lapsus skabies

25
BAB I PENDAHULUAN I. Skabies I.I Definisi Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan. 1 I.2 Epidemiologi Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. 1 Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan demografik dan ekologik. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai. 1 I.3 Etiologi Penyakit skabies disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. 1

Upload: dian-putri-lestari

Post on 28-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I. Skabies

I.I Definisi

Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga

disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan.1

I.2 Epidemiologi

Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara

yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung

tinggi pada anak-anak serta remaja.1

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang

menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang

buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan

demografik dan ekologik. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat

kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.1

I.3 Etiologi

Penyakit skabies disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas

Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.

hominis. Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang

betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni

200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di

depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,

sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir

dengan alat perekat.2,4,5,6

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas

kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali

oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum

1

korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir

sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup

sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan

4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8-12 hari.2,4,6

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan

terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang

akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di epidermis dan meletakkan

telur-telurnya didalam liang yang ditinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya

mempunyai satu tugas dalam kehidupannya, yaitu kawin dengan tungau betina setelah

melaksanakan tugas mereka masing-masing akan mati.2,4,5

I.4 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret

dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu

kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.

2

Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan

gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. 1,2,5

I.5 Cara Penularan

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun

cara penularannya adalah: 1,2,4,5,6

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)

Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur

bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal

tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.

3

2. Kontak tidak langsung (melalui benda)

Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau

handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian

terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies

dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut. Skabies norwegia, merupakan

sumber utama terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokkan/asrama

dan rumah sakit jiwa, karena banyak mengandung tungau

I.6 Gejala Klinis 1,2,4,6

Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau

ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barak-barak

tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena penyakit ini.

Penyakit skabies amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai

secara bersama-sama. Penyakit Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat

kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih

atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada

ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam

kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya

biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari

tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian

bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu atau

lebih stadium tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda

kardinal tersebut.

4

I.7 Klasifikasi Skabies 4,5,6

Skabies adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga

disebut sebagai The great imitator. Terdapat beberapa bentuk-bentuk skabies yang mana bentuk-

bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda antara lain :

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya

sehingga sangat sukar ditemukan. Dalam penelitian dari 1000 orang penderita skabies

menemukan hanya 7 % terowongan.

2. Skabies incognito

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda

klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito

sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip

penyakit gatal lain..

3. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Pada nodus biasanya terdapat

di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodusini timbul sebagai

reaksi hipersensitivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan

tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu

tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies

manusia yaitu tidak dapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi

biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu

paha, perut, dada, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan

ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. Binatang

tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies norwegia

Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama

generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang

berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.

Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi

5

bentuk ini sangat menular Karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).

Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga system imun tubuh gagal

membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah. Pada penderita kusta,

skabies Norwegia mungkin terjadi akibat defisiensi imunologi, terutama pada tipe kusta

lepromatosa. Selain itu terjadi gangguan neurologik yang menyebabkan gangguan persepsi gatal

dan anestasi terutama pada jari tangan dan kaki. Pada penderita kusta juga terjadi kontraktur

pada jari-jari tangan sehingga penderita tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.

6. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,

telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima

sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi di muka sering terjadi.

7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat

menderita skabies yang lesinya terbatas.

I.8 Pengobatan 1,2,4,5,6

1. Belerang endap (sulfur presipitatum)

Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium

telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain adalah

berbau dan mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi kurang

dari 2 tahun.

2. Emulsi Benzil-benzoat (20-25 %)

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi

iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)

Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan

wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika

masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.

6

4. Krotamiton 10 %

Dalam krim atau lotion, merupakan obat pilihan. Mempunyai dua efek sebagai antiskabies

dan antigatal, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin

Kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan. Efektivitas sama, aplikasi

hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak

dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi

selama 8 jam kemudian dicuci bersih.

I.9 Pencegahan 2,5

1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun

2. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara teratur minimal 2 kali

dalam seminggu

3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali

4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain

5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi

skabies

6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

7. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya

mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat

parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit

kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu

kehidupan sehari-hari.

I.10 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan

menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis

yang baik.1

7

BAB II

LAPORAN KASUS

SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER

II.1 Identitas Pasien

Nama : An. A

Alamat : Sekaran 2/3 Gunung Pati Kab. Semarang

Usia : 10 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal masuk : 03 Juli 2013

No. RM : 039000

II.2 Anamnesa

Keluhan utama

Gatal

Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 1 minggu SMRS pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul bercak-bercak

kemerahan di ketiak, telapak tangan kanan dan kiri. Awalnya keluhan berawal dari

telapak tangan kemudian meluas ke bagian tubuh lain yaitu ketiak. Gatal dirasakan

semakin hebat saat malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap

malam. Pasien meredakan keluhan gatalnya dengan menggaruknya.

Kurang lebih 3 hari SMRS keluhan gatal-gatal pasien masih belum membaik ditambah

dengan bercak-bercak kemerahan telapak tangan kanan dan kiri menjadi bernanah

ditambah dengan keluhan lain yaitu demam.

Hari masuk rumah sakit keluhan gatal-gatal dan bercak-bercak merah bernanah di ketiak,

telapak tangan kanan dan kiri serta demam masih belum membaik dan pasien merasa

lemas.

8

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit serupa : 3 bulan yang lalu pasien mengalami keluhan yang

sama lalu berobat ke Puskesmas keluhan

membaik

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat pilek dan bersin di pagi hari : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : kakak dan ibu memiliki keluhan yang sama

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat kencing manis : disangkal

Riwayat pilek dan bersin di pagi hari : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai petani, sedangkan ibu pasien adalah ibu rumah tangga.

Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh Jamkesmas.

II. 3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal tanggal 03 Juli 2013 Jam 11.03 WIB

- Keadaan umum : tampak sakit sedang

- Kesadaran : compos mentis

- Vital sign

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 98 x/menit isi dan tegangan cukup

Respirasi : 28 x/menit tipe napas abdominal

Suhu : 38,7˚C aksila

Status gizi : Kesan gizi cukup

a. Status Internus

Kepala : mesocephali, rambut hitam

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

9

Hidung : Normal, tidak ada deviasi, tidak ada sekret

Telinga : Normal, tidak ada kelainan

Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran JVP, limfonodi tak

teraba membesar

Torak : Simetris, tidak ada kelainan

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), hepar, lien, massa tidak teraba

Ekstremitas

Superior : akral hangat, edema, deformitas, atrofi otot kedua tangan (-/-)

Inferior : akral hangat, edema, deformitas, atrofi otot kedua kaki (-/-)

b. Status dermatologis

Lokasi : I telapak tangan kanan dan kiri

II aksila kanan dan kiri

UKK : I papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas diantaranya

tampak pustul bentuk bulat, batas tegas

II papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas

II.4 Resume

Sekitar 1 minggu SMRS pasien mengeluh gatal di telapak tangan kanan dan kiri,

serta di aksila kanan dan kiri. Gatal dirasa bertambah parah saat malam hari. Kurang

lebih 3 hari SMRS keluhan gatal pasien belum membaik ditambah dengan timbul nanah

pada tempat yang gatal, pasien juga mengeluh demam. Hari masuk rumah sakit keluhan

pasien belum membaik, pasien juga merasa lemas.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran

komposmentis. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 98 kali/menit, regular, isi dan

tegangan cukup. Frekuensi nafas 28 kali/menit, suhu 38,7⁰C. Pemeriksaan status

dermatologis didapatkan papul-papul di aksila kanan dan kiri, serta papul-papul dan

pustul di telapak tangan kanan dan kiri.

10

II.5 Diagnosis Banding

1. Prurigo

2. Pedikulosis korporis

3. Dermatitis

II.6 Diagnosis Kerja

Skabies dengan infeksi sekunder

II.7 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Diambil pada tanggal 03 Juli 2013

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Hemoglobin

Lekosit

Eritrosit

Hematokrit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

RDW

MPV

Limfosit

Monosit

Granulosit

Limfosit %

Monosit %

Granulosit %

13,7

16 H

5,16

40,7

300

78,9 L

26,6 L

33,7

12,2

7,3

1,9

0,9 H

13,2 H

11,8 L

5,4

82,8 H

12-16

4 -10

4,2 – 5,4

37 – 43

200-400

80-90

27-34

32-36

10-16

7-11

1,7- 3,5

0,2- 0,6

2,5- 7

25-35

4-6

50-80

11

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

PCT

PDW

LED I

LED II

SEROLOGI

Widal

S.typhi O

S.paratyphi A-H

S.typhi H

0,219

14,4

24 H

55 H

Negatif

Negatif

Negatif

0,2-0,5

10-18

0-15

6-18

Negatif

Negatif

Negatif

II.8 Tatalaksana

Terapi sistemik

1. Inf RL 20 tpm

2. Paracetamol 3 x ½ tab

3. Chlorpeniramin Maleat 3x ½ tab

4. Inj Cefotaxime 2x500 mg

II.8 Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad cosmeticum : ad bonam

Follow up Pasien

A. Rabu, 04 Juli 2013

Keluhan : Gatal di telapak tangan dan ketiak kanan kiri, demam, lemas

Status dermatologis : Lokasi I telapak tangan kanan dan kiri

II aksila kanan dan kiri

UKK : I papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas

tegas diantaranya tampak pustul bentuk bulat, batas tegas,

12

II papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas

Terapi : Sistemik (Inf RL 15 tpm, Inj Cefotaxime 2x500 mg, Paracetamol

3x ½ tab ( jika suhu >38⁰C), Cetrizine 1x1 (sore)),

Topikal (Gentamisin krim (pagi, sore, malam))

B. Kamis, 05 Juli 2013

Keluhan : Gatal di telapak tangan dan ketiak kanan kiri

Status dermatologis : Lokasi I : telapak tangan kanan dan kiri

II aksila kanan dan kiri

UKK I : papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas

tegas diantaranya tampak pustul bentuk bulat, batas tegas

II: papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas

Terapi : Sistemik (Inf RL 15 tpm, Inj Cefotaxime 2x500 mg, Paracetamol

3x ½ tab ( jika suhu >38⁰C), Cetrizine 1x1 (sore)),

Topikal (Gentamisin krim (pagi, sore, malam))

C. Jumat, 06 Juli 2013

Keluhan : Gatal di telapak tangan dan ketiak kanan kiri berkurang

Status dermatologis : Lokasi I : telapak tangan kanan dan kiri

II : aksila kanan dan kiri

UKK : I papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas

tegas diantaranya tampak pustul bentuk bulat, batas tegas

II papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas

Terapi : Sistemik : Cetrizine 1x1 tab (sore), Cefadroxil 2x500 mg

Topikal : Permetrin krim 5% (malam)

Edukasi :

1. Disiplin dalam melakukan pengobatan dan seluruh keluarga

yang terinfeksi harus diobati

13

2. Menjaga kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian,

selimut, sprei, dan benda-benda lainnya dicuci dengan air

panas dan dijemur, sedangkan barang-barang yang tidak

harus dicuci seperti sepatu dimasukan ke dalam plastik

3. Kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan

perkembangan penyakit

14

BAB III

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada

ketiak dan telapak tangan kanan dan kiri. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat

terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya dirumah dan riwayat

orang sekitar memiliki keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yaitu ibu dan

kakak pasien. Pasien dapat didiagnosis menderita skabies, dimana hal ini sesuai dengan

teori yang ada yaitu dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal. Dimana tanda kardinal

yang ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang disekitar pasien yang

memiliki keluhan yang sama.

Dari status dermatologisnya didapatkan lesi di daerah aksila dan telapak tangan

berupa papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas, penyebaran diskrit. Hal ini

sesuai dengan teori skabies, dimana predileksi skabies adalah pada daerah dengan stratum

korneum yang tipis. Selain itu pada pasien ini juga didapatkan pustul, bentuk bulat, batas

tegas, penyebaran diskrit, dan hasil pemeriksaan darah rutin dan LED ditemukan tanda-

tanda infeksi, maka didapatkan diagnosa pada penyakit pasien ini adalah skabies dengan

infeksi sekunder.

Diagnosis banding dengan prurigo dapat disingkirkan. Karena pada prurigo lesi

berupa papul-papul miliar bentuk kubah di ekstremitas bagian ekstensor dan gatal tidak

semakin hebat pada malam hari serta tidak menyerang secara berkelompok.1

Diagnosis banding dengan pedikulosis korporis dapat disingkirkan. Karena pada

pedikulosis korporis predileksi pada daerah yang tertutup pkakaian seperti leher, badan,

dan paha. Lalu lesi yang ditimbulkan adalah berupa guratan linier garukan yang paralel

dan eczema derajat ringan, dan timbul titik-titik perdarahan kecil yang khas akibat gigitan

kutu. Pada kasus kronik terjadi likenifikasi dan timbul skuama.6

Diagnosis banding dengan dermatitis dapat disingkirkan karena pada dermatitis

efloresensi polimorfik yaitu terdapat eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan

likenifikasi. Pada dermatitis juga terdapat faktor pencetus baik eksogen dan endogen,

15

serta pada dermatitis gatal tidak bertambah parah saat malam hari dan tidak menyerang

secara berkelompok. 1,3,4

Pada pasien ini mendapat penatalaksanaan terapi topikal dan sistemik. Obat

topikal yang diberikan adalah Gentamisin krim dioleskan pagi, sore, dan malam,

Permetrin krim 5% dioleskan saat malam di seluruh tubuh setelah pengobatan topikal

dengan Gentamisin selesai. Pada teori telah dijelaskan bahwa obat topikal yang paling

baik diberikan pada anak adalah Permetrin krim 5% karena efektif pada semua stadium

skabies dan toksisitasnya yang rendah.1 Sedangkan Gentamisin krim diberikan karena

skabies pada pasien disertai dengan infeksi sekunder.

Obat sistemik yang diberikan adalah injeksi Cefotaxime 2 x 500 mg. Cefotaxime

merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga dan sangat aktif terhadap bakteri

Gram positif maupun Gram negatif.7 Obat ini diberikan karena pada pasien terdapat

infeksi sekunder. Cefadroxil adalah antibiotic semisintetik golongan sefalosporin, bersifat

bakterisid dengan jalan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Paracetamol 3x ½ tablet

adalah obat yang memiliki efek sebagai analgesik dan antipiretik. Analgesik dengan

menghambat impuls nyeri di perifer, antipiretik dengan menghambat termoregulator di

hipotalamus.7 Paracetamol diberikan pada pasien ini adalah untuk menurunkan

demamnya. Chlorpeniramin Maleate 3x ½ tablet dalah antagonis histamine generasi 1

yang bekerja dengan menghambat efek Histamine pada pembuluh darah, bronkus, dan

otot polos. Bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas yang disertai pelepasan

histamine endogen yang berlebihan. Mekanisme kerja dengan memblok kerja histamine

pada reseptornya, berkompetisi untuk mengikat reseptor yang masih kosong (antagonis

kompetitif).7 Pada pasien ini diberikan Chlorpeniramin Maleat untuk meredakan

gatalnya. Cetrizine 1x1 tablet diberikan saat sore untuk meredakan keluhan gatal pada

pasien. Cetrizine adalah antihistamin selektif yang merupakan antagonis reseptor H1

yang mempunyai efek sedative rendah pada dosis aktif dan mempunyai efek tambahan

sebagai anti alergi. Cetrizine bekerja menghambat pelepasan histamine pada fase awal

dan mengurangi migrasi sel inflamasi.

Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam ad bonam, ad sanam dubia ad

bonam, ad kosmetikum dubia ad bonam. dengan pengobatan yang baik serta menghindari

16

faktor pencetus dan predisposisi prognosis akan baik, sedangkan jika tidak diobati dengan

baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia. 1,4

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta : 2007

2. Bart J. Currie, F.R.A.C.P., and James S. McCarthy, F.R.A.C.P. Permethrin and

Ivermectin for Scabies. New England Journal of Medicine : 2010

2. Boediardja Siti Aisah. Panduan Praktis Morfologi Dan Terminologi Penyakit Kulit.

FKUI. Jakarta : 2011

3. Sularsito Sri Adi, Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji. Dermatologi Praktis. Ed 1.

PERDOSKI : 1989

4. Wiederkehr, M. Schwart, R. A. 2006. Scabies Available at

http:/www.emedicine.com.DERM.topic471.htm

5. Stone, S.P, scabies and pediculosis, in : Freedberg, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill Profesional : 2003

6. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. FKUI. Jakarta : 2012

17