laser dalam bidang oftalmologi
DESCRIPTION
macam-macam laser dan kegunaannya dalam bidang oftalmologiTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
Laser dalam beberapa tahun terakhir semakin sering kita dengar dan
penggunaannya juga semakin luas dalam berbagai disiplin ilmu termasuk dalam
bidang kesehatan. LASER adalah singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation (Niffa, 2007).
Dalam kehidupan sehari-hari, laser digunakan pada berbagai bidang.
Dalam penggunaannya, energi laser yang terpancar tiap satuan waktu dinyatakan
dengan orde dari beberapa mW (Laser yang digunakan dalam system audio laser
disk) sampai dengan beberapa MW (Laser yang digunakan untuk senjata).
Besarnya energi laser yang dipilih bergantung pada penggunaannya. Pemanfaatan
sinar laser misalnya pada bidang kedokteran, pelayanan (jasa), industri, astronomi,
fotografi, elektronika, dan komunikasi (Vaughan, Daniel G., 2000).
Laser sekarang sudah semakin populer dilakukan diberbagai negara
khususnya dalam bidang kedokteran. Ophthalmology merupakan salah satu
spesialisasi ilmu kedokteran pertama yang memanfaatkan energi laser dalam
pengobatan pasien. Kejernihan media optis memungkinkan sinar laser difokuskan
ke struktur-struktur intraokuler tanpa memerlukan endoskorin, tetapi laser berhasil
membuat pengobatan bagi sejumlah penyakit mata serius menjadi lebih mudah
dan aman. Karena laser dapat menimbulkan kerugian sekaligus keuntungan, maka
bedah mata dengan laser harus dilakukan oleh ahli ophthalmology yang
berpengalaman dengan laser (Vaughan, Daniel G., 2000).
Dalam bidang ophthalmology sinar laser dapat digunakan untuk
memotong merusak, menghilangkan dan meregangkan jaringan okuler. Selain itu
laser dapat dipergunakan untuk mengangkat kekeruhan yang terdapat pada
permukaan kornea yang disebur foronterapeutik kedokteran dan digunakan dalam
koreksi refraksi anomali atau lebih dikenal dengan LASIK (Laser Assisted In-situ
Keratomileusis). LASIK merupakan suatu teknik tindakan bedah refraktif yang
menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada
miopi, astigmatisme dan hipermetropi. (Ilyas Sidarta, Prof.dr.H., 1997).
LASIK akan menggunakan sinar laser yang terprogram untuk memindahkan 1
sejumlah jaringan pada kornea. Laser ini memudahkan untuk memipihkan atau
mencembungkan kornea. LASIK saat ini dianggap merupakan jalan keluar untuk
mengatasi persoalan tersebut. Laser dapat pula untuk pengobatan retinopati
diabetik, glaukoma dan penyakit mata yang lain (Vaughan, Daniel G.,
2000).
LASIK yang menjadi teknologi mutakhir untuk mengatasi gangguan
kelainan refraksi mata pada saat ini juga menambah kebutuhan masyarakat untuk
menambah kecantikan mata. LASIK akan mengubah bentuk kornea untuk
mempertajam penglihatan seseorang (Bron, Antony, dkk 2005). Tingkat
keberhasilan dengan teknologi ini mencapai 90% dan prosedurnya relatif singkat.
Sehingga dengan tindakan LASIK, seseorang dapat menjalankan aktifitas dengan
bebas tanpa kacamata atau lensa kontak (Hartono, 2007).
Teknik LASIK di dunia pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1950
oleh seorang dokter mata asal Colombia. Di Indonesia pada tahun 1997 JEC
(Jakarta Eye Center) memperkenalkan metode LASIK dan pada tahun 2001
melakukan prosedur wavefront guided LASIK pertama kali di Indonesia. Saat ini
JEC telah melakukan lebih dari 18.000 prosedur LASIK (Linstrom RL).
Hal – hal yang perlu untuk pelaksanaan LASIK adalah kelainan
refraksinya sudah stabil minimal dalam waktu 1 tahun, berumur lebih dari 18
tahun, mata yang di lasik harus dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan hamil
atau menyusui dan memiliki kesehatan umum yang baik (Dharmayanti, 2008).
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission
of Radiation (Niffa, 2007). Sebuah laser berisi materi yang melepaskan foton.
Proses ini diperkuat sehingga foton yang dipancarkan berada dalam fase dan
menghasilkan cahaya koheren monokromatik terpolarisasi dengan intensitas
tinggi. Kekuatan dimodulasi dengan mengubah energi atau waktu ( P = E / t ) . Q -
switching dan modus-locking mengacu pada metode meningkatkan daya laser
dengan menggunakan celah yang menyinkronkan fase cahaya, mengompresi
output dalam waktu (Friedman, 2009).
2.2 Sejarah Perkembangan Laser
Pada awal perkembangannya, orang tidak menyebut dengan nama laser.
Para ahli masa itu menyebutnya sebagai MASER (Microwave Amplification by
the Stimulated Emission of Radiation). Dan orang yang disebut-sebut pertama kali
mengungkapkan keberadaan maser adalah Albert Einstein antara tahun 1916 -
1917. Ilmuwan yang terkenal eksentrik ini juga yang pertama kali berpendapat
bahwa cahaya atau sinar bukan hanya terdiri dari gelombang elektromagnetik, tapi
juga bermuatan partikel dan energi. Dan dikenal lah apa yang disebut sebagai
radiasi. Tapi maser dari Einsten ini baru sebatas teori. Teknologi pada dekade
kedua abad 20 belum mampu mewujudkannya. Disamping itu, banyak ilmuwan
yang menganggap teori dari Eisntein itu sebagai teori yang controversial
(Bertolotti, 2005).
Pada tahun-tahun berikutnya, terlebih pada perang dunia kedua, maser
lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, yaitu untuk pengembangan
radar. Hingga akhirnya Charles H. Townes, James Gordon, dan Herbert Zeiger,
berhasil membuat maser dengan menggunakan gas Amoniak. Dan inilah maser
yang pertama kali dibuat orang. Keberhasilan itu dipublikasikan pada tahun 1954.
Itu merupakan maser dengan satu tingkat energi. Selanjutnya ide emisi dua tingkat
3
untuk mempertahankan inversi pada maser telah dikembangkan oleh dua orang
ilmuwan Sovyet, Nikolai Basov dan Alexander Prokhorov. Karena sumbangannya
yang sangat penting ini dalam pengembangan maser, Charles H. Townes, Nikolai
Basov, dan Alexander Prokhorov berbagi hadiah Nobel bidang Fisika pada tahun
1964 (Bertolotti, 2005).
Charles H. Townes memang orang yang berperan penting dalam dunia
maser. Sebelumnya beliau bersama Arthur Schawlow telah meneliti kemungkinan
pembuatan maser optik (yang kemudian berkembang menjadi laser) dan sinar
infra merah. Rincian penelitian itu diterbitkan pada bulan Desember 1958. Namun
mereka berdua masih menemui kesulitan dan pembuatan laser (maser optik).
Hingga akhirnya sebelum memasuki tahun 1960 Theodore Maiman bisa
mewujudkan kerja sinar laser. Maiman menggunakan silinder batu Ruby untuk
memicu timbulnya laser hingga laser buatannya dikenal sebagai Ruby Laser. Tapi
Ruby Laser hanya mampu bekerja pada energi tingkat ketiga. Setelah memasuki
tahun 1960, Peter Sorokin dan Mirek Stevenson mulai mengembangkan laser
tingkat keempat yang pertama. Tapi itu pun masih sebatas teori dan tujuan untuk
merealisasikannya masih belum tercapai. Namun demikian sejak saat itu lah era
laser dimulai (Bertolotti, 2005).
Sekilas bahwa Theodore Maiman dianggap sebagai orang yang pertama
kali berhasil membuat laser (bukan maser). Tapi sebenarnya ada orang lain yang
telah mendahuluinya yaitu Gordon Gould. Pada tahun 1958, Gordon Gould
kabarnya telah berhasil membuat maser optik (laser) bahkan dia juga yang
dianggap sebagai orang yang pertama kali menggunakan istilah Laser (Light
Amplification by the Stimulated Emission of Radiation). Tapi Gordon gagal
mendaftarkan paten laser-nya pada tahun 1959. Hingga pada tahun 1977 Gordon
memenangkan paten tersebut. Butuh waktu 8 tahun untuk mendapatkan
pengakuan itu (Friedman, 2009).
Pada masa yang hampir bersamaan juga beberapa ilmuwan lain berhasil
membuat laser dengan menggunakan bahan yang berbeda. Misalnya Ali Javan,
William Bennet dan Donald Herriot yang membuat laser dengan media gas
helium dan neon pada tahun 1960 dan keberhasilannya baru dipublikasikan pada
4
tahun 1961. Kumar N. Patel membuat laser dengan perantaraan karbondioksida,
nitrogen, dan helium pada tahun 1964. Dan pada tahun yang sama juga (1964),
Earl Bell membuat laser dengan bantuan helium dan merkuri. Para ilmuwan ini
dianggap pembuat untuk laser gas karena bahan-bahan yang mereka gunakan
untuk membuat laser pada umumnya berupa zat gas (Lubatschowski, 2000).
Perkembangan yang cukup penting terjadi pada tahun 1962 ketika seorang
ilmuwan yang bekerja pada perusahaan General Electric, Robert Hall,
menemukan laser semikonduktor berukuran mini dengan biaya murah. Biasanya
mesin atau peralatan pemroduksi sinar laser berukuran besar. Laser buatan Rober
Hall inilah yang hingga kini digunakan pada perangkat vcd dan dvd player, printer
laser, pembaca kode bar, drive pada CPU, sistem komunikasi yang menggunakan
serat optik, dan sebagainya (Lubatschowski, 2000).
2.3 Jenis - Jenis Laser
1. Ruby Laser
Laser ruby adalah laser solid-state yang menggunakan kristal sintetis ruby
sebagai media penguatannya. Laser pertama adalah laser ruby yang dibuat oleh
Theodore H. "Ted" Maiman di Hughes Research Laboratories pada tanggal 16
Mei 1960. Laser Ruby menghasilkan pulsa cahaya tampak pada panjang
gelombang 694,3 nm, yang merupakan warna merah tua. Khas panjang pulsa
Laser ruby di urutan milidetik (Maiman, 1960).
Laser ruby paling sering terdiri dari batang ruby yang harus dipompa
dengan energi yang sangat tinggi, biasanya dari flashtube. Batang sering
ditempatkan di antara dua cermin, membentuk rongga optik, yang berosilasi
cahaya yang dihasilkan oleh fluoresensi ruby, menyebabkan emisi terstimulasi.
Ruby adalah salah satu dari beberapa laser solid state yang menghasilkan cahaya
dalam kisaran terlihat spektrum, penguat pada 694,3 nanometer, dalam warna
merah tua (Maiman, 1960).
Medium laser aktif (media amplifikasi laser) adalah batang ruby sintetis
yang diberi energi melalui pemompaan optik, biasanya oleh flashtube xenon.
Ruby memiliki band yang sangat luas dan kuat penyerapan dalam spektrum
5
visual, pada 400 dan 550 nm, dan seumur hidup fluoresensi yang sangat panjang 3
milidetik. Hal ini memungkinkan untuk memompa energi yang sangat tinggi,
karena durasi pulsa bisa lebih lama dibandingkan dengan bahan lain. Sementara
ruby memiliki profil penyerapan yang sangat luas, efisiensi konversi jauh lebih
rendah daripada media lainnya (Maiman, 1960).
Gambar 2.1. Laser Ruby (Vaughan, Daniel G., 2000)
Dalam contoh-contoh awal, ujung batang itu harus dipoles dengan presisi
besar , sehingga ujung batang datar ke dalam seperempat dari panjang gelombang
cahaya output, dan sejajar satu sama lain dalam beberapa detik busur. Ujung-
ujung halus dipoles batang yang keperakan; salah satu ujung sepenuhnya, yang
lain hanya sebagian. Laser modern sering menggunakan batang dengan pelapis
antireflection, atau dengan ujung dipotong dan dipoles di sudut Brewster sebagai
gantinya. Hal ini menghilangkan refleksi dari ujung batang. Cermin dielektrik
eksternal kemudian digunakan untuk membentuk rongga optik. Cermin lengkung
biasanya digunakan untuk bersantai toleransi keselarasan dan membentuk
resonator stabil , sering mengkompensasi lensing termal batang (Svelto, 1986).
Transmitansi dari ruby di spektrum optik dan dekat - IR . Perhatikan dua
band yang luas biru dan hijau penyerapan dan pita absorpsi sempit di 694 nm,
yang merupakan panjang gelombang dari laser ruby. Ruby juga menyerap
beberapa cahaya pada panjang gelombang penguat . Untuk mengatasi penyerapan 6
ini , seluruh panjang batang perlu dipompa , tanpa meninggalkan daerah-daerah
teduh dekat mounting . Bagian aktif dari ruby adalah dopan , yang terdiri dari ion
kromium tergantung di sebuah kristal safir sintetis . Dopan sering terdiri dari
sekitar 0,05 % dari kristal , dan bertanggung jawab untuk semua penyerapan dan
emisi radiasi (Svelto, 1986).
2. Argon Laser
Argon laser ditemukan pada tahun 1964 oleh William Bridges di Hughes
Aircraft dan merupakan salah satu dari laser Ion yang menggunakan gas mulia
sebagai media aktif. Laser ion argon digunakan untuk fototerapi retina (untuk
diabetes), litografi, dan pemompaan laser lainnya. Laser ion Argon memancarkan
pada panjang gelombang 13 melalui terlihat, ultraviolet, dan spektrum dekat -
terlihat, termasuk : 351,1 nm, 363,8 nm, 454,6 nm, 457,9 nm, 465,8 nm, 476,5
nm, 488,0 nm, 496,5 nm, 501,7 nm, 514,5 nm , 528,7 nm, 1092,3 nm (Moo-
Young, 1985).
Sebuah sinar laser argon yang terdiri dari beberapa warna (panjang
gelombang) pemogokan cermin difraksi silikon kisi dan dipisahkan menjadi
beberapa balok, satu untuk setiap panjang gelombang . Panjang gelombang yang (
kiri ke kanan ) 458nm, 476nm, 488nm, 497nm, 502nm, 515nm. Argon dan
kripton laser yang mampu memancarkan output gelombang terus menerus
beberapa miliwatt hingga puluhan watt . Tabung mereka biasanya terbuat dari
Nickel, logam Kovar untuk segel keramik , keramik berilium oksida , atau disk
tungsten terpasang pada heat spreader tembaga dalam liner keramik . Tabung
paling awal adalah kuarsa sederhana , diikuti oleh kuarsa dengan disk grafit .
Dibandingkan dengan laser helium - neon yang membutuhkan hanya beberapa
milliamps , saat ini digunakan untuk memompa laser kripton berkisar di beberapa
ampere , karena gas tersebut harus terionisasi . Ion tabung laser menghasilkan
banyak limbah panas dan membutuhkan pendinginan aktif (Moo-Young, 1985).
3. YAG Laser
YAG laser laser solid state yang menggunakan neodymium - doped
yttrium - aluminium garnet - kristal sebagai media penguat . Hal ini dipompa
optik dengan lampu atau dioda dan paling sering memancarkan cahaya inframerah
7
pada 1064nm . Hal ini dapat digunakan baik dalam modus berdenyut atau kontinu.
Pulsed YAG laser biasanya Q -switched untuk mencapai pulsa intensitas tinggi,
yang dapat frekuensi dua kali lipat untuk memancarkan cahaya pada 532nm
(Friedman, 2009).
4. Femtosecond Laser
Laser femtosecond adalah laser inframerah (panjang gelombang: 1.053
nm) dengan durasi pulsa ultra-pendek (10-15 s). Mengingat durasi pulsa pendek,
laser femtosecond memiliki kemampuan untuk memberikan energi laser dengan
jaminan kerusakan minimal pada jaringan yang berdekatan. Kerusakan termal ke
jaringan tetangga di kornea telah diukur berada di urutan 1 μm. Interaksi jaringan
laser memanfaatkan dikenal sebagai foto-disruption, sebuah proses di mana
volume kecil jaringan yang menguap sehingga pembentukan gas kavitasi (karbon
dioksida dan air). Selain itu, laser femtosecond adalah unik karena dapat
difokuskan di mana saja dalam atau di belakang kornea dan mampu lewat melalui
media optik kabur, seperti edema kornea. Laser dapat diterapkan dalam berbagai
pola geometris termasuk vertikal, spiral, atau zig-zag (Sekundo et al, 2008).
5. Diode Laser
Dioda laser adalah sejenis dioda di mana media aktifnya menggunakan
sebuah semikonduktor persimpangan p-n yang mirip dengan yang terdapat pada
diode pemancar cahaya. Dioda laser kadang juga disingkat LD atau ILD. Dioda
laser baru ditemukan pada akhir abad ini oleh ilmuwan Universitas Harvard.
Prinsip kerja diode ini sama seperti diode lainnya yaitu melalui sirkuit dari
rangkaian elektronika, yang terdiri dari jenis p dan n (Friedman, 2009). Pada
kedua jenis ini sering dihasilkan 2 tegangan, yaitu:
A. Biased forward, arus dihasilkan searah dengan nilai 0,707 utk pembagian
v puncak, bentuk gelombang di atas ( + ).
B. Backforward biased, ini merupakan tegangan berbalik yang dapat merusak
suatu komponen elektronika
8
6. Excimer Laser
Laser excimer (kadang-kadang lebih tepat disebut laser exciplex) adalah bentuk
laser ultraviolet yang umum digunakan dalam produksi perangkat mikroelektronik
(semikonduktor sirkuit terpadu atau "chip"), operasi mata, dan micromachining.
UV Excimer laser mempunyai panjang gelombanng 193 nm, pulsa / frekuensi
yaitu sebesar 10 / 250 Hz (Kumar, 2010).
Gambar 2.2: excimer laser(Dharmayanti , 2008)
7. Slt Laser
8. Barrier Laser
2.4 Mekanisme Efek Laser
1. Fotokoagulasi
Laser yang banyak digunakan dalam terapi oftalmelogi adalah laser
termal. Sinar yang diserap diubah menjadi panas, sehingga terjadi peningkatan
suhu jaringan sasaran dan menyebabkan koagulasi dan denaturasi komponen-
komponen seluler. laser ini digunakan untuk fotokoagulasi retina, pengobatan
9
retinopati diabetes dan penutupan lubang- lubang retina, dan untuk fotokoagulasi
jaringan trabekular, iris, dan badan siliaris dalam pengobatan glaucoma
(Niffa, 2007).
2. Photodisruption
Laser photodistuption melepaskan pulsa energi raksasa dengan lama pulsa
beberapa nanodetik. Menghasilkan efek memotong pada jaringan mata.
Digunakan terutama untuk melubangi kapsul posterior setelah eksrtasi katarak dan
untuk melakukan eridotomi laser (Niffa, 2007).
3. Fotoevaporasi
Laser karbondioksida yang mnghasilkan berkas panas inframerah
gelombang panjang. Berkas laser ini diserap oleh air sehingga tidak masuk ke
bagian dalam mata. Laser ini dapat menguapkan lesi-lesi permukaan, misalnya
tumor kelopak mata dan dapat untuk insisi pada kulit dan sclera tanpa
mengeluarkan darah (Niffa, 2007).
4. Photo decomposition
Menghasilkan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang sangat pendek
yang berinteraksi dengan ikatan-ikatan kimia benda biologis. Laser kelompok ini
secara kolektf disebut excimer. Excimer (Exicited dimmer) adalah gabungan dari
2 atom misalnya argon dan fluorin. Proses laser excimer adalah pemecahan ikatan
jaringan dengan sinar. Lepasnya jaringan terjadi akibat adanya foton bertenaga
tinggi dari sinar laser memecah atau melepaskan ikatan intermolekul pada
jaringan kornea (Niffa, 2007).
2.5 Penggunaan Laser Dalam Opthalmologi
2.5.1 Kelainan Refraksi
Mata normal (Emetropia) adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi,
pembiasan sinar dalam mata berfungsi normal. Mata emetropia akan mempunyai
penglihatan normal, 6/6 atau 100%. Pada mata dengan emetropia dapat
disimpulkan :
Sinar jauh difokuskan sempurna di daerah macula lutea tanpa bantuan
akomodasi.
10
Mata emetropia tidak mempunyai cacat refraksi.
Bayangan objek difokuskan pada bintik kuning selaput jala yang akan
memberikan penglihatan jernih.
Gambar 2.3: Mata normal (Dharmayanti, 2008)
Jika suatu berkas sinar berjalan dari satu medium melalui medium lain
yang berbeda kepadatannya, maka sinar tersebut akan berubah arahnya.
Perubahan arah ini yang disebut sebagai refraksi. Kelainan refraksi adalah
keadaan dimana bayangan tegastidak dibentuk pada retina (macula lutea atau
bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optic
pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur (Dharmayanti, 2008).
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran
depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Bila terdapat kelainan
pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan
panjang bola mata (lebih panjang, lebih pendek) maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Kelainan refraksi ada beberapa macam, diantaranya adalah
myopia, hypermetropia dan astigmatism (Dharmayanti, 2008).
1. Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi, dimana sinar – sinar sejajar garins
pandang, oleh mata tanpa akomodasi, dibias di depan Retina. Miopia disebut
sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh akan
tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik (Tanjung, 2003). Miopia disebabkan
11
karena terlalu kuat pembiasan sinar di dalam mata untuk panjangnya bola mata
akibat:
o Kornea terlalu cembung.
o Daya pembiasan mata terlalu kuat (Miopi refraktif).
o Sumbu mata terlalu panjang (Miopi Axial).
o Lensa terlalu cembung (seperti pada katarak imatur).
Secara fisiologik sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada macula lutea. Titik focus sinar
yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Akibatnya orang akan
sulit melihat benda jauh karena terlihat blur (H.Ilyas,Sidarta, 2006).
Gambar 2.4: Mata miopia(Dharmayanti , 2008)
Klasifikasi beratnya miopia (H.Ilyas,Sidarta, 2012) :
Miopia ringan : -1.00 hingga - 3.00 dioptri
Miopia sedang : - 3.00 hingga -6.00 dioptri
Miopia berat : > - 6.00
2. Hipermetropia
Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi, dimana sinar – sinar atau
garis pandang oleh mata tanpa akomodasi di bias di belakang retina.
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hipermetropia atau rabun dekat. Pasien
dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya
berakomodasi. Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan
12
sinar pada mata tidak cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning
(macula lutea), sehingga mata memfokuskan sinar di belakang bintik kuning atau
macula lutea retina (Tanjung, 2003).
Sebab atau jenis hipermetropia:
Hipemetropia sumbu atau hipermetropia axial merupakan kelainan refraksi
akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.·
Hipermetropia index relative, dimana terdapat index bias yang kurang
pada sistem optic mata, misalnya pada usia lanjt, lensa mempunya index
refraksi lensa yang berkuran (H.Ilyas,Sidarta, 2012).
Gambar 2.5: Mata hipermetropi (Dharmayanti , 2008)
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Hipermetropia ringan : +0.25 hingga + 3.00
2. Hipermetropia sedang : + 3.25 hingga + 6.00
3. Hipermetropia berat : + 6.25 atau lebih (PDT Unair, 2006).
3. Astigmatisme
Adalah suatu bentuk kelainan refraksi, dimana mata menghasilkan suatu
bayangan dengan titik atau garis focus multiple. Yang dimaksud dengan astigmat
atau silinder adalah terdapatnya variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau
lensa pada meridian yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus
pada satu titik (H.Ilyas,Sidarta,2006).
13
Gambar 2.6: Mata astigmatisme (Dharmayanti , 2008)
Terdapat dua macam astigmatisme yaitu astigmatisme regular dan ireguler.
Astigmat regular dalah astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan – lahan secara teratur dari satu meridian ke
meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk
yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran. Sedangkan astigmat
ireguler adalah astigmat yang tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak
lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat perbedaan kelengkungan kornea pada
meridian yang sama sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmat ireguler
terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi, atau akibat kelainan pembiasan.
(H.Ilyas,Sidarta, 2012).
4. LASIK
LASIK (Laser Assisted Insitu Keratomileusis) adalah suatu prosedur atau
tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada mata sehingga setelah
dilakukannya tindakan ini, penderita kelainan refraksi diharapkan dapat terbebas
dari penggunaan kacamata atau lensa kontak (contact lens). Kelainan refraksi
mata yang dapat dilakukan tindakan koreksi dengan LASIK adalah
Miopia ,Hipermetropia dan Astigmatism (Vaughan, Daniel G., 2000).
Akan tetapi bedah refraksi tidak dapat memperbaiki atau mencegah
presbiopia, suatu kelainan refraksi yang terjadi seiring bertambahnya usia.
Kebanyakan orang berusia 40 tahun keatas akan memiliki kelainan ini. Semasa
14
remaja, lensa alami mempunyai kemampuan untuk merubah bentuk dan kekuatan.
Ini mengizinkan kita untuk fokus pada benda-benda dekat melalui suatu proses
perubahan kekuatan lensa yang disebut akomodasi. Ketika menua, lensa alami
menjadi lebih kaku dan kehilangan kemampuannya untuk merubah bentuk. Ini
yang dinamakan presbiopi.
Presbiopi adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia,
dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan – lahan
berkurang. Presbiopi terjadi akibat lensa makin keras, sehingga elastistasnya
berkurang. Demikian pula dengan akomodasinya, daya kontraksinya berkurang
sehingga tidak terdapat pengenduran zonula Zinn yang sempurna. Untuk
membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopi mata maka dapat
dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang berkurang sesuai
usia (PDT Unair, 2006).
Lasik menggunakan laser pada alat yang disebut ultraviolet excimer laser.
Alat ini menggunakan panjang gelombang (λ) 193 nm dalam pembedahan lasik.
Sehingga energi yang di emisikan sebesar : E = hf = hc/λ. Laser pada lasik
merupakan laser dingin yang tidak membangkitkan panas, yang memungkinkan
melepas jaringan tanpa efek panas pada jaringan sekitar. Sinar ini sangat
sempurna untuk dipakai sebagai pengupas kornea dengan memakai gelombang
sinar bertenaga tinggi. Dengan cara ini permukaan kornea dapat dibuat lebih
cembung atau cekung sesuai dengan kelainan refraksi yang akan dikoreksi
(Dharmayanti, 2008).
Ketepatan kerja sinar laser excimer ini dapat dilihat dari kemampuannya
mengupas 0,25 mikron jaringan dengan satu kali tembakan penyinaran, yaitu
1/200 tebal rambut manusia atau satu per 39 juta inci hanya dalam waktu satu per
12 miliun detik (mrh). Kerapatan energy dapat diatur pada workpiece. Dengan
frekuensi dan energy tertentu, laser digunakan untuk memindahkan sejumlah
jaringan pada kornea mata. Banyaknya jaringan yang dipindahkan tergantung dari
tingkat kerusakan sitem refraksi mata pada miopi, hipermetropi atau astigmatis
(Dharmayanti, 2008).
15
Gambar 2.7: mesin excimer laser (Dharmayanti, 2008)
A. Syarat untuk dilakukan Lasik
Lasik hanya dapat dilakukan pada keadaan di bawah ini:
Umur telah lebih dari 18 tahun.
Ukuran kacamata masih dalam jangkauan kemampuan mesin
o Myopia (minus) : Sph. -0,50 s/d -14,00 D dengan/ tanpa Cyl
-0,50 s/d -5,00 D
o Hypermetropia (plus) : Sph +0,50 s/d +5,00 D dengan/ tanpa
Cyl +0,50 s/d +3,00 D.
Tidak mempunyai riwayat penyakit auto imun, karena Penyakit - penyakit
autoimun tertentu yang telah lanjut, seperti lupus dan rheumatoid arthritis,
mungkin mempengaruhi penyembuhan setelah operasi.
Tidak sedang menyusui atau sedang hamil.
Kacamata telah stabil ukurannya.
Keadaan yang memenuhi syarat untuk dapat dilakukan lasik :
Kornea cukup tebal untuk dapat dilaser setebal yang diperlukan untuk
lasik.
Mempunyai kelainan refraksi.
Tidak menderita penyakit yang berhubungan dengan penglihatan. 16
Pada mata dengan kelainan dibawah ini tidak dianjurkan untuk mendapat
pengobatan lasik :
Mata yang sedang mengalami infeksi.
Selaput bening atau kornea yang terlalu tipis.
Mata kering atau dry eyes.
Menderita glaucoma.
Kelainan retina akibat diabetes mellitus. (Semarang Eye Centre).
Mata yang tidak dapat dilakukan laser :
Kornea tipis.
Karena semua operasi laser excimer (LASIK dan surface ablation)
memerlukan pengangkatan jumlah-jumlah kecil dari jaringan kornea,
pasien-pasien yang mempunyai kornea-kornea yang sangat tipis berisiko
untuk pelemahan kornea yang berlebihan setelah operasi dan mungkin
bukan calon-calon yang baik untuk LASIK. Pada kasus-kasus ini, surface
ablation atau prosedur-prosedur lain mungkin lebih tepat.
Keratoconus (Keratoconus adalah suatu penyakit kornea yang berakibat
dari kekuatan kornea yang berkurang yang dapat dideteksi sebagai suatu
lengkungan yang abnormal pada pengujian. Kornea terlalu cembung).
Herpetic keratitis.
Progressive myopia.
Kornea sakit.
Glaukoma berat.
Katarak.
Kornea memarut, membentuk jaringan parut aktif.
Dry eye (mata kering).
Pasien-pasien dengan gejala-gejala mata kering, seperti terbakar,
kemerahan, dan keluar air mata mungkin mempunyai gejala-gejala yang
paling buruk setelah operasi LASIK. Ini terjadi karena syarafsyaraf kornea
terpotong sewaktu prosedur ini, dan syaraf-syaraf ini sebagian
17
bertanggung jawab untuk stimulasi pengeluaran air mata. Kebanyakan
pasien-pasien mempunyai suatu pengembalian balik secara penuh pada
keadaan garis dasar mereka setelah operasi.Bagaimanapun, pasien-pasien
dengan mata kering yang signifikan sebelum operasi mungkin bukan
calon-calon operasi yang tepat.
Blefaritis.
Operasi refraktif sebelumnya (Semarang Eye Centre).
Lasik kontra indikasi pada keadaan umum tubuh seperti :
Penyakit cardiovascular tidak terkontrol.
Penyakit autoimun.
Hamil.
Riwayat koloid.
Diabetes mellitus.
Penyulit tindakan lasik :
Flep yang tipis.
Kerusakan retina dan papil saraf optic.
Infeksi.
Ektasi kornea.
B. Prosedur Preoperasi
Sebelum prosedur operasi, pasien akan memerlukan suatu pemeriksaan mata yang
penuh. Proses ini akan membantu menentukan apakah ada faktor-faktor risiko
tertentu untuk dilakukannya lasik. Jika pasien memakai lensa-lensa kontak, pasien
harus tidak memakainya untuk beberapa hari sebelum pemeriksaan dan
menggunakan kacamata. Ini penting karena lensa-lensa kontak akan merubah
bentuk kornea dan jika kornea tidak mempunyai cukup waktu tanpa lensa-lensa
kontak, maka pengukuranpengukuran yang diambil sebelum operasi mungkin
tidak akurat(Dharmayanti, 2008).
18
Selama pemeriksaan awal perlu ditanyakan riwayat tentang kondisi-
kondisi mata dan medis pada masa lalu dan sekarang, termasuk operasi mata atau
luka (trauma) manapun sebelumnya, riwayat obat-obat yang diminum, termasuk
obat-obat bebas resep (over the counter), karena ini adakalanya dapat
mempengaruhi penglihatan atau operasi. Juga pastikan untuk menanyakan alergi-
alergi obat apa saja yang di punya. Pada hari operasi, pasien dianjurkan untuk
menghindari menggunakan semua lotion-lotion, cream-cream, makeup, dan
minyak-minyak wangi. Beberapa dari itemitem ini mengumpul pada bulu-bulu
mata dan mungkin meningkatkan risiko infeksi, dimana yang lain-lain (lotion dan
minyak wangi) dapat mempengaruhi fungsi laser. Pemeriksaan yang diperlukan
sebelum tindakan lasik:
1. Pemeriksan tear film.
Untuk uji mata kering atau dry eye dapat dilakukan dengan tearscope atau
ferning test.
2. Lebar pupil.
Untuk mengurangkan keluhan halo dan glare akibat laser, perlu diperhitungkan
apakah di tempat gelap atau pupil lebar fisiologik tepi cekungan laser akan
terletak dalam pupil sehinga menimbulkan glare, silau atau halo. Untuk
menghindari maka dapat diperhtungkan untuk membuat gambaran kecekungan
khusus.
3. Topografi kornea.
Komputer akan memberikan warna tertentu pada permukaan kornea yang
berbeda. Gambaran topografi dapat memberikan gambaran tidak normal
permukaan kornea seperti astigmat, keratokonus, dan permukaan yang tipis
lainnya. Gambaran ini kadang – kadang memberikan informasi tidakmungkinnya
dilakukan lasik seperti yang dikehendaki.
4. Pachimetri.
Dengan pachimetri dapat diketahui tebalnya kornea. Hasil dari pachimetri
menetukan sedalam apa dapat dilakukan pengangkatan permukaan kornea.
Sebelum pembedahan, perlu diketahui tebal kornea supaya tidak terjadi penetrasi
dan tidak menembus terlalu dalam.
19
5. Uji papan placido.
Uji plasido digunakan untuk melihat kelengkungan kornea. Dipakai papan plasido
dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap pada sumber
cahaya atau jendela, sedang pasien sendiri membelakangi jendela.
6. Pemeriksaan fundus okuli.
Pemeriksaan fundus dilakukan untuk melihat adanya kelemahan retina pada
myopia yang mungkin perlu diatasi terlebih dahulu dengan koagulasi laser retina
perifer.
7. Adanya glaucoma.
Pada mata dengan glaucoma akan dapat terjadi ektasi dari bagian sentral yang
dikupas. Sebaiknya mata glaucoma tidak dilakukan lasik untuk myopia nya
(Dharmayanti, 2008).
C. Prosedur Operasi Lasik
Operasi dilakukan dengan pasien terjaga dan mobile, namun kadang-
kadang pasien ringan diberi obat penenang (seperti Valium) dan anestesi tetes
mata. Operasi mata LASIK biasanya memakan waktu kurang dari 30 menit untuk
melaksanakan operasi pada kedua mata-mata (Linstrom et al, 2000). Lasik
dilakukan dalam beberapa langkah yaitu:
Langkah pertama
Setelah anestesi obat tetes mata diletakkan pada mata, sebuah cincin
pengisap berpusat di atas kornea mata. Cincin ini merupakan cincin suction yang
berfungsi untuk menstabilkan posisi mata dan meningkatkan tekanan ke tingkat
yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik microkeratome. Panduan trek pada
cincin suction ini digunakan untuk menyediakan jalur yang tepat untuk
microkeratome.
20
Gambar 2.8: Pemasangan cincin suction (Linstrom et al, 2000)
Langkah kedua
Microkeratome merupakan alat yang sangat tepat dan "batu kunci" dalam
prosedur LASIK. Perangkat ini adalah alat cukur mekanis yang berisi pisau tajam
yang bergerak maju mundur dengan kecepatan tinggi. Alat cukur ini ditempatkan
di trek panduan dari cincin isap dan maju di kornea menggunakan roda pada
kecepatan yang terkontrol. Proses ini menciptakan sebuah penutup parsial dalam
seragam ketebalan kornea. Flap dibuat dengan meninggalkan sebagian kornea
yang belum dipotong untuk menyediakan sebuah engsel.
Gambar 2.9: pembuatan flap yang berengsel (Linstrom et al, 2000)
Langkah ketiga
Setelah cincin dan microkeratome suction telah diambil, maka flap kornea
dilipat kembali pada engsel untuk mengekspos bagian tengah kornea. Segala
kelembaban yang berlebihan pada jaringan akan dikeringkan, dan ketebalan
kornea yang terletak dibawahnya akan diukur.21
Gambar 2.10: Pelipatan flap kornea (Linstrom et al, 2000)
Langkah keempat
Excimer laser yang kemudian digunakan untuk menghapus jaringan dan
membentuk kembali pusat kornea. Jumlah jaringan yang dikeluarkan tergantung
pada tingkat dekat-sightedness yang sedang diperbaiki. Ini bagian dari prosedur
LASIK hampir identik dengan prosedur PRK, kecuali dalam PRK permukaan
kornea diperlakukan tanpa pembentukan flap kornea.
22
Gambar 2.11: Penyinaran dengan excimer laser (Linstrom et al, 2000)
Langkah kelima
Pada langkah terakhir, yang berengsel flap dilipat kembali ke posisi
semula. Permukaan depan mata sekarang datar sejak flap sesuai dengan
permukaan yang mendasari. Akibatnya, perubahan yang dibuat di tengah kornea
diterjemahkan ke permukaan depan kornea (Linstrom et al, 2000).
Gambar : Penutupan flap kornea (Linstrom et al, 2000)
D. Perawatan Pascaoperasi
Segera setelah prosedur selesai, gejala yang mungkin akan dirasakan
adalah mata terasa seperti teriritasi, terbakar, gatal, atau merasa seperti ada
ssesuatu didalamnya. Mata akan seringkali berair atau keluar air mata secara
berlebihan, dan penglihatan akan menjadi sedikit banyaknya kabur. Hal yang
paling penting untuk dihindari selama waktu ini adalah menggosok mata, karena
menggosok mata dapat memindahkan atau menggeser penutup kornea.
Menggunakan air mata tiruan yang berlimpah dan istirahat dengan mata tertutup
akan paling efektif meredakan sensasisensasi ini. Pada beberapa kejadian-
kejadian, mungkin ada ketidaknyamanan yang menigkat atau bahkan suatu derajat
nyeri yang ringan, untuk mana dapat diberikan obat penghilang nyeri. Pada
kebanyakan kasus-kasus, obat-obat anti-peradangan nonsteroid, seperti ibuprofen,
adalah cukup untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan obat tetes
mata antibiotik dan tetes anti-peradangan (steroids) yang digunakan sampai
berminggu-minggu setelah operasi. Gejala-gejala lain yang mungkin dirasakan 23
segera setelah operasi termasuk kepekaan sinar, penglihatan berkabut, cahaya
yang menyilaukan, melihat ledakanledakan bintang atau lingkaran-lingkaran
cahaya disekeliling sinar-sinar, atau mata yang memerah. Semua gejala-gejala ini
seharusnya membaik melalui beberapa hari pertama setelah operasi. Pasien juga
dianjurkan untuk tidak memakai make up pada mata untuk beberapa minggu
setelah operasi. Pasien harus secara memadai diberitahu oleh ahli bedah tentang
pentingnya tepat perawatan pasca-operasi untuk memperkecil risiko
komplikasi(Vaughan, Daniel G., 2000).
Penglihatan akan stabil dalam minggu pertama atau kedua, namun itu
mungkin terus menerus berubah melalui beberapa bulan-bulan pertama setelah
operasi. Mungkin memakan waktu dari tiga sampai enam bulan untuk penglihatan
stabil sepenuhnya. Gejala-gejala penglihatan lain, seperti cahaya yang
menyilaukan, melihat lingkaran-lingkaran cahaya, dan kesulitan mengendarai
mobil waktu malam hari, mungkin berlanjut selama periode stabilisasi ini.
Perawatan-perawatan tambahan, atau perbaikan-perbaikan, mungkin diperlukan
setelah operasi, namun stabilitas dari kornea akan perlu ditegakkan sebelum
perawatan-perawatan apa saja yang diulang dilaksanakan. Sebelum perbaikan-
perbaikan dipertimbangkan, Pasien harus telah mempunyai pengukuran-
pengukuran mata yang konsisten pada dua kunjungan yang berurutan (Vaughan,
Daniel G., 2000).
E. Komplikasi Lasik (Semarang Eye Centre)
1. Flaps kornea tipis dan tombol lubang : komplikasi ini umumnya disebabkan
oleh tidak memadainya microkeratome, kualitas pisau microkeratome yang jelek
kualitasnya, kornea yang curam atau kerusakan microkeratome. Pengobatan
terbaik adalah dengan menghentikan prosedur, menggantikan flap dan dalam tiga
sampai empat bulan melakukan keratectomy baru menggunakan plat yang lebih
tebal .
2. Under Correction – Over Correction : Disebabkan penyerapan energi yang
tidak sempurna. Dapat diatasi dengan “enhancement”
3. Flap kornea yang terputus: kornea benar-benar terputus dari engsel yang
24
dibuat. Kornea diganti setelah perawatan laser dan menjaga kelembaban kornea.
Kelopak mata dibuat tertutup dan pasien diperiksa hari berikutnya.
4. Flap yang bergeser: Kadang kala setelah operasi lasik, terjadi kecelakaan atau
menggosok mata yang terlalu keras, flap dapat bergeser. Tidak ada pembuluh
darah di flap sehingga selama tiga tahun setelah LASIK, flap bergeser dapat
terjadi.
5. Epitel tumbuh ke dalam secara berulang: lapisan atas kornea (epitel) dapat
tumbuh di bawah flap. Biasanya self limited tetapi dapat tumbuh di bawah flap
hingga ke pupil. Jika pertumbuhan epitel mengganggu penglihatan, flap dapat
diangkat dan sel-sel epitel dihapus. Kondisi ini dapat terulang kembali.
6. Microbial keratitis: infeksi di bawah flap kornea sangat jarang terjadi. Faktor-
faktor seperti infeksi, riwayat herpes mata, dan pemakaian steroid jangka panjang
pada mata dapat meningkatkan risiko infeksi. Dapat terjadi infeksi bakteri atau
jamur. Pencegahan adalah usaha yang terbaik dengan cara teknik bedah steril.
Pengobatan dengan topikal antibiotic untuk membentengi mata dari infeksi.
7. Kornea yang meleleh: Flap dapat mencair yang disebabkan oleh penyakit
sistemik seperti rheumatoid arthritis atau jika gangguan lokal kornea hadir.
Steroid, pelumas kornea dan lensa kontak dapat membantu menyembuhkan
permukaan kornea.
8. Diffuse lamellar keratitis (DLK): peradangan yang tidak biasa antara flap dan
kornea. Penyebab terbanyak adalah debris di bawah flap dan bakteri endotoksin.
Penatalaksanaan pada tahap awal adalah pemberian topikal kortikosteroid.
Kemudian, flap diangkat dan pengobatan dengan steroid dan antibiotik digunakan.
9. Corneal ectasia: penipisan kornea dapat terjadi dalam beberapa minggu, bulan
atau tahun setelah perawatan kornea. Penyebab komplikasi ini masih sulit
dijelaskan. Satu faktor yang mungkin terlibat merupakan sisa ketebalan stroma.
Setelah pengobatan “bed thickness” perlu setidaknya 250-300 mikron tebal.
Banyak ahli bedah tidak akan beroperasi pada kornea kurang dari 500 mikron.
Beberapa ahli bedah menggunakan Advanced Surface Ablation untuk mencegah
ektasia kornea.
25
10.Night glare and halos: Silau pada malam hari dan halos telah dikurangi
dengan laser yang lebih baru Excimer zona perawatan yang meluas hingga 8 mm.
Halos, starbursts, silau, dan masalah penglihatan umum lainnya dapat terjadi
ketika flap kornea tidak mematuhi dengan benar ke mata setelah diganti, atau
ketika pupil berdilatasi untuk ukuran yang lebih besar daripada zona perawatan.
Beberapa pasien dengan ukuran pupil dalam gelap 8 milimeter atau lebih adalah
calon pasien yang tidak baik untuk operasi laser. ini komplikasi dari operasi
LASIK paling sering menghilang dalam bulan pertama setelah prosedur LASIK,
tetapi jika gejalanya menetap, penggunaan kacamata atau pengobatan tambahan
biasanya dapat mengatasi masalah ini.
11.Dry Eyes : Salah satu komplikasi yang paling umum dari pembedahan LASIK
kekeringan mata, yang dapat memanifestasikan dirinya dalam bentuk kemerahan,
gatal, penglihatan kabur, pengerasan kulit, atau sensasi bahwa ada benda asing di
mata. Untungnya, pasca LASIK, komplikasi mata kering biasanya hilang dalam
waktu tiga bulan pertama setelah operasi, dan mudah lega dengan menggunakan
pelumas bebas pengawet tetes.
12.Kehilangan sensitivitas kontras: Hilangnya sensitivitas kontras setelah
operasi LASIK dapat mengganggu kemampuan pasien untuk melihat objek
dengan jelas. Hal ini terutama terlihat pada kondisi cahaya rendah dan dapat
mempengaruhi kemampuan mengemudi malam. Pasien biasanya menemukan
bahwa kepekaan kontras kembali normal dalam waktu enam bulan.
F. Keuntungan dan kerugian dari lasik (Semarang Eye Centre)
Keuntungan-Keuntungan Operasi LASIK
Secara ringkas, meskipun risiko-risiko yang diuraikan secra singkat diatas,
LASIK telah dibuktikan aman dan efektif untuk kebanyakan orang-orang. Dengan
penyaringan dan pemilihan pasien secara hati-hati, harapan-harapan yang layak,
dan dalam perawatan dari seorang ahli bedah yang berpengalaman, kebanyakan
pasien – pasien kan sangat senang dengan hasil-hasil mereka. Ini adalah beberapa
dari keuntungan-keuntungan lain dari LASIK:
26
LASIK mampu untuk mengkoreksi secara akurat kebanyakan tingkatan
tingkatan dari myopia (nearsightedness), hyperopia (farsightedness), dan
astigmatism.
Prosedurnya cepat, biasanya berlangsung hanya lima sampai 10 menit, dan
biasanya tidak sakit.
Karena lasernya dituntun oleh sebuah komputer, ia adalah sangat tepat dan
hasil-hasilnya adalah sangat akurat.
Pada kebanyakan kasus-kasus, suatu perawatan tunggal akan mencapai
hasil yang diinginkan; bagaimanapun, perbaikan-perbaikan adalah
mungkin jika diperlukan, bahkan bertahun-tahun setelah operasi
pertama/awal.
Kerugian-Kerugian Operasi LASIK
Karena setiap pasien akan sembuh secara sedikit berbeda, hasil-hasil
mungkin bervariasi dari pasien ke pasien.
·LASIK dapat membuat beberapa aspek-aspek penglihatan anda lebih
buruk, termasuk penglihatan malam dengan cahaya yang menyilaukan
dan lingkaranlingkaran cahaya.
·LASIK mungkin membuat gejala-gejala mata kering lebih buruk pada
individu-individu tertentu.
Pada keadaan-keadaan yang jarang, LASIK dapat membuat penglihatan
anda lebih buruk dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata-kacamata
atau lensalensa kontak reguler.
2.5.2 Katarak
Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak
dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai
keburaman total. Dalam perkembangannya katarak yang terkait dengan usia
penderita dapat menyebabkan pengerasan lensa, menyebabkan penderita
menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara bertahap dan
keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya
berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi
27
membutakan jika katarak terlalu tebal. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua
mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain (Ilyas,
2012).
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan
terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan
akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan
luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat
menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran.
Bila tidak dioperasi, katarak dapat menyebabkan glaukoma (Ilyas, 2012).
Salah satu komplikasi paska operasi Katarak adalah terjadinya penurunan
penglihatan dalam beberapa waktu disebabkan penebalan membran kapsul
belakang. Posterior Capsule Opacity -PCO. Komplikasi ini tampak seolah olah
katarak berkembang atau muncul kembali. Keadaan ini terjadi karena pada saat
operasi katarak, yang mana inti lensa dan masa lensa dikeluarkan dan dibersihkan.
Tinggallah suatu kantung yang berisi Lensa intra okuler. Gengan demikian
dibelakang Lensa intra okuler terdapat membrane kasul dibelakangnya. Yang
seharusnya membrane ini jernih, namun dapt terjadi penebalan. Sehingga
penebalan inilah penglihatan akan berkurang. Penebalan ini dapat diatasi dengan
merobek membran dengan Laser. Tindakannya disebut laser kapsulotomi (Tran et
al, 2008 ).
1. Posterior capsulotomy
Ketika seorang pasien memiliki posterior capsular opacity visual
signifikan atau " katarak sekunder " , laser digunakan untuk membuka kapsul
posterior. Pasien pra-perawatan dengan iopidine atau Alphagan-P untuk
mencegah lonjakan TIO, dan kemudian di bawah anestesi topikal, perawatan laser
dilakukan dengan sistem pengiriman slit-lamp menggunakan lensa kontak yang
sesuai (yaitu , Abraham lensa YAG capsulotomy ) untuk menstabilkan mata dan
memfokuskan sinar laser. Pengaturan energi tergantung pada kepadatan
kekeruhan kapsul , tapi titik awal yang khas adalah 1 - 2mJ dan energi ini
kemudian dititrasi sesuai dengan respon jaringan. Laser menyebabkan
photodisruption dengan gelombang kejut. Oleh karena itu , kebanyakan laser
28
memiliki fokus diimbangi kontrol untuk memungkinkan ahli bedah untuk
menempatkan sinar laser ( hingga 250 mikron ) ke titik fokus HeNe di kapsul . Ini
membantu mencegah lensa intraokular ( IOL ) pitting. Kebanyakan ahli bedah
juga akan menempatkan titik laser awal untuk menghindari kerusakan IOL dekat
sumbu visual (Tran et al, 2008 ).
2. Anterior Capsulotomy
Pada dasarnya anterior capsulotomy sama dengan posterior kapsulotomi
namun angka kejadiannya lebih jarang di karenakan ketika operasi katarak
membran anterior dari lensa akan ikut di keluarkan untuk jalan pengeluaran
nucleus lensa (Tran et al, 2008 ).
2.5.3 Glaukoma
Glaukoma adalah sindrom penyakit mata kompleks dan heterogen yang
merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat, dimana
glaukomamerupakan penyebab utama kedua kebutaan, dan hampir 75 juta orang
di seluruh dunia yang terkena dampaknya. Glaukoma ditandai oleh atrofi optik
secara progresifakibat terjadinya apoptosis dari sel ganglion retina/ Retinal
Ganglion Cells (RGCs) yang dapat menyebabkan gangguan padalapangan
pandang dan kebutaan yang irreversible (Ilyas, 2012).
Glaukoma sudut terbuka primer/ primary open-angle glaucoma (POAG)
merupakan tipe yang paling sering terjadi (80-90%) yang disebabkan oleh
sumbatan pada trabekuler yang menghambat ekskresi aqueous humor dan
peningkatan tekanan intraokular (TIO). Sedang sebagian kecil (10-15%)
merupakan glaukoma sudut tertutup primer/ primary closed-angle glaucoma
(PCAG). Peningkatan tekanan intraokular (TIO) tetap sebagai faktor risiko utama
untuk mengembangkan glaukoma. Farmakologi terapi sebagai pengobatan lini
pertama diarahkan menjaga TIO pada tingkat normal untuk menjaga penglihatan.
Salah satu cara menjaga TIO dalam batas normal dengan melakukan penyinaran
29
dengan laser dengan harapan dapat mengalirkan aquos humor yang terbendung
(Ilyas, 2012).
1. Iridoplasty Peripheral
Laser telah lama diganti iridectomies bedah untuk pengobatan glaukoma
sudut tertutup . Prosedur laser yang noninvasif ini dilakukan profilaksis pada mata
dengan sudut sempit atau occludable . Energi laser yang dibutuhkan berkisar dari
4 – 10 mJ tergantung pada ketebalan iris dan pigmentasi . Sebuah iridotoplasty
perifer juga mungkin bermanfaat dalam glaukoma pigmen untuk mengubah
konfigurasi iris (Friedman, 2009).
Gambar : Iridoplasty Peripheral
2. Trabeculoplasty
Mata terus-menerus menghasilkan cairan yang harus mengalir keluar dari
mata. Ketika sudut drainase atau trabecular meshwork, berbaring di persimpangan
bagian dalam kornea dan iris, gagal berfungsi dengan benar, kapasitas drainase
atau fasilitas outflow berkurang. Ini menghasilkan tekanan meningkat dalam
karakteristik mata glaukoma sudut terbuka. Jika obat tidak dapat memperbaharui
fasilitas outflow ini, maka operasi diperlukan. Laser photocoagulation dapat
digunakan untuk " membuka " meshwork drainge. Luka bakar kecil ditempatkan
ringan di meshwork untuk menyebabkan jaringan parut ringan. Konsekuen untuk
jaringan parut, meshwork terbuka dan dinamika fluida normal didirikan kembali.
Pasien kemudian disimpan operasi mata berisiko (Reynold, 2008).
2.5.4 Retinal Neovaskular Disease
30
Retinopati diabetikum, oklusi vena perifer, oklusi vena sentral, dan
retinopati sel sabit merupakan penyakit neovaskular retina dalam bidang
opthalmologi. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis dikarenakan metabolisme
gula. Komplikasi jangka panjang utama adalah kerusakan pada pembuluh darah
kecil dan besar di seluruh tubuh, menyebabkan aterosklerosis dini, serangan
jantung, stroke, gagal ginjal dan penyakit mata. Kaya akan pembuluh darah kecil ,
retina, membran peka cahaya yang melapisi bagian dalam belakang mata, sangat
rentan terhadap komplikasi ini (Ilyas, 2012).
Awalnya, pembuluh darah retina menjadi rusak dan mulai bocor.
Kemudian kapiler kecil yang hilang sampai jaringan benar-benar menjadi oksigen
"kelaparan". Kekurangan ini menginduksi neovaskularisasi, pembentukan
pembuluh darah baru yang rapuh yang memiliki kecenderungan untuk berdarah.
Perdarahan berulang dari kapal-kapal yang baru dan jaringan parut retina akhirnya
dapat menyebabkan kebutaan total (Ilyas, 2012).
Pengobatan laser retinopati diabetes adalah dua arah. Hal ini dapat
digunakan untuk mengeringkan kebocoran atau menghancurkan jaringan retina.
Diabetic retinopathy biasanya diobati dengan Argon laser, tapi yang lain itu juga
digunakan. Pengobatan ini disebut fotokoagulasi. Proses ini adalah salah satu
cedera termal . Jika pembuluh darah atau kelompok kecil bocor cairan atau darah ,
maka Argon laser dapat digunakan untuk menelepon atau menyertakan daerah
dengan bekas luka thermal. Jika retinopathy telah maju ke titik neovaskularisasi ,
maka fotokoagulasi jauh lebih luas diperlukan. Menghilangkan sehat, oksigen
"kelaparan" jaringan dengan jaringan parut termal dapat menyebabkan pembuluh
darah abnormal mengering dan layu (Reynold, 2008).
2.5.5 Choroidal Neovascular Disease
Choroidal neovaskular disease, degenerasi makula senile adalah penyakit
yang paling umum, kadang-kadang bisa berhasil diobati dengan argon fokal atau
kripton photocoagulation laser. Penyakit yang dapat diobati lain dalam kategori
ini meliputi sindrom histoplasmosis okular, koroid idiopatik neovaskularisasi dan
neovaskularisasi koroid karena garis-garis angioid dan traumatis dalam membran
31
Bruch. Patofisiologi umum yang terkait dengan penyakit ini adalah dalam
membran Bruch, yang terjepit antara retina dan koroid. Membran ini biasanya
bertindak sebagai penghalang untuk migrasi vaskular dari koroid ke ruang
subretinal. Ketika membran Bruch adalah ditembus, bagaimanapun, pembuluh
darah dari koroid dapat memperoleh akses ke ruang subretinal. Jika daerah-daerah
neovaskularisasi melibatkan pusat makula (fovea) atau berada dalam zona
avaskular mengelilingi fovea, photocoagulation laser tidak akan memperbaiki
penglihatan karena pengobatan yang subretinal jaringan neovascular akan
memerlukan foveal atau parafoveal kerusakan. Dalam degenerasi makula senil,
hanya 5% dari pasien dengan kondisi ini dapat diobati. Untuk sisanya 95% dari
pasien, lokasi neovascular jaringan menghalangi pengobatan fokus. Pada pasien
yang memenuhi syarat, visual yang distorsi dan visi menurun akan menyelesaikan
setelah berhasil photocoagulation laser fokal (Moo-Young, 1985).
2.5.6 Tumor Introkular
Kasus tertentu seperti melanoma maligna, retinoblastoma dan angioma
retinal dapat diobati dengan argon fokal atau kripton photocoagulation laser.
Modalitas tradisional lainnya pengobatan untuk tumor ini tersedia, termasuk
cryocoagulation dan penyinaran dengan sinar eksternal, kobalt plak atau sinar
partikel (proton atau ion helium). Photoradiation melanoma, presensitized oleh
hematoporphyrin derivatif dan diobati dengan laser merah pewarna merdu, juga
telah diteliti. Pekerjaan lebih lanjut akan menentukan posisi yang fokal atau argon
krypton photocoagulation laser akan menempati dalam hirarki oftreatments
tersedia untuk tumor ini (Moo-Young, 1985).
2.6 Komplikasi Penggunaan Laser
Laser dirancang untuk menghindari komplikasi bedah tradisional.
Meskipun demikian, ada masalah yang terkait dengan penggunaan laser. Salah
satu masalah tersebut adalah kerusakan pada jaringan yang berdekatan dengan
area target karena terlalu banyak energi atau kehilangan fokus. Komplikasi
lainnya termasuk perdarahan, kekeruhan cairan-gel di dalam mata, stimulasi
32
formasi baru pembuluh darah retina, katarak, peradangan, dan peningkatan
tekanan bola mata serta kehilangan penglihatan (Reynold, 2008).
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission
of Radiation. Laser pertama ditemukan oleh Theodore Maiman tahun 1960.
Terdapat beberapa jenis laser diantaranya rubi laser, argon laser, diode laser, yag
laser, excimer lasser , slt laser dan femtosecond laser. Laser sangat berkembang
pada saat ini. Laser dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk kedokteran
khususnya oftalmologi. Dalam bidang oftalmologi laser digunakan untuk berbagai
penyakit, misalnya katarak, glukoma, senile macula degenarasi, diabetes mellitus
dan lain-lain.
Laser dirancang untuk menghindari komplikasi bedah tradisional.
Meskipun demikian, ada masalah yang terkait dengan penggunaan laser. Salah
satu masalah tersebut adalah kerusakan pada jaringan yang berdekatan dengan
area target karena terlalu banyak energi atau kehilangan fokus. Komplikasi
lainnya termasuk perdarahan, kekeruhan cairan-gel di dalam mata, stimulasi
formasi baru pembuluh darah retina, katarak, peradangan, dan peningkatan
tekanan bola mata serta kehilangan penglihatan
33
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata. 2006. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Edisi Ketiga. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2. Bertolotti, M. 2005. The History of the Laser. IOP Publishing Page 211–218
3. Bron, Antony; Chew, Chris: James Bruce. 2005. Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9. Jakarta: Erlagga.
4. Dharmayanti. 2008. Penggunaan LASIK Terhadap Kelainan Refraksi Mata. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Friedman, N. J. 2009. YAG Laser in Opthalmology. Am J Ophthalmol, Vol : 147(5) : 779.
6. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. 2007. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM.
7. H.Ilyas Sidarta, Prof.dr. Sp.M. 1997. Kelainan Refraksi dan Kacamata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. H.Ilyas,Sidarta.Prof, dr, Sp.M. 2006. Kelainan Refraksi dan Kacamata edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
9. H.Ilyas,Sidarta.Prof, dr, Sp.M. 2012. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Kumar NL, Kaiserman I, Shehadeh-Mashor R, et al. 2010. IntraLase-enabled astigmatic keratotomy for postkeratoplasty astigmatism: On-axis vector analysis, Ophthalmology, Vol ; 117(6) : 1228.
11. Linstrom RL, Hardten DR, Chu YR. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK) for the Treatment of Low, Moderate and High Miopia. http://biblioteca.universia.net/irARecurso.[diakses tanggal 18 Mei 2014].
34
12. Lubatschowski H, Maatz G, Heisterkamp A, et al. 2000. Application of ultrashort laser pulses for intrastromal refractive surgery, Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol, Vol ; 238 (1) : 33.
13. Maiman, T.H. 1960. "Stimulated Optical Radiation in Ruby". Nature, 187 4736, pp. 493-494.
14. Niffa Carlisa. 2007. Pengobatan Laser Pada Mata. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
15. Moo-Young, G.A. 1985. Laser in Opthalmology, in High-tech Medicine. West J Med. Vol : 143 (1) : 745-750.
16. Pachul C. High Miopia-Nearsighted Vision. http:// www.lensdesign.com. [diakses tanggal 18 Mei 2014].
17. Raoof-Daneshvar, D., and Shtein, R. M. 2013. Femtosecond Lasers in Ophthalmology. US Ophthalmic Review. Vol : 6 (1) : 38-41.
18. Sekundo W, Kunert K, Russmann C, et al. 2008. First efficacy and safety study of femtosecond lenticule extraction for the correction of myopia: six-month results, J Cataract Refract Surg, Vol ; 34(9) : 13–20.
19. Semarang Eye Centre. Tindakan Bedah LASIK. http://www.semarang-eye-centre.com. [diakses tanggal 15 Mei 2014].
20. Tanjung H. 2003. Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan Hipermetropia di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library.
21. Tran DB, Sarayba MA, Bor Z, et al.2008. Randomized prospective clinical study comparing induced aberrations with IntraLase and hansatome flap creation in fellow eyes: Potential impact on wavefront-guided laser in situ keratomileusis. J Cataract Refract Surg. Vol : 31(1) : 97
22. Vaughan, Daniel G., 2000. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.
35