latar belakang
DESCRIPTION
scdTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Masa pubertas merupakan masa dimana terjadi perubahan-perubahan besar pada seluruh
tubuh wanita. Kejadian terpenting dalam pubertas pada umur 12-16 tahun ialah timbulnya haid
yang pertama kali. Masa pubertas wanita mulai mengalami menstruasi yang dapat diartikan
sebagai perdarahan vagina berkala akibat lepasnya lapisan endometrium uterus. Menstruasi pada
wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisilogis yang datangnya teratur setiap bulan.
Timbulnya perdarahan tersebut akibat perubahan hormonal yaitu esterogen dan progesteron.
Kenyataanya banyak wanita yang mengalami gangguan pada menstruasinya, diantaranya adalah
nyeri haid atau sering disebut dismenorea. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat
menstruasi. Dismenore diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah nyeri yang muncul dengan anatomi pelvis normal. Sedangkan
dismenore sekunder terjadi akibat proses patologis, seperti endometriosis, adenomiosis, penyakit
radang panggul, stenosis servikal, mioma atau polip uteri.
Menurut Widjanarko (2006) gejala yang dirasakan adalah nyeri panggul atau perut
bagian bawah (umumnya berlangsung 8–72 jam), yang menjalar kepunggung dan sepanjang
paha, terjadi sebelum dan selama menstruasi. Selain itu, tidak disertai dengan peningkatan
jumlah darah haid dan puncak rasa nyeri sering kali terjadi pada saat perdarahan masih sedikit.
Dismenore primer biasanya muncul pada tahun kedua atau ketiga setelah menarche, yaitu
ketika ovulasi mulai teratur. Pada remaja, dismenore primer lebih sering terjadi dibandingkan
dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore primer dialami oleh 54,89% wanita Indonesia di
usia produktif
Beberapa faktor yang berkaitan dengan dismenore primer adalah : usia < 30 tahun, IMT
rendah, merokok, usia menarche dini (< 12 tahun), siklus menstruasi yang lebih panjang,
nulipara, sindrom premenstrual, olahraga, dan stres. Hasil penelitian di China menunjukan
bahwa kejadian dismenore akan dua kali lebih berat antara wanita dengan stress tinggi jika
dibandingkan dengan wanita dengan tingkat stress rendah.
Wanita yang secara emosional tidak stabil, dismenorea primer mudah terjadi. Faktor
pencetus erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap
rasa nyeri (Okaparasta, 2008). Menurut Mansjoer (2001) mengatakan bahwa diduga faktor psikis
sangat berperan terhadap timbulnya dismenorea. Stres merupakan suatu respon individu terhadap
keadaan atau kejadian yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk
menanganinya (Santrock, 2004). Stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat
menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi atau dismenorea
(Hawari, 2008).
Tingkat insiden tertinggi dismenorea terjadi pada perempuan yang mempunyai tingkat
stress sedang hingga tinggi dibanding dengan perempuan yang mempunyai tingkat stres rendah.
Dismenorea yang terjadi pada perempuan dengan tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan
tingkat stress sedang 29% dan perempuan dengan tingkat stres tinggi sebesar 44% (Wangsa,
2010).
Berdasarkan data dan hasil penelitian diatas , menunjukan bahwa selain kasus dismenore
primer di Indonesia cukup tinggi, stress dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko dari
kejadian dismenore primer. Dari permasalahan tersebut , peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai hubungan antara stress dengan kejadian dismenore primer.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara siswi SMA di Kota Semarang yang stres / tidak stres dengan
kejadian dismenore ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian dismenore siswi SMA di Kota
Semarang
Tujuan khusus:
Mengetahui hubungan tingkat stress dengan dismenore primer siswi SMA di Kota
Semarang
Mengetahui tingkat stres pada siswi SMA di Kota Semarang
Mengetahui kejadian dismenore pada siswi SMA di Kota Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan terutama untuk keperawatan maternitas
khususnya tentang gangguan menstruasi pada remaja
2. Bagi institusi pendidikan
Memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa FKM Undip khususnya dan institusi
pendidikan lainnya mengenai hubungan stres dengan kejadian dismenore pada remaja
3. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang hubungan stres dan dismenore agar
masyarakat dapat mengantisipasi terjadinya stres sehingga dapat meminimalkan
terjadinya dismenore.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang.
Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (F.J Monks,
Koers,Haditomo,2002).
Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda
keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi adalah
proses fisiologis, pendarahan normal, yang dialami wanita secara periodic dari dinding Rahim
yang berada dibawah kendali hipotalamus hipofisis ovarium axis selama tidak terjadi fertilisasi.
Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau
masa reproduksi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah
menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore (Sumudarsono,1998).
1. Dismenore
A. Definisi
Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore terjadi pada 30-75% wanita dan
memerlukan pengobatan. (Taufan dan Bobby, 2014). Dismenore merupakan suatu gejala
yang paling sering menyebab kan wanita muda untuk konsultasi dan pengobatan. Karena
gangguan ini sifatnya subjektif, berat, atau intensitasnya sukar dinilai. (Santoso, 2003
dalam Fitri,2009). Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram Rahim dan terjadi
selama menstruasi. Menurut M.D Coco Andrew S, dismenore adalah nyeri kram perut
bagian bawah yang terjadi sebelum atau selama menstruasi yang disebabkan oleh faktor
endokrin.. Menurut Physicians Commite For Responsible Medicine dismenore adalah kram
menstruasi yang cukup berat dan mengganggu fungsi normal wanita. Istilah dysmenorrhea
berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dys yang berarti gangguan serta menorrhea
yang berarti aliran bulanan. Jadi dismenorea berarti gangguan atau rasa sakit saat
menstruasi. Dismenorea juga diartikan sebagai rasa sakit yang menyertai menstruasi
sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat rasa nyerinya
bervariasi mencakup ringan yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan
aktivitas sehari-hari, sedang yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit tetapi
masih dapat meneruskan pekerjaannya, dan berat yang memerlukan istirahat dan
pengobatan untuk menghilangkan nyerinya (Arulkumaran, 2006; Manuaba, 2008).
Pembagian dismenore adalah sebagai berikut pertama dismenore primer primer
dimana pada jenis ini tidak ditemukan adanya kelainan ginekologik yang nyata yang kedua
dismenore sekunder yaitu rasa nyeri nya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah
pelvis misalnya endomestriosis, miorna uteri, stenosis serviks, malposisi uterus, atau
adanya IUD. Menurut Huffrman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada
remaja semuanya disebabkan dismenore primer. Dismenore primer disebabkan karena
gangguan keseimbangan fungsional bukan karena penyakit organic pelvis, sedangkan
dismenore sekunder berhubungan dengan ke;ainan organic di pelvis yang terjadi pada masa
remaja
2. KLASIFIKASI
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya kelainan
ginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarke,
biasanya sesudah menarke, umumnya 12 bulan atau lebih. Rasa nyeri timbul sebelum
atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam. Sifat
rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-jangkit biasanya terbatas pada perut bawah,
tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa
mual, muntag, sakit kepala, diare.
Gejala ini mulai timbul satu atau dua tahun sesudah periode menstruasi pertama.
Biasanya sehubungan dengan periode ovulasi yang teratur. Timbul rasa sakit di
bagian bawah perut dan perasaan pegal linu. Kadang-kadang disertai dengan sakit
yang menyengat sekali seperti kram yang hamper serupa sakitnya dengan kejang
usus. Bisa juga disertao rasa mual, muntah, mudah tersinggung, dan perut kembung.
Dismenore dikaitkan dengan gejala-gejala menjelang masa haid. Rasa sakit ini bisa
berlangsung dua belas jam, kadang bisa sampai sehari semalamam
Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang disebabkan oleh hormon yang
mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis (Manuaba, 2008).
Faktor resiko dismenorea primer adalah usia saat menarche <12 tahun, nulliparity
(belum pernah melahirkan anak), darah menstruasi berjumlah banyak atau masa
menstruasi yang panjang, merokok, adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga,
serta kegemukan(Proverawati, 2009). Dismenorea primer terjadi 2-3 tahun setelah
menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15-20 tahun. Rasa nyeri yang timbul
tidak lama sebelum haid atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung
untuk beberapa jam, bahkan satu hari maupun lebih. Nyeri tersebut terutama
dirasakan di daerah perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau ke
permukaan dalam paha (Hendrik, 2006; Knight, 2004).
Orang yang mengalami dismenorea primer mungkin kelihatan lemas dan pucat,
banyak berkeringat serta merasa sangat tidak enak badan. Hal lain yang umumnya
terjadi adalah mual dan muntah, sakit kepala, bahkan kadang-kadang bisa pingsan.
Selain itu seringtimbul rasa tidak enak ketika buang air kecil dan air besar serta
kadang-kadang disertai diare (Hendrik, 2006; Knight, 2004; Wiknjosastro, 2007).
b. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder adalah rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi yang disebabkan
kelainan anatomis uterus (Manuaba, 2008). Dismenorea sekunder menurut
Arulkumaran (2006).disebabkan oleh
a) endometriosis, adalah penyebab dismenorea sekunder yang paling umum
b) penyakit radang panggul
c) kelainan uterus
(1) Kelainan uterus kongenital misalnya himen imperforate dan cryptomenorrhea
(2) Kelainan uterus yang didapat misalnya fibroid, polip endometrium, dan
adenomiosis
Dismenorea sekunder jarang terjadi sebelum usia 30 tahun dan lebih sering tampak
pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun. Kadang-kadang rasa nyeri berhubungan
dengan penyakit yang sebenarnya menyerang pinggul yang dikenal dengan
endometriosis. Nyeri kram perut terjadi 2-3 hari sebelum masa haid dimulai. Nyeri
makin hebat di akhir masa perdarahan haid. Pada saat itu, nyerinya mencapai puncak
dan berlangsung selama dua hari atau lebih (Hendrik, 2006; Knight, 2004).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dismenorea menurut Arulkumaran (2006)
antara lain:
1) Faktor menstruasi
a) menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden dismenoreanya
lebih tinggi.
b) masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan siklus yang
panjang mengalami dismenorea yang lebih parah.
2) Aktifitas fisik, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenorea.
Hal itu juga terlihat bahwa kejadian dismenorea pada atlet lebih rendah, kemungkinan
karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk penjelasan itu masih kurang.
3) Usia
Usia berkolerasi positif dengan dismenore pada remaja. Dismenore akan meningkat
pada usia 12 tahun (39%) ke usia 17 tahun (72%). Remaja yang lebih tua (berusia 18-
20 tahun) memiliki dismenore parah dibandingkan dengan remaja yang lebih muda
(Usia 15-17 tahun) di Taiwan. El Gilany et al (2005) juga melaporkan bahwa usia
yang lebih tua adalah penentu signifikan peningkatan derajat dismenore di kalangan
remaja (berusia 14-17 tahun) di Mesir.
4) Keturunan, mungkin dapat membantu untuk membedakan endometriosis dengan
dismenorea primer
5) Faktor psikologis Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenorea. Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan
sekolah atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.
2. Stres
a. Pengertian
Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai arti ketegangan dan
tekanan. Stres merupakan suatu tekanan yang muncul karena tingginya tuntutan
lingkungan kepada seseorang sehingga orang tersebut perlu beradaptasi atau
menyesuaikan diri (Nevid, 2005; Wangsa, 2010).
b. Sumber stres (stressor)
Stressor adalah sumber stres yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang yang memberi
tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Sumber utama stres menurut Gunarya
(2008) dan Nevid (2005) adalah:
1) Faktor lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara yang
terlalu panas/dingin.
2) Faktor fisiologis seperti perubahan kondisi tubuh masa remaja
misalnya haid serta reaksi tubuh terhadap ancaman dan perubahan
lingkungan.
3) Faktor psikologis seperti ujian sekolah dan perceraian4) Masalah sehari-hari seperti
kemacetan lalu lintas.
c. Tingkatan stres
Tingkatan stres menurut Rasmun (2004) adalah:
1) Stres ringan yaitu stressor yang dihadapi secara teratur dan
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa dan kemacetan.
2) Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam
sampai beberapa hari misalnya permasalahan keluarga.
3) Stres berat yaitu stress kronik yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun misalnya kesulitan financial dan penyakit fisik yang
lama.
Hubungan antara stres dengan dismenorea
Stres merupakan suatu respon alami dari tubuh kita ketika mengalami tekanan dari lingkungan.
Dampak dari stres beraneka ragam, dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Salah
satu dampak dari stress terhadap kesehatan adalah dismenorea (Wangsa, 2010). Saat seseorang
mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing
Hormone (CRH) yang merupakan regulator hipotalamaus utama menstimulasi sekresi
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal.
Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini
menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah
meningkatkan sintesis prostaglandin F2Ü dan E2. Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2Ü
dan E2 dengan prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2Ü. Peningkatan
aktivasi menyebabkan ischemia pada sel-sel miometrium dan peningkatan kontraksi uterus.
Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan dismenorea (Hendrik, 2006; Wang, 2004).
Berdasarkan uraian tersebut, stres merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya dismenorea.
Dismenorea dapat diminimalkan bila kita dapat mencegah stres. Penjelasan yang benar tentang
proses haid membuat kondisi emosi lebih stabil sehingga dapat mencegah timbulnya stres. Hal
ini dapat meminimalkan timbulnya dismenorea saat menstruasi.
Dismenore menyebabkan intoleransi aktivitas, dan nyeri yang berat mengakibatkan
ketidakhadiran kerja atau sekolah. Hal tersebut menyebabkan penurunan output kerja dan
perhatian di kelas. Wanita yang mengalami dismenore menjadi murung, mudah marah, dan tidak
dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Nyeri dismenore juga berkontribusi terhadap
sulit tidur dan rasa gelisah
Nyeri pada dismenore primer dan gejala sistemik lain disebabkankarena tingginya kadar
prostaglandin.Setelah ovulasi, sebagai respon terhadap produksi progesteron, asam lemak di
dalam fosfolipid membran sel bertambah. Asam arakidonat dilepaskan dan memulai kaskade
prostaglandin dalam uterus. Prostaglandin F2akan menyebabkan hipertonus miometrium dan
vasokontriksi sehingga akan menimbulkan iskemia dan nyeri. Kadar prostaglandin F2, lebih
tinggi selama dua hari pertama menstruasi pada perempuan dengan dismenore primer.
Konsentrasi vasopresin dan leukotrien juga ditemukan lebih tinggi pada perempuan dengan nyeri
menstruasi yang berat dibandingkan pada perempuan dengan nyeri ringan.6,7 Gejala pada
dismenore primer adalah nyeri pada garis tengah abdomen bagian bawah yang mulai muncul
beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan mulainya menstruasi. Nyeri dirasakan paling berat
pada hari pertama atau kedua, bersamaan dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin ke
dalam cairan menstruasi. Selain dirasakan pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke
permukaan dalam paha.Beberapa gejala yang menyertai dismenore primer adalah mual/ muntah,
pusing, nyeri kaki bagian belakang, diare, konstipasi, dan bahkan pingsan.7,8,9
Nugroho, Taufan dan Bobby. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta. Nuha
Medika.
BAB III