laser dalam bidang oftalmologi

54
BAB 1. PENDAHULUAN Laser dalam beberapa tahun terakhir semakin sering kita dengar dan penggunaannya juga semakin luas dalam berbagai disiplin ilmu termasuk dalam bidang kesehatan. LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (Niffa, 2007). Dalam kehidupan sehari-hari, laser digunakan pada berbagai bidang. Dalam penggunaannya, energi laser yang terpancar tiap satuan waktu dinyatakan dengan orde dari beberapa mW (Laser yang digunakan dalam system audio laser disk) sampai dengan beberapa MW (Laser yang digunakan untuk senjata). Besarnya energi laser yang dipilih bergantung pada penggunaannya. Pemanfaatan sinar laser misalnya pada bidang kedokteran, pelayanan (jasa), industri, astronomi, fotografi, elektronika, dan komunikasi (Vaughan, Daniel G., 2000). Laser sekarang sudah semakin populer dilakukan diberbagai negara khususnya dalam bidang kedokteran. Ophthalmology merupakan salah satu spesialisasi ilmu kedokteran pertama yang memanfaatkan energi laser dalam pengobatan pasien. Kejernihan media optis memungkinkan sinar laser difokuskan ke struktur-struktur intraokuler tanpa memerlukan endoskorin, tetapi laser berhasil membuat pengobatan bagi sejumlah penyakit mata serius menjadi lebih mudah dan aman. Karena laser dapat 1

Upload: bella

Post on 28-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

macam-macam laser dan kegunaannya dalam bidang oftalmologi

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN

Laser dalam beberapa tahun terakhir semakin sering kita dengar dan

penggunaannya juga semakin luas dalam berbagai disiplin ilmu termasuk dalam

bidang kesehatan. LASER adalah singkatan dari Light Amplification by

Stimulated Emission of Radiation (Niffa, 2007).

Dalam kehidupan sehari-hari, laser digunakan pada berbagai bidang.

Dalam penggunaannya, energi laser yang terpancar tiap satuan waktu dinyatakan

dengan orde dari beberapa mW (Laser yang digunakan dalam system audio laser

disk) sampai dengan beberapa MW (Laser yang digunakan untuk senjata).

Besarnya energi laser yang dipilih bergantung pada penggunaannya. Pemanfaatan

sinar laser misalnya pada bidang kedokteran, pelayanan (jasa), industri, astronomi,

fotografi, elektronika, dan komunikasi (Vaughan, Daniel G., 2000).

Laser sekarang sudah semakin populer dilakukan diberbagai negara

khususnya dalam bidang kedokteran. Ophthalmology merupakan salah satu

spesialisasi ilmu kedokteran pertama yang memanfaatkan energi laser dalam

pengobatan pasien. Kejernihan media optis memungkinkan sinar laser difokuskan

ke struktur-struktur intraokuler tanpa memerlukan endoskorin, tetapi laser berhasil

membuat pengobatan bagi sejumlah penyakit mata serius menjadi lebih mudah

dan aman. Karena laser dapat menimbulkan kerugian sekaligus keuntungan, maka

bedah mata dengan laser harus dilakukan oleh ahli ophthalmology yang

berpengalaman dengan laser (Vaughan, Daniel G., 2000).

Dalam bidang ophthalmology sinar laser dapat digunakan untuk

memotong merusak, menghilangkan dan meregangkan jaringan okuler. Selain itu

laser dapat dipergunakan untuk mengangkat kekeruhan yang terdapat pada

permukaan kornea yang disebur foronterapeutik kedokteran dan digunakan dalam

koreksi refraksi anomali atau lebih dikenal dengan LASIK (Laser Assisted In-situ

Keratomileusis). LASIK merupakan suatu teknik tindakan bedah refraktif yang

menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada

miopi, astigmatisme dan hipermetropi. (Ilyas Sidarta, Prof.dr.H., 1997).

LASIK akan menggunakan sinar laser yang terprogram untuk memindahkan 1

sejumlah jaringan pada kornea. Laser ini memudahkan untuk memipihkan atau

mencembungkan kornea. LASIK saat ini dianggap merupakan jalan keluar untuk

mengatasi persoalan tersebut. Laser dapat pula untuk pengobatan retinopati

diabetik, glaukoma dan penyakit mata yang lain (Vaughan, Daniel G.,

2000).

LASIK yang menjadi teknologi mutakhir untuk mengatasi gangguan

kelainan refraksi mata pada saat ini juga menambah kebutuhan masyarakat untuk

menambah kecantikan mata. LASIK akan mengubah bentuk kornea untuk

mempertajam penglihatan seseorang (Bron, Antony, dkk 2005). Tingkat

keberhasilan dengan teknologi ini mencapai 90% dan prosedurnya relatif singkat.

Sehingga dengan tindakan LASIK, seseorang dapat menjalankan aktifitas dengan

bebas tanpa kacamata atau lensa kontak (Hartono, 2007).

Teknik LASIK di dunia pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1950

oleh seorang dokter mata asal Colombia. Di Indonesia pada tahun 1997 JEC

(Jakarta Eye Center) memperkenalkan metode LASIK dan pada tahun 2001

melakukan prosedur wavefront guided LASIK pertama kali di Indonesia. Saat ini

JEC telah melakukan lebih dari 18.000 prosedur LASIK (Linstrom RL).

Hal – hal yang perlu untuk pelaksanaan LASIK adalah kelainan

refraksinya sudah stabil minimal dalam waktu 1 tahun, berumur lebih dari 18

tahun, mata yang di lasik harus dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan hamil

atau menyusui dan memiliki kesehatan umum yang baik (Dharmayanti, 2008).

2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission

of Radiation (Niffa, 2007). Sebuah laser berisi materi yang melepaskan foton.

Proses ini diperkuat sehingga foton yang dipancarkan berada dalam fase dan

menghasilkan cahaya koheren monokromatik terpolarisasi dengan intensitas

tinggi. Kekuatan dimodulasi dengan mengubah energi atau waktu ( P = E / t ) . Q -

switching dan modus-locking mengacu pada metode meningkatkan daya laser

dengan menggunakan celah yang menyinkronkan fase cahaya, mengompresi

output dalam waktu (Friedman, 2009).

2.2 Sejarah Perkembangan Laser

Pada awal perkembangannya, orang tidak menyebut dengan nama laser.

Para ahli masa itu menyebutnya sebagai MASER (Microwave Amplification by

the Stimulated Emission of Radiation). Dan orang yang disebut-sebut pertama kali

mengungkapkan keberadaan maser adalah Albert Einstein antara tahun 1916 -

1917. Ilmuwan yang terkenal eksentrik ini juga yang pertama kali berpendapat

bahwa cahaya atau sinar bukan hanya terdiri dari gelombang elektromagnetik, tapi

juga bermuatan partikel dan energi. Dan dikenal lah apa yang disebut sebagai

radiasi. Tapi maser dari Einsten ini baru sebatas teori. Teknologi pada dekade

kedua abad 20 belum mampu mewujudkannya. Disamping itu, banyak ilmuwan

yang menganggap teori dari Eisntein itu sebagai teori yang controversial

(Bertolotti, 2005).

Pada tahun-tahun berikutnya, terlebih pada perang dunia kedua, maser

lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, yaitu untuk pengembangan

radar. Hingga akhirnya Charles H. Townes, James Gordon, dan Herbert Zeiger,

berhasil membuat maser dengan menggunakan gas Amoniak. Dan inilah maser

yang pertama kali dibuat orang. Keberhasilan itu dipublikasikan pada tahun 1954.

Itu merupakan maser dengan satu tingkat energi. Selanjutnya ide emisi dua tingkat

3

untuk mempertahankan inversi pada maser telah dikembangkan oleh dua orang

ilmuwan Sovyet, Nikolai Basov dan Alexander Prokhorov. Karena sumbangannya

yang sangat penting ini dalam pengembangan maser, Charles H. Townes, Nikolai

Basov, dan Alexander Prokhorov berbagi hadiah Nobel bidang Fisika pada tahun

1964 (Bertolotti, 2005).

Charles H. Townes memang orang yang berperan penting dalam dunia

maser. Sebelumnya beliau bersama Arthur Schawlow telah meneliti kemungkinan

pembuatan maser optik (yang kemudian berkembang menjadi laser) dan sinar

infra merah. Rincian penelitian itu diterbitkan pada bulan Desember 1958. Namun

mereka berdua masih menemui kesulitan dan pembuatan laser (maser optik).

Hingga akhirnya sebelum memasuki tahun 1960 Theodore Maiman bisa

mewujudkan kerja sinar laser. Maiman menggunakan silinder batu Ruby untuk

memicu timbulnya laser hingga laser buatannya dikenal sebagai Ruby Laser. Tapi

Ruby Laser hanya mampu bekerja pada energi tingkat ketiga. Setelah memasuki

tahun 1960, Peter Sorokin dan Mirek Stevenson mulai mengembangkan laser

tingkat keempat yang pertama. Tapi itu pun masih sebatas teori dan tujuan untuk

merealisasikannya masih belum tercapai. Namun demikian sejak saat itu lah era

laser dimulai (Bertolotti, 2005).

Sekilas bahwa Theodore Maiman dianggap sebagai orang yang pertama

kali berhasil membuat laser (bukan maser). Tapi sebenarnya ada orang lain yang

telah mendahuluinya yaitu Gordon Gould. Pada tahun 1958, Gordon Gould

kabarnya telah berhasil membuat maser optik (laser) bahkan dia juga yang

dianggap sebagai orang yang pertama kali menggunakan istilah Laser (Light

Amplification by the Stimulated Emission of Radiation). Tapi Gordon gagal

mendaftarkan paten laser-nya pada tahun 1959. Hingga pada tahun 1977 Gordon

memenangkan paten tersebut. Butuh waktu 8 tahun untuk mendapatkan

pengakuan itu (Friedman, 2009).

Pada masa yang hampir bersamaan juga beberapa ilmuwan lain berhasil

membuat laser dengan menggunakan bahan yang berbeda. Misalnya Ali Javan,

William Bennet dan Donald Herriot yang membuat laser dengan media gas

helium dan neon pada tahun 1960 dan keberhasilannya baru dipublikasikan pada

4

tahun 1961. Kumar N. Patel membuat laser dengan perantaraan karbondioksida,

nitrogen, dan helium pada tahun 1964. Dan pada tahun yang sama juga (1964),

Earl Bell membuat laser dengan bantuan helium dan merkuri. Para ilmuwan ini

dianggap pembuat untuk laser gas karena bahan-bahan yang mereka gunakan

untuk membuat laser pada umumnya berupa zat gas (Lubatschowski, 2000).

Perkembangan yang cukup penting terjadi pada tahun 1962 ketika seorang

ilmuwan yang bekerja pada perusahaan General Electric, Robert Hall,

menemukan laser semikonduktor berukuran mini dengan biaya murah. Biasanya

mesin atau peralatan pemroduksi sinar laser berukuran besar. Laser buatan Rober

Hall inilah yang hingga kini digunakan pada perangkat vcd dan dvd player, printer

laser, pembaca kode bar, drive pada CPU, sistem komunikasi yang menggunakan

serat optik, dan sebagainya (Lubatschowski, 2000).

2.3 Jenis - Jenis Laser

1. Ruby Laser

Laser ruby adalah laser solid-state yang menggunakan kristal sintetis ruby

sebagai media penguatannya. Laser pertama adalah laser ruby yang dibuat oleh

Theodore H. "Ted" Maiman di Hughes Research Laboratories pada tanggal 16

Mei 1960. Laser Ruby menghasilkan pulsa cahaya tampak pada panjang

gelombang 694,3 nm, yang merupakan warna merah tua. Khas panjang pulsa

Laser ruby di urutan milidetik (Maiman, 1960).

Laser ruby paling sering terdiri dari batang ruby yang harus dipompa

dengan energi yang sangat tinggi, biasanya dari flashtube. Batang sering

ditempatkan di antara dua cermin, membentuk rongga optik, yang berosilasi

cahaya yang dihasilkan oleh fluoresensi ruby, menyebabkan emisi terstimulasi.

Ruby adalah salah satu dari beberapa laser solid state yang menghasilkan cahaya

dalam kisaran terlihat spektrum, penguat pada 694,3 nanometer, dalam warna

merah tua (Maiman, 1960).

Medium laser aktif (media amplifikasi laser) adalah batang ruby sintetis

yang diberi energi melalui pemompaan optik, biasanya oleh flashtube xenon.

Ruby memiliki band yang sangat luas dan kuat penyerapan dalam spektrum

5

visual, pada 400 dan 550 nm, dan seumur hidup fluoresensi yang sangat panjang 3

milidetik. Hal ini memungkinkan untuk memompa energi yang sangat tinggi,

karena durasi pulsa bisa lebih lama dibandingkan dengan bahan lain. Sementara

ruby memiliki profil penyerapan yang sangat luas, efisiensi konversi jauh lebih

rendah daripada media lainnya (Maiman, 1960).

Gambar 2.1. Laser Ruby (Vaughan, Daniel G., 2000)

Dalam contoh-contoh awal, ujung batang itu harus dipoles dengan presisi

besar , sehingga ujung batang datar ke dalam seperempat dari panjang gelombang

cahaya output, dan sejajar satu sama lain dalam beberapa detik busur. Ujung-

ujung halus dipoles batang yang keperakan; salah satu ujung sepenuhnya, yang

lain hanya sebagian. Laser modern sering menggunakan batang dengan pelapis

antireflection, atau dengan ujung dipotong dan dipoles di sudut Brewster sebagai

gantinya. Hal ini menghilangkan refleksi dari ujung batang. Cermin dielektrik

eksternal kemudian digunakan untuk membentuk rongga optik. Cermin lengkung

biasanya digunakan untuk bersantai toleransi keselarasan dan membentuk

resonator stabil , sering mengkompensasi lensing termal batang (Svelto, 1986).

Transmitansi dari ruby di spektrum optik dan dekat - IR . Perhatikan dua

band yang luas biru dan hijau penyerapan dan pita absorpsi sempit di 694 nm,

yang merupakan panjang gelombang dari laser ruby. Ruby juga menyerap

beberapa cahaya pada panjang gelombang penguat . Untuk mengatasi penyerapan 6

ini , seluruh panjang batang perlu dipompa , tanpa meninggalkan daerah-daerah

teduh dekat mounting . Bagian aktif dari ruby adalah dopan , yang terdiri dari ion

kromium tergantung di sebuah kristal safir sintetis . Dopan sering terdiri dari

sekitar 0,05 % dari kristal , dan bertanggung jawab untuk semua penyerapan dan

emisi radiasi (Svelto, 1986).

2. Argon Laser

Argon laser ditemukan pada tahun 1964 oleh William Bridges di Hughes

Aircraft dan merupakan salah satu dari laser Ion yang menggunakan gas mulia

sebagai media aktif. Laser ion argon digunakan untuk fototerapi retina (untuk

diabetes), litografi, dan pemompaan laser lainnya. Laser ion Argon memancarkan

pada panjang gelombang 13 melalui terlihat, ultraviolet, dan spektrum dekat -

terlihat, termasuk : 351,1 nm, 363,8 nm, 454,6 nm, 457,9 nm, 465,8 nm, 476,5

nm, 488,0 nm, 496,5 nm, 501,7 nm, 514,5 nm , 528,7 nm, 1092,3 nm (Moo-

Young, 1985).

Sebuah sinar laser argon yang terdiri dari beberapa warna (panjang

gelombang) pemogokan cermin difraksi silikon kisi dan dipisahkan menjadi

beberapa balok, satu untuk setiap panjang gelombang . Panjang gelombang yang (

kiri ke kanan ) 458nm, 476nm, 488nm, 497nm, 502nm, 515nm. Argon dan

kripton laser yang mampu memancarkan output gelombang terus menerus

beberapa miliwatt hingga puluhan watt . Tabung mereka biasanya terbuat dari

Nickel, logam Kovar untuk segel keramik , keramik berilium oksida , atau disk

tungsten terpasang pada heat spreader tembaga dalam liner keramik . Tabung

paling awal adalah kuarsa sederhana , diikuti oleh kuarsa dengan disk grafit .

Dibandingkan dengan laser helium - neon yang membutuhkan hanya beberapa

milliamps , saat ini digunakan untuk memompa laser kripton berkisar di beberapa

ampere , karena gas tersebut harus terionisasi . Ion tabung laser menghasilkan

banyak limbah panas dan membutuhkan pendinginan aktif (Moo-Young, 1985).

3. YAG Laser

YAG laser laser solid state yang menggunakan neodymium - doped

yttrium - aluminium garnet - kristal sebagai media penguat . Hal ini dipompa

optik dengan lampu atau dioda dan paling sering memancarkan cahaya inframerah

7

pada 1064nm . Hal ini dapat digunakan baik dalam modus berdenyut atau kontinu.

Pulsed YAG laser biasanya Q -switched untuk mencapai pulsa intensitas tinggi,

yang dapat frekuensi dua kali lipat untuk memancarkan cahaya pada 532nm

(Friedman, 2009).

4. Femtosecond Laser

Laser femtosecond adalah laser inframerah (panjang gelombang: 1.053

nm) dengan durasi pulsa ultra-pendek (10-15 s). Mengingat durasi pulsa pendek,

laser femtosecond memiliki kemampuan untuk memberikan energi laser dengan

jaminan kerusakan minimal pada jaringan yang berdekatan. Kerusakan termal ke

jaringan tetangga di kornea telah diukur berada di urutan 1 μm. Interaksi jaringan

laser memanfaatkan dikenal sebagai foto-disruption, sebuah proses di mana

volume kecil jaringan yang menguap sehingga pembentukan gas kavitasi (karbon

dioksida dan air). Selain itu, laser femtosecond adalah unik karena dapat

difokuskan di mana saja dalam atau di belakang kornea dan mampu lewat melalui

media optik kabur, seperti edema kornea. Laser dapat diterapkan dalam berbagai

pola geometris termasuk vertikal, spiral, atau zig-zag (Sekundo et al, 2008).

5. Diode Laser

Dioda laser adalah sejenis dioda di mana media aktifnya menggunakan

sebuah semikonduktor persimpangan p-n yang mirip dengan yang terdapat pada

diode pemancar cahaya. Dioda laser kadang juga disingkat LD atau ILD. Dioda

laser baru ditemukan pada akhir abad ini oleh ilmuwan Universitas Harvard.

Prinsip kerja diode ini sama seperti diode lainnya yaitu melalui sirkuit dari

rangkaian elektronika, yang terdiri dari jenis p dan n (Friedman, 2009). Pada

kedua jenis ini sering dihasilkan 2 tegangan, yaitu:

A. Biased forward, arus dihasilkan searah dengan nilai 0,707 utk pembagian

v puncak, bentuk gelombang di atas ( + ).

B. Backforward biased, ini merupakan tegangan berbalik yang dapat merusak

suatu komponen elektronika

8

6. Excimer Laser

Laser excimer (kadang-kadang lebih tepat disebut laser exciplex) adalah bentuk

laser ultraviolet yang umum digunakan dalam produksi perangkat mikroelektronik

(semikonduktor sirkuit terpadu atau "chip"), operasi mata, dan micromachining.

UV Excimer laser mempunyai panjang gelombanng 193 nm, pulsa / frekuensi

yaitu sebesar 10 / 250 Hz (Kumar, 2010).

Gambar 2.2: excimer laser(Dharmayanti , 2008)

7. Slt Laser

8. Barrier Laser

2.4 Mekanisme Efek Laser

1. Fotokoagulasi

Laser yang banyak digunakan dalam terapi oftalmelogi adalah laser

termal. Sinar yang diserap diubah menjadi panas, sehingga terjadi peningkatan

suhu jaringan sasaran dan menyebabkan koagulasi dan denaturasi komponen-

komponen seluler. laser ini digunakan untuk fotokoagulasi retina, pengobatan

9

retinopati diabetes dan penutupan lubang- lubang retina, dan untuk fotokoagulasi

jaringan trabekular, iris, dan badan siliaris dalam pengobatan glaucoma

(Niffa, 2007).

2. Photodisruption

Laser photodistuption melepaskan pulsa energi raksasa dengan lama pulsa

beberapa nanodetik. Menghasilkan efek memotong pada jaringan mata.

Digunakan terutama untuk melubangi kapsul posterior setelah eksrtasi katarak dan

untuk melakukan eridotomi laser (Niffa, 2007).

3. Fotoevaporasi

Laser karbondioksida yang mnghasilkan berkas panas inframerah

gelombang panjang. Berkas laser ini diserap oleh air sehingga tidak masuk ke

bagian dalam mata. Laser ini dapat menguapkan lesi-lesi permukaan, misalnya

tumor kelopak mata dan dapat untuk insisi pada kulit dan sclera tanpa

mengeluarkan darah (Niffa, 2007).

4. Photo decomposition

Menghasilkan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang sangat pendek

yang berinteraksi dengan ikatan-ikatan kimia benda biologis. Laser kelompok ini

secara kolektf disebut excimer. Excimer (Exicited dimmer) adalah gabungan dari

2 atom misalnya argon dan fluorin. Proses laser excimer adalah pemecahan ikatan

jaringan dengan sinar. Lepasnya jaringan terjadi akibat adanya foton bertenaga

tinggi dari sinar laser memecah atau melepaskan ikatan intermolekul pada

jaringan kornea (Niffa, 2007).

2.5 Penggunaan Laser Dalam Opthalmologi

2.5.1 Kelainan Refraksi

Mata normal (Emetropia) adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi,

pembiasan sinar dalam mata berfungsi normal. Mata emetropia akan mempunyai

penglihatan normal, 6/6 atau 100%. Pada mata dengan emetropia dapat

disimpulkan :

Sinar jauh difokuskan sempurna di daerah macula lutea tanpa bantuan

akomodasi.

10

Mata emetropia tidak mempunyai cacat refraksi.

Bayangan objek difokuskan pada bintik kuning selaput jala yang akan

memberikan penglihatan jernih.

Gambar 2.3: Mata normal (Dharmayanti, 2008)

Jika suatu berkas sinar berjalan dari satu medium melalui medium lain

yang berbeda kepadatannya, maka sinar tersebut akan berubah arahnya.

Perubahan arah ini yang disebut sebagai refraksi. Kelainan refraksi adalah

keadaan dimana bayangan tegastidak dibentuk pada retina (macula lutea atau

bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optic

pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur (Dharmayanti, 2008).

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran

depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Bila terdapat kelainan

pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan

panjang bola mata (lebih panjang, lebih pendek) maka sinar normal tidak dapat

terfokus pada makula. Kelainan refraksi ada beberapa macam, diantaranya adalah

myopia, hypermetropia dan astigmatism (Dharmayanti, 2008).

1. Miopia

Miopia adalah suatu kelainan refraksi, dimana sinar – sinar sejajar garins

pandang, oleh mata tanpa akomodasi, dibias di depan Retina. Miopia disebut

sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh akan

tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik (Tanjung, 2003). Miopia disebabkan

11

karena terlalu kuat pembiasan sinar di dalam mata untuk panjangnya bola mata

akibat:

o Kornea terlalu cembung.

o Daya pembiasan mata terlalu kuat (Miopi refraktif).

o Sumbu mata terlalu panjang (Miopi Axial).

o Lensa terlalu cembung (seperti pada katarak imatur).

Secara fisiologik sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga

membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada macula lutea. Titik focus sinar

yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Akibatnya orang akan

sulit melihat benda jauh karena terlihat blur (H.Ilyas,Sidarta, 2006).

Gambar 2.4: Mata miopia(Dharmayanti , 2008)

Klasifikasi beratnya miopia (H.Ilyas,Sidarta, 2012) :

Miopia ringan : -1.00 hingga - 3.00 dioptri

Miopia sedang : - 3.00 hingga -6.00 dioptri

Miopia berat : > - 6.00

2. Hipermetropia

Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi, dimana sinar – sinar atau

garis pandang oleh mata tanpa akomodasi di bias di belakang retina.

Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hipermetropia atau rabun dekat. Pasien

dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya

berakomodasi. Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan

12

sinar pada mata tidak cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning

(macula lutea), sehingga mata memfokuskan sinar di belakang bintik kuning atau

macula lutea retina (Tanjung, 2003).

Sebab atau jenis hipermetropia:

Hipemetropia sumbu atau hipermetropia axial merupakan kelainan refraksi

akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.

Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang

sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.·

Hipermetropia index relative, dimana terdapat index bias yang kurang

pada sistem optic mata, misalnya pada usia lanjt, lensa mempunya index

refraksi lensa yang berkuran (H.Ilyas,Sidarta, 2012).

Gambar 2.5: Mata hipermetropi (Dharmayanti , 2008)

Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :

1. Hipermetropia ringan : +0.25 hingga + 3.00

2. Hipermetropia sedang : + 3.25 hingga + 6.00

3. Hipermetropia berat : + 6.25 atau lebih (PDT Unair, 2006).

3. Astigmatisme

Adalah suatu bentuk kelainan refraksi, dimana mata menghasilkan suatu

bayangan dengan titik atau garis focus multiple. Yang dimaksud dengan astigmat

atau silinder adalah terdapatnya variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau

lensa pada meridian yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus

pada satu titik (H.Ilyas,Sidarta,2006).

13

Gambar 2.6: Mata astigmatisme (Dharmayanti , 2008)

Terdapat dua macam astigmatisme yaitu astigmatisme regular dan ireguler.

Astigmat regular dalah astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan

bertambah atau berkurang perlahan – lahan secara teratur dari satu meridian ke

meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk

yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran. Sedangkan astigmat

ireguler adalah astigmat yang tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak

lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat perbedaan kelengkungan kornea pada

meridian yang sama sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmat ireguler

terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi, atau akibat kelainan pembiasan.

(H.Ilyas,Sidarta, 2012).

4. LASIK

LASIK (Laser Assisted Insitu Keratomileusis) adalah suatu prosedur atau

tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada mata sehingga setelah

dilakukannya tindakan ini, penderita kelainan refraksi diharapkan dapat terbebas

dari penggunaan kacamata atau lensa kontak (contact lens). Kelainan refraksi

mata yang dapat dilakukan tindakan koreksi dengan LASIK adalah

Miopia ,Hipermetropia dan Astigmatism (Vaughan, Daniel G., 2000).

Akan tetapi bedah refraksi tidak dapat memperbaiki atau mencegah

presbiopia, suatu kelainan refraksi yang terjadi seiring bertambahnya usia.

Kebanyakan orang berusia 40 tahun keatas akan memiliki kelainan ini. Semasa

14

remaja, lensa alami mempunyai kemampuan untuk merubah bentuk dan kekuatan.

Ini mengizinkan kita untuk fokus pada benda-benda dekat melalui suatu proses

perubahan kekuatan lensa yang disebut akomodasi. Ketika menua, lensa alami

menjadi lebih kaku dan kehilangan kemampuannya untuk merubah bentuk. Ini

yang dinamakan presbiopi.

Presbiopi adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia,

dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan – lahan

berkurang. Presbiopi terjadi akibat lensa makin keras, sehingga elastistasnya

berkurang. Demikian pula dengan akomodasinya, daya kontraksinya berkurang

sehingga tidak terdapat pengenduran zonula Zinn yang sempurna. Untuk

membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopi mata maka dapat

dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang berkurang sesuai

usia (PDT Unair, 2006).

Lasik menggunakan laser pada alat yang disebut ultraviolet excimer laser.

Alat ini menggunakan panjang gelombang (λ) 193 nm dalam pembedahan lasik.

Sehingga energi yang di emisikan sebesar : E = hf = hc/λ. Laser pada lasik

merupakan laser dingin yang tidak membangkitkan panas, yang memungkinkan

melepas jaringan tanpa efek panas pada jaringan sekitar. Sinar ini sangat

sempurna untuk dipakai sebagai pengupas kornea dengan memakai gelombang

sinar bertenaga tinggi. Dengan cara ini permukaan kornea dapat dibuat lebih

cembung atau cekung sesuai dengan kelainan refraksi yang akan dikoreksi

(Dharmayanti, 2008).

Ketepatan kerja sinar laser excimer ini dapat dilihat dari kemampuannya

mengupas 0,25 mikron jaringan dengan satu kali tembakan penyinaran, yaitu

1/200 tebal rambut manusia atau satu per 39 juta inci hanya dalam waktu satu per

12 miliun detik (mrh). Kerapatan energy dapat diatur pada workpiece. Dengan

frekuensi dan energy tertentu, laser digunakan untuk memindahkan sejumlah

jaringan pada kornea mata. Banyaknya jaringan yang dipindahkan tergantung dari

tingkat kerusakan sitem refraksi mata pada miopi, hipermetropi atau astigmatis

(Dharmayanti, 2008).

15

Gambar 2.7: mesin excimer laser (Dharmayanti, 2008)

A. Syarat untuk dilakukan Lasik

Lasik hanya dapat dilakukan pada keadaan di bawah ini:

Umur telah lebih dari 18 tahun.

Ukuran kacamata masih dalam jangkauan kemampuan mesin

o Myopia (minus) : Sph. -0,50 s/d -14,00 D dengan/ tanpa Cyl

-0,50 s/d -5,00 D

o Hypermetropia (plus) : Sph +0,50 s/d +5,00 D dengan/ tanpa

Cyl +0,50 s/d +3,00 D.

Tidak mempunyai riwayat penyakit auto imun, karena Penyakit - penyakit

autoimun tertentu yang telah lanjut, seperti lupus dan rheumatoid arthritis,

mungkin mempengaruhi penyembuhan setelah operasi.

Tidak sedang menyusui atau sedang hamil.

Kacamata telah stabil ukurannya.

Keadaan yang memenuhi syarat untuk dapat dilakukan lasik :

Kornea cukup tebal untuk dapat dilaser setebal yang diperlukan untuk

lasik.

Mempunyai kelainan refraksi.

Tidak menderita penyakit yang berhubungan dengan penglihatan. 16

Pada mata dengan kelainan dibawah ini tidak dianjurkan untuk mendapat

pengobatan lasik :

Mata yang sedang mengalami infeksi.

Selaput bening atau kornea yang terlalu tipis.

Mata kering atau dry eyes.

Menderita glaucoma.

Kelainan retina akibat diabetes mellitus. (Semarang Eye Centre).

Mata yang tidak dapat dilakukan laser :

Kornea tipis.

Karena semua operasi laser excimer (LASIK dan surface ablation)

memerlukan pengangkatan jumlah-jumlah kecil dari jaringan kornea,

pasien-pasien yang mempunyai kornea-kornea yang sangat tipis berisiko

untuk pelemahan kornea yang berlebihan setelah operasi dan mungkin

bukan calon-calon yang baik untuk LASIK. Pada kasus-kasus ini, surface

ablation atau prosedur-prosedur lain mungkin lebih tepat.

Keratoconus (Keratoconus adalah suatu penyakit kornea yang berakibat

dari kekuatan kornea yang berkurang yang dapat dideteksi sebagai suatu

lengkungan yang abnormal pada pengujian. Kornea terlalu cembung).

Herpetic keratitis.

Progressive myopia.

Kornea sakit.

Glaukoma berat.

Katarak.

Kornea memarut, membentuk jaringan parut aktif.

Dry eye (mata kering).

Pasien-pasien dengan gejala-gejala mata kering, seperti terbakar,

kemerahan, dan keluar air mata mungkin mempunyai gejala-gejala yang

paling buruk setelah operasi LASIK. Ini terjadi karena syarafsyaraf kornea

terpotong sewaktu prosedur ini, dan syaraf-syaraf ini sebagian

17

bertanggung jawab untuk stimulasi pengeluaran air mata. Kebanyakan

pasien-pasien mempunyai suatu pengembalian balik secara penuh pada

keadaan garis dasar mereka setelah operasi.Bagaimanapun, pasien-pasien

dengan mata kering yang signifikan sebelum operasi mungkin bukan

calon-calon operasi yang tepat.

Blefaritis.

Operasi refraktif sebelumnya (Semarang Eye Centre).

Lasik kontra indikasi pada keadaan umum tubuh seperti :

Penyakit cardiovascular tidak terkontrol.

Penyakit autoimun.

Hamil.

Riwayat koloid.

Diabetes mellitus.

Penyulit tindakan lasik :

Flep yang tipis.

Kerusakan retina dan papil saraf optic.

Infeksi.

Ektasi kornea.

B. Prosedur Preoperasi

Sebelum prosedur operasi, pasien akan memerlukan suatu pemeriksaan mata yang

penuh. Proses ini akan membantu menentukan apakah ada faktor-faktor risiko

tertentu untuk dilakukannya lasik. Jika pasien memakai lensa-lensa kontak, pasien

harus tidak memakainya untuk beberapa hari sebelum pemeriksaan dan

menggunakan kacamata. Ini penting karena lensa-lensa kontak akan merubah

bentuk kornea dan jika kornea tidak mempunyai cukup waktu tanpa lensa-lensa

kontak, maka pengukuranpengukuran yang diambil sebelum operasi mungkin

tidak akurat(Dharmayanti, 2008).

18

Selama pemeriksaan awal perlu ditanyakan riwayat tentang kondisi-

kondisi mata dan medis pada masa lalu dan sekarang, termasuk operasi mata atau

luka (trauma) manapun sebelumnya, riwayat obat-obat yang diminum, termasuk

obat-obat bebas resep (over the counter), karena ini adakalanya dapat

mempengaruhi penglihatan atau operasi. Juga pastikan untuk menanyakan alergi-

alergi obat apa saja yang di punya. Pada hari operasi, pasien dianjurkan untuk

menghindari menggunakan semua lotion-lotion, cream-cream, makeup, dan

minyak-minyak wangi. Beberapa dari itemitem ini mengumpul pada bulu-bulu

mata dan mungkin meningkatkan risiko infeksi, dimana yang lain-lain (lotion dan

minyak wangi) dapat mempengaruhi fungsi laser. Pemeriksaan yang diperlukan

sebelum tindakan lasik:

1. Pemeriksan tear film.

Untuk uji mata kering atau dry eye dapat dilakukan dengan tearscope atau

ferning test.

2. Lebar pupil.

Untuk mengurangkan keluhan halo dan glare akibat laser, perlu diperhitungkan

apakah di tempat gelap atau pupil lebar fisiologik tepi cekungan laser akan

terletak dalam pupil sehinga menimbulkan glare, silau atau halo. Untuk

menghindari maka dapat diperhtungkan untuk membuat gambaran kecekungan

khusus.

3. Topografi kornea.

Komputer akan memberikan warna tertentu pada permukaan kornea yang

berbeda. Gambaran topografi dapat memberikan gambaran tidak normal

permukaan kornea seperti astigmat, keratokonus, dan permukaan yang tipis

lainnya. Gambaran ini kadang – kadang memberikan informasi tidakmungkinnya

dilakukan lasik seperti yang dikehendaki.

4. Pachimetri.

Dengan pachimetri dapat diketahui tebalnya kornea. Hasil dari pachimetri

menetukan sedalam apa dapat dilakukan pengangkatan permukaan kornea.

Sebelum pembedahan, perlu diketahui tebal kornea supaya tidak terjadi penetrasi

dan tidak menembus terlalu dalam.

19

5. Uji papan placido.

Uji plasido digunakan untuk melihat kelengkungan kornea. Dipakai papan plasido

dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap pada sumber

cahaya atau jendela, sedang pasien sendiri membelakangi jendela.

6. Pemeriksaan fundus okuli.

Pemeriksaan fundus dilakukan untuk melihat adanya kelemahan retina pada

myopia yang mungkin perlu diatasi terlebih dahulu dengan koagulasi laser retina

perifer.

7. Adanya glaucoma.

Pada mata dengan glaucoma akan dapat terjadi ektasi dari bagian sentral yang

dikupas. Sebaiknya mata glaucoma tidak dilakukan lasik untuk myopia nya

(Dharmayanti, 2008).

C. Prosedur Operasi Lasik

Operasi dilakukan dengan pasien terjaga dan mobile, namun kadang-

kadang pasien ringan diberi obat penenang (seperti Valium) dan anestesi tetes

mata. Operasi mata LASIK biasanya memakan waktu kurang dari 30 menit untuk

melaksanakan operasi pada kedua mata-mata (Linstrom et al, 2000). Lasik

dilakukan dalam beberapa langkah yaitu:

Langkah pertama

Setelah anestesi obat tetes mata diletakkan pada mata, sebuah cincin

pengisap berpusat di atas kornea mata. Cincin ini merupakan cincin suction yang

berfungsi untuk menstabilkan posisi mata dan meningkatkan tekanan ke tingkat

yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik microkeratome. Panduan trek pada

cincin suction ini digunakan untuk menyediakan jalur yang tepat untuk

microkeratome.

20

Gambar 2.8: Pemasangan cincin suction (Linstrom et al, 2000)

Langkah kedua

Microkeratome merupakan alat yang sangat tepat dan "batu kunci" dalam

prosedur LASIK. Perangkat ini adalah alat cukur mekanis yang berisi pisau tajam

yang bergerak maju mundur dengan kecepatan tinggi. Alat cukur ini ditempatkan

di trek panduan dari cincin isap dan maju di kornea menggunakan roda pada

kecepatan yang terkontrol. Proses ini menciptakan sebuah penutup parsial dalam

seragam ketebalan kornea. Flap dibuat dengan meninggalkan sebagian kornea

yang belum dipotong untuk menyediakan sebuah engsel.

Gambar 2.9: pembuatan flap yang berengsel (Linstrom et al, 2000)

Langkah ketiga

Setelah cincin dan microkeratome suction telah diambil, maka flap kornea

dilipat kembali pada engsel untuk mengekspos bagian tengah kornea. Segala

kelembaban yang berlebihan pada jaringan akan dikeringkan, dan ketebalan

kornea yang terletak dibawahnya akan diukur.21

Gambar 2.10: Pelipatan flap kornea (Linstrom et al, 2000)

Langkah keempat

Excimer laser yang kemudian digunakan untuk menghapus jaringan dan

membentuk kembali pusat kornea. Jumlah jaringan yang dikeluarkan tergantung

pada tingkat dekat-sightedness yang sedang diperbaiki. Ini bagian dari prosedur

LASIK hampir identik dengan prosedur PRK, kecuali dalam PRK permukaan

kornea diperlakukan tanpa pembentukan flap kornea.

22

Gambar 2.11: Penyinaran dengan excimer laser (Linstrom et al, 2000)

Langkah kelima

Pada langkah terakhir, yang berengsel flap dilipat kembali ke posisi

semula. Permukaan depan mata sekarang datar sejak flap sesuai dengan

permukaan yang mendasari. Akibatnya, perubahan yang dibuat di tengah kornea

diterjemahkan ke permukaan depan kornea (Linstrom et al, 2000).

Gambar : Penutupan flap kornea (Linstrom et al, 2000)

D. Perawatan Pascaoperasi

Segera setelah prosedur selesai, gejala yang mungkin akan dirasakan

adalah mata terasa seperti teriritasi, terbakar, gatal, atau merasa seperti ada

ssesuatu didalamnya. Mata akan seringkali berair atau keluar air mata secara

berlebihan, dan penglihatan akan menjadi sedikit banyaknya kabur. Hal yang

paling penting untuk dihindari selama waktu ini adalah menggosok mata, karena

menggosok mata dapat memindahkan atau menggeser penutup kornea.

Menggunakan air mata tiruan yang berlimpah dan istirahat dengan mata tertutup

akan paling efektif meredakan sensasisensasi ini. Pada beberapa kejadian-

kejadian, mungkin ada ketidaknyamanan yang menigkat atau bahkan suatu derajat

nyeri yang ringan, untuk mana dapat diberikan obat penghilang nyeri. Pada

kebanyakan kasus-kasus, obat-obat anti-peradangan nonsteroid, seperti ibuprofen,

adalah cukup untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan obat tetes

mata antibiotik dan tetes anti-peradangan (steroids) yang digunakan sampai

berminggu-minggu setelah operasi. Gejala-gejala lain yang mungkin dirasakan 23

segera setelah operasi termasuk kepekaan sinar, penglihatan berkabut, cahaya

yang menyilaukan, melihat ledakanledakan bintang atau lingkaran-lingkaran

cahaya disekeliling sinar-sinar, atau mata yang memerah. Semua gejala-gejala ini

seharusnya membaik melalui beberapa hari pertama setelah operasi. Pasien juga

dianjurkan untuk tidak memakai make up pada mata untuk beberapa minggu

setelah operasi. Pasien harus secara memadai diberitahu oleh ahli bedah tentang

pentingnya tepat perawatan pasca-operasi untuk memperkecil risiko

komplikasi(Vaughan, Daniel G., 2000).

Penglihatan akan stabil dalam minggu pertama atau kedua, namun itu

mungkin terus menerus berubah melalui beberapa bulan-bulan pertama setelah

operasi. Mungkin memakan waktu dari tiga sampai enam bulan untuk penglihatan

stabil sepenuhnya. Gejala-gejala penglihatan lain, seperti cahaya yang

menyilaukan, melihat lingkaran-lingkaran cahaya, dan kesulitan mengendarai

mobil waktu malam hari, mungkin berlanjut selama periode stabilisasi ini.

Perawatan-perawatan tambahan, atau perbaikan-perbaikan, mungkin diperlukan

setelah operasi, namun stabilitas dari kornea akan perlu ditegakkan sebelum

perawatan-perawatan apa saja yang diulang dilaksanakan. Sebelum perbaikan-

perbaikan dipertimbangkan, Pasien harus telah mempunyai pengukuran-

pengukuran mata yang konsisten pada dua kunjungan yang berurutan (Vaughan,

Daniel G., 2000).

E. Komplikasi Lasik (Semarang Eye Centre)

1. Flaps kornea tipis dan tombol lubang : komplikasi ini umumnya disebabkan

oleh tidak memadainya microkeratome, kualitas pisau microkeratome yang jelek

kualitasnya, kornea yang curam atau kerusakan microkeratome. Pengobatan

terbaik adalah dengan menghentikan prosedur, menggantikan flap dan dalam tiga

sampai empat bulan melakukan keratectomy baru menggunakan plat yang lebih

tebal .

2. Under Correction – Over Correction : Disebabkan penyerapan energi yang

tidak sempurna. Dapat diatasi dengan “enhancement”

3. Flap kornea yang terputus: kornea benar-benar terputus dari engsel yang

24

dibuat. Kornea diganti setelah perawatan laser dan menjaga kelembaban kornea.

Kelopak mata dibuat tertutup dan pasien diperiksa hari berikutnya.

4. Flap yang bergeser: Kadang kala setelah operasi lasik, terjadi kecelakaan atau

menggosok mata yang terlalu keras, flap dapat bergeser. Tidak ada pembuluh

darah di flap sehingga selama tiga tahun setelah LASIK, flap bergeser dapat

terjadi.

5. Epitel tumbuh ke dalam secara berulang: lapisan atas kornea (epitel) dapat

tumbuh di bawah flap. Biasanya self limited tetapi dapat tumbuh di bawah flap

hingga ke pupil. Jika pertumbuhan epitel mengganggu penglihatan, flap dapat

diangkat dan sel-sel epitel dihapus. Kondisi ini dapat terulang kembali.

6. Microbial keratitis: infeksi di bawah flap kornea sangat jarang terjadi. Faktor-

faktor seperti infeksi, riwayat herpes mata, dan pemakaian steroid jangka panjang

pada mata dapat meningkatkan risiko infeksi. Dapat terjadi infeksi bakteri atau

jamur. Pencegahan adalah usaha yang terbaik dengan cara teknik bedah steril.

Pengobatan dengan topikal antibiotic untuk membentengi mata dari infeksi.

7. Kornea yang meleleh: Flap dapat mencair yang disebabkan oleh penyakit

sistemik seperti rheumatoid arthritis atau jika gangguan lokal kornea hadir.

Steroid, pelumas kornea dan lensa kontak dapat membantu menyembuhkan

permukaan kornea.

8. Diffuse lamellar keratitis (DLK): peradangan yang tidak biasa antara flap dan

kornea. Penyebab terbanyak adalah debris di bawah flap dan bakteri endotoksin.

Penatalaksanaan pada tahap awal adalah pemberian topikal kortikosteroid.

Kemudian, flap diangkat dan pengobatan dengan steroid dan antibiotik digunakan.

9. Corneal ectasia: penipisan kornea dapat terjadi dalam beberapa minggu, bulan

atau tahun setelah perawatan kornea. Penyebab komplikasi ini masih sulit

dijelaskan. Satu faktor yang mungkin terlibat merupakan sisa ketebalan stroma.

Setelah pengobatan “bed thickness” perlu setidaknya 250-300 mikron tebal.

Banyak ahli bedah tidak akan beroperasi pada kornea kurang dari 500 mikron.

Beberapa ahli bedah menggunakan Advanced Surface Ablation untuk mencegah

ektasia kornea.

25

10.Night glare and halos: Silau pada malam hari dan halos telah dikurangi

dengan laser yang lebih baru Excimer zona perawatan yang meluas hingga 8 mm.

Halos, starbursts, silau, dan masalah penglihatan umum lainnya dapat terjadi

ketika flap kornea tidak mematuhi dengan benar ke mata setelah diganti, atau

ketika pupil berdilatasi untuk ukuran yang lebih besar daripada zona perawatan.

Beberapa pasien dengan ukuran pupil dalam gelap 8 milimeter atau lebih adalah

calon pasien yang tidak baik untuk operasi laser. ini komplikasi dari operasi

LASIK paling sering menghilang dalam bulan pertama setelah prosedur LASIK,

tetapi jika gejalanya menetap, penggunaan kacamata atau pengobatan tambahan

biasanya dapat mengatasi masalah ini.

11.Dry Eyes : Salah satu komplikasi yang paling umum dari pembedahan LASIK

kekeringan mata, yang dapat memanifestasikan dirinya dalam bentuk kemerahan,

gatal, penglihatan kabur, pengerasan kulit, atau sensasi bahwa ada benda asing di

mata. Untungnya, pasca LASIK, komplikasi mata kering biasanya hilang dalam

waktu tiga bulan pertama setelah operasi, dan mudah lega dengan menggunakan

pelumas bebas pengawet tetes.

12.Kehilangan sensitivitas kontras: Hilangnya sensitivitas kontras setelah

operasi LASIK dapat mengganggu kemampuan pasien untuk melihat objek

dengan jelas. Hal ini terutama terlihat pada kondisi cahaya rendah dan dapat

mempengaruhi kemampuan mengemudi malam. Pasien biasanya menemukan

bahwa kepekaan kontras kembali normal dalam waktu enam bulan.

F. Keuntungan dan kerugian dari lasik (Semarang Eye Centre)

Keuntungan-Keuntungan Operasi LASIK

Secara ringkas, meskipun risiko-risiko yang diuraikan secra singkat diatas,

LASIK telah dibuktikan aman dan efektif untuk kebanyakan orang-orang. Dengan

penyaringan dan pemilihan pasien secara hati-hati, harapan-harapan yang layak,

dan dalam perawatan dari seorang ahli bedah yang berpengalaman, kebanyakan

pasien – pasien kan sangat senang dengan hasil-hasil mereka. Ini adalah beberapa

dari keuntungan-keuntungan lain dari LASIK:

26

LASIK mampu untuk mengkoreksi secara akurat kebanyakan tingkatan

tingkatan dari myopia (nearsightedness), hyperopia (farsightedness), dan

astigmatism.

Prosedurnya cepat, biasanya berlangsung hanya lima sampai 10 menit, dan

biasanya tidak sakit.

Karena lasernya dituntun oleh sebuah komputer, ia adalah sangat tepat dan

hasil-hasilnya adalah sangat akurat.

Pada kebanyakan kasus-kasus, suatu perawatan tunggal akan mencapai

hasil yang diinginkan; bagaimanapun, perbaikan-perbaikan adalah

mungkin jika diperlukan, bahkan bertahun-tahun setelah operasi

pertama/awal.

Kerugian-Kerugian Operasi LASIK

Karena setiap pasien akan sembuh secara sedikit berbeda, hasil-hasil

mungkin bervariasi dari pasien ke pasien.

·LASIK dapat membuat beberapa aspek-aspek penglihatan anda lebih

buruk, termasuk penglihatan malam dengan cahaya yang menyilaukan

dan lingkaranlingkaran cahaya.

·LASIK mungkin membuat gejala-gejala mata kering lebih buruk pada

individu-individu tertentu.

Pada keadaan-keadaan yang jarang, LASIK dapat membuat penglihatan

anda lebih buruk dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata-kacamata

atau lensalensa kontak reguler.

2.5.2 Katarak

Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak

dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai

keburaman total. Dalam perkembangannya katarak yang terkait dengan usia

penderita dapat menyebabkan pengerasan lensa, menyebabkan penderita

menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara bertahap dan

keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya

berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi

27

membutakan jika katarak terlalu tebal. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua

mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain (Ilyas,

2012).

Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan

terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan

akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan

luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat

menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran.

Bila tidak dioperasi, katarak dapat menyebabkan glaukoma (Ilyas, 2012).

Salah satu komplikasi paska operasi Katarak adalah terjadinya penurunan

penglihatan dalam beberapa waktu disebabkan penebalan membran kapsul

belakang. Posterior Capsule Opacity -PCO. Komplikasi ini tampak seolah olah

katarak berkembang atau muncul kembali. Keadaan ini terjadi karena pada saat

operasi katarak, yang mana inti lensa dan masa lensa dikeluarkan dan dibersihkan.

Tinggallah suatu kantung yang berisi Lensa intra okuler. Gengan demikian

dibelakang Lensa intra okuler terdapat membrane kasul dibelakangnya. Yang

seharusnya membrane ini jernih, namun dapt terjadi penebalan. Sehingga

penebalan inilah penglihatan akan berkurang. Penebalan ini dapat diatasi dengan

merobek membran dengan Laser. Tindakannya disebut laser kapsulotomi (Tran et

al, 2008 ).

1. Posterior capsulotomy

Ketika seorang pasien memiliki posterior capsular opacity visual

signifikan atau " katarak sekunder " , laser digunakan untuk membuka kapsul

posterior. Pasien pra-perawatan dengan iopidine atau Alphagan-P untuk

mencegah lonjakan TIO, dan kemudian di bawah anestesi topikal, perawatan laser

dilakukan dengan sistem pengiriman slit-lamp menggunakan lensa kontak yang

sesuai (yaitu , Abraham lensa YAG capsulotomy ) untuk menstabilkan mata dan

memfokuskan sinar laser. Pengaturan energi tergantung pada kepadatan

kekeruhan kapsul , tapi titik awal yang khas adalah 1 - 2mJ dan energi ini

kemudian dititrasi sesuai dengan respon jaringan. Laser menyebabkan

photodisruption dengan gelombang kejut. Oleh karena itu , kebanyakan laser

28

memiliki fokus diimbangi kontrol untuk memungkinkan ahli bedah untuk

menempatkan sinar laser ( hingga 250 mikron ) ke titik fokus HeNe di kapsul . Ini

membantu mencegah lensa intraokular ( IOL ) pitting. Kebanyakan ahli bedah

juga akan menempatkan titik laser awal untuk menghindari kerusakan IOL dekat

sumbu visual (Tran et al, 2008 ).

2. Anterior Capsulotomy

Pada dasarnya anterior capsulotomy sama dengan posterior kapsulotomi

namun angka kejadiannya lebih jarang di karenakan ketika operasi katarak

membran anterior dari lensa akan ikut di keluarkan untuk jalan pengeluaran

nucleus lensa (Tran et al, 2008 ).

2.5.3 Glaukoma

Glaukoma adalah sindrom penyakit mata kompleks dan heterogen yang

merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat, dimana

glaukomamerupakan penyebab utama kedua kebutaan, dan hampir 75 juta orang

di seluruh dunia yang terkena dampaknya. Glaukoma ditandai oleh atrofi optik

secara progresifakibat terjadinya apoptosis dari sel ganglion retina/ Retinal

Ganglion Cells (RGCs) yang dapat menyebabkan gangguan padalapangan

pandang dan kebutaan yang irreversible (Ilyas, 2012).

Glaukoma sudut terbuka primer/ primary open-angle glaucoma (POAG)

merupakan tipe yang paling sering terjadi (80-90%) yang disebabkan oleh

sumbatan pada trabekuler yang menghambat ekskresi aqueous humor dan

peningkatan tekanan intraokular (TIO). Sedang sebagian kecil (10-15%)

merupakan glaukoma sudut tertutup primer/ primary closed-angle glaucoma

(PCAG). Peningkatan tekanan intraokular (TIO) tetap sebagai faktor risiko utama

untuk mengembangkan glaukoma. Farmakologi terapi sebagai pengobatan lini

pertama diarahkan menjaga TIO pada tingkat normal untuk menjaga penglihatan.

Salah satu cara menjaga TIO dalam batas normal dengan melakukan penyinaran

29

dengan laser dengan harapan dapat mengalirkan aquos humor yang terbendung

(Ilyas, 2012).

1. Iridoplasty Peripheral

Laser telah lama diganti iridectomies bedah untuk pengobatan glaukoma

sudut tertutup . Prosedur laser yang noninvasif ini dilakukan profilaksis pada mata

dengan sudut sempit atau occludable . Energi laser yang dibutuhkan berkisar dari

4 – 10 mJ tergantung pada ketebalan iris dan pigmentasi . Sebuah iridotoplasty

perifer juga mungkin bermanfaat dalam glaukoma pigmen untuk mengubah

konfigurasi iris (Friedman, 2009).

Gambar : Iridoplasty Peripheral

2. Trabeculoplasty

Mata terus-menerus menghasilkan cairan yang harus mengalir keluar dari

mata. Ketika sudut drainase atau trabecular meshwork, berbaring di persimpangan

bagian dalam kornea dan iris, gagal berfungsi dengan benar, kapasitas drainase

atau fasilitas outflow berkurang. Ini menghasilkan tekanan meningkat dalam

karakteristik mata glaukoma sudut terbuka. Jika obat tidak dapat memperbaharui

fasilitas outflow ini, maka operasi diperlukan. Laser photocoagulation dapat

digunakan untuk " membuka " meshwork drainge. Luka bakar kecil ditempatkan

ringan di meshwork untuk menyebabkan jaringan parut ringan. Konsekuen untuk

jaringan parut, meshwork terbuka dan dinamika fluida normal didirikan kembali.

Pasien kemudian disimpan operasi mata berisiko (Reynold, 2008).

2.5.4 Retinal Neovaskular Disease

30

Retinopati diabetikum, oklusi vena perifer, oklusi vena sentral, dan

retinopati sel sabit merupakan penyakit neovaskular retina dalam bidang

opthalmologi. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis dikarenakan metabolisme

gula. Komplikasi jangka panjang utama adalah kerusakan pada pembuluh darah

kecil dan besar di seluruh tubuh, menyebabkan aterosklerosis dini, serangan

jantung, stroke, gagal ginjal dan penyakit mata. Kaya akan pembuluh darah kecil ,

retina, membran peka cahaya yang melapisi bagian dalam belakang mata, sangat

rentan terhadap komplikasi ini (Ilyas, 2012).

Awalnya, pembuluh darah retina menjadi rusak dan mulai bocor.

Kemudian kapiler kecil yang hilang sampai jaringan benar-benar menjadi oksigen

"kelaparan". Kekurangan ini menginduksi neovaskularisasi, pembentukan

pembuluh darah baru yang rapuh yang memiliki kecenderungan untuk berdarah.

Perdarahan berulang dari kapal-kapal yang baru dan jaringan parut retina akhirnya

dapat menyebabkan kebutaan total (Ilyas, 2012).

Pengobatan laser retinopati diabetes adalah dua arah. Hal ini dapat

digunakan untuk mengeringkan kebocoran atau menghancurkan jaringan retina.

Diabetic retinopathy biasanya diobati dengan Argon laser, tapi yang lain itu juga

digunakan. Pengobatan ini disebut fotokoagulasi. Proses ini adalah salah satu

cedera termal . Jika pembuluh darah atau kelompok kecil bocor cairan atau darah ,

maka Argon laser dapat digunakan untuk menelepon atau menyertakan daerah

dengan bekas luka thermal. Jika retinopathy telah maju ke titik neovaskularisasi ,

maka fotokoagulasi jauh lebih luas diperlukan. Menghilangkan sehat, oksigen

"kelaparan" jaringan dengan jaringan parut termal dapat menyebabkan pembuluh

darah abnormal mengering dan layu (Reynold, 2008).

2.5.5 Choroidal Neovascular Disease

Choroidal neovaskular disease, degenerasi makula senile adalah penyakit

yang paling umum, kadang-kadang bisa berhasil diobati dengan argon fokal atau

kripton photocoagulation laser. Penyakit yang dapat diobati lain dalam kategori

ini meliputi sindrom histoplasmosis okular, koroid idiopatik neovaskularisasi dan

neovaskularisasi koroid karena garis-garis angioid dan traumatis dalam membran

31

Bruch. Patofisiologi umum yang terkait dengan penyakit ini adalah dalam

membran Bruch, yang terjepit antara retina dan koroid. Membran ini biasanya

bertindak sebagai penghalang untuk migrasi vaskular dari koroid ke ruang

subretinal. Ketika membran Bruch adalah ditembus, bagaimanapun, pembuluh

darah dari koroid dapat memperoleh akses ke ruang subretinal. Jika daerah-daerah

neovaskularisasi melibatkan pusat makula (fovea) atau berada dalam zona

avaskular mengelilingi fovea, photocoagulation laser tidak akan memperbaiki

penglihatan karena pengobatan yang subretinal jaringan neovascular akan

memerlukan foveal atau parafoveal kerusakan. Dalam degenerasi makula senil,

hanya 5% dari pasien dengan kondisi ini dapat diobati. Untuk sisanya 95% dari

pasien, lokasi neovascular jaringan menghalangi pengobatan fokus. Pada pasien

yang memenuhi syarat, visual yang distorsi dan visi menurun akan menyelesaikan

setelah berhasil photocoagulation laser fokal (Moo-Young, 1985).

2.5.6 Tumor Introkular

Kasus tertentu seperti melanoma maligna, retinoblastoma dan angioma

retinal dapat diobati dengan argon fokal atau kripton photocoagulation laser.

Modalitas tradisional lainnya pengobatan untuk tumor ini tersedia, termasuk

cryocoagulation dan penyinaran dengan sinar eksternal, kobalt plak atau sinar

partikel (proton atau ion helium). Photoradiation melanoma, presensitized oleh

hematoporphyrin derivatif dan diobati dengan laser merah pewarna merdu, juga

telah diteliti. Pekerjaan lebih lanjut akan menentukan posisi yang fokal atau argon

krypton photocoagulation laser akan menempati dalam hirarki oftreatments

tersedia untuk tumor ini (Moo-Young, 1985).

2.6 Komplikasi Penggunaan Laser

Laser dirancang untuk menghindari komplikasi bedah tradisional.

Meskipun demikian, ada masalah yang terkait dengan penggunaan laser. Salah

satu masalah tersebut adalah kerusakan pada jaringan yang berdekatan dengan

area target karena terlalu banyak energi atau kehilangan fokus. Komplikasi

lainnya termasuk perdarahan, kekeruhan cairan-gel di dalam mata, stimulasi

32

formasi baru pembuluh darah retina, katarak, peradangan, dan peningkatan

tekanan bola mata serta kehilangan penglihatan (Reynold, 2008).

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission

of Radiation. Laser pertama ditemukan oleh Theodore Maiman tahun 1960.

Terdapat beberapa jenis laser diantaranya rubi laser, argon laser, diode laser, yag

laser, excimer lasser , slt laser dan femtosecond laser. Laser sangat berkembang

pada saat ini. Laser dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk kedokteran

khususnya oftalmologi. Dalam bidang oftalmologi laser digunakan untuk berbagai

penyakit, misalnya katarak, glukoma, senile macula degenarasi, diabetes mellitus

dan lain-lain.

Laser dirancang untuk menghindari komplikasi bedah tradisional.

Meskipun demikian, ada masalah yang terkait dengan penggunaan laser. Salah

satu masalah tersebut adalah kerusakan pada jaringan yang berdekatan dengan

area target karena terlalu banyak energi atau kehilangan fokus. Komplikasi

lainnya termasuk perdarahan, kekeruhan cairan-gel di dalam mata, stimulasi

formasi baru pembuluh darah retina, katarak, peradangan, dan peningkatan

tekanan bola mata serta kehilangan penglihatan

33

.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata. 2006. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Edisi Ketiga. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

2. Bertolotti, M. 2005. The History of the Laser. IOP Publishing Page 211–218

3. Bron, Antony; Chew, Chris: James Bruce. 2005. Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9. Jakarta: Erlagga.

4. Dharmayanti. 2008. Penggunaan LASIK Terhadap Kelainan Refraksi Mata. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Friedman, N. J. 2009. YAG Laser in Opthalmology. Am J Ophthalmol, Vol : 147(5) : 779.

6. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. 2007. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM.

7. H.Ilyas Sidarta, Prof.dr. Sp.M. 1997. Kelainan Refraksi dan Kacamata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

8. H.Ilyas,Sidarta.Prof, dr, Sp.M. 2006. Kelainan Refraksi dan Kacamata edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

9. H.Ilyas,Sidarta.Prof, dr, Sp.M. 2012. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

10. Kumar NL, Kaiserman I, Shehadeh-Mashor R, et al. 2010. IntraLase-enabled astigmatic keratotomy for postkeratoplasty astigmatism: On-axis vector analysis, Ophthalmology, Vol ; 117(6) : 1228.

11. Linstrom RL, Hardten DR, Chu YR. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK) for the Treatment of Low, Moderate and High Miopia. http://biblioteca.universia.net/irARecurso.[diakses tanggal 18 Mei 2014].

34

12. Lubatschowski H, Maatz G, Heisterkamp A, et al. 2000. Application of ultrashort laser pulses for intrastromal refractive surgery, Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol, Vol ; 238 (1) : 33.

13. Maiman, T.H. 1960. "Stimulated Optical Radiation in Ruby". Nature, 187 4736, pp. 493-494.

14. Niffa Carlisa. 2007. Pengobatan Laser Pada Mata. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.

15. Moo-Young, G.A. 1985. Laser in Opthalmology, in High-tech Medicine. West J Med. Vol : 143 (1) : 745-750.

16. Pachul C. High Miopia-Nearsighted Vision. http:// www.lensdesign.com. [diakses tanggal 18 Mei 2014].

17. Raoof-Daneshvar, D., and Shtein, R. M. 2013. Femtosecond Lasers in Ophthalmology. US Ophthalmic Review. Vol : 6 (1) : 38-41.

18. Sekundo W, Kunert K, Russmann C, et al. 2008. First efficacy and safety study of femtosecond lenticule extraction for the correction of myopia: six-month results, J Cataract Refract Surg, Vol ; 34(9) : 13–20.

19. Semarang Eye Centre. Tindakan Bedah LASIK. http://www.semarang-eye-centre.com. [diakses tanggal 15 Mei 2014].

20. Tanjung H. 2003. Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan Hipermetropia di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library.

21. Tran DB, Sarayba MA, Bor Z, et al.2008. Randomized prospective clinical study comparing induced aberrations with IntraLase and hansatome flap creation in fellow eyes: Potential impact on wavefront-guided laser in situ keratomileusis. J Cataract Refract Surg. Vol : 31(1) : 97

22. Vaughan, Daniel G., 2000. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.

35