lasus baru
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE
Identitas Pasien
Nama pasien : Lidia, S.KG
Tempat/tanggal lahir : Palembang, 19 Juli 1988
Suku : Chinese
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum nikah
Agama : Buddha
Alamat : Jalan Karya Baru no 479 PAlembang
No Rekam Medik : 0000.37.41.74
Anamnesa
Keluham utama :
Pasien mengeluh di dalam mulut pada permukaan pipi kiri dekat gigi
paling belakang terdapat sariawan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu ( 8
Desember 2010 ). Pasien merasa tidak nyaman dalam berbicara sehingga pasien
minta diobati.
Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah dirawat untuk untuk pemasangan alat orthodonti sejak 3
tahun yang lalu, penambelan gigi posterior atas dengan amalgam kira-kira 5 tahun
yang lalu dan pembersihan karang gigi kira-kira 6 bulan yang lalu.
Kebiasaan Buruk
Tidak ada
Riwayat sosial
Pasien melakukan diet vegetarian dalam diet sehari harinya sejak kurang
lebih 4 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Wajah : simetri
Bibir : sehat
Kelenjar getah bening submandibula kanan dan kiri tidak teraba dan tidak
sakit
b. Pemeriksaan Intra Oral
Debris : ada,a,c
Plak : ada, regio a,c
Kalkulus : ada, regio a,c
Gingiva : mudah berdarah dan merah pada regio a dan c
Mukosa : terdapat lesi pada permukaan pipi kiri didekat gigi paling
belakang, lesi berwarna putih kekuningan dikelilingi
lingkaran kemerahan. Lesi sakit jika bersentuhan dengan
permukaan yang lain. Diameter lesi kurang lebih 6mm
Palatum : sehat
Lidah : normal
Dasar mulut : sehat
Pemeriksaan gigi geligi dan jaringan penyangga
Tumpatan amalgam : 16 pada permukaan oklusal gigi
Diagnosa sementara
Diagnosa sementara : ulkus traumatikus
Diagnosa banding : ulkus traumatikus, stomatitis aphtosa rekuren
Tinjauan Pustaka
Ulkus adalah kondisi patologis dimana hilangnya jaringan epitel.1 Ulkus
merupakan suatu peradangan pada epitelium mukosa yang merupakan suatu lesi
yang dangkal dan berbatas tegas dimana lapisan epidermal diatasnya hilang
sehingga meninggalkan suatu permukaan cekung dan dibatasi oleh daerah eritem
di sekelilingnya. Ulkus dapat terjadi pada semua usia dan semua jenis kelamin.
Lokasi ulkus traumatikus umumnya pada mukosa pipi, bibir, palatum, dan tepi
perifer lidah. Penyebab paling umum dari ulkus traumatikus ini adalah trauma.
Biasanya pasien dapat menceritakan mengenai bagaimana trauma yang
dialaminya. Dalam penegakkan diagnosis dari ulkus traumatikus ini dapat
diperoleh dengan pemeriksaan klinis dan riwayat trauma pasien.2,3
Etiologi
1. Ulkus adalah lesi pada jaringan lunak yang sering terjadi. Sebagian besar
disebabkan oleh trauma ringan akibat tergigit atau benturan.3 Sering kali
trauma terletak pada suatu regio yang terletak diantara gigi seperti bibir
bawah, lidah dan mukosa bukal.2
2. Overhang tambalan atau karies dan penggunaan protesa (ggi tiruan). Tekanan
dari dasar atau sayap gigi tiruan yang tidak pas adalah sumber dari ulkus
trumatikus.3
3. Factitious ulserasi adalah lesi pada rongga mulut yang disebabkan oleh diri
sendiri. Biasanya sebagai akibat dari kelainan psikologis. Seringkali sulit
dalam penanganan karena faktor penyebab yang tidak terdiagnosa. Untuk
pemecahan masalah diperlukan bantuan psikolog.2
4. Faktor iatrogenic disebabkan oleh kekurang hati-hatian praktisi kesehatan
dalam melakukan perawatan atau prosedur diagnostik.2
5. Bahan kimia bisa menyebkan ulserasi dari kandungannya yang bersifat asam
atau basa menyebabkan iritasi lokal atau alergi kontak. Beberapa diantara
luka bakar yang dsebabkan aspirin, fenol dalam medikasi perawatan dental,
bahan etsa asam gigi, prosedur endodontik, dan penggunaan bahan hydrogen
peroksida 30% untuk prosedur bleaching.2
6. Luka bakar yang disebakan suhu panas ketika memakan makanan yang
masih panas atau selama perawatan dental, misal ketika lagi memanaskan
wax atau dental compound.2
7. Terapi radiasi yang menyebabkan terjadinya atropi mukosa dan ulserasi.2
Mengetahui penyebab dari suatu ulkus memberikan peranan penting dalam
tindakan perawatan selanjutnya. Penatalaksanaan meliputi pemberian
polycresulen karena polycresulen merupakan antiseptik dan mempunyai efek
selektif yang hanya bekerja terhadap jaringan rusak atau patalogis. Dan dapat
memacu terjadinya re-epitalisasi karena timbulnya reaksi hiperemi sekitar daerah
pengobatan dan karena perangsangan granulasi dan jaringan normal. Namun, bila
bertahan lebih dari 2-3 minggu perlu dilakukan biopsi untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain yaitu keganasan.2,4,5 ,6
Diagnosa
Ulkus traumatikus
Rencana Perawatan
Fase Emergensi
pemberian polycresulen
Fase I
scalling dan kontrol plak
Fase IV
Kontrol untuk melihat keadaan ulkus
Kontrol plak dan DHE
Pembahasan
Berdasarkan anamnesis didapat informasi dari pasien bahwa semenjak
pasien memasang fixed orthodontic appliances, pasien sering mengalami ulkus
traumatikus, pasien memasang fixed orthodontic appliances sejak 3 tahun yang
lalu.
Berdasarkan pemeriksaan klinis yang dilakukan kepada pasien ditemukan
adanya lesi tunggal pada permukaan pipi kiri didekat gigi paling belakang, lesi
berwarna putih kekuningan dikelilingi lingkaran kemerahan. Lesi sakit setiap
bersentuhan dengan permukaan yang lain. Diameter lesi kurang lebih 6mm.
Terdapat perbedaan data pada pemeriksaan klinis gingiva pada laporan kasus dan
rekam medik pasien hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan operator dalam
mengisi rekam medik pasien.
Gambar 1. Gambar Ulkus Traumatikus
Ulkus adalah kondisi patologis dimana hilangnya jaringan epitel.1 Ulkus
merupakan suatu peradangan pada epitelium mukosa yang merupakan suatu lesi
yang dangkal dan berbatas tegas dimana lapisan epidermal diatasnya hilang
sehingga meninggalkan suatu permukaan cekung dan dibatasi oleh daerah eritem
di sekelilingnya. Ulkus dapat terjadi pada semua usia dan semua jenis kelamin.
Lokasi ulkus traumatikus umumnya pada mukosa pipi, bibir, palatum, dan tepi
perifer lidah. Penyebab paling umum dari ulkus traumatikus ini adalah trauma.
Pada kasus ini trauma dari pasien ini berasal dari fixed orthodontic appliances
yang dikenakan oleh pasien.
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis maka pada kasus ini dapat
ditegakkan diagnosisnya adalah ulkus traumatikus. Penatalaksanaan pada kasus
ini adalah pemberian polycresulen karena sifat antiseptik pada bahan dan hanya
bekerja terhadap jaringan rusak atau patalogis. Dan dapat memacu terjadinya re-
epitalisasi pada diskontuinitas lapisan epitel akibat ulkus karena timbulnya reaksi
hiperemi sekitar daerah pengobatan dan karena perangsangan granulasi dan
jaringan normal. Setelah 1 minggu dan 4 bulan lesi tidak terjadi rekurensi dan
pasien tidak mengeluh adanya rasa sakit dari mukosa bukal kiri. Tetapi Rekurensi
dapat saja terjadi selama pasien masih menggunakan alat orthodonsi cekat.
Gambar 2. Setelah perawatan
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang dilakukan kepada
pasien dapat ditegakkan diagnosis ulkus traumatius. Perawatan ulkus traumatikus
ini meliputi pemberian polycresulen dan pemberian DHE (instruksi untuk
menjaga kebersihan mulut, mengontrol alat orthodonsi cekat secara rutin ke
dokter gigi. Rekurensi dapat terjadi selama pasien masih menggunakan alat
orthodonsi cekat
Daftar Pustaka
1. Birnbaum, W. 2002. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. Jakarta: EGC. Hal. 242, 245-6.
2. Regezy. 2008. Ed.5. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations St. Louis, Missouri: Elsevier. p.143-152.
3. Cawson, RA. 2002. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed. London: Churchill Livingstone. p. 192
4. Scully, C. 2005. Oral Medicine: Aphthous And Other Common Ulcers. British Dental journal. vol 199 no.5. p. 259-263
5. Field, A. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine. 5th ed. UK: Oxford University Press. p. 152-53.
6. Lamey, P-J. 1991. Oral Medicine in Practice. Glasgow: Departement of
Oral Medicine and Pathology, Glasgow Dental Hospital and School. p. 5.
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE
Identitas Pasien
Nama pasien : Eni Yusita
Tempat/tanggal lahir : Palembang, 5 September 1978
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Sudah nikah
Agama : Muslim
Alamat : Jalan Gotong Royong II RT 006 RW 003
No Rekam Medik : 0000.66.45.81
Anamnesa
Keluhan utama
Pasien mengeluh bahwa tonjolan tulang pada langit-langit mulut terasa
sakit sampai mencapai hidung pasien kurang lebih sejak satu minggu yang lalu( 3
Febuari 2011). Sehingga pasien minta diobati
Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah elakukan perawatan gigi yaiu pencabutan gigi kiri atas
belakang kira–kira 3 tahun yang lalu.
Kebiasaan Buruk
Berdasarkan anamnesis pasien tidak memiliki kebiasaan buruk
Riwayat sosial
Pasien merupakan pegawai negri sipil
Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien memiliki penyakit kelainan pencernaan yaitu sakit maag yang
ditandai
Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Wajah : simetri
Bibir : sehat
Kelenjar getah bening submandibula : tidak teraba dan tidak sakit
b. Pemeriksaan Intra Oral
Debris : ada,regio a,b,c,d,e,f
Plak : ada, regio a,b,c,d,e,f
Kalkulus : ada, regio a,b,c,d,e,f
Perdarahan papila interdental : ada, regio a,c,d,f
Gingiva : berwarna merah dan mudah berdarah pada
regio a,b,c,d,e,f
Mukosa : sehat
Palatum : Terdapat penonjolan keras dan padat pada
tengah-tengah palatum Penonjolan ini keras
dan berbatas tegas. Sakit palpasi
negatif,dan, tunggal dengan mukosa licin
sedikit pucat. Ukuran torus diameter adalah
1,5cm
Lidah : sehat
Dasar mulut : sehat
Pemeriksaan gigi geligi dan jaringan penyangga
D6 : 16 ( Pulpitis Irreversible Akut )
D3 : 37( Non Iritatio Pulpa ) dan 46 ( Non iritatio Pulpa)
Im : 38
Kehilangan gigi 26
Diagnosa sementara
Diagnosa sementara : Torus palatinus
Diagnosa banding : Torus palatinus, osteoma
Tinjauan Pustaka
Torus palatinus adalah perluasan tulang yang terdapat di pertengahan
palatum, ukuran torus dapat besar maupun kecil dengan bentuk yang bervariasi
berupa tonjolan kecil tunggal ataupun tonjolan multilobuler yang luas. 1,2,3 Torus
palatinus hadir sebagai massa tulang yang keras disepanjang sutura medialis pada
palatum keras.4 Kebanyakan torus mempunyai ukuran yang kecil dengan diameter
kurang dari 2cm dan dilapisi oleh mukosa tipis berwarna merah jambu seperti
gusi.1,2,3
Gambaran histolgis
Jaringan yang melapisi torus palatinus adalah jaringa submukosa yang
tebal dengan tulang yang padat. Gambaran mikroskopik torus palatinus adalah
seperti lapisan tebal tulang kompak dan area sentral tulang spons. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan massa yang tebal dan padat trlihat tulang kortikal dan
kadang-kadang dapat terlihat tulang trabekula pada area sentral.4
Etiologi
Torus palatinus adalah pertumbuhan tulang yang dijumpai pada semua
usia, pria dan wanita merupakan lesi kongenital yang berkembang berlahan , tidak
membesar secara tiba-tiba. Etiologi torus palatinus diduga berasal dari faktor
herediter
Klasifikasi Torus Palatinus berdasarkan morfologi :1
1. Torus datar (flat )
Mempunyai dasar yang luas, dan permukaan yang halus dan biasanya
simetris dari sutura medialis
2. Torus gelombang (spindle)
3. Torus noduler
Gambaran klinisnya adalah penonjolan yang multiple
4. Torus lobuler
Diagnosa
Torus Palatinus
Rencana Perawatan
Fase I
Kontrol plak, DHE, scalling ( regio a,b,c,d,e,f), PSA gigi 16
Fase IIOddontektomi gigi 38
Fase IIIPerawatan restorative pada gigi geligi yaitu
Tumpatan GIC di gigi 37 dan 46
Fase IV Kontrol plak, DHE
Pembahasan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang dilakukan
kepada pasien terdapat penonjolan keras dan padat pada tengah-tengah palatum
Penonjolan ini keras dan berbatas tegas. Sakit palpasi negatif,dan tunggal dengan
mukosa licin sedikit pucat. Ukuran torus diameter adalah 1,5cm. Terdapat
perbedaan data pada pemeriksaan klinis gingiva pada laporan kasus dan rekam
medik pasien hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan operator dalam mengisi
rekam medik pasien.
Gambar 1. Gambar pasien torus palatinus
Torus palatinus adalah perluasan tulang yang terdapat di pertengahan
palatum, ukuran torus dapat besar maupun kecil dengan bentuk yang bervariasi
berupa tonjolan kecil tunggal ataupun tonjolan multilobuler yang luas.1 Torus
palatinus hadir sebagai massa tulang yang keras disepanjang sutura medialis pada
palatum keras.2 Kebanyakan torus mempunyai ukuran yang kecil dengan diameter
kurang dari 2cm dan dilapisi oleh mukosa tipis berwarna merah jambu seperti
gusi. Pada pasien ini keluhannya bahwa tonjolan tulang pada langit-langit mulut
terasa sakit sampai mencapai hidung pasien kurang lebih sejak satu minggu yang
lalu( 3 Febuari 2011). Sehingga pasien minta diobati. Rasa sakit pada pasien ini
disebabkan adanya kesalahan persepsi akibat adanya rasa sakit yang menyebar
dari gigi 16 dengan diagnosa pulpitis irreversible akut sehingga pasien dianjurkan
untuk melakukan perawatan syaraf pada gigi tersebut. Bila tidak ada keluhan,
torus palatinus tidak memerlukan perawatan.
Kesimpulan
Torus palatinus dapat dibedakan dari diagnosa lainnya berdasarkan
anamnesa pasien, gambaran klinis. Selama tidak menimbulkan keluhan, maka
torus palatinus tidak perlu dilakukan perawatan.
Daftar Pustaka
1. Regezy. 2008. Ed.5. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations St. Louis, Missouri: Elsevier.
2. Cawson, RA. 2002. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed. London: Churchill Livingstone
3. Neville, Damm. Oral maxillofacial pathology. 2nd edition. USA : WB.Saunder.2002
4. Febhyani. Penatalaksanaan torus palatinus untuk persiapan pembuatan gigi tiruan. Medan : USU. 2005
5. Greenberg. Burkert’s Oral Medicine and Treatment. 10th ed.USA : WB Saunders ; 2003.p. 601-604
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE
Identitas Pasien
Nama pasien : Gustrinawati Ningsih
Tempat/tanggal lahir : Palembang, 15 Agustus 1992
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum nikah
Agama : Muslim
Alamat : Dusun II Rantau Panjang Babat Toman MUBA
No Rekam Medik : 0000.48.28.81
Anamnesa
Keluhan utama
Pasien mengeluh bahwa ada daging tumbuh di langit-langit mulutnya
sejak kurang lebih tiga bulan yang lalu( Desember 2010). Daging tumbuh ini
sudah pernah tumbuh kemudian dihilangkan di rumah sakit daerah MUBA,
kemudian daging tersebut tumbuh lagi. Kejadian ini sudah terjadi sebanyak
empat kali, sehinnga pasien minta untuk disembuhkan.
Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah melakukan pembuangan daging tumbuh dengan lokasi yang
sama dengan lokasi daging tumbuh saat ini. Pembuangan dilakukan 3x di rumah
sakit daerah MUBA. Pembuangan yang pertama dilakukan 1,5 tahun yang lalu,
yang kedua 1 tahun yang lalu dan pembuangan yang ketiga dilakukan kira-kira 7
bulan yang lalu.
Kebiasaan Buruk
Tidak ada
Riwayat sosial
Pasien merupakan pegawai negri sipil daerah MUBA bagi pasien gaji yang
diterima sekarang cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, pasien juga
tinggal didaerah yang kebersihannya terjaga dengan baik.
Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien memiliki riwayat alergi seafood yang disadari pasien sejak pasien
masih kira-kira berumur 7 tahun dan memiliki penyakit maag, sakit maag ini
mulai terasa menganggu oleh pasien kira-kira 3 tahun yang lalu. Rasa sakit
pada lambung ini mulai dirasakan pasien apabila pasien lupa untuk makan
( terlalu lapar sehingga lupa mengisi perut)
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstra Oral
Wajah : simetri
Bibir : sehat
Kelenjar getah bening submandibula : tidak teraba dan tidak sakit
Pemeriksaan Intra Oral
Debris : ada, regio a,b,c,d,e,f
Plak : ada, regio a,b,c,d,e,f
Kalkulus : ada, regio a,b,c,d,e,f
Gingiva : tampak kemerahan dan mudah berdarah pada regio
a,b,c,d,e,f
Mukosa : sehat
Palatum : Benjolan pada palatum dekat gigi incisivus sentralis
dengan diameter 1,5cm, bertangkai, batas jelas, warna
merah, permukaan halus, sakit, konsistensi padat kenyal,
mudah berdarah.
Lidah : sehat
Dasar mulut : sehat
Pemeriksaan gigi geligi dan jaringan penyangga
D3 : 46 ( Non Iritatio Pulpa )
D4 : 36 ( Hiperemi pulpa)
Diagnosa sementara
Diagnosa sementara : Epulis Granulomatosa
Diagnosa Banding : Epulis fibromatosa, fibroma
Pemeriksaan Penunjang :
Dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi didapat hasil
mukosa berlapis epitel skuamous kompleks dijumpai epitel berupa jaringan ikat
fibrokolagen padat6 bersebuk padat, terdapat sel-sel radang PMN, limfosit dan
plasma dijumpai poliferasi.
Tinjauan Pustaka
Epulis adalah suatu tumor yang bersifat jinak dan pertumbuhannya berada
di atas gingival dan berasal dari periodontal dan jaringan periosteum.
Merupakan akibat iritasi dan infeksi.1 Epulis dapat dibedakan berdasarkan gejala
klinis yaitu :1
a. Epulis Congenitalis
Epuli ini terdapat mukosa bayi yang baru lahir. Etiologinya secara jelas elum
diketahui namun diduga berasal dari sel epitel bakal benih gigi
(odontogenik). Epulis ini terlihat seperti benjolan yang muncul dari alveolar
ridge dalam rongga mulut. Hal ini menghambat pernafasan dan asupan
makanan bayi. Histologinya terlihat sel polygonal yang menyebar teratur dan
mengandung ovalnuclei dan abundant coarsley granular cytoplasm.Pada
sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dan menghilang saat bayi
mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang berukuran kecil
tidak membutuhkan perawatan.2,4
b. Epulis Fibromatosa
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga
terjadi pada pipi dan lidah. Etimologinya bereasal dari iritasi kronis. Tampak
klinis yang terliaht antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak
pucat, konsistensi kenyal, batas tegas, padat, dan kokoh. Epulis ini tidak
mudah berdarah dan tidak mudah menimbulkan rasa sakit. Histologis
ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic dengan berbagai derajat dari
sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel skuarnosa
berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan
untuk menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.2,4
c. Epulis Granulomatosa
Epulis ini terjadi pada interdental gingiva, benjolan massa irregular, warna
kemerahan/kebiruan, bertangkai dan mudah berdarah. Gambaran
histopatalogisnya adalah terlihat jaringan gusi dilapisi epitel gepeng berlapis
yang mengalami proliferasi dengan rete peg yang tidak beraturan. Stroma
terdiri dari jaringan granulasi yang disusun oleh jaringan ikat, terdapat
sebukan sel radang akut dan kronis. Bila ada ulserasi sel radang yang banyak
dijumpai adalah PMN sehingga gambarannya menyerupai granuloma
piogenikum. 2,4,5
d. Epulis Fissuratum
Epulis fissuratum adalah hiperplasia pada jaringan ikat fibrous yang
disebabkan karena pemakaian gii tiruan yang tidak beradaptasi dengan baik.
Epulis ini tampak sebagai lipatan fibrous satu atau lebih pada vestibulum.
Epulis ini tidak menimbulkan rasa sakit. Epulis fissuratum banyak
ditemukan pada usia pertengahan atau lebih tua. Gambaran
histopatologisnya tampak epithelium yang menutupinya biasanya tampak
mengalami hiperkeratotik. Perawatan pada epulis ini adalah eksisi pada
epulis dan perbaikan pada gigi tiruan pasien.2,4
e. Epulis Gravidarum
Terjadi pada kehamilan . Pada umumnya akan menghilang spontan setelah
melahirkan dan beberapa juga rekurens bila hamil lagi dan pada tempat yang
sama.2,4
f. Giant cell epulis
Epulis ini dapat terjadi karena adanya iritasi lokal atau trauma. Gambaran
klinis dari epulis ini adalah massa noduler merah atau merah kebiru-biruan,
dan dapat bertangkai ataupun tidak bertangkai. Gambaran histopatologisnya
menunjukkan adanya proliferasi pada multinucleated giant cell. Perawatan
pada epulis ini adalah eksisi pada epulis.2,4
Perawatan pada kasus ini yaitu eliminasi faktor penyebab dan eksisi dan
biasanya memberikan prognosa yang baik.2.
Diagnosa: Epulis Granulomatosa
Rencana Perawatan
Fase I
Kontrol plak, DHE, scalling pada regio a,b,c,d,e,f
Fase IIEksisi epulis granulomatosa pada palatum dekat gigi incisivus sentralis
dengan diameter 1,5cm
Fase IIIPerawatan restorative pada gigi geligi yaitu Tumpatan GIC klas I di gigi 46 Tumpatan komposit klas I di gigi 36
Fase IV Kontrol plak, DHE Kontrol epulis ( benjolan epulis telah hilang,
keluhan pasien pasca eksisi tidak ada )
Pembahasan
Berdasarkan anamnesis didapat informasi dari pasien bahwa epulis
granulomatosa tersebut sering terjadi di tempat yang sama berulang sebanyak 4
kali,sehingga epulis granulomatosa ini dieksisi 3 kali di RSUD MUBA.
Berdasarkan pemeriksaan klinis yang dilakukan kepada pasien ditemukan
adanya benjolan pada palatum dekat gigi incisivus sentralis dengan diameter
1,5cm, bertangkai, batas jelas, warna merah, permukaan halus, sakit, konsistensi
padat kenyal, mudah berdarah. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan patologi
anatomi didapat kesan bahwa sediaan dilapisi mukosa berlapis epitel skuamous
kompleks dan juga terdapat sel-sel radang PMN, limfosit dan plasma dijumpai
pembuluh darah proliferasi. Terdapat perbedaan data pada pemeriksaan klinis
gingiva pada laporan kasus dan rekam medik pasien hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan operator dalam mengisi rekam medik pasien.
Gambar 1. Foto awa
Epulis adalah suatu tumor yang bersifat jinak dan pertumbuhannya berada
di atas gingival dan berasal dari periodontal dan jaringan periosteum.
Merupakan akibat iritasi dan infeksi.1 Diagnosa dapat ditegakkan dengan adanya
anamnesa, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi
sehingga diagnosis dapat ditegakkan yaitu epulis granulomatosa. Pada kasus ini
perawatan dilakukan dengan eksisi pada epulis granulomatosa dan mengilangkan
faktor etiologi berupa keadaan deep bite pada pasien dengan membuat peninggi
gigitan. Pasien juga dilakukan perawatan pebersihan karang gigi sebagai faktor
predisposisi timbulnya epulis. Eksisi dilakukan dengan anestesi infiltrasi pada
daerah epulis, kemudian dilakukan pengikatan pada tangkai epulis. Potong
dengan scalpel sampai dengan batas di bawah tungkai tempat dilakukan
pengikatan. Bila terjadinya perdarahan yang banyak, pemotongan dapat dilakukan
pemotongan dengan alat kauterisasi. Buang jaringan–jaringan yang tersisa, untuk
menghindari rekurensi epulis. Tutup dengan jahitan interrupted suture. Oleskan
daerah jahitan dengan povidone iodine 10% untuk membesihkan daerah operasi.
Pada saat kontrol, didapat benjolan epulis telah hilang dan penutupan luka baik.
Tidak ada kluhan subyektif dari pasien.
Gambar 2. Foto setelah eksisi
Kesimpulan
Penegakkan diagnosis epulis granulomatosa berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi.
Perawatan pada epulis ini adalah eksisi dan mengeliminasi faktor etiologi dan
faktor predisposisi.
Daftar Pustaka
1. Greenberg. Burkert’s Oral Medicine and Treatment. 10th ed.USA : WB Saunders ; 2003.p. 601-604
2. Regezy. 2008. Ed.5. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations St. Louis, Missouri: Elsevier.
3. Cawson, RA. 2002. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed. London: Churchill Livingstone
4. Neville, Damm. Oral maxillofacial pathology. 2nd edition. USA : WB.Saunder.2002
5. Benjamin, Amit. Epulis haemangiotosa-post ekstraction sequalae. Scientific journal 2009
6. Riyanti,Eriska. Ekstirpsi Fibroma pada lidah anak.Bandung : UNPAD.2010
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE
Identitas Pasien
Nama pasien : Juhro
Tempat/tanggal lahir : Prabumulih, 12 Maret 1977
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Sudah nikah
Agama : Muslim
Alamat : Prabumulih
Anamnesa
Keluhan utama
Timbul benjolan di leher yang makin lama makin membesar kurang lebih
satu bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Kurang lebih sejak satu bulan yang lalu, pasien mengeluh timbul benjolan
di leher, nyeri pada benjolan, benjolan awalnya sebesar kelereng dan makin lama
makin membesar dan sekarang sebesar telur ayam. Pasien juga mengeluh demam
yang naik turun, nafsu makan berkurang dan badan terasa lemas, pasien juga
mengeluh sariawan. Kurang lebih dua minggu yang lalu benjolan makin mebesar,
pasien tersebut ke rumah sakit umum Prabumulih selama empat hari, pasien
mencret, pasien lalu dirujuk ke RS umum Palembang. Pasien juga pernah
mengalami sakit yang sangat dan tiba-tiba pada gigi geliginya, tetapi pasien hanya
meminum obat pereda rasa sakit dan tidak melakukan perawatan terhadap gigi
yang sakit tersebut
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah batuk-batuk lama
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sama
Riwayat Perawatan Gigi
Pasien tidak pernah melakukan perawatan gigi
Riwayat sosial
Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien terinfeksi HIV
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstra Oral
Wajah : simetri
Bibir : Pada sudut mulut pasien sebelah kiri terdapat lesi yang meluas
sampai pertengahan pipi pasien. Permukaan epidermis pipi rusak.
Terlihat permukaan yang menghitam akibat nekrosis jaringan
dengan ukuran lesi 2x1,5x0,2 cm. Lesi sakit, sehingga pasien
tidak dapat membuka mulutnya sama sekali
Kelenjar getah bening submandibula : teraba lunak dan sakit disebelah kiri
dan sebelah kanan tidak teraba dan
tidak sakit
Pemeriksaan Intra Oral dan Pemeriksaan gigi geligi dan jaringan penyangga
Tidak dapat dilakukan karena pasien tidak dapat membuka mulutnya
Diagnosa sementara
Cancrum oris
Diagnosa Banding : Cancrum oris, Necrotizing Ulceratif Gingivitis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Sputum didapat hasil negatif, Pemeriksaan biakan dan uji
sensitivitas hasil biakan terdapat Streptococcus pyogens, Klebsiella
pneumonie,Candida glabrata, Fusobacterium necropkorum. Pemeriksaan
hematologi didapat hasil peningkatan hitung jenis segmen, Pemeriksaan patologi
anatomi didapat hasil lyphadenitis kronik. Pemeriksaan anti HIV
Tinjauan Pustaka
NOMA atau cancrum oris adalah lesi yang merusak jaringan orofasial
serta struktur sekitarnya. Lesi dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Tetapi
yang sering terjadi adalah unilateral.1
Cancrum oris biasanya dapat terjadi akibat adanya malnutrisi, oral
hyginene yang buruk, sakit sistemik atau kombinasi dari ketiganya.2
Gambaran klinis dari cancrum oris adalah pasien mengalami bau mulut,
anemia, dehidrasi berat, lymhadenopaty.2 Lesi awal dari cancrum oris adalah
adanya ulserasi yang sakit pada gingiva atau mukosa bukal pasien, ulserasi ini
menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan nekrosis pada jaringan
Perawatan meliputi pemberian debridement pada jaringan nekrotik dapat
membantu jika terjadi nekrosis yang meluas.1 Pemberian antibiotik spektrum luas
seperti penicillin dan metronidazole dapat membantu penyembuhan dari pasien ini
Human Immunodeficiency Virus
Merupakan retrovirus, virion HIV berbentuk bola dan
mempunyai inti berbentuk konus, padat dengan elektron, dan
dikelilingi selubung lipid yang didapat dari membran sel host. Inti
virus dikelilingi oleh protein matriks yang dinamakan p17, yang
berada di bawah selubung virion. Pada selubung terdapat dua
glikoprotein, yaitu gp 120 dan gp41, yang penting untuk infeksi
HIV pada sel host.8
Diagnosa
Cancrum oris
Rencana Perawatan
Fase Emergensi
Pemberian debrdement pada cancrum oris kompres
dengan NaCl 0,9% 3x1/2 jam per hari. Pemberian antibiotik amoksillin.
Perbaikan gizi pasien
Fase IV
Kontrol untuk melihat keadaan lesi, Kontrol plak dan DHE
Pembahasan
Berdasarkan anamnesis didapat informasi dari keluarga pasien bahwa
pasien pernah mengalami sakit gigi yang sangat sakit pada regio kiri atas
belakang, tetapi pasien tidak mencari pertolongan ke dokter gigi maupun
puskesmas untuk sakit gigi tersebut. Dikatakan oleh keluarga pasien bahwa pasien
tidak pernah ke dokter gigi atau klinik gigi untuk melakukan perawatan gigi dan
mulutnya. Pasien juga sering mengalami perdarahan gusi pada saat menyikat
giginya pada tekanan yang ringan.
Berdasarkan pemeriksaan klinis yang dilakukan kepada pasien ditemukan
adanya lesi pada sudut mulut pasien sebelah kiri terdapat lesi yang meluas sampai
pertengahan pipi pasien. Permukaan epidermis pipi rusak. Terlihat permukaan
yang menghitam akibat nekrosis jaringan dengan ukuran lesi 2x1,5x0,2 cm. Lesi
sakit, sehingga pasien tidak dapat membuka mulutnya sama sekali. Dan
berdasarkan hasil pemeriksaan sputum BTA didapat hasil negatif, pemeriksaan ini
menunjukkan bahwa pasien tidak menderita tuberculosis. Pada pemeriksaan
biakan laboratorium mkrobiologi yang sampel diambil dari lesi di sudut mulut
pasien didapat hasil biakan terdapat Streptococcus pyogens, Klebsiella
pneumonie,Candida glabrata, Fusobacterium necropkorum. Pada Pemeriksaan
patologi anatomi didapat hasil bahwa tidak adanya keganasan dan terdapat
lymphadenopathy kronik. NOMA atau cancrum oris adalah lesi yang merusak
jaringan orofasial serta struktur sekitarnya. Lesi dapat terjadi unilateral maupun
bilateral. Tetapi yang sering terjadi adalah unilateral.1 Pada kasus ini pasien
pernah menderita sakit gigi dan tidak pernah melakukan perawatan pada gigi
tersebut, infeksi gigi ini kemudian menyebar sehingga terjadi pembengkakan pada
kelenjar getah bening colii sinistra, dimana pada hasil perabaan didapat hasil
teraba lunak dan sakit. Pembengkakan kelenjar getah bening ini menunjukkan
adanya proses infeksi pada kelenjar getah bening colii sinistra.6 Keadaan pasien
yang positif HIV menunjukkan terdapatnya penurunan sistem imun karena virus
ini menyerang sel T CD4 akibat terjadinya penurunan sistim imun ini maka
mudah terjadi infeksi oprtunistik dan infeksi gigi mudah menyebar ke kelenjar
getah bening, dan mudah terjadi lesi pada sudut mulut kiri pasien yang
sebelumnya diduga adanya infeksi dari kandida. Penurunan sistim imun pasien ini
menyebabkan lesi semakin menyebar dan menyebabkan nekrotik jaringan pada
sudut mulut kiri pasien.
Peningkatan insidensi cancrum oris terjadi pada pasien yang terinfeksi
HIV, cancrum oris merupakan suatu penyakit yangbiasanya diawali oleh infeksi
HIV, leukemia, tuberculosis, dan measles. Hal ini dapat terjadi akibat penurunan
sistem imun karena virus ini menyerang sel T CD4.8
Gambar 1. Foto Pasien
Dari hasil anamnesa,pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium
maka dapat ditegakkan suatu diagnosa yaitu cancrum oris. Perawatan pada pasien
ini meliputi Pemberian debridement pada cancrum oris kompres
dengan NaCl 0,9% 3x1/2 jam per hari, debridement ini dilakukan untuk
mengirigasi daerah lesi sehingga jaringan nekrotik dapat
disingkirkan.1,2,3 Dan pemberian antibiotik spektrum luas seperti
penicillin untuk melawan bakteri-bakteri yang berperan terhadap
terjadinya cancrum oris, dimana penicillin bekerja pada dinding
sel bakteri, sehingga terjadi lisis dari sel bakteri tersebut.3,4,5
Untuk HIV dirresepakan antiviral nevirapine.Pasien ini diberikan
antifungal berupa flukonazole, pada cancrum oris kompres dengan
NaCl 0,9% 3x1/2 jam per hari, dan pemberian antibiotik spektrum luas
seperti penicillin, nevirapine Pada saat kontrol, pasien sudah
dapat membuka mulutnya sebesar 15mm, sehingga pasien
dapat menerima makanan lunak. Jaringan nekrotik pada lesi
sudah tidak terlihat lagi.
.
Gambar 2. Foto kontrol
Kesimpulan
Cancrum oris biasanya dapat terjadi akibat adanya malnutrisi, oral
hyginene yang buruk, sakit sistemik atau kombinasi dari ketiganya. Canrum oris
sebaiknya ditegakkan diagnosanya berdasarkan anamnesa,pemeriksaan klinis
ekstraoral dan intraoral, dimana pada kasus ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan
intraoral karena keterbasan pasien dalam pembukaan mulut, tetapi temuan dalam
pemeriksaan klinis ekstraoral yang diperkuat dengan pemeriksaan laboratorium,
dapat dipergunakan untuk menegakkan diagnosa.
Daftar Pustaka
1. Regezy. 2008. Ed.5. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations St. Louis, Missouri: Elsevier.
2. Neville, Damm. Oral maxillofacial pathology. 2nd edition. USA : WB.Saunder.2002
3. Auluck, Aujitt. NOMA : Life cycle a devastating sore—case report and literature review. J Cant Dent Assc. 2005
4. Tonna, Joseph. A case and review of NOMA. Tropical jornal. 2010
5. Cawson, RA. 2002. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed. London: Churchill Livingstone
6. Birnbaun, Warren. Diagnosis kelainan dalam mulut. Jakarta : EGC. 2004
7. Sufiati, Irna. Kadar IgA saliva pada pasien yang terinfeksi HIV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakrta: FKG UI : 2008