea berarti gangguan atau rasa sakit saat

menstruasi. Dismenorea juga diartikan sebagai rasa sakit yang menyertai menstruasi

Page 5: latar belakang

sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat rasa nyerinya

bervariasi mencakup ringan yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan

aktivitas sehari-hari, sedang yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit tetapi

masih dapat meneruskan pekerjaannya, dan berat yang memerlukan istirahat dan

pengobatan untuk menghilangkan nyerinya (Arulkumaran, 2006; Manuaba, 2008).

Pembagian dismenore adalah sebagai berikut pertama dismenore primer primer

dimana pada jenis ini tidak ditemukan adanya kelainan ginekologik yang nyata yang kedua

dismenore sekunder yaitu rasa nyeri nya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah

pelvis misalnya endomestriosis, miorna uteri, stenosis serviks, malposisi uterus, atau

adanya IUD. Menurut Huffrman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada

remaja semuanya disebabkan dismenore primer. Dismenore primer disebabkan karena

gangguan keseimbangan fungsional bukan karena penyakit organic pelvis, sedangkan

dismenore sekunder berhubungan dengan ke;ainan organic di pelvis yang terjadi pada masa

remaja

2. KLASIFIKASI

a. Dismenore primer

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya kelainan

ginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarke,

biasanya sesudah menarke, umumnya 12 bulan atau lebih. Rasa nyeri timbul sebelum

atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam. Sifat

rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-jangkit biasanya terbatas pada perut bawah,

tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa

mual, muntag, sakit kepala, diare.

Gejala ini mulai timbul satu atau dua tahun sesudah periode menstruasi pertama.

Biasanya sehubungan dengan periode ovulasi yang teratur. Timbul rasa sakit di

bagian bawah perut dan perasaan pegal linu. Kadang-kadang disertai dengan sakit

yang menyengat sekali seperti kram yang hamper serupa sakitnya dengan kejang

usus. Bisa juga disertao rasa mual, muntah, mudah tersinggung, dan perut kembung.

Dismenore dikaitkan dengan gejala-gejala menjelang masa haid. Rasa sakit ini bisa

berlangsung dua belas jam, kadang bisa sampai sehari semalamam

Page 6: latar belakang

Dismenorea primer

Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang disebabkan oleh hormon yang

mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis (Manuaba, 2008).

Faktor resiko dismenorea primer adalah usia saat menarche <12 tahun, nulliparity

(belum pernah melahirkan anak), darah menstruasi berjumlah banyak atau masa

menstruasi yang panjang, merokok, adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga,

serta kegemukan(Proverawati, 2009). Dismenorea primer terjadi 2-3 tahun setelah

menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15-20 tahun. Rasa nyeri yang timbul

tidak lama sebelum haid atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung

untuk beberapa jam, bahkan satu hari maupun lebih. Nyeri tersebut terutama

dirasakan di daerah perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau ke

permukaan dalam paha (Hendrik, 2006; Knight, 2004).

Orang yang mengalami dismenorea primer mungkin kelihatan lemas dan pucat,

banyak berkeringat serta merasa sangat tidak enak badan. Hal lain yang umumnya

terjadi adalah mual dan muntah, sakit kepala, bahkan kadang-kadang bisa pingsan.

Selain itu seringtimbul rasa tidak enak ketika buang air kecil dan air besar serta

kadang-kadang disertai diare (Hendrik, 2006; Knight, 2004; Wiknjosastro, 2007).

b. Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder adalah rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi yang disebabkan

kelainan anatomis uterus (Manuaba, 2008). Dismenorea sekunder menurut

Arulkumaran (2006).disebabkan oleh

a) endometriosis, adalah penyebab dismenorea sekunder yang paling umum

b) penyakit radang panggul

c) kelainan uterus

(1) Kelainan uterus kongenital misalnya himen imperforate dan cryptomenorrhea

(2) Kelainan uterus yang didapat misalnya fibroid, polip endometrium, dan

adenomiosis

Dismenorea sekunder jarang terjadi sebelum usia 30 tahun dan lebih sering tampak

pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun. Kadang-kadang rasa nyeri berhubungan

dengan penyakit yang sebenarnya menyerang pinggul yang dikenal dengan

endometriosis. Nyeri kram perut terjadi 2-3 hari sebelum masa haid dimulai. Nyeri

Page 7: latar belakang

makin hebat di akhir masa perdarahan haid. Pada saat itu, nyerinya mencapai puncak

dan berlangsung selama dua hari atau lebih (Hendrik, 2006; Knight, 2004).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dismenorea menurut Arulkumaran (2006)

antara lain:

1) Faktor menstruasi

a) menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden dismenoreanya

lebih tinggi.

b) masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan siklus yang

panjang mengalami dismenorea yang lebih parah.

2) Aktifitas fisik, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenorea.

Hal itu juga terlihat bahwa kejadian dismenorea pada atlet lebih rendah, kemungkinan

karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk penjelasan itu masih kurang.

3) Usia

Usia berkolerasi positif dengan dismenore pada remaja. Dismenore akan meningkat

pada usia 12 tahun (39%) ke usia 17 tahun (72%). Remaja yang lebih tua (berusia 18-

20 tahun) memiliki dismenore parah dibandingkan dengan remaja yang lebih muda

(Usia 15-17 tahun) di Taiwan. El Gilany et al (2005) juga melaporkan bahwa usia

yang lebih tua adalah penentu signifikan peningkatan derajat dismenore di kalangan

remaja (berusia 14-17 tahun) di Mesir.

4) Keturunan, mungkin dapat membantu untuk membedakan endometriosis dengan

dismenorea primer

5) Faktor psikologis Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul

dismenorea. Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan

sekolah atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.

2. Stres

a. Pengertian

Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai arti ketegangan dan

tekanan. Stres merupakan suatu tekanan yang muncul karena tingginya tuntutan

Page 8: latar belakang

lingkungan kepada seseorang sehingga orang tersebut perlu beradaptasi atau

menyesuaikan diri (Nevid, 2005; Wangsa, 2010).

b. Sumber stres (stressor)

Stressor adalah sumber stres yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang yang memberi

tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Sumber utama stres menurut Gunarya

(2008) dan Nevid (2005) adalah:

1) Faktor lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara yang

terlalu panas/dingin.

2) Faktor fisiologis seperti perubahan kondisi tubuh masa remaja

misalnya haid serta reaksi tubuh terhadap ancaman dan perubahan

lingkungan.

3) Faktor psikologis seperti ujian sekolah dan perceraian4) Masalah sehari-hari seperti

kemacetan lalu lintas.

c. Tingkatan stres

Tingkatan stres menurut Rasmun (2004) adalah:

1) Stres ringan yaitu stressor yang dihadapi secara teratur dan

umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa dan kemacetan.

2) Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam

sampai beberapa hari misalnya permasalahan keluarga.

3) Stres berat yaitu stress kronik yang terjadi beberapa minggu sampai

beberapa tahun misalnya kesulitan financial dan penyakit fisik yang

lama.

Hubungan antara stres dengan dismenorea

Stres merupakan suatu respon alami dari tubuh kita ketika mengalami tekanan dari lingkungan.

Dampak dari stres beraneka ragam, dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Salah

satu dampak dari stress terhadap kesehatan adalah dismenorea (Wangsa, 2010). Saat seseorang

mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing

Hormone (CRH) yang merupakan regulator hipotalamaus utama menstimulasi sekresi

Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal.

Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Page 9: latar belakang

Luteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini

menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah

meningkatkan sintesis prostaglandin F2Ü dan E2. Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2Ü

dan E2 dengan prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2Ü. Peningkatan

aktivasi menyebabkan ischemia pada sel-sel miometrium dan peningkatan kontraksi uterus.

Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan dismenorea (Hendrik, 2006; Wang, 2004).

Berdasarkan uraian tersebut, stres merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya dismenorea.

Dismenorea dapat diminimalkan bila kita dapat mencegah stres. Penjelasan yang benar tentang

proses haid membuat kondisi emosi lebih stabil sehingga dapat mencegah timbulnya stres. Hal

ini dapat meminimalkan timbulnya dismenorea saat menstruasi.

Dismenore menyebabkan intoleransi aktivitas, dan nyeri yang berat mengakibatkan

ketidakhadiran kerja atau sekolah. Hal tersebut menyebabkan penurunan output kerja dan

perhatian di kelas. Wanita yang mengalami dismenore menjadi murung, mudah marah, dan tidak

dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Nyeri dismenore juga berkontribusi terhadap

sulit tidur dan rasa gelisah

Nyeri pada dismenore primer dan gejala sistemik lain disebabkankarena tingginya kadar

prostaglandin.Setelah ovulasi, sebagai respon terhadap produksi progesteron, asam lemak di

dalam fosfolipid membran sel bertambah. Asam arakidonat dilepaskan dan memulai kaskade

prostaglandin dalam uterus. Prostaglandin F2akan menyebabkan hipertonus miometrium dan

vasokontriksi sehingga akan menimbulkan iskemia dan nyeri. Kadar prostaglandin F2, lebih

tinggi selama dua hari pertama menstruasi pada perempuan dengan dismenore primer.

Konsentrasi vasopresin dan leukotrien juga ditemukan lebih tinggi pada perempuan dengan nyeri

menstruasi yang berat dibandingkan pada perempuan dengan nyeri ringan.6,7 Gejala pada

dismenore primer adalah nyeri pada garis tengah abdomen bagian bawah yang mulai muncul

beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan mulainya menstruasi. Nyeri dirasakan paling berat

pada hari pertama atau kedua, bersamaan dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin ke

dalam cairan menstruasi. Selain dirasakan pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke

Page 10: latar belakang

permukaan dalam paha.Beberapa gejala yang menyertai dismenore primer adalah mual/ muntah,

pusing, nyeri kaki bagian belakang, diare, konstipasi, dan bahkan pingsan.7,8,9

Nugroho, Taufan dan Bobby. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta. Nuha

Medika.

BAB III