lapsus skabies
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Skabies
I.I Definisi
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga
disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan.1
I.2 Epidemiologi
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara
yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung
tinggi pada anak-anak serta remaja.1
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan
demografik dan ekologik. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat
kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.1
I.3 Etiologi
Penyakit skabies disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.
hominis. Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di
depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat.2,4,5,6
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali
oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
1
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan
4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.2,4,6
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang
akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di epidermis dan meletakkan
telur-telurnya didalam liang yang ditinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya
mempunyai satu tugas dalam kehidupannya, yaitu kawin dengan tungau betina setelah
melaksanakan tugas mereka masing-masing akan mati.2,4,5
I.4 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret
dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
2
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan
gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. 1,2,5
I.5 Cara Penularan
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun
cara penularannya adalah: 1,2,4,5,6
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal
tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
3
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian
terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies
dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut. Skabies norwegia, merupakan
sumber utama terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokkan/asrama
dan rumah sakit jiwa, karena banyak mengandung tungau
I.6 Gejala Klinis 1,2,4,6
Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barak-barak
tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena penyakit ini.
Penyakit skabies amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai
secara bersama-sama. Penyakit Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat
kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu atau
lebih stadium tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal tersebut.
4
I.7 Klasifikasi Skabies 4,5,6
Skabies adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga
disebut sebagai The great imitator. Terdapat beberapa bentuk-bentuk skabies yang mana bentuk-
bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda antara lain :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan. Dalam penelitian dari 1000 orang penderita skabies
menemukan hanya 7 % terowongan.
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito
sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit gatal lain..
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Pada nodus biasanya terdapat
di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodusini timbul sebagai
reaksi hipersensitivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu
tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies
manusia yaitu tidak dapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi
biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu
paha, perut, dada, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan
ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. Binatang
tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies norwegia
Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi
5
bentuk ini sangat menular Karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga system imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah. Pada penderita kusta,
skabies Norwegia mungkin terjadi akibat defisiensi imunologi, terutama pada tipe kusta
lepromatosa. Selain itu terjadi gangguan neurologik yang menyebabkan gangguan persepsi gatal
dan anestasi terutama pada jari tangan dan kaki. Pada penderita kusta juga terjadi kontraktur
pada jari-jari tangan sehingga penderita tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi di muka sering terjadi.
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
I.8 Pengobatan 1,2,4,5,6
1. Belerang endap (sulfur presipitatum)
Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium
telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain adalah
berbau dan mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi kurang
dari 2 tahun.
2. Emulsi Benzil-benzoat (20-25 %)
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi
iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)
Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan
wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
6
4. Krotamiton 10 %
Dalam krim atau lotion, merupakan obat pilihan. Mempunyai dua efek sebagai antiskabies
dan antigatal, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin
Kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan. Efektivitas sama, aplikasi
hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak
dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi
selama 8 jam kemudian dicuci bersih.
I.9 Pencegahan 2,5
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
2. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara teratur minimal 2 kali
dalam seminggu
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi
skabies
6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
7. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya
mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat
parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit
kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari.
I.10 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis
yang baik.1
7
BAB II
LAPORAN KASUS
SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER
II.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Alamat : Sekaran 2/3 Gunung Pati Kab. Semarang
Usia : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk : 03 Juli 2013
No. RM : 039000
II.2 Anamnesa
Keluhan utama
Gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 minggu SMRS pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul bercak-bercak
kemerahan di ketiak, telapak tangan kanan dan kiri. Awalnya keluhan berawal dari
telapak tangan kemudian meluas ke bagian tubuh lain yaitu ketiak. Gatal dirasakan
semakin hebat saat malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap
malam. Pasien meredakan keluhan gatalnya dengan menggaruknya.
Kurang lebih 3 hari SMRS keluhan gatal-gatal pasien masih belum membaik ditambah
dengan bercak-bercak kemerahan telapak tangan kanan dan kiri menjadi bernanah
ditambah dengan keluhan lain yaitu demam.
Hari masuk rumah sakit keluhan gatal-gatal dan bercak-bercak merah bernanah di ketiak,
telapak tangan kanan dan kiri serta demam masih belum membaik dan pasien merasa
lemas.
8
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : 3 bulan yang lalu pasien mengalami keluhan yang
sama lalu berobat ke Puskesmas keluhan
membaik
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat pilek dan bersin di pagi hari : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : kakak dan ibu memiliki keluhan yang sama
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat pilek dan bersin di pagi hari : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai petani, sedangkan ibu pasien adalah ibu rumah tangga.
Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh Jamkesmas.
II. 3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal tanggal 03 Juli 2013 Jam 11.03 WIB
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- Vital sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit isi dan tegangan cukup
Respirasi : 28 x/menit tipe napas abdominal
Suhu : 38,7˚C aksila
Status gizi : Kesan gizi cukup
a. Status Internus
Kepala : mesocephali, rambut hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
9
Hidung : Normal, tidak ada deviasi, tidak ada sekret
Telinga : Normal, tidak ada kelainan
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran JVP, limfonodi tak
teraba membesar
Torak : Simetris, tidak ada kelainan
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), hepar, lien, massa tidak teraba
Ekstremitas
Superior : akral hangat, edema, deformitas, atrofi otot kedua tangan (-/-)
Inferior : akral hangat, edema, deformitas, atrofi otot kedua kaki (-/-)
b. Status dermatologis
Lokasi : I telapak tangan kanan dan kiri
II aksila kanan dan kiri
UKK : I papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas diantaranya
tampak pustul bentuk bulat, batas tegas
II papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas
II.4 Resume
Sekitar 1 minggu SMRS pasien mengeluh gatal di telapak tangan kanan dan kiri,
serta di aksila kanan dan kiri. Gatal dirasa bertambah parah saat malam hari. Kurang
lebih 3 hari SMRS keluhan gatal pasien belum membaik ditambah dengan timbul nanah
pada tempat yang gatal, pasien juga mengeluh demam. Hari masuk rumah sakit keluhan
pasien belum membaik, pasien juga merasa lemas.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran
komposmentis. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 98 kali/menit, regular, isi dan
tegangan cukup. Frekuensi nafas 28 kali/menit, suhu 38,7⁰C. Pemeriksaan status
dermatologis didapatkan papul-papul di aksila kanan dan kiri, serta papul-papul dan
pustul di telapak tangan kanan dan kiri.
10
II.5 Diagnosis Banding
1. Prurigo
2. Pedikulosis korporis
3. Dermatitis
II.6 Diagnosis Kerja
Skabies dengan infeksi sekunder
II.7 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Diambil pada tanggal 03 Juli 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin
Lekosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit %
Monosit %
Granulosit %
13,7
16 H
5,16
40,7
300
78,9 L
26,6 L
33,7
12,2
7,3
1,9
0,9 H
13,2 H
11,8 L
5,4
82,8 H
12-16
4 -10
4,2 – 5,4
37 – 43
200-400
80-90
27-34
32-36
10-16
7-11
1,7- 3,5
0,2- 0,6
2,5- 7
25-35
4-6
50-80
11
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
PCT
PDW
LED I
LED II
SEROLOGI
Widal
S.typhi O
S.paratyphi A-H
S.typhi H
0,219
14,4
24 H
55 H
Negatif
Negatif
Negatif
0,2-0,5
10-18
0-15
6-18
Negatif
Negatif
Negatif
II.8 Tatalaksana
Terapi sistemik
1. Inf RL 20 tpm
2. Paracetamol 3 x ½ tab
3. Chlorpeniramin Maleat 3x ½ tab
4. Inj Cefotaxime 2x500 mg
II.8 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticum : ad bonam
Follow up Pasien
A. Rabu, 04 Juli 2013
Keluhan : Gatal di telapak tangan dan ketiak kanan kiri, demam, lemas
Status dermatologis : Lokasi I telapak tangan kanan dan kiri
II aksila kanan dan kiri
UKK : I papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas
tegas diantaranya tampak pustul bentuk bulat, batas tegas,
12
II papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas
Terapi : Sistemik (Inf RL 15 tpm, Inj Cefotaxime 2x500 mg, Paracetamol
3x ½ tab ( jika suhu >38⁰C), Cetrizine 1x1 (sore)),
Topikal (Gentamisin krim (pagi, sore, malam))
B. Kamis, 05 Juli 2013
Keluhan : Gatal di telapak tangan dan ketiak kanan kiri
Status dermatologis : Lokasi I : telapak tangan kanan dan kiri
II aksila kanan dan kiri
UKK I : papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas
tegas diantaranya tampak pustul bentuk bulat, batas tegas
II: papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas
Terapi : Sistemik (Inf RL 15 tpm, Inj Cefotaxime 2x500 mg, Paracetamol
3x ½ tab ( jika suhu >38⁰C), Cetrizine 1x1 (sore)),
Topikal (Gentamisin krim (pagi, sore, malam))
C. Jumat, 06 Juli 2013
Keluhan : Gatal di telapak tangan dan ketiak kanan kiri berkurang
Status dermatologis : Lokasi I : telapak tangan kanan dan kiri
II : aksila kanan dan kiri
UKK : I papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas
tegas diantaranya tampak pustul bentuk bulat, batas tegas
II papul-papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas
Terapi : Sistemik : Cetrizine 1x1 tab (sore), Cefadroxil 2x500 mg
Topikal : Permetrin krim 5% (malam)
Edukasi :
1. Disiplin dalam melakukan pengobatan dan seluruh keluarga
yang terinfeksi harus diobati
13
2. Menjaga kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian,
selimut, sprei, dan benda-benda lainnya dicuci dengan air
panas dan dijemur, sedangkan barang-barang yang tidak
harus dicuci seperti sepatu dimasukan ke dalam plastik
3. Kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan
perkembangan penyakit
14
BAB III
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada
ketiak dan telapak tangan kanan dan kiri. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat
terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya dirumah dan riwayat
orang sekitar memiliki keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yaitu ibu dan
kakak pasien. Pasien dapat didiagnosis menderita skabies, dimana hal ini sesuai dengan
teori yang ada yaitu dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal. Dimana tanda kardinal
yang ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang disekitar pasien yang
memiliki keluhan yang sama.
Dari status dermatologisnya didapatkan lesi di daerah aksila dan telapak tangan
berupa papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas, penyebaran diskrit. Hal ini
sesuai dengan teori skabies, dimana predileksi skabies adalah pada daerah dengan stratum
korneum yang tipis. Selain itu pada pasien ini juga didapatkan pustul, bentuk bulat, batas
tegas, penyebaran diskrit, dan hasil pemeriksaan darah rutin dan LED ditemukan tanda-
tanda infeksi, maka didapatkan diagnosa pada penyakit pasien ini adalah skabies dengan
infeksi sekunder.
Diagnosis banding dengan prurigo dapat disingkirkan. Karena pada prurigo lesi
berupa papul-papul miliar bentuk kubah di ekstremitas bagian ekstensor dan gatal tidak
semakin hebat pada malam hari serta tidak menyerang secara berkelompok.1
Diagnosis banding dengan pedikulosis korporis dapat disingkirkan. Karena pada
pedikulosis korporis predileksi pada daerah yang tertutup pkakaian seperti leher, badan,
dan paha. Lalu lesi yang ditimbulkan adalah berupa guratan linier garukan yang paralel
dan eczema derajat ringan, dan timbul titik-titik perdarahan kecil yang khas akibat gigitan
kutu. Pada kasus kronik terjadi likenifikasi dan timbul skuama.6
Diagnosis banding dengan dermatitis dapat disingkirkan karena pada dermatitis
efloresensi polimorfik yaitu terdapat eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan
likenifikasi. Pada dermatitis juga terdapat faktor pencetus baik eksogen dan endogen,
15
serta pada dermatitis gatal tidak bertambah parah saat malam hari dan tidak menyerang
secara berkelompok. 1,3,4
Pada pasien ini mendapat penatalaksanaan terapi topikal dan sistemik. Obat
topikal yang diberikan adalah Gentamisin krim dioleskan pagi, sore, dan malam,
Permetrin krim 5% dioleskan saat malam di seluruh tubuh setelah pengobatan topikal
dengan Gentamisin selesai. Pada teori telah dijelaskan bahwa obat topikal yang paling
baik diberikan pada anak adalah Permetrin krim 5% karena efektif pada semua stadium
skabies dan toksisitasnya yang rendah.1 Sedangkan Gentamisin krim diberikan karena
skabies pada pasien disertai dengan infeksi sekunder.
Obat sistemik yang diberikan adalah injeksi Cefotaxime 2 x 500 mg. Cefotaxime
merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga dan sangat aktif terhadap bakteri
Gram positif maupun Gram negatif.7 Obat ini diberikan karena pada pasien terdapat
infeksi sekunder. Cefadroxil adalah antibiotic semisintetik golongan sefalosporin, bersifat
bakterisid dengan jalan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Paracetamol 3x ½ tablet
adalah obat yang memiliki efek sebagai analgesik dan antipiretik. Analgesik dengan
menghambat impuls nyeri di perifer, antipiretik dengan menghambat termoregulator di
hipotalamus.7 Paracetamol diberikan pada pasien ini adalah untuk menurunkan
demamnya. Chlorpeniramin Maleate 3x ½ tablet dalah antagonis histamine generasi 1
yang bekerja dengan menghambat efek Histamine pada pembuluh darah, bronkus, dan
otot polos. Bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas yang disertai pelepasan
histamine endogen yang berlebihan. Mekanisme kerja dengan memblok kerja histamine
pada reseptornya, berkompetisi untuk mengikat reseptor yang masih kosong (antagonis
kompetitif).7 Pada pasien ini diberikan Chlorpeniramin Maleat untuk meredakan
gatalnya. Cetrizine 1x1 tablet diberikan saat sore untuk meredakan keluhan gatal pada
pasien. Cetrizine adalah antihistamin selektif yang merupakan antagonis reseptor H1
yang mempunyai efek sedative rendah pada dosis aktif dan mempunyai efek tambahan
sebagai anti alergi. Cetrizine bekerja menghambat pelepasan histamine pada fase awal
dan mengurangi migrasi sel inflamasi.
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam ad bonam, ad sanam dubia ad
bonam, ad kosmetikum dubia ad bonam. dengan pengobatan yang baik serta menghindari
16
faktor pencetus dan predisposisi prognosis akan baik, sedangkan jika tidak diobati dengan
baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia. 1,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : 2007
2. Bart J. Currie, F.R.A.C.P., and James S. McCarthy, F.R.A.C.P. Permethrin and
Ivermectin for Scabies. New England Journal of Medicine : 2010
2. Boediardja Siti Aisah. Panduan Praktis Morfologi Dan Terminologi Penyakit Kulit.
FKUI. Jakarta : 2011
3. Sularsito Sri Adi, Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji. Dermatologi Praktis. Ed 1.
PERDOSKI : 1989
4. Wiederkehr, M. Schwart, R. A. 2006. Scabies Available at
http:/www.emedicine.com.DERM.topic471.htm
5. Stone, S.P, scabies and pediculosis, in : Freedberg, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill Profesional : 2003
6. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. FKUI. Jakarta : 2012
17